LP + ASKEP CA Paru Kiki Saputra
LP + ASKEP CA Paru Kiki Saputra
Disusun oleh :
NIM : 2018.C.10a.0940
Mengetahui,
Ketua Program Studi S1
Keperawatan, Pembimbing Akademik
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya untuk dapat menyelesaikan Laporan
pendahuluan dan asuhan keperawatan pada Tn.S dengan diagnosa medis Ca Paru
di ruang Gardenia RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya. Saya berharap laporan pendahuluan
penyakit ini dapat berguna dan menambah wawasan serta pengetahuan kita
mengenai penyakit Ca Paru.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
LembarPengesahan....................................................................................i
Kata pengantar........................................................................................ii
Daftar isi..................................................................................................iii
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang..............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan...........................................................................3
1.4 Manfaat.........................................................................................3
1.4.1 Untuk mahasiswa ...............................................................3
1.4.2 Untuk Keluarga dan Klien..................................................4
1.4.3 Untuk Pendidikan...............................................................4
1.4.4 Untuk Iptek.........................................................................4
Bab 2 Tinjauan Pustaka
2.1 Konsep Penyakit...........................................................................5
2.1.1 Defenisi Kejang Demam.....................................................5
2.1.2 Anatomi Fisiologi...............................................................5
2.1.3 Etiologi................................................................................9
2.1.4 Klasifikasi.........................................................................10
2.1.5 Patofisologi.......................................................................11
2.1.6 Manifestasi Klinis.............................................................14
2.1.7 Komplikasi........................................................................14
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang....................................................15
2.1.9 Penatalaksanaan Medis.....................................................16
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan...............................................22
2.2.1 Pengkajian Keperawatan...................................................22
2.2.2 Diagnosa Keperawatan......................................................23
2.2.3 Intervensi Keperawatan....................................................23
iii
2.2.4 Implementasi Keperawatan...............................................25
2.2.5 Evaluasi Keperawatan.......................................................25
Bab 3 Asuhan Keperawatan
3.1 Pengkajian...................................................................................26
3.2 Tabel Analisis Data....................................................................34
3.3 Rencana Keperawatan.................................................................37
3.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan...................................40
Daftar Pustaka
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
Ca Paru yang sering terjadi pada seseorang memiliki tanda dan gejala
seperti batuk kronis, nafsu makan yang buruk dan penurunan berat badan secara
drastic, dahak dengan darah, nyeri dada dan tulang dan sesak nafas. Kanker paru
memang sudah menjadi ancaman yang mematikan bagi kaum laki-laki dan
perempuan di seluruh dunia terutama laki-laki. Di Indonesia, kanker paru menjadi
penyebab kematian utama kaum laki-laki dan lebih dari 70% kasus kanker itu
baru terdiagnosis pada tahap lanjut (UGM Farmasi, 2014). Penyebab utama
kanker paru adalah asap rokok karena mengandung lebih dari 4.000 zat kimia,
dimana 63 jenis diantaranya bersifat karsinogen dan beracun (Perhimpunan
Dokter Paru Indonesia, 2003:2). American Cancer Society mengemukakan bahwa
80% kasus kanker paru disebabkan oleh rokok (perokok aktif), sedangkan
perokok pasif beresiko 20% sampai 30% untuk terkena kanker paru. Penyebab
kanker paru lainnya adalah radiasi dan polusi udara (American Cancer Society,
2017).
Kanker paru memerlukan penanganan dan tindakan yang cepat dan
terarah. Penegakan diagnosis penyakit ini membutuhkan ketrampilan dan sarana
yang tidak sederhana dan memerlukan pendekatan yang erat dan kerja sama
multidisiplin. Penemuan kanker paru pada stadium dini akan sangat membantu
penderita. Penangan utama terhadap Ca paru stadium awal adalah melalui operasi.
Jika kanker telah mencapai stadium lanjut, maka penanganan dapat dilakukan
dengan radioterapi dan kemoterapi ( Kemenkes. 2017).
Berdasarkan latar belakang diatas, mahasiswa dapat menyimpulkan bahwa
tenaga kesehatan harus mampu memberikan asuhan keperawatan yang efektif dan
mampu ikut serta dalam upaya penurunan angka insiden kanker paru melalui
upaya preventif, promotor, kuratif dan rehabilitatif. Dengan kesimpulan tersebut
mahasiswa dapat melengkapi aasuhan keperawatan pada pasien kelolaan di ruang
Gardenia khusus nya pada Tn. S dengan diagnosa medis Ca Paru.
dengan diagnosa medis Ca paru di ruang Gardenia RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya.
1.4 Manfaat.
1.4.1 Untuk Mahasiswa
Memberikan pengalaman yang nyata tentang asuhan keperawatan pada Tn.
S dengan diagnosa medis Ca Paru.
