Anda di halaman 1dari 17

INCOTERM 2010

Disusun Oleh :

1. Rafi’atul Mahmuda 201814500145


2. Febby Eniolia Milentika 201814500152
3. Endang Tri Puspita 201814500180
4. Pirda Rismawati 201814500184
5. Alfiyansyah Nurul Aziz 201814500196

Kelas R7C

Mata Kuliah Perdagangan Luar Negeri

FAKULTAS PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam era perdagangan global sekarang ini arus barang masuk dan keluar
sangatlah cepat. Untuk memperlancar urusan bisnisnya para usaha dituntut untuk
memiliki pengetahuan yang cukup mengenal prosedur ekspor impor yang berbasis
aturan internasional seperti, Incoterms 2011 maupun yang berbasis aturan lokal
seperti Administrasi Kepabeanan.

Apabila anda seorang praktisi perdagangan internasional maupun sebagai


pihak yang bersinggungan dengan kegiatan perdagangan internasional, tentu pernah
mendengar istilah-istilah Cost Insurance and Freight (CIF), Free On Board (FOB),
Cost and Freight (CNF) dan sebagainya. Bagi sebagian yang awam dengan istilah
tersebut biasanya memahami nomenklatur CIF, CNF dan FOB sebagai suatu
persyaratan nilai barang yang diwajibkan oleh Beacukai dalam rangka penyelesaian
prosedur ekspor-impor. Hal ini tidak salah namun juga tidak terlalu tepat.

Kemudian bagi mereka yang sudah familiar dengan istilah-istilah tersebut oleh
karena terbiasa mengurus barang ekspor-impor, sering kali melupakan ketentuan baku
yang mengatur mengenai terminologi penyerahan barang (terms of deliveriy) tersebut.
Padahal, pemahaman yang salah terhadap masing-masing istilah Terms of Delivery
(ToD), berpotensi merugikan secara finansial. Sebagai contoh: dalam terminologi
CIF, penyebutan terms yang tepat dalam kontrak perdagangan adalah “CIF Tanjung
Priok, Jakarta, Indonesia Incoterms 2010”. Namun dalam kontrak perdagangan masih
sering ditemukan penulisan yang salah: CIF Jakarta, CIF Indonesia, dan sebagainya.

Incoterms atau International Commercial Term adalah kumpulan istilah yang


dibuat untuk menyamakan pengertian antara penjual dan pembeli dalam perdagangan
luar negeri. Incoterms di keluarkan oleh Kamar Dagang International atau
International Chamber of Commerce (ICC), versi terakhir dikeluarkan pada tanggal 1
Januari 2011 yang disebut Incoterms 2010.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan, maka masalah yang


dirumukan adalah :
1. Apakah pengertian Incotems 2010?
2. Apakah yang dimaksud dengan EXW (Ex Works) ?
3. Apakah yang dimaksud dengan FCA (Free Carrier) ?
4. Apakah yang dimaksud dengan FAS (Free Alongside Ship) ?
5. Apakah yang dimaksud dengan FOB (Free On Board) ?
6. Apakah yang dimaksud dengan CFR (Cost and Freight) ?

C. Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui definisi


Incoterms 2010 dan definisi macam-macam incoterms 2010 yang akan kita bahas
yaitu : EXW, FCA, FAS, FOB. Dan CFR.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Incoterms 2010

Incoterms merupakan akronim dari istilah International Commercial terms.


Secara definisi, incoterms merupakan serangkaian terminologi yang digunakan dalam
transaksi perdagangan internasional. Incoterms ini merupakan seperangkat peraturan
yang diterbitkan oleh institusi perdagangan swasta, International Chamber of
Commerce (ICC). Dengan demikian kedudukan incoterms ini bersifat independen,
karena bukan merupakan produk pemerintah dari negara manapun.

Berdasarkan sejarahnya, keberadaan Incoterms pertama kali diterbitkan pada


tahun 1936 setelah masa perang dunia pertama. Kemudian dalam perjalanannya,
beberapa kali mengalami perubahan. Perubahan ini senantiasa dilakukan oleh ICC
dalam rangka mengadopsi praktek-praktek perdagangan yang paling update.
Perubahan pertama dilakukan pada tahun 2 1953, yang dikenal sebagai
incoterms1953. Selanjutnya perubahan dilakukan secara rutin, sehingga dikenal versi-
versi incoterms sesuai dengan tahun perubahannya, yaitu: incoterms 1967, incoterms
1976, incoterms 1980, incoterms 1990, 2000, dan terakhir adalah incoterms 2010
yang mulai diberlakukan sejak tanggal 1 Januari tahun 2011.

