Anda di halaman 1dari 23

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Paparan Data

Proses pembelajaran yang peneliti laksanakan dapat peneliti uraikan

secara singkat hasil-hasil yang diperoleh dari setiap tahap yaitu prencanaan,

pelaksanaan, pengamatan dan refleksi dari dua siklus.

Pra Siklus

1. Hasil Perencanaan

Pada tahap perencanaan, rencana perbaikan pembelajaran untuk

pra siklus, menyiapkan alat bantu pembelajaran yang sesuai dengan materi

memecahkan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan pecahan desimal

dengan menggunakan metode ceramah. Instrument pelengkap yang

dibutuhkan antara lain lembar observasi, lembar soal tes formatif dan

lembar analisa penilaian.

Semua rencana sudah peneliti persiapkan dan dapat terlaksana

dengan baik. Adapun data-data selengkapnya terlampir.

2. Hasil Pelaksanaan

Pelaksanaan pembelajaran pra siklus pada tanggal .... - .... ..........

2018. Prosedur pelaksanaanya melalui tahap-tahap sesuai rencana

pembelajaran pada umumnya.

Dimulai dari kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir yang

ditandai dengan evaluasi pembelajaran dengan tes formatif. Hasilnya

48
49

dianalisa untuk mengetahui tingkat keberhasilan proses pembelajaran.

a. Hasil Analisa Tes Pra Siklus Kelas IV

Dari hasil analisa tes formatif pra siklus pada kelas IV

menunjukkan hasil yang kurang memuaskan karena nilai terendah 30

dan nilai tertinggi 99. Nilai rata–rata kelas mencapai 65,76.

Berdasarkan perolehan nilai pra siklus yang belum mencapai

ketuntasan belajar maka Peneliti merencanakan perbaikan pembelajaran

pada siklus I.

Berikut ini adalah daftar nilai pembelajaran pra siklus.

Tabel 4.1
Daftar Nilai Tes Formatif Pra Siklus Kelas IV
Pra Siklus
No Nama
Nilai Ket.
1 Ahril Pratama N 50 BT
2 Anang Rian Saputra 30 BT
3 Alya Ghina Hayati 50 BT
4 Amelia Putri 66 T
5 Arya Surya Saputra 80 T
6 Aldo Saputra 75 T
7 Charlotte Almayza N 99 T
8 Daryani 60 BT
9 Dika Septiani 40 BT
10 Dimas Ragil P 60 BT
11 Daffa Hersan A 30 BT
12 Dede Kurniawan 80 T
13 Defiani Azzahra 85 T
14 Evan Irwansyah 50 BT
15 Fadillah Citra A 40 BT
16 Gerald Juro A 80 T
17 Hasby Nur R 60 BT
18 Idzwan Alka P 80 T
19 Ibrahim Wira Praja 75 T
20 Keysan Teguh N 45 BT
21 Keira Putri M 60 BT
22 Keysar Rizki P 70 T
23 Lia Novilianti 70 T
50

Pra Siklus
No Nama
Nilai Ket.
24 Laila Mahasin M 80 T
25 Meilisa 30 BT
26 M. Farhan Al-Jupri 80 T
27 M. Dafa Arfansyah 70 T
28 M. Ramdani 65 T
29 M. Fachmi 40 BT
30 Nurul Shifa Putri W 80 T
31 Naisya Arzita 89 T
32 Nayshila Aulia F 80 T
33 Nabila Aulia A 85 T
34 Raditya Ayil Adi 60 BT
35 Rizky Aditya R 75 T
36 Rahima Rachelya 70 T
37 Rahma Ramadhani 90 T
38 Rizki Indra M 65 T
39 Sherly A 65 T
40 Salsabila Lutfiah Azizah 90 T
41 Shafira N 75 T
42 Tegar Santiajo 30 BT
43 Tsarista Al-Birra 70 T
44 Zhafran A 95 T
45 Nayla 40 BT
Jumlah 2959
Rata-rata 65,76
Ketuntasan (%) 62,22%

Keterangan:
T = Tuntas
BT = Belum Tuntas
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa dari 45 peserta didik,

terdapat 17 peserta didik yang belum mencapai ketuntasan belajar pada

pra siklus.
51

Berikut ini adalah data nilai pada pra siklus Kelas IV.

