Anda di halaman 1dari 11

KONSEP BK ADALAH PENDIDIK

(Nama Penulis: Sri Annisa Walindarahma)


(NIM: A1E119020)
(Universitas Asal: Jambi)
(Email: sriannisawalindarahma@gmail.com)

Abstrak:

Pendidikan merupakan salah satu fokus dalam sistem pendidikan nasional. Karena
itu, pendidik tidak boleh mengabaikan hal ini. Seorang konselor sekolah, sebagai salah satu
pendidik, harus berperan dalam pendidikan . Mengacu pada tanggung jawab bimbingan dan
konseling dalam kaitannya dengan aspek pribadi, sosial, akademik, dan karir siswa, seorang
konselor sekolah tidak boleh lepas dari tugas pokoknya. Menimbang bahwa pendidikan
karakter adalah tanggung jawab semua pihak, konselor sekolah dapat mandiri dan bekerja
sama dengan semua komponen sekolah, berperan dalam pendidikan karakter. Secara
individu, seorang konselor sekolah dapat memberikan layanan, seperti layanan individual,
layanan perencanaan individual, dan layanan responsif. Berkolaborasi dengan pihak lain,
seorang konselor sekolah bisa bersinergi dalam program pendidikan

Kata Kunci: BK, Pendiidik, BK sebagai Pendidik

PENDAHULUAN

Berbicara tentang bimbingan dan konseling (BK) tidak bisa terlepas dari pendidikan,
karena bimbingan dan konseling ada di dalam pendidikan. Pendidikan bertolak dari hakikat
manusia dan merupakan upaya membantu manusia dari kondisi obyektif apa adanya (what
itis) kepada kondisi bagaimana seharusnya (what should be) (Kartadinata, 2010).

Hal ini menggambarkan bahwa pendidikan merupakan aset yang tak ternilai bagi
individu dan masyarakat. Namun perlu digarisbawahi bahwa pendidikan tidak bisa diukur
atau dideskripsikan hanya dari megahnya gedung, fasilitas yang dimiliki atau banyaknya
siswa, dan banyaknya personel yang mengelola; karena pendidikan lebih dari itu semua.
Pendidikanadalah persoalan fokus dan tujuan. Ia merupakan proses yang esensial dalam
mempengaruhi perkembangan manusia (Kartadinata, 2010).
Sebagai suatu proses pendidikan melibatkan berbagai faktor dalam mencapai
kehidupan yang bermakna. Karena itu dikatakan mendidik adalah pilihan moral dan bukan
pilihan teknis belaka. Menurut Terdapat tiga fungsi pendidikan, yakni (a) fungsi
pengembangan, membantu individu mengembangkan diri sesuai dengan segenap potensi dan
keunikannya; (b) fungsi peragaman (diferensiasi), membantu individu memilih arah
perkembangan yang tepat sesuai dengan potensinya; dan (c) fungsi integratif, membawa
keragaman perkembangan ke arah tujuan yang sama sesuai dengan hakikat manusia utnuk
menjadi pribadi utuh (kaffah) (Kartadinata, 2010). Fungsi yang terakhir ini bermakna bahwa
pendidikan berupaya mengintegrasikan nilai-nilai sosial budaya ke dalam kehidupan peserta
didik baik yang menyangkut tatakrama, solidaritas, toleransi, kooperasi maupun empati
sehingga peserta didik dapat belajar hidup bermasyarakat secara harmonis.

Untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu diharuskan mengintegrasikan tiga


bidangkegiatan utamanya yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional
dan kurikuler dan bidang pembinaan siswa (bimbingan dan konseling yang memandirikan).

Pendidikan yang hanya melaksanakan bidang administratif dan pengajaran dengan


mengabaikan bidang bimbingan mungkin hanya akan menghasilkan individu yang pintar dan
terampil dalam aspek akademik, namun kurang memiliki kemampuan atau kematangan
dalam aspek psikososiospiritual (Natawidjaja, 1998, Yusuf dan Nurihsan, 2005). Jadi
bimbingan dan konseling diperlukan dan merupakan bagian penting dalam upaya pencapaian
tujuan pendidikan nasional.

