Disusun Oleh :
Kelas R7C
A. Latar Belakang
Dalam era perdagangan global sekarang ini arus barang masuk dan keluar
sangatlah cepat. Untuk memperlancar urusan bisnisnya para usaha dituntut untuk
memiliki pengetahuan yang cukup mengenal prosedur ekspor impor yang berbasis
aturan internasional seperti, Incoterms 2011 maupun yang berbasis aturan lokal
seperti Administrasi Kepabeanan.
Kemudian bagi mereka yang sudah familiar dengan istilah-istilah tersebut oleh
karena terbiasa mengurus barang ekspor-impor, sering kali melupakan ketentuan baku
yang mengatur mengenai terminologi penyerahan barang (terms of deliveriy) tersebut.
Padahal, pemahaman yang salah terhadap masing-masing istilah Terms of Delivery
(ToD), berpotensi merugikan secara finansial. Sebagai contoh: dalam terminologi
CIF, penyebutan terms yang tepat dalam kontrak perdagangan adalah “CIF Tanjung
Priok, Jakarta, Indonesia Incoterms 2010”. Namun dalam kontrak perdagangan masih
sering ditemukan penulisan yang salah: CIF Jakarta, CIF Indonesia, dan sebagainya.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
Pengertian Rules for any mode or modes of transport ini mengandung makna
bahwa terminologi Incoterms dapat diimplementasikan untuk seluruh kategori media
pengangkatan baik angkatan laut, sungai, udara, kereta api maupun angkatan darat
lainnya. Dalam Incoterms 2010, terms of delivery yang tergolong dalam kelompok ini
adalah EXW, FCA, Carriage Paid To (CPT), Carriage and Insurance Paid To (CIP),
DAT, DAP, DDP.
Pengertian Rules for sea and inland waterways transport ini mengandung
makna bahwa terminologi Incoterms ini hanya dapat diimplementasikan untuk
kategori penganggkatan laut dan sungai saja. Dalam Incoterms 2010, terms of
delivery yang tergolong dalan kelompok ini adalah Free Alongside Ships (FAS), Free
on Board (FOB), Cost and Freight (C&F), dan Cost Insurance and Freight (CIF).
1. “E” – term.
2. “F”- term.
Yang termasuk dalam kategori ini adalah FOB, FAS, dan FCA.
Inti dari kategori ini adalah bahwa penjual diminta untuk mengirimkan
barang ke pengangkut yang ditunjuk oleh pembeli.
3. “C”- term.
CFR, CPT, CIP dan CIF masuk dalam kategori ini. Pada
kategori ini si penjual adalah pihak yang harus terlibat dalam kontrak
pengangkutan dengan perusahaan angkutan. Akan tetapi segala risiko
atau kerugian akibat kerusakan atau kehilangan terhadap barang atau
semua biaya tambahan yang muncul akibat peristiwa-peristiwa yang
timbul setelah barang dikapalkan atau diserahkan kepada pengangkut
beralih dari penjual kepada pembeli.
4. “D”- term.
DAP, DAT, dan DDP adalah terminologi-terminologi yang
masuk kedalam kategori ini. Pada pokoknya, kelompok ini
mempersyaratkan kepada penjual untuk menanggung segala biaya dan
resiko untuk membawa barang yang dijualnya kepada pembeli ke
tempat tujuan.
Dalam Incoterms 2010 ada sebelas macam terms, namun disini kita hanya
akan bahas lima saja yaitu : EXW, FCA, FAS, FOB, dan CFR.
1. EXW
Kasus PT. ABC sepakat menjual barang jagung ke Cargil,Ltd dengan
term : EXW Gudang X di Tanjung Priok sebanyak 100 ton. Periode
Pengiriman barang ke gudang paling lambat : 12 Agustus 2013.
Pengiriman jagung ke Gudang X oleh PT.ABC menggunakan 5 Truck
Tronton kapasitas 20 Ton. Pada tanggal 12 Agustus 2013, semua truck
sudah tiba, 2 truck telah selesai dibongkar pada tanggal 12 Agustus
2013, tetapi 3 truck lagi dibongkar besok harinya, tanggal 13 Agustus
2013. Besok paginya, ternyata 3 truck berisi 60 ton jagung tersebut
dirampok dan dijarah oleh Bandit Tanjung Priok.
Pertanyaan dari kasus tersebut yaitu Apakah PT. ABC
bertanggungjawab atas kehilangan 60 Ton Jagung Tersebut ?
Jawabannya :
2. FAS
Kasus PT. XYZ adalah eksportir semen berlokasi di Cibinong, Jawa
Barat. Dia sepakat menjual semen ke Xi Hua , Ltd dengan
term : FCA (PT.XYZ Cibinong, Jawa Barat) Incoterms
2010 sebanyak 100 ton. Periode pengiriman barang dari Cibinong
ditentukan pada tanggal : 12 Agustus 2013. Pengiriman barang tersebut
menggunakan 5 x 20’ dengan kapasitas 20 ton per peti kemas.
Pertanyaan dari kasus tersebut yaitu :
a) Siapa yang bertanggungjawab dalam memuat barang ?
b) Apakah PT. XYZ bertanggungjawab dalam membayar trucking
dari Cibinong ke UTC 1, Tanjung Priok Port ?
c) Dalam perjalanan dari Cibinong ke UTC1, Tanjung Priok Port,
Terjadi demo buruh pelabuhan yang menuntut kenaikan upah.