Tabel 4.2
Tabel Hasil Perolehan Nilai Evaluasi Pra Siklus Kelas IV
No. Interval Kelas Pra Siklus Ket
1 81 - 100 7 15,55%
2 61 - 80 21 46,67%
3 41 - 60 9 20%
4 21 - 40 8 17,78%
5 0 - 20 - -
Jumlah 45 100%

Tabel 4.3
Perkembangan Penguasaan Pembelajaran Materi memecahkan
masalah sehari-hari yang berkaitan dengan pecahan desimal Pra
Siklus Kelas IV
Peserta didik yang Peserta didik yang belum
tuntas tuntas
No Uraian
Frekuens Frekuens
% %
i i
1 Pra Siklus 28 62,22% 17 37,78 %

3. Hasil Pengamatan

Observasi telah melakukan pengamatan dan mengumpulkan data

tentang jalannya proses pembelajaran terhadap guru maupun peserta didik.

Dari hasil pengamatan terhadap guru memperoleh data bahwa guru

belum menggunakan Metode Kooperatif Learning Tipe STAD dalam

pembelajaran, sehingga pembelajaran belum jelas diterima oleh peserta

didik dan penerapan metode pembelajaran kurang bervariasi guru kurang

dapat membuat peserta didik aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Dari hasil pengamatan terhadap peserta didik diperoleh data bahwa

dalam proses pembelajaran peserta didik kurang aktif. Peserta didik


52

terlihat ragu-ragu dalam menjawab tugas dari guru. Hal ini disebabkan

instruksi yang diberikan guru kurang dipahami peserta didik.

4. Hasil Refleksi

Setelah melaksanakan perbaikan pembelajaran pra siklus terdapat

kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:

a. Kelebihan

1. Guru dapat mengontrol kelas secara penuh karena seluruh materi

pembelajaran berasal dari guru.

2. Peserta didik dalam proses pembelajaran mendengarkan secara

seksama.

b. Kekurangan

1. Guru belum menjelaskan materi memecahkan masalah sehari-hari

yang berkaitan dengan pecahan desimal secara efektif

2. Penggunaan metode dalam pembelajaran kurang tepat

3. Antusias belajar peserta didik masih rendah karena guru kurang

memberikan motivasi karena peserta didik sudah merasa bosan.

Dari data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa proses

pembelajaran pada pra siklus masih menunjukkan tingkat pemahaman

peserta didik terhadap materi pembelajaran masih rendah. Nilai yang

diperoleh dari hasil tes formatif kelas IV dari 45 peserta didik 28 peserta

didik atau 62,22% yang mencapai nilai ketuntasan belajar dan 17 peserta

didik belum dapat mencapai nilai ketuntasan belajar yaitu sebesar 37,78%.

Ketidakberhasilan proses perbaikan pembelajaran siklus


53

disebabkan oleh:

a. Penjelasan guru terhadap materi kurang dipahami peserta didik

terutama dalam mempelajari materi memecahkan masalah sehari-hari

yang berkaitan dengan pecahan desimal. Pada pra siklus guru terlalu

banyak berperan pada penjelasan materi.

b. Sebagian peserta didik kurang berperan aktif dalam

pembelajaran sehingga suasana pembelajaran kurang hidup.

c. Metode yang digunakan belum berjalan dengan lancar.

d. Guru kurang aktif dalam pembelajaran.

Siklus I

1. Hasil Perencanaan

Pada tahap perencanaan, perbaikan pembelajaran untuk siklus I,

menyiapkan alat bantu pembelajaran yang sesuai dengan materi

memecahkan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan pecahan desimal

dengan menggunakan metode kooperatif learning tipe STAD. Instrument

pelengkap yang dibutuhkan antara lain lembar observasi, lembar soal tes

formatif dan lembar analisa penilaian.

Semua rencana sudah peneliti siapkan dan dapat terlaksana dengan

baik. Adapun data-data selengkapnya terlampir .

4. Hasil Pelaksanaan

Pelaksanaan pembelajaran siklus I pada tanggal .... - .... ...............


54

2018. Prosedur pelaksanaanya melalui tahap-tahap sesuai rencana

pembelajaran pada umumnya.

Dimulai dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir yang

ditandai dengan evaluasi pembelajaran dengan tes formatif. Hasilnya

dianalisa untuk mengetahui tingkat keberhasilan proses pembelajaran.

b. Hasil Analisa Tes Siklus I Kelas IV

Dari hasil analisa tes formatif Siklus I pada kelas IV

menunjukkan hasil yang kurang memuaskan karena nilai terendah 30

dan nilai tertinggi 100. Nilai rata–rata kelas mencapai 74.6.