5
6
paru terdapat sekitar 300 juta alveolus dengan luas permukaan total
seluas sebuah lapangan tenis.
2.1.2.1.5 Paru-paru Merupakan alat pernafasan utama. Paru-paru merupakan
organ yang elastis, berbentuk kerucut, dan letaknya di dalam rongga
dada. Karena paru-paru saling terpisah oleh mediastinum sentral yang
di dalamnya terdapat jantung dan beberapa pembuluh darah besar.
Setiap paru-paru memiliki apeks (puncak paru-paru) dan basis. Paru-
paru ada dua. Paru-paru kanan lebih besar dari pada paru-paru kiri.
Paru-paru kanan dibagi menjadi tiga lobus oleh fisura interlobaris,
paru-paru kiri dibagi menjadi dua lobus. Setiap lobus tersusun atas
lobula. Paru-paru dilapisi suatu lapisan tipis membran serosa rangkap
dua yang mengandung kolagen dan jaringan elastis yang disebut
pleura. Yang melapisi rongga dada dan disebut pleura parietalis dan
yang menyelubungi tiap paru-paru disebut pleura viseralis. Di antara
pleura parietalis dan pleura viseralis terdapat suatu lapisan tipis cairan
pleura yang memudahkan kedua permukaan tersebut bergerak dan
mencegah gesekan antara paru-paru dan dinding dada yang pada saat
bernapas bergerak (cairan surfaktan). Dalam keadaan sehat, kedua
lapisan tersebut satu dengan yang lain erat bersentuhan. Tetapi dalam
keadaan tidak normal, udara atau cairan memisahkan kedua pleura
tersebut dan ruang diantaranya menjadi jelas. Tekanan dalam rongga
pleura lebih rendah dari tekanan atmosfer, mencegah kolaps
paruparu.Secara umum saluran udara pernapasan adalah sebagai
berikut : dari nares anterior menuju ke cavitas nasalis, choanae,
nasopharynx, larynx, trachea, bronchus primarius, bronchus secundus,
bronchus tertius, bronchiolus, bronchiolus terminalis, bronchiolus
respiratorius, ductus alveolaris, atrium alveolaris, sacculus alveolaris,
kemudian berakhir pada alveolus tempat terjadinya pertukaran udara
(Budiyanto, dkk, 2008). Tractus respiratorius dibagi menjadi 2 bagian :
2.1.2.1.5.1 zona konduksi, dari nasal sampai bronciolus terminalis, zona konduksi
berfungsi sebagai penghangat, pelembab, dan penyaring udara
pernapasan.
9
2.1.2.2 Fisologi
Proses fisiologi pernapasan dimana oksigen dipindahkan dari udara ke
dalam jaringan, dan karbondioksida dikeluarkan ke udara ekspirasi dapat
dibagi menjadi 3 stadium.
2.1.2.2.1 Stadium pertama adalah ventilasi, yaitu masuknya campuran gas-gas
ke dalam dan keluar paru-paru.
2.1.2.2.2 stadium kedua adalah transportasi, yang terdiri dari beberapa aspek
2.1.2.2.2.1 Difusi gas-gas antara alveolus dan kapiler paru-paru (respirasi
eksterna) dan antara darah sistemik dan sel-sel jaringan
2.1.2.2.2.2 Distribusi darah dalam sirkulasi pulmonar
2.1.2.2.2.3 Reaksi kimia dan fisik dari O2 dan CO2 dengan darah
2.1.2.2.3 Stadium terakhir adalah respirasi sel atau respirasi interna, yaitu pada
saat metabolik dioksidasi untuk mendapatkan energi, dan CO2
terbentuk sebagai sampah proses metabolisme sel dan dikeluarkan oleh
paru-paru. Jumlah udara yang diinspirasi atau diekspirasi pada setiap
kali bernapas disebut volume tidal yaitu sekitar 500 ml. Kapasitas vital
paru-paru, yaitu jumlah udara maksimal yang dapat diekspirasi
sesudah inspirasi maksimal sekitar 4500 ml. Volume residu, yaitu
jumlah udara yang tertinggal dalam paru-paru sesudah ekspirasi
maksimal sekitar 1500 ml (Saifuddin,2008).
