Anda di halaman 1dari 10

Artikel Riset Fitofarmaka Jurnal Ilmiah Farmasi

DOI : 10.33751/jf.v10i1.1717 Vol.10, No.1, Juni 2020 : 12-21


p-ISSN : 2087-9164 e-ISSN : 2622-755X

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN WAJAH EKSTRAK DAUN


BELUNTAS (Pluchea indica L.) TERHADAP Propionibacterium acnes

Oom Komala1*, Septia Andini2, Fatimah Zahra3


1
Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Pakuan, PO Box 452 Bogor, Indonesia 16143
2
Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Pakuan, PO Box 452 Bogor, Indonesia 16143
*E-mail: oom.komala@unpak.ac.id

Diterima : 23 Januari 2020 Direvisi : 21 April 2020 Disetujui : 30 Juni 2020

ABSTRAK

Propionibacterium acnes merupakan bakteri gram-positif berbentuk batang dan


merupakan flora normal kulit yang ikut berperan dalam pembentukan jerawat. Sabun
wajah lebih sering digunakan sebagai alternatif antijerawat karena telah dikenal
masyarakat luas dan lebih praktis penggunaannya dan ekonomis. Penelitian ini
bertujuan untuk mengkaji dan mengetahui sabun pembersih wajah antijerawat yang
mengandung ekstrak daun beluntas yang paling efektif dalam menghambat
pertumbuhan bakteri P. acne. Pada penelitian ini dilakukan penentuan nilai Konsentrasi
Hambat Minimum (KHM) ekstrak daun beluntas terhadap bakteri P. acne selanjutnya
dan formulasi sediaan sabun wajah ekstrak daun beluntas. Sediaan sabun wajah ini
dilakukan uji mutu dan uji Lebar Daya Hambat (LDH). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa KHM ekstrak daun beluntas terdapat pada konsentrasi 5%. Sediaan sabun wajah
ekstrak daun beluntas memiliki aktivitas antibakteri terhadap P. acne danyang paling
efektif menghambat bakteri P. acne adalah formula 3 dengan konsentrasi 15% dengan
rata-rata LDH sebesar 13,5 mm. Hasil dari uji hedonik menunjukan formula 1 lebih
unggul dibandingkan dengan formula lainnya.
Kata Kunci: Ekstrak daun beluntas, Propionibacterium acnes, sabun wajah

ANTIBACTERIAL ACTIVITY TEST OF FACIAL SOAP Pluchea indica L.


AGAINST Propionibacterium acnes

ABSTRACT

Propionibacterium acnes is a gram-positive bacteria and a normal flora of the skin


that contributes to the formation of acne. Facial soap often used as an alternative to anti-
acne because it had been known to the wider community and more practical and
economical. This research aims to analyze and know the soap facial cleanser anti-acne
of P. indica leaf extract the most effective in inhibiting the growth of bacteria P. acne as
causes acne vulgaris. The minimum inhibitory concentration (MIC) of leaf extract
against the bacteria P. acnes has subsequently created a formula of the herbal leaf
extract of the P. indica L. These facial soap preparations are conducted quality tests and
the inhibit zone (IZ) antibacterial. The results showed that the MIC of an extract P.
indica L leaf is at a concentration of 5%. The soap of Plucheaindica L leaf extract has

12
Fitofarmaka Jurnal Ilmiah Farmasi

antibacterial activity against P. acne and most effectively inhibits the bacteria P. Acne
was Formula 3 with a concentration of 15% an average of zone inhibition of 13.5 mm.
Results from the hedonic test were Formula 1 superior to other formulas.
Keywords: Pluchea idica L leaf extract, Propionibacterium acnes, facial soap

