Anda di halaman 1dari 4

RESENSI : SI BUNGKUK DAN SI PANJANG

15.19 Maulana Al-Anshor

A. SINOPSIS
Suatu hari terdapat sepasang suami istri yang hendak menyebrang
sungai. Namun, mereka tidak menemukan perahu untuk menyebrang
sungai tersebut. Karena laki-laki tua tersebut tidak mengetahui
kedalaman sungai tersebut, lagipula dia bungkuk maka ia tidak berani
untuk turun ke sungai. Dilihatnya seorang laki-laki Bedawi yang ada di
seberang sungai, maka laki-laki tua itu
meminta tolong kepada Bedawi untuk menyeberangkan ke sungai. Bedawi
tersebut senang karena ia melihat istri laki-laki tua itu cantik parasnya,
sedangkan suaminya sudah tua dan punggungnya bungkuk.
Dengan kelicikannya, Bedawi itu memanfaatkan laki-laki tua dengan
berbohong bahwa sungainya dalam dengan ia memendekkan tubuhnya
sampai lehernya tertutup air. Dia juga menginginkan istri orang tua itu
dengan beralasan bahwa dia tidak mungkin membawa dua orang
sekaligus maka laki-laki tua itu menyuruh istrinya untuk menyeberang
terlebih dahulu.
Bedawi itu merasa sangat beruntung karena dengan dengan kelicikannya,
ia membawa perempuan itu dan bekal barang-barang sepasang suami
istri tersebut. Di tengah-tengah sungai Bedawi itu mencoba merayu
perempuan tersebut dengan mengejeknya bahwa seorang wanita cantik
tetapi mempunyai suami yang bungkuk. Dan ia mengatakan untuk
memperistri wanita itu. Perempuan itu pun luluh dengan rayuan Bedawi
tersebut, dan perempan itu pun menyetujui untuk menikah dengan
Bedawi itu.
Setelah sampai di tepi sungai, Bedawi dan perempuan itu mandi lalu
menikmati perbekalan yang telah dibawanya. Setelah itu mereka
berjalan-jalan. Dari kejauhan, orang tua bungkuk itu merasa heran
dengan tingkah laku Bedawi dan istrinya tersebut. Lalu ia memutuskan
untuk menyusul mereka, ia nekat untuk menyeberangi sungai walaupun
taruhannya nyawa. Setelah turun ke sungai, orang tua bungkuk tersebut
heran karena ternyata sungai tersebut tidaklah dalam airnya.
Sesampainya di tepi sungai, orang tua tersebut pergi ke dusun
Masyhudulhakk untuk mengadukan masalahnya tersebut. Setelah itu,
Masyhudulhakk memanggil Bedawi dan perempuan tersebut dan
menanyakan siapakah perempuan itu?
Bedawi pun menjawab bahwa perempuan itu adalah istrinya yang telah
dinikahinya. Akan tetapi, orang tua tersebut menyangkal perkataan
Bedawi bahwa perempuan itu adalah istrinya. Maka terjadilah
pertengkaran antara Bedawi dengan orang tua itu. Dan banyak orang
yang berkerumun melihat kegaduhan tersebut.
Lalu Masyhudulhakk menanyakan kepada perempuan itu, siapakah
sebenarnya suaminya tersebut. Lalu wanita itu menjawab bahwa
suaminya itu adalah Si Panjang, Masyhudulhakk pun kembali bertanya
kepada mereka tetapi secara bergantian, untuk yang pertama adalah
perempuan itu, dia mengaku bahwa suaminya adalah si panjang. Namun,
saat ia di tanyai oleh Masyhudulhakk sipakah mertua laki-laki dan
wanitanya serta dimanakah mertuanya tinggal, ia tidak bisa
menjawabnya.
Lalu, giliran Si Panjang yang ditanyai oleh Masyhudulhakk, apakah benar
bahwa perempuan itu adalah istrinya, Si Panjang pun dengan yakin
menjawab bahwa perempuan itu adalah istrinya, namun setelah ditanyai
oleh Masyhudulhakk siapa nama mertua laki-laki dan perempuan serta
dimana mertuanya tinngal, ia tidak dapat menjawabnya.
Lalu, Masyhudulhakk melanjutkan pertanyaannya kepada orang tua
bungkuk tersebut, apakah benar perempuan tersebut adalah istrinya, ia
menjawab dengan yakin bahwa perempuan itu adalah istrinya. Lalu,
Masyhudulhakk menanyakan siapa mertua laki-laki dan perempuannya
serta dimanakah mertuanya tinggal, orang tua bungkuk itu pun
menjawab dengan jelas pertanyaan dari Masyhudulhakk tersebut.
Dari, pengakuan tersebut sudah diketahui siapa yang salah dan siapa
yang benar. Orang tua bungkuk itu sudah terbukti bahwa dialah yang
benar dan Bedawi itulah yang salah. Akhirnya, Bedawi dan perempuan itu
pun mengakui kesalahannya dan mendapatkan hukuman dari
Masyhudulhakk sebanyak 100 kali. Masyhudulhakk juga menyuruh
Bedawi itu untuk bertaubat dan tidak melakukan perbuatan itu lagi.
Dari cara Masyhudulhakk memecahkan masalah dengan kemampuan
dan kecakapannya, membuat Masyhudulhakk semakin terkenal kearifan
dan kebijaksanaannya di dalam masyarakat.

