Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRATIKUM KIMIA ORGANIK

DESTILASI MINYAK ATSIRI


ISOLASI SINEOL, KOMPONEN WANGI DARI DAUN
KAYU PUTIH

Oleh:
Kelompok V
Kelas B

Ruth Butar Butar (1507037672)


Sandi Sudarsono (1507023571)
Thita Oktaviana Hamelia (1507037577)

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. TEORI
Minyak atsiri dikenal dengan nama minyak eteris atau minyak terbang.
Minyak atsiri merupakan bahan yang bersifat mudah menguap (volatile),
mempunyai rasa getir, dan bau mirip tanaman asalnya yang diambil dari bagian-
bagian tanaman seperti daun, buah, biji, bunga, akar, rimpang, kulit kayu, bahkan
seluruh bagian tanaman. minyak atsiri selain dihasilkan oleh tanaman, dapat juga
sebagai bentuk dari hasil degradasi oleh enzim atau dibuat secara sintetis.
Peranan minyak atsiri dalam kehidupan manusia telah mulai dikenal sejak
beberapa abad yang lalu. Tanaman yang menghasilkan minyak atsiri diperkirakan
berjumlah 150 – 200 spesies, yang termasuk dalam famili Pinaceae, Labiatae,
Compositae, Lauraceae, Myrtaceae, dan Umbeliferae. Minyak atsiri dapat
bersumber pada setiap bagian tanaman yaitu dari , buah, bunga, biji, batang, kulit
buah dan akar. Salah satu minyak atsiri itu adalah kayu putih (Ketaren, 1985).
Kayu putih (Melaleuca leucadendron L) merupakan jenis tumbuhan yang
memiliki rasa tawar, netral dan bersifat penenang. Daun kayu putih memiliki rasa
pedas dan hangat. Secara kimia kayu putih mengandung lignin, melaleucin,
serta minyak atsiri. Dalam membudidayakan kayu putih tidaklah terlalu sulit
dapat dilakukan dengan beberapa cara biji dan anak batangnya, memerlukan air
yang cukup dan menjaga kelembaban tananya. Khasiat minyak kayu putih sangat
banyak sekali terutama dalam bidang kesehatan, diantara bagian-bagian dari kayu
putih yang dapat dimanfaatkan untuk kesehatan adalah daun, ranting, kulit kayu
dan buahnya. Berikut ini adalah beberapa khasiat kayu putih untuk mengobati
berbagai penyakit dan cara mengolahnya (Harris, 1987).

1.1.1 Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari
bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak. Adapun cara ekstraksi ini
bermacam–macam, yaitu rendering (dry rendering dan wet rendering),
mechanical expression dan solvent extraction.
Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan
yang diduga mengandung minyak atau lemak dengan kadar air yang tinggi
Menurut pengerjaannya rendering dibagi dalam dua cara yaitu: wet
rendering dan dry rendering.
Dry Rendering merupakan cara rendering tanpa penambahan air
selama proses berlangsung. Pemanasan dilakukan pada suhu 220 0F sampai 2300F
(1050C-1100C). Ampas bahan yang telah diambil minyaknya akan diendapkan
pada dasar ketel. Minyak atau lemak yang akan dihasilkan akan dipisahkan dari
ampas yang telah mengendapkan dan pengembilan minyak dilakukan pada bagian
atas ketel.
Wet rendering adalah proses rendering dengan penambahan air selama
berlangsungnya proses tersebut. Cara ini dikerjakan pada ketel yang terbuka atau
tertutup dengan menggunakan temperatur yang tinggi serta tekanan 40 sampai
60 pound tekanan uap (40-60 psi) Penggunaan temperatur rendah dalam proses
wet rendering dilakukan jika diinginkan flavor netral dari minyak atau lemak
(Kurniawan, 2012).