PENDAHULUAN (Sari & Novita, 2014). Beluntas (Pluchea


Jerawat merupakan penyakit yang indica L) merupakan salah satu tanaman
sering terjadi pada permukaan kulit obat tradisional yang cukup tersebar luas
wajah, leher, dada dan punggung. Jerawat di Indonesia. Hasil penelitian yang
muncul pada saat kelenjar minyak kulit dilakukan oleh Rahmi et al., (2015),
terlalu aktif, sehingga pori-pori kulit akan diketahui bahwa ekstrak etanol daun
tersumbat oleh timbunan lemak yang beluntas mempunyai aktivitas antibakteri
berlebihan (Sawarkar et al., 2010). terhadap P. acnes pada konsentrasi 5%.
Pengobatan jerawat dilakukan dengan Maka pada penelitian ini dibuat formula
cara memperbaiki abnormalitas folikel, sabun wajah. Terhadap ekstrak dan
menurunkan produksi sebum, formula sediaan sabun wajah ekstrak
menurunkan jumlah koloni daun beluntas akan diuji Konsentrasi
Propionibacterium acnes atau hasil Hambat Minimum (KHM) terhadap
metabolismenya dan menurunkan bakteri P. acnes dan uji mutu serta uji
inflamasi pada kulit. Populasi bakteri P. Lebar Daya Hambat (LDH). Oleh karena
acnes dapat diturunkan dengan itu penelitian ini bertujuan untuk
memberikan suatu zat anti bakteri seperti mengetahui formula pembersih wajah
eritromisin, klindamisin, dan tetrasiklin yang paling efektif dalam menghambat
(Harahap, 2000) P. acnes merupakan pertumbuhan bakteri P. acne yang
bakteri gram positif berbentuk batang dan merupakan salah satu faktor penyebab
merupakan flora normal kulit yang ikut acne vulgaris.
berperan dalam pembentukan jerawat. P.
acnes mengubah asam lemak tak jenuh METODE PENELITIAN
menjadi asam lemak jenuh yang Alat dan Bahan
menyebabkan sebum menjadi padat. Jika Alat yang digunakan dalam
produksi sebum bertambah, P. acnes juga penelitian ini yaitu pH meter (HANNA
akan bertambah banyak yang keluar dari HI 2210-02), Viskometer Brookfield (DV
kelenjar sebasea, karena P.acnes – 1 prime), alat uji daya sebar, timbangan
merupakan pemakan lemak (Harahap, analitik, cawan petri, waterbath (H-WB-
2000). Bakteri tersebut menyebabkan 3F-27L), vortex (Thermolyne Maxi Mix
hiperproliferasi epidermis folikuler II), homogenaizer, vaccum rotary
mengakibatkan obstruksi folikel, produksi evaporator, kain batis, corong, maserator,
sebum berlebihan, peradangan, dan kawat ose, autoklaf (Memert), bunsen,
peningkatan aktivitas bakteri (Macdonald, tabung reaksi, oven, moisture balance
2018). (AND MX 50), grinder (Philips HR-
Sabun wajah lebih sering digunakan 2874). Bahan yang digunakan adalah
sebagai alternatif antijerawat karena telah daun beluntas yang diperoleh dari
dikenal masyarakat luas dan lebih praktis BALITRO, etanol 96%, asam stearat,
penggunaannya dan ekonomis (Suryana, sodium lauril sulfat (SLS), NaCl, gliserin,
2013), serta menghasilkan busa yang adeps lanae, trietanolamin (TEA),
lembut untuk penggunaan pada wajah nipagin, serbuk magnesium, asam

