Anda di halaman 1dari 7

NAMA: AZZAHRA FIRDAUSI SALMA

NIM: 20003054
KELAS: 80390 HARI SELASA 10.40-12.20
SUBJEK: TUGAS PKN PERTEMUAN 1
GURU PEMBIMBING: Dr. HELMI HASAN M.pd
Pertanyaan
1. Jelaskan urgensi mata kuliah PKn dalam mewujudkan masyarakat yang demokratis di
Indonesia.
2. Uraikan landasan-landasan Pendidikan Kewarganegaraan dilaksanakan di perguruan tinggi!
3. Jelaskan konsep Pendidikan Kewarganegaraan menurut para ahli!
4. Jelaskan visi dan misi serta tujuan Pendidikan Kewarganegaraan sesuai dengan peraturan
yang berlaku sekarang!
5. Jelaskan pengaruh 3 T (transportasi, telekomunikasi, trade) pada semangat kebangsaan
Indonesia!
6. Jelas mengapa terjadi global paradox dan global village dan pengaruhnya terhadap
kehidupan berbangsa dan bernegara!
7. Jelaskan pemahaman anda tentang perang modern, dan bagaimana dampak pada bangsa
Indonesia serta hal apa yang harus diwaspadai oleh bangsa Indonesia!
8. Bagaimana upaya mensosialisasi dan mengaktualisaikan masyarakat madani dalam konteks
ke-Indonesiaan?
9. Jelaskan makna yang terkandung dalam visi Indonesia 2020!
10. Nilai-nilai macam apakah yang patut dikembangkan dalam realitas social-politik di
Indonesia?
Jawaban
1. Jazim Hamidi dan Mustafa Lutffi (2010;128) mengungkapkan pentingnya pendidikan
kewarganegaraan dalam membangun demokrasi. Pendidikan kewarganegaraan (civic
education) harus mampu menjadikan dirinya sebagai salah satu instrumen pendidikan untuk
pemberdayaan bagi masyarakat, terutama bagi peserta didik yang sedang dalam proses
pembelajaran pendidikan ini. Selain itu, pendidikan kewarganegaraan harus dapat juga
dijadikan wahana dan isntrumen untuk melaukakan social engineering dalam rangka
membangun modal sosial yang efektif bagi tumbuhnya kultur demokrasi dalam kehidupan
masyarakat, berbangsa, dan bernegara serta tumbuhnya masyarakat madani.
Cara paling praktis untuk “mengalami demokrasi dan menjadi civilized adalah
melalui “Pendidikan Kewarganegaraan”. Inilah sesungguhnya urgensi dari Pendidikan
Kewarganegaraan. Di dalam Pendidikan Kewarganegaraan terkandung makna sosialisasi,
diseminasi, dan aktualisasi konsep, sistem, nilai, budaya, serta praktik demokrasi berkeadaban.
Postulat yang berada di balik penerapan Pendidikan Kewarganegaraan antara lain bahwa
pemeliharaan tradisi demokrasi tidak bisa diwariskan bagitu saja, tetapi sebaliknya, harus
diajarkan, disosialisaikan, dan diaktualisasikan kepada generasi muda melalui lembaga
pendidikan.
Pendidikan Kewarganegaraan yang dikembangkan secara demokratis semakin
mendesak dilakukan dalam lembaga pendidikan mulai pendidikan dasar, pendidikan
menengah, sampai pada pendidikan tinggi. Setidaknya upaya ini diharapkan dapat
mengeliminir fenomena patologi sosial yang masih tersisa menuju demokratisasi di negeri ini
saat ini.
Secara teoritis dan praktis, lembaga pendidikan memegang peranan penting dalam
usaha mengubah masyarakat menuju Good citizen (warga negara yang baik). Dalam rangka
pembentukan warga negara yang baik ini, Pendidikan Kewarganegaraan sangat urgen
dilaksanakan pada semua jenjang pendidikan.

2. Landasan Pendidikan Kewarganegaraan


1. Landasan Yuridis
Pendidikan kewarganegaraan dilaksanakan di Perguruan Tinggi di Indonesia berlandaskan
pada peraturan perundang di bawah ini:
a. Pembukaan UUD 1945 alinea II dan IV; terkandung dalam cita-cita dan tujuan
nasional bangsa Indonesia.
b. Pasal 31 ayat 1 – 5 tentang pendidikan nasional
c. Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional nomor 232/U/2000 tentang pedoman
penyusunan kuirkulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian hasil belajar.
d. Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional nomor 045/U/2002 tentang kurikulum
inti Pendidikan Tinggi, antara lain ditegaskan bahwa kurikulum Pendidikan Tinggi meliputi:
a. MPK (Mata kuliah Pengembangan Kepribadian),
b. MKK (Mata kuliah Keilmuan dan Keterampilan),
c. MPB (Mata kuliah Perilaku Berkarya), dan
d. MBB (Mata kuliah Berkehidupan Bersama).
e. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 pasal 37 ayat 2 menjelaskan bahwa kurikulum
Pendidikan Tinggi wajib memuat Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa.
f. Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
juga menjelaskan kurikulum Pendidikan Tinggi wajib memuat Pendidikan Agama,
Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa.
g. SK Dirjen Dikti Depdiknas nomor 43/Kep/2006 menjelaskan bahwa kelompok MPK
di Pendidikan Tinggi meliputi Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa.