Berdasarkan perolehan nilai Siklus I yang belum mencapai

ketuntasan belajar maka Peneliti merencanakan perbaikan pembelajaran

pada siklus II. Berikut ini adalah daftar nilai pembelajaran siklus I.

Tabel 4.4
Daftar Nilai Tes Formatif Pra Siklus dan Siklus I Kelas IV
Pra Siklus Siklus I Peningkatan
No Nama
Nilai Ket. Nilai Ket.
1 Ahril Pratama N 50 BT 59 BT 9
2 Anang Rian Saputra 30 BT 30 BT 0
3 Alya Ghina Hayati 50 BT 83 T 33
4 Amelia Putri 66 T 70 T 4
5 Arya Surya Saputra 80 T 80 T 0
6 Aldo Saputra 75 T 80 T 5
7 Charlotte Almayza N 99 T 100 T 1
8 Daryani 60 BT 60 BT 0
9 Dika Septiani 40 BT 47 BT 7
10 Dimas Ragil P 60 BT 60 BT 0
11 Daffa Hersan A 30 BT 30 BT 0
12 Dede Kurniawan 80 T 80 T 0
13 Defiani Azzahra 85 T 90 T 5
14 Evan Irwansyah 50 BT 60 BT 10
15 Fadillah Citra A 40 BT 50 BT 10
16 Gerald Juro A 80 T 87 T 7
17 Hasby Nur R 60 BT 68 T 8
55

18 Idzwan Alka P 80 T 86 T 6
19 Ibrahim Wira Praja 75 T 80 T 5
20 Keysan Teguh N 45 BT 45 BT 0
21 Keira Putri M 60 BT 60 BT 0
22 Keysar Rizki P 70 T 78 T 8
23 Lia Novilianti 70 T 70 T 0
24 Laila Mahasin M 80 T 85 T 5
25 Meilisa 30 BT 40 BT 10
26 M. Farhan Al-Jupri 80 T 80 T 0
27 M. Dafa Arfansyah 70 T 75 T 5
28 M. Ramdani 65 T 70 T 5
29 M. Fachmi 40 BT 45 BT 5
30 Nurul Shifa Putri W 80 T 85 T 5
31 Naisya Arzita 89 T 100 T 11
32 Nayshila Aulia F 80 T 85 T 5
33 Nabila Aulia A 85 T 84 T -1
34 Raditya Ayil Adi 60 BT 60 BT 0
35 Rizky Aditya R 75 T 80 T 5
36 Rahima Rachelya 70 T 65 T -5
37 Rahma Ramadhani 90 T 95 T 5
38 Rizki Indra M 65 T 75 T 10
39 Sherly A 65 T 75 T 10
40 Salsabila Lutfiah Azizah 90 T 95 T 5
41 Shafira N 75 T 80 T 5
42 Tegar Santiajo 30 BT 40 BT 10
43 Tsarista Al-Birra 70 T 70 T 0
44 Zhafran A 95 T 95 T 0
45 Nayla 40 BT 50 BT 10
Jumlah 2959 3182
Rata-rata 65,76 70,71
Ketuntasan (%) 62,22% 66,67%

Keterangan:
T = Tuntas
BT = Belum Tuntas

Tabel 4.5
Hasil Uji Pada Pra Siklus dan Siklus I
Komponen Pra Siklus Siklus I
56

Jumlah Nilai 2521 3182


Rata-Rata Nilai 65,76 70,71
Jumlah peserta didik yang - 30 orang
mengalami kenaikan nilai

Berdasarkan tabel di atas maka dapat disimpulkan pada siklus I

nampak adanya peningkatan baik rata-rata nilai dan juga peningkatan

pada banyaknya peserta didik yang mengalami kenaikan nilai,

kesimpulan dari tabel di atas bahwa melalui Metode Kooperatif

Learning Tipe STAD ternyata dapat meningkatkan hasil belajar materi

memecahkan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan pecahan

desimal peserta didik.

