Anda di halaman 1dari 2

MEMAHAMI ISLAM WASATHIYAH

Oleh :

UYU SUHAYA
PAIF KEC.CIKANCUNG

‫ت أَ ْع َمالِنَا َم ْن يَ ْه ِد ِه‬
ِ ‫إِ ّن ْال َح ْم َد ِهللِ نَحْ َم ُدهُ َونَ ْست َِع ْينُهُ َونَ ْستَ ْغفِ ُرهُ َونَعُوْ ُذ بِاهللِ ِم ْن ُشرُوْ ِر أَ ْنفُ ِسنَا َو َسيّئَا‬
ُ‫ي لَه‬َ ‫ض ّل لَهُ َو َم ْن يُضْ لِلْ فَالَ هَا ِد‬ ِ ‫هللاُ فَالَ ُم‬
‫ قُلْ اِ َّن ْال َموْ تَ الَّ ِذيْ تَفِرُّ وْ نَ ِم ْنهُ فَاِنَّهٗ ُم ٰلقِ ْي ُك ْم ثُ َّم تُ َر ُّدوْ نَ اِ ٰلى عَالِ ِم‬: ‫الحمد هلل رب العالمين القائل‬
َ‫ب َوال َّشهَا َد ِة فَيُنَبِّئُ ُك ْم بِ َما ُك ْنتُ ْم تَ ْع َملُوْ ن‬ ِ ‫ْال َغ ْي‬
ُ‫أَ ْشهَ ُد أَ ْن الَ إِلهَ إِالّ هللاُ َوأَ ْشهَ ُد أَ ّن ُم َح ّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُه‬
‫ار َعلَى‬ َ ‫اف األَ ْنبِيَا ِء َوالمرْ َسلِ ْينَ نَبِيِّنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َوأَصْ َحابِ ِه َو َم ْن َس‬ ِ ‫صلَّى هللاُ َعلَى أَ ْش َر‬ َ
َّ َ
‫اط ال ُم ْستَقِي ِْم إِلى يَوْ ِم ال ِّد ْي ِن َو َسل َم تَ ْسلِ ْي ًما َكثِ ْيرًا‬ ِ ‫الصِّر‬
َ َ
‫نَه ِْج ِه القَ ِوي ِْم َو َدعَا إِلى‬
‫أما بع ُد‬
‫ق تقاته فقد فاز المتقون‬ ّ ‫فيا عباد هللا أوصيكم وإيّاي نفسي بتقوى هللا ح‬

Hadirin sidang jum’at yang dimulyakan Allah.


Segala puji hanya milik Alloh, yang telah mengutus seorang rasul dengan
membawa petunjuk dan agama yang hak. Shalawat dan salam mudah-mudahan
tetap dilimpahkan depada junjunan kita Nabi Muhammad SAW. dan keluarganya,
para sahabatnya serta pengikutnya sampai hari kiamat.
1
Islam wasathiyah sejatinya merupakan ajaran ulama nusantara yang
selama ini dianut dan diamalkan oleh umat Islam di nusantara. Namun setelah
terjadinya revolusi teknologi informasi, di mana semua paham keagamaan bisa
diakses dengan mudah dan bebas oleh masyarakat, maka mulailah ajaran
keagamaan yang awalnya tidak dikenal di Indonesia dan berkembang di negara
lain, mulai masuk dan diajarkan di Indonesia. Termasuk ajaran keagamaan yang
radikal yang bisa membimbing pemeluknya melakukan tindakan teror. Karena itu
merupakan hal yang sangat penting untuk mengembalikan umat Islam kepada
ajaran ulama nusantara. Antara lain dengan mengembalikan pemahaman Islam
wasathiyah.
2
Wasathiyah berasal dari akar kata “wasatha”. Menurut Muhammad bin
Mukrim bin Mandhur al-Afriqy al-Mashry, pengertian wasathiyah secara
etimologi berarti:
‫َو َسطُ ال َّش ْي ِء َما بَ ْينَ طَرْ فَ ْي ِه‬
Artinya: “sesuatu yang berada (di tengah) di antara dua sisi

