Anda di halaman 1dari 32

Hikayat

“PERKARA SI BUNGKUK DAN SI PANJANG”

 Mashudulhakk arif bijaksana dan pandai memutuskan perkara-perkara yang sulit sebagai
ternyata dari contoh yang di bawah ini:

Hatta maka berapa lamanya Masyhudulhakk pun besarlah. Kalakian maka bertambah-
tambah cerdiknya dan akalnya itu. Maka pada suatu hari adalah dua orang laki-istri berjalan.
Maka sampailah ia kepada suatu sungai. Maka dicaharinya perahu hendak menyeberang, tiada
dapat perahu itu. Maka ditantinya 1) kalau-kalau ada orang lalu berperahu. Itu pun tiada juga ada
lalu perahu orang. Maka ia pun berhentilah di tebing sungai itu dengan istrinya. Sebermula
adapun istri orang itu terlalu baik parasnya. Syahdan maka akan suami perempuan itu sudah tua,
lagi bungkuk belakangnya. Maka pada sangka orang tua itu, air sungai itu dalam juga. Katanya,
"Apa upayaku hendak menyeberang sungai ini?"

Maka ada pula seorang Bedawi duduk di seberang sana sungai itu. Maka kata orang itu,
"Hai tuan hamba, seberangkan apalah kiranya hamba kedua ini, karena hamba tiada dapat
berenang; sungai ini tidak hamba tahu dalam dangkalnya." Setelah didengar oleh Bedawi kata
orang tua bungkuk itu dan serta dilihatnya perempuan itu baik rupanya, maka orang Bedawi itu
pun sukalah, dan berkata di dalam hatinya, "Untunglah sekali ini!"

Maka Bedawi itu pun turunlah ia ke dalam sungai itu merendahkan dirinya, hingga
lehernya juga ia berjalan menuju orang tua yang bungkuk laki-istri itu. Maka kata orang tua itu,
"Tuan hamba seberangkan apalah 2) hamba kedua ini. Maka kata Bedawi itu, "Sebagaimana 3)
hamba hendak bawa tuan hamba kedua ini? Melainkan seorang juga dahulu maka boleh, karena
air ini dalam."

Maka kata orang tua itu kepada istrinya, "Pergilah diri dahulu." Setelah itu maka turunlah
perempuan itu ke dalam sungai dengan orang Bedawi itu. Arkian maka kata Bedawi itu, "Berilah
barang-barang bekal-bekal tuan hamba dahulu, hamba seberangkan." Maka diberi oleh
perempuan itu segala bekal-bekal itu. Setelah sudah maka dibawanyalah perempuan itu
diseberangkan oleh Bedawi itu. Syahdan maka pura-pura diperdalamnya air itu, supaya dikata 4)
oleh si Bungkuk air itu dalam. Maka sampailah kepada pertengahan sungai itu, maka kata

1
Bedawi itu kepada perempuan itu, "Akan tuan ini terlalu elok rupanya dengan mudanya.
Mengapa maka tuan hamba berlakikan orang tua bungkuk ini? Baik juga tuan hamba buangkan
orang bungkuk itu, agar supaya tuan hamba, hamba ambit, hamba jadikan istri hamba." Maka
berbagai-bagailah katanya akan perempuan itu. Maka kata perempuan itu kepadanya, "Baiklah,
hamba turutlah kata tuan hamba itu."

Maka apabila sampailah ia ke seberang sungai itu, maka keduanya pun mandilah, setelah
sudah maka makanlah ia keduanya segala perbekalan itu. Maka segala kelakuan itu semuanya
dilihat oleh orang tua bungkuk itu dan segala hal perempuan itu dengan Bedawi itu.

Kalakian maka heranlah orang tua itu. Setelah sudah ia makan, maka ia pun berjalanlah
keduanya. Setelah dilihat oleh orang tua itu akan Bedawi dengan istrinya berjalan, maka ia pun
berkata-kata dalam hatinya, "Daripada hidup melihat hal yang demikian ini, baiklah aku mati."

Setelah itu maka terjunlah ia ke dalam sungai itu. Maka heranlah ia, karena dilihatnya
sungai itu aimya tiada dalam, maka mengarunglah ia ke seberang lalu diikutnya Bedawi itu.
Dengan hal yang demikian itu maka sampailah ia kepada dusun tempat Masyhudulhakk itu.

Maka orang tua itu pun datanglah mengadu kepada Masyhudulhakk. Setelah itu maka
disuruh oleh Masyhudulhakk panggil Bedawi itu. Maka Bedawi itu pun datanglah dengan
perempuan itu. Maka kata Masyhudulhakk, "Istri siapa perempuan ini?"

Maka kata Bedawi itu, "Istri hamba perempuan ini. Dari kecil lagi ibu hamba pinangkan;
sudah besar dinikahkan dengan hamba. "Maka kata orang tua itu, "Istri hamba, dari kecil nikah
dengan hamba."

Maka dengan demikian jadi bergaduhlah mereka itu. Syahdan maka gemparlah. Maka
orang pun berhimpun, datang melihat hal mereka itu ketiga. Maka bertanyalah Masyhudulhakk
kepada perempuan itu, "Berkata benarlah engkau, siapa suamimu antara dua orang laki-laki ini?"
Maka kata perempuan celaka itu, "Si Panjang inilah suami hamba."

Maka pikirlah 5) Masyhudulhakk, "Baik kepada seorang-seorang aku bertanya, supaya


berketahuan siapa salah dan siapa benar di dalam tiga orang mereka itu.

2
Maka diperjauhkannyalah laki-laki itu keduanya. Arkian maka diperiksa pula oleh
Masyhudulhakk. Maka kata perempuan itu, "Si Panjang itulah suami hamba."

Maka kata Masyhudulhakk, "Jika sungguh ia suamimu siapa mentuamu laki-laki dan siapa
mentuamu perempuan dan di mana tempat duduknya?"

Maka tiada terjawab oleh perempuan celaka itu. Maka disuruh oleh Masyhudulhakk perjauhkan.
Setelah itu maka dibawa pula si Panjang itu. Maka kata Masyhudulhakk, "Berkata benarlah
engkau ini. Sungguhkah perempuan itu istrimu?"

Maka kata Bedawi itu, "Bahwa perempuan itu telah nyatalah istri hamba; lagi pula perempuan
itu sendiri sudah berikrar, mengatakan hamba ini tentulah suaminya."

Syahdan maka Masyhudulhakk pun tertawa, seraya berkata, “Jika sungguh istrimu perempuan
ini, siapa nama mentuamu laki-laki dan mentuamu perempuan, dan di mana kampung tempat ia
duduk?"

Maka tiadalah terjawab oleh laki-laki itu. Maka disuruh oleh Masyhudulhakk jauhkan laki-laki
Bedawi itu. Setelah itu maka dipanggilnya pula orang tua itu. Maka kata Masyhudulhakk, "Hai
orang tua, sungguhlah perempuan itu istrimu sebenar-benamya?"

Maka kata orang tua itu, "Daripada mula awalnya." Kemudian maka dikatakannya, siapa
mentuanya laki-laki dan perempuan dan di mana tempat duduknya

Maka Masyhudulhakk dengan sekalian orang banyak itu pun tahulah akan salah Bedawi itu dan
kebenaran orang tua itu. Maka hendaklah disakiti oleh Masyhudulhakk akan Bedawi itu. Maka
Bedawi itu pun mengakulah salahnya. Demikian juga perempuan celaka itu. Lalu didera oleh
Masyhudulhakk akan Bedawi itu serta dengan perempuan celaka itu seratus kali. Kemudian
maka disuruhnya tobat Bedawi itu, jangan lagi ia berbuat pekerjaan demikian itu.

Maka bertambah-tambah masyhurlah arif bijaksana Masyhudulhakk itu.

3
Unsur Intrinsik dan ekstrinsik HIKAYAT

Judul
”Hikayat Mashudulhakk (perkara si bungkuk dan si panjang)”

Unsur intrinsik :
Tema
”Kesetiaan dan Pengkhianatan dalam Cinta”

Tokoh
1. Masyhudulhakk :
arif, bijaksana, suka menolong, cerdik, baik hati.
“Masyhudulhakk pun besarlah. Kalakian maka bertambah-tambah cerdiknya dan akalnya
itu.”
“Maka bertambah-tambah masyhurlah arif bijaksana Masyhudulhakk itu”.
“Maka pikirlah 5) Masyhudulhakk,"Baik kepada seorang-seorang aku bertanya, supaya
berketahuan siapa salah dan siapa benar di dalam tiga orang mereka itu”.

