Anda di halaman 1dari 7

AKUNTANSI DAN PENGUKURAN KINERJA

KEUANGAN

Tugas Kelompok Pengantar Bisnis


Kelompok 5
Dosen Pengampu : Dra. Komaria Pandia, M. Si

Fernando Amosia Sinambela (190503161)


Putri Noveni (190503162)
Iin Eleni Br Sembiring (190503163)
Theresa Waruwu (190503164)
Salsa Ghina Muyassar (190503165)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TAHUN 2019
I. Pengertian Akuntansi
Akuntansi adalah pengukuran, penjabaran, atau pemberian kepastian mengenai informasi
yang akan membantu manajer, investor, otoritas pajak dan pembuat keputusan lain untuk
membuat alokasi sumber daya keputusan di dalam perusahaan, organisasi non-profit, dan
lembaga pemerintah.
Fungsi akuntansi yang utama adalah sebagai media informasi khususnya informasi
keuangan suatu organisasi atau perusahaan, karena dari informasi tersebut dapat diperoleh suatu
laporan ekonomi dimana kita dapat mengetahui kondisi ekonomi suatu oraganisasi ataupun
badan usaha, serta mengetahui perubahan yang terjadi dalam organisasi tersebut. Akuntansi
dapat memberikan informasi data kuantitatif dengan ukuran uang. Informasi tentang kondisi
keuangan organisasi atau perusahaan sangat dibutuhkan oleh pihak pembuat keputusan dalam
pengambilan kebijakan ekonomi untuk pihak didalam organisasi ataupun pihak diluar organisasi
ataupun badan usaha tersebut.

II. Penentuan Harga Pokok


Harga pokok produksi adalah semua biaya langsung dan tidak langsung yang dikeluarkan
perusahaan untuk proses produksi sehingga barang atau jasa tersebut bisa dijual. Perusahaan
harus menghitung harga pokok suatu barang karena sangat penting untuk pelaporan keuangan
perusahaan. Penentuan harga pokok produksi dilakukan sebelum perusahaan menentukan harga
jual. Harga ini nantinya akan digunakan oleh manajemen untuk membandingkan dengan
pendapatan dan disajikan dalam laporan laba rugi. Selain itu, perusahaan juga akan lebih mudah
melakukan pengontrolan produksi jika mengetahui harga pokoknya.
Dalam menentukan harga pokok produksi pada umumnya terdapat 2 metode yang dapat
digunakan. Pertama adalah metode full costing dan yang kedua adalah metode variable costing
yang biasanya digunakan untuk hal teknis semacam pengambilan keputusan dalam perusahaan.
Perbedaan pokok antara metode full costing dan metode variabel costing terletak pada perlakuan
biaya overhead pabrik.
1. Full Costing
Metode Full Costing adalah metode penentuan harga pokok produksi yang
memasukkan semua komponen-komponen biaya produksi seperti Biaya Bahan Baku, Biaya
Tenaga Kerja, dan Biaya Overhead Pabrik yang bersifat Variabel maupun Tetap.
2. Variable Costing
Metode Variable Costing adalah metode penentuan harga pokok produksi yang
memasukkan semua komponen-komponen biaya produksi seperti Biaya Bahan Baku, Baya
Tenaga Kerja, dan Biaya Overhead Pabrik namun hanya yang bersifat variabel. Sebab, dalam
metode ini Biaya Produksi Tetap dianggap sebagai Biaya Periodik bersama dengan Biaya-biaya
nonproduksi tetap lainnya.

Perbedaan antara Full Costing dan Variabel Costing


1. Dalam metode full costing, perhitungan harga pokok produksi didasarkan pada pendekatan
“fungsi”. Sehingga yang disebut biaya produksi adalah seluruh biaya yang berhubungan dengan
fungsi produksi, baik tetap maupun variabel. Dalam metode variable costing, perhitungan harga
pokok produksi didasarkan pada pendekatan "tingkah laku". Biaya produksi yang dibebankan
adalah biaya variabel saja, dan biaya tetap tidak dianggap sebagai biaya produksi.
2. Dalam metode full costing, biaya periode adalah biaya untuk kegiatan operasi. Dalam metode
variable costing, biaya periode adalah biaya tetap, baik untuk kegiatan produksi maupun kegiatan
operasi.