1
Diunduh dari https://www.nu.or.id/post/read/92288/esensi-dakwah-islam-wasathiyah
2
Diunduh dari https://mui.or.id/bimbingan-syariah/paradigma-islam/28522/apa-yang-dimaksud-
islam-wasathiyah-2/
3
Kata wasathiyah diambil dari kata wasth/wasath dalam Bahasa arab, yang
secara harfiyah mengandung arti “tengah” , tempat yang berada di titik tengah
antara dua sisi yang sama jaraknya.
4
Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Baqarah : 143 yang artinya : “Dan
demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (ummat Islam); umat pertengahan
(yang adil dan pilihan) agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan
agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu”.

Hadirin sidang jum’at yang dimulyakan Allah.


5
Praktik amaliyah keagamaan Islam Wasathiyah meliputi: (1) Tawassuth
(mengambil jalan tengah) yaitu pemahaman dan pengamalan yang tidak ifrath
(berlebih-lebihan dalam beragama) dan tafrith (mengurangi ajaran agama), (2)
Tawazun (berkeseimbangan) yaitu pemahaman dan pengamalan agama secara
seimbang yang meliputi semua aspek kehidupan baik duniawi maupun ukhrawi,
tegas dalam menyatakan prinsip yang dapat membedakan antara inhiraf
(penyimpangan) dan ikhtilaf (perbedaan), (3) I’tidal (lurus dan tegas), yaitu
menempatkan sesuatu pada tempatnya dan melaksanakan hak dan memenuhi
kewajiban secara proporsional, (4) Tasamuh (toleransi) yaitu mengakui dan
menghormati perbedaan, baik dalam aspek keagamaan dan berbagai aspek
kehidupan lainnya, (5) Musawah (egaliter) yaitu tidak bersikap diskriminatif pada
yang lain disebabkan perbedaan keyakinan atau agama, tradisi dan asal usul
seseorang, (6) Syura (musyawarah) yaitu setiap persoalan diselesaikan dengan
jalan musyawarah untuk mencapai mufakat dengan prinsip menempatkan
kemaslahatan di atas segalanya, (7) Ishlah (reformasi) yaitu mengutamakan
prinsip reformatif untuk mencapai keadaan lebih baik yang mengakomodasi
perubahan dan kemajuan zaman dengan berpijak pada kemaslahatan umum
(mashlahah ‘amah) dengan tetap berpegang pada prinsip al-muhafazhah ‘ala al-
qadimi al-shalih wa al-akhdzu bi al-jadidi al-ashlah (merawat tradisi merespon
moderenisasi), (8) Aulawiyah (mendahulukan yang prioritas) yaitu kemampuan
mengidentifikasi hal-ihwal yang lebih penting harus diutamakan untuk
diimplementasikan dibandingkan dengan yang kepentingannya lebih rendah, (9)
Tathawwur wa Ibtikar (dinamis dan inovatif) yaitu selalu terbuka untuk
melakukan perubahan-perubahan sesuai dengan perkembangan zaman serta
menciptakan hal baru untuk kemaslahamatan dan kemajuan umat manusia, (10)
Tahadhdhur (berkeadaban) yaitu menjunjung tinggi akhlakul karimah, karakter,
identitas, dan integritas sebagai khairu ummah dalam kehidupan kemanusiaan dan
peradaban.

ِ ‫ إِنَّهُ ه َُو ْال َغفُوْ ُر الر‬،ُ‫ فَا ْستَ ْغفِرُوْ ه‬،‫أَقُوْ ُل قَوْ لِ ْي ٰه َذا َوأَ ْستَ ْغفِ ُر هللاَ لِ ْي َولَ ُك ْم‬.
‫َّح ْي ُم‬

3
Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan, Badan Litbang dan Diklat Kementerian
Agama RI, Pedoman dakwah Islam Wasathiyah Karekter Indonesia , Tahun 2017.
4
QS. Al-Baqarah : 143
5
Diunduh dari https://www.nu.or.id/post/read/92288/esensi-dakwah-islam-wasathiyah

Anda mungkin juga menyukai