1.1.2 Isolasi
Salah satu cara untuk meng-isolasi minyak atsiri dari bahan tanaman
penghasil minyak atsiri adalah dengan penyulingan, yaitu pemisahan komponen
yang berupa cairan dua macam campuran atau lebih berdasarkan perbedaan titik
didih. Proses tersebut dilakukan terhadap minyak atsiri yang tidak larut dalam air.
Isolasi bahan alam dilakukan berdasarkan sifat bahan alam tersebut, dan
dapat digolongkan menjadi isolasi cara fisis dan isolasi cara kimia. Isolasi secara
fisis didasarkan pada sifat fisik bahan alam, seperti kelarutan dan tekanan uap.
Isolasi berdasarkan perbedaan kelarutan bahan alam dalam pelarut tertentu dapat
dilakukan dengan pelarut dingin atau pelarut panas. Isolasi dengan pelarut dingin
digunakan untuk mengisolasi bahan alam yang dapat larut dalam keadaan dingin.
Tekniknya dapat dilakukan dengan merendam sumber bahan alamnya dalam
pelarut tertentu selama beberapa lama (jam atau hari). Untuk bahan alam yang
larut dalam keadaan panas digunakan teknik isolasi secara kontinyu dengan alat
Soklet. Isolasi berdasarkan penurunan tekanan uap dilakukan dengan cara
destilasi uap. Cara ini digunakan untuk senyawa yang tidak larut dalarn air,
bertitik didih tinggi, mudah terurai sebelum titik didihnya dan mudah menguap
(Ketaren, 1985).

1.1.3 Destilasi
Destilasi merupakan teknik pemisahan yang didasari atas perbedaan
perbedaan titik didik atau titik cair dari masing-masing zat penyusun dari
campuran homogen. Dalam proses destilasi terdapat dua tahap proses yaitu tahap
penguapan dan dilanjutkan dengan tahap pengembangan kembali uap menjadi
cair atau padatan. Atas dasar ini maka perangkat peralatan destilasi menggunakan
alat pemanas dan alat pendingin.
Proses destilasi diawali dengan pemanasan, sehingga zat yang memiliki
titik didih lebih rendah akan menguap. Uap tersebut bergerak menuju kondenser
yaitu pendingin, proses pendinginan terjadi karena kita mengalirkan air kedalam
dinding (bagian luar condenser), sehingga uap yang dihasilkan akan kembali cair.
Proses ini berjalan terus menerus dan akhirnya kita dapat memisahkan seluruh
senyawa-senyawa yang ada dalam campuran homogen tersebut.

1.1.4 Macam-Macam Destilasi


1. Distilasi Sederhana, prinsipnya memisahkan dua atau lebih komponen cairan
berdasarkan perbedaan titik didih yang jauh berbeda.
2. Distilasi Fraksionasi (Bertingkat), sama prinsipnya dengan distilasi sederhana,
hanya distilasi bertingkat ini memiliki rangkaian alat kondensor yang lebih
baik, sehingga mampu memisahkan dua komponen yang memiliki perbedaan
titik didih yang berdekatan.
3. Distilasi Azeotrop : memisahkan campuran azeotrop (campuran dua atau lebih
komponen yang sulit di pisahkan), biasanya dalam prosesnya digunakan
senyawa lain yang dapat memecah ikatan azeotrop tersebut, atau dengan
menggunakan tekanan tinggi.
4. Distilasi Kering : memanaskan material padat untuk mendapatkan fasa uap
dan cairnya. Biasanya digunakan untuk mengambil cairan bahan bakar dari
kayu atau batu bata.
5. Distilasi Vakum: memisahkan dua kompenen yang titik didihnya sangat
tinggi, motede yang digunakan adalah dengan menurunkan tekanan
permukaan lebih rendah dari 1 atm, sehingga titik didihnya juga menjadi
rendah, dalam prosesnya suhu yang digunakan untuk mendistilasinya tidak
perlu terlalu tinggi (Annisa, 2014).

1.1.5 Kelebihan dan Kekurangan Destilasi


 Kelebihan Destilasi
1. Dapat memisahkan zat dengan perbedaan titik didih yang tinggi.
2. Produk yang dihasilkan benar-benar murni.
 Kekurangan Destilasi
1. Hanya dapat memisahkan zat yang memiliki perbedaan titik didih
yang besar.
2. Biaya penggunaan alat ini relatif mahal.

1.1.6 Minyak Atsiri


Minyak Atsiri adalah zat cair yang mudah menguap bercampur dengan
persenyawa padat yang berbeda dalam hal komposisi dan titik cairnya, kelarutan
dalam pelarut organik dan keluratan dalam air yang diperoleh dari bagian
tanaman, akar, kulit, batang, daun, buah, biji maupun dari bunga.Minyak atsiri
merupakan senyawa minyak yang berasal dari bahan tumbuhan dengan beberapa
sifat yaitu sangat mudah menguap bila dibiarkan diudara terbuka, memiliki bau
khas seperti tumbuhan aslinya, umumnya tidak berwarna tetapi memiliki warna
gelap karena mengalami oksidasi dan pendamaran. Karena sifatnya yang mudah
menguap minyak atsiri sering disebut sebagai minyak menguap atau minyak
eteris. Minyak atsiri dikenal dengan beberapa nama, yaitu : (Ketaren, 1990)
a. Minyak menguap (volatile oils)
b. Minyak essensial
c. Minyak eteris