Tabel 4.6
Tabel Hasil Perolehan Nilai Evaluasi Siklus I Kelas IV
No. Interval Kelas Pra Siklus Ket Siklus I Ket
1 81 - 100 7 15,55% 13 28,89%
2 61 - 80 21 46,67% 17 37,78%
3 41 - 60 9 20% 11 24,44%
4 21 - 40 8 17,78% 4 8,89%
5 0 - 20 - - - -
Jumlah 45 100% 45 100%

Tabel 4.7
Perkembangan Penguasaan Pembelajaran Materi memecahkan
masalah sehari-hari yang berkaitan dengan pecahan desimal Pra
Siklus dan Siklus I Kelas IV
No Uraian Peserta didik yang Peserta didik yang belum
tuntas tuntas
Frekuens % Frekuensi %
57

i
1 Pra Siklus 28 62,22% 17 37,78%
2 Siklus I 30 66,67% 15 33,33%

5. Hasil Pengamatan

Observasi telah melakukan pengamatan dan mengumpulkan data

tentang jalannya proses pembelajaran terhadap guru maupun peserta didik.

Dari hasil pengamatan terhadap guru memperoleh data bahwa guru

telah menggunakan Metode Kooperatif Learning Tipe STAD dalam

pembelajaran tetapi belum jelas diterima oleh peserta didik, penerapan

metode kurang sempurna dan guru kurang aktif dalam diskusi kelompok

peserta didik.

Dari hasil pengamatan terhadap peserta didik diperoleh data bahwa

dalam diskusi kelompok peserta didik kurang aktif. Peserta didik terlihat

ragu-ragu dalam menjawab tugas dari guru. Hal ini disebabkan instruksi

yang diberikan guru kurang dipahami peserta didik. Data hasil pengamatan

selengkapnya ada pada lampiran.

4. Hasil Refleksi

Setelah melaksanakan perbaikan pembelajaran Siklus I terdapat

kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:

a. Kelebihan

1. Penggunaan metode dan media sudah baik sehingga menarik minat

belajar peserta didik.

2. Peserta didik dalam berdiskusi kelompok sudah lebih aktif


58

b. Kekurangan

1. Guru belum menjelaskan materi memecahkan masalah sehari-hari

yang berkaitan dengan pecahan desimal secara efektif

2. Penggunaan metode dalam pembelajaran kurang berjalan dengan

baik

3. Antusias belajar peserta didik masih rendah karena guru kurang

memberikan motivasi karena peserta didik sudah merasa bosan

Dari data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa proses

pembelajaran pada siklus I masih menunjukkan tingkat pemahaman

peserta didik terhadap materi pembelajaran masih rendah. Nilai yang

diperoleh dari hasil tes formatif kelas IV dari 45 peserta didik 30 peserta

didik atau 66,67% yang mencapai nilai ketuntasan belajar dan 14 peserta

didik belum dapat mencapai nilai ketuntasan belajar yaitu 41,2%.

Ketidakberhasilan proses perbaikan pembelajaran siklus

disebabkan oleh:

a. Penjelasan guru terhadap materi kurang dipahami peserta didik

terutama dalam mempelajari materi memecahkan masalah sehari-hari

yang berkaitan dengan pecahan desimal. Pada siklus I guru tidak

banyak berperan pada penjelasan materi.

b. Sebagian peserta didik kurang berperan aktif dalam diskusi

sehingga Metode Kooperatif Learning Tipe STAD kurang hidup pada

beberapa kelompok.

c. Metode yang digunakan belum berjalan dengan lancar.


59

d. Guru kurang aktif dalam pembelajaran dan dalam diskusi

kelompok.

Siklus II

1. Hasil Prencanaan

Perencanaan perbaikan siklus II peneliti merancang lebih matang

dan lengkap dengan harapan tujuan pembelajaran akan tercapai.

Kelemahan dan kekurangan dari hasil refleksi dan diskusi dengan teman

sejawat pada siklus I akan peneliti pecahakan pada proses perbaikan

pembelajaran siklus II. Metode Kooperatif Learning Tipe STAD yang

digunakan lebih efektif penggunaannya.

Instrumen yang dipersiapkan adalah lembar observasi, lembar

kerja, lembar soal, lembar analisa. Data instrumen terlampir.

2. Hasil Pelaksanaan

Pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II dilaksanakan pada

tanggal .... - .... .................. 2018 dengan materi memecahkan masalah

sehari-hari yang berkaitan dengan pecahan desimal. Prosedur

pelaksanaannya melalui tahap-tahap yang telah direncanakan.