Menurut surono (2012) Incoterms merupakan seperangkat peraturan yang


dibuat untuk menyeragamkan penafsiran persyaratan perdagangan yang menetapkan
hak dan kewajiban pembeli dan penjual dalam mekanisme penyerahan barang.

Incoterms bukan satu-satunya referensi mengenai syarat penyerahan barang


yang dapat dipakai oleh praktisi perdagangan. Namun incoterms secara defakto telah
diakui oleh Pemerintah, otoritas hukum dan para pelaku perdagangan hampir di
semua negara di dunia. Incoterms telah dipakai sebagai rujukan utama bagi penafsiran
berbagai istilah perdagangan yang umum dipakai dalam transaksi perdagangan dunia.

B. Macam-macam Incoterms 2010

Incoterms 2010 merupakan bentuk penyesuaian terhadap Incoterms versi 2000


sejalan dengan perkembangan dunia perdangan dan juga perkembangan teknologi.
Pembagian klausul pernyataan penyerahan barang dalam Incoterms 2010 terbagi
menjadi dua kriteria yaitu :
1. Kelompok terminologi yang berlaku untuk semua moda transportasi
(Rule for any mode or modes of transporty)
2. Kelompok terminologi yang berlaku untuk angkutan laut dan sungai
saja (Rules for Sea and Inland Waterways Transportation)

Pengertian Rules for any mode or modes of transport ini mengandung makna
bahwa terminologi Incoterms dapat diimplementasikan untuk seluruh kategori media
pengangkatan baik angkatan laut, sungai, udara, kereta api maupun angkatan darat
lainnya. Dalam Incoterms 2010, terms of delivery yang tergolong dalam kelompok ini
adalah EXW, FCA, Carriage Paid To (CPT), Carriage and Insurance Paid To (CIP),
DAT, DAP, DDP.

Pengertian Rules for sea and inland waterways transport ini mengandung
makna bahwa terminologi Incoterms ini hanya dapat diimplementasikan untuk
kategori penganggkatan laut dan sungai saja. Dalam Incoterms 2010, terms of
delivery yang tergolong dalan kelompok ini adalah Free Alongside Ships (FAS), Free
on Board (FOB), Cost and Freight (C&F), dan Cost Insurance and Freight (CIF).

Kategorisasi dalam Incoterms 2010 terdiri dari 11 terminologi yang bisa


dikelompokkan dalam 4 kategori, yaitu :

1. “E” – term.

EXW adalah satu-satunya terminologi dalam kategori ini.


Dalam hal ini penjual hanya bertanggung jawab untuk menyediakan
barang yang dijualnya kepada pembeli di tempat si penjual.

2. “F”- term.
Yang termasuk dalam kategori ini adalah FOB, FAS, dan FCA.
Inti dari kategori ini adalah bahwa penjual diminta untuk mengirimkan
barang ke pengangkut yang ditunjuk oleh pembeli.

3. “C”- term.
CFR, CPT, CIP dan CIF masuk dalam kategori ini. Pada
kategori ini si penjual adalah pihak yang harus terlibat dalam kontrak
pengangkutan dengan perusahaan angkutan. Akan tetapi segala risiko
atau kerugian akibat kerusakan atau kehilangan terhadap barang atau
semua biaya tambahan yang muncul akibat peristiwa-peristiwa yang
timbul setelah barang dikapalkan atau diserahkan kepada pengangkut
beralih dari penjual kepada pembeli.

4. “D”- term.
DAP, DAT, dan DDP adalah terminologi-terminologi yang
masuk kedalam kategori ini. Pada pokoknya, kelompok ini
mempersyaratkan kepada penjual untuk menanggung segala biaya dan
resiko untuk membawa barang yang dijualnya kepada pembeli ke
tempat tujuan.
Dalam Incoterms 2010 ada sebelas macam terms, namun disini kita hanya
akan bahas lima saja yaitu : EXW, FCA, FAS, FOB, dan CFR.