2. Si Bungkuk : setia pada istrinya, suka mengalah, mudah percaya.


“Maka kata orang tua itu, "Istri hamba, dari kecil nikah dengan hamba.”
“Maka Bedawi itu pun turunlah ia ke dalam sungai itu merendahkan dirinya, hingga
lehernya juga ia berjalan menuju orang tua yang bungkuk laki-istri itu. Maka kata orang
tua itu, "Tuan hamba seberangkan apalah 2) hamba kedua ini.”
“Maka kata orang tua itu kepada istrinya, "Pergilah diri dahulu." Setelah itu maka
turunlah perempuan itu ke dalam sungai dengan orang Bedawi itu.”

3. Si Panjang / Bedawi : licik, egois.


“Setelah didengar oleh Bedawi kata orang tua bungkuk itu dan serta dilihatnya
perempuan itu baik rupanya, maka orang Bedawi itu pun sukalah, dan berkata di dalam
hatinya, "Untunglah sekali ini!”

4
“Maka kata Bedawi itu, "Bahwa perempuan itu telah nyatalah istri hamba; lagi pula
perempuan itu sendiri sudah berikrar, mengatakan hamba ini tentulah suaminya.”

4. Istri Si Bungkuk : mudah dirayu, tidak setia, suka berbohong, egois.


“hamba jadikan istri hamba." Maka berbagai-bagailah katanya akan perempuan itu.Maka
kata perempuan itu kepadanya, "Baiklah.”
“maka diperiksa pula oleh Masyhudulhakk. Maka kata perempuan itu, "Si Panjang itulah
suami hamba.”

·         Setting :
tempat :
1. tepi sungai : Maka ia pun berhentilah di tebing sungai itu dengan istrinya.
2. Sungai : turunlah perempuanitu ke dalam sungai dengan orang Bedawi itu

Suasana :
1. menegangkan: Maka pada sangka orang tua itu, air sungai itu dalam juga.
2. Mengecewakan:  "Daripada hidup melihat hal yang demikian ini, baiklah aku
mati.Setelah itu maka terjunlah ia ke dalam sungai itu.
3. Membingungkan: Maka dengan demikian jadi bergaduhlah mereka itu. Syahdan maka
gemparlah.

Waktu : tidak diketahui


Alur : Alur maju
Eksposisi         :
Mashudulhakk arif bijaksana dan pandai memutuskan perkara-perkara yang sulit  maka
berapa lamanya Masyhudulhakk pun besarlah. Kalakian maka bertambah-tambah cerdiknya
dan akalnya itu. Maka pada suatu hari adalah dua orang laki-istri berjalan. Maka sampailah ia
kepada suatu sungai.

Complication   :

5
serta dilihatnyaperempuan itu baik rupanya, maka orang Bedawi itu pun sukalah, dan berkata
di dalam hatinya, "Untunglah sekali ini!

Rising action   :
Maka sampailah kepada pertengahan sungai itu, maka kata Bedawi itu kepada perempuan itu,
"Akan tuan ini terlalu elok rupanya dengan mudanya. Mengapa maka tuan hamba berlakikan
orang tua bungkuk ini? Baik juga tuan hamba buangkan orang bungkuk itu, agar supaya tuan
hamba, hamba ambit, hamba jadikan istri hamba."

Turning point :
Maka orang tua itu pun datanglah mengadu kepada Masyhudulhakk. Setelah itu maka
disuruh oleh Masyhudulhakk panggil Bedawi itu. Maka Bedawi itu pun datanglah dengan
perempuan itu. Masyhudulhakk, "Baik kepada seorang-seorang aku bertanya, supaya
berketahuan siapa salah dan siapa benar di dalam tiga orang mereka itu.

Ending
Masyhudulhakk dengan sekalian orang banyak itu pun tahulah akan salah Bedawi itu dan
kebenaran orang tua itu. Maka Bedawi itu pun mengakulah salahnya. Demikian juga
perempuan celaka itu. Lalu didera oleh Masyhudulhakk akan Bedawi itu serta dengan
perempuan celaka itu seratus kali.

Poin of View :
orang ke-3
Maka bertambah-tambah masyhurlah arif bijaksana Masyhudulhakk itu.

Amanat :
“Jangan berbohong karena berbohong itu tidak baik, merupakan dosa, dan hanya akan
menimbulkan kerugian pada diri kita sendiri”
“Bantulah dengan ikhlas orang yang membutuhkan bantuan”
Syukurilah jodoh yang telah diberikan Tuhan, yakini bahwa jodoh itu baik untuk kita
Jangan mengambil keputusan sesaat yang belum dipikirkan dampaknya

6
Jadilah orang yang bijaksana dalam mengatasi suatu masalah

Unsur ekstrinsik :

Nilai religiusitas :
kita harus selalu bersyukur atas apa yang telah diberikan oleh Allah. Jangan pernah merasa iri
dengan apa yang tidak kita miliki karena apa yang te;ah diberikan Allah kepada kita adalah
sesuatu yang memang terbaik untuk kita. Janagn seperti yang ada pada hikayat mashudulhakk.

Nilai moral :
Janganlah  sekali-kali  kita memutar balikkan fakta, mengatakan bahwa yang salah itu benar
dansebaliknya, karena bagaimanapun juga kebenaran akan mengalahkan ketidak benaran.

Nilai social budaya :


Sebuah kesalahan pastilah akan mendapat sebuah balasan, pada hikayat ini diterangkan bahwa
seorang yang melakukan keslahan seperti berbohong maka akan did era sebanyak seratus kali.
(Lalu didera oleh Masyhudulhakk akan Bedawi itu serta dengan perempuan celaka itu seratus
kali.)

Kepengarangan :
Hikayat mashudulhakk ini dari salah satu naskah lama (Collectie v.d. Wall) dengan diubah di
sana-sini setelah dibandingkan dengan buku yang diterbitkan oleh A.F. v.d. Wall (menurut
naskah yang lain dalam kumpulan yang tersebut).Dalam Volksalmanak Melayu 1931 (Balai
Pustaka) isi naskah yang dipakai v.d. Wall itu diringkaskan dan sambungannya dimuat pula,
dengan alamat "Masyudhak".. Dinantinya.

7
Dongeng

Legenda Jaka Tarub

Jaka Tarub adalah seorang pemuda gagah yang memiliki kesaktian. Ia sering keluar masuk hutan
untuk berburu di kawasan gunung keramat. Di gunung itu terdapat sebuah telaga. Tanpa sengaja,
ia melihat dan kemudian mengamati tujuh bidadari sedang mandi di telaga tersebut. Karena
terpikat, Jaka Tarub mengambil selendang yang tengah disampirkan milik salah seorang
bidadari. Ketika para bidadari selesai mandi, mereka berdandan dan siap kembali ke kahyangan.
Salah seorang bidadari, karena tidak menemukan selendangnya, tidak mampu kembali dan
akhirnya ditinggal pergi oleh kawan-kawannya karena hari sudah beranjak senja. Jaka Tarub lalu
muncul dan berpura-pura menolong. Bidadari yang bernama Nawangwulan itu bersedia ikut
pulang ke rumah Jaka Tarub karena hari sudah senja.

Singkat cerita, keduanya lalu menikah. Dari pernikahan ini lahirlah seorang putri yang dinamai
Nawangsih. Sebelum menikah, Nawangwulan mengingatkan pada Jaka Tarub agar tidak sekali-
kali menanyakan rahasia kebiasaan dirinya kelak setelah menjadi isteri. Rahasia tersebut adalah
bahwa Nawangwulan selalu menanak nasi menggunakan hanya sebutir beras dalam penanak nasi
namun menghasilkan nasi yang banyak. Jaka Tarub yang penasaran tidak menanyakan tetapi
langsung membuka tutup penanak nasi. Akibat tindakan ini, kesaktian Nawangwulan hilang.
Sejak itu ia menanak nasi seperti umumnya wanita biasa. Nawangwulan bergabung kembali
bersama bidadari lain.