Secara formal Bimbingan dan konseling di Indonesia berada dalam institusi sekolah
sejak tahun 1975, ketika diberlakukannya kurikulum 1975 di semua sekolah di seluruh
penjuru tanah air. Hal ini bermakna bahwa sejak saat itu profesi BK di mulai diakui
eksistensinya. Suatu profesi yang bertujuan membantu dan mendukung mengembangkan
seluruh potensi dan kompetensi peserta didik sesuai dengan bakat, minat, dan kebutuhannya
melalui layanan BK yang bersifat psikopedagogis. Dengan demikian, layanan BK di institusi
pendidikan adalah salah satu bentuk kegiatan pendidikan guna mendukung tercapainya tujuan
pendidikan. Dalamkaitan ini setumpuk harapan diembankan kepada para penyelenggara
layanan BK di sekolah.

Di dalam mengemban misi mulya tersebut, BK sebagai suatu profesi yang secara
legal formal relatif masih muda, banyak mengalami gangguan dan hambatan. Serangkaian
gangguan dan hambatan dimaksud dapat dideteksi mulai dari jumlah sumber daya manusia
(SDM) yang masih sangat terbatas hingga implementasi layanan BK yang belum optimal.
Dampak dari rangkaian gangguan dan hambatan tersebut adalah gaung negatif yang
menggambarkan bahwa konselor sekolah (guru pembimbing) masih sering diasumsikan
secara keliru, misalnya konselor sebagai polisi sekolah, hanya memberikan nasehat, sosok
yang menakutkan, atau cuma menangani siswa maladaptif. Miskonsepsi, ragam pemaknaan,
dan pemahaman terhadap konselor seperti tersebut, akan memperhadapkan konselor kepada
konflik, ketidakkonsistenan, dan ketidakkongruenan peran. Di samping itu konselor tentunya
sangat sulit untuk dapat menuaikan tugas secara umum layanan BK bimbingan dan konseling
dengan baik dan komprehensif, terlebih untuk melaksanakan pendidikan karakter. Dalam
menanamkan karakter kepada peserta didik akan lebih mudah dan diharapkan menuai hasil
yang baik bila konselor memiliki kedekatan personal dengan peserta didik, sehingga konselor
gampang dijadikan model dan layak untuk dicontoh. Lumrahnya peserta didik didik akan
‘respek’ kepada konselor yang memiliki kedekatan secara pribadi sehingga memudahkan
terjadinya penyampaian pesan-pesan atau informasi tentang pendidikan karakter.

Tulisan ini mencoba menjadi wahana wacana bagaimana konselor harus menunjukkan
tugas dan peran yang seharusnya dikerjakan sebagai seorang konselor, bagaimana konselor
mengatasi adanya miskonsepsi, ragam pemaknaan, dan pemahaman terhadap profesinya dan
pentingnya solusi untuk mengatasi keadaan tersebut. Walaupun terkesan sulit karena
kondisinya, namun konselor harus mampu menunjukkan kinerjanya sehingga peserta didik
yang dibantunya tidak lagi memperlihatkan perilaku negatif dan salah suai seperti berbohong,
berkelahi, membolos, bersikap tidak sopan ataupun berperilaku melanggar norma-norma
agama dan budaya.

Bagaimanapun sebagai seorang pendidik dan pembimbing, konselor harus mampu


mengembangkan aspek pribadi dan aspek sosial peserta didik sehingga peserta didik
memiliki kemampuan intrapersonal dan interpersonal yang baik. Tentunya pekerjaan mulia
ini tidak akanmencapai hasil yang maksimal tanpa adanya kerjasama dengan pihak-pihak
yang juga bertanggung jawab dalampendidikan karakter. Dengan kata lain walaupun konselor
di sekolah bukan sebagai satu-satunya pihak yang harus atau paling bertanggung jawab
terhadap penanaman karakter peserta didik, namun konselor di sekolah tidak bisa lepas dari
tanggung jawab tersebut (Washington, Clark, & Dixon, 2008). Dari konteks inilah
diharapkan tulisan ini dapat memberikan sumbangan pemikiran guna mengurai kekusutan
peran yang harus ditampilkan oleh konselor dalam pendidikan karakter di sekolah. Sehingga
melalui pendidikan karakter, dunia pendidikan tak hanya menghasilkan manusia cerdas dan
memiliki keterampilan, tapi juga memiliki integritas dan profesionalitas.