13
Uji Aktivitas Antibakteri ... (Komala O., dkk)

klorida, pereaksi wagner, larutan timbal Setelah diinkubasi dilihat dan diamati
asetat, serbuk seng, FeCl3. aquadest, adanya pertumbuhan koloni bakteri atau
nutrient agar, bakteri P. acnes dari tidak. Konsentrasi terendah dimana tidak
Laboratorium Biologi Institut Pertanian terjadi pertumbuhan bakteri pada cawan
Bogor, Klindamycin. petri merupakan konsentrasi hambat
minimum (KHM) (Radji, 2016).
Pembuatan Ekstrak
Daun beluntas segar dicuci dengan Formulasi Sediaan Sabun Wajah
air mengalir kemudian ditiriskan. Formula sabun wajah mengacu
Selanjutnya dikeringkan dalam oven pada penelitian yang dilakukan oleh
70oC. Setelah kering dibuat serbuk Nurama & Suhartiningsih (2014),
menggunakan blender selanjutnya diayak formula seperti pada Tabel 1. Masing-
dengan mest 100. Serbuk simplisia yang masing bahan yang diperlukan ditimbang
diperoleh disimpan dalam wadah tertutup. sesuai yang tertera pada tabel 1. Ekstrak
Sebanyak 300 g serbuk simplisia kering, daun beluntas dengan konsentrasi tertentu
dimasukkan pada maserator lalu diambil lalu dilarutkan dalam air panas
ditambahkan etanol 96 % sebanyak 3000 100°C (masa 1). Sodium Lauryl Sulfat
ml (1:10), didiamkan selama 1 jam dan (SLS) dilarutkan didalam air lalu diaduk
sesekali dilakukan pengadukan dan hingga homogen, NaCl ditambahkan dan
dikocok selama 30 menit dilakukan diaduk hingga homogen (masa 2). Asam
sebanyak 3 kali lalu disimpan pada suhu stearat dan gliserin dilarutkan dengan
ruang selama 24 jam. Proses ekstraksi pemanasan. Setelah sama-sama larut,
maserasi dilakukan selama 3 x 24 jam adeps lanae dicampurkan kedalamnya dan
dengan perlakuan yang sama, dilakukan diaduk hingga homogen (masa 3). Masa
penyaringan setelah diinap tuangkan lalu 1, masa 2, dan masa 3 dicampurkan
filtrat yang terkumpul dipekatkan menjadi satu lalu diaduk hingga homogen
menggunakan alat vaccum evaporatory tambah aquadest 100 ml kemudian
sehingga didapat ekstrak kental (DepKes, diaduk menggunakan alat homogenaizer
2013). dengan kecepatan 500 rpm selama 30
menit. Campuran didinginkan pada suhu
Uji KHM Ekstrak Daun Beluntas ruang. Sediaan sabun wajah kemudian
Penentuan konsentrasi hambat dimasukan kedalam wadah bersih yang
minimum dilakukan dengan metode sudah disterilkan sebelumnya.
difusi agar. Media agar steril didinginkan
sampai suhu ± 45°C kemudian Evaluasi Sediaan
dimasukkan kedalam cawan petri masing- Pengujian Organoleptis
masing sebanyak 15 mL dan ditambahkan Uji sifat fisik sabun wajah
bakteri uji konsentrasi 10-6 sebanyak 0,2 dilakukan dengan pengamatan terhadap
mL disebar diatas permukaan agar-agar, organoleptis yang meliputi penampilan,
setelah itu ekstrak daun beluntas dengan bau, dan warna (DepKes, 1979)
konsentrasi 2%, 3%, 4%, dan 5%
sebanyak 1 mL dimasukkan ke dalam Pengujian pH
masing-masing cawan petri kemudian Pengukuran pH dilakukan dengan
dihomogenkan. Cawan petri tersebut menggunakan pH meter. Sebelum
diinkubasi dalam sungkup anaerob digunakan alat pH meter dikalibrasi
selama 3 x 24 jam pada suhu 37oC. dengan larutan buffer (pH 4,7-9,0) setiap

14
Fitofarmaka Jurnal Ilmiah Farmasi

akan dilakukan pengukuran. Pengujian 11. Sehingga aman untuk diaplikasikan


dilakukan sebanyak 2 kali pada masing- pada kulit karena pada pH tersebut
masing formula. Formula harus diharapkan tidak terjadi iritasi pada kulit
memenuhi rentang pH dengan kisaran (SNI, 1996).
sesuai dengan pH kulit yaitu antara pH 8-

Tabel 1. Formulasi Sabun Wajah


Bahan F0 (%) F1 (%) F2 (%) F3 (%)
Ekstrak daun beluntas - 5 10 15
Asam Sitrat 2,50 2,50 2,50 2,50
Sodium Lauryl Sulfat 12,50 12,50 12,50 12,50
NaCl 1,67 1,67 1,67 1,67
Gliserin 0,70 0,70 0,70 0,70
Adeps lanae 0,50 0,50 0,50 0,50
Aquadest Hingga 100 100 100 100
Keterangan: - Tidak mengandung ekstrak daun beluntas

