Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

I. TUUJUAN PERCOBAAN
 Mahasiswa dapat memahami dan melakukan uji emisi Sox
 Mahasiswa dapat memahami dan melakukan uji emisi NOx
II. DASAR TEORI
A. Definisi udara
Udara adalah suatu sampuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi.
Komposisi campuran gas tersebut tidak selalu konstan. Komponen yang konsentrasinya
paling bevariasi adalah air dalam bentuk uap dan karbon dioksida (CO₂). Jumlah uap air yag
terdapat di udara bervariasi tergantug dari cuaca dan suhu.
Udara adalah faktor penting dalam kehidupan, namun, di era modern, sejalan dengan
perkembangan pembangunan fisik kota dan pusat industri, serta berkembangnya transportasi,
telah menyebabkan kualitas udara mengalami perubahan. Dari yang mulanya segar, kini,
kering dan kotor akibat dari terjadinya pencemaran udara karena kendaraan transportasi.
(Ismiyati, Marlita, and Saidah 2014)
Secara alamiah. udara mengandung unsur kimia seperti : O₂. N₂.NO₂. CO₂. H₂. dll.
Penambahan gas ke udara melampaui kandungan alami akibat kegiatan manusia akan
menurunkan kualitas udara. Udara di alam tidak penah ditemukan bersih tanpa polusi sama
sekali. Beberapa gas seperti sulfur dioksida (SO₂). hidrogen sulfida (H₂S) dan karbon
monoksida selalu dibeaskan ke udara sebagi produk sampingan dari prose-proses alami.
B. Pencemaran Udara
Udara merupakan faktor yang penting dalam hidup dan kehidupan. Namun pada era modern
ini, sejalan dengan perkembangan pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, serta
berkembangnya transportasi, maka, kualitas udara pun mengalami perubahan yang
disebabkan oleh terjadinya pencemaran udara, atau, sebagai berubahnya salah satu komposisi
udara dari keadaan yang normal; yaitu masuknya zat pencemar (berbentuk gasgas dan partikel
kecil/aerosol) ke dalam udara dalam jumlah tertentu untuk jangka waktu yang cukup lama,
sehingga dapat mengganggu kehidupan manusia, hewan, dan tanaman(Ismiyati, Marlita, and
Saidah 2014)
Pencemaran udara adalah masuknya atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam
atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan sehingga menurunkan
kualitas lingkungan. Dengan demikian akan terjadi gangguan pada kesehatan manusia. .
Pencemaran udara dapat terjadi dimana-mana, seperti di dalam rumah, sekolah, dan kantor.
Pencemaran seperti ini sering disebut dengan pencemaran dalam ruangan (indoor pollution).
Sedangkan pencemaran di luar ruangan (outdoor pollution) berasal dari emisi kendaraan
bermotor, industri, perkapalan, dan proses alami oleh makhluk hidup. Sumber pencemar udara
dapat diklasifikasikan menjadi sumber diam dan sumber bergerak. Sumber diam terdiri dari
pembangkit listrik, industri dan rumah tangga. Sedangkan sumber bergerak adalah aktifitas
lalu lintas kendaraan bermotor di darat dan tranportasi laut.(Simandjuntak 2007)
Dengan kemajuan ekonomi yang sangat pesat mendorong semakin bertambahnya
kebutuhan akan transportasi, di lain sisi lingkungan alam yang mendukung hajat hidup
manusia semakin terancam kualitasnya, sehingga efek negatif polusi udara terhadap
kehidupan manusia semakin hari semakin bertambah. Beberapa provinsi terutama di kota-kota
besar seperti Medan, Surabaya dan Jakarta, emisi kendaraan bermotor merupakan kontribusi
terbesar terhadap konsentrasi NO2 dan CO di udara yang jumlahnya lebih dari 50%.
Penurunan kualitas udara yang terus menerus terjadi selama beberapa tahun terakhir