Pembelajaran dimulai dengan kegiatan awal, kegiatan Inti dan

kegiatan akhir. Penggunaan Metode Kooperatif Learning Tipe STAD

materi memecahkan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan pecahan

desimal lebih diefektifkan. Semua dijelaskan secara rinci dan jelas agar

peserta didik mudah memahaminya.

Keefektifan Metode Kooperatif Learning Tipe STAD dipantau


60

oleh guru dalam pembelajaran sehingga tidak ada peserta didik yang tidak

aktif berpartisipasi dalam pembelajaran tersebut.

a. Hasil Analisa Tes Siklus II Kelas IV

Dari hasil tes formatif siklus II kelas IV menunjukkan

peningkatan baik dalam proses maupun hasil belajar. Hal ini dapat

dilihat dari nilai yang dicapai oleh peserta didik. Dari 45 peserta didik

ada 36 peserta didik yang dapat mencapai nilai ketuntasan belajar atau

taraf serapnya mencapai 80% dengan nilai rata-rata kelas mencapai

76,64.

Pada siklus II ternyata dalam pembelajaran telah memenuhi

syarat-syarat yang diperlukan seperti penerapan metode yang tepat,

menggunakan Metode Kooperatif Learning Tipe STAD secara efektif

sehingga membantu peserta didik dalam menerima penjelasan guru.

Berikut ini adalah daftar nilai pembelajaran pada siklus I dan Siklus II:

Tabel 4.8
Daftar nilai Formatif Siklus I dan Siklus II Kelas IV
Siklus I Siklus II
No Nama Peningkatan
Nilai Ket. Nilai Ket.
1 Ahril Pratama N 59 BT 65 T 6
2 Anang Rian Saputra 30 BT 40 BT 10
3 Alya Ghina Hayati 83 T 88 T 5
4 Amelia Putri 70 T 75 T 5
5 Arya Surya Saputra 80 T 90 T 10
6 Aldo Saputra 80 T 90 T 10
7 Charlotte Almayza N 100 T 100 T 0
8 Daryani 60 BT 70 T 10
9 Dika Septiani 47 BT 50 BT 3
10 Dimas Ragil P 60 BT 70 T 10
11 Daffa Hersan A 30 BT 40 BT 10
12 Dede Kurniawan 80 T 90 T 10
13 Defiani Azzahra 90 T 100 T 10
14 Evan Irwansyah 60 BT 75 T 15
61

Siklus I Siklus II
No Nama Peningkatan
Nilai Ket. Nilai Ket.
15 Fadillah Citra A 50 BT 55 BT 5
16 Gerald Juro A 87 T 90 T 3
17 Hasby Nur R 68 T 78 T 10
18 Idzwan Alka P 86 T 88 T 2
19 Ibrahim Wira Praja 80 T 90 T 10
20 Keysan Teguh N 45 BT 50 BT 5
21 Keira Putri M 60 BT 70 T 10
22 Keysar Rizki P 78 T 80 T 2
23 Lia Novilianti 70 T 70 T 0
24 Laila Mahasin M 85 T 95 T 10
25 Meilisa 40 BT 50 BT 10
26 M. Farhan Al-Jupri 80 T 85 T 5
27 M. Dafa Arfansyah 75 T 80 T 5
28 M. Ramdani 70 T 75 T 5
29 M. Fachmi 45 BT 50 BT 5
30 Nurul Shifa Putri W 85 T 85 T 0
31 Naisya Arzita 100 T 100 T 0
32 Nayshila Aulia F 85 T 90 T 5
33 Nabila Aulia A 84 T 90 T 6
34 Raditya Ayil Adi 60 BT 70 T 10
35 Rizky Aditya R 80 T 85 T 5
36 Rahima Rachelya 65 T 75 T 10
37 Rahma Ramadhani 95 T 100 T 5
38 Rizki Indra M 75 T 80 T 5
39 Sherly A 75 T 80 T 5
40 Salsabila Lutfiah Azizah 95 T 95 T 0
41 Shafira N 80 T 80 T 0
42 Tegar Santiajo 40 BT 45 BT 5
43 Tsarista Al-Birra 70 T 75 T 5
44 Zhafran A 95 T 100 T 5
45 Nayla 50 BT 50 BT 0
Jumlah 3182 3449
Rata-rata 70,71 76,64
Ketuntasan (%) 66,67% 80 %

Tabel 4.9
Hasil uji pada siklus I dan siklus II
Komponen Siklus I Siklus II
Jumlah Nilai 3182 3449
Rata-Rata Nilai 70,71 76,64
Jumlah peserta didik yang 30 orang 38 orang
62

mengalami kenaikan nilai

Berdasarkan tabel di atas maka dapat disimpulkan pada siklus

II nampak adanya peningkatan baik rata-rata nilai dan juga

peningkatan pada banyaknya peserta didik yang mengalami kenaikan

nilai, kesimpulan dari tabel di atas bahwa melalui Metode Kooperatif

Learning Tipe STAD ternyata dapat meningkatkan hasil belajar materi

memecahkan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan pecahan

desimal peserta didik.