2.1.3 Etiologi
2.1.3.1 Merokok
Merupakan penyebab utama Ca paru. Suatu hubungan statistik yang
defenitif telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua puluh
batang sehari) dari kanker paru (karsinoma bronkogenik). Perokok
seperti ini mempunyai kecenderung sepuluh kali lebih besar dari pada
perokok ringan. Selanjutnya orang perokok berat yang sebelumnya dan
telah meninggalkan kebiasaannya akan kembali ke pola resiko bukan
10
2.1.4 Klasifikasi
2.1.4.1 Karsinoma epidermoid (skuamosa).
Kanker ini berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel
termasuk metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka panjang, secara
khas mendahului timbulnya tumor. Terletak sentral sekitar hilus, dan
11
2.1.5 Patofisiologi
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen / sub bronkus
menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan
karsinogen. Perluasan dari lesi primer paru adalah carcinoma
bronchogenic, tumor pada epithelium jalan nafas. Tumor-tumor ini
dibedakan berdasarkan tipe selnya, yaitu : small cell, atau oat cell,
carcinoma, dan non-small-cell carcinoma. Small cell carcinoma kira-kira
25% dari kanker paru, tumbuh dengan cepat dan menyebar secara dini.
12
Pengendapan karsinogen
KANKER PARU
B1 B2 B3 B4 B5 B6
Massa tumor Metastase sel Gangguan pertukaran Tumor menyebar ke Persebaran hematogen sel
kanker ke Metastase ke
dalam gas nodus limfe regional tulang kanker
jantung tulang dan
jaringan
Hipersekresi
Penumpukan cairan Sesak nafas
kelenjar mukus Menekan jalan Nyeri tulang
dalma rongga
perikardium masuk makanan
Peningkatan produksi Merangasang
sputum system syaraf Suplai cairan ke dalam
Penurunan pengisian
ventrikel
tubuh berkurang Nutrisi menurun Mati rasa,lemah
Obstruksi jalan
nafas Menstimulasi
Co menurun
nyeri
Kekurangan defisit nutrisi
Ketidakcukupan Intoleransi aktivitas
Bersihan jalan pengisiansistem arteri
volume cairan
nafas tidak efektif nyeri aktivitasa
Penurunan aliran darah
sistemik Gangguan perfusi
jaringan
15
2.1.7 Komplikasi
Jika Kanker Paru tidak segera ditangani akan menimbulkan komlikasi – komplikasi
sebagai berikut (Priscillia, 2015):
2.1.7.1 Sindrom vena kava superior
obstruksi sebagian atau menyeluruh vena kava superior, merupakan komplikasi
potensial kanker paru, terutama ketika tumor melibatkan mediastinum superior atau
nodus limfe mediastinal. Aliran vena yang mengalami obstruksi dari kepala dan leher
menghasilkan gelaja sindrom vena kava superior ( edema pada leher dan wajah, sakit
kepala, pusing, gangguan penglihatan, dan sinkope), dan dapat terjadi secara akut atau
secara bertahap. Vena dada atas dan leher mengalami dilatasi; terjadi kemerahan,
diikuti dengan sianosis. Edema serebral dapat mengenai tingkat kesadaran; edema
laring dapat mengganggu respirasi.
16
stadium IIA, IIB dan IIIA. Pada KPKBSK stadium lanjut, kemoterapi dapat diberikan
dengan tujuan pengobatan jika tampilan umum pasien baik (Karnofsky >60%; WHO
0-
2.1.9.1.4 Terapi Target
Terapi target diberikan pada penderita dengan stadium IV KPKBSK EGFR mutasi
positif yang sensitif terhadap EGFR-TKI. Terapi EGFR-TKI yang tersedia yaitu
Gefitinib, Erlotinib atau Afatinib.
2.1.9.1.5 Terapi Kombinasi
Terapi radiasi dan kemoterapi dapat diberikan pada kasus-kasus tertentu, terutama
yang tidak memenuhi syarat untuk menjalani pembedahan. Selain itu, terapi
kombinasi dapat diberikan dengan tujuan pengobatan pada pasien dengan tampilan
umum baik (Karnofsky >70%) dan penurunan berat badan minimal, dan pasien usia
lanjut yang mempunyai komorbiditas berat atau kontraindikasi operasi. Regimen
kemoterapi dan terapi radiasi dapat diberikan secara bersamaan (concurrent therapy),
selang-seling (alternating therapy), atau secara sekuensial. Hasil paling baik didapat
dari regimen concurrent therapy.
2.1.9.6 Pilihan Terapi Berdasarkan Stadium
2.1.9.6.1 Stadium 0
Modalitas terapi pilihan adalah pembedahan atau Photo Dynamic Therapy (PDT).
2.1.9.6.2 Stadium I
Modalitas terapi pilihan adalah pembedahan, yang dapat dilakukan bersamaan
dengan VATS. Bila pasien tidak dapat menjalani pembedahan, maka dapat diberikan
terapi radiasi atau kemoterapi dengan tujuan pengobatan. Selain itu, juga dapat
diberikan kombinasi terapi radiasi dengan kemoterapi. Pada stadium IB, dapat
diberikan kemoterapi adjuvant setelah reseksi bedah.
2.1.9.6.3 Stadium II
Terapi pilihan utama adalah reseksi bedah, jika tidak ada kontraindikasi. Terapi
radiasi atau kemoterapi adjuvant dapat dilakukan bila ada sisa tumor atau
keterlibatan KGB intratoraks, terutama N2 atau N3. Bila pasien tidak dapat
menjalani pembedahan, maka dapat diberikan terapi radiasi dengan tujuan
pengobatan. Kombinasi terapi radiasi dengan kemoterapi dapat memberikan hasil
yang lebih baik.
2.1.9.6.4 Stadium IIIA
19
Pada stadium ini, dapat dilakukan pembedahan (bila tumor masih dapat dioperasi
dan tidak terdapat bulky limfadenopati), terapi radiasi, kemoterapi, atau kombinasi
dari ketiga modalitas tersebut. Reseksi bedah dapat dilakukan setelah kemoterapi
neoadjuvant dan/atau dengan kemoterapi adjuvant, terutama pada pasien dengan lesi
T3-4, N1. Pada pasien yang tidak dapat menjalani pembedahan, dapat dilakukan
terapi radiasi sendiri dengan tujuan pengobatan. Kombinasi terapi radiasi dengan
kemoterapi dapat memberikan hasil yang lebih baik. Jika ada keterlibatan kelenjar
getah bening atau respons buruk terhadap operasi, maka pemberian kemoterapi
sendiri dapat dipertimbangkan. Regimen ini terdiri dari 4-6 siklus pemberian obat
kemoterapi. Pada pasien dengan adenokarsinoma dan hasil uji mutasi gen EGFR
positif, dapat diberikan obat golongan EGFR-TKI.
2.1.9.1.5 Stadium IIIB
Modalitas pengobatan yang menjadi pilihan utama bergantung pada kondisi klinis
dan tampilan umum pasien. Terapi radiasi sendiri pada lesi primer dan lesi
metastasis ipsilateral dan KGB supraklavikula. Kemoterapi sendiri dapat diberikan
dengan regimen 4-6 siklus. Kombinasi terapi radiasi dan kemoterapi dapat
memberikan hasil yang lebih baik. Obat golongan EGFR-TKI diberikan pada
adenokarsinoma dengan hasil uji mutasi gen EGFR positif yang sensitive EGFR-
TKI.
2.1.9.1.6 Stadium IV
Tujuan utama terapi pada stadium ini bersifat paliatif. Pendekatan tata laksana
KPKBSK stadium IV bersifat multimodalitas dengan pilihan terapi sistemik
(kemoterapi, terapi target), dan modalitas lain (radioterapi , dan lain-lain).
2.2.1.2 B1 (Breathing)
Pada pemeriksaan sistem pernafasan, didapatkan bahwa klien tidak mengalami
kelainaan pernafasan. Pada palpasi thorak, didapatkan taktil fremitus seimbang kanan
dan kiri. Pada auskultasi tidak terdapat suara tambahan.
2.2.1.3 B2 (Bleeding)
Inspeksi tidak ada iktus jantung, palpasi nadi meningkat.
2.2.1.4 B3 (Brain)
Tingkat kesadaran biasanya komposmentis.
2.2.1.4.1 Kepala: Tidak ada gangguan, yaitu normosefalik, simetris., tidak ada penonjolan,
tidak ada sakit kepala.
2.2.1.4.2 Leher: Tidak ada gangguan, simetris, tidak ada penonjolan, reflek menelan ada.
2.2.1.4.3 Wajah : Wajah terlihat menahan sakit dan bagian wajah yang lain tidak
mengalami perubahan fungsi dan bentuk. Wjah simetris, tidak ada lesi dan edema.
2.2.1.4.4 Mata: Tidak ada gangguan, konjungtiva tidak anemis.
2.2.1.4.5 Telinga : Tes bisik dan weber msih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi dan
nyeri tekan.
2.2.1.4.6 Hidung: Tidak ada deformitas, tidak ada pernafasan cuping hidung.
2.2.1.4.7 Mulut dan Faring: Tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan,
mukosa mulut tidak pucat.
2.2.1.4.8 Pemeriksaan fungsi serebral
2.2.1.4.9 Status mental, observasi penampilan, dan tingkah laku klien. Biasanya status
mental tidak mengalami perubahan.
2.2.1.4.10 Pemeriksaan saraf kranial
2.2.1.4.10.1 Saraf I: fungsi penciuman tidak ada gangguan.
2.2.1.4.10.2 Saraf II: ketajaman penglihatan normal
2.2.1.4.10.3 Saraf III, IV, VI: tidak ada gangguan mengangkat kelopak mata, pupil isokor.
2.2.1.4.10.4 Saraf V: tidak mengal;ami paralisis pada otot wajah dan reflek kornea tidak
ada kelainan.