3. Berikut ini dikemukakan beberapa pandangan para pakar pendidikan kewarganegaraan


tentang Pendidikan Kewarganegaraan.
a. Henry Randal Waite (1886)
Civic adalah ilmu kewarganegaraan yang membicarakan hubungan manusia dengan manusia
dalam perkumpulan-perkumpulan yang terorganisasi (organisasi sosial, ekonomi, politik), dan
individu-individu dengan negara.
b. Edmonson (1958)
Civic adalah kajian yang berkaitan dengan pemerintahan dan yang menyangkut hak dan
kewajiban warga Negara. Civic merupakan cabang dari ilmu politik.
c. Stanley E. Dimond
Civic adalah citizenship mempunyai makna dalam aktivitas sekolah. Yang pertama,
kewarganegaraan termasuk kedudukan yang berkaitan dengan hukum yang sah. Sedang yang
kedua, aktivitas politik dan pemilihan dengan suara terbanyak, organisasi pemerintahan, badan
pemerintahan, hukum, dan tanggung jawab.
d. Elise Boulding
Perlu adanya pendidikan pengembangan kebudayaan kewarganegaraan yang menjelaskan apa
yang dapat disumbangkan terhadap ruang dunia, sumberdaya, kesempatan dan pengelolaan
yang saling ketergantungan. Ruang dunia bukan hanya ruang fisik, etapi juga ruang sosial.
Ruang sosial adalah ruang tindakan yang dapat mengarahkan, menyusun serta meningkatkan
saling ketergantungan dalam kehidupan sosial. Kebudayaan kewargenagaraan tidak saja
menyangkut tentang masyarakat dalam negara, tetapi juga tentang masyarakat dunia.
e. Azumardi Azra
Pendidikan kewarganegaraan atau civic education dikembangkan menjadi pendidikan
kewarganegaraan yang substantif tidak saja mendidik generasi muda menjadi warga negara
yang cerdas dan sadar akan hak dan kewajibannya dalam konteks kehidupan bermasyarakat
dan bernegara, tetapi juga membangun kesiapan warga negara menjadi warga dunia (global
society).

4. Visi Pendidikan Kewarganegaraan adalah menjadi sumber nilai dan pedoman


penyelenggaraan dan pengembangan program studi dalam mengantarkan mahasiswa
memantapkan kepribadiannya sebagai manusia Indonesia seutuhnya.
Misi Pendidikan Kewarganegaraan adalah membantu mahasiswa memantapkan
kepribadiannya secara konsisten mampu mewujudkan nilai-nilai dasar Pancasila, rasa
kebangsaan, dan cinta tanah air sepanjang hayat dalam menguasai, menerapkan, dan
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dengan rasa tanggung jawab.
Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah sebagai berikut:
1. Menguasai kemampuan berpikir, bersikap rasional, dan dinamis, berpandangan luas
sebagai manusia intelektual, serta mengantarkan mahasiswa yang memiliki:
- Wawasan kesadaran bernegara untuk bela negara dengan perilaku cinta tanah air,
- Wawasan kebangsaan, kesadaran berbangsa demi ketahanan nasional, dan pola pikir,
sikap yang komprehensif integral pada seluruh aspek kehiduapn nasional.
2. Mendidik mahasiswa memiliki motivasi bahwa Pendidikan Kewarganegaraan yang
diberikan berkaitan erat dengan dan kedudukan serta kepentingan mereka sebagai individu,
anggota keluarga, anggota masyarakat, dan sebagai WNI yang terdidik, serta bertekad dan
bersedia untuk mewujudkannya.
3. Memberikan pemahaman akan hubungan antara warga negara dan negaranya harus
terus ditingkatkan agar mahasiswa dapat menjawab tantangan masa depan sehingga memiliki
etos bela negara dalam profesi masing-masing. PT sebagai institusi ilmiah juga harus dapat
mengembangkan ilmu dan teknologi (IPTEK) untuk mencetak kader pemimpin bangsa yang
dapat diharapkan dan dapat berperan dalam pembangunan.
4. Memberikan pemahaman filosofi dan bahasan wawasan nusantara dan ketahanan
nasional.
5. Globalisasi dipicu oleh 3 T yaitu Transportasi, Telekomunikasi, dan trade. Ketiga hal ini
dapat menurunkan semangat kebangsaan di Indonesia karena masyarakat sudah terpengaruh
oleh budaya luar yang masuk ke Indonesia melalu 3 faktor tersebut. Masyarat kini lebih
menerima budaya luar yang dianggap lebih bebas dan maju sehingga mengabaikan dan
menurunkan semangat kebangsaan Indonesia sendiri.
Globalisasi yang dimungkinkan oleh perkembangan IPTEK, terutama di bidang teknologi
informatika yang sangat pesat sehingga dunia menjadi sangat transparan. Tidak ada satu tempat
pun di dunia ini yang luput dari pengamatan penduduk dunia. Kondisi ini menciptakan struktur
baru dalam berbangsa dan bernegara menjadi struktur kehidupan global yang mau tidak mau
akan berpengaruh terhadap pola pikir, pola sikap, dan pola tindak warga Negara Indonesia.