Pengujian Daya Busa Pengujian Panelis


Daya busa diukur dengan Uji panelis ini dilakukan terhadap
melarutkan sediaan dalam air, kemudian 20 panelis yang akan menilai formula
dilakukan pengocokan dengan vorteks mana yang terbaik dilihat dari parameter
selama 2 menit, tinggi busa yang aroma, warna dan tektur. Setiap panelis
terbentuk diukur (Lunkenheimer & menguji 4 formula, kemudian panelis
Malysa, 2003). diwajibkan memberikan nilai berkisar
antara 1 sampai 4. Sediaan sabun wajah
Pengujian Daya Sebar dioleskan pada permukaan kulit
Daya sebar dilakukan dengan tangansecukupnya sampai rata sempurna
menindih 0,5 g sediaan dengan beban kemudian diberikan penilaian yang
hingga 50 g selama 1 menit, kemudian meliputi : Aroma, warna, dan tekstur.
dicatat diameter tiap penambahan beban
hingga konstan. Uji daya sebar yang baik Uji LDH Formula Sabun Wajah
sesuai persyaratan yaitu 3 – 5 cm. Terhadap bakteri
Pengujian ini untuk mengetahui
Pengujian Viskositas lebar daerah hambat sabun wajah ekstrak
Sampel diuji viskositas dengan daun beluntas yang dibandingkan dengan
menggunakan Viscometer Brookfield. aktivitas kontrol positif dan negatif. Pada
Sampel yang diuji ditempatkan dalam penelitian ini menggunakan metode difusi
wadah penampung bahan, wadah diatur cakram. Larutan kontrol positif yang
ketinggiannya sehingga spindle dapat digunakan yaitu klindamisin (10 ppm) 30
bergerak (dipilih spindle 3 yang sesuai μl/disk sedangkan larutan kontrol negatif
dengan tingkat kekentalan sabun cair). adalah basis sabun. Inokulum mikroba
Viskometer dinyalakan dan dicatat nilai dari hasil pengenceran diambil sebanyak
viskositas yang tertera pada alat 0,2 mL konsentrasi 10-6 dicampur ke
viskometer tersebut (Laksana, dkk. 2017). dalam media NA kemudian
dihomogenkan agar mikroba menyebar
merata. Kertas cakram yang sudah berisi
larutan uji dan kontrol diletakkan di atas

15
Uji Aktivitas Antibakteri ... (Komala O., dkk)

media, kemudian disimpan dalam berbeda dan akan dianalisis dengan


inkubator pada suhu 37oC selama 24 jam. menggunakan Analisis Variansi
Setelah diinokulasi, pada masing-masing (ANOVA) menggunakan metode
konsentrasi diamati sekeliling kertas eksperimental Rancangan Acak Lengkap
cakramnya dan diukur lebar diameter (RAL). Sebanyak 5 perlakuan dengan 3
hambat (LDH) yang terbentuk. Pengujian kali ulangan. Perlakuan tersebut adalah 3
ini dilakukan 3 kali pengulanga, perlakuan sebagai formula sediaan sabun
kemudian diinkubasi selama 3 hari pada wajah ekstrak daun beluntas, 1 perlakuan
suhu 37oC. Lebar daerah hambat diukur sebagai kontrol positif (klindamisin 10
disekitar cakram (Kumar, 2016). ppm), dan 1 perlakuan sebagai kontrol
negatif (basis sabun wajah) dan dilakukan
Parameter Penelitian ulangan sebanyak 3 kali.
1. Konsentrasi Hambat Minimum pada
ekstrak daun beluntas. HASIL DAN PEMBAHASAN
2. Evaluasi mutu sabun wajah yang terdiri Hasil Ekstrak Daun Beluntas
dari uji organoleptik, uji pH, uji daya Hasil pengeringan daun beluntas
busa, uji daya sebar, uji viskositas, uji sebanyak 5 kg diperoleh serbuk simplisia
panelis dan uji antibakteri LDH (Lebar (Gambar 1A) sebanyak 1,1 kg dengan
Daerah Hambat). susut pengeringan simplisia sebesar 22,51
%. Hasil ekstrak kental etanol (Gambar
Analisis Data 1B) yang diperoleh dari 300 g serbuk
Data dianalisis untuk mengetahui daun beluntas adalah 48,65 g dan
perbedaan nilai Lebar Daerah Hambat diperoleh rendemen sebesar 16,2 %.
(LDH) pertumbuhan bakteri dari sediaan Berdasarkan hasil uji fitokimia simplisia
sabun wajah ekstrak daun beluntas dan ekstrak daun beluntas menunjukkan
dengan membandingkan 3 formula yang seperti pada Tabel 2.
.
Tabel 2. Hasil Uji Fitokimia Daun Beluntas

