Anda di halaman 1dari 4

MAKALAH ANTROPOLOGI

METODE PENELITIAN ANTROPOLOGI


KELOMPOK 2

DI SUSUN OLEH :

NURUL FITRIANI_ F021211027


MUH. RAFLI IRFANDI_ F021211003
NUR ALYA_ F02121129
MUH. ZULFAHMI MALIK_ F021211049

UNIVERSITAS HASANUDDIN
ILMU BUDAYA
SASTRA DAERAH BUGIS - MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2021
1. Pembahasan Mengenai Metode Penelitian.

Metode Ilmiah. Metode ilmiah dari suatu ilmu pengetahuan adalah segala jalan atau
cara dalam rangka ilmu tersebut, untuk sampai kepada kesatuan pengetahuan. Tanpa
metode ilmiah, suatu ilmu pengetahuan sebenarnya bukan suatu ilmu melainkan suatu
himpunan pengetahuan saja, tentang berbagai gejala alam atau masyarakat, tanpa dapat
disadari hubungan antara gejala yang satu dengan gejala yang lain. Kesatuan
pengetahuan itu dapat dicapai oleh para sarjana dalam ilmu yang bersangkutan melalui
tiga tingkat, yaitu : I) pengumpulan fakta; 2) penentuan ciriciri umum dan sistem; dan
3) verifikasi
Pengumpulan Fakta
Untuk antropologi-budaya, adalah pengumpulan fakta mengenai kejadian dan
geiala masyarakat dan kebudayaan untuk pengolahan secara ilmiah. Dalam kenyataan,
aktivitas pengumpulan fakta di sini terdiri dari berbagai metode mengobservasi,
mencatat, mengolah, dan melukiskan fakta-fakta yang terjadi dalam masyarakat yang
hidup.
Metode-metode pengumpulan fakta dalam ilmu pengetahuan dapat digolongkan ke
dalam tiga golongan, yaitu : (i) penelitian di lapangan, (ii) penelitian di laboratorium,
(iii) penelitian dalam perpustakaan. Metode dari tiap-tiap golongan ini mempunyai
perbedaan azasi. Dalam penelitian di lapangan, atau field worle, peneliti harus
menunggu terjadinya gejala yang menjadi obyek observasinya itu; sebaliknya, dalam
fenelitian di laboratorium gejala yang akan menjadi obyek observasi dapat dibuat dan
sengaja diadakan oleh peneliti; sedangkan dalam penelitian di perpustakaan gejala
yang akan menjadi obyek penelitian harus dicari dalam suatu himpunan dari beratus-
ratus ribu buku yang beranekawarna. Kecuali itu, dalam penelitian di lapangan peneliti
itu harus masuk ke dalam obyeknya, artinya, ia sendiri harus memperhatikan hubungan
antara obyek dan dirinya sendiri;'sedangkan dalarn laboratorium dan perpustakaan
peneliti berada tetap di luar obyeknya, artinya dirinya sendiri tidak ada hubungan
dengan obyek yang ditelitinya itu.
Untuk ilmu antropologi-budaya penelitian lapangan merupakan cara yang
terpenting untuk mengumpulkan fakta-faktanya; di samping itu penelitian di
perpustakaan juga penting, sedangkan metode-metode penelitian di laboratorium (yang
merupakan metode pengumpulan fakta yang utama dalam ilmu-ilmu alam dan
teknologi), hampir tak berarti untuk ilmu antropologi.
Dalam penelitian di lapangan, peneliti datang sendiri dan menceburkan diri dulur
pada suatu masyarakat untuk mendapat keterangan tentang gejala kehidupan manusia
dalam masyarakat itu. Di sana, kecuali dari observasi sendiri ia mendapat sebagian
besar dari bahan keterangannya dari orang-orang warga masyarakat yang didatangi itu.
Seluruh jumlah metode, mulai dari metode pengumpulan bahan kongkret tentang
suatu masyarakat yang hidup' sampai kepada metode untuk mengolah trahan tadi
menjadi karangan yang dapat dibaca orang lain, merupakan birlang deskriptif dari ilmu
antropologi yang disebut etnografi. Istilah etnografi yang berarti deskripsi tentang
ethnos atau suku i-iangsa, hecuali berarti seluruh metode antropologi deskriptif, juga
berarti bahan tentang kehidupan masyarakat cian ketutiayaan di suatu daerah, dan kitab
yang mengandung pelukisan tentang kehidupan suatu masyarakat dan kebudayaan di
suatu daerah.
Penentuan Ciri-Ciri Umum Dan Sistem