Akibat hal ini, persediaan gabah di lumbung menjadi cepat habis. Ketika persediaan gabah
tinggal sedikit, Nawangwulan menemukan selendangnya, yang ternyata disembunyikan
suaminya di dalam lumbung.

Nawangwulan tidak menyangka bahwa selama ini suaminya sendiri yang menyembunyikan
selendangnya. Ia sangat marah dan kecewa terhadap suaminya. Ketika Jaka Tarub sampai di
rumah setelah berburu di hutan, Nawangwulan bertanya kepada Jaka Tarub kenapa ia
menyembunyikan selendangnya. Jaka Tarub terkejut ketika Nawangwulan bertanya tentang hal
itu. Jaka Tarub meminta maaf kepada istrinya dan menjelaskan kenapa ia menyembunyikan
selendangnya. Ia melakukan hal itu agar Nawangwulan tidak pernah kembali lagi ke khayangan.

8
Namun, Nawangwulan yang terlanjur marah dan kecewa tidak mau mendengarkan perkataan dan
permintaan maaf Jaka Tarub. Ia bertekad akan kembali ke khayangan. Jaka Tarub memohon agar
istrinya tidak kembali ke khayangan. Tetapi, Nawangwulan tetap dengan pendiriannya.

Setelah kepergian Nawangwulan, Jaka Tarub sendiri yang merawat putri kecilnya. Mulai dari
memberi makan, memandikan semua dilakukannya sendiri. Hingga suatu hari Nawangsih sakit,
Jaka Tarub bingung harus melakukan apa. Ia ke telaga tempat di mana ia dan Nawangwulan
bertemu. Ia memanggil-manggil nama Nawangwulan agar segera kembali ke bumi.

Di khayangan, Nawangwulan sedang bingung apakah ia akan kembali ke bumi atau tidak. Jika ia
kembali ke bumi maka ia akan menjadi manusia seutuhnya dan tidak akan pernah kembali lagi
ke khayangan. Tetapi jika ia tidak kembali lagi ke bumi, bagaimana dengan Nawangsih yang
sedang sakit. Nawangwulan bercerita kepada para bidadari dan meminta nasihat apa yang harus
dilakukannya saat ini.

Akhirnya Nawangwulan kembali lagi ke bumi dan menjadi manusia seutuhnya. Ia tidak akan
pernah bisa kembali ke khayangan lagi. Jaka Tarub yang melihat Nawangwulan kembali merasa
sangat senang. Nawangwulan berkata bahwa ia akan tinggal di bumi selamanya dan menjadi
manusia seutuhnya. Ia berkata akan memulai kehidupan barunya di bumi bersama Nawangsih
dan Jaka Tarub. Mereka kemudian hidup bersama dan menjadi keluarga yang bahagia.

1. Unsur Intrinsik
a. Tema
Tema adalah sesuatu yang menjadi pokok masalah/pokok pikiran dari pengarang
yang ditampilkan dalam karangannya.
Tema pada dongeng tersebut adalah kisah hidup seorang pemuda desa yang
mempunyai istri seorang bidadari.
b. Amanat
Amanat adalah pesan/kesan yang dapat memberikan tambahan pengetahuan,
pendidikan, dan sesuatu yang bermakna dalam hidup yang memberikan penghiburan,
kepuasan dan kekayaan batin kita terhadap hidup.
Amanat pada dongeng tersebut adalah

9
 Jangan pernah menyembunyikan sesuatu dari orang yang kita sayangi karena
justru akan lebih menyakitkan kalo dia mengetahui apa yang kita
sembunyikan.
Bukti : Nawangwulan tidak menyangka bahwa selama ini suaminya sendiri
yang menyembunyikan selendangnya. Ia sangat marah dan kecewa terhadap
suaminya. Ketika Jaka Tarub sampai di rumah setelah berburu di hutan,
Nawangwulan bertanya kepada Jaka Tarub kenapa ia menyembunyikan
selendangnya.
 Apapun amanah yang diberikan seseorang kepada kita, harus senantiasa kita
jaga sebaik-baiknya. Kepercayaan seseorang kepada kita akan bertambah jika
kita bisa menjaga amanah orang tersebut.
Bukti : Sebelum menikah, Nawangwulan mengingatkan pada Jaka Tarub agar
tidak sekali-kali menanyakan rahasia kebiasaan dirinya kelak setelah menjadi
isteri. Rahasia tersebut adalah bahwa Nawangwulan selalu menanak nasi
menggunakan hanya sebutir beras dalam penanak nasi namun menghasilkan
nasi yang banyak.
c. Alur
Alur adalah jalan cerita/rangkaian peristiwa dari awal sampai akhir.
Alur maju di karenakan cerita tersebut di mulai dari Jaka Tarub menyembunyikan
selendang Dewi Nawang Wulan, lalu mereka tinggaI bersama menikah atau
menjalani rumah tangga, sampai akhirnya Dewi Nawang Wulan kembali
kekayangan.
Bukti : Jaka Tarub adalah seorang pemuda gagah yang memiliki kesaktian. Ia sering
keluar masuk hutan untuk berburu di kawasan gunung keramat. Di gunung itu
terdapat sebuah telaga. Tanpa sengaja, ia melihat dan kemudian mengamati tujuh
bidadari sedang mandi di telaga tersebut. Singkat cerita, keduanya lalu menikah. Dari
pernikahan ini lahirlah seorang putri yang dinamai Nawangsih. Namun,
Nawangwulan yang terlanjur marah dan kecewa tidak mau mendengarkan perkataan
dan permintaan maaf Jaka Tarub. Ia bertekad akan kembali ke khayangan. Jaka Tarub
memohon agar istrinya tidak kembali ke khayangan. Tetapi, Nawangwulan tetap
dengan pendiriannya.

10
d. Penokohan
Penokohan adalah adalah bagaimana pengarang melukiskan watak tokoh.
 Jaka Tarub : Jahat (pencuri), tidak menjaga amanah,nekad dan setia.
 Dewi Nawang Wulan : Penyayang, pemaaf, pekerja keras, dan perhatian.
 Nyi Randa Tarub : penyayang.
 Tiga bidadari : Egois karena terpaksa.
 Nawangsih : Setia menunggu ibunya..
e. Latar
Latar/ setting adalah sesuatu atau keadaan yang melingkupi pelaku dalam sebuah
cerita.
 Di Hutan, (Ketika Jaka Tarub berburu, kemudian menemui para bidadari yang
bermain air di Telaga suasana pada saat itu menegangkan bagi Jaka Tarub,
kepanikan dan kesedihan yang mendalam bagi Nawang Wulan. Hal ini
terjadi pada sore hari menjelang petang).
 Di lumbung padi, (ketika Dewi Nawang Wulan menemukan selendangnya
ditengah tumpukan padi, suasana hati Nawang Wulan pada saat bergejolak
antara gembira dan sedih dan Jaka Tarub pun merasakan perasaan sedih pula
karena harus berpisah mengikhlaskan Dewi Nawang Wulan untuk kembali
kekayangan).
f. Sudut Pandang
Sudut pandang adalah posisi/kedudukan pengarang dalam membawakan cerita.
Sudut pandang orang ketiga, karena dicerita tersebut selalu menggunakan kata dia,
dirinya, mereka.
Bukti : Jaka Tarub adalah seorang pemuda gagah yang memiliki kesaktian. Ia sering
keluar masuk hutan untuk berburu di kawasan gunung keramat. Di gunung itu
terdapat sebuah telaga. Tanpa sengaja, ia melihat dan kemudian mengamati tujuh
bidadari sedang mandi di telaga tersebut
g. Gaya Bahasa
Gaya Bahasa adalah yaitu pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu
untuk memperoleh efek-efek tertentu yang membuat sebuah karya sastra semakin

11
hidup, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam
menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis.[1]
Baku

2. Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra dari luar.
a. Religius
DewiNawang Wulan memaafkan suaminya yang telah berbuat salah kepada dirinya.
Bukti : Akhirnya Nawangwulan kembali lagi ke bumi dan menjadi manusia
seutuhnya. Ia tidak akan pernah bisa kembali ke khayangan lagi. Jaka Tarub yang
melihat Nawangwulan kembali merasa sangat senang.
b. Moral
 Jaka Tarub mengambil selendang Nawang Wulan.
Bukti : Tanpa sengaja, ia melihat dan kemudian mengamati tujuh bidadari
sedang mandi di telaga tersebut. Karena terpikat, Jaka Tarub mengambil
selendang yang tengah disampirkan milik salah seorang bidadari.