Identifikasi Senyawa Parameter Hasil Kesimpulan


analisis
Saponin Busa yang stabil Busa yang stabil +
Tanin Endapan putih Endapan putih +
Flavonoid Merah-ungu / kuning oranye +
kuning oranye
Bouchardat Endapan Coklat Endapan Coklat
tua tua
Alkaloid
Mayer Endapan Endapan putih
putih/kekuningan
Dragendorf Endapan Oranye Endapan Oranye +
kecoklatan kecoklatan
Keterangan : (+) terdapat senyawa, (-) tidak terdapat senyawa

16
Fitofarmaka Jurnal Ilmiah Farmasi

A B
Gambar 1. Serbuk simplisisa (A) dan ekstrak (B) daun Beluntas

Hasil Uji KHM Ekstrak Daun Beluntas konsentrasi ekstrak daun beluntas 5%
Pada Pengujian Konsentrasi dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Hambat Minimum (KHM) metode yang Propionibacterium acnes. Pada
digunakan adalah metode difusi agar. konsentrasi 5 % tidak terlihat adanya
Metode ini serupa dengan metode dilusi pertumbuhan koloni (Gambar 2).
cair namun menggunakan media padat Konsentrasi ini mencegah pertumbuhan
(agar). Keuntungan metode ini adalah mikroorganisme secara in vitro (Harmita
satu konsentrasi agen antimikroba yang & Radji, 2008). Untuk mengetahui
diuji dapat digunakan untuk menguji efektivitas formulasi sabun wajah
beberapa mikroba uji (Pratiwi, 2008). dilakukan variasi konsentrasi yang lebih
Hasil pengujian diketahui bahwa besar atau sama dengan 5%.

Gambar 2. Hasil uji KHM ekstrak daun Beluntas

Uji Konsentrasi Hambat Minimum yaitu 2%, 3%, 4%, 5%. Hasil pengujian
(KHM) Ekstrak Daun Beluntas diketahui bahwa konsentrasi ekstrak daun
Pada Pengujian Konsentrasi beluntas 5% dapat menghambat
Hambat Minimum (KHM) metode yang pertumbuhan bakteri Propionibacterium
digunakan adalah metode dilusi padat. acnes.
Metode ini serupa dengan metode dilusi
cair namun menggunakan media padat Hasil Evaluasi Sediaan
(agar). Keuntungan metode ini adalah Berdasarkan hasil organoleptik
satu konsentrasi agen antimikroba yang pada parameter penampilan dari ketiga
diuji dapat digunakan untuk menguji formula memiliki penampilan yang
beberapa mikroba uji (Pratiwi, 2008). berbeda, seperti terlihat pada Tabel 3.
Deret konsentrasi ekstrak daun beluntas

17
Uji Aktivitas Antibakteri ... (Komala O., dkk)

Tabel 3. Hasil Uji Organoleptik Formula Sabun Wajah

Formula pH Warna Kekentalan


1 3,686 hijau tua kental
2 4,691 hitam Sedikit kental
3 5,152 hitam Sedikit encer
Keterangan : pH basis sabun 6,5

