Anda di halaman 1dari 16

Marco Polo

Potret Marco Polo[Note 1]

Lahir c. 1254
diduga di Venesia, Italia

Meninggal 9 Januari 1324 (umur 69)
Venesia, Republik
Venesia

Tempat Gereja San Lorenzo


peristirahatan 45,2613°LU
12,2043°BT

Pekerjaan Saudagar, penjelajah

Dikenal karena Perjalanan Marco Polo

Pasangan Donata Badoer

Anak Fantina, Bellela, dan


Moretta
Orang tua Ibu: Nicole Anna
Defuseh
Ayah: Niccolò Polo

Marco Polo (lahir 15 September 1254 – meninggal 8 Januari 1324 pada umur


69 tahun) adalah seorang pedagang dan penjelajah Italia yang pernah menyusuri
jalan sutera. Ia pergi ke Tiongkok semasa berkuasanya Dinasti Mongol. Ia
belajar tentang perdagangan selagi ayah dan pamannya, Niccolo dan Maffeo,
melakukan perjalanan melalui Asia dan tampaknya bertemu Kubilai Khan. Pada
1269, mereka kembali ke Venesia dan bertemu Marco untuk pertama kalinya.
Mereka bertiga memulai sebuah perjalanan epik ke Asia, dan kembali setelah 24
tahun, menemukan Venice berperang dengan Geno. Marco dipenjarakan, dan
mengisahkan cerita kepada teman satu selnya. Ia dibebaskan tahun 1299,
menjadi pedagang kaya, menikah dan punya tiga anak.
Ia terkenal karena kisah-kisahnya sangat menarik dan aneh bagi bangsa Eropa.
Pada masa itu, bangsa Barat tidak mengenal dunia Timur.
Sebagian cendekiawan berpendapat bahwa Marco Polo memang pergi ke
Tiongkok, tetapi tidak mengunjungi semua tempat yang digambarkan dalam
bukunya (misalnya Xanadu).
Salah satu kisah Marco Polo yang menarik untuk bangsa Indonesia adalah cerita
tentang unicorn atau kuda bertanduk satu yang menurutnya dijumpainya di
pulau Sumatra. Tetapi, ilmu pengetahuan membuktikan bahwa yang ditemukan
Marco Polo itu bukanlah unicorn melainkan badak Sumatra. Ia meninggal pada
1324, dan dimakamkan di San Lorenzo.

Marco Polo dan Indonesia


Beberapa nama tempat di Indonesia yang disebutkan dalam buku perjalanan
Marco Polo, antara lain:

 Pulau Jawa Besar (pulau Jawa); diperkirakan sangat luas karena pantai


selatannya tidak sempat dikunjungi oleh Marco Polo. Juga diceritakan
mengenai ekspedisi penyerangan Kubilai Khan ke Jawa dan kegagalannya.
 Pulau-pulau Sondur dan Condur (belum jelas); diperkirakan merupakan
pulau-pulau kecil di Laut Cina Selatan yang pernah digunakan sebagai
patokan pelayaran.
 Pulau Pentam (pulau Bintan); disebutkan mengenai letak pulau ini
dari selat Singapura
 Kota Malaiur (Melayu, atau Palembang?); diceritakan pula tentang raja-
raja Melayu, diantaranya adalah Paramasura.
 Pulau Jawa Kecil (pulau Sumatra?); diperkirakan sebutan untuk Sumatra,
karena ciri-ciri komoditas dan hewan (gajah, badak, elang hitam) yang
disebutkannya.
 Kerajaan-kerajaan Ferlec (Perlak) dan Basman (Peusangan [1] -di daerah
Bireuen sekarang-); diceritakan tentang beberapa kerajaan bertetangga dan
keberadaan suku Battas (Batak) di pedalaman.
 Kerajaan-kerajaan Samara (Samudra) dan Dagroian (Pidie .[1]);
disebutkan mengenai pohon kelapa (palem Melayu) dan
legenda kanibalisme famili yang meninggal.
 Kerajaan-kerajaan Lambri (Lamuri) dan Fansur (Barus); disebutkan
mengenai legenda manusia berbulu dan berekor (orangutan?), kapur barus,
dan sagu kelapa.[1]

Kisah Perjalanan Marcopolo

Tata kota modern di daratan Tiongkok membuat pemuda 20 tahun itu


tercengang. Ia melihat arsitektur megah, jalanan yang rapi dengan taman,
jembatan lengkung, petugas pemadam kebakaran, dan sistem pos (ekspedisi)
berkuda sudah ada pada masa itu. Hal luar biasa yang melampuai sistem tata
kota di Eropa (khususnya wilayah Italia) pada masa itu. Pemuda itu pun
menghabiskan waktu selama 20-an tahun di Daratan Tiongkok yang baginya
seakan-akan di taman Firdaus.