Tabel 4.10
Daftar Hasil Tes Formatif Materi Memecahkan Masalah Sehari-Hari
Yang Berkaitan Dengan Pecahan Desimal Siklus I dan Siklus II Kelas IV
No. Interval Kelas Siklus I Ket Siklus II Ket
1 81 - 100 13 28,89% 22 48,89%
2 61 - 80 17 37,78% 14 31,11%
3 41 - 60 11 24,44% 7 15,56%
4 21 - 40 4 8,89% 2 4,44%
5 0 - 20 - - - -
Jumlah 45 100% 45 100%

Hasil Tes Formatif Materi Menggunakan Pecahan Dalam Pemecahan Masalah Siklus I dan
Siklus II

Siklus I Persen (%) Siklus I


Siklus II Persen (%) Siklus II
48.89

37.78
31.11
28.89
24.44
22
17 15.56
13 14
11
7 8.89
4 4.44
2 0 0 0 0

81 s/d 100 61 s/d 80 41 s/d 60 21 s/d 40 0 s/d 20

Pelaksanaan perbaikan pembelajaran mata pelajaran


63

matematika pada siklus II adanya peningkatan penguasaan materi

pelajaran yang memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes formatif

yang dicapai peserta didik.

Tabel 4.11
Perkembangan Penguasaan Pembelajaran Materi Memecahkan
Masalah Sehari-Hari Yang Berkaitan Dengan Pecahan Desimal Siklus
I dan II Kelas IV
Peserta didik yang Peserta didik yang belum
tuntas tuntas
No Uraian
Frekuens Frekuens
% %
i i
1 Siklus I 30 66,67% 15 33,33%
2 Siklus II 36 80% 9 20%

Penguasaan Pembelajaran Materi Menggunakan Pecahan Dalam Pemecahan Masalah


Siklus I dan II

Siklus I Siklus II

80
66.67

36
30

Frekuensi Persen (%)

Berdasarkan tabel di atas dapat diuraikan sebagai berikut :

1) Pada siklus I tingkat ketuntasan klasikal yang dicapai peserta didik

sebesar 66,67%.

2) Pada siklus II tingkat ketuntasan klasikal yang dicapai peserta

didik sebesar 80%.

Hasil pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus II


64

terlihat adanya peningkatan penguasaan peserta didik terhadap materi

pelajaran yang sangat signifikan.

Berdasarkan tabel di atas terlihat adanya peningkatan

penguasaan terhadap materi pelajaran yang cukup. Hal ini dapat

diuraikan sebagai berikut:

Pada Siklus I peserta didik yang mencapai tingkat ketuntasan

belajar sebanyak 30 peserta didik dari 45 peserta didik atau sekitar

66,67%, sedangkan peserta didik yang belum tuntas dalam belajar ada

15 anak dari 45 peserta didik atau sekitar 33,33%.

Pada siklus II peserta didik yang mencapai tingkat ketuntasan

belajar sebanyak 36 anak dari 45 peserta didik atau sekitar 80%,

sedangkan peserta didik yang belum tuntas dalam belajar sebanyak 9

peserta didik dari 45 peserta didik atau sekitar 20%.

b. Kuesioner Peserta didik Pada Akhir Pembelajaran


Tabel 4.12
Hasil Kuesioner Peserta didik Pada Akhir Pembelajaran
No Skor Jml
Pernyataan
Butir 5 4 3 2 1
1 Pembelajaran dengan Metode
Kooperatif Learning Tipe STAD
pada materi memecahkan
18 15 7 5 0 45
masalah sehari-hari yang
berkaitan dengan pecahan
desimal menyenangkan
  40 33.33 15.56 11.11 0 100
2 Strategi belajar dengan Metode
Kooperatif Learning Tipe STAD
memudahkan belajar materi
19 13 9 4 0 45
memecahkan masalah sehari-
hari yang berkaitan dengan
pecahan desimal
65