Adanya perbedaan konsentrasi Daya sebar berbanding terbalik dengan


ekstrak daun beluntas menunjukkan viskositas, semakin tinggi viskositas
semakin tinggi konsentrasi maka sediaan maka daya sebar yang didapat semakin
yang diperoleh semakin tidak kental. kecil (Eugresya et al., 2017). Viskositas
Pada parameter warna formula 2dan 3 yang rendah menyebabkan kemampuan
memiliki warna yang sama yaitu hitam mengalir sediaan lebih tinggi yang
sedangkan untuk formula 1 berwarna memungkinkan sediaan dapat menyebar
hijau tua.. Pada parameter bau ketiga dengan mudah dan terdistribusi rata.
formula memiliki bau yang sama yaitu Hasil analisa menunjukkan nilai tinggi
wangi khas daun beluntas dan wangi busa berbeda. Formula 1 memiliki busa
green tea karena ada sedikit penambahan yang lebih tinggi dibandingkan formula 2
pewangi yang berasal dari minyak atsiri dan formula 3. Hal ini menunjukan
teh hijau. bahwa setiap penambahan ekstrak dapat
menurunkan tinggi dari busa.
Hasil Pengujian pH
Berdasarkan hasil pengujian pH Hasil Pengujian Viskositas
untuk basis sabun memiliki pH 6,5 Hasil uji viskositas menunjukkan
sedangkan ketiga formula memiliki nilai bahwa formula 1,2, dan 3 bertutut-turut
pH yang berbeda-beda, dibawah pH basis memiliki nilai viskositas 2791, 2207, dan
sabun (Tabel 3). Perbedaan ini 1291. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak
disebabkan karena ekstrak daun beluntas daun beluntas maka nilai viskositas
memiliki sifat basa. Semakin tinggi semakin kecil dan sedian semakin cair.
konsentrasi maka semakin besar nilai pH. Viskositas sabun cair yang dipersyaratkan
Jika sediaan memiliki pH yang terlalu oleh SNI yaitu 500 – 20.000 cPs dan hasil
basa maka dapat menyebabkan kulit viskositas yang telah dilakukan
menjadi kering, sedangkan jika pH terlalu memenuhi syarat SNI (Standar Nasional
asam akan menimbulkan iritasi kulit (R. Indonesia, 1996).
Sari & Ferdinan, 2017).
Hasil Pengujian Organoleptis
Hasil Pengujian Daya Sebar Uji kesukaan dilakukan terhadap
Pada sediaan sabun wajah harus parameter aroma, warna, dan tekstur
seperti semifluid yang berarti hasil dari uji terhadap tiga formula sabun wajah.
daya sebar harus masuk rentang 5-7 cm. Pengujian dilakukan oleh 20 orang
Berdasarkan hasil pengujian daya sebar, panelis baik perempuan maupun laki-laki
hanya formula 1 yang tidak masuk dalam pada usia 20-25 tahun. Data hasil
rentang tersebut. Hal ini dapat disebabkan kuisioner yang diisi oleh panelis diolah
karena sediaan sabun wajah yang kental dengan program SPSS 18. Hasil pada
dan memiliki konsentrasi yang kecil. Tabel 4.

18
Fitofarmaka Jurnal Ilmiah Farmasi

Tabel 4. Hasil Uji Kesukaan Sabun Wajah


Formula Aroma Warna Tekstur Rata rata
F1 3,15a 4,10b 3,00a 3,42
F2 2,90a 3,25a 3,25a 3,13
F3 2,95a 3,30a 3,35a 3,2
Keterangan : huruf superskrip yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata

Hasil Uji Hedonik adanya diameter zona hambat yang


Hasil uji hedonik pada parameter terbentuk pada media (Khusuma dkk.,
aroma dari ketiga formula memiliki 2019).
aroma yang tidak berbeda nyata. Pada
parameter warna formula 1 berbeda nyata
dengan formula 2 dan formula 3,
sedangkan formula 2 dan formula 3 tidak
berbeda nyata. Hal ini karena konsentrasi
ekstrak yang berbeda pada setiap formula.
Formula 2 dan formula 3 memiliki
konsentrasi ekstrak daun beluntas yg Gambar 3. LDH sediaan sabun wajah
tinggi dibandingkan formula 1 sehingga Keterangan :
menghasilkan warna yang lebih pekat. F1 = Formula 1, F2 = Formula 2, F3 = Formula 3
Parameter tekstur dari ketiga formula (+) = Kontrol Positif (Klindamisin)
(-) = Kontrol Negatif (Basis)= F0
memiliki tekstur yang tidak berbeda
nyata. Dari hasil uji hedonik menunjukan
Dari hasil tersebut menunjukkan
bahwa formula 1 merupakan formula
bahwa sabun wajah ekstrak daun beluntas
yang paling disukai panelis (Tabel 4).
pada formula 1, formula 2, dan formula 3
Walaupun daya antibakteri F1 lemah
memiliki aktivitas menghambat
sebagai sabun wajah, baik digunakan
pertumbuhan bakteri P. acnes. Bakteri P.
untuk perawatan sehari-hari.
acnes adalah bakteri gram-positif
mengandung lapisan peptidoglikan, yang
Hasil Uji Lebar Daerah Hambat
merupakan penghalang permeabilitas
(LDH) Sabun Wajah
efektif, sementara gram-negatif bakteri
Pengujian lebar daerah hambat
dikelilingi oleh membran luar tambahan
terhadap sediaan sabun wajah ekstrak
senyawa lipopolysaccharide struktural,
daun beluntas pada bakteri
yang membuatnya kedap lipofilik untuk
Propionibacteriumacnes dan antibiotik
zat terlarut dan porins, maka merupakan
klindamisin sebagai kontrol positif dan
penghalang selektif untuk zat terlarut
basis sabun sebagai kontrol negative
hidrofilik (Osuntokun, 2018). Dalam hal
(Gambar 4). Zona daya hambat terlihat
ini P. acnes lebih mudah terhambat
setelah diinkubasi, dimana daerah bening
dibandingkan dengan bakteri Gram-
sekitar cakram menunjukan koloni bakteri
negatif. Berdasarkan hasil pengujian
pada daerah itu mati atau tidak
terlihat dimana semakin tinggi
berkembang. Reaksi dengan sampel dan
konsentrasi ekstrak pada formula maka
antibiotik membuat pertumbuhan koloni
semakin besar daerah hambat yang
bakteri disekitarnya berhenti, sehingga
diperoleh. Sedangkan pada basis sabun
daerah disekitar sampel dan antibiotik
tampak ekstrak daun beluntas tidak
berwarna lebih cerah dari wilayah
membentuk zona hambat. Zona hambat
medium agar yang ditumbuhi bakteri,

19
Uji Aktivitas Antibakteri ... (Komala O., dkk)

dari kontrol positif (klindamisin) hampir Daerah Hambat (LDH). Dari kelima
sama besarnya dengan Formula 3, hal ini perlakuan, kontrol (-) tidak memiliki
menunjukan bahwa kontrol positif pengaruh apapun terhadap setiap
(klindamisin) berpengaruh pada bakteri perlakuan. Pada kontrol (+) memiliki
P. acnes sehingga aktifitas pengaruh yang sama dengan formula 3
penghambatannya tergolong dalam namun berbeda dengan formula 1 dan 2.
kategori kuat. Pada F3 sebagai sabun Formula 3 memiliki lebar daerah hambat
tidak baik digunakan untuk sehari-hari, terbesar dibandingkan formula 1, formula
karena aktivitasnya secara statistik sama 2, dan kontrol positif. Seiring dengan
dengan antibiotik Klindamisin. F3 sangat bertambahnya konsentrasi ekstrak daun
sesuai jika digunakan sebagai obat untuk beluntas maka nilai daerah hambat
kulit yang mengalami infeksi. semakin meningkat. Lebar daerah hambat
Terbentuknya zona hambat disekitar sabun wajah ekstrak daun beluntas lebih
cakram diduga karena ekstrak daun besar dibanding dengan kontrol positifnya
beluntas mengandung flavonoid. yaitu klindamisin 10 ppm. Hal ini dapat
Flavonoid juga bersifat bakteriostatik disebabkan karena pada ekstrak daun
yang bekerja melalui penghambatan beluntas mengandung senyawa flavonoid
sintesis dinding sel bakteri (Soedibyo, yang efektif menghambat pertumbuhan
1998). Nilai diameter daerah hambat yang bakteri. Sedangkan pada kontrol negatif
diperoleh dianalisis menggunakan yaitu basis sabun tidak memberikan efek
Rancangan Acak Lengkap (RAL). antibakteri terhadap bakteri P. acnes.
Berdasarkan analisis ragam terhadap P.
acnes memberikan hasil yang berbeda KESIMPULAN
nyata. Dari Tabel 5 dapat disimpulkan Sediaan sabun wajah ekstrak daun
bahwa aktivitas antiacne sabun wajah beluntas memiliki aktivitas antibakteri
dengan Formula 3 sebanding dengan terhadap bakteri Propionibacterium
klindamisin berdasarkan nilai lebar daya acnes. Aktivitas antibakteri tertinggi
hambatnya. terdapat pada fomula 3 dengan
konsentrasi ekstrak daun beluntas 15%
Tabel 5. Nilai Lebar Daerah Hambat dengan LDH sebesar 13,5 mm sebanding
(LDH) Sediaan Sabun Wajah dengan klindamisin dengan LDH sebesar
Perlakuan Nilai LDH 13,3. Formula 1 dengan ekstrak daun
(mm) beluntas konsentrasi 5% disukai panelis
Kontrol (-) 0,00a namun tidak memenuhi syarat uji mutu
Kontrol (+) 13,3d sediaan.
Formula 1 8,50b
Formula 2 11,5c Ucapan Terima Kasih
Formula 3 13,5d Terima kasih disampaikan kepada
Catatan : huruf yang sama pada superscript pada Kepala Laboratorium Farmasi, Fakultas
kolom yang sama menunjukkan hasil tidak Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
berbeda nyata, sedangkan huruf yang berbeda Universitas Pakuan, Bogor dan
pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang
berbeda nyata. Laboratorium Biologi Institut Pertanian
Bogor atas bantuannya yang telah
Berdasarkan hasil uji lanjut Duncan memberikan kesempatan untuk
menunjukkan konsentrasi ekstrak daun menggunakan laboratorium penelitian.
beluntas berpengaruh memperbesar Lebar

