( ART )
JAKARTA 2016
-1-
ANGGARAN RUMAH TANGGA
BAB I
KEANGGOTAAN
Pasal 1
KRITERIA ANGGOTA
(3) Anggota Luar Biasa Ikatan Penata Anestesi Indonesia adalah setiap orang
yang telah berkarya dan mempunyai aktivitas dalam bidang kepenataan
anestesi.
Pasal 2
-2-
4. Tidak pernah dipidana karena melakukan tindakan pidana
kejahatan yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima)
tahun atau lebih;
Pasal 3
-3-
Pasal 4
a. Mematuhi Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Kode Etik dan
Disiplin Penata Anestesi Indonesia, Standar Profesi, Standar
Pelayanan, Standar Operasional Prosedur, Peraturan/Ketetapan
yang ditetapkan oleh Organisasi Profesi dan Peraturan Perundang-
undangan yang berlaku;
d. Wajib bekerja sama dengan profesi kesehatan dan pihak lain terkait
secara timbal-balik dalam memberikan pelayanan asuhan
kepenataan anesetesi;
e. Wajib secara terus menerus menambah ilmu pengetahuan dan
mengikuti perkembangan ilmu kepenataan anestesi; dan
f. Mutasi anggota biasa ke DPD lain wajib melapor ke DPD yang dituju
dengan disertai rekomendasi tempat asal.
Mematuhi Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Kode Etik dan Disiplin
Penata Anestesi Indonesia, Peraturan/Ketetapan yang ditetapkan oleh
Organisasi Profesi dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;
Pasal 5
(1) Anggota yang melalaikan kewajiban dapat diberikan peringatan maupun sanksi
berupa:
e. sanksi butir a,b,c dan butir d sebagaimana di maksud ayat (1) akan di
atur kemudian dalam peraturan DPP dan DPD.
-4-
berupa peringatan keras masih mengulangi melakukan
pelanggaran;dan
(3) Pemberian sanksi pemberhentian sementara untuk waktu tertentu harus diikuti
larangan untuk menjalankan profesi IPAI dimanapun.
(4) Terhadap mereka yang dijatuhi sanksi pemberhentian sementara untuk waktu
tertentu dan/atau pemecatan dari keanggotaan organisasi IPAI disampaikan
kepada Kementerian Kesehatan untuk diketahui.
Pasal 6
(1) Maksud dan Tujuan Ikatan Penata Anestesi Indonesia adalah meningkatkan
kualitas profesi Penata Anestesi dengan cara menyelenggarakan kegiatan-
kegiatan, termasuk pendidikan dan pelatihan, yang bertujuan menunjang:
(2) Tugas dan Wewenang Ikatan Penata Anestesi Indonesia sebagai berikut :
Membuat dan senantiasa memperbaharuai laporan tahunan perubahan
jumlah anggota IPAI;
b. Menetapkan dan menjalankan Kode Etik dan Disiplin bagi Anggota IPAI;
f. Membentuk Majelis Kehormatan Kode Etik dan Disiplin Penata Anestesi
-5-
Indonesia;dan
(3) Untuk mencapai tujuan Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) berupaya:
d. Bekerja sama dengan organisasi profesi tenaga kesehatan lain baik
secara regional, bilateral, multilateral dan internasional.
e. Menghimpun anggota dengan semangat kebersamaan, kepedulian,
kedisiplinan, dan kemandirian.
f. Melakukan pendidikan dan pelatihan baik dalam bentuk pendidikan formal
maupun pendidikan berkelanjutan.
g. Melakukan bimbingan belajar bagi calon penata anestesi baik secara
individu maupun kelompok melalui pembekalan, teori, praktik, seminar
dan atau kegiatan ilmiah lain; dan
h. Melakukan kegiatan pengabdian masyarakat sesuai dengan
kompetensinya baik secara mandiri maupun kolaborasi dengan pihak
terkait
i. Membentuk badan / lembaga yang dapat memberikan kesejahteraan
anggota.
Pasal 7
(1) Meninggal dunia/wafat.
(2) Setiap anggota yang wafat dibebaskan dari segala kewajibannya sebagai
anggota yang mungkin masih terhutang sebelum wafat.
(4) Atas permintaan sendiri secara tertulis yang disampaikan kepada Pengurus
DPD IPAI dan diteruskan kepada Pengurus DPP IPAI.