menunjukkan kepada kita bahwa betapa pentingnya digalakkan upaya pengurangan emisi
dengan cara penyuluhan kepada industriawan maupun masyarakat ataupun dengan cara
mengadakan penelitian bagi penerapan teknologi pengurangan emisi.(Simandjuntak 2007)
Dalam tulisan ini dibahas mengenai pencemaran udara yang meliputi, karakter,
pengaruhnya terhadap kualitas lingkungan dan kesehatan manusia serta teknologi terbaru
untuk menguranginya.
Berdasarkan definisi ini maka segala bahan padat. gas dan cair yang ada diudara yang
dapat menimbulkan rasa tidak nyaman disebut polutan udara. Ada beberapa polutan yang
dapat menyebabkan pencemaran udara. antara lain sebagai berikut :
a. Karbon Monoksida (CO)
Gas buang kendaraan bermotor merupakan sumber utama bagi karbon monoksida
di berbagai perkotaan. Data mengungkapkan bahwa 60%-70% pencemaran udara di
Indonesia disebabkan karena benda bergerak atau transportasi umum yang berbahan
bakar solar terutama berasal dari Metromini [5]. Formasi CO merupakan fungsi dari
rasio kebutuhan udara dan bahan bakar dalam proses pembakaran di dalam ruang
bakar mesin diesel. Percampuran yang baik antara udara dan bahan bakar terutama
yang terjadi pada mesin-mesin yang menggunakan Turbocharge merupakan salah
satu strategi untuk meminimalkan emisi CO. Karbon monoksida yang meningkat di
berbagai perkotaan dapat mengakibatkan turunnya berat janin dan meningkatkan
jumlah kematian bayi serta kerusakan otak. Karena itu strategi penurunan kadar
karbon monoksida akan tergantung pada pengendalian emisi seperti pengggunaan
bahan katalis yang mengubah bahan karbon monoksida menjadi karbon dioksida dan
penggunaan bahan bakar terbarukan yang rendah polusi bagi kendaraan bermotor.
b. Nitrogen Oksida (NOx)
Sampai tahun 2000 NOx yang berasal dari alat transportasi laut di Jepang
menyumbangkan 38% dari total emisi NOx (25.000 ton/tahun). Gas NOx terbentuk
atas tiga fungsi yaitu ; Suhu (T), Waktu Reaksi (t), dan konsentrasi Oksigen (O 2),
NOx = f (T, t, O2). Ada 3 teori yang mengemukakan terbentuknya NOx, yaitu :
 Thermal NOx (Extended Zeldovich Mechanism) : Proses ini disebabkan
gas nitrogen yang beroksidasi pada suhu tinggi pada ruang bakar (>1800
K). Thermal NOx ini didominasi oleh emisi NO (NOx → NO + NO2).
 Prompt NOx : Formasi NOx ini akan terbentuk cepat pada zona
pembakaran.
 Fuel NOx : NOx formasi ini terbentuk karena kandungan N dalam bahan
bakar.
Kira-kira 90% dari emisi NOx adalah disebabkan proses thermal NOx, dan
tercatat bahwa dengan penggunaan HFO (Heavy Fuel Oil), bahan bakar yang biasa
digunakan di kapal, menyumbangkan emisi NOx sebesar 20-30%. Nitrogen oksida
yang ada di udara yang dihirup oleh manusia dapat menyebabkan kerusakan paru-
paru. Setelah bereaksi dengan atmosfir zat ini membentuk partikel-partikel nitrat
yang amat halus yang dapat menembus bagian terdalam paru-paru. Selain itu zat
oksida ini jika bereaksi dengan asap bensin yang tidak terbakar dengan sempurna dan
zat hidrokarbon lain akan membentuk ozon rendah atau kabut berawan coklat
kemerahan yang menyelimuti sebagian besar kota di dunia.
c. Sulfur Oxide (SOx)
Emisi SOx terbentuk dari fungsi kandungan sulfur dalam bahan bakar, selain itu
kandungan sulfur dalam pelumas, juga menjadi penyebab terbentuknya Sox emisi.
Struktur sulfur terbentuk pada ikatan aromatic dan alkyl. Dalam proses pembakaran
sulfur dioxide dan sulfur trioxide terbentuk dari reaksi :