III. Jenis-Jenis Laporan Keuangan


Laporan keuangan berperan sangat penting dalam suatu bisnis. Data finansial yang
tercantum di dalamnya memungkinkan untuk mengetahui kondisi keuangan usaha secara
keseluruhan. Dari informasi kondisi keuangan tersebut, seseorang bisa menyusun strategi bisnis
maupun mengambil keputusan penting. Ada 4 jenis laporang keuangan :
1. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi menjabarkan tentang unsur-unsur pendapatan dan beban
perusahaan untuk mengetahui laba atau rugi bersih yang dihasilkan. Fungsi utama dari laporan
laba rugi adalah menyajikan informasi performa bisnis, yang diperlukan untuk memprediksi
kondisi ekonomi internal perusahaan di masa depan. Laporan laba rugi yang ideal setidaknya
harus mencakup aspek pendapatan, laba rugi usaha, beban pinjaman, beban pajak, laba atau rugi
dari aktivitas normal perusahaan, pos luar biasa, hak minoritas, laba atau rugi bersih untuk
periode berjalan, serta bagian dari laba atau rugi perusahaan afiliasi dan asosiasi yang
diberlakukan menggunakan metode ekuitas.
2. Laporan Perubahan Modal
Laporan perubahan modal menggambarkan informasi jumlah modal yang dimiliki
bisnis selama beberapa tahun tertentu. Laporan ini menunjukkan besarnya perubahan modal yang
telah terjadi, lengkap dengan penyebab perubahannya. Untuk membuat laporan perubahan
modal, dibutuhkan data tentang jumlah modal pada awal tahun, jumlah rugi atau laba bersih
selama tahun tersebut, dan pengambilan dana pribadi oleh pemilik untuk tahun yang
bersangkutan. Itulah mengapa seseorang harus menyusun laporan laba rugi terlebih dulu sebelum
membuat laporan perubahan modal.
3. Laporan Neraca
Laporan Neraca adalah laporan yang menunjukkan kondisi, informasi, atau posisi
keuangan bisnis pada tanggal tertentu. Melalui laporan neraca, pemimpin perusahaan bisa
melihat jumlah aktiva berupa harta atau aset, kewajiban berupa utang, dan ekuitas yang
merupakan modal perusahaan. Secara umum, neraca terdiri dari tiga unsur utama, yaitu aset,
liabilitas, dan ekuitas.
4. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas atau cash flows adalah laporan keuangan perusahaan yang
digunakan untuk menunjukkan aliran masuk dan keluar kas perusahaan pada suatu periode
akuntansi. Informasi yang didapat dari laporan arus kas bisa digunakan sebagai indikator jumlah
arus kas di masa yang akan datang, sekaligus berguna untuk menilai ketepatan perkiraan arus kas
yang telah dibuat sebelumnya.  Laporan arus kas juga yang menjadi alat pertanggungjawaban
arus kas masuk dan keluar selama periode pelaporan.

IV. Kegunaan Laporan Keuangan


1. Sebagai bahan evaluasi bisnis
Dengan adanya laporan keuangan ini dapat menilai bisnis yang sedang dijalani,
mengetahui kekurangan yang ada, dan ketepatan dalam bertindak khususnya dalam penggunaan
dana.  Sehingga ketika memiliki laporan keuangan yang baik maka akan memberikan pengaruh
terhadap kelangsungan bisnis kedepannya menjadi lebih baik. Dimana seseorang dapat lebih
berhati- hati dalam bertindak dan melakukan manajemen keuangan dengan lebih baik lagi. Selain
itu, dengan laporan keuangan dapat membantu anda dalam mengetahui perkembangan bisnis
yang sedang dijalankan.
2. Sebagai pertanggung jawaban
Laporan keuangan biasa digunakan sebagai alat pertanggungjawaban bagi
pengurus suatu perusahaan (Direksi dan Komisaris) yang wajib disampaikan kepada pemilik
perusahaan. Laporan keuangan juga berguna untuk mengurangi asymmetry information yakni
sebuah keadaan dengan tersebarnya informasi hanya pada satu pihak, sedangkan pihak lainnya
lebih sedikit mendapatkan informasi. Misalnya, informasi yang didapat direksi perusahaan lebih
banyak daripada pemilik perusahaan, namun dengan adanya laporan keuangan, informasi akan
tersebar secara merata antara pengelola dan pemilik perusahaan.
3. Sebagai acuan pengambilan keputusan
Dengan adanya laporan keuangan, seorang pemimpin perusahaan dapat
mengambil keputusan yang tepat sesuai dengan informasi keadaan perusahaan yang terdapat dari
laporan keuangan tersebut.