Pemuda itu bernama Marco Polo. Ia bersama ayahnya Nicolo Polo dan
pamannya Maffeo Polo adalah penjelajah Eropa pertama yang punya
pengalaman puluhan tahun di daratan Tiongkok dan Asia. Apa yang membuat
kagum Marco Polo adalah sebuah kota bernama Hang Zhou (lafal Barat: Shang
Du). Kota pertama di daratan Tiongkok yang menyita perhatian dan
kekagumannya.

Perjalanan mencapai daratan Tiongkok itu dilakukan melalui jalur laut dan
melintasi Jalur Sutra sampai ke wilayah Utara Tembok Tiongkok di teritori Xia
Du (1272). Di sini mereka menghadap Kublai Khan (dinasti penguasa Tiongkok
1279 - 1368), Kaisar Mongolia yang saat itu sudah menginvasi daratan
Tiongkok. Kublai Khan menyamb
Hubungan yang baik dengan Kublai Khan akhirnya membawa Marco Polo
berkeliling wilayah Tiongkok dan sekitarnya. Sampai akhirnya Kublai Khan
berhasil menaklukkan Hang Zhou pada 1276. Kublai Khan sering mengajak
Marco Polo muda untuk menunggang gajah bersama dalam perburuan, dan
memberikannya izin keleluasaan keluar masuk lingkungan istana, ia juga diajak
berkeliling ke beberrapa daerah taklukan di daratan Tiongkok.

Marco Polo terkagum-kagum akan kemegahan kota-kota di daratan Tiongkok,


kebudayaannya, barang-barang seni, ukiran, desain bangunan, tata kota, sistem
pemerintahan yang dianggapnya sudah sangat maju. Termasuk kebiasaan kaisar
setiap dua tahun sekali untuk memilih seratusan gadis cantik sebagai selir istana
yang dikunjungi setiap malam. Marco Polo merekam semua pengalaman
hidupnya di lingkungan istana, daratan Tiongkok dan sekitarnya (Muangthai,
Birma, Tibet) dalam catatan-catatan perjalanannya.

Saking sayangnya Kublai Khan pada Marco Polo, ia kemudian mengangkat


Marco Polo sebagai pejabat tinggi di kekaisarannya di Tiongkok. Saat itu ia
diberi jabatan sebagai Kepala Daerah Jiang Nan yang beribukota Yang Zhou
yang membawahi 24 kota di teritori itu. Saat itu Yang Zhou menjadi kota
penting bagi kekaisaran Kublai Khan dan menjadi pusat produksi persenjataan.

Diusia raja yang ke-72 tahun (1288), Nicolo Polo dan Maffeo Polo menjadi
mitra dagang utama kekaisaran dan sudah mengumpulkan banyak harta dan
kekayaan. Saat itu mereka mulai merasa banyak pihak yang mencemburui
mereka. Sementara Marco Polo mencium gerakan pengambil alihan kekuasaan
Kublai Khan.
Kekhawatiran ini membuat mereka ingin kembali ke Venesia. Kublai Khan
mengabulkan permintaan mereka dan ia menyiapkan sebuah kapal khusus bagi
ketiganya untuk berlayar kembali ke Venesia di tahun 1292. Kapal tersebut
bergerak dari pelabuhan di wilayah Quan Zhou berlayar kembali ke Venesia
melintasi Laut Cina Selatan, Selat Malaka, Samudra Hindia, terus ke Laut Arab
dan dilanjutkan dengan jalur darat ke Venesia.

Marco Polo beserta ayah dan pamannya, kemudian menjadi orang Eropa
pertama yang menginjak daratan Tiongkok lebih lama dari siapa pun, dan
Marco Polo yang membuat catatan detail soal Asia dan Tiongkok pertama di
Eropa, termasuk penjelajah Eropa yang tercatat pertama kali melintasi jalur
Laut China Selatan, dan orang Eropa pertama yang membuka sekaligus penujuk
jalan menuju wilayah Timur. Perjalanan mereka kemudian menginspirasi
banyak penjelajah Eropa untuk mengeksplorasi wilayah Asia (Timur).

