Marco Polo
Marco Polo
Lahir c. 1254
diduga di Venesia, Italia
Meninggal 9 Januari 1324 (umur 69)
Venesia, Republik
Venesia
Pemuda itu bernama Marco Polo. Ia bersama ayahnya Nicolo Polo dan
pamannya Maffeo Polo adalah penjelajah Eropa pertama yang punya
pengalaman puluhan tahun di daratan Tiongkok dan Asia. Apa yang membuat
kagum Marco Polo adalah sebuah kota bernama Hang Zhou (lafal Barat: Shang
Du). Kota pertama di daratan Tiongkok yang menyita perhatian dan
kekagumannya.
Perjalanan mencapai daratan Tiongkok itu dilakukan melalui jalur laut dan
melintasi Jalur Sutra sampai ke wilayah Utara Tembok Tiongkok di teritori Xia
Du (1272). Di sini mereka menghadap Kublai Khan (dinasti penguasa Tiongkok
1279 - 1368), Kaisar Mongolia yang saat itu sudah menginvasi daratan
Tiongkok. Kublai Khan menyamb
Hubungan yang baik dengan Kublai Khan akhirnya membawa Marco Polo
berkeliling wilayah Tiongkok dan sekitarnya. Sampai akhirnya Kublai Khan
berhasil menaklukkan Hang Zhou pada 1276. Kublai Khan sering mengajak
Marco Polo muda untuk menunggang gajah bersama dalam perburuan, dan
memberikannya izin keleluasaan keluar masuk lingkungan istana, ia juga diajak
berkeliling ke beberrapa daerah taklukan di daratan Tiongkok.
Diusia raja yang ke-72 tahun (1288), Nicolo Polo dan Maffeo Polo menjadi
mitra dagang utama kekaisaran dan sudah mengumpulkan banyak harta dan
kekayaan. Saat itu mereka mulai merasa banyak pihak yang mencemburui
mereka. Sementara Marco Polo mencium gerakan pengambil alihan kekuasaan
Kublai Khan.
Kekhawatiran ini membuat mereka ingin kembali ke Venesia. Kublai Khan
mengabulkan permintaan mereka dan ia menyiapkan sebuah kapal khusus bagi
ketiganya untuk berlayar kembali ke Venesia di tahun 1292. Kapal tersebut
bergerak dari pelabuhan di wilayah Quan Zhou berlayar kembali ke Venesia
melintasi Laut Cina Selatan, Selat Malaka, Samudra Hindia, terus ke Laut Arab
dan dilanjutkan dengan jalur darat ke Venesia.
Marco Polo beserta ayah dan pamannya, kemudian menjadi orang Eropa
pertama yang menginjak daratan Tiongkok lebih lama dari siapa pun, dan
Marco Polo yang membuat catatan detail soal Asia dan Tiongkok pertama di
Eropa, termasuk penjelajah Eropa yang tercatat pertama kali melintasi jalur
Laut China Selatan, dan orang Eropa pertama yang membuka sekaligus penujuk
jalan menuju wilayah Timur. Perjalanan mereka kemudian menginspirasi
banyak penjelajah Eropa untuk mengeksplorasi wilayah Asia (Timur).
Namun pada 1296, Genoa berhasil menaklukkan Venesia. Dalam perang yang
dilatarbelakangi dominasi jalur perdagangan laut itu serdadu Genoa menangkap
Marco Polo dan mentransfernya ke salah satu kamp penjara di Genoa.
Beberapa hal yang belun diketahui di dunia barat, diuraikan detail dalam buku
tersebut. Kebudayaan dan kebiasaan masyarakat Tiongkok yang maju itu
membuat banyak orang Eropa yang menganggap kisah Marco Polo itu hanya
bualan. Apalagi setelah mengetahui di Tiongkok sudah digunakan uang kertas,
padahal di Eropa masih menggunakan koin logam, perak dan emas.
Walau ditentang dan dianggap berdusta atas informasi tak masuk akal, tulisan
dalam Description of the World ternyata mempengaruhi para penjelajah Eropa
untuk menguak kebenaran kisah tersebut. Dari sinilah mata Barat terbuka untuk
menjelajah ke dunia Timur yang mereka anggap masih barbar dan sangat
primitif.
Sampai ujung hayatnya di tahun 1324, Marco Polo yang diminta salah satu
Pastor untuk mengaku dosa atas pandangannya terhadap timur justru berucap
bahwa apa yang dituturkannya dalam buku Description of The World hanyalah
sebagian kecil dari pengalamannya di wilayah Timur (Tiongkok dan
sekitarnya).