 Jaka Tarub melanggar amanah dari Nawang Wulan.

Bukti : Jaka Tarub yang penasaran tidak menanyakan tetapi langsung


membuka tutup penanak nasi. Akibat tindakan ini, kesaktian Nawangwulan
hilang. Sejak itu ia menanak nasi seperti umumnya wanita biasa.

c. Sosial

Jaka Tarub menolong Nawang Wulan.

Bukti : Salah seorang bidadari, karena tidak menemukan selendangnya, tidak mampu
kembali dan akhirnya ditinggal pergi oleh kawan-kawannya karena hari sudah
beranjak senja. Jaka Tarub lalu muncul dan berpura-pura menolong. Bidadari yang
bernama Nawangwulan itu bersedia ikut pulang ke rumah Jaka Tarub karena hari
sudah senja.

12
d. Ekonomi

Persediaan beras di lumbung padi mereka menipis.

Bukti : persediaan gabah di lumbung menjadi cepat habis. Ketika persediaan gabah
tinggal sedikit, Nawangwulan menemukan selendangnya, yang ternyata
disembunyikan suaminya di dalam lumbung.

e. Budaya

Dewi Nawang Wulan masih menggunankannya cara tradisinoal dalam mengolah


bulir-bulir padi menjadi nasi.

Bukti : . Jaka Tarub yang penasaran tidak menanyakan tetapi langsung membuka
tutup penanak nasi. Akibat tindakan ini, kesaktian Nawangwulan hilang. Sejak itu ia
menanak nasi seperti umumnya wanita biasa.

13
Sinopsis
Peradilan rakyat
Karya: putu wijaya

Cerpen Karya Putu Wijaya mengisahkan seorang pengacara muda , yang


meninggalsecara mengenaskan yaitu dibunuh oleh kegenasan rakyat,karena membela dan
membebaskankoruptor besar, ternyata cukup memikat siapapun yang membacanya.
Khususnya cerpen
 Peradilan Rakyat 
tersebut. Sinopsisnya itu sama seperti dipaparkan dibawah ini.Di suatu tempat, seorang pengacara
muda mengunjungi ayahnya, seorang pengacarasenior yang sangat dihormati oleh para
penegak hukum. Mereka bertemu bukan sebagai anak dan ayah, tapi seoarang pengacara muda
profesional dan pengacara senior. Ayahnya adalahdulu pemburu koruptor yang menghuni gedung –
gedung bertingkat.Pengacara muda ingin berdialog dengan pengacara senior yaitu
ayahnya sendiri, diamenceritakan negara menugaskan dia untuk membela seorang penjahat
besar yang pantasnyamendapat hukuman mati . Pihak keluarga pun datang dengan
gembira ke rumahku untuk mengungkapkan kebahagiannya, bahwa pada akhirnya negara cukup adil,
karena memberikanseorang pembela kelas satu untuk mereka. Karena dia yakin, negara
tidak benar-benar menugaskan saya untuk membelanya. Negara hanya ingin
mempertunjukkan sebuah teater spektakuler, bahwa di negeri yang sangat tercela hukumnya ini, sudah ada
kebangkitan baru.Pengacara muda menerima pekerjaan tersebut, karena dia profesional.
tidak disogok dengan pundi – pundi uang yang banyak, dia hanya menjalankan tugas dengan
profesional.Karena dia yakin pasti menang. Sedangkan ayahnya tidak memberi
komentar dan terkejutmendengar dia tidak menerima sogokan. Pengacara muda terus
mengatakan bahwa dia pastimenang. menerima tanpa harapan akan mendapatkan balas jasa atau
perlindungan balik kelak kalau kamu perlukan, juga bukan karena dia ingin memburu publikasi
dan bintang-bintang penghargaan dari organisasi kemanusiaan di mancanegara yang benci
negaramu.Keputusanmu sudah tepat. Menegakkan hukum selalu dirongrong oleh berbagai tuduhan,seakan-
akan kamu sudah memiliki pamrih di luar dari pengejaran keadilan dan kebenaran.Tetapi semua
rongrongan itu hanya akan menambah pujian untukmu kelak, kalau kamu mamputerus mendengarkan suara hati
nuranimu sebagai penegak hukum yang profesionalPengacara muda pun terharu berdiri dan hendak
memeluk ayahnya, tapi ayahnya tidak mau, dan menyuruhnya pulang. Dan membisikan kepada

14
sekertarisnya , bahwa bukti-buktiyang sempat dikumpulkan oleh negara terlalu sedikit dan
lemah. Peradilan ini terlalu tergesa-gesa. Aku akan memenangkan perkara ini dan itu berarti
akan membebaskan bajingan yangditakuti dan dikutuk oleh seluruh rakyat di negeri ini
untuk terbang lepas kembali seperti burung di udara.

Unsur- unsur intrinsik

a. Tema

Tema merupakan suatu gagasan, ide pokok atau pokok persoalan yang digunakan sebagai
dasar atau landasan sebuah cerita. Tema atau pokok persoalan cerpen “Peradilan Rakyat” adalah
keadilan di masyarakat. 
b. Alur

Alur adalah rangkaian cerita yang di bentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalani
suatu cerita bisa berbentuk dalam rangkaian peristiwa yang berbagai macam.

Didalam cerita  cerpen “peradilan rakyat”  tersebut adalah  yang menjadi alur di dalam cerita


merupakan alur maju.

c. Penokohan

Penokohan dalam cerpen adalah pemberian sifat atau watak pada tokoh dalam cerita.

1. Pengacara muda: merupakan seorang pemuda yang kritis, tekun, bersemangat cerdas dan
profesional terhadap pekerjaannya sebagai pengacara . Hal tersebut tergambar dalam
penggalan cerpen yaitu sebagai berikut:

“Aku tidak datang untuk menentang atau memuji Anda. Anda dengan seluruh sejarah
Anda memang terlalu besar untuk dibicarakan. Meskipun bukan bebas dari kritik. Aku
punya sederetan koreksi terhadap kebijakan-kebijakan yang sudah Anda lakukan. Dan
aku terlalu kecil untuk menentang bahkan juga terlalu tak pantas untuk memujimu. Anda
sudah tidak memerlukan cercaan atau pujian lagi. Karena kau bukan hanya penegak
keadilan yang bersih, kau yang selalu berhasil dan sempurna, tetapi kau
juga, adalah keadilan itusendiri".kata pengacara muda itu.    

15
                                                                  Dan

"Tidak ada kemenangan di dalam pemburuan keadilan. Yang ada hanya usaha untuk
mendekati apa yang lebih benar. Sebab kebenaran sejati, kebenaran yang paling benar
mungkin hanya mimpi kita yang tak akan pernah tercapai. Kalah-menang bukan
masalah lagi. Upaya untuk mengejar itu yang paling penting. Demi memuliakan proses
itulah, aku menerimanya sebagai klienku."

2. Pengacara tua: Memiliki waatak bijaksana, penyayang, rendah hati. Hal tersebut


tergambar dalam penggalan dari kutipan cerpen sebagai berikut:

"Jangan dulu mempersoalkan kebenaran. Tapi kau telah menunjukkan dirimu sebagai
profesional. Kau tolak tawaran negara, sebab di balik tawaran itu tidak hanya ada
usaha pengejaran pada kebenaran dan penegakan keadilan sebagaimana yang kau kejar
dalam profesimu sebagai ahli hukum, tetapi di situ sudah ada tujuan-tujuan politik.
Namun, tawaran yang sama dari seorang penjahat, malah kau terima baik, tak peduli
orang itu orang yang pantas ditembak mati, karena sebagai profesional kau tak bisa
menolak mereka yang minta tolong agar kamu membelanya dari praktik-praktik
pengadilan yang kotor untuk menemukan keadilan yang paling tepat. Asal semua itu
dilakukannya tanpa ancaman dan tanpa sogokan uang! Kau tidak membelanya karena
ketakutan, bukan?"

                                          Dan

"Pulanglah sekarang. Laksanakan tugasmu sebagai seorang profesional."