A Description of The World


Tiga tahun setelah kembali ke Venesia, saat itu perang berkecamuk antara
Venesia dan Genoa. Marco Polo yang saat itu berusia 42 tahun ditunjuk otoritas
Venesia sebagai salah satu komandan strategi armada perang.

Namun pada 1296, Genoa berhasil menaklukkan Venesia. Dalam perang yang
dilatarbelakangi dominasi jalur perdagangan laut itu serdadu Genoa menangkap
Marco Polo dan mentransfernya ke salah satu kamp penjara di Genoa.

Di dalam penjara, Marco Polo menghabiskan waktu dengan mencatat ulang


kisah perjalanan hidupnya selama di daratan Tiongkok. Ia lalu bertemu dengan
seorang penulis terkenal di zamannya, yaitu Rustichello of Pisa. Melalui
Rustichello-lah ia bertutur dan menyerahkan sebagian catatannya. Rustichello
tertarik dengan kisah-kisah perjalanan Marco Polo.

Kemudian ia menulis ulang semua kisah Marco Polo. Ia menerjemahkan


deskripsi Marco Polo dalam bahasa Prancis Tua (standar penulisan Itali masa
itu). Setelah bekerja selama dua tahun, Rustichello mempublikasikan kisah
perjalanan Marco Polo dalam sebuah buku yang diterbitkan tahun 1298.

Buku ini kemudian dikenal sebagai Description of the World yang


menggemparkan literatur Eropa. Dalam buku ini diuraikan mengenai kejayaan
dan kemajuan yang dicapai kerajaan Tiongkok pada masa pemerintahan Kublai
Khan. Dijelaskan bahwa kota-kota di daratan Tiongkok sudah demikian maju
dan punya arsitektur yang cukup modern di masanya.

Beberapa hal yang belun diketahui di dunia barat, diuraikan detail dalam buku
tersebut. Kebudayaan dan kebiasaan masyarakat Tiongkok yang maju itu
membuat banyak orang Eropa yang menganggap kisah Marco Polo itu hanya
bualan. Apalagi setelah mengetahui di Tiongkok sudah digunakan uang kertas,
padahal di Eropa masih menggunakan koin logam, perak dan emas.

Walau ditentang dan dianggap berdusta atas informasi tak masuk akal, tulisan
dalam Description of the World ternyata mempengaruhi para penjelajah Eropa
untuk menguak kebenaran kisah tersebut. Dari sinilah mata Barat terbuka untuk
menjelajah ke dunia Timur yang mereka anggap masih barbar dan sangat
primitif.

Sampai ujung hayatnya di tahun 1324, Marco Polo yang diminta salah satu
Pastor untuk mengaku dosa atas pandangannya terhadap timur justru berucap
bahwa apa yang dituturkannya dalam buku Description of The World hanyalah
sebagian kecil dari pengalamannya di wilayah Timur (Tiongkok dan
sekitarnya).

Para penjelajah setelah meninggalnya Marco Polo justru membuat laporan


bahwa kisah Marco Polo adalah benar. Apa yang kemudian ditemukan orang
Eropa di Timur sungguh mengejutkan bahwa peradaban di Timur memang
sudah maju sesuai gambaran Marco Polo.ut baik kehadiran mereka dan
membawanya ke ibukota Tiongkok yang ditetapkan Kublai Khan di Cambaluc
(sekarang Beijing, dikuasai Kublai Khan sejak 1264).
HIKAYAT HANG TUAH

Hikayat Hang Tuah adalah sebuah karya sastra Melayu yang termasyhur dan


mengisahkan Hang Tuah.
Dalam zaman kemakmuran Kesultanan Malaka, adalah Hang Tuah,
seorang laksamana yang amat termasyhur. Ia berasal dari kalangan rendah, dan
dilahirkan dalam sebuah gubug reyot. Tetapi karena keberaniannya, ia amat
dikasihi dan akhirnya pangkatnya semakin naik. Maka jadilah ia seorang duta
dan mewakili negeranya dalam segala hal.
Hang Tuah memiliki beberapa sahabat karib: Hang Jebat, Hang Kesturi, Hang
Lekir dan Hang Lekiu. Ada yang berpendapat bahwa kedua tokoh terakhir ini
sebenarnya hanya satu orang yang sama saja. Sebab huruf Jawi wau; "‫ "ﻭ‬dan ra;
"‫ "ﺭ‬bentuknya sangat mirip. Tetapi yang lain menolak dan mengatakan bahwa
kelima kawan ini adalah versi Melayu dari Pandawa lima, tokoh utama
dalam wiracarita Mahabharata.
Hikayat ini bercerita pada kesetiaan Hang Tuah pada Sri Sultan. Bahkan ketika
ia dikhianati dan dibuang, teman karibnya, Hang Jebat yang memberontak
membelanya akhirnya malah dibunuh oleh Hang Tua. Hal ini sampai sekarang,
terutama di kalangan Bangsa Melayu masih menjadi kontroversial. Siapakah
yang benar: Hang Tuah atau Hang Jebat?
Selain itu setting cerita ini adalah di Malaka sekitar abad ke-14 Masehi. Sebab
banyak diceritakan dalam hikayat ini perseteruan antara Malaka dan Majapahit.
Banyak kritik ditujukan kepada orang Jawa dalam hikayat ini. Meskipun begitu
senjata paling ampuh, yaitu sebilah keris, berasal dari Majapahit. Malah Hang
Tuah dan lima bersaudara dikatakan menuntut banyak ilmu kebatinan dari
petapa Jawa.

search thLaksamana Hang Tuah
Laksamana Hebat dari Malaka

(Esa Hilang Dua Terbilang, Patah Tumbuh Hilang Berganti, Takkan Melayu
Hilang di Bumi)

Sebuah nama yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah Keemasan Malaka


dahulu kala dari Bintan Kepulauan Riau. HANG TUAH tidak hanya terkenal di
Malaka tetapi juga di wilayah Malaysia dan Asia Tenggara. Hang Tuah adalah
Ksatria Legendaris Melayu yang tinggal di Malaka pada masa pemerintahan
Sultan Mansur Shah di abad ke-15.
Hang Tuah oleh banyak orang dikenal sebagai sebuah legenda dan seorang pria
dengan kekuatan supranatural, Hang Tuah telah menjadikan dirinya sebagai
seorang pejuang besar selama era Kesultanan Melaka. Bersama dengan empat
sahabatnya sejak kecil : Hang Jebat, Hang Kasturi, Hang Lekir dan Hang Lekiu.
Hang Tuah adalah putera Dang Mahmud dan Dang Merdu Wati, bermigrasi
dari Bintan (Kepulauan Riau) ke Malaka dalam mencari kehidupan yang lebih
baik. Bersama orang tuanya Hang Tuah akhirnya menetap di Kampung Duyung,
Malaka. Sebagai anak muda, Hang Tuah bekerja sebagai penebang kayu
bersama orangtuanya. Konsep spiritual dan potensi sebagai seorang pejuang
besar sudah terlihat jelas dari usia muda.
Sejak kecil, Hang Tuah bersama Empat Sahabatnya mewujudkan persahabatan
sejati tanpa akhir. Mereka bahkan menggali sumur bersama di desa mereka
yang kemudian dikenal sebagai Hang Tuah Nah (sampai saat ini sumur tersebut
masih ada). Dalam masa pertumbuhannya menjadi dewasa, Hang Tuah dan
empat sahabatnya mempelajari seni beladiri Melayu (‘Silat’) dari seorang guru
bijaksana bernama Adiputra yang menjalani kehidupan di dalam gua di suatu
tempat di daerah terpencil di Gunung Ledang – Malaka. Mereka telah diajarkan
seni bela diri dan meditasi. Dengan keterampilan, mereka berlima saling
membantu dalam menjaga perdamaian di Malaka.
Titik balik dalam kehidupan Hang Tuah datang ketika ia berhasil
menyelamatkan Datuk Bendahara (Perdana Menteri) dari beberapa orang yang
mengamuk di kota. Datuk Bendahara kagum dengan keberanian Hang Tuah dan
teman-temannya. Karena keberanian dan gagah perkasanya Hang Tuah beserta
sahabatnya, Sultan Malaka memberikan penghargaan. Sultan Mansor
Shah (1456-1477) mendengar tentang keberanian Hang Tuah ini, dan dengan
bangga memberikan Hang Tuah pangkat Laksamana Syahbandar Malaka. Dan
keempat sahabatnya ditunjuk menjadi Ksatria Malaka.
Berjalannya tahun, Hang Tuah menghadiri undangan kehormatan dari luar
negeri (Cina) bersama Sultan Malaka dan Hang Tuah dijadikan ajudan Sultan
pada kunjungan tersebut. Saat Majapahit berekspansi, Taming Sari, seorang
prajurit Majapahit yang terkenal, menantang Hang Tuah untuk bertarung adu
kesaktian. Taming Sari memiliki kesaktian Kebal Senjata, mampu menghilang
dari pandangan serta pandai silat. Setelah pertarungan panjang yang penuh
dengan semangat, Hang Tuah akhirnya muncul sebagai pemenang dengan
membunuh Taming Sari dan Sultan Majapahit menghadiahkan Keris Taming
Sari kepada Hang Tuah. Hang Tuah mengetahui bahwa kesaktian Taming Sari
berada pada keris yang disematkan dipinggangnya. Hang Tuah merebut keris
tersebut dan berhasil mengalahkan Tamin Sari Keris Taming Sari konon
memiliki kekuatan magis.
Tanggung jawab lain selain sebagai ‘Laksamana’ dan ‘Syahbandar’ Malaka,
Hang Tuah selalu ditugaskan untuk tugas menjadi duta Sultan dalam membina
hubungan lebih dekat dengan pemerintah sekutu termasuk China, India, Siam
dan Turki.
Menurut Hikayat Hang Tuah, karena kesetiaannya kepada Sultan, Hang Tuah
berlayar ke Inderaputra (sekarang disebut ‘Pahang’) untuk membujuk Tun
Teja, putri dari Inderapura menjadi Ratu Sultan Malaka. Tun Teja berpikir