1. EXW (Ex Works) sebutan nama tempat.

EXW (Ex Work) artinya penjual hanya menyediakan barang


untuk diambil oleh pembeli di tempat penjual itu sendiri atau di tempat
lain seperti gudang, workshop, galeri, showroom dan lain-lain. Penjual
tidak bertanggung jawab atas pemindahan (pemuatan) barang ke alat
transportasi, siapa pun yang mengambil barang tersebut dari
tempatnya, termasuk juga segala prosedur ekspor. Segala biaya dan
resiko terhadap kerusakan dan kehilangan barang beralih dari penjual
ke pembeli pada saat itu dan ditempat itu.

Serah terima barang antara eksportir dan importir terjadi pada


tempat yang ditunjuk eksportir (misal gudang atau tempat lainnya).
Dengan serah terima ini barang telah menjadi milik importir.

Namun apabila dikehendaki agar si penjual melakukan


pemuatan barang ke suatu alat transportasi, maka hal ini harus
disebutkan secara eksplisit dalam kontrak. Jika si pembeli tidak bisa
melakukan pengurusan prosedur ekspor baik secara langsung maupun
tidak langsung, maka sebaiknya terminologi ini tidak dipakai. Jika hal
demikian terjadi, maka sebaiknya terminologi yang dipakai adalah
FCA yang membebankan kewajiban yang paling sedikit kepada
penjual. Kebalikannya, pembeli di bebani dengan kewajiban yang
paling banyak.

Biaya-biaya yang ditanggung oleh eksportir antara lain :


 Production costs, including profit (biaya produksi
termasuk keuntungan yang diharapkan).
 Export packing (biaya-biaya pengepakan barang
ekspor).

Biaya-biaya yang ditanggung oleh importir antara lain:

 Export clearance (biaya pengurusan ekspor, ijin ekspor


maupun bentuk-bentuk kewajiban formal dari
pemerintah.
 Inland freight (ongkos pengangkutan transportasi di
darat dari lokasi eskportir hingga ke
pelabuhan/terminal).
 Loading charges and terminal charges (biaya pemuatan
barang termasuk biaya penanganan di pelabuhan
keberangkatan).
 Insurance (premi asuransi pengangkutan utama dalam
jumlah minimum cover, kecuali di perjanjikan lain).
 Freight (ongkos angkut perjalanan dari pelabuhan
keberangkatan hingga sampai ke pelabuhan tujuan).
 Destination arrival charges (biaya-biaya penanganan
kapal di pelabuhan kedatangan namun tidak termasuk
biaya bongkar).
 Unloading charges (biaya pembongkaran barang dari
sarana pengangkutan utama).
 Import customs clearance (biaya penyelesaian
formalitas pabean impor, seperti jasa PPJK, pengurusan
lisensi impor dan lain-lain).
 Duty and taxes (pungutan bea masuk dan pajak-pajak
dalam rangka impor).
 Delivery to destination (ongkos pengangkatan darat
hingga sampai ke tempat tujuan importir).

2. FCA (Free Carrier) sebutan nama tempat

FCA (Free Carrier) artinya penjual bertanggung jawab untuk


mengirimkan barang ke pengangkut yang ditunjuk oleh pembeli ke
tempat yang telah disetujui. Jika tempat pengiriman ini adalah tempat
penjual itu sendiri, maka penjual bertanggung jawab sampai barang
tersebut dimuat dalam alat transportasi milik pengangkut yang
mengambil barang tersebut dari tempat penjual. Namun bila tempat
pengiriman bukan merupakan tempat penjual, maka penjual tidak
bertanggung jawab untuk menurunkan barang tersebut dari alat
transportasi yang mengantarkan barang tersebut ke tempat yang
ditunjuk. FCA juga mewajibkan penjual untuk membereskan prosedur
ekspor. Yang dimaksud sebagai “pengangkut” adalah setiap orang atau
badan hukum yang berdasarkan suatu perjanjiana pengangkutan
berkewajiban untuk melakukan atau menyediakan jasa pengangkutan
melalui jalur kereta api, jalan raya, udara, laut, perairan pedalaman,
atau kombinasi dari cara-cara pengangkutan tersebut diatas. Jika
pembeli menunjuk orang lain selain pengangkut, maka penjual
dianggap telah melaksanakan kewajibannya mengantar barang ketika
barang tersebut diserahkan kepada orang tersebut.

Serah terima barang antara eksportir dan importir terjadi diatas


alat angkut yang disediakan importir. Dengan serah terima ini barang
telah menjadi milik importir di atas alat angkut tersebut.