B. UNSUR INTRINSIK

1. Tema : Kesetiaan dan Pengkhianatan Cinta


2. Alur : Alur maju
3. Sudut Pandang : orang ketiga serba tahu
4. Latar :
a. Latar tempat : tepi sungai, sungai, sebuah dusun
b. Latar suasana :menegangkan, mengecewakan
c. Latar Waktu :siang hari
5. Penokohan :
a. Masyhudulhakk : baik hati, arif, bijaksana, pintar, suka menolong,
cerdik
b. Si Bungkuk : baik hati, setia pada istrinya, pemaaf, mudah
percaya
c. Istri Si Bungkuk : mudah dirayu, egois, tidak setia, suka
berbohong
d. Si Panjang / Bedawi : jahat, licik, egois
6. Amanat :
Kita tidak boleh mudah tergoda oleh rayuan-rayuan yang belum pasti
kebenarannya. Karena itu akan membuat kita kecewa.
Kita tidak boleh bohongkepada siapapun. Karena berbohong itu berdosa
dan dapat merugikan diri kita sendiri juga.
Kita harus membantu orang dengan ikhlas.
Syukurilah jodoh yang telah diberikan oleh Tuhan. Yakinlah bahwa jodoh
kita tersebut adalah yang terbaik untuk kita.
Yakinlah bahwa kebaikan akan mengalahkan kejahatan. Karena kejahatan
apapun akan terkuak walaupun sudah ditutup-tutupi sedemikian rupa.

C. UNSUR EKSTRINSI

1. Nilai Moral
Kejujuran
Di dalam hikayat ini terdapat nilai kejujuran yang harus ditanamkan
dalam diri ini di kehidupan sehari-hari. Dalam hikayat tersebut Bedawi
dan perempuan itu tidak jujur maka mereka mendapatkan akibatnya
yaitu harus menanggung malu dan mendapat hukuman karena
kebohongannya.
Kebijaksanaan
Dalam hikayat ini tokoh Masyhudulhakk mempunyai sifat bijaksana yang
baik untuk dicontoh. Dia bijaksana dalam menyelesaikan suatu masalah
yang ia hadapi.
Kesetiaan
Dalam hikayat ini kita diajarkan untuk menjadi orang yang setia. Tokoh
orang tua bungkuk tersebut mempunyai kesetiaan yang tinggi kepada
istrinya. Dia tidak rela jika istrinya berselingkuh dengan orang lain,
bahkan ia rela bertaruh nyawa demi istrinya saat melihat istrinya bersama
Bedawi tersebut.
Nilai Sosial
Tolong menolong
Masyhudulhakk punya sifat tolong menolong dengan sesama. Dia dengan
ikhlas menolong orang yang membutuhkan pertolongannya untuk
menyelesaikan suatu masalah.
Bermusyawarah
Dalam hikayat tersebut terdapat budaya musyawarah untuk
menyelesaikan suatu masalah. Bukan dengan kekerasan ataupun dengan
cara fisik. Akan tetapi, dalam hikayat ini terdapat budaya untuk
bermusyawarah secara baik-baik untuk memecahkan masalah.
Nilai Agama
Dalam hikayat ini, Masyhudulhakk menyuruh Bedawi dan perempuan itu
untuk bertaubat agar dapat dilebur dosa-dosa yang ia perbuat. Bersyukur
kepada Tuhan atas jodoh yang telah diberikan.
3. Kepengarangan

Hikayat mashudulhakk ini dari salah satu naskah lama (Collectie v.d. Wall)
dengan diubah di sana-sini setelah dibandingkan dengan buku yang
diterbitkan oleh A.F. v.d. Wall (menurut naskah yang lain dalam kumpulan
yang tersebut).Dalam Volksalmanak Melayu 1931 (Balai Pustaka) isi
naskah yang dipakai v.d. Wall itu diringkaskan dan sambungannya dimuat
pula, dengan alamat "Masyudhak".. Dinantinya.

Anda mungkin juga menyukai