S + O2 → SO2

SO2 + ½ O2 → SO3
Kandungan SO3 dalam SOx sangat kecil sekali yaitu sekitar (1-5)%. Gas yang
berbau tajam tapi tidak berwarna ini dapat menimbulkan serangan asma, gas ini
pun apabila bereaksi di atmosfir akan membentuk zat asam. Badan kesehatan
dunia (WHO) menyatakan bahwa tahun 1997-2003 jumlah sulfur dioksida di
udara telah mencapai ambang batas.

d. HydroCarbon (HC)
Emisi Hidrokarbon (HC) terbentuk dari bermacam-macam mesin yang
merupakan sumber pencemar. Penyebabnya adalah karena tidak terbakarnya bahan
bakar secara sempurna dan tidak terbakarnya minyak pelumas silinder. Emisi HC
pada bahan bakar HFO yang biasa digunakan pada mesin-mesin diesel besar akan
lebih sedikit jika dibandingkan dengan mesin diesel yang berbahan bakar Diesel Oil
(DO). Emisi HC ini berbentuk gas methan (CH4). Jenis emisi ini dapat menyebabkan
leukemia dan kanker.
e. Partikulat Matter (PM)
Partikel debu dalam emisi gas buang terdiri dari bermacam-macam komponen.
Bukan hanya berbentuk padatan tapi juga berbentuk cairan yang mengendap dalam
partikel debu. Pada proses pembakaran debu terbentuk dari pemecahan unsur
hidrokarbon dan setelah proses oksidasi. Dalam debu tersebut terkandung debu
sendiri dan beberapa kandungan metal oksida. Dalam kelanjutan proses ekspansi di
atmosfir, kandungan metal dan debu tersebut membentuk partikulat. Beberapa unsur
kandungan partikulat adalah karbon, SOF (Soluble Organic Fraction), debu, SO4,
dan H2O. Sebagian benda partikulat keluar dari cerobong pabrik sebagai asap hitam
tebal, tetapi yang paling berbahaya adalah butiran-butiran halus sehingga dapat
menembus bagian terdalam paru-paru. Diketahui juga bahwa di beberapa kota besar
di dunia perubahan menjadi partikel sulfat di atmosfir banyak disebabkan karena
proses oksida oleh molekul sulfur
C. Faktor Pencemaran Udara
Pencemaran udara disebabkan oleh beberapa faktor. antara lain:
a. Faktor alam (internal). yang bersumber dari aktivitas alam. contoh :
 Abu yang dikeluarkan akibat letusan gunung berapi
 Gas-gas vulkanik
 Debu yang beterbangan di udara akibat tiupan angina
 Bau yang tidak enak akibat proses pembusukan sampah organic
b. Faktor manusia (eksternal). yang bersumber dari hasil aktivitas manusia. contoh :
 Hasil pembakaran bahan-bahan fosil dari kendaraan bermotor
 Bahan-bahan buangan dari kegiatan pabrik industri yang memakai zat kimia
organik dan anorganik
 Pemakaian zat-zat kimia yang disemprotkan ke udara
 Pembakaran sampah rumah tangga
 Pembakaran hutan
D. Dampak Yang Ditimbulkan
1. Dampak Negatif
Pada Tabel 1 menunjukkan dampak atau pengaruh pencemaran udara terhadap
makhluk hidup. Rentang nilai menunjukkan batasan kategori daerah sesuai tingkat
kesehatan untuk dihuni oleh manusia. Karbon monoksida, nitrogen, ozon, sulfur dioksida
dan partikulat matter adalah beberapa parameter polusi udara yang dominan dihasilkan
oleh sumber pencemar. Berdasarkan pantauan diketahui bahwa beberapa kota di
Indonesia masuk dalam kategori tidak sehat. Kategori ini mengacu pada ISPU (Indeks
Standar Pencemar Udara). Nilai ISPU untuk kategori kesehatan udara adalah Jakarta (26
titik), Semarang (1titik), Surabaya (3 titik), Bandung (1 titik), Medan (6 titik), Pontianak
(16 titik), Palangkaraya (4 titik), dan Pekan Baru (14 titik). Kota yang mempunyai nilai
ISPU tidak sehat adalah Jakarta(Simandjuntak 2007)
Tabel 1. Pengaruh Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU)

Karbon Nitro- Sulfur


Kate- Rentan gen Ozon Partikula
monoksida dioksida
gori g (O3) t
(CO) (NO2) (SO2)