Biaya-biaya yang ditanggung oleh eksportir antara lain :


 Production costs, incluiding profit (biaya produksi
termasuk keuntungan yang diharapkan).
 Export packing (biaya-biaya pengepakan barang
ekspor).
 Export clearance (biaya pengurusan ekspor, ijin ekspor
maupun bentuk-bentuk kewajiban formal dari
pemerintah).
 Inland freight (ongkos pengangkutan transportasi di
darat dari lokasi eskportir hingga ke
pelabuhan/terminal). Bisa ekportir dan importir.
 Loading charges (biaya pemuatan barang di pelabuhan
keberangkatan).

Biaya-biaya yang ditanggung oleh importir anatara lain :

 Origin terminal charges (biaya penanganan di


pelabuhan keberangkatan).
 Insurance (premi asuransi pengangkutan utama dalam
jumlah minimum cover, kecuali di perjanjikan lain).
 Freight (ongkos angkut perjalanan dari pelabuhan
keberangkatan hingga sampai ke pelabuhan tujuan).
 Destination arrival charges (biaya-biaya penanganan
kapal di pelabuhan kedatangan namun tidak termasuk
biaya bongkar).
 Unloading charges (biaya pembongkaran barang dari
sarana pengangkutan utama).
 Import customs clearance (biaya penyelesaian
formalitas pabean impor, seperti jasa PPJK, pengurusan
lisensi impor dan lain-lain).
 Duty and taxes (pungutan bea masuk dan pajak-pajak
dalam rangka impor).
 Delivery to destination (ongkos pengangkatan darat
hingga sampai ke tempat tujuan importir).

3. FAS (Free Alongside Ship) sebutan nama pelabuhan muat

FAS (Free Alongside Ship) artinya barang diserahkan penjual


disamping kapal di pelabuhan muat yang disebut. Sehingga tanggung
jawab atas barang beralih dari penjual kepada pembeli sejak saat itu.
Terminologi ini mewajibkan penjual untuk melakukan segala prosedur
ekspor. Namun apabila memang diinginkan agar pembeli yang
berkewajiban dalam pengurusan prosedur ekspor, maka hal ini harus
disebutkan secara ekplisit di dalam kontrak.
Serah terima barang antara eksportir dan importir terjadi di sisi
kapal pelabuhan eksportir. Dengan serah terima ini barang telah
menjadi milik importir di sisi kapal tersebut.

Biaya-biaya yang ditanggung oleh eksportir antara lain :


 Production costs, incluiding profit (biaya produksi
termasuk keuntungan yang diharapkan).
 Export packing (biaya-biaya pengepakan barang
ekspor).
 Export clearance (biaya pengurusan ekspor, ijin ekspor
maupun bentuk-bentuk kewajiban formal dari
pemerintah).
 Inland freight (ongkos pengangkutan transportasi di
darat dari lokasi eskportir hingga ke
pelabuhan/terminal).

Biaya-biaya ditanggung oleh importir antara lain :

 Loading charges (biaya pemuatan barang di pelabuhan


keberangkatan).
 Origin terminal charges (biaya penanganan di
pelabuhan keberangkatan).
 Insurance (premi asuransi pengangkutan utama dalam
jumlah minimum cover, kecuali di perjanjikan lain).
 Freight (ongkos angkut perjalanan dari pelabuhan
keberangkatan hingga sampai ke pelabuhan tujuan).
 Destination arrival charges (biaya-biaya penanganan
kapal di pelabuhan kedatangan namun tidak termasuk
biaya bongkar).
 Unloading charges (biaya pembongkaran barang dari
sarana pengangkutan utama).
 Import customs clearance (biaya penyelesaian
formalitas pabean impor, seperti jasa PPJK, pengurusan
lisensi impor dan lain-lain).
 Duty and taxes (pungutan bea masuk dan pajak-pajak
dalam rangka impor).
 Delivery to destination (ongkos pengangkatan darat
hingga sampai ke tempat tujuan importir).

4. FOB (Free on Board) sebutan nama pelabuhan muat

FOB (Free on Board) artinya peralihan segala resiko atas


penjualan kepada pembeli terjadi ketika barang telah melewati rail
kapal (pagar pengaman kapal) di pelabuhan muat dan berada di kapal
yang telah disebutkan. Pengurusan prosedur ekspor berdasarkan
terminologi ini dibebankan kepada penjual.

