Anda di halaman 1dari 17

Isu Etik

dan Hukum Keperawatan


Pasien HIV AIDS
Oleh : Alek Lukman, S.Kep.,Ns

PRODI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


STIKES BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
2019
Sub Bahasan :
1. Konsep Etik dan Hukum dalam
Asuhan Keperawatan pasien
dengan HIV/AIDS
2. Isu Etik dan Hukum pada
konseling prepost tes HIV
Sub Bahasan :
1. Konsep Etik dan Hukum dalam Asuhan Keperawatan pasien
dengan HIV/AIDS
2. Isu Etik dan Hukum pada konseling prepost tes HIV
Isu Etik & legal yang terjadi dalam Perawatan pasien dengan HIV/AIDS :

Meliputi (tapi tidak terbatas pada) :


 tes HIV,
 stigma dan diskriminasi,
 masalah di pekerjaan,
 partisipasi dalam riset kesehatan serta
pelayanan kesehatan.
KONSEP ETIK DAN HUKUM DALAM ASUHAN
KEPERAWATAN PASIEN HIV/AIDS

Etik berasal dari bahasa Yunani ethos yang berarti adat


kebiasaan yang baik atau yang seharusnya dilakukan.
ETIK HUKUM
untuk lingkungan profesi Bersifat umum dan
disusun berdasarkan disusun oleh
kesepakatan anggota profesi pemerintah
tidak selalu tertulis Pasti tertulis
sistem etik
kode etik
asas etik
UU RI No. 38 Pasal 2 menyebutkan bahwa dasar praktik
keperawatan AL : perikemanusiaan; nilai ilmiah; etika dan
profesionalitas;manfaat;Keadilan Perlindungan kesehatan dan
keselamatan klien

pasal 37 butir b Undang-Undang No. 38 Tentang Keperawatan


juga menyebutkan bahwa perawat dalam melaksanakan praktik
keperawatan berkewajiban memberikan pelayanan
keperawatan sesuai dengan kode etik, standar pelayanan
keperawatan, standar profesi, standar prosedur operasional,
dan ketentuan peraturan perundang-undangan
ASAS ETIK
“Kesehatan klien senantiasa akan saya utamakan”

Asas dasar dijabarkan menjadi enam, (Bryan, 2002;


Hanaiiah dan Amir, 2009).
1. Asas menghormati otonomi klien
2. Asas kejujuran
3. Asas tidak merugikan.
4. Asas manfaat.
5. Asas kerahasiaan
6. Asas keadilan
ISU ETIK DAN HUKUM PADA
KONSELING PRA DAN PASCA TES HIV
• WHO dan UNAIDS merekomendasikan empat jenis tes HIV yaitu
melalui pintu VCT, Tes, dan Konseling Inisiatif Petugas
(TKIP/PITC), dan skrining.

keseluruhan proses hrs mematuhi prinsip etik mulai dari


tujuan tes sampai pelaksanaan dan tindak lanjut
Konseling Pra dan Pasca-tes HIV
Konseling adalah proses pemberian pertolongan pada klien yang
bertujuan membantu klien mempelajari dirinya, mengenali, dan
mencari pemecahan masalah terhadap keterbatasan yang
diberikan lingkungan
Voluntary counseling and testing (VCT) atau konseling dan tes
sukarela merupakan kegiatan konseling yang bersifat sukarela dan
rahasia, yang dilakukan sebelum dan sesudah tes darah di
laboratorium
VCT harus dilakukan oleh petugas yang sangat terlatih dan
memiliki keterampilan konseling dan pemahaman akan HIV/AIDS
(Konselor)
Konselor VCT dapat berprofesi perawat, pekerja sosial, dokter,
psikolog, psikiater, atau profesi lain.
Informed Consent untuk Tes HIV
Tes HIV adalah tes darah yang digunakan untuk memastikan
apakah seseorang sudah positif terinfeksi HIV atau tidak dengan
cara mendeteksi adanya antibodi HIV di dalam sampel darahnya

Tes HIV harus bersifat :


1. Sukarela
2. Rahasia
3. Tidak boleh diwakilkan kepada siapapun

Informed consent adalah persetujuan yang diberikan pasien


atau keluarga atas dasar penjelasan mengenai tindakan medis
yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut (Permenkes,
1989).
Dasar dari informed consent yaitu sebagai berikut.