Baik 0-50 Tidak ada Sedikit Luka pada Luka Tidak ada
efek berbau pada efek
beberapa
beberapa
spesies
tum- spesies
buhan tum-
akibat buhan
akibat
kombinasi
dengan kombinasi
SO2
dengan O3
(selama 4
(selama 4
jam)
jam)

Sedan 51-100 Perubahan Berba Luka Luka Terjadi


g u pada pada
kimia darah penurunan
tapi tidak Beberapa Beberapa
pada jarak
terdeteksi
spesies spesies
pandang
tumbuhan tumbuhan

Karbon Sulfur

Kate- monoksida Nitrogen Ozon dioksid


Rentang Partikulat
gori (NO2) (O3) a
(CO)
(SO2)

Tidak 101–199 Peningkata Bau dan Penuruna Bau, Jarak


n n pandang
Sehat kehilangan Mening-
pada kemampua katnya turun dan
warna.
kardio- n
kerusaka terjadi
vaskular Peningkata
pada atlit n
n pengotoran
pada yang
tanaman
perokok reaktivitas debu di
berlatih
mana-
yang sakit pembuluh keras
mana
jantung tenggoroka
n
Karbon Sulfur

Kate- monoksida Nitrogen Ozon dioksid


Rentang Partikulat
gori (NO2) (O3) a
(CO)
(SO2)

pada pen-
derita asma

Sangat 200-299 Meningkat- Meningkat Olah raga Mening- Mening-


nya kardio- nya ringan katnya katnya
Tidak
vaskular
sensitivitas Mengakiba sensitivit sensitivit
Sehat pada orang
t- kan as as
bukan pasien
pengaruh
perokok yg yang pada pada
berpenyakit parnafasan pasien pasien
berpenyakl
Jantung, dan t pada berpenya- berpenya-
pasien kit kit
akan tampak asma dan
yang ber- asma dan asma dan
beberapa bronchitis
penyaklt
bronchiti bronchiti
kelemahan
paru-paru s s
yg
kronis
terlihat
secara

nyata

Berba- 300 Tingkat yang berbahaya bagi semua populasi yang terpapar
ha ya -lebih

Sumber: Bapedal

Tabel 2. Sumber dan Standar Kesehatan Emisi Gas Buang


Pencemar Sumber Keterangan

Karbon Buangan kendaraan Standar kesehatan: 10 mg/m3


monoksida bermotor; beberapa
proses industri (9 ppm)
(CO)

Sulfur dioksida Panas dan fasilitas Standar kesehatan: 80 ug/m3


pembangkit listrik (0.03 ppm)
(S02)

Buangan kendaraan Standar kesehatan: 50 ug/m3


Partikulat Matter bermotor; beberapa
selama 1 tahun; 150 ug/m3
proses industri

Nitrogen dioksida Buangan kendaraan Standar kesehatan: 100 pg/m3


bermotor; panas dan (0.05 ppm) selama 1 jam
(N02) fasilitas

Ozon Standar kesehatan: 235 ug/m3


Terbentuk di atmosfir
(03) (0.12 ppm) selama 1 jam

Sumber : Bapedal

Pada Tabel 2 terlihat bahwa sumber emisi dan standar kesehatan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah
melalui keputusan Bapedal. BPLHD propinsi DKI Jakarta pun mencatat adanya penurunan yang cukup
berarti jumlah hari dalam kategori baik untuk dihirup dari tahun ke tahun sangat mengkhawatirkan. Tahun
2000 kategori udara yang baik sekitar 32% (117 hari dalam satu tahun) dan Tahun 2003 turun menjadi
6.85% (25 hari dalam satu tahun) [3]. Hal ini menandakan Indonesia sudah seharusnya memperketat
peraturan tentang pengurangan emisi baik sektor industri maupun sektor transportasi darat/ laut. Selain itu
tentunya penemuan-penemuan teknologi baru pengurangan emisi dilanjutkan dengan pengaplikasiannya
di masyarakat menjadi suatu prioritas utama bagi pengendalian polusi udara di Indonesia.