Serah terima barang terjadi di atas kapal pelabuhan eksportir.


Dengan serah terima ini barang telah menjadi milik importir di atas
kapal tersebut.

Biaya-biaya yang ditanggung oleh eksportir antara lain :


 Production costs, incluiding profit (biaya produksi
termasuk keuntungan yang diharapkan).
 Export packing (biaya-biaya pengepakan barang
ekspor).
 Export clearance (biaya pengurusan ekspor, ijin ekspor
maupun bentuk-bentuk kewajiban formal dari
pemerintah).
 Inland freight (ongkos pengangkutan transportasi di
darat dari lokasi eskportir hingga ke
pelabuhan/terminal).
 Loading charges (biaya pemuatan barang di pelabuhan
keberangkatan).
 Origin terminal charges (biaya penanganan di
pelabuhan keberangkatan).

Biaya-biaya yang ditanggung oleh importir antara lain :


 Insurance (premi asuransi pengangkutan utama dalam
jumlah minimum cover, kecuali di perjanjikan lain).
 Freight (ongkos angkut perjalanan dari pelabuhan
keberangkatan hingga sampai ke pelabuhan tujuan).
 Destination arrival charges (biaya-biaya penanganan
kapal di pelabuhan kedatangan namun tidak termasuk
biaya bongkar).
 Unloading charges (biaya pembongkaran barang dari
sarana pengangkutan utama).
 Import customs clearance (biaya penyelesaian
formalitas pabean impor, seperti jasa PPJK, pengurusan
lisensi impor dan lain-lain).
 Duty and taxes (pungutan bea masuk dan pajak-pajak
dalam rangka impor).
 Delivery to destination (ongkos pengangkatan darat
hingga sampai ke tempat tujuan importir).

5. CFR (Cost and Freight) sebutan nama pelabuhan tujuan


CFR (Cost and Freight) artinya segala resiko atas kerusakan
atau kehilangan barang serta segala macam biaya yang timbul setelah
barang melewati rail kapal beralih dari penjual kepada pembeli.
Namun berdasarkan terminologi ini maka penjual berkewajiban untuk
menanggung segala biaya pengangkutan laut yang dibutuhkan agar
barang sampai pada pelabuhan tujuan yang disebutkan. Terminologi
ini juga mewajibkan penjual untuk melakukan ekspor.
Serah terima barang terjadi di atas kapal pelabuhan eskportir
artinya barang telah menjadi milik importir di atas kapal tersebut.
Biaya-biaya yang ditanggung oleh eksportir antara lain :
 Production costs, incluiding profit (biaya produksi
termasuk keuntungan yang diharapkan).
 Export packing (biaya-biaya pengepakan barang
ekspor).
 Export clearance (biaya pengurusan ekspor, ijin ekspor
maupun bentuk-bentuk kewajiban formal dari
pemerintah).
 Inland freight (ongkos pengangkutan transportasi di
darat dari lokasi eskportir hingga ke
pelabuhan/terminal).
 Loading charges (biaya pemuatan barang di pelabuhan
keberangkatan).
 Origin terminal charges (biaya penanganan di
pelabuhan keberangkatan).
 Freight (ongkos angkut perjalanan dari pelabuhan
keberangkatan hingga sampai ke pelabuhan tujuan).

Biaya-biaya yang ditanggung oleh importir antara lain :

 Insurance (premi asuransi pengangkutan utama dalam


jumlah minimum cover, kecuali di perjanjikan lain).
 Destination arrival charges (biaya-biaya penanganan
kapal di pelabuhan kedatangan namun tidak termasuk
biaya bongkar).
 Unloading charges (biaya pembongkaran barang dari
sarana pengangkutan utama).
 Import customs clearance (biaya penyelesaian
formalitas pabean impor, seperti jasa PPJK, pengurusan
lisensi impor dan lain-lain).
 Duty and taxes (pungutan bea masuk dan pajak-pajak
dalam rangka impor).
 Delivery to destination (ongkos pengangkatan darat
hingga sampai ke tempat tujuan importir).
D. Studi Kasus