(Esa Hilang Dua Terbilang, Patah Tumbuh Hilang Berganti, Takkan Melayu
Hilang di Bumi)
Walisongo
Walisongo atau Walisanga dikenal sebagai penyebar agama Islam di
tanah Jawa pada abad ke 14. Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai utara
Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan-Tuban di Jawa Timur, Demak-
Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat.
Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam
budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah
simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh
lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam
mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan
masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat para Walisongo
ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.
Arti Walisongo
Sunan Gresik
Asal keturunan
Tidak terdapat bukti sejarah yang meyakinkan mengenai asal keturunan
Maulana Malik Ibrahim, meskipun pada umumnya disepakati bahwa ia
bukanlah orang Jawa asli. Sebutan Syekh Maghribi yang diberikan masyarakat
kepadanya, kemungkinan menisbatkan asal keturunannya dari wilayah Arab
Maghrib di Afrika Utara.
Babad Tanah Jawi versi J.J. Meinsma menyebutnya dengan nama Makhdum
Ibrahim as-Samarqandy, yang mengikuti pengucapan lidah Jawa menjadi Syekh
Ibrahim Asmarakandi. Ia memperkirakan bahwa Maulana Malik Ibrahim lahir
di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh awal abad 14.[1]
Dalam keterangannya pada buku The History of Java mengenai asal mula dan
perkembangan kota Gresik, Raffles menyatakan bahwa menurut penuturan para
penulis lokal, "Mulana Ibrahim, seorang Pandita terkenal berasal dari Arabia,
keturunan dari Jenal Abidin, dan sepupu raja Chermen (sebuah
negara Sabrang), telah menetap bersama para Mahomedans[2] lainnya di Desa
Leran di Jang'gala".[3]
Namun, kemungkinan pendapat yang terkuat adalah berdasarkan pembacaan
J.P. Moquette atas baris kelima tulisan pada prasasti makamnya di desa Gapura
Wetan, Gresik; yang mengindikasikan bahwa ia berasal dari Kashan, suatu
tempat di Iran sekarang.[4]
Terdapat beberapa versi mengenai silsilah Maulana Malik Ibrahim. Ia pada
umumnya dianggap merupakan keturunan Rasulullah SAW, melalui jalur
keturunan Husain bin Ali, Ali Zainal Abidin, Muhammad al-Baqir, Ja'far ash-
Shadiq, Ali al-Uraidhi, Muhammad al-Naqib, Isa ar-Rumi, Ahmad al-Muhajir,
Ubaidullah, Alwi Awwal, Muhammad Sahibus Saumiah, Alwi ats-Tsani, Ali
Khali' Qasam, Muhammad Shahib Mirbath, Alwi Ammi al-Faqih, Abdul Malik
(Ahmad Khan), Abdullah (al-Azhamat) Khan, Ahmad Syah Jalal, Jamaluddin
Akbar al-Husaini (Maulana Akbar), dan Maulana Malik Ibrahim,[5][6][7][8] yang
berarti ia adalah keturunan orang Hadrami yang berhijrah.
Penyebaran agama
Maulana Malik Ibrahim dianggap termasuk salah seorang yang pertama-tama
menyebarkan agama Islam di tanah Jawa, dan merupakan wali senior di antara
para Walisongolainnya.[9] Beberapa versi babad menyatakan bahwa
kedatangannya disertai beberapa orang. Daerah yang ditujunya pertama kali
ialah desa Sembalo, sekarang adalah daerah Leran, Kecamatan Manyar, yaitu 9
kilometer ke arah utara kota Gresik. Ia lalu mulai menyiarkan agama Islam di
tanah Jawa bagian timur, dengan mendirikan mesjid pertama di desa Pasucinan,
Manyar.
Makam Maulana Malik Ibrahim di sekitar tahun 1900
Pertama-tama yang dilakukannya ialah mendekati masyarakat melalui
pergaulan. Budi bahasa yang ramah-tamah senantiasa diperlihatkannya di dalam
pergaulan sehari-hari. Ia tidak menentang secara tajam agama dan kepercayaan
hidup dari penduduk asli, melainkan hanya memperlihatkan keindahan dan
kabaikan yang dibawa oleh agama Islam. Berkat keramah-tamahannya, banyak
masyarakat yang tertarik masuk ke dalam agama Islam.[10]
Setelah berhasil memikat hati masyarakat sekitar, aktivitas selanjutnya yang
dilakukan Maulana Malik Ibrahim ialah berdagang. Ia berdagang di tempat
pelabuhan terbuka, yang sekarang dinamakan desa Roomo, Manyar.