No Skor Jml
Pernyataan
Butir 5 4 3 2 1
    42.22 28.89 20 8.89 0 100
3 Mudah menguasai materi
memecahkan masalah sehari-
hari yang berkaitan dengan
15 15 8 6 1 45
pecahan desimal setelah
memahami Metode Kooperatif
Learning Tipe STAD
  33.33 33.33 17.78 13.34 2.22 100
4 Metode Kooperatif Learning
Tipe STAD tidak membuang 10 15 7 10 3 45
waktu pelajaran matematika
  22.22 33.33 15.56 22.22 6.67 100
5 Materi memecahkan masalah
sehari-hari yang berkaitan
dengan pecahan desimal selama 11 10 15 8 1 45
ini merupakan pelajaran yang
menyenangkan bagi kalian
  24.45 22.22 33.33 17.78 2.22 100
6 Peserta didik senang dengan
Metode Kooperatif Learning
Tipe STAD pada materi
9 14 14 6 2 45
memecahkan masalah sehari-
hari yang berkaitan dengan
pecahan desimal
  20 31.11 31.11 13.33 4.45 100
7 Peserta didik ingin setiap
pelajaran matematika diterapkan
20 7 7 8 3 45
dengan Metode Kooperatif
Learning Tipe STAD
  44.44 15.55 15.56 17.78 6.67 100
8 Menurut peserta didik
pembelajaran kooperatif dengan
10 16 10 6 3 45
Metode Kooperatif Learning
Tipe STAD mudah dilakukan
  22.22 35.56 22.22 13.33 6.67 100
9 Peserta didik tidak menemukan
kesulitan pada saat pembelajaran
kooperatif melalui Metode
Kooperatif Learning Tipe STAD
6 10 18 9 2 45
diterapkan pada memecahkan
masalah sehari-hari yang
berkaitan dengan pecahan
desimal
66

No Skor Jml
Pernyataan
Butir 5 4 3 2 1
  13.33 22.22 40 20 4.45 100
10 Guru perlu menggunakan
pembelajaran kooperatif melalui
15 14 11 5 0 45
Metode Kooperatif Learning
Tipe STAD dengan baik
  33.33 31.11 24.45 11.11 0 100
Jumlah 133 129 106 67 15
Persentase 29.55 28.67 23.56 14.89 3.33

Tabel 4.13
Keterangan Skor
Jawaban Skor
Sangat tidak setuju (STS ) 1
Tidak setuju (TS) 2
Cukup setuju (CS) 3
Setuju (S) 4
Sangat setuju (SS) 5
Berdasarkan hasil kuesioner di atas, sebagian besar anak

menjawab “setuju” sebanyak 29,55% hal tersebut berarti bahwa

Metode Kooperatif Learning Tipe STAD berjalan dengan baik dan

dapat meningkatkan hasil belajar materi memecahkan masalah sehari-

hari yang berkaitan dengan pecahan desimal.

2. Hasil Pengamatan
Pada tahap pengamatan pembelajaran siklus II observer

memperoleh data bahwa dalam pembelajaran guru sudah menggunakan

Metode Kooperatif Learning Tipe STAD dan menjelaskan penggunaannya

secara jelas. Model Pembelajaran yang dipilih dan digunakan dalam

pembelajaran sangat tepat.

Hasil pengamatan terhadap kegiatan peserta didik, observer

menemukan hal bahwa diskusi kelompok berjalan lancar dan hidup.

Peserta didik bersemangat dalam bimbingan guru dan mantap dalam


67

menerima penjelasan guru. Data dari hasil pengamatan dan pengumpulan

data dapat dilihat pada bagian lampiran.

3. Hasil Refleksi

Setelah melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus II terdapat

kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:

a. Kelebihan

1) Penggunaan Metode Kooperatif Learning Tipe STAD secara benar

dan efektif dengan petunjuk yang jelas.

2) Pemilihan model pembelajaran yang tepat/efektif

3) Peran serta guru dalam diskusi kelompok artinya banyak

memberikan bimbingan kelompok ketika peserta didik

melaksanakan diskusi.

b. Kekurangan

1) Masih ada peserta didik yang belum melampaui KKM 65,

meskipun peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II

mengalami peningkatan artinya banyak peserta didik mengalami

peningkatan hasil.