20
Fitofarmaka Jurnal Ilmiah Farmasi

DAFTAR PUSTAKA Radji, M. 2016. Mekanisme aksi


Departemen Kesehatan, R. I. 1979. molekuler Antibiotik dan
Materia Medika Indonesia. Kemoterapi. Penerbit Buku
Direktorat Jenderal Pengawasan Kedokteran EGC.
Obat dan Makanan. Rahmi, A., Cahyanto, T., Sujarwo, T., &
Departemen Kesehatan, R. I. 2013. Lestari, R. I. 2015. Uji aktivitas
Suplemen III. In Farmakope Herbal antibakteri ekstrak daun beluntas
(Edisi I). terhadap Propionibacterium acnes
Eugresya, G., Avanti, C., & Uly, S. 2017. penyebab jerawat. Teknologi UIN
Pengembangan Formula dan Uji Sunan Gunung Djati Bandung.
Stabilitas Fisik-pH Sediaan Gel Sari, L. I., & Novita, R. 2014. Formulasi
Facial Wash yang Mengandung Sabun Transparan Minyak Ylang-
Ekstrak Etanol Kulit Kayu Ylang dan Uji Efektivitas terhadap
Kesambi. Media Pharmaceutica Bakteri Penyebab Jerawat. Journal
Indonesia, 1(4), 181–188. Sains Farmasi & Klinis, 1(1), 61–
Harahap, M. 2000. Ilmu Penyakit Kulit, 71.
Acne Vulgaris. Hipokrates. Sari, R., & Ferdinan, A. 2017. Pengujian
Harmita, & Radji, M. 2008. Analisis Aktivitas Antibakteri Sabun Cair
Hayati Buku Ajar Program Studi dari Ekstrak Kulit Daun Lidah
Farmasi. Penerbit Buku Buaya. Pharmaceutical Science
Kedokteran EGC. Research, 4(3), 111–120.
Kumar, S. 2016. Essentials of Sawarkar, H. A., Khadabadi, S. S.,
Microbiology. Jaypee Brothers Mankar, D. M., Faroqni, I. A., &
Medical Publishers. Jagtap, N. S. 2010. Development
Macdonald, F. 2018. Researchers Might and Biological Evaluation of Herbal
Have Figured Out Why Bacteria Anti Acne Gel. International
Only Causes Acne in Some People. Journal of PharmTech Research,
In Science Alert. 2(3), 28–31.
Nurama, Y., & Suhartiningsih. 2014. Standar Nasional Indonesia. 1996. Batas
Pengaruh Penambahan Sari Maksimum Sabun Cair.
Belimbing Wuluh Terhadap Sifat Suryana. 2013. Kewirausahaan Kiat dan
Fisik Sediaan Sabun Wajah Proses Menuju Sukses. Salemba
Berbentuk Cair. E-Journal, 3(1), Empat.
251–259.
Pratiwi. 2008. Mikrobiologi Farmasi.
Erlangga.

21

Anda mungkin juga menyukai