[11]
Perdagangan membuatnya dapat berinteraksi dengan masyarakat banyak,
selain itu raja dan para bangsawan dapat pula turut serta dalam kegiatan
perdagangan tersebut sebagai pelaku jual-beli, pemilik kapal atau pemodal.[12]
Setelah cukup mapan di masyarakat, Maulana Malik Ibrahim kemudian
melakukan kunjungan ke ibukota Majapahit di Trowulan. Raja Majapahit
meskipun tidak masuk Islam tetapi menerimanya dengan baik, bahkan
memberikannya sebidang tanah di pinggiran kota Gresik. Wilayah itulah yang
sekarang dikenal dengan nama desa Gapura. Cerita rakyat tersebut diduga
mengandung unsur-unsur kebenaran; mengingat menurut Groeneveldt pada saat
Maulana Malik Ibrahim hidup, di ibukota Majapahit telah banyak orang asing
termasuk dari Asia Barat. [13]
Demikianlah, dalam rangka mempersiapkan kader untuk melanjutkan
perjuangan menegakkan ajaran-ajaran Islam, Maulana Malik Ibrahim membuka
pesantren-pesantren yang merupakan tempat mendidik pemuka agama Islam
pada masa selanjutnya. Hingga saat ini makamnya masih diziarahi orang-orang
yang menghargai usahanya menyebarkan agama Islam berabad-abad yang
silam. Setiap malam Jumat Legi, masyarakat setempat ramai berkunjung untuk
berziarah. Ritual ziarah tahunan atau haul juga diadakan setiap tanggal 12
Rabi'ul Awwal, sesuai tanggal wafat pada prasasti makamnya. Pada acara haul
biasa dilakukan khataman Al-Quran, mauludan (pembacaan riwayat Nabi
Muhammad), dan dihidangkan makanan khas bubur harisah.[14]
Legenda rakyat
Menurut legenda rakyat, dikatakan bahwa Syeh Maulana Malik Ibrahim
atau Sunan Gresik berasal dari Persia. Syeh Maulana Malik Ibrahim dan Syeh
Maulana Ishaq disebutkan sebagai anak dari Syeh Maulana Ahmad Jumadil
Kubro, atau Syekh Jumadil Qubro. Syeh Maulana Ishaq disebutkan menjadi
ulama terkenal di Samudera Pasai, sekaligus ayah dari Raden Paku atau Sunan
Giri. Syeh Jumadil Qubro dan kedua anaknya bersama-sama datang ke pulau
Jawa. Setelah itu mereka berpisah; Syekh Jumadil Qubro tetap di pulau Jawa,
Syeh Maulana Malik Ibrahim ke Champa, Vietnam Selatan; dan adiknya Syeh
Maulana Ishak mengislamkan Samudera Pasai.
Syeh Maulana Malik Ibrahim disebutkan bermukim di Champa (dalam legenda
disebut sebagai negeri Chermain atau Cermin) selama tiga belas tahun. Ia
menikahi putri raja yang memberinya dua putra; yaitu Raden Rahmat
atau Sunan Ampel dan Sayid Ali Murtadha atau Raden Santri. Setelah cukup
menjalankan misi dakwah di negeri itu, ia hijrah ke pulau Jawa dan
meninggalkan keluarganya. Setelah dewasa, kedua anaknya mengikuti jejaknya
menyebarkan agama Islam di pulau Jawa.
Syeh Maulana Malik Ibrahim dalam cerita rakyat kadang-kadang juga disebut
dengan nama Kakek Bantal. Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam. Ia
merangkul masyarakat bawah, dan berhasil dalam misinya mencari tempat di
hati masyarakat sekitar yang ketika itu tengah dilanda krisis ekonomi dan
perang saudara.
Selain itu, ia juga sering mengobati masyarakat sekitar tanpa biaya. Sebagai
tabib, diceritakan bahwa ia pernah diundang untuk mengobati istri raja yang
berasal dari Champa. Besar kemungkinan permaisuri tersebut masih kerabat
istrinya.
Filsafat
Mengenai filsafat ketuhanannya, disebutkan bahwa Maulana Malik Ibrahim
pernah menyatakan mengenai apa yang dinamakan Allah. Ia berkata: "Yang
dinamakan Allah ialah sesungguhnya yang diperlukan ada-Nya."
Wafat
Setelah selesai membangun dan menata pondokan tempat belajar agama
di Leran, Syeh Maulana Malik Ibrahim wafat tahun 1419. Makamnya kini
terdapat di desa Gapura, Gresik, Jawa Timur.
Inskripsi dalam bahasa Arab yang tertulis pada makamnya adalah sebagai
berikut: