Anda di halaman 1dari 7

MIFTAHUL JANNAH

1801103010017
MANAJEMEN BIAYA-UTS

REVIEW JURNAL 1

Judul Pengaruh TQM terhadap Kinerja UMKM Melalui Orientasi Pasar sebagai
Variabel Intervening
Nama Jurnal JURNAL AKUNTANSI, PERPAJAKAN DAN AUDITING
Volume dan Vol. 2, No. 2, hal 215-241
Halaman
Tahun Agustus 2021
Penulis Arbi Sukma Jaya1, Unggul Purwohedi, Diah Armeliza
Reviewer Miftahul Jannah (1801103010017)
Tanggal 12 Oktober 2021

Tujuan Penelitian Untuk menguji dan menganalisis pengaruh Total Quality Management
(TQM) terhadap kinerja UMKM, menguji dan menganalisis pengaruh
TQM terhadap orientasi pasar, menguji dan menganalisis pengaruh
orientasi pasar terhadap kinerja UMKM, serta menguji dan menganalisis
pengaruh TQM terhadap kinerja UMKM melalui orientasi pasar.
Subjek Penelitian 30 Pemilik UMKM di Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat.
Metode penelitian Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yang dalam proses
penyusunannya menggunakan aspek pengukuran, perhitungan, dan data
bersifat numerik.
Definisi Kinerja UMKM
Operasional Pada kinerja UMKM sebagai variabel dependen memiliki 8 butir
Variabel pernyataan dengan akumulasi skor minimum atas jawaban dari
Dependent responden sebesar 1 dan skor maksimum sebesar 5. Nilai rata-rata
(mean) pada seluruh pernyataan kinerja UMKM yang didapat dari jawaban
responden sebesar 4,23. Hal tersebut menunjukkan rata-rata pemilik
UMKM sebagai responden dalam penelitian ini setuju bahwa kinerja
UMKM yang menetapkan model TQM dan orientasi pasar akan
berpengaruh terhadap keberhasilan UMKM. Selain itu, nilai standar
deviasi pada TQM sebesar 0,85, hal ini menunjukkan data kurang bervariasi
karena jarak yang kecil antara besaran tiap-tiap data terhadap nilai rata-rata
hitung.
Cara & Alat Ukur Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
Variable Dependent statistik inferensial yang diukur dengan menggunakan PLS-SEM pada
perangkat lunak SmartPLS 3.0.
Definisi TQM
Operasional Variabel Independen dalam penelitian ini adalah Salah satu konsep
Independent manajemen kualitas yang populer adalah Total Quality Management
(TQM). TQM dimaknai sebagai pendekatan kualitas unggul dalam
melakukan bisnis dan memaksimalkan daya saing perusahaan yang
mengarah pada pengembangan produk dan layanan berkualitas tinggi serta
peningkatan kualitas karyawan dan lingkungan secara berkelanjutan
(Goetsch & Davis, 2016).
Hasil Penelitian 1. TQM terbukti memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja UMKM di Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat. Dengan
adanya pengaruh ini, apabila pemilik UMKM dapat menerapkan
model TQM dengan baik dalam menjalankan usahanya maka akan
meningkatkan kinerja UMKM
2. TQM terbukti memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
orientasi pasar. Dengan adanya pengaruh ini, UMKM yang sudah
menggunakan model TQM akan mampu mengembangkan orientasi
pasar dengan baik sehingga akan meningkatkan kinerja binis
3. Orientasi pasar terbukti memiliki pengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja UMKM di Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat.
Dengan adanya pengaruh ini, apabila pemilik UMKM dalam
menjalankan usahanya berorientasi pasar dengan baik akan
meningkatkan kinerja bisnis yang unggul dan mampu bersaing di pasar.
4. Tidak adanya mediasi dari orientasi pasar terhadap hubungan
antara TQM dan kinerja UMKM.
Kekuatan Penelitian penelitian ini memberikan bukti bahwa model TQM penting bagi UMKM
dan menambah temuan mengenai pengaruh TQM terhadap kinerja UMKM
yang dinilai masih minim. Penelitian ini juga memberikan sumbangan
pada teori Resource Based View (RBV) bahwa berdasarkan teori
RBV, kapabilitas UMKM menjadi efektif apabila TQM dan orientasi
pasar menjadi kunci sumber daya internal dalam meningkatkan kinerja
dan menciptakan keunggulan bersaing.
Selain itu, penelitian ini juga memberikan sumbangan pada teori
Balance Scorecard (BSC) bahwa berdasarkan hasil dan pembahasan
pada penelitian ini indikator kinerja UMKM yang meliputi perspektif
keuangan, konsumen, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan
pertumbuhan dinilai cukup tepat untuk mengukur kinerja UMKM.
Selanjutnya, penelitian ini memberikan kontribusi berupa sanggahan
mengenai orientasi pasar yang memediasi hubungan TQM dan kinerja
UMKM. Hasil penelitian ini menemukan bahwa orientasi pasar tidak
sebagai pemediasi hubungan TQM dan kinerja UMKM.
Kelemahan Pertanyaan wawancara kurang spesifik dan hanya sedikit, Jumlah sampel
Penelitian kurang banyak, dan variabel nya masih bisa ditambah.
Kesimpulan hasil dan pembahasan penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. TQM terbukti memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja UMKM di Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat. Dengan
adanya pengaruh ini, apabila pemilik UMKM dapat menerapkan
model TQM dengan baik dalam menjalankan usahanya maka akan
meningkatkan kinerja UMKM
2. TQM terbukti memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
orientasi pasar. Dengan adanya pengaruh ini, UMKM yang sudah
menggunakan model TQM akan mampu mengembangkan orientasi
pasar dengan baik sehingga akan meningkatkan kinerja binis
3. Orientasi pasar terbukti memiliki pengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja UMKM di Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat.
Dengan adanya pengaruh ini, apabila pemilik UMKM dalam
menjalankan usahanya berorientasi pasar dengan baik akan
meningkatkan kinerja bisnis yang unggul dan mampu bersaing di pasar.
4. Tidak adanya mediasi dari orientasi pasar terhadap hubungan
antara TQM dan kinerja UMKM.