(5) Terkena sanksi disiplin organisasi dengan mencemarkan nama baik organisasi
IPAI.
-6-
Pasal 8
Pasal 9
(2) Anggota yang diusulkan oleh pengurus daerah untuk diberhentikan, dapat
mengajukan pembelaan secara tertulis atau dengan meminta bantuan kepada
badan pembinaan dan pembelaan anggota pusat. Pembelaan ini akan menjadi
bahan pertimbangan apakah usulan pemecatan tersebut diterima atau ditolak.
-7-
(3) Anggota yang diberhentikan oleh pengurus pusat, masih diberi kesempatan
untuk mengajukan pembelaan pada musyawarah nasional.
Pasal 10
(1) Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia tidak dapat merangkap dengan
keanggotaan organisasi terlarang yang bertentangan dengan azas, sifat dan
tujuan IPAI.
(2) Perangkapan keanggotaan dan jabatan yang dimaksud pada Pasal 9 ayat (1)
diatas dikenakan sanksi pemberhentian keanggotaan.
BAB II
MUSYAWARAH NASIONAL
Pasal 11
KETENTUAN UMUM
(1) Musyawarah Nasional adalah Pertemuan anggota dengan acara terdiri dari
sidang organisasi, kegiatan ilmiah dan kegiatan sosial.
(3) Penyelengara Musyawarah Nasional adalah panitia yang terdiri dari panitia
pengarah yang disusun oleh Dewan Pengurus Pusat, dan panitia pelaksana
yang disusun dan diusulkan oleh Dewan Pengurus Daerah setempat dan
ditetapkan oleh Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat.
(6) Perubahan waktu dan tempat penyelengaraan yang sudah ditetapkan hanya
bisa ditetapkan melalui rapat pleno khusus oleh Dewan Pengurus Pusat
dengan
-8-
Dewan Pertimbagan dan Pengawas serta Dewan Pengurus Daerah.
Pasal 12
SIDANG ORGANISASI
a. peserta, yang mempunyai hak bicara, dipilih, dan memilih (hak
suara) pada setiap sidang;
b. peninjau, yang mempunyai hak bicara, tanpa hak memilih dan dipilih
pada sidang pleno, dan mempunyai hak bicara dan dipilih tanpa hak
memilih pada sidang khusus;dan
-9-
mendatang;
c. Apabila dipandang perlu sidang pleno dapat membentuk sidang komisi,
yang jumlah, materi, dan pimpinan sidangnya ditetapkan oleh sidang
pleno. Hasil sidang komisi bersifat sementara, dilaporkan pada sidang
pleno untuk dibahas serta disahkan;
d. Pada akhir tugasnya, pimpinan sidang pleno, dengan atau tanpa
dibantu tim perumus, merumuskan hasil sidang yang dipimpinnya,
dalam surat ketetapan/keputusan yang rancangannya telah
disiapkan oleh panitia pengarah;dan
Pasal 13
Pemilihan Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Ikatan Penata Anestesi Indonesia,
Ketua Majelis Kehormatan Kode Etik dan Disiplin Penata Anestesi Indonesia
dilaksanakan pada sidang organisasi, dengan ketentuan:
(1) Ketua Umum DPP IPAI dipilih dan ditetapkan pada sidang pleno;
(2) Ketua Majelis Kehormatan Kode Etik dan Disiplin Penata Anestesi Indonesia,
dipilih oleh Tim Formatur dan ditetapkan oleh Ketua Umum;
(3) pemilihan dilakukan melalui pentahapan, yaitu tahap pencalonan dan tahap
pemungutan suara. Pencalonan dilakukan secara tertutup, diusulkan oleh
daerah, pemungutan suara secara langsung, bebas, dan rahasia;
- 10 -
b. Ketua Majelis Kehormatan Kode Etik dan Disiplin Penata Anestesi
Indonesia adalah setiap anggota biasa yang dinilai memiliki
integritas moral tinggi.
1. Apabila ada calon 2 (dua) orang, dan pada penghitungan suara
ternyata hasilnya sama, maka pemungutan suara diulang, dan
apabila hasilnya tetap sama, maka dilakukan undian;dan
2. Apabila calon lebih dari 2 (dua)orang, dan pada penghitungan
suara belum ada calon yang mendapatkan suara lebih dari ½
(setengah), maka diambil 2 (dua) calon dengan suara terbanyak,
untuk selanjutnya dilakukan pemungutan suara seperti pada
huruf (1).