Hal ini adalah tingkat dalam cara berpikir ilmiah yang bertujuan untuk menentukan
ciri-ciri umum dan sistem dalam himpunan fakta yang dikumpulkan dalam suatu
penelitian. Tingkat dalam proses berfikir secara ilmiah dalam rangka ilmu antropologi
ini, menimbulkan metode-metode yang hendak mencari ciri ciri yang sama , dalam
anekawarna fakta dalam kehidupan masyarakat dan kebudayaan umat manusia. Proses
berpikir di sini berjalan secara individu, dari pengetahuan teutang peristiwa -peristiwa
dan fakta-fakta khusus dan konkret, ke arah konsep -konsep mengenai ciri-ciri umum
yang lebih abstrak.
Adapun ilmu antropologi, yang bekerja dengan bahan berupa fakta-fakta yang
berasal dari sebanyak mungkin dari masyarakat, dalam hal mencari ciri ciri umum di
antara anekawarna fakta masyarakat itu harus mempergunakan berbagai metode
membandingkan atau metode komparatif. Adapun metode komparatif itu biasanya
dimulai dengan metode klasifikasi. Seorang peneliti yang menghadapi suatu obyek
penelitian yang menunjukkan sifat masyarakat dengan referensi beribu-ribu macam
bentuk yang brerbeda-beda, harus berusaha dahulu agar aneka ragam itu dapat dikuasai
dengan akalnya. Antropologi yang memperhatikan tingkahlaku manusia dalam
masyarakat, tak akan dapat merumuskan kaidah - kaidah tentang hubungan antara fakta
dan kekuatan yang mendorong kehidupan masyarakat dan kebudayaan. Antropologi
hanya dapat sampai kepada zuatu "pengertian" tentang kehidupan masyarakat dan
kebudayaan itu.
Anggapan yang lazim masa sekarang ini adalah kira-kira di antara kedua ekstrem
tadi. Anggapan umum dalam dunia ilmiah sekarang ini adalah bahwa mengenai gejala-
gejala yang masih erat terjalin ke dalam proses-proses kehidupan alam, hubungan atau
fakta-fakta yang dapat dirumuskan ke dalam kaidah-kaidah alam, adalah luas sekali
tetapi hal ini tidak berarti bahwa semua gejala alam dapat difahami melalui kaidah –
kaidah Sebaliknya, mengenai gejala-gejala yang telah terlepas dari proses proses
alamiah, fakta-fakta yang dapat dirumuskan ke daiam kaidah-kaidah itu memang jauh
lebih sempit. Walaupun demikian, juga tidak benar untuk mengatakan bahwa ilmu-
ilmu sosial yang mempelajari gejala-gejala tersebut.
Verifikasi.
Metode-metode untuk melakukan verifikasi atau pengujian dalam kenyataan
terdiri dari cara-cara yang harus menguji kaidah-kaidah yang telah dirumuskan atau
yang harus memperkuat "pengertian" yang telah dicapai, dalam kenyataan - kenyataan
alam atau dalam masyarakat yang hidup. Di sini proses berpikir berjalan secara
deduktif dari perumusan - perumusan umum, kembali ke arah fakta-fakta yang khusus.
Ilmu antropologi yang mengandung pengetahuan yang lebih banyak berdasarkan
"pengertian" daripada pengetahuan berdasarkan kaidah, mempergunakan metode-
metode verifikasi yang bersi fatkualitatif. Dengan mempergunakan metodemetode
kualitatif, ilmu antropologi mencoba memperkuat pengertiannya dengan menerapkan
pengertian itu dalam kenyataan beberapa masyarakat yang hidup, tetapi dengan cara
mengkhusus dan memperdalam.
Lawan dari metode-metode kualitatif yaitu metode kuantitatif, mencoba menguji
kebenaran dari "pengertian" dan kaidah-kaidah itu dengan mengumpulkan sebanyak
mungkin fakta mengenai kejadian dan gejala sosial-budaya yang menunjukan asas -
asas persamaan. Untuk metode kuantitatif sering dipergunakan cara-cara untuk
mengolah fakta sosial dalam jumlah yang besar, dan metode itu disebut statistik.
Metode statistik yang dulu memang kurang dipergunakan dalam ilmu antropologi,
sekarang ini mulai juga menjadi suatu metode analisa yang sangat penting dalam ilmu
itu.

Daftar Pustaka

Koenljaraningrat. 1985. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Fa, AKASARA BARU

Anda mungkin juga menyukai