1.1.7 Sifat Minyak Atsiri


a. Mudah menguap bila dibiarkan pada udara terbuka
b. Tidak larut dalam air
c. Larut dalam pelarut organic
d. Tidak berwarna, tetapi semakin lama menjadi gelap karena mengalami
oksidasi dan pendamaran
e. Memiliki bau yang khas seperti pada tumbuhan aslinya

1.1.8 Metode Produksi (Pengambilan) Minyak Atsiri


Berdasarkan sifat tersebut diatas, minyak atsiri dapat dibuat dengan
beberapa cara, yaitu penyulingan, ekstraksi dengan pelarut menguap (solvent
extraction), ekstraksi dengan lemak dingin (enfleurasi), ekstraksi dengan lemak
panas (maserasi) dan pengepresan (pressing). Ekstraksi minyak atsiri bisa
dilakukan dengan berbagai cara, misal dengan destilasi, menggunakan lemak
(biasa digunakan untuk ekstraksi minyak atsiri dari bunga). Secara umum metode
pengambilan minyak atsiri dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu
cara mekanik dan cara fisika-kimia.
 Cara Mekanik
Metode yang sering disebut expression ini merupakan cara cold pressing
tidak ada panas yang dibutuhkan pada cara ini. Prosesnya adalah
penekanan/pemerasan (squeezing). Bahan dasar yang bisa diambil minyaknya
dengan pengepresan secara mekanik biasanya berupa biji-bijian atau kacang-
kacangan maupun buah-buahan (citrus oil). Beberapa buah yang mengandung
citrus oil diantaranya bergamot, grapefruit, lemon, lime, mandarin, orange,
dan tangerine. Ada tiga cara yang berbeda untuk memungut citrus oil, yaitu :
(Sastrohamidjojo, 2004).
1. Sponge, dulu dilakukan secara manual (dengan tangan). Daging buah
dipisahkan, kulit buah dan biji direndam dalam air panas. Setelah lebih
elastis kemudian sponge/busa ditempelkan pada kulit buah lalu
diperas/ditekan. Minyak atsiri yang keluar akan terserap oleh sponge.
Setelah jenuh, dikumpulkan dengan cara memeras sponge.
2. Equelle a piquer, cara ini lebih hemat tenaga daripada sponge. Metode ini
tidak lagi dilakukan dengan cara manual tapi dengan alat yang yang
diputar dan dilengkapi paku-paku pada pinggirnya untuk menusuk oil
cells pada kulit buah. Minyak atsiri dan pigmen dapat dikeluarkan dari
kulit buah, kemudian minyak atsirinya dapat dipisahkan.
3. Machine abrasion, hampir sama dengan cara 2. Mesin dapat melepaskan
kulit buah dan memasukkannya ke dalam centrifuge dengan
menambahkan air. Pemisahan secara sentrifugal ini berjalan sangat cepat,
tetapi karena minyak atsiri bercampur dengan zat-zat lain, kemungkinan
dapat terjadi perubahan karena pengaruh enzim.

 Cara Kimia-fisika
1. Distilasi (Penyulingan)
Prinsipnya penyulingan destilasi merupakan suatu proses
pemisahan komponen-komponen suatu campuran yang terdiri atas dua
cairan atau lebih berdasarkan perbedaan tekanan uap atau berdasarkan
perbedaan titik didih komponen-komponen senyawa tersebut. Pada
dasarnya terdapat dua jenis penyulingan yaitu : (Sastrohamidjojo, 2004).
a. Hidrodestilasi adalah penyulingan suatu campuran yang berwujud
cairan yang tidak saling bercampur, hingga membentuk dua fasa atau
dua lapisan. Proses ini dilakukan dengan bantuan air maupun uap air.
Hidrodestilasi memiliki 3 jenis metode berdasarkan cara penanganan
bahan yang diproses yaitu : destilasi air, destilasi uap dan air serta
destilasi uap langsung.
b. Fraksinasi adalah penyulingan suatu cairan yang tercampur sempurna
hingga hanya membentuk satu lapisan. Proses ini dilakukan tanpa
menggunakan uap air. Fraksinasi memiliki 3 jenis metode yaitu
kohobasi, rektifikasi dan destilasi fraksinasi.