2.2.1.4.10.5 Saraf VII: persepsi pengecapan dalam batas normal dan wajah simetris.
2.2.1.4.10.6 Saraf VIII: tidak ditemukan tuli konduktif dan tuli persepsi.
2.2.1.4.10.7 Saraf IX dan X: kemampuan menelan baik
2.2.1.4.10.8 Saraf XI: tidak ada atrofi otot.
2.2.1.4.10.9 Saraf XII: ;lidah simeteris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada
faskulasi. Indra pengecapan normal.
21
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Klien
Nama : Tn. S
Umur : 50 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMP
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Palangkaraya
TGL MRS : 02 Januari 2021
Diagnosa Medis : Ca Paru
26
27
GENOGRAM KELUARGA :
KETERANGAN:
= Laki-laki
= Perempuan
= Meninggal
= Garis Keturunan
= Tinggal serumah
= Klien ( Tn.S)
kesehatan, orientasi tempat pasien mengetahui bahwa sedang berada di rumah sakit. Insight
baik, mekanisme pertahanan diri adaptif.
28
3. Tanda-tanda Vital
Pada saat pengkajian tanda–tanda vital, tekanan darah 110/80 mmHg, Nadi 80 x/menit,
pernapasan 26 x/menit dan suhu 36.70C.
4. Pernapasan (Breathing)
Bentuk dada simetris, klien memiliki kebiasaan merokok satu bungkus 1 hari, ada batuk
berdahak,, merasakan sesak nafas saat inspirasi, sputum bewarna kuning, type pernafasan
dada dan perut, irama pernafasan tidak teratur, bunyi napas bronchial dan ada suara nafas
tambahan ronchi pada paru sebelah kiri.
Masalah Keperawatan: Bersihan jalan napas tidak efektif
5. Cardiovasculer (Bleeding)
cappilary refill ≤2 detik, ictus cordis terlihat, pasien tidak pucat, ada, tidak ada
peningkatan vena jugularis ,Bunyi Jantung normal, S1 S2.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
6. Persyarafan (Brain)
Nilai GCS E:4 (membuka mata spontan), V: 5 , M 6 (bergerak sesuai perintah) dan total
Nilai GCS: 15, kesadaran Tn. S compos menthis, pupil Tn. S isokor tidak ada kelainan,
refleks cahaya kanan dan kiri positif.
Hasil dari uji syaraf kranial, saraf kranial I (Olfaktorius): pada pemeriksaan menggunakan
minyak kayu putih dengan mata tertutup pasien mampu mengenali bau minyak kayu putih
tersebut. Saraf kranial II (Optikus): pasien mampu membaca nama perawat dengan baik pada
saat perawat meminta pasien untuk membaca namanya. Saraf kranial III (Okulomotor):
pasien dapat mengangkat kelopak matanya dengan baik. Saraf kranial IV (Troklearis): pasien
dapat menggerakkan bola matanya (pergerakan bola mata normal). Saraf kranial V
(Trigeminalis): pada saat pasien makan pasien dapat mengunyah dengan lancar. Saraf kranial
VI (Abdusen): pasien mampu menggerakan bola matanya ke kiri dan kekanan. Saraf kranial
VII (Fasialis): pasien dapat berekspresi terhadap rasa manis dan asin. Saraf kranial VIII
(Auditorius): pasien dapat menjawab dengan benar di mana suara petikan jari perawat kiri
dan kanan. Saraf kranial IX (Glosofaringeus): pasien dapat merasakan rasa asam. Saraf
kranial X (Vagus): pada saat makan pasien dapat mengontrol proses menelan. Saraf kranial
XI (Assesorius): pasien dapat menggerakkan leher dan bahu. Saraf kranial XII (Hipoglosus):
pasien mampu mengeluarkan lidahnya.
Hasil uji koordinasi ekstremitas atas jari ke jari positif, jari ke hidung positif. Ekstremitas
bawah tumit ke jempol kaki, uji kestabilan positif; pasien dapat menyeimbangkan tubuhnya,
refleks bisep dan trisep kanan dan kiri postif dengan skala 5, refleks brakioradialis kanan dan
29
kiri positif dengan skala 5, refleks patela kanan dan kiri positif dengan skala 5, refleks akhiles
kanan dan kiri positif dengan skala 5, refleks babinski kanan dan kiri positif dengan skala 5.
Uji sensasi pasien di sentuh bisa merespon.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
7. Eliminasi Uri (Bladder)
Produksi urine 470ml/24 jam warna urine kuning, bau urine amoniak. Eliminasi Tn. S
tidak ada masalah atau lancar.