1. EXW
Kasus PT. ABC sepakat menjual barang jagung ke Cargil,Ltd dengan
term : EXW Gudang X di Tanjung Priok sebanyak 100 ton. Periode
Pengiriman barang ke gudang paling lambat : 12 Agustus 2013.
Pengiriman jagung ke Gudang X oleh PT.ABC menggunakan 5 Truck
Tronton kapasitas 20 Ton.  Pada tanggal 12 Agustus 2013, semua truck
sudah tiba, 2 truck telah selesai dibongkar pada tanggal 12 Agustus
2013, tetapi 3 truck lagi dibongkar besok harinya, tanggal 13 Agustus
2013. Besok paginya, ternyata 3 truck berisi 60 ton jagung tersebut
dirampok dan dijarah oleh Bandit Tanjung Priok.
Pertanyaan dari kasus tersebut yaitu Apakah PT. ABC
bertanggungjawab atas kehilangan 60 Ton Jagung Tersebut ?

Jawabannya :

Resiko kehilangan 60 ton jagung adalah di Cargil, LTd. Sesuai dengan


Kesepakatan antara PT.ABC dan Cargil, LTd, jagung diserahterimakan
EXW Gudang X di Tanjung Priok. Fakta: PT.ABC telah melaksanakan
kewajiban mengirimkan barang sesuai dengan tanggal yang disepakati,
namun 60 ton jagung yang belum dibongkar menjadi tanggungjawab
Cargil ,Ltd.

2. FAS
Kasus PT. XYZ adalah eksportir semen berlokasi di Cibinong, Jawa
Barat.  Dia sepakat menjual semen  ke Xi Hua , Ltd dengan
term : FCA  (PT.XYZ Cibinong, Jawa Barat) Incoterms
2010 sebanyak 100 ton. Periode pengiriman barang dari Cibinong
ditentukan pada tanggal : 12 Agustus 2013. Pengiriman barang tersebut
menggunakan 5 x 20’  dengan kapasitas 20 ton per peti kemas.
Pertanyaan dari kasus tersebut yaitu :
a) Siapa yang bertanggungjawab dalam memuat barang ?
b) Apakah PT. XYZ bertanggungjawab dalam membayar trucking
dari Cibinong ke UTC 1, Tanjung Priok Port ?
c) Dalam perjalanan dari Cibinong ke UTC1, Tanjung Priok Port,
Terjadi demo  buruh pelabuhan  yang menuntut kenaikan upah.
Suasana pelabuhan sangat mengenaskan. Pada saat peristiwa
tersebut 2 dari 5 unit truck peti kemas dibakar oleh para buruh
pelabuhan yang demo. Siapa yang berisiko atas kehilangan
semen sebanyak 40 Ton yang terdapat dalam 2 x 20’  yang
dibakar oleh para demonstran ?
Jawabannya :

a) Oleh karena tempat penyerahan barang adalah ditempat


penjual pada pengangkut yang ditunjuk oleh pembeli,
maka penjual bertanggungjawab dalam memuat barang
di pabrik PT. XYZ
b) Peralihan resiko (transfer of risk) terjadi pada saat
barang telah termuat diatas kendaraan pengangkut
(baca:truck peti kemas/trailer) ditempat penjual (PT.
XYZ). Oleh karena itu, PT. XYZ tidak membayar biaya
trucking dari Cibinong ke Tanjung Priok. Pembelilah
yang wajib membayar biaya trucking tersebut.
c) Peristiwa terbakarnya 2 unit truck (2 x 20’) yang
membawa 40 Ton Semen terjadi di pelabuhan Tanjung
Priok. Peralihan resiko (transfer of risk) terjadi pada
saat barang telah termuat diatas kendaraan pengangkut
(baca:truck) ditempat penjual (PT. XYZ). Oleh karena
itu,  Pembeli (Xi Hua ,Ltd) lah yang beresiko atas
kehilangan 40 Ton semen tersebut.