KONSEP DASAR BK ADALAH PENDIDIK

Guru bimbingan dan konseling atau istilah lainnya konselor sekolah dalam
memberikan pengertian antara tokoh yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda karena
dipandang dari sudut pandang yang berbeda. Menurut Ws. Winkell

Guru bimbingan dan konseling adalah seorang guru bidang studi yang telah mendapat
pendidikan formal sebagai tenaga pembimbing, di samping tetap menjadi tenaga pengajar, ia
berkedudukan sebagai tenaga bimbingan yang dibawahi oleh penyuluh pendidikan dan
bertugas memberi pelayanan bimbingan sejauh tidak bertentangan dengan tugasnya sebagai
tenaga pengajar.

Guru BK adalah tenaga profesional, pria atau wanita yang mendapat pendidikan
khusus bimbingan dan konseling, secara ideal berijazah FIP-IKIP, jurusan atau program studi
bimbingan dan konseling atau Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, serta jurusan- jurusan
yang sejenis.

Dari kedua pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa guru BK adalah tenaga
profesional baik pria maupun wanita yang memperoleh pendidikan khusus di Perguruan
Tinggi dan idealnya berijazah sarjana FIP IKIP jurusan Psikologi dan Bimbingan yang
mencurahkan waktunya pada pelayanan bimbingan.

UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas bab 1 pasal 1 ayat 1 dan ayat 6. Ayat 1:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Ayat 6: Pendidikan
adalah tenaga pendidikan yang berkualifikasi sebagai guru dosen konselor, pamong belajar,
widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya
serta berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan.
Secara yuridis keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan
sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong
belajar, tutor, widyaiswara, fasilitator dan instruktur (UU No. 20/2003, pasal 1 ayat 6)

kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan
konseling adalah kompetensi kemandirian untuk mewujudkan diri (self actualization) dan
pengembangan kapasitasnya (capacity development) yang dapat mendukung pencapaian
kompetensi lulusan

Ada persamaan, keunikan, dan keterkaitan antara wilayah layanan, konteks tugas dan
ekspektasi kinerja guru BK dengan guru bidang studi. konselor memang juga diharapkan
untuk berperan serta dalam bingkai layanan yang komplementer dengan layanan guru, bahu
membahu dengan guru termasuk dalam pengelolaan kegiatan ekstra kurikuler

Secara hukum, posisi konselor (penyelenggara profesi pelayanan bimbingan dan


konseling) di tingkat sekolah menengah telah ada sejak tahun 1975, yaitu sejak
diberlakukannya kurikulum bimbingan dan konseling.

Dalam sistem pendidikan Indonesia, konselor di sekolah menengah mendapat peran


dan posisi/ tempat yang jelas.

Peran konselor, sebagai salah satu komponen student support services, adalah men-
suport perkembangan aspek-aspek pribadi, sosial, karier, dan akademik peserta didik, melalui
pengembangan menu program bimbingan dan konseling pembantuan kepada peserta didik
dalam individual student planning, pemberian pelayanan responsive, dan pengembangan
system support

KONSELOR ADALAH PENDIDIK

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1


Butir 6 menegaskan bahwa konselor adalah pendidik, sebagaimana juga guru, dosen, pamong
belajar, widiyaiswara, tutor, instruktur, dan fasilitator. Karena konselor adalah pendidik maka
konseling adalah pendidikan. Pelayanan konseling adalah pelayanan pendidikan.