REVIEW JURNAL 2

Judul Does the Managerial Measurement System and TQM Affect Managerial
Performance?
Nama Jurnal Jurnal Ekonomi & Ekonomi Syariah
Volume dan Vol 4 No 2
Halaman
Tahun Juni 2021
Penulis Sitti Marhumi
Reviewer Miftahul Jannah (1801103010017)
Tanggal 12 Oktober 2021

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagimana
penagruh secara parsial Pengaruh Sistem Pengukuran Kinerja dan Total
Quality Management terhadap kinerja manajerial pada PT Sarah Cell
Makassar.
Subjek Penelitian PT Sarah Cell Makassar.
Metode penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan
kausalitas (Sebab-akibat atau eksplanatory research).
Definisi Kinerja Manajerial
Operasional Mulyasa (2012) menyatakan Kinerja Manajerial merupakan gabungan
Variabel antara kemampuan secara pribadi/personal, kemampuan secara keilmuan,
Dependent kemampuan dibidang teknologi, kemampuan hidup secara sosial, dan
kemampuan secara spiritual yang secara untuh dan menyeluruh yang
kemudian membentuk kompetensi standar profesi baik dosen maupun
guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta
didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi, dan
profesionalisme.
Cara & Alat Ukur Adapun jenis penelitian adalah kuantitatif dengan pendekataan
Variable Dependent eksplanatory reseach yang diuji dengan menggunakan alat uji SPSS versi
24.0 for windows.
Definisi Pengukuran Kinerja
Operasional Menurut Yazdi (2012) E-Learning merupakan sebuah sistem pengajaran
Independent dan pembelajaran sebagai aplikasi teknologi informasi yang diterapkan di
dunia pendidikan dalam bentuk learning. Hal ini membuat peserta didik
tidak perlu bertatap muka langsung dengan dosen. E-Learning dapat
mempersingkat target jadwal pembelajaran, paperless.