bahwa Hang Tuah sendiri yang akan menikahinya, Tun Teja setuju dengan
ajakan Hang Tuah dan ikut bersama Hang Tuah dalam perjalanan ke Malaka.
Namun, dalam perjalanan selama pelayaran, Hang Tuah mengungkapkan
kebenaran bahwa yang akan menikahi Tun Teja adalah Sultan Malaka. Tun Teja
bersedih namun tetap menerima pinangan Hang Tuah untuk Sultan Malaka. 
Kesetiaan Hang Tuah bersama sahabatnya tidak diragukan.  Hingga terucap
Sumpah “Takkan Hilang Melayu di Bumi”.
Popularitas Hang Tuah membuat iri beberapa bangsawan Malaka dan ini
menyebabkan salah satu dari mereka, Patih Karma Wijaya, membuat cerita
fitnah bahwa Hang Tuah berselingkuh dengan salah satu pembantu wanita
istana. Tanpa penyelidikan lebih lanjut, Sultan telah memerintahkan Datuk
Bendahara untuk melaksanakan hukuman mati kepada Hang Tuah dengan
dugaan pelanggaran etika pembesar kerajaan. Namun, Datuk Bendahara tahu
akan kebenaran. Hukuman Mati tidak pernah dilakukan oleh Datuk Bendahara.
Beliau pergi melawan perintah Sultan dengan mengajak Hang Tuah
bersembunyi di suatu tempat di Ulu Malaka demi keharuman nama Hang Tuah
di kemudian hari.  Dan Datuk meminta keris Taming Sari kepada Hang Tuah
sebagai bukti bahwa eksekusi telah dilaksanakan.
Keris diserahkan kepada Sultan sebagai bukti eksekusi dan Sultan menyerahkan
keris Taming Sari kepada sahabat Hang Tuah (Hang Jebat). Hang Jebat
percaya bahwa Hang Tuah tidak bersalah dan telah dijatuhi hukuman mati,
Hang Jebat memutuskan untuk membalas dendam pada kematian rekan tercinta,
dengan terlebih dahulu membunuh Patih Karma Wijaya. Dan melakukan
pemberontakan melawan Sultan Malaka. Namun Sultan tidak mampu berbuat
apa-apa karena tidak ada prajuritnya berani menantang keganasa serta tingginya
kesaktian Hang Jebat. Sultan menyesal telah menghukum mati sahabat Hang
Jebat ini. Karena Kabar yang diterima Sultan, hanya Hang Tuah yang mampu
meredam kedigdayaan Hang Jebat ini.
Datuk Bendahara akhirnya mengungkapkan rahasia yang dipendam selama ini
kepada Sultan dan mengatakan kepadanya bahwa Hang Tuah masih hidup.
Setelah mendengar kabar baik itu, Sultan kemudian memerintahkan untuk
membawa Hang Tuah sebagai upaya untuk meredam pemberontakan Hang
Jebat. Setelah melewati pertarungan melelahkan yang panjang, Hang Jebat
mampu dikalahkan oleh Hang Tuah dan keris Taming Sari dipegang kembali
oleh Hang Tuah.
Cerita lain dalam Hikayat Hang Tuah adalah perjalanannya ke Gunung Ledang
(Mount Ledang) di perbatasan Malaka-Johor untuk meminta kesediaan Putri
Gunung Ledang Indah seuai keinginan Sultan untuk menjadi Ratu nya.
Setelah bertemu sang putri, Hang Tuah kembali kembali ke Malaka. Dan
Menyampaikan mahar pernikahan atau hadiah untuk membuat Jembatan emas
yang menghubungkan Malaka dan puncak Gunung Ledang, tujuh nampan
masing-masing berisi nyamuk, penyakit hati, tujuh botol air mata perawan dan
semangkuk darah Raja Ahmad (anak Sultan Malaka).
Hang Tuah mengaku sangat kecewa ketika mendengar ini, karena ia tahu bahwa
Sultan tidak akan mampu memenuhi persyaratan. Legenda menyatakan bahwa
Hang Tuah, yang tidak mampu menutupi kekecewaan nya, melemparkan keris
Taming Sari ke dalam selat Malaka dan bersumpah hanya akan kembali ke
Malaka jika keris tersebut muncul kembali ke permukaan, yang ia tidak pernah
melakukannya. Seraya berpantun :
“Esa Hilang Dua Terbilang
Patah Tumbuh Hilang Berganti
Takkan Hilang Melayu di Bumi… “
Akhirnya Hang Tuah menghilang di suatu tempat yang tidak diketahui. Hang
Tuah moksa bersama budi baik serta bhakti nya kepada Kesultanan Melaka.
Hanya petilasan yang menjadi kenangan …

