Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

S DENGAN DIAGNOSA MEDIS CA PARU


RSUD DR. DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA

Disusun oleh :

Nama : Kiki Saputra


NIM : 2018.C.10a.0940

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA
KEPERAWATAN
T.A 2019/2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini di susun oleh :

Nama : Kiki Saputra

NIM : 2018.C.10a.0940

Program Studi : S-1 Keperawatan

Judul : Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada Tn. S


dengan diagnosa medis Ca Paru di RSUD dr.Doris Sylvanus
Palangka Raya.

Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk


menyelesaikan Praktik Pra-klinik Keperawatan 2 Program Studi S-1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangkaraya.

Laporan Keperawatan ini telah disetujui oleh :

Mengetahui,
Ketua Program Studi S1
Keperawatan, Pembimbing Akademik

Meilitha Carolina, Ners., M.Kep Ika Paskaria, S.Kep., Ners

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya untuk dapat menyelesaikan Laporan
pendahuluan dan asuhan keperawatan pada Tn.S dengan diagnosa medis Ca Paru
di ruang Gardenia RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya. Saya berharap laporan pendahuluan
penyakit ini dapat berguna dan menambah wawasan serta pengetahuan kita
mengenai penyakit Ca Paru.

Menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan pendahuluan penyakit ini


terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna oleh sebab itu berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan laporan pendahuluan. Semoga laporan
sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya saya
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan

Palangka Raya, 04 Januari 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LembarPengesahan....................................................................................i
Kata pengantar........................................................................................ii
Daftar isi..................................................................................................iii
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang..............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan...........................................................................3
1.4 Manfaat.........................................................................................3
1.4.1 Untuk mahasiswa ...............................................................3
1.4.2 Untuk Keluarga dan Klien..................................................4
1.4.3 Untuk Pendidikan...............................................................4
1.4.4 Untuk Iptek.........................................................................4
Bab 2 Tinjauan Pustaka
2.1 Konsep Penyakit...........................................................................5
2.1.1 Defenisi Kejang Demam.....................................................5
2.1.2 Anatomi Fisiologi...............................................................5
2.1.3 Etiologi................................................................................9
2.1.4 Klasifikasi.........................................................................10
2.1.5 Patofisologi.......................................................................11
2.1.6 Manifestasi Klinis.............................................................14
2.1.7 Komplikasi........................................................................14
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang....................................................15
2.1.9 Penatalaksanaan Medis.....................................................16
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan...............................................22
2.2.1 Pengkajian Keperawatan...................................................22
2.2.2 Diagnosa Keperawatan......................................................23
2.2.3 Intervensi Keperawatan....................................................23

iii
2.2.4 Implementasi Keperawatan...............................................25
2.2.5 Evaluasi Keperawatan.......................................................25
Bab 3 Asuhan Keperawatan
3.1 Pengkajian...................................................................................26
3.2 Tabel Analisis Data....................................................................34
3.3 Rencana Keperawatan.................................................................37
3.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan...................................40
Daftar Pustaka

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kanker paru (Ca Paru) merupakan penyebab kematian utama akibat
kanker pada pria dan wanita. Kanker paru ini meningkat dengan angka yang lebih
besar pada wanita dibandingkan pada pria dan sekarang melebihi kanker payudara
sebagai penyebab paling umum kematian akibat kanker pada wanita. Menurut
hasil penelitian, hampir 70% pasien kanker paru mengalami penyebaran ketempat
limfatik regional dan tempat lain pada saat didiagnosis. Beberapa bukti
menunjukkan bahwa karsinoma cenderung untuk timbul di tempat jaringan perut
sebelumnya (tuberculosis fibrosis ) di dalam paru . Kanker paru mengacu pada
lapisan epithelium saluran napas. Kanker paru dapat timbul dimana saja di paru
dan kebanyakan kasus kanker paru dapat dicegah jika kebiasaan merokok
dihilangkan.
semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan yang berasal dari paru
sendiri (primer). Dalam pengertian klinik yang dimaksud dengan kanker paru
primer adalah tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus (karsinoma bronkus =
bronchogenic carcinoma) (Kemenkes, 2017).
Data World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa sebesar 8,8
juta kematian di tahun 2015 disebabkan oleh kanker. Dari jumlah tersebut, kanker
paru tergolong menduduki peringkat tertinggi yaitu sebesar 1,69 juta kematian,
knaker hati sebesar 788.000 kematian, kanker usus sebesar 744.000 kematian,
kanker perut 754.000 kematian, dna kanker payudara sebesar 571.000 kematian.
International Agency for Research Cancer (IARC) memperoleh data setidaknya
1,8 juta (12,9%) kasus kanker ditemukan pada tahun 2012, sehingga menjadi
kasus kanker paling umum di dunia. Faktanya, sebagian besar kasus kanker paru
(58%) ditemukan di negara-negara berkembang. Berdasarkan data Profil
Mortalitas kanker (Cancer Mortality Profile) yang dirilis oleh WHO
menyebutkan, angka kematian yang disebabkan oleh kanker di Indonesia
mencapai 195.300 orang, dengna kontribusi kanker paru sebesar 21,8% dari
jumlah kematian (Global Burden Cancer, 2012).

1
2

Ca Paru yang sering terjadi pada seseorang memiliki tanda dan gejala
seperti batuk kronis, nafsu makan yang buruk dan penurunan berat badan secara
drastic, dahak dengan darah, nyeri dada dan tulang dan sesak nafas. Kanker paru
memang sudah menjadi ancaman yang mematikan bagi kaum laki-laki dan
perempuan di seluruh dunia terutama laki-laki. Di Indonesia, kanker paru menjadi
penyebab kematian utama kaum laki-laki dan lebih dari 70% kasus kanker itu
baru terdiagnosis pada tahap lanjut (UGM Farmasi, 2014). Penyebab utama
kanker paru adalah asap rokok karena mengandung lebih dari 4.000 zat kimia,
dimana 63 jenis diantaranya bersifat karsinogen dan beracun (Perhimpunan
Dokter Paru Indonesia, 2003:2). American Cancer Society mengemukakan bahwa
80% kasus kanker paru disebabkan oleh rokok (perokok aktif), sedangkan
perokok pasif beresiko 20% sampai 30% untuk terkena kanker paru. Penyebab
kanker paru lainnya adalah radiasi dan polusi udara (American Cancer Society,
2017).
Kanker paru memerlukan penanganan dan tindakan yang cepat dan
terarah. Penegakan diagnosis penyakit ini membutuhkan ketrampilan dan sarana
yang tidak sederhana dan memerlukan pendekatan yang erat dan kerja sama
multidisiplin. Penemuan kanker paru pada stadium dini akan sangat membantu
penderita. Penangan utama terhadap Ca paru stadium awal adalah melalui operasi.
Jika kanker telah mencapai stadium lanjut, maka penanganan dapat dilakukan
dengan radioterapi dan kemoterapi ( Kemenkes. 2017).
Berdasarkan latar belakang diatas, mahasiswa dapat menyimpulkan bahwa
tenaga kesehatan harus mampu memberikan asuhan keperawatan yang efektif dan
mampu ikut serta dalam upaya penurunan angka insiden kanker paru melalui
upaya preventif, promotor, kuratif dan rehabilitatif. Dengan kesimpulan tersebut
mahasiswa dapat melengkapi aasuhan keperawatan pada pasien kelolaan di ruang
Gardenia khusus nya pada Tn. S dengan diagnosa medis Ca Paru.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka mahasiswa mengambil rumusan
masalah bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan khususnya pada Tn. S
3

dengan diagnosa medis Ca paru di ruang Gardenia RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya.

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Agar penulis mampu berpikir secara logis dan ilmiah dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien Ca paru dengan menggunakan pendekatan manajemen
keperawatan secara benar, tepat dan sesuai dengan standard keperawatan secara
professional.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mahasiswa dapat melengkapi Asuhan Keperawatan pada Tn. S dengan
diagnosa medis Ca Paru .
1.3.2.1 Mahasiswa dapat melakukan pengkajian pada pasien dengan diagnosa
medis Ca Paru.
1.3.2.2 Mahasiswa dapat menganalisa kasus dan merumuskan masalah
keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis Ca Paru.
1.3.2.3 Mahasiswa dapat menyusun asuhan keperawatan yang mencakup
intervensi pada pasien dengan diagnosa medis Ca Paru.
1.3.2.4 Mahasiswa dapat melakukan implementasi atau pelaksanaan tindakan
keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis Ca Paru.
1.3.2.5 Mahasiswa dapat mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan yang
diberikan kepada pasien dengan diagnosa medis Ca Paru
1.3.2.6 Mahasiswa mampu membuat dokumentasi pada Tn. S dengan diagnose
medis Ca Paru di ruang Gardenia RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangkaraya

1.4 Manfaat.
1.4.1 Untuk Mahasiswa
Memberikan pengalaman yang nyata tentang asuhan keperawatan pada Tn.
S dengan diagnosa medis Ca Paru.

1.4.2 Untuk Klien dan Keluarganya


4

Pasien dan keluarga mengerti cara perawatan dan menghindari penyebab


pada penyakit secara benar dan bisa melakukan perawatan dirumah dengan
mandiri.
1.4.3 Untuk Institusi
Dapat digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam
pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan dan peningkatan mutu
pendidikan dimasa yang akan datang.
1.4.4 Untuk IPTEK
Dapat digunakan sebagai kunci untuk membangun kekuatan daya saing
yang bernilai tambah dan memberikan keunggulan kompetitif pada masa yang
akan datang.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit Ca paru


2.1.1 Defenisi
Kanker paru adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup
keganasan yang berasal dari paru sendiri (primer). Dalam pengertian klinik yang
dimaksud dengan kanker paru primer adalah tumor ganas yang berasal dari epitel
bronkus (karsinoma bronkus = bronchogenic carcinoma) (Kemenkes, 2017).
Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam
jaringan paru-paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan,
terutama asap rokok (Suryo, 2010 : 27).
kanker paru-paru merupakan penyebab kematian utama dalam kelompok
kanker baik pada pria maupun wanita. Sebagaian besar kanker paru-paru berasal
dari sel-sel di dalam paru-paru, tetapi bisa juga berasal dari kanker di bagian
tubuh lain yang menyebar ke paru-paru(Suryo, 2010 : 27).