TQM
Tjiptono & Anastasia (2003) yang disebut dengan TQM yaitu adanya
pelaksanaan perbaikan yang berkesinambungan yang terdiri dari adanya
penentuan masalah termaksud solusi atau pemecahan yang paling
efektif dan efisien, dengan terlebih dahulu melakukan evaluasi ulang,
standarisasi dan pengulangan proses. Simamora (2012) menyatakan
bahwa total quality management merupakan kondisi lingkungan
organisasional yang didalamnya semua elemen atau bagian bekerja
sama untuk membangun mutu ke dalam produk atau jasa perusahaan.
Hasil Penelitian 1. Sistem Pengukuran Kinerja berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Kinerja Manajerial dikarenakan jika sistem pengukuran
kinerja yang dilaksanakan sudah memadai maka perusahaan dapat
memberikan umpan balik guna memperbaiki kinerja manajerial
kedepanya.
2. TQM (Total Quality Management) tidak berpengaruh terhadap
Kinerja Manajerial, hal ini dikarenakan perusahaan tidak terlalu
fokus apda kebutuhan pelanggan, perbaikan sistem yang masih
kurang memadai, pemberdayaan karyawan yang belum optimal
dengan memberikan pendidikan dan pelatihan.
Kekuatan Penelitian Hasil pengujian hipotesis secara bahwa secara parsial ditemukan
bahwa SIstem Pengukuran Kinerja (X1) berpengaruh terhadap kinerja
manajerial yang berarti jika perusahaan sudah melaksanakan sistem
pengukuran kinerja dengan baaik maka kinerja manajerial juga akan
meningkat, sedangkan TQM (X2) tidak berpengaruh terhadap Kinerja
manajerial.
Kelemahan Tidak ada kelemahan karena penelitian ini lebih menilai kinerja pada PT
Penelitian Sarah Cell Makassar
Kesimpulan 1. Sistem Pengukuran Kinerja berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Kinerja Manajerial dikarenakan jika sistem pengukuran
kinerja yang dilaksanakan sudah memadai maka perusahaan
dapat memberikan umpan balik guna memperbaiki kinerja
manajerial kedepanya.
2. TQM (Total Quality Management) tidak berpengaruh terhadap
Kinerja Manajerial, hal ini dikarenakan perusahaan tidak
terlalu fokus apda kebutuhan pelanggan, perbaikan sistem yang
masih kurang memadai, pemberdayaan karyawan yang belum
optimal dengan memberikan pendidikan dan pelatihan.

REVIEW JURNAL 3
Judul PENGARUH ORGANIZATIONAL CITYZENSHIP BEHAVIOR (OCB),
EMPOWERMENT, TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM), DAN
SELF EFFICACY TERHADAP KINERJA KARYAWAN (Studi Kasus
pada LUWES GADING SOLO)
Nama Jurnal Jurnal Kajian Ekonomi dan Kebijakan Publik
Volume dan Vol. 6 (2)
Halaman
Tahun Juli 2021
Penulis Dessi Primawestri Indah Prabandari dan Suyatmin Waskito Adi
Reviewer Miftahul Jannah (1801103010017)
Tanggal 12 Oktober 2021