Masalah Keperawatan: Tidak Ada masalah keperawatan
8. Eliminasi Alvi (Bowel)
Sistem pencernaan, bibir terlihat tampak baik, tidak ada lesi. Gigi terlihat lengkap dan
tidak ada karies gigi, gusi terlihat tidak ada peradangan dan perdarahan, lidah berwana merah
muda dan tidak ada peradangan, tidak ada perdarahan pada mukosa, tidak ada peradangan
pada tonsil, tidak ada keluhan nyeri pada tenggorokan saat menelan. Palpasi abdomen tidak
teraba massa dan tidak ada nyeri tekan pada abdomen. Tidak ada hemoroid pada rectum.
Pasien BAB 1x sehari warna coklat dan lembek konsistensinya.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
9. Tulang – Otot – Integumen (Bone)
Pergerakan Tn.S secara bebas dan tidak terbatas, ekstremitas atas 5/5 dan ekstremitas
bawah 5/5 normal pergerakanya dan tidak ada peradangan maupun deformitas pada tulang,
maupun patah tulang.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
10. Kulit-kulit Rambut
Riwayat alergi pasien tidak pernah mengalami alergi obat, alergi makanan, alergi
kosmetik. Suhu kulit Tn.S hangat, warna kulit normal tidak ada kelainan, turgor kulit halus
tidak kasar maupun kemerahan tidak ada peradangan, jaringan parut tidak ada, tekstur rambut
kasar,bentuk kuku simetris.
Masalah Keperawatan: Tidak Ada
11. Sistem Penginderaan
Fungsi penglihatan normal, bola mata bergerak normal, sklera normal/putih, konjungtiva
merah muda, kornea bening. Pasien tidak memakai kecamata dan tidak keluhan nyeri pada
mata. Fungsi pendengaran baik, penciuman normal, hidung simetris, dan tidak ada polip.
Masalah Keperawatan: Tidak Ada
12. Leher dan Kelenjar Limfe
30
Massa tidak ada, jaringan parut tidak ada, kelenjar limfe tidak teraba, kelenjar tyroid tidak
teraba, mobilitas leher bergerak bebas tidak terbatas.
45
=16,56 (Berat badan kurang) tidak kesukaran menelan atau normal.
1,65 x 1,65
5. Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri, peran).
Gambaran diri pasien menyukai tubuhnya secara utuh. Ideal diri pasien ingin cepat
sembuh dari penyakit yang di deritanya. Identitas diri pasien adalah seorang anak dari ibunya.
Harga diri pasien tidak merasa rendah diri dengan penyakitnya.
31
Penatalaksanaan Medis
Obat Dosis Indikasi
Otsu D5 500 ml Otsu-D5 merupakan cairan
infus mengandung dextrose
yang digunakan sebagai
pengganti caian dan
memberikan energi
sebanyak 220 kkal per liter
Paracetamol (oral) 2x1 Untuk meredakan sakit
kepala, nyeri dan
menurunkan demam
Bromhexine IV 2 x1 (4mg/2mL) Untuk mengencerkan dahak
pada saluran pernafasan
dengan cara menghambat
kerja sel yang menghasilkan
dahak atau mucus sehingga
dahak yang tidak kental
mudah untuk dikeluarkan
Nebu Combivent+Pulmicort 8 jam Untuk melegakan saluran
pernafasan
Inj. Cefotaxime 1 x 2 gr (IV) Digunakan untuk mengobati
infeksi bakteri
Kiki Saputra
ANALISIS DATA
No
DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN
. MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
- TTV
TD : 130/80
S : 36,5 oC
N : 94 x/menit
RR : 24 x/menit
DO:
35
PRIORITAS MASALAH
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d adanya peningkatan sekret d.d ada batuk
berdahak hari yang lalu, ada sekret berwarna kuning, bunyi napas bronchial, ada suara
nafas tambahan ronchi pada paru bagian kiri, Klien memang memiliki Riwayat ca
paru sejak 2 November 2020, Hasil Rontagen : Massa tumor pada mediastrinum
inferior posterior dextra (cenderung malignancy) “tumor berada pada tengah rongga
antara paru-paru kiri dan kanan di tengah jantung sebelah kanan bawah bagian
belakang,TTV ,TD : 130/80, S : 36,5 oC,N : 94 x/menit, RR : 24 x/menit.
2. Defisit nutrisi b.d penurunan berat badan d.d klien tampak tidak nafsu makan, klien
hanya makan ½ dari porsi yang diberikan, TB : 165 cm, BB sekarang : 43,BB
sebelum : 45, Nilai IMT : 16,56 ( normal 18 -25), Nilai albumin rendah 2,3 g/dl
(normal : 3,5g/dl – 5,5g/dl , ,Klien mengalami Penurunan BB Sebelum : 45 Kg MRS
ke Setelah MRS:43 kg
3. Gangguan pola tidur b.d adanya batuk disertai secret d.d pasien batuk batuk pada
malam hari, klien terlihat menguap, frekuensi tidur hanya 3-4 jam saja.