2. Dampak Positif
Selain menimbulkan dampak yang negatif terdapat pula efek positif dari
terjadinya pencemaran udara. Hal itu antara lain :
 Manusia mulai sadar akan kelestarian dan kebersihan alam
 Munculnya banyak ide tentang gerakan peduli lingkungan
 Munculnya ide untuk menciptakan alat pembersih udara (air purifier)
E. Pencegahan Untuk Mengurangi Pencemaran Udara
Untuk melindungi masyarakat terhadap bahaya polusi udara. maka perlu dilakukan
usaha-usaha sebagai berikut. antara lain :
 Setiap pabrik diwajibkan melakukan pengolahan terlebih dahulu terhadap asap
pabriknya sebelum di buang ke udara bebas.
 Untuk kendaraan bermotor. digunakan bahan bakar yang sedikitnya mencemari
udara. seperti bahan bakar gas atau bahan bakar sinar matahari. Bagi kendaraan
bermotor yang sisa pembakarannya lebih banyak. sebaiknya menggunakan jalan-
jalan di pinggir kota.
 Melakukan penghijauan kota. karena tumbuh-tumbuhan dapat menghasilkan
oksigen pada siang hari di samping menyerap karbon dioksida dari udara. Oleh
alam. hujan yang turun menyebabkan kotoran di udara berkurang dan angin akan
menyebabkan kotoran di udara tersebar luas. sehingga tidak terkonsentrasi pada
daerah tertentu.
 Elektrostatik dalam pengolahan pencemaran udara
III. Baku Mutu Udara
Udara ambien adalah udara bebas dipermukaan bumi pada lapisan troposfer yang berada di dalam
wilayah yurisdiksi Republik Indonesia yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia,
makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya. Menurut Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 yang dimaksud dengan mutu udara ambien adalah kadar zat,
energi, dan/atau komponen lain yang ada di udara bebas. Ukuran batas atau kadar zat, energi,
dan/atau komponen yang ada atau yang seharusnya ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang
keberadaanya dalam udara ambien disebut baku mutu udara ambien. Baku mutu udara ambien
nasional ditetapkan sebagai batas maksimum mutu udara ambien untuk mencegah terjadi
pencemaran udara. Baku mutu udara ambien nasional diperlihatkan pada Tabel 1.(Jaya 2017)
Tabel 1. Baku Mutu Udara
NO Parameter Batas Maksimum mg/ m3
I. Baku Logam
1. Ammonia (NH3) 0,5
2. Gas Klorin (Cl2) 10
3. Hidrogen Klorida (HCl) 5
4. Hidrogen Fluorida (HF) 10
5. Sulfur Dioksida (SO2) 800
6. Total Sulfur Tereduksi (H2S) 35
(Total Reduced Sulphur)
7. Nitrogen Oksida (NO2) 1000
8. Total Parrtikel 350
9. Opasitas 35 %

II. Logam
1. Air Raksa 5
2. Arsen (As) 8
3. Antimon (Sb) 8
4. Kadmium (Cd) 8
5. Seng (Zn) 50
6. Timah Hitam (Pb) 12

IV. Flue Gas Analyzer S-1400


Gambar 1 Flue Gas Analyzer S-1400

Gas Analyzer adalah alat suatu alat instrument yang bermanfaat untuk mengukur proporsi dan
komposisi dari gabungan gas. Gas yang biasa diukur oleh perangkat ini ialah gas karbon dioksida (CO 2),
oksigen (O2), dan karbon monoksida (CO).

Gas analyzer tidak jarang kali digunakan dengan tujuan setiap seperti pada pabrik semen memakai
gas analyzer guna mengoptimalkan proses dan safety proses, guna dunia otomotif dan industryseringkali
digunakan guna mengukur gas pengasingan dengan tujuanmeneliti untuk mengerjakan serangkaian
tindakan supaya penyetelan mesin menjadi lebih efektif.

Prinsip kerja Gas Analyzer: Gas Sample yang diambil melalui probe akan masuk ke setiap sample
cell secara bergiliran dimana gas sample akan dibandingkan dengan gas standar melalui pemancaran
sistem infrared dimana akan menghasilkan perbedaan panjang gelombang yang akan dikonversi receiver
menjadi signal analog (4-20) mA. 