1) Asas menghormati otonomi pasien. Setelah mendapatkan


informasi yang memadai, pasien bebas dan berhak
memutuskan apa yang akan dilakukan terhadapnya.
2) Kepmenkes 1239/Menkes/SK/XI/2001 Pasal 16: dalam
melaksanakan kewenangannya perawat wajib menyampaikan
informasi dan meminta persetujuan tindakan yang akan
dilakukan.
3) PP No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan Pasal 22 Ayat
1: bagi tenaga kesehatan dalam menjalankan tugas wajib
memberikan informasi dan meminta persetujuan.
4) UU No. 23 Tahun 1992 tentang Tenaga Kesehatan Pasal 15
Ayat 2: tindakan medis tertentu hanya bisa dilakukan dengan
persetujuan yang bersangkutan atau keluarga.
Aspek Etik dan Legal Tes HIV
Dalam menjalankan fungsi perawat sebagai advokat bagi klien,
tugas perawat dalam informed consent adalah memastikan
bahwa informed consent telah meliputi tiga aspek penting yaitu:
1) persetujuan harus diberikan secara sukarela;
2) persetujuan harus diberikan oleh individu yang mempunyai
kapasitas dan kemampuan untuk memahami;
3) persetujuan harus diberikan setelah diberikan informasi yang
cukup sebagai pertimbangan untuk membuat keputusan.
KERAHASIAAN STATUS HIV
Tenaga kesehatan mempunyai kewajiban etik melindungi hak
klien dengan tetap merahasiakan apapun yang berhubungan
dengan klien. Bahkan terhadap pasangan pasien, Hak klien
atas kerahasiaan ini juga dilindungi oleh hukum. Apabila
melanggarnya bisa terkena sanksi hukum.
KUHP Pasal 322, KUH Perdata Pasal 1365 dan 1366, serta UU
Kesehatan Pasal 23 tahun 1992 Ayat l menjelaskan beberapa
sanksi hukum maupun administratif pada tenaga kesehatan
yang tidak menjaga kerahasiaan pasien, yaitu tindakan
disiplin maupun sanksi administratif berupa pencabutan izin
praktik.
Terdapat pengecualian yakni rahasia pasien HIV/AIDS bisa dibuka
yaitu ketika hal berikut.
1) Berhubungan dengan administrasi (Steward Greme, 1997)
2) Bila kita dimintai keterangan di persidangan (Steward Graeme,
1997).
3) Informasi bisa diberikan pada orang yang merawat atau
memberikan konseling dan informasi diberikan dengan tujuan
untuk merawat, mengobati, atau memberikan konseling pada
klien (Steward Greme, 1997).
4) Berhubungan dengan penanggulangan HIV/AIDS dan
menghambat Iaju penyebaran HIV/AIDS. Informasi diberikan
kepada Kemenkes. Berdasarkan instruksi Menkes No. 72/
Menkes/Inst/H/1988 tentang kewajiban melaporkan
penderita dengan gejala AIDS.
5) Informasi diberikan kepada pasangan seks/keluarga yang
merawat klien dan berisiko terinfeksi berkaitan dengan tugas
tenaga kesehatan untuk melindungi masyarakat, keluarga, dan
orang terdekat klien dari bahaya penularan HIV
kewajiban melaporkan pasien dengan gejala
AIDS dalam bentuk surveilans HIV
Petugas kesehatan yang mengetahui atau menemukan seseorang
dengan gejala AIDS wajib melaporkan kepada sarana pelayanan
kesehatan yang diteruskan pada Dirjen P2M dan diteruskan ke
Depkes. Hal ini penting untuk menjaga kepentingan masyarakat
banyak dari tertular HIV/ AIDS (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2003).

Keputusan Direktur Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan


Penyehatan Lingkungan dan Pemukiman No. KH.00.06.4.323 tahun
1998 tentang petunjuk pelaksanaan kewajiban melaporkan pasien
dengan gejala AIDS dalam bentuk surveilans HIV
ETIK TERKAIT PARTISIPASI DALAM RISET KESEHATAN
(Gahagan dkk., 2008)

Beberapa masalah etik terkait penelitian kesehatan


stigma terkait HIV,
politik,
ekonomi lokal dan
 ketidaksetaraan gender,
dinamika kekuasaan,
peran seksual;
serta alokasi
ketersediaan sumber daya
Norma etik dalam riset biomedik berdasarkan pada
empat prinsip yaitu
• autonomy,
• beneficience,
• None name
• justice
(Bryan, 2002; CIOMS dan WHO, 1993).

Anda mungkin juga menyukai