3. FAS
Kasus PT. Debora Namura Dame (DND) adalah eksportir alat-alat
berat, seperti: crane, buldozer. Dia sepakat dengan pembeli dari  China,
yaitu : Yen Lie  Trading dengan term : FAS  ( Tanjung Priok Port,
Jakarta, Indonesia) Incoterms 2010 . Periode pengiriman alat berat
adalah paling lambat 10 Nopember 2013. Barang telah tiba tepat pada
tanggal 10 November 2013. Kapal pengangkut break bulk yang akan
mengangkut alat-alat berat tersebut baru akan sandar 15 Nopember
2013. Pada tanggal 12 November terjadi topan badai dan banjir
melanda kota Jakarta,termasuk di Tanjung Priok. Sebagian besar alat2
berat tersapu oleh topan, dan sebagian terendam banjir.
Pertanyaan dari kasus tersebut yaitu :
a)  Dimana titik penyerahan barang antara eksportir (DND)
dengan pembeli  (Yen Lie Trading ) terjadi ?
b)  Siapa yang bertanggungjawab atas   kerusakan alat-alat berat
akibat badai dan banjir  tersebut ?
c) Siapa yang mengurus perijinan ekspor dan pemasukan barang
ekspor(custom clearance) ?

jawabannya :
a) Titik penyerahan barang antara eksportir (DND) dengan
pembeli  (Yen Lie Trading ) terjadi  Pelabuhan Tanjung
Priok,Jakarta, Indonesia. Si Penjual wajib mengantarkan barang
tersebut hingga tiba ditempatkan di sisi dermaga di pelabuhan
Tanjung Priok t
b) Si Pembeli  menanggung resiko atas kerusakan alat-alat berat
akibat topan dan banjir. Resiko si eksportir telah berakhir sejak
barang telah ditempatkan disisi dermaga di Pelabuhan
pemuatan  yaitu pada tanggal 10 November 2013. Kejadian
topan dan banjir yang mengakibatkan barang rusak tersebut 
terjadi pada tanggal 12 November 2013. Dalam rangka
menghindari resiko-resiko yang terjadi maka si pembeli wajib
mengasuransikan alat-alat berat yang akan dikirim tersebut
c)  Pengurusan  perijinan ekspor dan pemasukan barang
ekspor(custom clearance) menjadi tanggungjawab eksportir.

4. FOB

Kasus PT. Papajo Sejahtera Indonesia (PSI) adalah eksportir kopi . Dia
sepakat dengan pembeli dari  Tokyo, Jepang, yaitu : Takashimura
Trading dengan term : FOB  ( Tanjung Priok Port,  Jakarta,
Indonesia) Incoterms 2010  untuk ekspor kopi sebesar 50 ton dengan
menggunakan 2 x 20 FT .  (dua) hari  setelah peti kemas telah bongkar
di pelabuhan Tanjung Priok,  Di Sekitar Pelabuhan Tanjung Priok
terjadi rob ( banjir karena air laut pasang).  Banyak peti kemas yang
berada di pelabuhan Tanjung Priok tergenang air, termasuk peti kemas
yang memuat kopi dengan Tujuan ke Tokyo, Jepang.
Pertanyaan dari kasus tersebut yaitu :
a) Dimana titik penyerahan barang antara eksportir (PSI) dengan
pembeli  (Takashimura Trading ) terjadi?
b) Siapa yang bertanggungjawab atas   rusaknya kopi yang belum
sempat termuat ke atas kapal?
c) Siapa yang mengurus perijinan ekspor dan pemasukan barang
ekspor(custom clearance)?

Jawaban nya :