Gambar 2. Diagram Informasi Gas Analyzer


Untuk Kalibrasi gas analyzer dilakukan dengan menginjeksikan gas standar (zero dan span gas)
yang sudah diketahui nilainya, dengan itu kita akan mengetahui apakah ada penyimpangan dalam
pengukuran. Jika ada penyimpangan (error) maka gas analyzer kembali di adjust melalui panel control.
Adapun Maintenance yang dilakukan terhadap Gas Analyzer :
 Inspeksi sistem setiap hari untuk meyakinkan bahwa sistem berjalan dengan normal
 Setelah sistem beroperasi normal check system display dan alarm setiap hari
 Check kondensor dan pompa setiap minggu
 Kalibrasi analyzer setiap minggu

V. Spektrofotometri UV-Visible
Spektrofotometri Sinar Tampak (UV-Vis) adalah pengukuran energi cahaya oleh suatu sistem
kimia pada panjang gelombang tertentu (Day, 2002). Sinar ultraviolet (UV) mempunyai panjang
gelombang antara 200-400 nm, dan sinar tampak (visible) mempunyai panjang gelombang 400-750 nm.
Pengukuran spektrofotometri menggunakan alat spektrofotometer yang melibatkan energi elektronik
yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometer UV-Vis lebih banyak
dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif. Spektrum UV-Vis sangat berguna untuk
pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan
mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer.
Hukum Lambert-Beer menyatakan hubungan linieritas antara absorban dengan konsentrasi
larutan analit dan berbanding terbalik dengan transmitan. Dalam hukum Lambert-Beer tersebut ada
beberapa pembatasan, yaitu :
 Sinar yang digunakan dianggap monokromatis
 Penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai penampang yang sama
 Senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak tergantung terhadap yang lain dalam larutan
tersebut
 Tidak terjadi fluorensensi atau fosforisensi
 Indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan

Hukum Lambert-Beer dinyatakan dalam rumus sbb :


A = e.b.c
dimana :
A = absorban
e = absorptivitas molar
b = tebal kuvet (cm)
c = konsentrasi
Gambar 3. Instrument Spektrofotometri UV-Visible

1.1.1 Prinsip Kerja


Cahaya yang berasal dari lampu deuterium maupun wolfram yang bersifat polikromatis di
teruskan melalui lensa menuju ke monokromator pada spektrofotometer dan filter cahaya pada
fotometer. Monokromator kemudian akan mengubah cahaya polikromatis menjadi cahaya
monokromatis (tunggal). Berkas-berkas cahaya dengan panjang tertentu kemudian akan dilewatkan
pada sampel yang mengandung suatu zat dalam konsentrasi tertentu. Oleh karena itu, terdapat cahaya
yang diserap (diabsorbsi) dan ada pula yang dilewatkan. Cahaya yang dilewatkan ini kemudian di
terima oleh detector. Detector kemudian akan menghitung cahaya yang diterima dan mengetahui cahaya
yang diserap oleh sampel. Cahaya yang diserap sebanding dengan konsentrasi zat yang terkandung
dalam sampel sehingga akan diketahui konsentrasi zat dalam sampel secara kuantitatif.

1.1.2 Hal – Hal yang Perlu Diperhatikan


1. Larutan yang dianalisis merupakan larutan berwarna
Apabila larutan yang akan dianalisis merupakan larutan yang tidak berwarna, maka larutan tersebut
harus diubah terlebih dahulu menjadi larutan yang berwarna. Kecuali apabila diukur dengan
menggunakan lampu UV.
2. Panjang gelombang maksimum
Panjang gelombang yang digunakan adalah panjang gelombang yang mempunyai absorbansi
maksimal. Hal ini dikarenakan pada panajgn gelombang maksimal, kepekaannya juga maksimal
karena pada panjang gelombang tersebut, perubahan absorbansi untuk tiap satuan konsentrasi
adalah yang paling besar. Selain itu disekitar panjang gelombang maksimal, akan terbentuk kurva
absorbansi yang datar sehingga hukum Lambert-Beer dapat terpenuhi. Dan apabila dilakukan
pengukuran ulang, tingkat kesalahannya akan kecil sekali.
3. Kalibrasi Panjang gelombang dan Absorban
Spektrofotometer digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang dipancarkan dan cahaya yang
diabsorbsi. Hal ini bergantung pada spektrum elektromagnetik yang diabsorb oleh benda. Tiap
media akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu tergantung pada senyawa yang
terbentuk. Oleh karena itu perlu dilakukan kalibrasi panjang gelombang dan absorban pada
spektrofotometer agar pengukuran yang di dapatkan lebih teliti.