3. Sekertaris: baik hati, penolong dan ramah.Hal tersebut tergambar dalam kutipan cerpen
sebagai berikut:

"Maaf, saya kira pertemuan harus diakhiri di sini, Pak. Beliau perlu banyak
beristirahat. Selamat malam."

4.  Penjahat : serakah dan jahat. Hal tersebut tegambar pada kutipan cerpen sebagai berikut

Bangsat itu tertawa terkekeh-kekeh. Ia merayakan kemenangannya dengan pesta


kembang api semalam suntuk, lalu meloncat ke mancanegara, tak mungkin dijamah lagi

16
d. Latar

Latar adalah suatu keterangan mengenai waktu, ruang maupun suasana yang teradi dalam
sebuah peristiwa atau cerita.

1) Latar Tempat
Latar tempat merujuk pada lokasi terjadinya peristiwa. Tempat yang dipergunakan dalam
cerpen ”Peradilan Rakyat” karya Putu Wijya ini terjadi dirumah pengacara senior (ayah).
Ini ditujukan pada kutipan berikut: “Seorang pengacara muda yang cemerlang
mengunjungi ayahnya, seorang pengacara senior yang sangat dihormati oleh para
penegak hukum.”
2) Latar Waktu
Latar waktu berhubung dengan “kapan” peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Dalam
cerpen “Peradilan Rakyat” karya Putu Wijaya ini latar waktunya pada malam hari. Ini
ditunjukan pada kutipan berikut ini: "Maaf, saya kira pertemuan harus diakhiri di sini,
Pak. Beliau perlu banyak beristirahat. Selamat malam."
e. Amanat

Amanat adalah merupakan nilai-nilai yang bisa diambil dalam sebuah cerita.

1) Dalam memilih pilihan hidup itu, kita seharusnya sebagai manusia menggunakan pikiran
serta perasaan, sehingga pilihan yang kita ambil tersebut tidak merugikan diri sendiri.

2) Banyaknya mafia-mafia di negeri ini merupakan bukti kebobrokan moral di Negara ini
yang mana hokum bisa diperjual belikan.

3) Kita sebagai manusia yang mempunyai akhlak hendaknya menjalani sebuah pekerjaan
yang menjadi tanggung jaawab sesuai dengan norma-norma yang berlaku secara
professional, sehingga hal-hal yang merugikan orang lain apalagi menyengsarakan orang
lain dapat dihindari. Bukan tidak mungkin bila rakyat telah marah, maka akan lupa diri
dan bisa melakukan hal-hal diluar batas kewajaran.

f. Sudut pandang

17
Sudut pandang adalah posisi atau kedudukan pengarang dalam sebuah cerita.

Sudut pandang yang terdapat dalam cerpen Peradilan Rakyat adalah Sudut pandang orang
ketiga yaitu sudut pandang  yang biasanya pengarang menggunakan tokoh “ia”, atau
“dia”. Atau bisa juga dengan menyebut nama tokohnya; Contohnya pada kutipan dibawah
ini:

"Aku kira tak ada yang perlu dibahas lagi. Sudah jelas. Lebih baik kamu pulang
sekarang. Biarkan aku bertemu dengan putraku, sebab aku sudah sangat rindu
kepada dia."

                                    dan

Pengacara tua yang bercambang dan jenggot memutih itu, tidak terkejut. Ia menatap
putranya dari kursi rodanya, lalu menjawab dengan suara yang tenang dan agung.

"Apa yang ingin kamu tentang, anak muda?  Pengacara muda tertegun.

g. Gaya bahasa

Gaya bahasa adalah suatu cara bagaimana penggarang cerita mengungkapkan isi
pemikirannya lewat bahasa-bahasa yang khas dalam uraian cerita sehingga dapat
menimbulkan kesan tertentu.

Unsur-unsur ekstrinsik

a. Nilai sosial
Nilai sosial yang ada dalam cerpen Peradilan Rakyat Putu Wijaya ini penulis dapat
tunjukan berdasarkan kutipan berikut ini: “…Sebagai seorang pengacara aku tidak bisa
menolak siapa pun orangnya yang meminta agar aku melaksanakan kewajibanku sebagai
pembela. Sebagai pembela, aku mengabdi kepada mereka yang membutuhkan keahlianku
untuk membantu pengadilan menjalankan proses peradilan sehingga tercapai keputusan
yang seadil-adilnya."

18
Dari kutipan diatas, kita harus sadar bahwa kita harus selalu dapat membantu orang lain
selagi kitamampu karena kita harus sadar bahwa pada hakikatnya kita adalah mahluk
sosial.
b. Nilai moral 
Pesan moral yang ingin disampaikan Putu Wijaya dalam Cerpen Peradilan Rakyat ini
adalah sebagai seorang penegak hukum seharusnya kita memperhatikan kepentingan
orang banyak, jangan kita mengorbankan kepentingan orang banyak demi
mempertahannkan rasa professional dalam diri kita.
c. Nilai ekonomi
Nilai ekonomi yang ada dalam cerpen Peradilan Rakyat Putu Wijaya ini penulis dapat
tunjukan berdasarkan kutipan berikut ini: ”…Kau tidak membelanya karena ketakutan,
bukan?" "Tidak! Sama sekali tidak!" "Bukan juga karena uang?!" "Bukan!" "Lalu karena
apa?" Pengacara muda itu tersenyum. "Karena aku akan membelanya." "Supaya dia
menang?"

Dari kutipan di atas, maka dapat kita lihat bahwa si Pengaca muda ini membela
klayennya bukan karena uang tetapi dia hanya ingin agar klayennya menang. Hal ini
menunjukan bahwa ekonomi tokoh pengacara muda ini cukup mapan. Dalam
menjalankan profesinya sebagai pengacara dia tidak perlu disogok, dia hanya berpegang
pada rasa professional yang ada dalam dirinya.
d.   Nilai pendidikan
Nilai pendidikan yang ada di dalam cerpen Peradilan Rakyat Putu Wijaya ini penulis
dapat tunjukan berdasarkan kutipan berikut ini: “…Negara harusnya percaya bahwa
menegakkan keadilan tidak bisa lain harus dengan keadilan yang bersih, sebagaimana
yang sudah Anda lakukan selama ini…."

Selain kutipan di atas, nilai pendidikan yang ada dalam cerpen Peradilan Rakyat Putu
Wijaya ini penulis juga dapat tunjukan berdasarkan kutipan berikut ini:
"…Tidak ada kemenangan di dalam pemburuan keadilan. Yang ada hanya usaha untuk
mendekati apa yang lebih benar. Sebab kebenaran sejati, kebenaran yang paling benar

19
mungkin hanya mimpi kita yang tak akan pernah tercapai. Kalah-menang bukan masalah
lagi. Upaya untuk mengejar itu yang paling penting….”

Dari kedua kutipan diatas maka, untuk menegakan sebuah keadilan maka kita harus
menegakannya dengan keadilan yang bersih tanpa berdasarkan kepentingan tertentu dan
berusaha untuk menegakan keadilan berdasarkan kebenaran. 

20
Novel

Perempuan Berkalung Sorban

Novel yang satu ini pernah lekat bagi mereka pecinta sinema sebab memang telah
dituangkan dalam layar lebar. Novel ini bisa dikategorikan karya religious yang cerdas
mendobrak kebiasaan-kebiasaan yang membuat posisi wanita menjadi minor. Tokoh utama
novel ini bernama Annisa. Ia lahir dan tumbuh di kalangan pesantren yang memegang adat
keagamaan secara kokoh. Namun seiring perkembangannya, Annisa mulai merasakan adanya
perlakuan yang ganjil bagi dirinya. Ia merasa haknya dikecikan jika dibandingkan dengan
saudaranya yang lain. Annisa tak diijinkan berlatih menunggang kuda seperti saudara laki-
lakinya, ia tak diijinkan berbicara dan mengemukakan pendapatnya, ia harus diam saat di meja
makan, ia tak boleh terlambat bangun dan harus rajin serta masih banyak lagi perlakuan berbeda
yang diterima oleh Annisa dari orang tuanya sendiri yang merupakan Kiyai terhormat di
pesantren.