Ada Belajar dalam Pendidikan Menurut UU No. 20/2003 itu, pendidikan adalah (Pasal
1 Butir 1) : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Berdasarkan pengertian tersebut di atas ada lima komponen pokok dalam apa yang disebut
pendidikan, yaitu:

1. Usaha sadar dan terencana


2. Suasana belajar dan proses pembelajaran
3. Peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya
4. Enam fokus capaian pendidikan:
 Kekuatan spiritual keagamaan
 Pengendalian diri
 Kepribadian
 Kecerdasan
 Akhlak mulia
 Keterampilan
5. Kebergunaan

LANDASAN

1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional menyatakan :
1. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara (Pasal 1 angka 1).
2. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab (Pasal 3)
3. Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru,
dosen, Konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur,
fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya serta
berpartisipasi dalam pendidikan (Pasal 1 angka 6). Dalam hal ini
Konselor adalah pendidik yang mempunyai tugas khusus dalam
pelayanan Bimbingan dan Konseling pada jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan.
4. Pendidikan diselenggarakan dengan  memberi keteladanan, membangun
kemauan, dan mengembangkan kreativitas  peserta didik dalam proses
pembelajaran (Pasal 4 Ayat 4).
5. Setiap siswa pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan
pelayanan pendidikan sesuai dengan ba-kat, minat, dan kemampuannya (
Pasal 12 Ayat (1) b ).
6. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru, yang
menyatakan bahwa:
1. Posisi untuk Guru Bimbingan dan Konseling (selanjutnya
disingkat BK) atau Konselor, adalah sebagai pelaksana
pelayanan bimbingan dan konseling pada satuan pendidikan
dasar dan menengah.
2. Beban kerja Guru BK atau Konselor pada satuan pendidikan
dasar dan menengah adalah mengampu pelayanan bimbingan
dan konseling paling sedikit 150 orang peserta didik per tahun.
3. Pelayanan BK dilaksanakan dalam bentuk pelayanan tatap
muka terjadwal di dalam kelas dan layanan individual atau
kelompok bagi peserta didik yang dianggap perlu atau
memerlukan di luar kelas.
7. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 27 Tahun 2008
tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor yang
memberikan arah pengembangan profesi Konselor. Dalam Permendiknas
ini ditegaskan bahwa Konselor adalah lulusan Sarjana (S1) BK yang telah
menamatkan program Pendidikan Profesi Konselor menamatkan program
Pendidikan Profesi Konselor (PPK). Permendinas ini juga menegaskan
bahwa (Pasal 2) :
Penyelenggara pendidikan yang satuan pendidikannya mempekerjakan Konselor wajib
menerapkan standar kualifikasi akademik dan kompetensi Konselor sebagaimana diatur
dalam Peraturan Menteri paling lambat 5 tahun setelah Peraturan Menteri ini mulai
berlaku.

1. Dasar Standarisasi Profesi Konseling yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal


Pendidikan Tinggi Tahun 2004 untuk memberi arah pengembangan profesi BK di
sekolah dan di luar sekolah.
2. Peraturan Bersama Menteri pendidikan Nasional dan Kepala Badan Kepegawaian
Negara Nomor 03/V/PB/2010 dan No-mor 14 Tahun 2010 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya menyatakan :
1. Guru BK atau Konselor adalah guru yag mempunyai tugas, tanggung
jawab, wewenang, dan hak secara penuh dalam kegiatan pelayanan
Bimbingan dan Konseling terhadap sejumlah siswa.
2. Penilaian kinerja Guru BK atau Konselor dihitung secara proporsional
berdasarkan beban kerja wajib paling kurang 150 (seratus lima puluh)
orang peserta didik dan paling banyak  250 (dua ratus lima puluh) orang
peserta didik per tahun.
3. Kegiatan BK adalah kegiatan Guru BK atau Konselor dalam menyusun
rencana pelayanan Bimbingan dan Konseling, melaksanakan pelayanan
Bimbingan dan Konseling, mengevaluasi proses dan hasil pelayanan
Bimbingan dan Konseling serta melakukan perbaikan tindak lanjut
memanfaatkan hasil evaluasi.
4. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) RI
Nomor 81.A tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum, khususnya
Lampiran IV Bagian VIII mengenai konsep dan strategi pelayanan BK
yang memberikan arahan dasar tentang :
1. Konsep pelayanan BK
2. Komponen layanan meliputi jenis layanan, kegiatan
pendukung, dan format layanan.
3. Strategi layanan, meliputi arah layanan, penyelenggara layanan
baik dalam jam pembelajaran, dan di luar jam pembelajaran
pada satuan pendidikan, program layanan, dan pelaksana
layanan.
DAFTAR PUSTAKA