BAB II
METODOLOGI
2.1 Alat dan bahan
2.1.1. Alat yang digunakan :
1. Rangkaian Peralatan Pengambilan contoh uji SOx dan NOx
2. Labu Erlenmeyer 250 ml
3. Pipet volume
4. Labu ukur 100 ml
5. Spatula
6. Spektrofotometer UV-Vis
7. Gelas Kimia 250 ml

2.1.2. Bahan yang digunakan :


1. Aquadest
2. Larutan H2O2
3. Larutan natrium nitrit
4. Larutan sampel Nox dan SOx

2.2 Prosedur kerja


2.2.1 Prosedur Penjerapan SOx dan NOx Pada Larutan Penjerap
1. Memipet 25 ml larutan H2O2 kemudian memasukkannya kedalam tabung percobaan
2. Merangkai peralatan pengambilan contoh uji SOx dan NOx
3. Menyalakan alat uji SOx dan NOx dan mengatur laju alir masuk gas pada level 2
L/min
4. Mencatat volume awal yang terbaca dalam alat uji SO X
5. Membiarkan proses berjalan hingga larutan berubah warna menjadi merah muda
6. Mencatat jumlah tekanan dan suhu pada lingkungan percobaan
7. Mencatat volume akhir setelah larutan berubah warna
8. Mematikan peralatan uji SOx dan NOx
9. Melepas rangkaian alat uji SOx dan NOx dan mengkondisikan semua peralatan yang
digunakan.

2.2.2 Prosedur pembuatan larutan standar nitrit dan pengujian dengan spektrofotometer UV-vis
1. Memipet 0; 1 ; 2 ; 3 ; 4 ; dan 5 ml larutan induk natrium nitrit ke dalam labu ukur
100 ml
2. Menambahkan aquadest hingga tanda batas
3. Menghomogenkan semua larutan standar dan melakukan pengujian dengan
spektrofotometer UV-Vis
4. Mencetak Hasil Pengujian dengan spektrofotometer UV-Vis.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 3.1 Data Pengamatan Flowrate, Volume Awal dan Volume Akhir, Temperatur, dan Tekanan

Flowrate Volume Awal Volume Akhir


Ta (°C) Pa (hPa)
(L/min) (m3) (m3)

2 13,956 14,114 32 1007

Tabel 3.2 Data Absorbansi Larutan Standar NO2


Standar Volume (ml) Konsentrasi (mg/L) Absorbansi (nm)
1 0 0 0
2 1 0,2 0,2423
3 3 0,6 0,6474
4 5 1 0,8838

Tabel 3.3 Data Absorbansi Larutan Sampel


Sampel Konsentrasi (mg/L) Absorbansi (nm)
1 0,03 0,0274
2 0,017 0,0162

Tabel 3.4 Konsentrasi Sampel di Udara


Sampel Konsentrasi (µg/L)
1 2,889 x 10-3 µg/L
2 1,63 x 10-3 µg/L

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Pembahasan

Nitrogen oksida (NO X) memiliki bentuk yang sifatnya berbeda, yaitu gas NO 2 dan NO.
Sifat gas NO2 adalah berwarna adalah merah kecoklatan dan berbau tajam menyengat hidung,
sedangkan gas NO tidak berwarna dan tidak berbau. Pencemaran gas NO x diudara berasal dari gas
buangan hasil pembakaran yang keluar dari generator pembangkit listrik stasioner dan kebanyakan
disebabkan oleh kendaraan karena terjadi pembakaran tidak sempurna pada mesin. Diantara
berbagai jenis oksida nitrogen yang ada di udara, NO 2 merupakan gas yang paling beracun.
Mekanisme pembentukan NOx dapat dituliskan dalam dua tahap reaksi berikut :