Annisa sudah lama menyampaikan protesnya akan tetapi tak ada yang mau
mendengarkannya. Satu-satunya yang mendukungnya bernama Khudori. Ia sebenarnya masih
kerabat Annisa. Namun benih cinta di antara mereka tak bisa disembunyikan. Hanya saja,
berjalannya waktu, Khudori akhirnya harus terpisah dari Annisa sebab ia melanjutkan
pendidikannya di Cairo Mesir. Tinggallah Annisa sendiri di lingkungan pesantren. Namun
hubungan mereka masih berlanjut lewat surat-surat. Setelah Annisa lulus dari Sekolah Dasar, ia
kemudian dijodohkan dengan seorang anak Kiyai terpandang bernama Samsyuddin. Annisa tak
setuju atas pernikahan tersebut tapi ia tak kuasa menolak. Pada akhirnya ia tak bahagia dengan
pernikahan itu sebab selain tanpa cinta, Syamsuddin juga bukan pribadi yang menyenangkan. Ia
kasar dan sering menyiksa Annisa bahkan saat berhubungan intim sekalipun. Perlakuan itu
berlanjut hingga suatu waktu datang seorang wanita yang tengah hamil tua dan mengaku anak
dalam perutnya adalah keturunan Syamsuddin. Annisa kemudian rela dipologami.

Annisa sebagai isteri pertama menjalin hubungan yang baik dengan isteri kedua
suaminya. Mereka bahkan tak segan berbagi. Namun, kembalinya Khudori ke Indonesia
membuat Annisa berani menceritakan semua kekejaman Syamsuddin terhadapnya. Akhirnya, ia
memilih bercerai. Rasa cinta Annisa dan Khudori tidak bisa disembunyikan. Hanya saja
keduanya terganjal restu. Akhrnya mereka memutuskan hidup masing-masing sambil menunggu

21
restu juga masa iddah Annisa habis. Annisa melanjutkan kuliah di Jogjakarta sementara Khudori
sibuk bekerja. Singkat cerita, Khudori akhirnya meminang Annisa dan menikah atas persetujuan
keluarganya. Mereka hidup bahagia dan dikaruniai anak bernama Mahbub. Namun suatu waktu
di sebuah pesta, pasangan ini bertemu dengan Syamsuddin yang masih menaruh dendam. Hingga
pada akhirnya Khudori dikabarkan meninggal akibat kecelakaan. Annisa meyakini kematian
suaminya disebabkan oleh Syamsuddin. Tapi ia tak punya bukti yang cukup. Ia pada akhirnya
memilih ikhlas dan hidup bersama anaknya.

Unsur Instrinsik
a. Tema :
perjuangan melawan kekolotan budaya yang ada. Hal ini dibuktikan dari semangat anisah
menentang semua deskriminasi terhadap wanita
b. Alur : Maju-mundur
“perjalanan Anisah kecil menjadi dewasa, kemuudian data-data tahun yang tercantum,
cerita yang berkelanjutan seperti saat anisah muda yang sering membuat onar dan
berkelanjutan sampai ia dewasa bahkan saat menikah dengan Samsudin (suami Anisah
yang lama)”
“saat ayah anisah meninggal dan anisah memimpikan dalam tidurnya saat bertemu
dengannya dan bercakap-cakap saat masih kecil.”
c. Latar :
a) Pantai
“saat anisah kecil ia belajar menunggangi kuda di pandai, saat anisah merasa kesal
pada ketidakadilan yang ada disekitarnya ia melarikan diri ke pantai dan saat lek
khudori ingin melanjutkan sekolah ke kairo mereka bermain di tepi pantai.”
b) Pondok pesantren
“ayah anisah adalah pendiri salah satu pondok pesantren yang ada di jawa tengah, dan
selama 12 tahun anisah belajar di pondok pesantren.”
c) Kamar anisah
“saat samsudin akan melamar anisah, orang tua anisah menyuruhnya bersiap-siap
dikamar”

d) Jogja

22
“setelah anisah dewasa dan bercerai dari samsudin anisah melanjutkan hidupnya di
jogja, ia bekerja dan hidup sendiri di jogja.”

e) Bioskop

“saat anisah remaja ia sangat ingin melihat film dan akhirnya ia kabur dari pesantren
dan pergi ke bioskop”
f) Pasar : saat pagi anisah berbelanja dipasar, dan saat rumah tangga anisah berantakkan
semua orang dipasar membicarakannya.
g) Rumah makan : khudori kembali ke Indonesia dan menemui anisah di jogja dan saat
khudori meyakinkan dan melamar anisah.
h) Mesir : khudori melanjutkan pendidikan di kairo mesir
i) Sekolah : anisah kabur karena ia tidak dijadikan ketua kelas walaupun nilainya lebih
tinggi

d. Suasana :
a) Menyenangkan : saat anisah dan khudori bermain bersama dipantai
b) Menyedihkan : saat perpisahan anisah dan khudori, saat ayah anisah meninggal dan
saat khudori meninggal karena kecelakaan
c) Menegangkan : saat perdebatan antara ayah anisah dan anisah tentang kebebasan
perempuan, saat ayah anisah marah karena anisah kabur dari kelas, saat samsudin
melakukan kekerasan pada anisah, saat anisah dan khudori dituduh berbuat zina dan
dilempari batu, saat kakak anisah menentang perbuatan anisah yang ingin membuat
perpustakaan modern, dan saat semua buku-buku modern dibakar.
d) Romantis : saat anisah dan khudori bersama dalam menghadapi masalah yang
menimpah mereka, saat mereka ke dokter untuk periksa kandugan anisah dan saat
khudori berjanji akan selalu menemani anisah.
e. Waktu :
a) 1985 : saat anisah kecil dan ditinggal khudori untuk melanjutkan sekolah ke kairo
b) 1992 : saat anisah kangen dengan khudori dan melihat kearah kalender
c) Anisah kecil : saat anisah bermain ditepi pantai dan belajar kuda walaupun pada
akhirnya ia ketahuan dan dilarang keras
d) Saat pemilihan ketua kelas : anisah menang dalam voting pemilihan ketua kelas, tapi
sebagai wanita ia tidak boleh menjadi pemimpin.

23
e) Samsudin melamar : saat samsudin dan keluarga datang ke pesantren anisah dan
membicarakan tentang perjodohan anisah dan samsudin.
f) Pagi hari : terdengar adzan subuh dan pada santri mengambil air wudhu
g) Malam hari : jam 7 malam anisah pergi ke bioskop dan mendapati seseorang
menggodanya.
f. Tokoh dan penokohan:
a) Anisah : cerdas, kritis, dan berfikiran maju.
“Hal ini dibuktikan dengan beberapa pemikirannya yang selalu mendetile dalam
menghadapi permasalah yang mengekangnya selama dipesantren dan keinginan yang
kuat untuk bebas dan maju namun tetap menjaga kodratnya sebagai wanita
muslimah.”
b) Khudori : cerdas, penyayang, penyabar, dan dewasa.
“Hal ini dibuktikan dengan perilakunya yang senantiasa berhati-hati dan tidak
sembarangan, ia juga bisa mengotrol emosinya saat ia dihina dan dilempari batu.
Watak cerdasnya berdasarkan kemampuannya melanjutkan sekolah di kairo.”
c) Abi (Ayah Anisah) : bijaksana, tegas, agamis.
“Hal ini dibuktikan dari ket Ø Abi (Ayah Anisah) : Hal ini dibuktikan dari
keteguhannya dalam membangun pesantren dan menentang anisah menjadi wanita
yang liar.”
d) Ummi : penyayang, pendiam, bijaksana.
Hal ini dapat dilihat dari perilaku tokoh yang cenderung diam dalam mengambil
keputusan namun ia tetap memiliki maksud tersembunyi. Ia juga sangat menyayangi
anisah walaupun tingkahnya keterlaluan ia tetap membelanya.
e) Samsudin : kasar, genit, kurang ajar.
Hal ini dapat dilihat dari cara samsudin memperlakukan anisah sebagai istrinya, dan
juga ia telah menghamili wanita lain.
f) Sari : berfikiran maju dan berani.
Hal ini bisa dilihat dari sikap sari yang berusaha menjadi penulis terkenal sampai-
sampai ia berani kabur untuk ikut workshop.
g. Amanat :
1) Peganglah agama untuk hidup yang berkualitas
2) Jangan membantah orang tua
3) Jangan berhenti berfikir kritis dan ingin maju

24
4) Bersabarlah dalam menghadapi ujian

2. Unsur ekstrinsik
a) Nilai agama: seorang wanita bisa dengan mudah untuk masuk surga, bersabar dalam
menjalani cobaan dan menjalani hidup sesuai ajaran agama
b) Nilai budaya: setiap subuh sholat berjamaah dan dilanjutkan sekolah, kebiasaan
perjodohan dilingkungan pesantren, dan orang yang berbuat zina dilempari batu.
c) Nilai estetik : keindahan pantai parangtritis yang di jadikan lokasi cerita
d) Nilai social : perselingkuhan yang kerap terjadi, kekerasan dalam rumah tangga dan
saling membantu sesame dalam menghadapi masalah
e) Nilai edukasi : selalu terbuka dengan ilmu dan dunia tapi tetap harus memiliki benteng
pertahanan yang akan melindungi jati diri sebagai seorang muslim.