Pasal 14
KEGIATAN ILMIAH
(2) Kegiatan Ilmiah Musyawarah Nasional dapat berupa sidang ilmiah, kursus,
pelatihan dan lain-lain.
(4) Bagi anggota yang tidak mendapat kesempatan menyajikan karya ilmiahnya
melalui sidang ilmiah, diberi kesempatan untuk menyajikan dalam bentuk
poster.
- 11 -
(5) Kursus dan pelatihan dapat diadakan sebelum, selama atau setelah
Musyawarah Nasional.
(6) Kegiatan ilmiah lain diadakan tergantung kebutuhan dan kemamupan panitia.
Pasal 15
KEGIATAN SOSIAL
Pasal 16
(1) Musyawarah Nasional Luar Biasa diselenggarakan apabila timbul hal-hal yang
sifatnya mendesak, atas permintaan tertulis dari sekurang-kurangnya 2/3 (dua
pertiga) dari jumlah DPD.
BAB III
Pasal 17
(1) Dewan Pengurus Pusat adalah kepemimpinan tertinggi Ikatan Penata Anestesi
yang mengurus dan melaksanankan kebijakan bersekala nasional yang
diamanatkan Musyawarah Nasional, dengan masa jabatan 5 (lima) tahun.
(2) Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat ditetapkan oleh Musyawarah Nasional
dengan tugas awal:
(3) Dewan Pengurus Pusat terdiri dari sekurang-kurangnya seorang Ketua Umum,
seorang Sekretaris Umum, seorang Bendahara, dan beberapa Ketua Bidang
sesuai kebutuhan, yang secara bersama-sama melaksanakan kegiatan secara
kolektif.
- 12 -
a. Rapat pleno terbatas (rapat pengurus lengkap); dihadiri oleh segenap
personalia/fungsionaris pengurus pusat; diadakan sekurang-
kurangnya sekali dalam 3 (tiga) bulan;
b. Rapat pleno yang dihadiri oleh seluruh personalia/fungsionaris
diadakan sesuai kebutuhan;
c. Rapat pleno diperluas yang dihadiri oleh seluruh
personalia/fungsionaris dan diadakan sedikitnya 3 (tiga) kali dalam
satu periode kepengurusan dalam bentuk Rapat Pimpinan Nasional;
d. Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) yang dihadiri oleh seluruh
personalia/fungsionaris, diadakan 1 (satu) kali dalam satu periode
kepengurusan;dan
(9) Sebagai pedoman kegiatan yang akan ditetapkan, Dewan Pengurus Pusat di
awal kepengurusan wajib membuat program kerja sebagai penjabaran garis
besar program kerja yang diamanatkan Musyawarah Nasional, dengan
senantiasa mengacu pada:
f. Program kerja sedapat mungkin disahkan pada rapat pleno dan
disosialisasikan kepada seluruh perangkat organisasi.
- 13 -
Pasal 18
(1) Jika terdapat jabatan lowong, maka dilakukan pergantian antar waktu.
(2) Jika ketua umum berhalangan tetap maka dibentuk presidium yang anggotanya
terdiri dari Ketua 1 sampai dengan Ketua 4 dan sekretaris jendral.
Pasal 19
(1) Kolegium Ilmu Keperawatan Anestesi Indonsia adalah suatu badan otonom
berada dibawah DPP yang bertugas untuk mengembangkan keilmuan profesi
anestesi dan bertanggung jawab kepada Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat
(DPP).
(2) Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat membentuk Kolegium Ilmu Keperawatan
Anestesi Indonesia sesuai dengan peraturan perundangan-undangan.
BAB V
Pasal 20
(3) Ketua Dewan Pengurus Daerah dipilih dari dan oleh anggota biasa dalam
Musyawarah Daerah / Musyawarah Daerah Luar Biasa. Personalia lain dalam
kepengurusan daerah adalah anggota biasa yang ditunjuk oleh Ketua terpilih.