   

Walisongo
Walisongo atau Walisanga dikenal sebagai penyebar agama Islam di
tanah Jawa pada abad ke 14. Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai utara
Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan-Tuban di Jawa Timur, Demak-
Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat.
Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam
budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah
simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh
lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam
mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan
masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat para Walisongo
ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.

Arti Walisongo

Masjid Agung Demak, diyakini sebagai salah satu tempat berkumpulnya


para wali yang paling awal.
Ada beberapa pendapat mengenai arti Walisongo. Pertama adalah wali yang
sembilan, yang menandakan jumlah wali yang ada sembilan,
atau sanga dalam bahasa Jawa. Pendapat lain menyebutkan bahwa
kata songo/sanga berasal dari kata tsana yang dalam bahasa Arab berarti mulia.
Pendapat lainnya lagi menyebut kata sana berasal dari bahasa Jawa, yang
berarti tempat.
Pendapat lain yang mengatakan bahwa Walisongo adalah sebuah
majelis dakwah yang pertama kali didirikan oleh Sunan Gresik (Maulana Malik
Ibrahim) pada tahun 1404 Masehi (808 Hijriah).[1] Para Walisongo adalah
pembaharu masyarakat pada masanya. Pengaruh mereka terasakan dalam
beragam bentuk manifestasi peradaban baru masyarakat Jawa, mulai
dari kesehatan, bercocok-tanam, perniagaan, kebudayaan, kesenian,
kemasyarakatan, hingga ke pemerintahan.

Nama para Walisongo


Dari nama para Walisongo tersebut, pada umumnya terdapat 9 nama yang
dikenal sebagai anggota Walisongo yang paling terkenal, yaitu:
 Sunan Gresik atau  Sunan Drajat atau  Sunan
Maulana Malik Raden Qasim Kalijaga atau Raden
Ibrahim  Sunan Kudus atau Sahid
 Sunan Ampel atau Ja'far Shadiq  Sunan Muria atau
Raden Rahmat  Sunan Giri atau Raden Umar Said
 Sunan Raden Paku atau Ainul  Sunan Gunung
Bonang atau Raden Yaqin Jati atau Syarif
Makhdum Ibrahim Hidayatullah

Sunan Gresik

Makam Maulana Malik Ibrahim, desa Gapurosukolilo, Gresik, Jawa Timur


Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim (w. 1419 M/882 H) adalah nama
salah seorang Walisongo, yang dianggap yang pertama kali menyebarkan
agama Islam di tanah Jawa. Ia dimakamkan di desa Gapurosukolilo, kota
Gresik, Jawa Timur.