25
Sinopsis Roman

Pertemuan Jodoh

Ketika perjalanan menuju Bandung dengan menggunakan kereta api. Secara tidak sengaja,
seorang pemuda mempersilahkan tempat duduknya kepada Ratna karena tempat duduk yang lain
telah penuh. Pemuda itu bernama Suparta, seorang pelajar dari STOVIA Jakarta. Ratna sendiri
kini bersekolah di Frobelkweeschool. Mereka pun berkenalan satu sama lain. Ternyata,
perkenalan itu membuat mereka saling menanam benih- benih cinta diantara masing-masing.

Liburan tiba, Suparta mengajak Ratna untuk pergi mengunjungi rumahnya di Sumedang.
Ternyata, Suparta ingin memperkenalkan Ratna pada kedua orang tuanya. Akan tetapi, Nyai
Raden Tedja Ningrum tidak begitu bersahabat terhadap Ratna setelah tahu bahwa Ratna berasal
dari keturunan orang biasa dan bukan seorang bangsawan. Selama disana, Ratna selalu
disinggung oleh Ibu Suparta tentang calon istri Suparta yaitu Nyai Raden Siti Halimah yang
tidak lain ialah teman sekelasnya di Frobelkweeschool. Mendengar hal itu Ratna merasa sakit
hati

Sejak saat itu, Ratna tersinggung dan kecewa terhadap Suparta. ia pun mencoba untuk
melupakannya. Sayang, kesedihannya tidak berhenti disitu, ia pun harus putus sekolah karena
usaha pembakaran kapal milik ayahnya , Tuan Atmaja bangkrut. Ia pun berusaha untuk mencari
pekerjaan. Akhirnya, ia diterima menjadi pramusaji di sebuah toko. Disamping gajinya untuk
memenuhi kebutuhan sehari- hari, juga ia pergunakan untuk membiayai sekolah adiknya.
Malang bagi Ratna, belum lama bekerja di toko tersebut. Ia pun harus di PHK, begitupun dengan
para pekerja yang lain. Toko itu harus ditutup atas perintah pengadilansebab ada sesuatu yang
belum terpenuhi.

Namun, Ratna tidak putus asa. Ia mencoba untuk tetap tabah dan mencari pekerjaan yang lain.
Pernah, ia melamar pekerjaan ke kantor advokat, namun tidak berhasil dikarenakan pimpinan
advokatnya itu selalu menggodanya. Tanpa disengaja, Ratna lewat di depan rumah mewah milik
Nyonya dan Tuan Kornel. Ia pun mencoba melamar pekerjaan dan akhirnya ia diterima sebagai
ibu rumahtangga

26
Nasib malang harus diterima Ratna lagi, salah seorang pembantu lain, Jene memfitnah bahwa
Ratna telah mencuri perhiasan milik Nyonya Kornel. Ratna pun dilaporkan ke Polisi oleh
Nyonya Kornel, sehingga ia ditangkap. Ratna yang merasa tidak melakukannya, bergegas
melarikan diri ketika polisi yang menjaganya tertidur lelap. Ia melarikan diri dengan cara terjun
ke Sungai Kwitang. Untung saja, nyawanya berhasil diselamatkan dan langsung dilarikan ke
rumah sakit.

Beruntung bagi Ratna, sebab tepat waktu itu ia dirawat oleh kekasihnya sendiri, Suparta. Kini,
Suparta telah berprofesi menjadi dokter tetap di rumah sakit itu. Betapa gembiranya Suparta
bertemu dengan Ratna di rumah sakit. Sebab sampai saat ini, dia sudah mencari Ratna kemana-
mana namun tidak berhasil. Kini, Ibu Suparta sudah menerima keadaan Ratna apa adanya.
Sayang, Ratna sendiri hilang bagai ditelan bumi. Beberapa tempat telah dicari oleh Suparta.
Bahkan dia pergi ke Togoapu, rumah orang tua Ratna tapi Ratna tidak ada di sana. Kemudian,
Suparta pergi ke Kebon Sirih atas saran orang tua Ratna yang memberitakan kalau Ratna tinggal
disana. Ternyata, kedatangan Suparta telah terlambat sebab saat itu Ratna dan adiknya sudah
berangkat ke Jakarta. Suparta pun sampai putus asa mencari kesana- sini. Beruntung baginya,
tiba- tiba saja ia bertemu Ratna yang sedang terluka di rumah sakit

Ratna menceritakan semua kejadian yang terjadi, sehingga ia bisa sampai di rumah sakit. Dokter
Suparta pun berusaha keras menolong kekasihnya itu. Dia mencari seorang pengacara guna
menemani Ratna di pengadilan atas tuduhan pencurian perhiasaan milik Nyonya Kornel. Setelah
diadili, ternyata Ratna tidak bersalah melainkan Amat yang mencuri perhiasan itu. Amat adalah
kekasih Jene. Jene tidak dihukum melainkan Amat yang dihukum. Pengadilan itu juga telah
mempertemukan Ratna dengan adiknya, Sudarma. Kini Sudarma menjadi schatter pegadaian di
Purwakarta yang saat itu bertindak sebagai saksi mata atas kejadian itu. Oleh Suparta dan
adiknya, Ratna disuruh beristirahat di paviliun yang bernama Bidara Cina. Hanya Suparta dan
Sudarma yang diperkenankan memeriksa kesehatan Ratna.

Setelah Ratna sehat, Dokter Suparta melamar Ratna. Akhirnya, mereka pun menikah namun
pestanya dilaksanakan di rumah Sudarma. Setelah menikah, mereka berdua kembali ke Togoapu
untuk tinggal di rumah tuan atmaja. Rumah itu dibangun atas bantuan Suparta sebagai hadiah
perkawinan mereka.

27
Unsur Intrinsik

1. Tema

Tema dari roman Pertemuan Jodoh adalah kisah percintaan antara bangsawan dan orang
pribumi. Roman ini mengisahkan tentang hubungan antara Suparta dengan Ratna yang
awalnya tidak disetujui oleh Ibu Suparta. Ketidaksetujuan tersebut disebabkan oleh
perbedaan keturunan (perbedaan derajat). Namun pada akhirnya Ibunda Suparta
menyetujui hubungan mereka berdua.

2. Alur (Plot)

Roman Pertemuan Jodoh menggunakan alur maju. Cerita dimulai dari pengenalan tokoh,
timbulnya masalah, puncak konflik, dan diakhiri dengan penyelesaian.

a) Pengenalan tokoh

Suparta adalah anak seorang bangsawan. Dia kuliah di Top Opleiding Voor Indische
Artsn, nama sekolah Dokter sebelum dijadikan sekolah tinggi di zaman Hindia
Belanda.

Ratna adalah gadis pribumi yang menjalin hubungan dengan Suparta. Ratna kuliah di
Sekolah Rakyat. Ratna dan Suparta pertama kali bertemu di kereta dari Jakarta
hendak ke Bandung. Mulai dari situlah hubungan mereka terjalin.

b) Timbulnya masalah

Setelah Ratna dipertemukan dengan Ibu Suparta yang bernama Nyai Raden Teja
Ninrum, Teja Ningrum tidak merestui hubungan mereka berdua karena Ratna bukan
keturunan orang Bangsawan.

c) Puncak Konflik

Sejak hubungan Ratna dan Suparta tidak disetujui oleh pihak Suparta, Ratna
tersinggung dan kecewa terhadap Suparta. ia pun mencoba untuk melupakannya.
Sayang, kesedihannya tidak berhenti disitu, ia pun harus putus sekolah karena usaha
pembakaran kapal milik ayahnya , Tuan Atmaja bangkrut.

28
d) Penyelesaian Konflik

Ketika Ratna terkena musibah dan masuk rumah sakit, di sanalah Ia bertemu kembali
dengan Suparta, mantan kekasihnya. Sejak itulah mereka menjalin hubungan yang
sempat terpisah. Seiring berjalannya waktu sang Ibu Suparta pun merestui hubungan
merka berdua.

3. Tokoh dan Penokohan

a. Ratna : Perempuan terpelajar, sabar menghadapi segala macam cobaan.

b. Suparta : Pemuda terpelajar, berprofesi sebagai dokter. Dia kekasih, Ratna.

c. Ayah Suparta : Seorang bangsawan yang selalu memegang adat istiadat.

d. Ny. Raden Tedja Ningrum : Ibu kandung Suparta. Seorang bangsawan yang selalu
membanggakan kekayaannya.

e. Ny Raden Siti Halimah : Wanita pilihan Ibu Suparta.

f. Tn. Dan Ny. Kornel : Orang Belanda yang kaya dan rendah hati.

g. Jene : Pembantu yang bekerja di rumah orang Belanda. Dia mempunyai perangai
yang buruk

4. Sudut Pandang

Roman Pertemuan Jodoh menggunakan sudut pandang orang ketiga. Abdul Muis
menceritakan ceritanya menggunakan nama pemeran tokoh-tokoh dalam roman tersebut.

5. Latar dan Tempat Kejadian

Tempat terjadinya peristiwa di daerah Pasundan, Jawa Barat. Suasana yang tergambar
dalam roman Pertemuan Jodoh yaitu menyedihkan. Hal terlihat saat hubungan antara
Suparta dan Ratna tidak direstui.

6. Amanat

29
a) Tidak membeda-bedakan derajat manusia, manusia diciptakan Tuhan dengan derajat
yang sama, yang penting manusia itu mempunyai moral yang baik. Sikap rendah hati
dan tidak sombong yang dimiliki Suparta.

b) Tidak selalu menuruti keinginan orang lain (termasuk ibunya). Suparta hormat pada
ibunya, namun pendapat Suparta bertentangan dengan ibunya dalam memilih jodoh.
Suparta mempunyai prinsip hidup sendiri, asalkan baik, boleh tetap dijalankan.

c) Ketekunan Suparta dalam belajar, walaupun ia mengalami patah hati (putus cinta
dengan Ratna). Suparta tetap tekun belajar dan akhirnya menjadi dokter.

d) Kesabaran dan keteguhan hati Suparta dalam menanti gadis pujaannya Ratna, juga
menanti kepulihan Ratna dari tekanan hidup yang dialaminya.

e) Kerendahan hati Ratna dan ketidakputusasaannya dalam mempertahankan hidup.


Ratna tidak gengsi menerima pekerjaan sebagai pembantu untuk mempertahankan
hidup dan membantu biaya sekolah adiknya.

f) Tidak dendam dan membalas sikap orang yang telah menyakitinya. Ratna difitnah
teman kerjanya (Jene) dan dituduh mencuri.

g) Dengan kesabaran, keteguhan hati dan sifat yang tidak mudah putus asa akhirnya
keduanya (Ratna dan Suparta) memperoleh kebahagiaan.

Unsur Ekstrinsik

1. Latar belakang penciptaan karya sastra

Roman Pertemuan Jodoh berasal dari luar diri pengarang, karena pada roman ini
pengarang hanya sebagai sudut pandang orang ketiga.

2. Sejarah dan latar belakang pengarang

Abdoel Moeis (lahir di Sungai Puar, Bukittinggi, Sumatera Barat, 3 Juli – wafat di
Bandung, Jawa Barat, 17 Juni 1959 pada umur 75 tahun) adalah seorang sastrawan dan
wartawan Indonesia. Pendidikan terakhirnya adalah di Stovia (sekolah kedokteran,
sekarang Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia), Jakarta akan tetapi tidak tamat. Ia
juga pernah menjadi anggota Volksraa. Setelah menyelesaikan pelajarannya di sekolah

30
rendah Belanda di Bukit tinggi ia melanjutkan pelajaran di Stovia, tetapi tidak sampai
selesai. Kemudian, ia mejadi wartawan di Bandung.

Dengan mengetengahkan tokoh Ratna dalam roman Pertemuan Jodoh, Abdoel Moeis
mengkritik perjodohan dan kesetaraan derajat. Dalam roman tersebut masalah adat masih
disinggung-singgungnya, bahkan di kritiknya tajam sekali.

3. Kondisi Masyarakat Saat Karya Sastra Diciptakan

Pengarang menciptakan roman ini berdasarkan kehidupan sosial masyarakat pada masa
itu, yaitu tentang kesetaraan derajat dan perjodohan.

4. Nilai moral

a) Tidak membeda-bedakan derajat manusia, manusia diciptakan Tuhan dengan derajat


yang sama, yang penting manusia itu mempunyai moral yang baik. Sikap rendah hati
dan tidak sombong yang dimiliki Suparta.

b) Tidak selalu menuruti keinginan orang lain (termasuk ibunya). Suparta hormat pada
ibunya, namun pendapat Suparta bertentangan dengan ibunya dalam memilih jodoh.
Suparta mempunyai prinsip hidup sendiri, asalkan baik, boleh tetap dijalankan.

c) Kesabaran dan keteguhan hati Suparta dalam menanti gadis pujaannya Ratna, juga
menanti kepulihan Ratna dari tekanan hidup yang dialaminya.

d) Kerendahan hati Ratna dan ketidakputusasaannya dalam mempertahankan hidup.


Ratna tidak gengsi menerima pekerjaan sebagai pembantu untuk mempertahankan
hidup dan membantu biaya sekolah adiknya.

e) Tidak dendam dan membalas sikap orang yang telah menyakitinya. Ratna difitnah
teman kerjanya (Jene) dan dituduh mencuri.

f) Dengan kesabaran, keteguhan hati dan sifat yang tidak mudah putus asa akhirnya
keduanya (Ratna dan Suparta) memperoleh kebahagiaan.

31
5. Nilai pendidikan

Ketekunan Suparta dalam belajar, walaupun ia mengalami patah hati (putus cinta dengan
Ratna). Suparta tetap tekun belajar dan akhirnya menjadi dokter.

6. Nilai sejarah

Diskriminasi kelas sosial di cerita ini sangat terlihat. Contohnya perbedaan terhadap
bangsa pribumi dan bangsawan. Di kalangan pribumi pun terjadi diskriminasi terhadap
masyarakatnya sendiri.

7. Relevansi dengan zaman sekarang.

Dalam roman Pertemuan Jodoh, banyak menceritakan tentang perjodohan dan kesetaraan
derajat antara orang bangsawan dan pribumi. Pada zaman ini, hal tersebut dipandang
tidak lumrah. Saat ini perjodohan tidak dilakukan oleh masyarakat. Selain itu, masyarakat
berpandangan bahwa manusia itu sama di mata Tuhan.

Aliran Isi Roman Pertemuan Jodoh

Pengarang dalam menggambarkan isi roman melihat situasi kisah nyata masyarakat saat itu.
Situasi tersebut digambarkan melalui kisah nyata percintaan antara orang bangsawan dan
pribumi. kisah cinta itu tergambarkan di mulai dari bertemunya Suparta dan Ratna. Hingga pada
akhirnya mereka menjalin kisah cinta menjadi sepasang kekasih. Banyak lika-liku kisah
percintaan yang mereka alami, mulai dari tidak direstuinya hubungan mereka karena perbedaan
status hingga mereka terpisah sementara oleh jarak dan waktu. Namun pada akhirnya kisah cinta
itu berakhir pada kebahagiaan. Kebahagiaan itu terjadi saat Suparta dan Ratna dipertemukan
kembali di rumah sakit, dan pada akhirnya hubungan mereka direstui oleh Ibu Suparta.

32

Anda mungkin juga menyukai