2.1.2 Anatomi Fisiologi


2.1.2.1 Anatomi
Sistem organ yang terkait dengan penyakit ini adalah system pernafasan.
Sistem pernafasan terdiri dari :

5
6

2.1.2.1.1 Hidung (Nasal) Rongga hidung dilapisi oleh epitelium gergaris.


Terdapat sejumlah kelenjar sebaseus yang ditutupi oleh bulu kasar.
Partikel-partikel debu yang kasar dapat disaring oleh rambutrambut
yang terdapat dalam lubang hidung, sedangkan partikel yang halus
akan terjerat dalam lapisan mukus yang disekresi oleh sel goblet dan
kelenjar serosa. Gerakan silia mendorong lapisan mukus ke posterior
di dalam rongga hidung, dan ke superior di dalam sistem pernafasan di
bagian bawah menuju ke faring. Dari sini lapisan mukus akan tertekan
atau dibatukkan keluar. Air untuk kelembaban diberikan oleh lapisan
mukus, sedangkan panas yang disuplai ke udara inspirasi berasal dari
jaringan di bawahnya yang kaya akan pembuluh darah. Jadi udara
inspirasi telah disesuaikan sedemikian rupa sehingga bila udara
mencapai faring hampir bekas debu, bersuhu mendekati suhu tubuh,
dan kelembabannya mencapai 100%.
2.1.2.1.2 Faring Terdapat di bawah dasar tengkorak di belakang rongga hidung
dan rongga mulut, dan di depan ruas tulang leher. Merupakan pipa
yang menghubungkan rongga mulut dengan esofagus. Faring terbagi
atas 3 bagian : nasofaring di belakang hidung, orofaring di belakang
mulut, dan faring laringeal di belakang laring. Rongga ini dilapisi oleh
selaput lendir yang bersilia. Di bawa selaput lendir terdapat jaringan
kulit dan beberapa folikel getah bening. Kumpulan folikel getah
bening ini disebut adenoid. Adenoid akan membesar bila terjadi
infeksi pada faring.
2.1.2.1.3 Laring Terletak di depan bagian terendah faring. Laring merupakan
rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot dan di sana
terdapat pita suara. Di antara pita suara terdapat ruang berbentuk
segitiga yang bermuara ke dalam trakea dan dinamakan glotis. Pada
waktu menelan, gerakan laring ke atas, penutupan glotis, dan fungsi
seperti pintu pada aditus laring dari epiglotis yang berbentuk daun,
berperanan untuk mengarahkan makanan dan cairan masuk ke dalam
esofagus. Namun jika benda asing masih mampu untuk melampaui
7

glotis, maka laring yang mempunyai fungsi batuk akan membantu


menghalau benda dan sekret keluar dari saluran pernafasan.
2.1.2.1.4 Trakea dan cabang-cabangnya Panjangnya kurang lebih 9 cm. Trakea
berawal dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis
kelima, trakea bercabang menjadi dua bronkus. Trakea tersusun atas
enam belas sampai dua puluh lingkaran tak lengkap berupa cincin
tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa. Letaknya tepat
di depan esofagus. Trakea dilapisi oleh selaput lendir yang terdiri atas
epitelium bersilia. Tempat percabangan bronkus disebut karina. Karina
memiliki banyak saraf dan dapat menyebabkan spasme dan batuk yang
kuat jika dirangsang. Struktur bronkus sama dengan trakea.
Bronkusbronkus tersebut tidak simetris. Bronkus kanan lebih pendek
dan lebih lebar dan merupakan kelanjutan dari trakea yang arahnya
hampir vertikal, sebaliknya bronkus kiri lebih panjang dan lebih sempit
dan merupakan kelanjutan dari trakea dengan sudut yang lebih tajam.
Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus
lobaris dan kemudian bronkus segmentalis. Percabangan ini berjalan
terus menjadi bronkus yang ukurannya semakin kecil sampai akhirnya
menjadi bronkiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak
mengandung alveoli. Bronkiolus terminalis memiliki garis tengah
kurang lebih 1 mm. Bronkiolus dikelilingi oleh otot polos bukan tulang
rawan sehingga bentuknya dapat berubah. Setelah bronkiolus
terminalis terdapat asinus yang merupakan unit fungsional paru-paru,
yaitu tempat pertukaran gas. Asinus terdiri dari :
2.1.2.1.4.1 bronkiolus respiratorius
2.1.2.1.4.2 duktus alveolaris
2.1.2.1.4.3 sakus alveolaris terminalis
Merupakan struktur akhir paru-paru. terdapat sekitar 23 kali
percabangan mulai dari trakea sampai sakus alveolaris terminalis.
Alveoli terdiri dari satu lapis tunggal sel epitelium pipih, dan di sinilah
darah hampir langsung bersentuhan dengan udara. Dalam setiap paru-
8

paru terdapat sekitar 300 juta alveolus dengan luas permukaan total
seluas sebuah lapangan tenis.
2.1.2.1.5 Paru-paru Merupakan alat pernafasan utama. Paru-paru merupakan
organ yang elastis, berbentuk kerucut, dan letaknya di dalam rongga
dada. Karena paru-paru saling terpisah oleh mediastinum sentral yang
di dalamnya terdapat jantung dan beberapa pembuluh darah besar.
Setiap paru-paru memiliki apeks (puncak paru-paru) dan basis. Paru-
paru ada dua. Paru-paru kanan lebih besar dari pada paru-paru kiri.
Paru-paru kanan dibagi menjadi tiga lobus oleh fisura interlobaris,
paru-paru kiri dibagi menjadi dua lobus. Setiap lobus tersusun atas
lobula. Paru-paru dilapisi suatu lapisan tipis membran serosa rangkap
dua yang mengandung kolagen dan jaringan elastis yang disebut
pleura. Yang melapisi rongga dada dan disebut pleura parietalis dan
yang menyelubungi tiap paru-paru disebut pleura viseralis. Di antara
pleura parietalis dan pleura viseralis terdapat suatu lapisan tipis cairan
pleura yang memudahkan kedua permukaan tersebut bergerak dan
mencegah gesekan antara paru-paru dan dinding dada yang pada saat
bernapas bergerak (cairan surfaktan). Dalam keadaan sehat, kedua
lapisan tersebut satu dengan yang lain erat bersentuhan. Tetapi dalam
keadaan tidak normal, udara atau cairan memisahkan kedua pleura
tersebut dan ruang diantaranya menjadi jelas. Tekanan dalam rongga
pleura lebih rendah dari tekanan atmosfer, mencegah kolaps
paruparu.Secara umum saluran udara pernapasan adalah sebagai
berikut : dari nares anterior menuju ke cavitas nasalis, choanae,
nasopharynx, larynx, trachea, bronchus primarius, bronchus secundus,
bronchus tertius, bronchiolus, bronchiolus terminalis, bronchiolus
respiratorius, ductus alveolaris, atrium alveolaris, sacculus alveolaris,
kemudian berakhir pada alveolus tempat terjadinya pertukaran udara
(Budiyanto, dkk, 2008). Tractus respiratorius dibagi menjadi 2 bagian :
2.1.2.1.5.1 zona konduksi, dari nasal sampai bronciolus terminalis, zona konduksi
berfungsi sebagai penghangat, pelembab, dan penyaring udara
pernapasan.
9

2.1.2.1.5.2 zona respiratorik, mulai dari bronciolus respiratorius sampai alveolus.


zona respiratorik untuk pertukaran gas (Guyton & Hall, 2007).

2.1.2.2 Fisologi
Proses fisiologi pernapasan dimana oksigen dipindahkan dari udara ke
dalam jaringan, dan karbondioksida dikeluarkan ke udara ekspirasi dapat
dibagi menjadi 3 stadium.
2.1.2.2.1 Stadium pertama adalah ventilasi, yaitu masuknya campuran gas-gas
ke dalam dan keluar paru-paru.
2.1.2.2.2 stadium kedua adalah transportasi, yang terdiri dari beberapa aspek
2.1.2.2.2.1 Difusi gas-gas antara alveolus dan kapiler paru-paru (respirasi
eksterna) dan antara darah sistemik dan sel-sel jaringan
2.1.2.2.2.2 Distribusi darah dalam sirkulasi pulmonar
2.1.2.2.2.3 Reaksi kimia dan fisik dari O2 dan CO2 dengan darah
2.1.2.2.3 Stadium terakhir adalah respirasi sel atau respirasi interna, yaitu pada
saat metabolik dioksidasi untuk mendapatkan energi, dan CO2
terbentuk sebagai sampah proses metabolisme sel dan dikeluarkan oleh
paru-paru. Jumlah udara yang diinspirasi atau diekspirasi pada setiap
kali bernapas disebut volume tidal yaitu sekitar 500 ml. Kapasitas vital
paru-paru, yaitu jumlah udara maksimal yang dapat diekspirasi
sesudah inspirasi maksimal sekitar 4500 ml. Volume residu, yaitu
jumlah udara yang tertinggal dalam paru-paru sesudah ekspirasi
maksimal sekitar 1500 ml (Saifuddin,2008).

2.1.3 Etiologi
2.1.3.1 Merokok
Merupakan penyebab utama Ca paru. Suatu hubungan statistik yang
defenitif telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua puluh
batang sehari) dari kanker paru (karsinoma bronkogenik). Perokok
seperti ini mempunyai kecenderung sepuluh kali lebih besar dari pada
perokok ringan. Selanjutnya orang perokok berat yang sebelumnya dan
telah meninggalkan kebiasaannya akan kembali ke pola resiko bukan
10

perokok dalam waktu sekitar 10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik telah


ditemukan dalam ter dari tembakau rokok yang jika dikenakan pada kulit
hewan, menimbulkan tumor.
2.1.3.4 Iradiasi.
Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di
Schneeberg dan penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50 %
meninggal akibat kanker paru) berkaitan dengan adanya bahan radioaktif
dalam bentuk radon. Bahan ini diduga merupakan agen etiologi operatif.
2.1.3.3 Zat-zat yang terhirup ditempat kerja
Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbonil
nikel (pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja pemecah
hematite (paru – paru hematite) dan orang – orang yang bekerja dengan
asbestos dan dengan kromat juga mengalami peningkatan insiden.
Contoh : radon, nikel, radiasi dan arsen.
2.1.3.4 Polusi Udara
Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih
tinggi dari pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah
diketahui adanya karsinogen dari industri dan uap diesel dalam atmosfer
di kota. Contoh: Polusi udara, pemaparan gas RT, asap kendaraan/
pembakaran (Thomson, Catatan Kuliah Patologi,1997).
2.1.3.5 Genetik
Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker
paru, yakni :
2.1.3.5.1 Proton oncogen.
2.1.3.5.2 Tumor suppressor gene.
2.1.3.5.3.Gene encoding enzyme.

2.1.4 Klasifikasi
2.1.4.1 Karsinoma epidermoid (skuamosa).
Kanker ini berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel
termasuk metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka panjang, secara
khas mendahului timbulnya tumor. Terletak sentral sekitar hilus, dan
11

menonjol kedalam bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui


beberapa centimeter dan cenderung menyebar langsung ke kelenjar getah
bening hilus, dinding dada dan mediastinum.
2.1.4.2 Karsinoma sel kecil (termasuk sel oat).
Biasanya terletak ditengah disekitar percabangan utama bronki.Tumor ini
timbul dari sel – sel Kulchitsky, komponen normal dari epitel bronkus.
Terbentuk dari sel – sel kecil dengan inti hiperkromatik pekat dan
sitoplasma sedikit. Metastasis dini ke mediastinum dan kelenjar limfe
hilus, demikian pula dengan penyebaran hematogen ke organ – organ
distal.
2.1.4.3 Adenokarsinoma (termasuk karsinoma sel alveolar).
Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat
mengandung mukus. Kebanyakan timbul di bagian perifer segmen bronkus
dan kadang – kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut local pada
paru – paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi seringkali meluas melalui
pembuluh darah dan limfe pada stadium dini, dan secara klinis tetap tidak
menunjukkan gejala – gejala sampai terjadinya metastasis yang jauh.
2.1.4.4 Karsinoma sel besar.
Merupakan sel – sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk
dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam – macam. Sel –
sel ini cenderung untuk timbul pada jaringan paru - paru perifer, tumbuh
cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat – tempat yang
jauh.

2.1.5 Patofisiologi
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen / sub bronkus
menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan
karsinogen. Perluasan dari lesi primer paru adalah carcinoma
bronchogenic, tumor pada epithelium jalan nafas. Tumor-tumor ini
dibedakan berdasarkan tipe selnya, yaitu : small cell, atau oat cell,
carcinoma, dan non-small-cell carcinoma. Small cell carcinoma kira-kira
25% dari kanker paru, tumbuh dengan cepat dan menyebar secara dini.
12

Tumor-tumor ini memiliki unsurunsur paraneoplastik, ini berarti tumor ini


menghasilkan lokasi metastasis yang dipengaruhi oleh tumor secara tidak
langsung. Small cell carcinoma bisa mensintesis bahan bioaktif dan
hormon yang berperan sebagai adrenocorticotropin (ACTH), hormon
antidiuretik (ADH), dan sebuah parathormon seperti hormon dan gastrin
releasing peptide. Angka Non small-cell carcinoma mencapai 75% dari
angka kanker paru. Tiap tipe sel berbeda dari segi insiden, penampakan
dan cara penyebaran.Kanker bronkogenik, tanpa memperhatikan tipe sel,
cenderung menjadi agresif, lokal invasif, dam memiliki penyebaran /
metastasis lesi yang luas / jauh. Tumor dimulai sebagai lesi mukosa yang
tumbuh menjadi bentuk massa yang melewati bronki atau menyerang
jaringan sekitar paru. Semua tipe sering menyebar melalui sistem kelenjar
getah bening yang membengkak dan organ lain.
Kanker paru cenderung bermetastasis ke kelenjar limpa, otak,
tulang, hati dan organ lainnya. Kebingungan (konfusi), gangguan berjalan
dan keseimbangan, sakit kepala, perubahan perilaku bisa saja merupakan
manifestasi dari metastasis pada otak. Tumor yang menyebar ke tulang
akan menyebabkan nyeri pada tulang tersebut, fraktur, dan bisa saja
menekan spinal cord, seperti halnya trombositopenia dan anemia jika
sumsum tulang di invasi oleh tumor. Ketika hati di serang, gejala dari
kelainan fungsi hati dan obstruksi biliari meliputi jaundice (penyakit
kuning), anoreksia, nyeri pada kuadran kanan atas.
Sindrom vena cava superior, obstruksi sebagian atau seluruh vena
cava superior berpotensi menyebabkan komplikasi pada kanker paru,
terutama pada saat tumor menginvasi ke mediastinum superior atau
kelenjar limpa mediastinal. Baik akut maupun subakut gejalanya dapat
dicatat. Terlihat edema pada leher dan wajah klien, sakit kepala, pening,
gangguan penglihatan, dan sinkop. Vena bagian atas dada dan vena di
leher akan mengalami dilatasi ; terjadinya sianosis. Edema pada cerebral
akan mengubah tingkat kesadaran; edema pada laring dapat merusak
sistem pernafasan
13
14
1. ASAP TEMBAKAU 5. PERUBAHAN PERADANGAN KRONIK
2. POLUSI UDARA 6. RADON
3. PEMANJANAN OKUPASI 7. VITAMIN A
Woc Ca Paru 4. FAKTOR GENETIK

Invasi ke saluran pernafasan melalui inhlasi

Sillia hilang dan perubahan epitel

Inflamasi pada saluran pernafasan

Pengendapan karsinogen

KANKER PARU

B1 B2 B3 B4 B5 B6

Massa tumor Metastase sel Gangguan pertukaran Tumor menyebar ke Persebaran hematogen sel
kanker ke Metastase ke
dalam gas nodus limfe regional tulang kanker
jantung tulang dan
jaringan
Hipersekresi
Penumpukan cairan Sesak nafas
kelenjar mukus Menekan jalan Nyeri tulang
dalma rongga
perikardium masuk makanan
Peningkatan produksi Merangasang
sputum system syaraf Suplai cairan ke dalam
Penurunan pengisian
ventrikel
tubuh berkurang Nutrisi menurun Mati rasa,lemah
Obstruksi jalan
nafas Menstimulasi
Co menurun
nyeri
Kekurangan defisit nutrisi
Ketidakcukupan Intoleransi aktivitas
Bersihan jalan pengisiansistem arteri
volume cairan
nafas tidak efektif nyeri aktivitasa
Penurunan aliran darah
sistemik Gangguan perfusi
jaringan
15

2.1.6 Manifestasi Klinis


Menurut Davey (2005) manifestasinya bisa tanpa gejala, gejala non spesifik (40%
kurang tenaga, anoreksia, dan penurunan BB), gejala akibat kanker primer, penyebaranlokal,
metastasis jauh, atau nonmetastasis.
2.1.6.1 Efek kanker primer: batuk (≥50%): sesak napas terjadi akibat obstruksi bronkus,
kolapslobus atau efusi pleura, hemoptisis (≥35%). Mengi atau stridor menetap
menunjukkan adanya penyempitan pada saluran pernapasan besar.
2.1.6.2 Efek penyebaran lokal: nyeri lokal akibat terkenanya dinding dada. Tumor di apeks
menginvasi pleksus brakialis (nyeri menjalar ke lengan). Invasi ke mediastinum
menyebabkan kelumpuhan nervus laring geus rekuren (suara serak), obstruksi
venacava superior, kelumpuhan nervus frenikus (sesak napas), dan penekanan
esofagus(disfagia).
2.1.6.3 Efek metastasis jauh: metastasis terjadi pada tulang (nyeri atau hiperkalsemia),
hati(asimptomatik, nyeri kapsular), atau otak (nyeri kepala, bingung).
2.1.6.4 Manifestasi nonmetastasis: endokrin – SIADH (syndrome of inappropriate release
ofantidiuretic hormone) iponatremia terutama pada kanker paru sel kecil,
hiperkalsemia (berhubungan dengan peptida hormone paratiroid pada 6% kanker
selskuamosa), sekresi hormone adrenokortikotropik.
2.1.6.5 Gejala neurologis: biasanya berhubungan dengan metastasis. Manifestasi
nonmetastasis diantaranya sindrom miastenia lambert-eaton. Degenerasi serebelum,
neuropati perifer,enselopati, neuropati campuran dan sensoris semuanya relatif jarang.

2.1.7 Komplikasi
Jika Kanker Paru tidak segera ditangani akan menimbulkan komlikasi – komplikasi
sebagai berikut (Priscillia, 2015):
2.1.7.1 Sindrom vena kava superior
obstruksi sebagian atau menyeluruh vena kava superior, merupakan komplikasi
potensial kanker paru, terutama ketika tumor melibatkan mediastinum superior atau
nodus limfe mediastinal. Aliran vena yang mengalami obstruksi dari kepala dan leher
menghasilkan gelaja sindrom vena kava superior ( edema pada leher dan wajah, sakit
kepala, pusing, gangguan penglihatan, dan sinkope), dan dapat terjadi secara akut atau
secara bertahap. Vena dada atas dan leher mengalami dilatasi; terjadi kemerahan,
diikuti dengan sianosis. Edema serebral dapat mengenai tingkat kesadaran; edema
laring dapat mengganggu respirasi.
16

2.1.7.2 Sindrom paraneoplastic.


Biasanya berkaitan dengan kanker paru mencakup sindrom sekresi ADH yang tidak
tepat (SIADH) dengan retensi cairan, hiponatremia, edema, sindrom Cushing terkait
produksi ACTH abnormal dan hiperkalsemia. Tumor paru juga dapat menghasilkan
faktor prokoagulasi, meningkatkan risiko trombosis vena, emboli paru, dan
endokarditis trombotik. Pada kanker paru, gejala neuromuskular seperti kelemahan
otot dan keletihan ekstremitas dapat menjadi indikasi pertama penyakit (Huether &
McCance, 2008).
2.1.7.3 Pada saat diagnosis
Kanker paru biasanya mengalami kemajuan yang baik, dengan metastasis jauh terjadi
pada 39% pasien dan keterlibatan nodus limfe regional pada sekitar 37% pasien lain.
Prognosis biasanya buruk: Angka kesintasan 5 tahun keseluruhan adalah hanya 15%
(ACS, 2009)

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan pasien dengan Ca Paru, diagnosis pasti harus ditegakkan, tipe sel
danstadium kanker menentukan terapi yang akan dilakukan menurut Gleadle (2007):
2.1.8.1 Foto toraks biasanya abnormal saat mulai timbul gejala
2.1.8.2 Sindrom paraneoplastik:diagnosis ditegakkan dari hitung darah lengkap, pemeriksaan
ureum dan elektrolit serta kalsium
2.1.8.3 Tes fungsi paru: pada FEV1 yang rendah tidak dilakukan pembedahan dan
biopsiperkutan
2.1.8.4 Bronkoskopi atau biopsi perkutan: bronkoskopi bisa menegakkan diagnosis
secarahistologis pada 70% kanker sel sentral. Untuk tumor perifer, digunakan
pemeriksaan dengan petunjuk CT/ultrasonografi. Jika gambaran radiologis sangat
menunnjukkant anda-tanda karsinoma, dipilih biopsi eksisi. Jika ada metastasis ke
kelenjar getah bening atau hati, dilakukan biopsi pada organ tersebut.Pemeriksaan
penunjang untuk menegakkan stadium Untuk kanker bukan sel kecil
2.1.8.5 CT toraks memeriksa tempat metastasis tersering yaitu hati dan kelenjar adrenal
(4%).KGB mediastinum dengan ukuran <1 cm tidak berbahaya pada 25% pasien dan
tindakan bedah tidak dibutuhkan kecuali hasil mediastinoskopi untuk pengkuran
stadium di meja operasi positif
2.1.8.6 Scan tulang isotop untuk metastasis ke tulang (nyeri tulang atau hiperkalsemia)
2.1.8.7 CT otak: untuk gangguan neurologis
17

2.1.9 Pentalakasanaan Medis


Menurut Kemenkes, 2017. Manajemen terapi dibagi atas 2 jenis karsinoma yaitu:
2.1.9.1 Kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK = non small cell carcinoma)
Pilihan pengobatan sangat tergantung pada stadium penyakit, tampilan umum
penderita, komorbiditas, tujuan pengobatan dan cost-effectiveness. Modalitas
penanganan yang tersedia adalah bedah, radiasi, kemoterapi, dan terapi target.
Pendekatan penanganan dilakukan secara integrasi multidisiplin.
2.1.9.1.1 Bedah
Modalitas ini adalah terapi utama untuk sebagian besar KPKBSK, terutama stadium I-
II dan stadium IIIA yang masih dapat direseksi setelah kemoterapi neoadjuvan. Jenis
pembedahan yang dapat dilakukan adalah lobektomi, segmentektomi dan reseksi
sublobaris. Pilihan utama adalah lobektomi yang menghasilkan angka kehidupan yang
paling tinggi. Namun, pada pasien dengan komorbiditas kardiovaskular atau kapasitas
paru yang lebih rendah, pembedahan segmentektomi dan reseksi sublobaris paru
dilakukan. Intervensi menggunakan bronkoskopi berkembang dalam tahun-tahun
terakhir, terutama untuk obstruksi saluran pernapasan sentral (trakea dan bronkus)
akibat keganasan, dengan saluran bronkial sehat dan parenkim yang berfungsi dengan
baik distal dari stenosis. Penilaian sebab dan luas stenosis, dan permeabilitas saluran
bronchial distal dari stenosis dapat dilakukan menggunakan bronkoskopi fleksibel.
Fungsi permeabilitas dapat dinilai menggunakan pemeriksaan CT scan. Metode
bronkoskopi intervensi yang paling sering digunakan adalah dengan bronkoskopi
kaku (rigid bronchoscopy) dan pengeluaran massa secara mekanik, terutama untuk
massa proximal, intralumen. Komplikasi paling sering intervensi ini adalah
perdarahan. Teknik anestesi yang dapat digunakan adalah anestesi umum, dan dapat
dikombinasikan dengan anestesi regional (epidural, blok paravertebral).
2.1.9.1.2 Radioterapi
Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting dalam tatalaksana kanker paru.
Radioterapi dalam tatalaksana Kanker Paru Bukan Sel Kecil (KPKBSK) dapat
berperan di semua stadium KPKBSK sebagai terapi kuratif definitif, kuratif neoajuvan
atau ajuvan maupun paliatif.
2.1.9.1.3 Kemoterapi
Kemoterapi dapat diberikan sebagai modalitas neoadjuvant pada stadium dini, atau
sebagai adjuvant pasca pembedahan. Terapi adjuvant dapat diberikan pad KPKBSK
18

stadium IIA, IIB dan IIIA. Pada KPKBSK stadium lanjut, kemoterapi dapat diberikan
dengan tujuan pengobatan jika tampilan umum pasien baik (Karnofsky >60%; WHO
0-
2.1.9.1.4 Terapi Target
Terapi target diberikan pada penderita dengan stadium IV KPKBSK EGFR mutasi
positif yang sensitif terhadap EGFR-TKI. Terapi EGFR-TKI yang tersedia yaitu
Gefitinib, Erlotinib atau Afatinib.
2.1.9.1.5 Terapi Kombinasi
Terapi radiasi dan kemoterapi dapat diberikan pada kasus-kasus tertentu, terutama
yang tidak memenuhi syarat untuk menjalani pembedahan. Selain itu, terapi
kombinasi dapat diberikan dengan tujuan pengobatan pada pasien dengan tampilan
umum baik (Karnofsky >70%) dan penurunan berat badan minimal, dan pasien usia
lanjut yang mempunyai komorbiditas berat atau kontraindikasi operasi. Regimen
kemoterapi dan terapi radiasi dapat diberikan secara bersamaan (concurrent therapy),
selang-seling (alternating therapy), atau secara sekuensial. Hasil paling baik didapat
dari regimen concurrent therapy.
2.1.9.6 Pilihan Terapi Berdasarkan Stadium
2.1.9.6.1 Stadium 0
Modalitas terapi pilihan adalah pembedahan atau Photo Dynamic Therapy (PDT).
2.1.9.6.2 Stadium I
Modalitas terapi pilihan adalah pembedahan, yang dapat dilakukan bersamaan
dengan VATS. Bila pasien tidak dapat menjalani pembedahan, maka dapat diberikan
terapi radiasi atau kemoterapi dengan tujuan pengobatan. Selain itu, juga dapat
diberikan kombinasi terapi radiasi dengan kemoterapi. Pada stadium IB, dapat
diberikan kemoterapi adjuvant setelah reseksi bedah.
2.1.9.6.3 Stadium II
Terapi pilihan utama adalah reseksi bedah, jika tidak ada kontraindikasi. Terapi
radiasi atau kemoterapi adjuvant dapat dilakukan bila ada sisa tumor atau
keterlibatan KGB intratoraks, terutama N2 atau N3. Bila pasien tidak dapat
menjalani pembedahan, maka dapat diberikan terapi radiasi dengan tujuan
pengobatan. Kombinasi terapi radiasi dengan kemoterapi dapat memberikan hasil
yang lebih baik.
2.1.9.6.4 Stadium IIIA
19

Pada stadium ini, dapat dilakukan pembedahan (bila tumor masih dapat dioperasi
dan tidak terdapat bulky limfadenopati), terapi radiasi, kemoterapi, atau kombinasi
dari ketiga modalitas tersebut. Reseksi bedah dapat dilakukan setelah kemoterapi
neoadjuvant dan/atau dengan kemoterapi adjuvant, terutama pada pasien dengan lesi
T3-4, N1. Pada pasien yang tidak dapat menjalani pembedahan, dapat dilakukan
terapi radiasi sendiri dengan tujuan pengobatan. Kombinasi terapi radiasi dengan
kemoterapi dapat memberikan hasil yang lebih baik. Jika ada keterlibatan kelenjar
getah bening atau respons buruk terhadap operasi, maka pemberian kemoterapi
sendiri dapat dipertimbangkan. Regimen ini terdiri dari 4-6 siklus pemberian obat
kemoterapi. Pada pasien dengan adenokarsinoma dan hasil uji mutasi gen EGFR
positif, dapat diberikan obat golongan EGFR-TKI.
2.1.9.1.5 Stadium IIIB
Modalitas pengobatan yang menjadi pilihan utama bergantung pada kondisi klinis
dan tampilan umum pasien. Terapi radiasi sendiri pada lesi primer dan lesi
metastasis ipsilateral dan KGB supraklavikula. Kemoterapi sendiri dapat diberikan
dengan regimen 4-6 siklus. Kombinasi terapi radiasi dan kemoterapi dapat
memberikan hasil yang lebih baik. Obat golongan EGFR-TKI diberikan pada
adenokarsinoma dengan hasil uji mutasi gen EGFR positif yang sensitive EGFR-
TKI.
2.1.9.1.6 Stadium IV
Tujuan utama terapi pada stadium ini bersifat paliatif. Pendekatan tata laksana
KPKBSK stadium IV bersifat multimodalitas dengan pilihan terapi sistemik
(kemoterapi, terapi target), dan modalitas lain (radioterapi , dan lain-lain).

2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum (status gheneral)
untuk mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat (lokal).
2.2.1.1 Keadaan umum
Keadaan baik dan buruknya klien. Tanda-tanda gejala yang perlu dicatat adalah
kesadaran diri pasien (apatis, sopor, koma, gelisah, komposmetis yang bergantung pada
keadaan klien), kesakitan atau keadaaan penyakit (akut, kronis, berat, ringan, sedang, dan
pada kasus fraktur biasanya akut) tanda vital tidak nmormal karena ada gangguan lokal baik
fungsi maupun bentuk.
20

2.2.1.2 B1 (Breathing)
Pada pemeriksaan sistem pernafasan, didapatkan bahwa klien tidak mengalami
kelainaan pernafasan. Pada palpasi thorak, didapatkan taktil fremitus seimbang kanan
dan kiri. Pada auskultasi tidak terdapat suara tambahan.
2.2.1.3 B2 (Bleeding)
Inspeksi tidak ada iktus jantung, palpasi nadi meningkat.
2.2.1.4 B3 (Brain)
Tingkat kesadaran biasanya komposmentis.
2.2.1.4.1 Kepala: Tidak ada gangguan, yaitu normosefalik, simetris., tidak ada penonjolan,
tidak ada sakit kepala.
2.2.1.4.2 Leher: Tidak ada gangguan, simetris, tidak ada penonjolan, reflek menelan ada.
2.2.1.4.3 Wajah : Wajah terlihat menahan sakit dan bagian wajah yang lain tidak
mengalami perubahan fungsi dan bentuk. Wjah simetris, tidak ada lesi dan edema.
2.2.1.4.4 Mata: Tidak ada gangguan, konjungtiva tidak anemis.
2.2.1.4.5 Telinga : Tes bisik dan weber msih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi dan
nyeri tekan.
2.2.1.4.6 Hidung: Tidak ada deformitas, tidak ada pernafasan cuping hidung.
2.2.1.4.7 Mulut dan Faring: Tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan,
mukosa mulut tidak pucat.
2.2.1.4.8 Pemeriksaan fungsi serebral
2.2.1.4.9 Status mental, observasi penampilan, dan tingkah laku klien. Biasanya status
mental tidak mengalami perubahan.
2.2.1.4.10 Pemeriksaan saraf kranial
2.2.1.4.10.1 Saraf I: fungsi penciuman tidak ada gangguan.
2.2.1.4.10.2 Saraf II: ketajaman penglihatan normal
2.2.1.4.10.3 Saraf III, IV, VI: tidak ada gangguan mengangkat kelopak mata, pupil isokor.
2.2.1.4.10.4 Saraf V: tidak mengal;ami paralisis pada otot wajah dan reflek kornea tidak
ada kelainan.
2.2.1.4.10.5 Saraf VII: persepsi pengecapan dalam batas normal dan wajah simetris.
2.2.1.4.10.6 Saraf VIII: tidak ditemukan tuli konduktif dan tuli persepsi.
2.2.1.4.10.7 Saraf IX dan X: kemampuan menelan baik
2.2.1.4.10.8 Saraf XI: tidak ada atrofi otot.
2.2.1.4.10.9 Saraf XII: ;lidah simeteris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada
faskulasi. Indra pengecapan normal.
21

2.2.1.4.10.10 Pemeriksaan refleks


Biasnya tidak ditemukan reflek patologis.
2.2.1.5 B4 (Bladder) Kaji urine yang meliputi wana, jumlah dan karakteristik urine, termasuk
berat jenis urine. Biasanya klien fraktur femur tidak mengalami gangguan ini.
2.2.1.6 B5 (Bowel)
Memeriksa mulut dan faring, gigi, gusi, lidah, kelenjar mukosa, adanya pembesaran
tonsil, tidak ada pembesaran limfe dan tidak ada kesulitan BAB.
2.3.1.7 B6 (Bone)
Adanmya masalah tulang, otot, dan integument dapat mengganggu secara lokal, baik
fungsi motorik, sensorik maupun peredaran darah, dan mobilitas fisik.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


2.2.2.1 Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d kehilangan fungsi sillia ( D. 0001 )
2.2.2.2 Defisit Nutrisi b.d kurangnya asupan nutrisi ( D. 0019 )
2.2.2.3 Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai oksigen ( anemis ), kelemahan
secara umum. ( D. 0056 )

2.2.3 Intervensi Keperawatan


2.2.3.1 Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d kehilangan fungsi sillia
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x jam
diharapkan,menyatakan/menunjukan bahwa sudah tidak ada dispnea,
mempertahankan jalan nafas pasien dengan suara nafas bersih, mengeluarkan secret
tanpa kesulitan
Intervensi :
1) Identifikasi kemampuan batuk
Rasional : mengetahui klien mampu melakukan batuk efektif
2) Atur posisi semi-fowler
Rasional : memudahkan oksigen terpenuhi masuk untuk klien
3) Jelaskan tujuan prosedur efektif
Rasional : mengeluarkan sputum berlebih dan membersihkan jalan nafas agar
lebih efekif
4) Ajarkan batuk efektif
Rasional : memudahkan pengeluaran sputum
5) Kolaborasi pemberian mukolitik ( 8 mg/oral) atau ekspektoran ( 200 mg/oral)
22

Rasional : membantu menangani batuk yang dialami klien


2.2.3.2 Defisit Nutrisi b.d kurangnya asupan makanan. ( D. 0019 )
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 7 jam diharapkan asupan
makanan terpenuhi, dan nafsu makan kembali.
Intervensi :
1) Ketahui makanan kesukaan klien
Rasional : makanan kesukaan biasanya meningkatkan selera makanan
2) Berikan pilihan makanan sambal menawarkan bimbingan terhadap pilihan
makanan yang lebih sehat, jika perlu
Rasional : untuk dapat meningkatkan nafsu makan
3) Anjurkan keluarga untuk membawa makanan favorit pasien
Rasional : untuk meningkatkan selera makan
4) Berikan informasi mengenai nutrisi dan bagaimana memenuhinya
Rasional : agar klien dapat memenuhi kebutuhan nutrisi secara mandiri
5) Kolaborasi dengan ahli gizi ( jika perlu ) jumlah kalori dan jenis zat gizi yang
dibutuhkan
Rasional : pemenuhan nutrisi klien secara tepat melalui gizi klinik
2.2.3.3 Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai oksigen ( anemis ), kelemahan
secara umum.
Tujuan : setelah dilakukan Tindakan keperawatan selama 1 x 7 jam diharapkan klien
dapat kembali melakukan aktivitas.
Intervensi
1) Pertahankan tirah baring awal bila terjadi edema hebat
Rasional : tirah baring yang sesuai gaya gravitasi dapat menurunkan edema.
2) Seimbangkan istirahat dan aktivitas bila ambulansi
Rasional : ambulansi menyebabkan kelelahan
3) Rencanakan dan berikan aktivitas tenang
Rasional : aktivitas yang tenang mengurangi pengguanaan energi yang dapat
menyebabkan kelelahan
4) Intruksikan istirahat bila klien mulai merasa lelah
Rasional : mengadekuatkan fase istirahat klien
5) Berikan periode istirahat tanpa gangguan
Rasional : klien dapat menikmati masa istirahatnya
23

2.3.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi adalah pelakasaan tindakan yang harus dilaksanakan berdasarkan
diagnosis perawat. Pelaksaan tindakan keperawatan dapat dilaksanakan oleh sebagian
perawat, perwata secara mandiri atau bekerja sama dengan tim kesehatan luar. Dalam hal ini
perwat adalah pelaksana asuhan keperawatan yaitu memberikan pelayanan keperwatan
dengan tindakan keperawatan menggunakan proses keperwatan..

2.3.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi merupakan masalah terakhir dalam proses keperawatan yang merupakan
kegitan segaja dan terus menerus yang melipatkan pasien dengan perawat dan anggota tim
kesehatan lainnya.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Kiki Saputra


NIM : 2018.C.10a.0940
Ruang Praktek : Gardenia
Tanggal Praktek : 04 Januari 2021
Tanggal & Jam Pengkajian : 04 Januari 2021 & 08.00 WIB

3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Klien
Nama : Tn. S
Umur : 50 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMP
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Palangkaraya
TGL MRS : 02 Januari 2021
Diagnosa Medis : Ca Paru

3.1.2 Riwayat Kesehatan/Perawatan


1. Keluhan Utama
Klien mengatakan sering batuk berdahak.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada tanggal 04 Januari 2021 Tn.S datang kerumah sakit dengan keluhan utama klien
mengatakan nafasnya sesak saat beraktifitas, batuk berdahak, badan terasa lemas dan nafsu
makan menurun. Kemudian dilakukan pemeriksaan fisik TTV ,TD : 130/80, S : 36,5 oC,N :
94 x/menit, RR : 24 x/menit. terapi infuse dan Oksigen 2L/Menit lalu klien dipindahkan ke
ruang penyakit dalam ke ruang Gardenia.

26
27

3. Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)


Klien mengatakan sebelumnya klien mengalami batuk-batuk dan nyeri dada.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki penyakit yang sama dengan yang
klien derita dan tidak memiliki penyakit keturunan seperti DM, Hipertensi,dll.

3.1.3 PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan Umum
kesadaran compos mentis, pasien terpasang infuse Asering D5 % 20 tpm di tangan kiri
( vena Radialis), terpasang nasal kanul 4L/menit ,klien mengeluh sulit tidur alkibat
batuk ,klien tampak tidak nafsu makan melihat makanannya, aktivitas klien dibantu oleh
keluarga,
2. Status Mental
Tingkat kesadaran compos menthis, ekspresi wajah datar , bentuk badan simetris,
suasana hati cukup tenang, berbicara jelas, fungsi kognitif orientasi waktu pasien dapat
membedakan antara pagi, siang, malam, orientasi orang pasien dapat mengenali keluarga
maupun petugas

GENOGRAM KELUARGA :

KETERANGAN:
= Laki-laki
= Perempuan
= Meninggal
= Garis Keturunan
= Tinggal serumah
= Klien ( Tn.S)
kesehatan, orientasi tempat pasien mengetahui bahwa sedang berada di rumah sakit. Insight
baik, mekanisme pertahanan diri adaptif.
28