Asal keturunan
Tidak terdapat bukti sejarah yang meyakinkan mengenai asal keturunan
Maulana Malik Ibrahim, meskipun pada umumnya disepakati bahwa ia
bukanlah orang Jawa asli. Sebutan Syekh Maghribi yang diberikan masyarakat
kepadanya, kemungkinan menisbatkan asal keturunannya dari wilayah Arab
Maghrib di Afrika Utara.
Babad Tanah Jawi versi J.J. Meinsma menyebutnya dengan nama Makhdum
Ibrahim as-Samarqandy, yang mengikuti pengucapan lidah Jawa menjadi Syekh
Ibrahim Asmarakandi. Ia memperkirakan bahwa Maulana Malik Ibrahim lahir
di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh awal abad 14.[1]
Dalam keterangannya pada buku The History of Java mengenai asal mula dan
perkembangan kota Gresik, Raffles menyatakan bahwa menurut penuturan para
penulis lokal, "Mulana Ibrahim, seorang Pandita terkenal berasal dari Arabia,
keturunan dari Jenal Abidin, dan sepupu raja Chermen (sebuah
negara Sabrang), telah menetap bersama para Mahomedans[2] lainnya di Desa
Leran di Jang'gala".[3]
Namun, kemungkinan pendapat yang terkuat adalah berdasarkan pembacaan
J.P. Moquette atas baris kelima tulisan pada prasasti makamnya di desa Gapura
Wetan, Gresik; yang mengindikasikan bahwa ia berasal dari Kashan, suatu
tempat di Iran sekarang.[4]
Terdapat beberapa versi mengenai silsilah Maulana Malik Ibrahim. Ia pada
umumnya dianggap merupakan keturunan Rasulullah SAW, melalui jalur
keturunan Husain bin Ali, Ali Zainal Abidin, Muhammad al-Baqir, Ja'far ash-
Shadiq, Ali al-Uraidhi, Muhammad al-Naqib, Isa ar-Rumi, Ahmad al-Muhajir,
Ubaidullah, Alwi Awwal, Muhammad Sahibus Saumiah, Alwi ats-Tsani, Ali
Khali' Qasam, Muhammad Shahib Mirbath, Alwi Ammi al-Faqih, Abdul Malik
(Ahmad Khan), Abdullah (al-Azhamat) Khan, Ahmad Syah Jalal, Jamaluddin
Akbar al-Husaini (Maulana Akbar), dan Maulana Malik Ibrahim,[5][6][7][8] yang
berarti ia adalah keturunan orang Hadrami yang berhijrah.

Penyebaran agama
Maulana Malik Ibrahim dianggap termasuk salah seorang yang pertama-tama
menyebarkan agama Islam di tanah Jawa, dan merupakan wali senior di antara
para Walisongolainnya.[9] Beberapa versi babad menyatakan bahwa
kedatangannya disertai beberapa orang. Daerah yang ditujunya pertama kali
ialah desa Sembalo, sekarang adalah daerah Leran, Kecamatan Manyar, yaitu 9
kilometer ke arah utara kota Gresik. Ia lalu mulai menyiarkan agama Islam di
tanah Jawa bagian timur, dengan mendirikan mesjid pertama di desa Pasucinan,
Manyar.
Makam Maulana Malik Ibrahim di sekitar tahun 1900
Pertama-tama yang dilakukannya ialah mendekati masyarakat melalui
pergaulan. Budi bahasa yang ramah-tamah senantiasa diperlihatkannya di dalam
pergaulan sehari-hari. Ia tidak menentang secara tajam agama dan kepercayaan
hidup dari penduduk asli, melainkan hanya memperlihatkan keindahan dan
kabaikan yang dibawa oleh agama Islam. Berkat keramah-tamahannya, banyak
masyarakat yang tertarik masuk ke dalam agama Islam.[10]
Setelah berhasil memikat hati masyarakat sekitar, aktivitas selanjutnya yang
dilakukan Maulana Malik Ibrahim ialah berdagang. Ia berdagang di tempat
pelabuhan terbuka, yang sekarang dinamakan desa Roomo, Manyar.
[11]
 Perdagangan membuatnya dapat berinteraksi dengan masyarakat banyak,
selain itu raja dan para bangsawan dapat pula turut serta dalam kegiatan
perdagangan tersebut sebagai pelaku jual-beli, pemilik kapal atau pemodal.[12]
Setelah cukup mapan di masyarakat, Maulana Malik Ibrahim kemudian
melakukan kunjungan ke ibukota Majapahit di Trowulan. Raja Majapahit
meskipun tidak masuk Islam tetapi menerimanya dengan baik, bahkan
memberikannya sebidang tanah di pinggiran kota Gresik. Wilayah itulah yang
sekarang dikenal dengan nama desa Gapura. Cerita rakyat tersebut diduga
mengandung unsur-unsur kebenaran; mengingat menurut Groeneveldt pada saat
Maulana Malik Ibrahim hidup, di ibukota Majapahit telah banyak orang asing
termasuk dari Asia Barat. [13]
Demikianlah, dalam rangka mempersiapkan kader untuk melanjutkan
perjuangan menegakkan ajaran-ajaran Islam, Maulana Malik Ibrahim membuka
pesantren-pesantren yang merupakan tempat mendidik pemuka agama Islam
pada masa selanjutnya. Hingga saat ini makamnya masih diziarahi orang-orang
yang menghargai usahanya menyebarkan agama Islam berabad-abad yang
silam. Setiap malam Jumat Legi, masyarakat setempat ramai berkunjung untuk
berziarah. Ritual ziarah tahunan atau haul juga diadakan setiap tanggal 12
Rabi'ul Awwal, sesuai tanggal wafat pada prasasti makamnya. Pada acara haul
biasa dilakukan khataman Al-Quran, mauludan (pembacaan riwayat Nabi
Muhammad), dan dihidangkan makanan khas bubur harisah.[14]