V. Analisa Laporan Keuangan


Analisis keuangan ialah suatu alat analisa yang digunakan untuk menilai kinerja
keuangan berdasarkan data perbandingan keuangan pada suatu periode. Adapun data keuangan
yang digunakan meliputi tiga laporan keuangan perusahaan, yaitu laporan keuangan laba-
rugi, laporan arus kas, dan neraca.
Metode Analisis Rasio Keuangan
Berdasarkan tujuannya, rasio keuangan dibagi menjadi empat yaitu.
1.) Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas menunjukan kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan
(laba). Dengan menggunakan rasio ini Anda dapat mengetahui kelangsungan hidup
perusahaan (going concern). Terdapat lima ukuran yang dapat digunakan untuk mengukur rasio
profitabilitas.
 Gross Profit Margin, merupakan perbandingan laba kotor dan penjualan pada periode
yang sama.
 Operating Profit Margin, profit margin menggambarkan laba bersih sebelum bunga dan
pajak yang didapat dari penjualan perusahaan. Rasio ini dapat dilihat pada laporan laba rugi
pada bagian analisis common size.
 Net Profit Margin, rasio ini mengukur jumlah rupiah laba bersih yang dihasilkan oleh
setiap satu penjualan rupiah.
 Return On Assets (ROA), menunjukan kemampuan perusahaan menghasilkan after tax
operating profit dari total aset yang dimiliki perusahaan. Laba yang dihitung adalah laba
sebelum bunga dan pajak atau EBIT (Earning Before Interest and Tax).
 Return On Investment (ROI), analisis ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan yang akan digunakan untuk menutup investasi yang dikeluarkan.
Laba yang digunakan untuk menghitung rasio ini adalah laba setelah pajak / Earning After
tax (EAT).
2.) Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas menunjukan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban finansial jangka
pendeknya. Rasio yang sering digunakan untuk menghitung ini yaitu.
 Current Ratio, rasio ini menunjukan perbandingan aset lancar dengan kewajiban lancar.
 Quick Ratio, menunjukkan perbandingan antara (kas + sekuritas jangka pendek +
piutang) dengan kewajiban lancar. Dengan kata lain merupakan jumlah perimbangan antara
aktiva lancar dikurangi persediaan dengan hutang lancar.
3.) Rasio Solvabilitas
Menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajibannya baik jangka
panjang maupun jangka pendek jika perusahaan di likuidasi.. Terdapat 2 rasio yang digunakan
untuk menghitungnya.
 Total Debt to Total Assets Ratio:  Rasio ini dikenal dengan debt ratio yaitu mengukur
besarnya dana yang berasal dari utang.
 Debt to Equity Ratio: Rasio ini digunakan untuk mengukur utang yang dimiliki dengan
modal sendiri. Sebaiknya utang perusahaan tidak melebihi modal perusahaan sendiri.
4.) Rasio Aktivitas
Cara menghitung rasio aktivitas  adalah dengan melihat beberapa aset, kemudian Anda
menentukan berapa tingkat aktivitas pada aktiva-aktiva pada kegiatan tertentu. Setelah itu, Anda
akan mengetahui aktiva mana yang produktif dan aktiva mana yang kurang produktif.
 Rasio Perputaran Piutang: Rasio ini mengukur efektivitas pengelolaan piutang. Melalui
rasio ini Anda dapat melihat pengelolaan piutang dan kebijakan kredit nya.
 Rasio Perputaran Persediaan: Rasio ini menunjukan likuiditas perusahaan dalam
pengelolaan persediaan nya. Semakin tinggi perputaran nya maka semakin baik. Jika
rendah berarti efektivitas pengendalian persediaan kurang baik.
 Rasio Perputaran Aktiva Tetap: Rasio ini mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan
menghasilkan penjualan dengan aktiva tetap yang dimilikinya. Semakin besar perputaran
rasio nya, maka semakin baik untuk perusahaan.
 Rasio Perputaran Total Aktiva: Rasio ini digunakan untuk menghitung efektivitas
penggunaan total aktiva.

Anda mungkin juga menyukai