2. Ekstraksi Pelarut, yang dapat berupa : (Sastrohamidjojo, 2004).


a. Maserasi
b. Enfleurage
c. Pelarut mudah menguap
d. Ekstraksi Hiperkritikal CO2

1.1.9 Tanaman Kayu Putih


Kayu putih (Melaleuca leucadendron L.) merupakan tanaman yang tidak
asing bagi masyarakat di Indonesia karena dapat menghasilkan minyak kayu putih
(cajuput oil) yang berkhasiat sebagai obat, insektisida dan wangi-wangian. Selain
itu, pohon kayu putih dapat digunakan untuk konservasi lahan kritis dan kayunya
dapat digunakan untuk berbagai keperluan (bukan sebagai bahan bangunan).
Dengan demikian, kayu putih memiliki nilai ekonomi cukup tinggi.
Tanaman kayu putih berasal dari Australia dan saat ini sudah tersebar di
Asia Tenggara, terutama Indonesia dan Malaysia. Tanaman ini dapat tumbuh di
dataran rendah dan di pegunungan. Dalam sistematika tumbuhan kayu
putih (Melaleuca leucadendron L.) diklasifikasikan sebagai berikut. (Lutony dan
Rahmayati, 1994)
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Sub kelas : Archichlamideae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Melaleuca
Spesies : Melaleuca leucadendron
1.1.10 Daun Kayu Putih
Daun merupakan bagian tumbuhan yang terpenting, karena dari daun
inilah akan dihasilkan minyak kayu putih. Tanaman kayu putih termasuk jenis
tumbuhan kormus karena tubuh tanaman secara nyata memperlihatkan
diferensiasi dalam tiga bagian pokok, yaitu akar (radix), batang (caulis), dan daun
(folium). Daun kayu putih terdiri atas dua bagian, yaitu tangkai daun (petiolus)
dan helaian daun (lamina).
a. Tangkai daun (petiolus)
Tangkai daun merupakan bagian daun yang mendukung helaian daun, yang
berfungsi untuk menempatkan helaian daun pada posisi yang tepat, sehingga
dapat memperoleh cahaya matahari sebanyak-banyaknya. Tangkai daun
berbentuk bulat kecil, sedangkan panjang tangkainya bervariasi.
b. Helaian daun (lamina)
Helaian daun kayu putih bercirikan berwarna hijau muda untuk daun muda
dan hijau tua untuk daun tua karena mengandung zat warna hijau atau
khlorofil. Selain itu daun kayu putih memiliki tulang daun dalam jumlah yang
bervariasi antara 3 – 5 buah, tepi daun rata dan permukaan daun dilapisi oleh
bulu-bulu halus. Ukuran lebar daun kayu putih berkisar antara 0,66 cm – 4,30 cm
dan panjangnya antara 5,40 – 10,15 cm. Daun-daun tumbuh pada cabang- cabang
tanaman secara selang-seling, pada satu tangkai daun terdapat lebih dari satu helai
daun (sehingga disebut sebagai jenis daun majemuk). Daun kayu putih
mengandung cairan yang disebut cineol (sineol) (dimana apabila daun diremas,
cairan ini akan keluar dan mengeluarkan aroma yang khas). Selain itu daun kayu
putih juga mengandung komponen lain, seperti:terpineol, benzaldehyde,
dipentene, limonene dan pinene (Gunawan dan Mulyadi, 2004).

2.1.10 Minyak Kayu Putih


Minyak kayu putih didapatkan dari hasil penyulingan daun kayu putih.
Kandungan utama minyak kayu putih adalah sineol (cineole). Semakin
besar kadar sineolnya, kualitas minyak kayu putih semakin tinggi. Selain itu daun
kayu putih juga mengandung komponen lain, seperti: terpineol
benzaldehyde, dipentene, limonene dan pinene.
Proses ekstraksi minyak kayu putih dari daun tanaman ini dilakukan
dengan cara atau proses yang sederhana yaitu berupa penguapan minyak dari
daun dan kemudian dikondensasikan. Selanjutnya dilakukan pemisahan
antara komponen minyak dengan air, yang diperoleh dari semua bahan cair
yang diperoleh dalam proses kondensasi (Kurniawan, 2012).