3. Tanda-tanda Vital
Pada saat pengkajian tanda–tanda vital, tekanan darah 110/80 mmHg, Nadi 80 x/menit,
pernapasan 26 x/menit dan suhu 36.70C.
4. Pernapasan (Breathing)
Bentuk dada simetris, klien memiliki kebiasaan merokok satu bungkus 1 hari, ada batuk
berdahak,, merasakan sesak nafas saat inspirasi, sputum bewarna kuning, type pernafasan
dada dan perut, irama pernafasan tidak teratur, bunyi napas bronchial dan ada suara nafas
tambahan ronchi pada paru sebelah kiri.
Masalah Keperawatan: Bersihan jalan napas tidak efektif
5. Cardiovasculer (Bleeding)
cappilary refill ≤2 detik, ictus cordis terlihat, pasien tidak pucat, ada, tidak ada
peningkatan vena jugularis ,Bunyi Jantung normal, S1 S2.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
6. Persyarafan (Brain)
Nilai GCS E:4 (membuka mata spontan), V: 5 , M 6 (bergerak sesuai perintah) dan total
Nilai GCS: 15, kesadaran Tn. S compos menthis, pupil Tn. S isokor tidak ada kelainan,
refleks cahaya kanan dan kiri positif.
Hasil dari uji syaraf kranial, saraf kranial I (Olfaktorius): pada pemeriksaan menggunakan
minyak kayu putih dengan mata tertutup pasien mampu mengenali bau minyak kayu putih
tersebut. Saraf kranial II (Optikus): pasien mampu membaca nama perawat dengan baik pada
saat perawat meminta pasien untuk membaca namanya. Saraf kranial III (Okulomotor):
pasien dapat mengangkat kelopak matanya dengan baik. Saraf kranial IV (Troklearis): pasien
dapat menggerakkan bola matanya (pergerakan bola mata normal). Saraf kranial V
(Trigeminalis): pada saat pasien makan pasien dapat mengunyah dengan lancar. Saraf kranial
VI (Abdusen): pasien mampu menggerakan bola matanya ke kiri dan kekanan. Saraf kranial
VII (Fasialis): pasien dapat berekspresi terhadap rasa manis dan asin. Saraf kranial VIII
(Auditorius): pasien dapat menjawab dengan benar di mana suara petikan jari perawat kiri
dan kanan. Saraf kranial IX (Glosofaringeus): pasien dapat merasakan rasa asam. Saraf
kranial X (Vagus): pada saat makan pasien dapat mengontrol proses menelan. Saraf kranial
XI (Assesorius): pasien dapat menggerakkan leher dan bahu. Saraf kranial XII (Hipoglosus):
pasien mampu mengeluarkan lidahnya.
Hasil uji koordinasi ekstremitas atas jari ke jari positif, jari ke hidung positif. Ekstremitas
bawah tumit ke jempol kaki, uji kestabilan positif; pasien dapat menyeimbangkan tubuhnya,
refleks bisep dan trisep kanan dan kiri postif dengan skala 5, refleks brakioradialis kanan dan
29

kiri positif dengan skala 5, refleks patela kanan dan kiri positif dengan skala 5, refleks akhiles
kanan dan kiri positif dengan skala 5, refleks babinski kanan dan kiri positif dengan skala 5.
Uji sensasi pasien di sentuh bisa merespon.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
7. Eliminasi Uri (Bladder)
Produksi urine 470ml/24 jam warna urine kuning, bau urine amoniak. Eliminasi Tn. S
tidak ada masalah atau lancar.
Masalah Keperawatan: Tidak Ada masalah keperawatan
8. Eliminasi Alvi (Bowel)
Sistem pencernaan, bibir terlihat tampak baik, tidak ada lesi. Gigi terlihat lengkap dan
tidak ada karies gigi, gusi terlihat tidak ada peradangan dan perdarahan, lidah berwana merah
muda dan tidak ada peradangan, tidak ada perdarahan pada mukosa, tidak ada peradangan
pada tonsil, tidak ada keluhan nyeri pada tenggorokan saat menelan. Palpasi abdomen tidak
teraba massa dan tidak ada nyeri tekan pada abdomen. Tidak ada hemoroid pada rectum.
Pasien BAB 1x sehari warna coklat dan lembek konsistensinya.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
9. Tulang – Otot – Integumen (Bone)
Pergerakan Tn.S secara bebas dan tidak terbatas, ekstremitas atas 5/5 dan ekstremitas
bawah 5/5 normal pergerakanya dan tidak ada peradangan maupun deformitas pada tulang,
maupun patah tulang.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
10. Kulit-kulit Rambut
Riwayat alergi pasien tidak pernah mengalami alergi obat, alergi makanan, alergi
kosmetik. Suhu kulit Tn.S hangat, warna kulit normal tidak ada kelainan, turgor kulit halus
tidak kasar maupun kemerahan tidak ada peradangan, jaringan parut tidak ada, tekstur rambut
kasar,bentuk kuku simetris.
Masalah Keperawatan: Tidak Ada
11. Sistem Penginderaan
Fungsi penglihatan normal, bola mata bergerak normal, sklera normal/putih, konjungtiva
merah muda, kornea bening. Pasien tidak memakai kecamata dan tidak keluhan nyeri pada
mata. Fungsi pendengaran baik, penciuman normal, hidung simetris, dan tidak ada polip.
Masalah Keperawatan: Tidak Ada
12. Leher dan Kelenjar Limfe
30

Massa tidak ada, jaringan parut tidak ada, kelenjar limfe tidak teraba, kelenjar tyroid tidak
teraba, mobilitas leher bergerak bebas tidak terbatas.

3.1.4 POLA FUNGSI KESEHATAN


1. Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit:
Pasien mengatakan ingin cepat pulang dan lekas sembuh.
2. Nutrisida Metabolisme
Tinggi badan 165 cm, berat badan sebelum sakit 45 kg, berat badan saat sakit 43 kg. IMT =

45
=16,56 (Berat badan kurang) tidak kesukaran menelan atau normal.
1,65 x 1,65

Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit


Frekuensi/hari 3x sehari 3x sehari
Porsi ½ porsi 1 porsi
Nafsu makan Kurang Baik
Jenis makanan Nasi + Lauk pauk Nasi + Lauk pauk
Jenis minuman Air putih Air putih dan teh
Jumlah minuman/cc/24 jam ± 1200cc ± 2500cc
Kebiasaan makan Pagi, siang, sore Pagi, siang, sore
Keluhan/masalah Tidak Ada Tidak Ada
Masalah Keperawatan: Defisit Nutrisi
3. Pola istirahat dan tidur
Pasien mengatakan sebelum sakit tidur pada malam hari 7-8 jam sedangkan pada siang hari
1-2 jam. Saat sakit pasien tidur 3-4 jam pada malam hari dan tidur siang tidak teratur.
Masalah Keperawatan: Gangguan Pola tidur
4. Kognitif
Pasien dan keluarga sudah mengetahui penyakitnya setelah diberikan penjelasan dari dokter
dan tenaga medis lainnya.
Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah Keperawatan

5. Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri, peran).
Gambaran diri pasien menyukai tubuhnya secara utuh. Ideal diri pasien ingin cepat
sembuh dari penyakit yang di deritanya. Identitas diri pasien adalah seorang anak dari ibunya.
Harga diri pasien tidak merasa rendah diri dengan penyakitnya.
31

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.


6. Koping-Toleransi terhadap stress
Pasien mengatakan bila ia sedang ada masalah, Ia selalu menceritakan kepada keluarga.
Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah Keperawatan
7. Nilai Pola Keyakinan
Klien beragama Islam dan tidak ada masalah dengan keyakinannya
Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah Keperawatan

3.1.5 SOSIAL – SPIRITUAL


1. Kemampuan berkomunikasi
Pasien dapat berkomunikasi dengan baik.
2. Bahasa sehari-hari
Bahasa Jawa
3. Hubungan dengan keluarga
Baik dan harmonis.
4. Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain
Baik. Pasien dapat bekerja sama dengan perawat dalam pemberian tindakan keperawatan.
Hubungan dengan teman dan orang lain juga baik.
5. Orang berarti/terdekat
Keluarga.
6. Kebiasaan menggunakan waktu luang
Sebelum sakit, pasien bekerja dan meluangkan waktu untuk keluarga dan bekerja di kebun.
Sesudah sakit, pasien hanya berbaring ditempat tidur.
7. Kegiatan beribadah
Sebelum sakit, pasien selalu menjalankan ibadah yaitu sholat dan kegiatan masjid lainnya.

3.1.6 DATA PENUNJANG ( Radiologis,Laboratorium Dan Data Penunjang lainya)


Tanggal 4 Januari 2020

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


32

Glukosa - Sewaktu 113 mg/dl < 200


Ureum 38 mg/dl 4,00 – 5,50 x 10^6uL
Creatinin 0,76 mg/dl 0,7 – 1,5
HbsAg (-)/Negatif (-)/Negatif
Natrium (Na) 1.38 mmol/L 135 – 148 mmol/L
Kalium (K) 3,4 mmol/L 3,5 – 5,3 mmol/L
Calcium (Ca) 1,10 mmol/L 0,98 – 1,2 mmol/L
Monoosit 7 1-5
Limfosit 500 1000-5000/uL

Radiologi ( tanggal 4 Januari 2020 )


Hasil foto toraks
Massa tumor pada mediastrinum inferior posterior dextra (cenderung malignancy) “tumor
berada pada tengah rongga antara paru-paru kiri dan kanan di tengah jantung sebelah kanan
bawah bagian belakang”

Penatalaksanaan Medis
Obat Dosis Indikasi
Otsu D5 500 ml Otsu-D5 merupakan cairan
infus mengandung dextrose
yang digunakan sebagai
pengganti caian dan
memberikan energi
sebanyak 220 kkal per liter
Paracetamol (oral) 2x1 Untuk meredakan sakit
kepala, nyeri dan
menurunkan demam
Bromhexine IV 2 x1 (4mg/2mL) Untuk mengencerkan dahak
pada saluran pernafasan
dengan cara menghambat
kerja sel yang menghasilkan
dahak atau mucus sehingga
dahak yang tidak kental
mudah untuk dikeluarkan
Nebu Combivent+Pulmicort 8 jam Untuk melegakan saluran
pernafasan
Inj. Cefotaxime 1 x 2 gr (IV) Digunakan untuk mengobati
infeksi bakteri

Inf. Moxifloxacin 1 x 400 mg (IV) Digunakan untuk


membunuh bakteri didalam
tubuh menangani infeksi
33

virus seperti flu

Palangka Raya, 04 Januari 2021


Mahasiswa

Kiki Saputra

ANALISIS DATA
No
DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN
. MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB

1. DS: Merokok,polusi Bersihan jalan nafas


udara,infeksi Virus tidak efektif
- Klien mengatakan sering batuk
34

dan sulit mengeluarkan sekret


Asap/Virus mengiritasi
jalan nafas
DO:
Hipersekresi secret +
- Ada batuk berdahak inflamasi
- Ada sekret berwarna kuning Fungsi sillia menurun
- Bunyi napas bronchial Produksi secret
meningkat
- Ada suara nafas tambahan
terdengar ronchi Mucus kental

- Pasien perokok ( 1 bungkus Batuk berdahak


perhari )
Bersihan jalan nafas
- Hasil Rontagen : Massa tumor tidak efektif

pada mediastrinum inferior


posterior dextra (cenderung
malignancy) “tumor berada pada
tengah rongga antara paru-paru
kiri dan kanan di tengah jantung
sebelah kanan bawah bagian
belakang

- TTV
TD : 130/80
S : 36,5 oC
N : 94 x/menit
RR : 24 x/menit

2. DS : -Keluarga klien mengatakan Penurunan Asupan oral Defisit nutrisi


berat badan sebelumnya 45
kemudian setelah sakit turun Kehilangan lemak dan
massa otot
menjadi 43 kg.