37
RENCANA KEPERAWATAN
47
RENCANA KEPERAWATAN
RENCANA KEPERAWATAN
48
Nama Pasien : Tn. S
49
02 Januari 2020 Dx 1 S : Klien mengatakan masih batuk
15.00 WIB 1. Memonitor bunyi nafas tambahan mulai berkurang dengan secret sudah
2. Memonitor sputum mulai tidak ada
3. Mengindentifikasi kemampuan batuk O:
4. Memonitor frekuensi pernafasan - klien dapat melakukan Teknik
5. Mengajarkan cara teknik batuk batuk efektif
efektif - Klien tampak bisa melakukan
6. Menjelaskan tujuan dan prosedur Teknik batuk efektif secara
batuk efektif mandiri KIKI SAPUTRA
7. Memberikan oksigen, bila perlu - RR 19x/menit
8. Berkolaborasi pemberian obat, - Obat sudah diberikan sesuai
mukolitik( Bomheksin 8mg oral) Indikasi
- Warna sputum bewarna
bening
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi 1.2,7,8
50
02 November Dx 2 S : Keluarga klien mengatakan nafsu
2020 1. Mengidentifikasi makanan yang makannya telah mulai kembali
15.00 WIB disukai O:
2. Memonitor asupan makanan - klien tampak mampu
3. Memberikan suplemen makanan menghabiskan 1 porsi
bila perlu makananya
4. Menyajikan makanan secara - Nafsu makan bertambah
menarik dan suhu yang sesuai karena disedakan makanan KIKI SAPUTRA
5. Menjelaskan jenis makanan yang favoritnya
bergizi tinggi, namun tetap - Klien tampak paham setelah
terjangkau menjelaskan jenis makanan
6. Berkolaborasi dengan ahli gizi yang tinggi akan gizi namun
untuk menentukan jumlah kalori tetap terjangkau
dan jenis nutrient yg dibutuhkan. - Suplemen makananan telah
Diberikan
51
Hari/ Tanggal Implementasi Evaluasi (soap) Tanda tangan dan
Jam Nama Perawat
02 November Dx 3 S : Keluarga klien mengatakan
2020 1. Mengidentifikasi pola aktivitas dan tidurnya nyenyak
15.00 WIB tidur O: - suara bising tidak terdengar,suhu
2. Mengidentifikasi faktor penggangu ruangan normal
tidur -klien tampak paham tentang
3. Mengidenfikasi lingkungan seperti pentingnya kebutuhan tidur selama
(pencahayaan, kebisisngan, suhu, sakit
dan tempat tidur) - batuk klien pada malam hari sudah KIKI SAPUTRA
4. Menjelaskan pentingnya tidur tidak ada
selama sakit - klien tertidur selama 7-8 jam pada
5. Melakukan prosedur untuk malam hari
meningkatkan kenyamanan seperti A : masalah teratasi
(pijat dan pengaturan posisi) P : hentikan Intervensi
52
DAFTAR PUSTAKA
Sudoyo Aru, dkk. 2008. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta
Danusantoso Halim. 2013. Buku saku ilmu penyakit paru. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran
Somantri Irman. 2012. Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem
pernapasan. Jakarta. Penerbit Salemba Medika.
47
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
A. Tujuan Umum
Setelah di lakukan tindakan pendidikan kesehatan selama 15 menit di
harapkan pasien mampu melakukan batuk efektif.
B. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan, diharapkan peserta dapat:
1. Mengetahui pengertian batuk efektif
2. Mengetahui tujuan batuk efektif
3. Mengetahui cara batuk efektif
D. Metode Penyuluhan
1. Ceramah : Ceramah adalah pidato yang disampaikan oleh seorang
pembicara di depan sekelompok pengunjung atau pendengar. Metode
ini digunakan pada kelompok yang besar (lebih dari 2 orang). Pada
hakikatnya ceramah adalah proses transfer informasi dari pengajar ke
sasaran belajar.
48
2. Demonstrasi : Yang dimaksud dengan metode dokumentasi adalah
sekumpulan berkas yakni mencari data mengenai hal-hal berupa
catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, agenda
dan sebagainya.