2.1.11 Rendemen
Rendemen minyak atsiri yang berasal dari daun kayu putih berkisar
antara 0,8-2%. Rendemen demikian didapat dengan serangkaian proses yang
meliputi : (Gunawan dan Mulyadi, 2004)
1. Pemanenan daun kayu putih dengan cara memotong rantingnya
2. Memisahkan daun dengan rantingnya
3. Dikeringkan tanpa sinar matahari langsung.
4. Disuling menjadi minyak atsiri
BAB II
METODOLOGI

1.1 ALAT-ALAT
1. Satu set alat destilasi Dean and Stark
2. Gelas piala 250 ml
3. Erlenmeyer 100 ml
4. Gelas ukur 50 ml
5. Corong

1.2 BAHAN-BAHAN
1. Aquades
2. Daun kayu putih yang dihaluskan 100 gr
3. Larutan NaOH

1.3 PROSEDUR PRAKTIKUM


1. Dimasukkan daun kayu putih kedalam labu berisi 500 ml
2. Di distilasi campuran dengan alat distilasi Dean and Stark, jangan sampai
kering residu dalam labu
3. Jika hasil yang di dapat masih sedikit, tambahkan air pada labu, lanjutkan
distilasi sampai distilasi dianggap tuntas, yang ditandai dengan tidak lagi
terjadi pertambahan volume minyak astiri dalam alat ukur Dean and Stark
4. Diturunkan air hasil distilasi dengan hati-hati, sebelum memindahkan
minyak astiri
5. Di hitung volume minyak astiri yang di dapat sebelum dipindahkan
6. Di pindahkan minyak astiri hasil distilasi ke botol sampel
7. Untuk menguji keasaman produk, teteskan satu-dua tetes minyak ke dalam
larutan NaOH. Di catat dan laporkan pengamatan
1.4 PENGAMATAN
Perlakuan Hasil
Daun kayu putih 100 gr ditambahkan Volume minyak atsisri 0,4 ml
dengan 600 ml air di destilasi dengan dengan berat 0,16 gr
menggunakan destilasi Dean and Stark

Minyak atsiri ditambah larutan NaOH Larutan minyak atsiri berwarna


hijau dengan endapan berwarna
putih bening
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 HASIL PERCOBAAN


Minyak Atsiri yang di dapat dari destilasi daun minyak kayu putih sebayak
0,4 ml dengan berat 0,16 gr. Pada saat di tambah NaOH terdapat endapan
berwarna putih dengan larutan atsiri berwarna hijau.

3.2 PEMBAHASAN
3.2.1 Menurut Ruth Butar-butar
Pada praktikum ini digunakan daun kayu putih sebanyak 100gr untuk
megekstraksi minyak atsirinya secara destilasi uap air-langsung. Sebelum
didestilasi, daun kayu putih dipisahkan terlebih dahulu dari tangkainya dan
ditumbuk, kemudian daun kayu putih ditimbang sebanyak 100gr. Lalu labu leher
tiga disiapkan dan diisi dengan air 500ml dan dimasukkan daun kayu putih.
Dilakukan penambahan air 100ml ketika air dalam labu mulai berkurang. Agar
sistem terisolasi, di pasang aumunium foil pada labu leher tiga sehingga sistem
terhindar dari pengaruh luar (massa dan energi). Setelah itu, alat dirangkai dengan
benar dan disambungkan dengan buret. Selang dipasang untuk tempat aliran air
(air masuk dibawah, air keluar diatas). Air pendingin dalam kondensor dialirkan
dan kemudian di hidupkan pemanasnya. Pemanasan dilakukan selama 5 jam.
Selama proses pemanasan, air yang ditambahkan kedalam labu leher tiga
akan menguap. Uap air tersebut akan masuk ke kondensor dan diubah fasanya
menjadi cair, sehingga terdapat cairan minyak yang bercampur dengan air yang
jatuh didalam buret. Cairan minyak yang bercampur dengan air ini sudah tampak
setelah dua jam pemanasan.
Didalam buret, minyak dan air akan memisah berdasarkan berat jenisnya.
Minyak atsiri akan berada diatas, hal ini disebabkan minyak atsiri memiliki massa
jenis yang cenderung lebih ringan dibandingkan massa jenis air. Akhirnya, setelah
5 jam berlalu dan pemanas dimatikan, alat destilasi didinginkan terlebih dahulu
selama beberapa menit sebelum ketel dibuka dan ampas daun kayu putih dibuang.
Dalam percobaan ini volume minyak atsiri yang didapat dari daun kayu putih
100gr adalah 0.4ml.