Dengan kiat-kiat yang dipilih guru di atas terbukti sangat efektif

meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran.

B. Pembahasan Per Siklus

Proses perbaikan pembelajaran yang dilakukan dua siklus, berdasarkan

hasil observasi dan diskusi dengan teman sejawat serta supervisor diperoleh
68

gambaran sebagai berikut:

1. Pembahasan Siklus I

Pada siklus I suasana proses pembelajaran terlihat masih kurang

aktif, interaksi guru dengan peserta didik masih terjadi satu arah (guru

yang aktif bertanya dan memberi tugas kepada peserta didik). Pada kelas

IV 30 peserta didik dari 45 peserta didik memahami materi yang diberikan

oleh guru, sedangkan sisanya yakni 15 peserta didik dari 45 peserta didik

masih belum mampu menguasai materi pelajaran. Dipandang dari sisi guru

dalam perbaikan pembelajaran siklus I ini guru sudah aktif memotivasi

dan menggali pertanyaan dari peserta didik sendiri. Namun guru belum

banyak berperan dalam proses diskusi peserta didik, menyerahkan

sepenuhnya kepada kelompok. Diskusi kelompok kurang berjalan dengan

baik dikarenakan sebagian peserta didiknya diam sehingga suasana diskusi

kelompok terkesan kurang hidup, interaktif antar peserta didik dalam

kelompok masih kurang. Dari sisi peserta didik, peserta didik kurang teliti

dalam mengerjakan soal, peserta didik tidak dapat menerjemahkan soal

cerita ke dalam kalimat matematika dan peserta didik kurang aktif dalam

diskusi.

2. Pembahasan Siklus II

Kegagalan-kegagalan yang terjadi pada siklus I diantaranya guru

kurang dalam memanfaatkan model pembelajaran Metode Kooperatif

Learning Tipe STAD, motivasi peserta didik dalam mengikuti

pembelajaran belum meningkat dan peserta didik yang kurang aktif dalam
69

diskusi, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang

untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik.

Slavin (dalam Nur, A 2006: 26) menyatakan bahwa pada STAD

peserta didik ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang

merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku.

Guru menyajikan pelajaran dan kemudian peserta didik bekerja dalam tim

mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran

tersebut. Kemudian, seluruh peserta didik diberikan tes tentang materi

tersebut pada saat itu mereka tidak diperbolehkan saling membantu.

Seperti halnya pembelajaran lainnya, pembelajaran kooperatif

model STAD ini juga membutuhkan persiapan yang sangat matang

sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan.

Dalam rangka meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap

materi pelajaran tentang materi memecahkan masalah sehari-hari yang

berkaitan dengan pecahan desimal, guru memberikan konsep tentang sub

bab secara mendalam pada peserta didik. Hal ini dimaksudkan untuk

menghindari peserta didik dari salah penafsiran terhadap materi pelajaran

yang disampaikan oleh guru. Diantaranya adalah :

a. Memanfaatkan Metode Kooperatif Learning Tipe STAD yang

sederhana dalam pembelajaran tentang materi memecahkan masalah

sehari-hari yang berkaitan dengan pecahan desimal. Melalui Metode

Kooperatif Learning Tipe STAD yang sesuai dengan materi maka

peserta didik akan mudah menerima materi pelajaran dan mencegah


70

terjadinya verbalisme pada peserta didik

b. Menggunakan Metode Kooperatif Learning Tipe STAD secara

maksimal dalam menyampaikan materi pembelajaran tentang materi

memecahkan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan pecahan

desimal.

c. Peran guru dalam proses pembelajaran dan proses diskusi harus

mencerminkan perannya dengan sungguh-sungguh artinya sebagai

fasilitator, guru menjalankan tugasnya sebagai fasilitator yang

sungguh-sungguh

Melalui hal-hal tersebut di atas, ternyata peserta didik lebih

memahami dan mudah menangkap materi pelajaran karena peserta didik

melakukan sendiri dan berlatih untuk mengerjakan soal-soal sendiri.

Sehingga pada siklus II ini hasil tes formatif yang diperoleh peserta didik

sangat memuaskan atau memenuhi kriteria keberhasilan dengan rata-rata

76,64 dengan ketuntasan mencapai 80% dari 45 peserta didik. Maka

perbaikan pembelajaran dapat dinyatakan berhasil walaupun melalui dua

siklus.

Anda mungkin juga menyukai