Legenda rakyat
Menurut legenda rakyat, dikatakan bahwa Syeh Maulana Malik Ibrahim
atau Sunan Gresik berasal dari Persia. Syeh Maulana Malik Ibrahim dan Syeh
Maulana Ishaq disebutkan sebagai anak dari Syeh Maulana Ahmad Jumadil
Kubro, atau Syekh Jumadil Qubro. Syeh Maulana Ishaq disebutkan menjadi
ulama terkenal di Samudera Pasai, sekaligus ayah dari Raden Paku atau Sunan
Giri. Syeh Jumadil Qubro dan kedua anaknya bersama-sama datang ke pulau
Jawa. Setelah itu mereka berpisah; Syekh Jumadil Qubro tetap di pulau Jawa,
Syeh Maulana Malik Ibrahim ke Champa, Vietnam Selatan; dan adiknya Syeh
Maulana Ishak mengislamkan Samudera Pasai.
Syeh Maulana Malik Ibrahim disebutkan bermukim di Champa (dalam legenda
disebut sebagai negeri Chermain atau Cermin) selama tiga belas tahun. Ia
menikahi putri raja yang memberinya dua putra; yaitu Raden Rahmat
atau Sunan Ampel dan Sayid Ali Murtadha atau Raden Santri. Setelah cukup
menjalankan misi dakwah di negeri itu, ia hijrah ke pulau Jawa dan
meninggalkan keluarganya. Setelah dewasa, kedua anaknya mengikuti jejaknya
menyebarkan agama Islam di pulau Jawa.
Syeh Maulana Malik Ibrahim dalam cerita rakyat kadang-kadang juga disebut
dengan nama Kakek Bantal. Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam. Ia
merangkul masyarakat bawah, dan berhasil dalam misinya mencari tempat di
hati masyarakat sekitar yang ketika itu tengah dilanda krisis ekonomi dan
perang saudara.
Selain itu, ia juga sering mengobati masyarakat sekitar tanpa biaya. Sebagai
tabib, diceritakan bahwa ia pernah diundang untuk mengobati istri raja yang
berasal dari Champa. Besar kemungkinan permaisuri tersebut masih kerabat
istrinya.

Filsafat
Mengenai filsafat ketuhanannya, disebutkan bahwa Maulana Malik Ibrahim
pernah menyatakan mengenai apa yang dinamakan Allah. Ia berkata: "Yang
dinamakan Allah ialah sesungguhnya yang diperlukan ada-Nya."

Wafat
Setelah selesai membangun dan menata pondokan tempat belajar agama
di Leran, Syeh Maulana Malik Ibrahim wafat tahun 1419. Makamnya kini
terdapat di desa Gapura, Gresik, Jawa Timur.
Inskripsi dalam bahasa Arab yang tertulis pada makamnya adalah sebagai
berikut:

“ Ini adalah makam almarhum seorang yang dapat diharapkan mendapat


pengampunan Allah dan yang mengharapkan kepada rahmat Tuhannya
Yang Maha Luhur, guru para pangeran dan sebagai tongkat sekalian
para sultan dan wazir, siraman bagi kaum fakir dan miskin. Yang
berbahagia dan syahid penguasa dan urusan agama: Malik Ibrahim yang
terkenal dengan kebaikannya. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan
ridha-Nya dan semoga menempatkannya di surga. Ia wafat pada hari
Senin 12 Rabi'ul Awwal 822 Hijriah. ”
Saat ini, jalan yang menuju ke makam tersebut diberi nama Jalan Malik
Ibrahim.

Anda mungkin juga menyukai