(5) Ketua Dewan Pengurus Daerah dipilih dalam Musyawarah Daerah yang
dilaksanakan selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah Musyawarah
Nasional Ketua terpilih melengkapi dan melaporkan kepengurusan lengkap ke
pengurus pusat selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah terpilih; pengurus
pusat melantik
- 14 -
pengurus daerah bersangkutan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah
menerima laporan. Pelantikan bisa sendiri atau bersama-sama beberapa
daerah.
Pasal 21
TIM FORMATUR
(2) Tim Formatur dipimpin oleh Ketua terpilih dengan anggota genap paling
banyak berjumlah 7 (tujuh) termasuk Ketua.
(3) Tim Formatur dipilih melalui Musyawarah Nasional atau Musyawarah Daerah.
Pasal 22
(1) Di Wilayah yang sekurang-kurangnya ada 5 (lima) orang anggota biasa, dapat
dibentuk Dewan Pengurus Cabang baru, dengan syarat di wilayah tersebut
adalah satu provinsi.
(2) Apabila anggota biasa kurang dari 5 (lima) orang, Dewan Pengurus Daerah
dapat mempertanggungjawabkan untuk terbentuknya Dewan Pengurus
Cabang.
(3) Pembentukan Dewan Pengurus Cabang diusulkan oleh anggota kepada pengurus
daerah, diputuskan dalam rapat pleno, dikukuhkan pada Musyawarah Daerah.
BAB VI
Pasal 23
(2) Hasil kegiatan yang diperoleh melalui Kegiatan Ilmiah sebagai rangkaian
bersama Musyawarah Nasional, Musyawarah Kerja Nasional dan Kegiatan
Ilmiah Lainnya yang dilaksanakan bersama oleh Dewan Pengurus Pusat dan
Dewan Pengurus Daerah IPAI dibagi secara proporsional oleh Dewan
Pengurus Pusat dan Dewan Pengurus Daerah.
- 15 -
(3) Pembagian hasil kegiatan ilmiah yang diselenggarakan bersama olehDewan
Pengurus Pusat dan Dewan Pengurus Daerah, diatur melalui Pedoman
Penyelenggaraan Kegiatan Ilmiah Ikatan Penata Anestesi Indonesia.
Pasal 24
(2) Pertemuan Ilmiah Nasional merupakan pertemuan ilmiah yang diikuti oleh
semua anggota IPAI.
BAB VII
HARTA KEKAYAAN
Pasal 25
PENGELOLAAN KEKAYAAN
(1) Kekayaan IPAI terdiri dari barang, baik berupa benda bergerak maupun tidak
bergerak, surat berharga, dan uang tunai maupun tabungan/
simpanan/deposito.
(2) Kekayaan IPAI, langsung atau tidak langsung menjadi tanggung jawab
pengurus, yang pada pengelolaaannya senantiasa menggunakan prinsip
keterbukaan dan akuntabilitas.
BAB VIII
PENDAPATAN
Pasal 26
(1) Uang Pangkal dan Iuran Anggota merupakan satu-satunya sumber pendapatan
- 16 -
tetap IPAI, penarikannya dilakukan oleh pengurus DPD.
(3) Penyerahan uang pangkal dan iuran anggota, disertai laporan tertulis, dari
Dewan Pengurus Daerah kepada Dewan Pengurus Pusat, dilakukan setiap 6
(enam) bulan sekali.
(4) Untuk kepentingan DPD, pengurus DPD dapat menetapkan iuran tambahan
atas persetujuan anggota.
(5) Untuk kepentingan DPC, pengurus DPC dapat menetapkan iuran tambahan
atas persetujuan anggota.
(6) Besarnya iuran anggota sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) dibagi
sebagai berikut;
a. DPP Rp. 15.000/bulan,-
b. DPD Rp. 15.000/bulan,-
c. DPC Rp. 5.000/bulan,-
Pasal 27
USAHA LAIN
(1) Dewan Pengurus Pusat, Dewan Pengurus Daerah dan Dewan Pengurus
Cabang berhak dan berkewajiban mencari dana penunjang kegiatan
organisasi melalui permintaan bantuan yang sah dan tidak mengikat.
(2) Dewan Pengurus Pusat, Dewan Pengurus Daerah dan Dewan Pengurus
Cabangberhak mendirikan badan usaha untuk kepentingan organisasi
maupun kesejahteraan anggota, sepanjang tidak bertentangan dengan
peraturan/ketentuan yang berlaku.