Konselor pendidikan adalah konselor yang bertugas dan bertanggungjawab


memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada peserta didik di satuan pendidikan.
Konselor pendidikan merupakan salah satu profesi yang termasuk ke dalam tenaga
kependidikan seperti yang tercantum dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas bab
1 pasal 1 ayat 1 dan ayat 6. Ayat 1: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Ayat 6: Pendidikan adalah tenaga pendidikan yang
berkualifikasi sebagai guru dosen konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur,
fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya serta berpartisipasi dalam
penyelenggaraan pendidikan.

Secara yuridis keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan


sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong
belajar, tutor, widyaiswara, fasilitator dan instruktur (UU No. 20/2003, pasal 1 ayat 6)
DAFTAR PUSTAKA

Ditjen Dikti Depdiknas (2007). Penataan Pendidikan Profesional Konselor Dan Layanan
Bimbingan Dan Konseling Dalam Jalur Pendidikan Formal

Boharudin. 2011. Bimbingan dan konseling.


http://boharudin.blogspot.com/2011/05/keberadaan-bimbingan-dan-konseling.html?
m=1

E journal. http://etheses.iainkediri.ac.id › ...PDF

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.usd.ac.id/fakultas/pendidikan/f1l3/PLPG2
017/Download/materi/bk/BAB-I-Esensi-Bimbingan-dan-
Konseling.pdf&ved=2ahUKEwjO3sWu-
vPzAhUj7XMBHUMrBFQQFnoECBMQAQ&usg=AOvVaw3cTlcCUXvOmrixilqFv
Mo3

Sofwan Adiputra. 2021. Konseling adalah pendidik. Blogspot.


https://www.google.com/amp/s/bkpemula.com/2021/07/18/konseling-adalah-
pendidikan/amp/ . Diakses 2 November 2021

Nellychandrawati. 2015. PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING PADA


SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH KURIKULUM 2013.
https://www.google.com/amp/s/nellysside.wordpress.com/2013/09/25/pelayanan-
bimbingan-dan-konseling-pada-satuan-pendidikan-dasar-dan-menengah-kurikulum-
2013-2/amp/ . Diakses 2 November 2021

https://bkpemula.com/2021/07/18/konseling-adalah-pendidikan/ . Diakses 2 November 2021

https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/Edukasia/article/download/760/729#:~:text=Simpul
an-,Bimbingan%20dan%20konseling%20pendidikan%20adalah%20kegiatan%20atau
%20proses%20bimbingan%20dan,agar%20selaras%20dengan%20tujuan
%20pendidikan. . Diakses 2 November 2021
https://id.wikipedia.org/wiki/Konselor_pendidikan . Diakses 2 November 2021

Efendi, Gusfar, Nurfarhanah, dan Yusri. 2013. Kompetensi Sosial Guru BK/Konselor
Sekolah. Jurnal Ilmiah Konseling. Vol. 2, No. 1: 162 – 166. Diakses 2 November
2021

Dr. Mulyadi, S. M. (2016). Bimbingan Konseling di Sekolah dan Madrasah.Jakarta:


PRENADAMEDIA GROUP. Diakses 2 November 2021

Anda mungkin juga menyukai