- klien mengatakan klien tidak Penurunan berat badan

ada nafsu makan Defisit nutrisi

DO:
35

- Klien tampak tidak nafsu makan,


- klien tidak menghabiskan ½
porsi makan yang di berikan
Rumah Sakit
- Klien tampak lemah
-Aktivitas klien tampak dibantu
oleh keluarga
- Klien mengalami Penurunan BB
Sebelum : 45 Kg MRS ke Setelah
MRS:43 kg
- TB : 165 cm
- BB sekarang : 43
- BB sebelum : 45
- Nilai IMT : 16,56 ( normal 18
-25)

3 DS : Adanya batuk berdahak Gangguan pola tidur


- Klien mengatakan kesulitan disertai peningkatan
untuk tidur secret
DO :
Susah tidur
- Klien terlihat menguap
- Pasien sering batuk-batuk pada Gangguan Pola tidur
malam hari
- Frekuensi tidur :
Waktu tidur pasien hanya 3-4 jam
pada malam hari.
36

PRIORITAS MASALAH
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d adanya peningkatan sekret d.d ada batuk
berdahak hari yang lalu, ada sekret berwarna kuning, bunyi napas bronchial, ada suara
nafas tambahan ronchi pada paru bagian kiri, Klien memang memiliki Riwayat ca
paru sejak 2 November 2020, Hasil Rontagen : Massa tumor pada mediastrinum
inferior posterior dextra (cenderung malignancy) “tumor berada pada tengah rongga
antara paru-paru kiri dan kanan di tengah jantung sebelah kanan bawah bagian
belakang,TTV ,TD : 130/80, S : 36,5 oC,N : 94 x/menit, RR : 24 x/menit.
2. Defisit nutrisi b.d penurunan berat badan d.d klien tampak tidak nafsu makan, klien
hanya makan ½ dari porsi yang diberikan, TB : 165 cm, BB sekarang : 43,BB
sebelum : 45, Nilai IMT : 16,56 ( normal 18 -25), Nilai albumin rendah 2,3 g/dl
(normal : 3,5g/dl – 5,5g/dl , ,Klien mengalami Penurunan BB Sebelum : 45 Kg MRS
ke Setelah MRS:43 kg
3. Gangguan pola tidur b.d adanya batuk disertai secret d.d pasien batuk batuk pada
malam hari, klien terlihat menguap, frekuensi tidur hanya 3-4 jam saja.
37
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. S

Ruang Rawat : Gardenia


Diagnosa Keperawatan Tujuan ( Kriteria Intervensi Rasional
Hasil)
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d Setelah dilakukan 1. Monitor bunyi nafas tambahan 1. Untuk mengetahui nafas abnormal
adanya peningkatan sekret d.d ada batuk Tindakan keperatawan 2. Monitor sputum 2. Unruk mengetahui banyak dan
berdahak hari yang lalu, ada sekret 1 x 7 jam diharapkan 3. Identifikasi kemampuan batuk warna sputum
berwarna kuning, bunyi napas bronchial, masalah teratasi dengan 4. Monitor frekuensi pernafasan 3. Mengetahui kemampuan klien
ada suara nafas tambahan ronchi pada paru Kriteria Hasil : 5. Ajarkan cara batuk efektif untuk melakukan batuk efektif
bagian kiri, Klien memang memiliki 1. Batuk berkurang 6. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk 4. Untuk mengetahui kemampuan
Riwayat ca paru sejak 2 September 2020, 2. Suara nafas efektif pasien dalam upaya bernafas
Hasil Rontagen : Massa tumor pada vesikuler tidak 7. Berikan oksigen, bila perlu 5. Dapat mempermudah untuk
mediastrinum inferior posterior dextra ada suara nafas 8. Kolaborasi pemberian obat, pengeluaran secret
(cenderung malignancy) “tumor berada tamabahan mukolitik( Bomheksin 8mg oral) 6. Agar klien mengetahui tujuan dan
pada tengah rongga antara paru-paru kiri 3. Secret prosedur yang akan dilakukan
dan kanan di tengah jantung sebelah kanan menghilang 7. Memberikan nafas tambahan
bawah bagian belakang,TTV ,TD : 130/80, 4. Frekuensi 8. Untuk membuat secret lebih encer
S : 36,5 oC,N : 94 x/menit, RR : 24 x/menit pernafasan dan tidak lengket agar mudah untuk
Kembali normal dikeluarkan
18-20x/menit

47
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. S

Ruang Rawat : Gardenia


Diagnosa Keperawatan Tujuan ( Kriteria Intervensi Rasional
Hasil)
2. Defisit nutrisi b.d penurunan Setelah dilakukan 1. Identifikasi makanan yang 1. Untuk mengetahui makanan klien yg
berat badan d.d klien tampak Tindakan keperatawan disukai disukainya.
tidak nafu makan, klien hanya 1 x 7 jam diharapkan 2. Monitor asupan makanan 2. Untuk mengetahui asupan makanan yang
makan ½ dari porsi yang nafsu makan klien 3. Berikan suplemen makanan masuk kedalam tubuh klien
diberikan, TB : 165 cm, BB kembali dengan bila perlu 3. Untuk memenuhi kebutuhan akan nutrient
sekarang : 43,BB sebelum : Kriteria Hasil : 4. Sajikan makanan secara penting yang duperlukan tubuh
45, Nilai IMT : 16,56 (normal 1. Nafsu makan menarik dan suhu yang sesuai 4. Untuk membuat klien tertarik dan membuat
18 -25), Nilai albumin rendah klien 5. Jelaskan jenis makanan yang nafsu makan klien kembali
2,3 g/dl (normal : 3,5g/dl – meningkat bergizi tinggi, namun tetap 5. Agar kebutuhan nutrsi klien terpenuhi dengan
5,5g/dl , ,Klien mengalami 2. Klien terjangkau biaya yg terjangkau
Penurunan BB Sebelum : 45 menghabiskan 6. Kolaborasi dengan ahli gizi 6. Untuk membantu dalam proses penyembuhan
Kg MRS ke Setelah MRS:43 makananya untuk menentukan jumlah
kg lebih dari ½ kalori dan jenis nutrient yg
. porsi dibutuhkan.

RENCANA KEPERAWATAN

48
Nama Pasien : Tn. S

Ruang Rawat : Gardenia

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/ Tanggal Implementasi Evaluasi (soap) Tanda tangan dan


Jam Nama Perawat

49
02 Januari 2020 Dx 1 S : Klien mengatakan masih batuk
15.00 WIB 1. Memonitor bunyi nafas tambahan mulai berkurang dengan secret sudah
2. Memonitor sputum mulai tidak ada
3. Mengindentifikasi kemampuan batuk O:
4. Memonitor frekuensi pernafasan - klien dapat melakukan Teknik
5. Mengajarkan cara teknik batuk batuk efektif
efektif - Klien tampak bisa melakukan
6. Menjelaskan tujuan dan prosedur Teknik batuk efektif secara
batuk efektif mandiri KIKI SAPUTRA
7. Memberikan oksigen, bila perlu - RR 19x/menit
8. Berkolaborasi pemberian obat, - Obat sudah diberikan sesuai
mukolitik( Bomheksin 8mg oral) Indikasi
- Warna sputum bewarna
bening
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi 1.2,7,8

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/ Tanggal Implementasi Evaluasi (soap) Tanda tangan dan


Jam Nama Perawat

50
02 November Dx 2 S : Keluarga klien mengatakan nafsu
2020 1. Mengidentifikasi makanan yang makannya telah mulai kembali
15.00 WIB disukai O:
2. Memonitor asupan makanan - klien tampak mampu
3. Memberikan suplemen makanan menghabiskan 1 porsi
bila perlu makananya
4. Menyajikan makanan secara - Nafsu makan bertambah
menarik dan suhu yang sesuai karena disedakan makanan KIKI SAPUTRA
5. Menjelaskan jenis makanan yang favoritnya
bergizi tinggi, namun tetap - Klien tampak paham setelah
terjangkau menjelaskan jenis makanan
6. Berkolaborasi dengan ahli gizi yang tinggi akan gizi namun
untuk menentukan jumlah kalori tetap terjangkau
dan jenis nutrient yg dibutuhkan. - Suplemen makananan telah
Diberikan

A : Masalah teratasi sebagian


P : Lanjutkan Intervensi 6,4,2,1

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

51
Hari/ Tanggal Implementasi Evaluasi (soap) Tanda tangan dan
Jam Nama Perawat
02 November Dx 3 S : Keluarga klien mengatakan
2020 1. Mengidentifikasi pola aktivitas dan tidurnya nyenyak
15.00 WIB tidur O: - suara bising tidak terdengar,suhu
2. Mengidentifikasi faktor penggangu ruangan normal
tidur -klien tampak paham tentang
3. Mengidenfikasi lingkungan seperti pentingnya kebutuhan tidur selama
(pencahayaan, kebisisngan, suhu, sakit
dan tempat tidur) - batuk klien pada malam hari sudah KIKI SAPUTRA
4. Menjelaskan pentingnya tidur tidak ada
selama sakit - klien tertidur selama 7-8 jam pada
5. Melakukan prosedur untuk malam hari
meningkatkan kenyamanan seperti A : masalah teratasi
(pijat dan pengaturan posisi) P : hentikan Intervensi

52
DAFTAR PUSTAKA

Saifuddin, A.B. (2008). Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Edisi


3. Jakarta : EGC.

Sudoyo Aru, dkk. 2008. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta

Suryo, Joko. 2010. Herbal Penyembuhan Gangguan Sistem Pernapasan.


Yogyakarta: B First

Danusantoso Halim. 2013. Buku saku ilmu penyakit paru. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran

Kemenkes, 2017. Pedoman nasional pelayanan kedokteran kanker paru. Jakarta:


Komite Penanggulangan Kanker Nasional.