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Organizational


Cityzenship BehavOCB, Empowerment, Total Quality Management (TQM)
dan Self Efficacy terhadap kinerja karyawan di Luwes Gading Solo.
Subjek Penelitian Karyawan di Luwes Gading Solo.
Metode penelitian Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan mengolah data berbentuk
angka-angka.
Definisi Kinerja karyawan menurut Mangkunegara (2012) dalam Lukito (2020)
Operasional merupakan hasil kerja yang meliputi kualitas dan kuantitas yang
Variabel dihasilkan oleh seorang karyawan dalam melakukan pekerjaannya sesuai
Dependent dengan tanggung jawab yang telah diberikan. Brown dan Arendt (2011)
dalam Lukito (2020) kinerja karyawan adalah mencangkup seluruh
kegiatan baik yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh karyawan yang
berada di dalam organisasi dan masalah mutu baik atau buruk hasil yang
dikerjakan oleh karyawan. Jika karyawan melakukan tugas sesuai
dengan kriteria atau standar yang dibuat perusahaan maka hasilnya akan
bagus. Tetapi jika karyawan melakukan tugas tidak mengikuti standar
perusahaan maka hasilnya kurang bagus.
Cara & Alat Ukur Teknik pengumpulan data melalui kuesioner. Jumlah responden adalah
Variable Dependent 100 karyawan. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif
kuantitatif. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling.
Definisi 1. OCB didefinisikan sebagai seperangkat perilaku yang tidak
Operasional termasuk di dalam persyaratan formal kerja dalam suatu organisasi,
Independent tetapi hal ini dapat membantu pekerjaan dan efektivitas suatu organisasi
(Sadeghi dkk., 2016). Menurut Kusumajati (2014) manfaat
Organizational Citizenship Behavior yaitu (1) Produktivitas yang
dimiliki rekan kerja dapat bertambah. Karyawan yang saling menolong
dalam mengerjakan sebuah pekerjaan dapat meningkatkan
produktivitas rekan kerja karena pekerjaan yang dilakukan bisa lebih
cepat selesai dan hasilnya bisa lebih banyak dari yang ditentukan. (2)
Produktivitas yang dimiliki oleh manajer dapat bertambah,
Karyawan yang menerapkan dimensi civic virtue (seperti
memberikan ide atau masukan) dapat mempengaruhi produktivitas.
Dengan adannya masukan dari karyawan maka manajer dapat
mengevaluasi diri untuk meningkatkan kinerjannya. (3) Membuat
pekerjaan manajer menjadi lebih efisien dan efektif. Perilaku
karyawan yang termasuk ke dalam dimensi conscientiousness seperti
membantu karyawan baru memahami pekerjaan yang dilakukan
dapat mengurangi pekerjaan manajer dan manajer dapat
menggunakan waktu tersebut untuk mengerjakan tugas lain yang lebih
penting. (4) Membantu dan memelihara ketenteraman dalam satu
kelompok kerja. Karyawan yang menerapkan dimensi courtesy yaitu
menjaga hubungan baik dengan rekan kerja.
2. Empowerment ada berbagai macam defenisi pemberdayaan
(empowerment) yang dikemukakan oleh para ahli. Menurut Khan
(1997) pemberdayaan merupakan hubungan antar personal yang
berkelanjutan untuk membangun kepercayaan antar karyawan dan
manajemen. Menurut Mulyadi, (2000:103), pemberdayaan berarti
memampukan (to able), memberi kesempatan (to allow), dan
mengijinkan (to permit) yang dapat diartikan baik melalui inisiatif
sendiri maupun dipicu orang lain. Pemberdayaan karyawan berarti
memampukan dan memberi kesempatan kepada pegawai untuk
melakukan fungsi-fungsi manajemen dalam skala yang menjadi
tanggungjawabnya, baik secara individu maupun kelompok. Gibson
et al. (2006) bahwa pemberdayaan karyawan (individual
empowerment) adalah pemberian kesempatan dan dorongan kepada
para karyawan untuk mendayagunakan bakat, ketrampilan-
ketrampilan, sumberdaya- sumberdaya, dan pengalaman-pengalaman
mereka untuk menyelesaikan pekerjaan secara tepat waktu.
3. TQM adalah kombinasi dari semua fungsi manajemen, semua
bagian perusahaan, dan filosofi holistik yang dibangun di atas
konsep kualitas, kerja tim, produktivitas, dan kepuasan pelanggan.
TQM merupakan sistem manajemen yang mengedepankan
keunggulan sebagai strategi bisnis dan berorientasi pada kepuasan
pelanggan, yang melibatkan seluruh anggota organisasi dalam
realisasinya. Tujuan TQM yang lebih luas adalah memperbaiki