Suasana pelabuhan sangat mengenaskan. Pada saat peristiwa
tersebut 2 dari 5 unit truck peti kemas dibakar oleh para buruh
pelabuhan yang demo. Siapa yang berisiko atas kehilangan
semen sebanyak 40 Ton yang terdapat dalam 2 x 20’ yang
dibakar oleh para demonstran ?
Jawabannya :
3. FAS
Kasus PT. Debora Namura Dame (DND) adalah eksportir alat-alat
berat, seperti: crane, buldozer. Dia sepakat dengan pembeli dari China,
yaitu : Yen Lie Trading dengan term : FAS ( Tanjung Priok Port,
Jakarta, Indonesia) Incoterms 2010 . Periode pengiriman alat berat
adalah paling lambat 10 Nopember 2013. Barang telah tiba tepat pada
tanggal 10 November 2013. Kapal pengangkut break bulk yang akan
mengangkut alat-alat berat tersebut baru akan sandar 15 Nopember
2013. Pada tanggal 12 November terjadi topan badai dan banjir
melanda kota Jakarta,termasuk di Tanjung Priok. Sebagian besar alat2
berat tersapu oleh topan, dan sebagian terendam banjir.
Pertanyaan dari kasus tersebut yaitu :
a) Dimana titik penyerahan barang antara eksportir (DND)
dengan pembeli (Yen Lie Trading ) terjadi ?
b) Siapa yang bertanggungjawab atas kerusakan alat-alat berat
akibat badai dan banjir tersebut ?
c) Siapa yang mengurus perijinan ekspor dan pemasukan barang
ekspor(custom clearance) ?
jawabannya :
a) Titik penyerahan barang antara eksportir (DND) dengan
pembeli (Yen Lie Trading ) terjadi Pelabuhan Tanjung
Priok,Jakarta, Indonesia. Si Penjual wajib mengantarkan barang
tersebut hingga tiba ditempatkan di sisi dermaga di pelabuhan
Tanjung Priok t
b) Si Pembeli menanggung resiko atas kerusakan alat-alat berat
akibat topan dan banjir. Resiko si eksportir telah berakhir sejak
barang telah ditempatkan disisi dermaga di Pelabuhan
pemuatan yaitu pada tanggal 10 November 2013. Kejadian
topan dan banjir yang mengakibatkan barang rusak tersebut
terjadi pada tanggal 12 November 2013. Dalam rangka
menghindari resiko-resiko yang terjadi maka si pembeli wajib
mengasuransikan alat-alat berat yang akan dikirim tersebut
c) Pengurusan perijinan ekspor dan pemasukan barang
ekspor(custom clearance) menjadi tanggungjawab eksportir.
4. FOB
Kasus PT. Papajo Sejahtera Indonesia (PSI) adalah eksportir kopi . Dia
sepakat dengan pembeli dari Tokyo, Jepang, yaitu : Takashimura
Trading dengan term : FOB ( Tanjung Priok Port, Jakarta,
Indonesia) Incoterms 2010 untuk ekspor kopi sebesar 50 ton dengan
menggunakan 2 x 20 FT . (dua) hari setelah peti kemas telah bongkar
di pelabuhan Tanjung Priok, Di Sekitar Pelabuhan Tanjung Priok
terjadi rob ( banjir karena air laut pasang). Banyak peti kemas yang
berada di pelabuhan Tanjung Priok tergenang air, termasuk peti kemas
yang memuat kopi dengan Tujuan ke Tokyo, Jepang.
Pertanyaan dari kasus tersebut yaitu :
a) Dimana titik penyerahan barang antara eksportir (PSI) dengan
pembeli (Takashimura Trading ) terjadi?
b) Siapa yang bertanggungjawab atas rusaknya kopi yang belum
sempat termuat ke atas kapal?
c) Siapa yang mengurus perijinan ekspor dan pemasukan barang
ekspor(custom clearance)?
Jawaban nya :
Jawabannya :
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Incoterms adalah seperangkat aturan komersial/perdagangan yang ditetapkan
oleh Kamar Dagang Internasional (ICC) yang digunakan dalam kontrak penjualan
internasional. Incoterms bukanlah aturan wajib – agar dapat menerima efek hukum,
mereka harus secara eksplisit dimasukkan oleh para pihak ke dalam kontrak mereka.
Penggunaan Incoterms dalam perdagangan internasional adalah fenomena yang
tersebar luas, dan perselisihan sering muncul karena kebingungan mengenai mereka.
Sebelum memasukkan Incoterm ke dalam kontrak, penting bagi para pihak untuk
memastikan bahwa Incoterm memenuhi semua harapan dan kebutuhan mereka
mengenai suatu masalah.
B. Saran
Meskipun Incoterms 2010 telah memberikan petunjuk yang jelas dan tegas
mengenai hak dan kewajiban perdagangan, namun sering kali ditemukan istilah
pencantuman yang tidak tepat dalam praktek perdagangan riil. Sebagai contoh, masih
banyak penggunaan istilah CNF atau C&F dalam kontrak-kontrak perdagangan yang
dibuat sebagai pengganti istilah CFR yang baku. Termasuk juga penggunaan istilah
CNF dalam aturan-aturan yang dibuat oleh institusi DJBC berkaitan dengan
pengaturan nilai pabean. Dalam kasus lain, apabila kita mengamati invoice maupun
kontrak perdagangan yang prosestransportasinya melalui sarana udara maka masih
banyak penggunaan istilah CIF, CNFmaupun FOB. Padahal ketentuan baku incoterms
2010 tidak memperkenankan penggunaan istilah FAS, FOB, CFR dan CIF untuk
digunakan dalam transportasi melalui sarana pengangkut udara.