N2 + O2 2NO

2NO + O2 2NO2

Sampel dalam percobaan ini adalah udara bebas. Alat yang digunakan dalam uji emisi ini
Flue Gas Analyzer S-1400. Fungsi dari alat ini adalah untuk mengukur gas buang sisa
pembakaran /emisi tak bergerak dari udara bebas. Prinsip kerja alat ini yaitu pada meletakan pipa
besi di ruangan terbuka yang terhubung dengan selang ke tabung penjerap yang didalamnya berisi
larutan H2O2 yang bergelembung akibat adanya daya tekan dari alat yang mengisap udara bebas,
kemudian Flue Gas Analyzer S- 1400 menyerap gas hasil penjerapan tadi melalui tabung
penjerap pada lubang yang berbeda dengan laju alir 2 L/min. Sampel diambil selama 60 menit.

Saat percobaan dimulai volume awal yang terbaca pada alat yaitu 13,956 m 3 dan volume
akhirnya 14,114 m3, adapun hasil dari volume koreksi yang didapatkan untuk NO x sebesar
0,013965 L . Selama percobaan, temperatur di Udara sekitar di ukur ,yaitu 34,8 ºC.

Kemudian sampel NOx yang telah dijerap oleh H2O2 dianalisa menggunakan UV-Vis.
Setelah dihitung diperoleh konsentrasi NOx sebesar 2,889 x 10-3 µg/L sedangkan pada sampel
kedua sebesar 1,63 x 10 -3 µg/L. Nilai kadar ini masih kecil jika dibandingkan dengan baku mutu
emisi udara berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Indonesia nomor 23 tahun 2012
yaitu sebesar 0,15 g/km untuk NOx maka udara masih dikatakan aman dan tidak tercemar atau
tidak terjadi polusi udara.

BAB IV

KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan

 Volume yang didapatkan dalam uji emisi NOx adalah 0,013965 L .


 Hasil konsentrasi NOx yang didapatkan dengan menggunakan alat UV-Visible pada sample
pertama sebesar, 2,889 x 10-3 µg/L dan pada sampel kedua sebesar 1,63 x 10-3 µg/L.

LAMPIRAN
PERHITUNGAN

 Konsentrasi dalam Larutan Standar NO2


mNaNO2 = 0,0246 µg = 24,6 mg
CNaNO2 = 24,6 mg/L = 24,6 ppm
46(BMNO 2)
CNO2- = 24,6 mg/L x = 16,4 mg/L
69(BMNaNO2)
1
CNO2 = 16,4 mg/L x = 20 mg/L
0,082
 Pembuatan Larutan Standar NO2
(1) 1 mL
V1 x ppm1 = V2 x ppm2
1 mL x 20 mg/L = 100 mL x ppm2
ppm2 = 0,2 mg/L
(2) 3 mL
V1 x ppm1 = V2 x ppm2
3 mL x 20 mg/L = 100 mL x ppm2
ppm2 = 0,6 mg/L
(3) 5 mL
V1 x ppm1 = V2 x ppm2
5 mL x 20 mg/L = 100 mL x ppm2
ppm2 = 1 mg/L
 Volume Gas Standar Udara
STP = 25 °C. 1 atm. 22,4 L
Pa 298 K
VSTP = (V2-V1) x x
Ta 760 mmHg
757,7 mmHg 298 K
VSTP = (14,114 – 13,965) m3 x x = 0,145 m3 = 145 L
305 K 760 mmHg

 Konsentrasi sampel di Udara


Sampel 1
b = 0,03 mg/L
V1 = 13,965 m3 = 0,013965 L
m = 0,03 mg/L x 0,013965 L = 4,1895x10-4 mg = 0,41985 µg
mNO 2 0,41985 µg
CNO2 = = = 2,889 x 10-3 µg/L = 2,889 µg/m3
VSTP 145 L
Sampel 2
b = 0,017 mg/L
V1 = 13,965 m3 = 0,013965 L
m = 0,017 mg/L x 0,013965 L = 2,374x10-4 mg = 0,2374 µg
mNO 2 0,2374 µg
CNO2 = = = 1,63 x 10-3 µg/L = 1,63 µg/m3
VSTP 145 L

Anda mungkin juga menyukai