E. Struktur Organisasi
Moderator : Kiki Saputra
Penyaji : Kiki Saputra
Notulen : Kiki Saputra
Observer : Kiki Saputra
Fasilitator : Kiki Saputra
Dokumentasi : Kiki Saputra
F. Media
1. Tisue
2. Wadah tertutup tempat penampung dahak
3. Gelas berisi air hangat
G. Kegiatan Penyuluhan
No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran
Kegiatan
1 Pembukaan 5 menit a. Mengucapkan salam a. Menjawab
b. Memperkenalkan diri salam
c. Menyebutkan b. Mendengark
materi/pokok bahasan an dan
yang akan menyimak
disampaikan
d. Kontrak waktu
2 Pelaksanaa 20 menit a. Penyampaian materi a. Mendengark
n b. Menjelaskan an dan
pengertian batuk menyimak
efektif b. Bertanya
49
c. Menjelaskan tujuan mengenai
batuk efektif hal-hal yang
d. Menjelaskan cara belum jelas
batuk efektif dan
dimengerti
3 Penutup 5 menit a. Melakukan evaluasi a. Sasaran
b. Menyampaikan dapat
kesimpulan materi menjawab
c. Mengakhiri tentang
pertemuan dan pertanyaan
mengucap salam yang
diajukan
b. Mendengar
memperhatik
an
c. Menjawab
salam
H. Evaluasi
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan mencuci tangan, diharapkan
peserta dapat :
1. Mengetahui pengertian batuk efektif
2. Mengetahui cara batuk efektif tujuan mencuci tangan.
3. Mengetahui tujuan batuk efektif
50
MATERI PENYULUHAN
51
koronaria yang mengaliri jantung kita, maka arterikoroner yang lebih
kecil akan mengembangkan jalur pembuluh darah baru disekitar
sumbatan dengan tujuan agar jantung tetap mendapat suplai darah dan
oksigen.
2. Meningkatkan distribusi ventilasi
3. Meningkatkan volume paru
4. Memfasilitasi dan meningkatkan pembersihan saluran napas
5. Mencegah infeksi
6. Mengatur frekuensi dan pola napas sehingga mengurangi air trapping
atau gas trapping Retensi abnormal paru-paru dimana sulit untuk
menghembuskan napas sepenuhnya.
7. Memperbaiki fungsi diafragma
8. Memperbaiki mobilitas sangkar toraks
9. Meningkatkan rasa nyaman klien
10. Mengeluarkan sekresi dari jalan napas bagian atas dan bawah.
Jalan napas atas merupakan suatu saluran terbuka yang memungkinkan
udara atmosfer masuk melalui hidung, mulut, dan bronkus hingga ke
alveoli. Jalan napas atas terdiri darirongga hidung, rongga mulut.
52
4. Angkat dagu agak ke atas, dan gunakan otot perut untuk melakukan
pengeluaran napas cepat sebanyak 3 kali dengan saluran napas dan mulut
terbuka, keluarkan dengan bunyi Ha,ha,ha atau huff, huff, huff. Tindakan
ini membantu epligotis terbuka dan mempermudah pengeluaran mukus.
5. Kontrol napas, kemudian ambil napas pelan 2 kali.
6. Ulangi teknik batuk di atas sampai mukus sampai ke belakang
tenggorokkan
7. Setelah itu batukkan dan keluarkan mukus/dahak
TEKNIK
BATUK
EFEKTI
F
53
1. Untuk
mengeluark
an sekret
yang
menyumbat
APA TUJUAN
jalan nafas
2. Untuk
BATUK EFEKTIF?
memperinga
1. Melatih otot-
n keluhan
otot pernafasan
saat terjadi
Disusun oleh:
agar dapat
sesak nafas
Kiki Saputra
melakukan
pada
2018.C.10a.0940
fungsi dengan
penderita
baik
jantung
YAYASAN EKA HARAP
PALANGKA RAYA
2. Mengeluarkan
SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN dahak atau
PROGRAM STUDI S1 sputum yang
KEPERAWATAN
ada disaluran
TAHUN 2019/2020
pernafasan
3. Melatih klien
APAKAH BATUK
agar terbiasa
EFEKTIF? melakukan
Merupakan suatu cara
metode batuk dengan pernafasan
benar, dimana klien dengan baik
dapat menghemat
energi sehingga tidak
mudah lelah dan dapat
mengeluarkan dahak APA MANFAAT
secara maksimal. BATUK
EFEKTIF?
54
CARA 4.Tis
MELAKUKAN
BATUK EFEKTIF sue
1. Anjurkan klien
untuk minum
air hangat(agar
mudah dalam CARA
pengeluaran MENGURANGI
sekresi)
GEJALA BATUK
2. Tarik nafas PERALATAN YANG
dalam 4-5 kali DIPERLUKAN ? 1. 1/2 buah
3. Pada tarikan jeruk nipis
selanjutnya
1.Ba
diperas
nafas ditahan ntal
kemudian
selama 1-2
2.Sp campurkan
detik
4. Angkat bahu utu dengan 1
dan dada mPo sendok
dilonggarkan
rt makan
serta batukan
madu aduk
dengan kuat 3.air
sampai
min
rata
um kemudian
5. Lakukan
hang diminum
empat kali
setiap batuk at(ai 2. 1 buah
efektif, jeruk nipis
r
frekuensi dipanggang
disesuaikan puti
sebentar,ke
dengan h)
mudian
kebutuhan
diperas
55
dan
dicampur
sedikit
garam.kem
udian
diminum
56