3.2.2 Menurut Sandi Sudarsono

3.2.3 Menurut Thita Oktaviana Hamelia


Pada percobaan ini digunakan daun kayu putih yang sudah ditumbuk halus
sebanyak 100 gr untuk mengekstraksi minyak atsirinya secara destilasi uap air-
langsung. Sebelum didestilasi, ketel uap disiapkan dan diisi dengan 500ml air dan
100gr daun kayu putih, penyangga dipasang di atas ketel uap sebagai tempat daun
kayu putih supaya tidak menyentuh air. Agar sistem terisolasi, dipasang alumunim
foil pada ketel uap sehingga sistem terhindar dari pengaruh luar (massa, energi).
Selang dipasang untuk tempat aliran air (air masuk di bawah dan air keluar di
atas). Air pendingin dalam kondensor dialirkan dan kemudian dihidupkan
pemanasnya. Pemanasan dilakukan sampai pertambahan volume minyak atsiri
berhenti.
Selama proses pemanasan air akan menguap, uap air akan naik ke atas
mengenai sampel daun kayu putih sekaligus mengikat minyak yang ada pada daun
kayu putih. Uap air tersebut akan masuk ke kondensor dan diubah fasanya
menjadi cair, sehingga terdapat cairan minyak yang bercampur dengan air yang
jatuh di clavengger.
Selama proses pemanasan, perlu dilakukan pemantauan terhadap
kondensor. Kondensor di sini bertindak sebagai pendingin uap yang terbentuk dari
pemanasan agar dapat menjadi cairan kembali. Dengan terus mengganti air yang
mengalir dalam kondensor agar proses pendinginan uap untuk menjadi cairan
kembali, jika kondensor terlalu panas maka proses pendinginan uap akan
terhambat, sehingga cairan yang seharusnya tertampung tidak ada.
Di dalam clavengger, minyak dan air akan memisah berdasarkan berat
jenisnya. Minyak atsiri akan berada di atas air, dikarenakan minyak atsiri
memiliki massa jenis yang cenderung lebih ringan dibandingkan massa jenis air.
Setelah volume dari minyak atsiri berhenti bertambah pemanas dimatikan, alat
destilasi didinginkan terlebih dahulu selama beberapa menit sebelum ketel dibuka
dan ampas daun kayu putih dibuang. Volume minyak atsiri yang didapat dari
percobaan ini yaitu .4ml dan berat minyak atsiri yaitu 0.16 gr.
BAB IV
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Volume minyak atsiri yang didapat sebesar 0.4 ml
2. Berat minyak atsiri yang didapat sebesar 0.16 gram
3. Persentase destilatnya sebesar 0.067 %

3.2 SARAN
Selama proses destilasi, perlu dilakukan pengurangan kadar air yang
berada dibawah minyak, agar minyak yang dihasilkan tidak menggumpal dan
masuk kembali ke clavengger.
DAFTAR PUSTAKA

Anisa. 2014. Definisi Destilasi “http://www.pengertianahli.com/2013/09/penge


rtian-proses-destilasi penyulingan.html”. Diakses pada tanggal 20 Mei.
Gunawan dan Mulyani. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid I. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Haris, R. 1987. Tanaman Minyak Atsiri. Surabaya: Penebar Swadaya.
Ketaren, R.S. 1990. Minyak Atsiri Jilid II. Jakarta: Universitas Indonesia.
Ketaren, S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Jakarta: Balai Pustaka.
Kurniawan, E. 2012. Ekstraksi “http://pemula-awaliharimu.Blogspot.com/2012/
10/pengertian-ekstraksi-dan-jenis-ekstraksi.html”. Diakses pada tanggal
19 Mei.
Lutony dan Rahmayati. 1994. Produksi Dan Perdagangan Minyak Atsiri. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Sastrohamidjojo, H. 2004. Kimia Minyak Atsiri. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
LAMPIRAN B JAWABAN PERTANYAAN

1. Berapa volume minyak atsiri yang saudara dapatkan dari x gr sampel daun
kayu putih yang digunakan ? Hitung persentasenya !
Jawab : Volume minyak atsiri yaitu sebanyak 0.4ml dari 100gr daun kayu
putih yang telah dihaluskan.
Persentase destilat :
Volume minyak atsiri
×100 %
Volume air

0.4 ml
×100 %=0.067 %
600 ml

2. Tuliskan reaksi sineol dengan NaOH


Jawab :
3. Tuliskan reaksi sineol dengan larutan Br2 / CCl4
Jawab :

Anda mungkin juga menyukai