BAB IX
SEKRETARIAT ORGANISASI
Pasal 28
- 17 -
Pasal 29
(2) Donatur.
(4) Bantuan yang legal, sah, ikhlas, dan tidak mengikat baik.
BAB X
Pasal 30
LAMBANG ORGANISASI
(1) Lambang IPAI berupa gambar Persegi Lima berada di dalam lingkaran
bertuliskan kewaspadaan indera menuju keselamatan.
(2) Bentuk dan warna lambang beserta penjelasannya terdapat pada lampiran
Anggaran Rumah Tangga ini, dengan perubahan pencantuman.
(3) Lambang dicantumkan pada kepala surat, piagam, spanduk, kartu anggota,
panji dan uniform.
Pasal 31
(1) Bendera IPAI berwarna dasar hijau tua dengan lambang IPAI di tengah dan
tulisan berwarna kuning emas.
(2) Panji IPAI berwarna dasar biru tua, tulisan Ikatan Penata Anestesi Indonesia
berwarna putih.
(3) Panji dipasang pada setiap acara resmi yang diselenggarakan IPAI.
(4) Bentuk bendera, panji dan teks MARS sebagaimana dimaksud pasal ini,
sebagaimana terlampir dalam lampiran 2 ART yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari ART
- 18 -
Pasal 32
MARS IPAI
(1) Mars IPAI sebagimana yang ditetapkan pada MUNASLUB X tahun 2016 di
Denpasar Bali.
(2) Mars IPAI wajib dinyanyikan pada setiap acara resmi dalam acara organisasi.
Pasal 33
SERAGAM
(2) Seragam IPAI berupa Jas lengkap dengan warna biru tua, terpasang lambang
Ikatan Penata Anestesi Indonesia.
(3) Seragam IPAI wajib digunakan pada setiap pertemuan IPAI dan/atau acara
resmi lainnya yang diselenggarakan IPAI.
(4) Gambar Lambang, Mars dan Seragam IPAI Ikatan Penata Anestesi Indonesia
menjadi lampiran dari Anggaran Rumah Tangga ini.
BAB XI
Pasal 34
ALASAN PERUBAHAN
AD dan ART yang tidak sesuai dengan perkembangan yang terjadi harus segera
diadakan perubahan dalam rangka penyesuaian yang dilakukan dalam MUNAS
BIASA atau MUNASLUB.
Pasal 35
(1) Usulan perubahan AD dan ART dapat diajukan kepada Ketua Umum Dewan
Pengurus Pusat oleh setiap anggota secara tertulis, disertai alasannya.
(2) Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dapat diubah bila diusulkan
atau disetujui 50 (lima puluh) persen ditambah 1 (satu).
(3) Melalui rapat pleno usulan tersebut akan diterima atau ditolak oleh Ketua
Umum Dewan Pengurus Pusat.
(4) Apabila usulan tersebut diterima, Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat akan
- 19 -
membentuk tim yang personalianya diangkat dari anggota biasa, untuk
membuat rancangan perubahan AD dan ART.
(5) Rancangan perubahan AD dan ART yang telah dibuat oleh tim dilaporkan
kepada Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat untuk mendapat persetujuan di
Rapat Pleno.
(6) Rancangan AD dan ART baru yang telah disetujui Rapat Pleno dilaporkan oleh
Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat ke siding Pleno MUNAS BIASA atau
MUNASLUB untuk mendapat pengesahan.
BAB XII
PEMBUBARAN ORGANISASI
Pasal 36
(3) Setelah pembubaran, maka segala kekayaan IPAI diserahkan kepada Badan
Sosial atau perkumpulan yang ditetapkan oleh MUNAS.
BAB XIII
ATURAN TAMBAHAN
Pasal 37
Setiap Anggota IPAI dianggap telah mengetahui dan wajib mentaati seluruh isi
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ini.
Pasal 38
Pasal 39
- 20 -
Semenjak disahkannya AD/ART ini, maka masa bakti kepengurusan DPP dan DPD
menyesuaikan dengan keputusan AD/ART.
Pasal 40
Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini dimuat dalam
Peraturan tersendiri, yang ditetapkan oleh Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat
dalam bentuk Peraturan organisasi sepanjang tidak bertentangan dengan AD dan
ART.
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 41
Ditetapkan di : Denpasar