proses dan system yang dapat meningkatkan keberhasilan
perusahaan, mencegah kesalahan dan pemborosan usaha, serta
meningkatkan kepuasan konsumen (Nasution,2004:41 dalam
Citraluki,2016). Hal ini dapat meningkatkan kemampuan
perusahaan untuk menyelenggarakan produksi secara kompetitif,
efisiensi, dan efektif.
Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan yaitu
mengenai pengaruh Organizational Cityzenship behavior (OCB),
Empowerment, Total Quality Management (TQM) dan Self Efficacy
terhadap kinerja karyawan maka dapat diberikan kesimpulan sebagai
berikut:
1. OCB tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan Luwes Gading
Solo. Hal ini dapat dipastikan bahwa perilaku sukarela yang
dilakukan karyawan tidak cukup efektif dan tidak memberikan
dampak langsung dalam meningkatkan kinerja karyawan.
2. Empowerment berpengaruh terhadap kinerja karyawan Luwes
Gading Solo. Hal ini dapat dipastikan bahwa semakin
meningkatnya empowerment maka semakin meningkat pula kinerja
karyawan. Dengan kata lain jika Luwes Gading Solo mampu
menjaga agar empowerment berjalan secara maksimal maka
kinerja karyawan yang dihasilkan akan meningkat juga.
3. TQM tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan Luwes Gading
Solo. Hal ini dapat dipastikan bahwa TQM pada Luwes Gading
Solo belum diterapkan secara baik. Sehingga belum dapat
meningkatkan kinerja karyawannya. Agar kinerja karyawan dapat
meningkatkan perlu penerapan TQM yang baik di dalam perusahaan,
yang diharapkan dapat meningkatkan dan memotivasi karyawan,
sehingga karyawan mampu memberikan mutu pelayanan yag luar
biasa, dapat memberikan keunggulan bersaing yang kuat dan bisa
memaksimumkan daya saing organisasi.
4. SE berpengaruh terhadap kinerja karyawan Luwes Gading Solo.
Hal ini dapat dipastikan bahwa semakin tinggi SE seorang karyawan,
dalam hal ini Kepercayaan terhadap kemampuan diri, keyakinan
terhadap keberhasilan yang selalu dicapai dan mampu menyelesaikan
masalah yang dihadapi, maka kinerja karyawan akan meningkat.
Kekuatan Penelitian Hasil uji dalam penelitian ini sangat memuaskan dan sesuai dengan fakta
dan teori.
Kelemahan Penelitian ini masih bisa memperluas faktor-faktor lainnya yang dapat
Penelitian mempengaruhi kinerja karyawan pada perusahaan agar penelitian lebih
menjadi akurat dan pada objek penelitian masih juga bisa ditambah agar
hasilnya menjadi lebih baik.
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan yaitu
mengenai pengaruh Organizational Cityzenship behavior (OCB),
Empowerment, Total Quality Management (TQM) dan Self Efficacy
terhadap kinerja karyawan maka dapat diberikan kesimpulan sebagai
berikut:
1. OCB tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan Luwes Gading
Solo. Hal ini dapat dipastikan bahwa perilaku sukarela yang
dilakukan karyawan tidak cukup efektif dan tidak memberikan
dampak langsung dalam meningkatkan kinerja karyawan.
2. Empowerment berpengaruh terhadap kinerja karyawan Luwes
Gading Solo. Hal ini dapat dipastikan bahwa semakin
meningkatnya empowerment maka semakin meningkat pula kinerja
karyawan. Dengan kata lain jika Luwes Gading Solo mampu
menjaga agar empowerment berjalan secara maksimal maka
kinerja karyawan yang dihasilkan akan meningkat juga.
3. TQM tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan Luwes Gading
Solo. Hal ini dapat dipastikan bahwa TQM pada Luwes Gading
Solo belum diterapkan secara baik. Sehingga belum dapat
meningkatkan kinerja karyawannya. Agar kinerja karyawan dapat
meningkatkan perlu penerapan TQM yang baik di dalam perusahaan,
yang diharapkan dapat meningkatkan dan memotivasi karyawan,
sehingga karyawan mampu memberikan mutu pelayanan yag luar
biasa, dapat memberikan keunggulan bersaing yang kuat dan bisa
memaksimumkan daya saing organisasi.
4. SE berpengaruh terhadap kinerja karyawan Luwes Gading Solo.
Hal ini dapat dipastikan bahwa semakin tinggi SE seorang karyawan,
dalam hal ini Kepercayaan terhadap kemampuan diri, keyakinan
terhadap keberhasilan yang selalu dicapai dan mampu menyelesaikan
masalah yang dihadapi, maka kinerja karyawan akan meningkat.

Anda mungkin juga menyukai