Pricillia, Lemone. 2015. Buku ajar keperawatan medical bedah: gangguan


respirasi. Jakarta: EGC.

Somantri Irman. 2012. Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem
pernapasan. Jakarta. Penerbit Salemba Medika.

47
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok bahasan: Batuk Efektif


Sub pokok bahasan: Mengajarkan Teknik batuk efektif
Penyaji : Kiki Saputra
Sasaran : Pasien dan Keluarga
Hari dan tanggal pelaksanaan : Senin, 04 januari 2021
Tempat : Ruang Gardenia

A. Tujuan Umum
Setelah di lakukan tindakan pendidikan kesehatan selama 15 menit di
harapkan pasien mampu melakukan batuk efektif.

B. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan, diharapkan peserta dapat:
1. Mengetahui pengertian batuk efektif
2. Mengetahui tujuan batuk efektif
3. Mengetahui cara batuk efektif

C. Materi Penyuluhan (Terlampir)


1. Mengetahui pengertian batuk efektif
2. Mengetahui tujuan batuk efektif
3. Mengetahui cara batuk efektif

D. Metode Penyuluhan
1. Ceramah : Ceramah adalah pidato yang disampaikan oleh seorang
pembicara di depan sekelompok pengunjung atau pendengar. Metode
ini digunakan pada kelompok yang besar (lebih dari 2 orang). Pada
hakikatnya ceramah adalah proses transfer informasi dari pengajar ke
sasaran belajar.

48
2. Demonstrasi : Yang dimaksud dengan metode dokumentasi adalah
sekumpulan berkas yakni mencari data mengenai hal-hal berupa
catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, agenda
dan sebagainya.

E. Struktur Organisasi
Moderator : Kiki Saputra
Penyaji : Kiki Saputra
Notulen : Kiki Saputra
Observer : Kiki Saputra
Fasilitator : Kiki Saputra
Dokumentasi : Kiki Saputra

F. Media
1. Tisue
2. Wadah tertutup tempat penampung dahak
3. Gelas berisi air hangat

G. Kegiatan Penyuluhan
No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran
Kegiatan
1 Pembukaan 5 menit a. Mengucapkan salam a. Menjawab
b. Memperkenalkan diri salam
c. Menyebutkan b. Mendengark
materi/pokok bahasan an dan
yang akan menyimak
disampaikan
d. Kontrak waktu
2 Pelaksanaa 20 menit a. Penyampaian materi a. Mendengark
n b. Menjelaskan an dan
pengertian batuk menyimak
efektif b. Bertanya

49
c. Menjelaskan tujuan mengenai
batuk efektif hal-hal yang
d. Menjelaskan cara belum jelas
batuk efektif dan
dimengerti
3 Penutup 5 menit a. Melakukan evaluasi a. Sasaran
b. Menyampaikan dapat
kesimpulan materi menjawab
c. Mengakhiri tentang
pertemuan dan pertanyaan
mengucap salam yang
diajukan
b. Mendengar
memperhatik
an
c. Menjawab
salam

H. Evaluasi
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan mencuci tangan, diharapkan
peserta dapat :
1. Mengetahui pengertian batuk efektif
2. Mengetahui cara batuk efektif tujuan mencuci tangan.
3. Mengetahui tujuan batuk efektif

50
MATERI PENYULUHAN

A. Pengertian Batuk Efektif


Batuk efektif dalah suatu metode batuk dengan benar, dimana klien dapat
menghemat energi sehingga tidak mudah lelah mengeluarkan dahak secara
maksimal. Batuk merupakan gerakan yang dilakukan tubuh sebagai
mekanisme alamiah terutama untuk melindungi paru paru. Gerakan ini pula
yang kemudian dimanfaatkan kalangan medis sebagai terapi untuk
menghilangkan lendir yang menyumbat saluran pernapasan akibat sejumlah
penyakit Itulah yang dimaksud pengertian batuk efektif. Batuk efektif
dilakukan melalui gerakan yang terencana atau dilatihkan terlebih dahulu.
Batuk efektif untuk mempertahankan kepatenan jalan napas. Batuk
memungkin kan klien mengeluarkan sekresi dari jalan napas bagian atas dan
bagian napas bagian bawah. Rangkaian normal peristiwa dalam mekanisme
batuk adalah inhalasi dalam, penutupan glottis, kontraksi aktif otot-otot
ekspirasi, dan pembukaan glotis. Inhalasi dalam meningkatkan volume paru
dan diameter jalan napas memungkinkan udara melewati sebagian lendir yang
mengobstruksi atau melewati benda asing lain. Keefektifan batuk klien
dievaluasi dengan melihat apakah ada sputum cair, laporanklien tentang
sputum yang ditelan atau terdengarnya bunyi napas tambahan yang jelassaat
klien diauskultasi. Klien yang mengalami infeksi saluran napas atas dan
infeksisaluran napas bawah harus didorong untuk napas dalam dan batuk
sekurang-kurangnya setiap 2 jam saat terjaga. Klien yang memiliki jumlah
sputum yang besarharus didorong untuk batuk setiap jam saat terjaga dan
setiap 2-3 jam saat tidur.

B. Tujuan Batuk Efektif


Batuk efektif merupakan teknik batuk efektif yang menekankan inspirasi
maksimal yang dimulai dari ekspirasi , yang bertujuan :
1. Merangsang terbukanya sistem kolateral Sistem kolateral adalah suatu
jalur aliran darah baru untuk mengaliri suatu jaringan atau organ yang
sama. Saluran kolateral terbentuk bila terjadisumbatan yang menutup
aliran darah utama tubuh kita. Seperti bila terjadi sumbatan pada arteri

51
koronaria yang mengaliri jantung kita, maka arterikoroner yang lebih
kecil akan mengembangkan jalur pembuluh darah baru disekitar
sumbatan dengan tujuan agar jantung tetap mendapat suplai darah dan
oksigen.
2. Meningkatkan distribusi ventilasi
3. Meningkatkan volume paru
4. Memfasilitasi dan meningkatkan pembersihan saluran napas
5. Mencegah infeksi
6. Mengatur frekuensi dan pola napas sehingga mengurangi air trapping
atau gas trapping Retensi abnormal paru-paru dimana sulit untuk
menghembuskan napas sepenuhnya.
7. Memperbaiki fungsi diafragma
8. Memperbaiki mobilitas sangkar toraks
9. Meningkatkan rasa nyaman klien
10. Mengeluarkan sekresi dari jalan napas bagian atas dan bawah.
Jalan napas atas merupakan suatu saluran terbuka yang memungkinkan
udara atmosfer masuk melalui hidung, mulut, dan bronkus hingga ke
alveoli. Jalan napas atas terdiri darirongga hidung, rongga mulut.

C. Penatalaksanaan Batuk Efektif


Huff Coughing adalah tehnik mengontrol batuk yang dapat digunakan pada
klien menderita penyakit paru-paru seperti pnemonia. Dapat dilakukan
dengan langkah :
1. Untuk menyiapkan paru-paru dan saluran napas dari Tehnik Batuk huff,
keluarkan semua udara dari dalam paru-paru dan saluran napas. Mulai
dengan bernapas pelan. Ambil napas secara perlahan, akhiri dengan
mengeluarkan napas secara perlahan selama 3 – 4 detik.
2. Tarik napas secara diafragma, lakukan secara pelan dan nyaman, jangan
sampai overventilasi paru-paru.
3. Setelah menarik napas secara perlahan, tahan napas selama 3 detik,
dilakukan untuk mengontrol napas dan mempersiapkan melakukan batuk
huff secara efektif

52
4. Angkat dagu agak ke atas, dan gunakan otot perut untuk melakukan
pengeluaran napas cepat sebanyak 3 kali dengan saluran napas dan mulut
terbuka, keluarkan dengan bunyi Ha,ha,ha atau huff, huff, huff. Tindakan
ini membantu epligotis terbuka dan mempermudah pengeluaran mukus.
5. Kontrol napas, kemudian ambil napas pelan 2 kali.
6. Ulangi teknik batuk di atas sampai mukus sampai ke belakang
tenggorokkan
7. Setelah itu batukkan dan keluarkan mukus/dahak

TEKNIK
BATUK
EFEKTI
F

53
1. Untuk
mengeluark
an sekret
yang
menyumbat
APA TUJUAN
jalan nafas
2. Untuk
BATUK EFEKTIF?
memperinga
1. Melatih otot-
n keluhan
otot pernafasan
saat terjadi
Disusun oleh:
agar dapat
sesak nafas
Kiki Saputra
melakukan
pada
2018.C.10a.0940
fungsi dengan
penderita
baik
jantung
YAYASAN EKA HARAP
PALANGKA RAYA
2. Mengeluarkan
SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN dahak atau
PROGRAM STUDI S1 sputum yang
KEPERAWATAN
ada disaluran
TAHUN 2019/2020
pernafasan
3. Melatih klien
APAKAH BATUK
agar terbiasa
EFEKTIF? melakukan
Merupakan suatu cara
metode batuk dengan pernafasan 
benar, dimana klien dengan baik
dapat menghemat
energi sehingga tidak
mudah lelah dan dapat
mengeluarkan dahak APA MANFAAT
secara maksimal. BATUK
EFEKTIF?

54
CARA 4.Tis
MELAKUKAN
BATUK EFEKTIF sue
1. Anjurkan klien
untuk minum
air hangat(agar
mudah dalam CARA
pengeluaran MENGURANGI
sekresi)
GEJALA BATUK
2. Tarik nafas PERALATAN YANG
dalam 4-5 kali DIPERLUKAN ? 1. 1/2 buah
3. Pada tarikan jeruk nipis
selanjutnya
1.Ba
diperas
nafas ditahan ntal
kemudian
selama 1-2
2.Sp campurkan
detik
4. Angkat bahu utu dengan 1
dan dada mPo sendok
dilonggarkan
rt makan
serta batukan
madu aduk
dengan kuat 3.air
sampai
min
rata
um kemudian
5. Lakukan
hang diminum
empat kali
setiap batuk at(ai 2. 1 buah
efektif, jeruk nipis
r
frekuensi dipanggang
disesuaikan puti
sebentar,ke
dengan h)
mudian
kebutuhan
diperas

55
dan
dicampur
sedikit
garam.kem
udian
diminum

56

Anda mungkin juga menyukai