a) Titik penyerahan barang antara eksportir (PSI) dengan pembeli 


(Takashiumra Trading) terjadi di atas kapal di  Pelabuhan
Tanjung Priok,Jakarta, Indonesia. Si Penjual wajib
mengantarkan barang tersebut hingga tiba ditempatkan di atas
kapal  di pelabuhan Tanjung Priok
b) Jika menggunakan pada ketentuan penyerahan barang dengan
FOB Incoterms 2010, maka Si penjual lah yang
bertanggungjawab atas kopi sebanyak 50 ton yang terendam
banjir karena rob di Pelabuhan Tanjung Priok.  Barang belum
termuat hingga diatas kapal di pelabuhan pemuatan, yaitu
Tanjung Priok.  Jika ditinjau dari sisi pengangkutan container
menegaskan bahwa pengangkut bertanggungjawab sejak
barang telah ditempatkan pada posisi CY (Container Yard)
pelabuhan muat (place of receipt), dan jika terjadi kasus rob
tersebut, maka sudah seharusnya pembeli yang beresiko,
namun karena transaksi adalah menggunakan FOB maka si
penjual tetap beresiko. Oleh karena itu, jika pengangkutan
menggunakan peti kemas, maka sebaiknya pemilihan incoterms
yang tepat bukanlah dengan FOB, tetapi FCA, misal : FCA
UTC1, Tanjung Priok., sehingga ketika ada kasus seperti diatas,
maka si pembelilah yang akan beresiko.
c) Pengurusan  perijinan ekspor dan pemasukan barang
ekspor(custom clearance) menjadi tanggungjawab eksportir.
5. CFR
Kasus PT. Papajo Sejahtera Indonesia (PSI) adalah eksportir CPO . Dia
sepakat dengan pembeli dari  Tokyo, Jepang, yaitu : Takashimura
Trading dengan term : CFR  ( Tokyo port,  Japan) Incoterms
2010  untuk ekspor CPO  sebesar 5000 MT. Setelah selesai hari
pemuatan CPO ke atas kapal tanker, Kapal menunggu otoritas
syahbandar untuk berlayar. Sesaat pada saat mau berangkat dari
pelabuhan Tanjung Priok kapal oleng dan terbalik. Kapal tangker pun
tenggelam di dermaga Tanjung Priok.
Pertanyaan dari kasus tersebut yaitu :
a) Dimana titik penyerahan barang antara eksportir (PSI) dengan
pembeli  (Takashimura Trading ) terjadi?
b) Siapa yang bertanggungjawab atas   barang CPO yang
tenggelam di  kapal pada saat mau berangkat dari pelabuhan
Tanjung Priok tersebut?
c)  Siapa yang menunjuk dan membayar freight kapal tanker
tersebut?

Jawabannya :

a) Titik penyerahan barang antara eksportir (PSI) dengan pembeli 


(Takashiumra Trading) terjadi di atas kapal tanker  di
Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Indonesia. Si Penjual wajib
mengantarkan barang tersebut hingga tiba ditempatkan di atas
kapal  di pelabuhan Tanjung Priok . Resiko sudah beralih sejak
barang sdh ditempatkan diatas kapal tanker tersebut
b) Jika menggunakan pada ketentuan penyerahan barang dengan
CFR Incoterms 2010, maka Si pembelilah  yang
bertanggungjawab atas CPO yang tenggelam di kapal tanker
tersebut. Resiko  dari penjual kepada pembeli sudah beralih
sejak barang sudah ditempatkan diatas kapal tanker tersebut.
Kapal sudah mau berangkat dari pelabuhan muat , sehingga
resiko adalah di tangan si pembeli
c) Yang menunjuk/ mengurus pengapalan dan membayar freight
kapal tanker tersebut atas biaya si penjual. Penjuallah yang
akan mencari kapal tanker untuk memuat CPO tersebut dan
juga termasuk membayar seluruh biaya2 pengapalan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Incoterms adalah seperangkat aturan komersial/perdagangan yang ditetapkan
oleh Kamar Dagang Internasional (ICC) yang digunakan dalam kontrak penjualan
internasional. Incoterms bukanlah aturan wajib – agar dapat menerima efek hukum,
mereka harus secara eksplisit dimasukkan oleh para pihak ke dalam kontrak mereka.
Penggunaan Incoterms dalam perdagangan internasional adalah fenomena yang
tersebar luas, dan perselisihan sering muncul karena kebingungan mengenai mereka.
Sebelum memasukkan Incoterm ke dalam kontrak, penting bagi para pihak untuk
memastikan bahwa Incoterm memenuhi semua harapan dan kebutuhan mereka
mengenai suatu masalah.

B. Saran

Meskipun Incoterms 2010 telah memberikan petunjuk yang jelas dan tegas
mengenai hak dan kewajiban perdagangan, namun sering kali ditemukan istilah
pencantuman yang tidak tepat dalam praktek perdagangan riil. Sebagai contoh, masih
banyak penggunaan istilah CNF atau C&F dalam kontrak-kontrak perdagangan yang
dibuat sebagai pengganti istilah CFR yang baku. Termasuk juga penggunaan istilah
CNF dalam aturan-aturan yang dibuat oleh institusi DJBC berkaitan dengan
pengaturan nilai pabean. Dalam kasus lain, apabila kita mengamati invoice maupun
kontrak perdagangan yang prosestransportasinya melalui sarana udara maka masih
banyak penggunaan istilah CIF, CNFmaupun FOB. Padahal ketentuan baku incoterms
2010 tidak memperkenankan penggunaan istilah FAS, FOB, CFR dan CIF untuk
digunakan dalam transportasi melalui sarana pengangkut udara.

Anda mungkin juga menyukai