6. Isu globalisasi yang meliputi demokratisasi, lingkungan hidup, dan hak asasi manusia
(HAM) menjadikan warga dunia mempunyai kepentingan yang sama sekaligus berbeda
terhadap ketiga isu tersebut. Warga dunia membentuk lembaga internasional kampung global
(Global Village), yaitu suatu lembaga untuk menangani masalah demokratisasi, lingkungan
hidup, dan HAM yang terjadi di dunia ini.
Globalisasi juga membawa warga dunia dihadapkan pada global paradox, yaitu
visi/misi/kondisi/yang saling berlawanan di antara warga dunia. Misalnya, antara budaya lokal
dan budaya global, modern dan tradisional, jangka pendek dan jangka panjang, kompetisi dan
kesempatan melawan alon-alon asal kelakon. Perkembangan global paradox ini mengakibatkan
munculnya gerakan glokalisasi, yaitu gerakan mendunia dengan mengangkat unsur lokal atau
etnis dari setiap daerah, bukan negara. Misalnya, Bali banyak diambil sebagai komoditas global
tanpa memperhitungkan Indonesia.

7. menurut saya perang modern adalah suatu bentuk perang nirmiliter atau tidak di
dominasi oleh militer tetapi lebih mengacu pada penguasaan yang dilakukan oleh negara maju
untuk menghancurkan suatu negara melalui bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya,
dan pertahanan keamanan. Negara koalisi akan mencuci otak masyarakat secara perlahan atau
melakukan politik adu domba untuk menimbulkan permasalahan internal sehingga timbul
pemberontakan atau perang saudara. Tujuan dari perang modern ialah untuk menguasai
sumber-sumber perekonomian, sistem tata kelola pemerintahan dan aturan hukum dari sebuah
negara. Dampak yang ditimbulkan dari perang modern ini adalah melemahkan kemampuan
negara sasaran sehingga semakin bergantung dan dikuasai oleh negara koalisi.
Indikasi perang modern yang perlu diwaspadai adalah:
1) Perang yang dilakukan dengan cara non militer yang berdampak pada adanya provokasi
dan opini negatif negara sasaran pada dunia internasional.
2) Targetnya adalah seluruh sendi kehidupan, yaitu (a) Ideologi; mengedepankan
individualistik yang bertentangan dengan Pancasila. (b) Politik; revalitas kepentingan partai
politik, benturan antar etnis, dan ketidakpuasan terhadap pimpinan. (c) Ekonomi; rusaknya
tatanan ekonomi akibat barang selundupan terutama produk pertanian yang menghancurkan
sendi ekonomi Indonesia yang agraris, provokasi buruh, dan intervensi bantuan. (d) Sosial
budaya; pers bebas, narkoba, banjir informasi, kemiskinan, pengangguran, yang hakikatnya
menghancurkan generasi muda. (e) Hankam; adu domba untuk melemahkan militer, embargo
alat militer, ancaman bom dan teroris.
3) Perubahan gaya hidup sebagai tujuan perang modern tampak dari gejala melemahnya
budaya bangsa, antara lain:
- Gaya hidup yang konsumtif
- Kurang cinta terhadap produk bangsa sendiri
- Gaya hidup malas dengan memenuhi kebutuhan secara instan dengan berubahnya nilai
sosial budaya dengan melalui film, fashion, food, friction (F4).
- Gaya hidup mewah yang melemahkan sehingga kurang waspada.
4) Sasaran kultur dan struktur kehidupan bangsa dialihkan pada kultur dan struktur negara
dalang, misalnya:
- Melalui HAM, menjadi kebebasan tanpa batas dan norma.
- Kesadaran demokrasi yang luas sering disalah-artikan.
- Isu lingkungan hidup dengan alasan Asia Tenggara sebagai paru-paru dunia dijadikan
alasan dalam pengawasan kelestariannya.
- Melalui IPTEK, bangsa dibuat tergantung pada bangsa dalang, menjadi sasaran cuci
otak sehingga menyuburkan individualis dan materialis.
- Isu teoris, sebagai negara yang warganya mayoritas Islam, Negara dalang mempunyai
alasan untuk mengawasi Indonesia.

8. upaya mensosialisasi dan mengaktualisasikan masyarakat madani dalam konteks ke-


Indonesiaan
1. pendekatan melalui keterlibatan aktif dalam birokratif atau berkiprah dalam kerangka
jaringan korporasi negara
2. pendekatan pemberdayaan masyarakat dari luar wilayah negara tersebut namun tetap
mengupayakan hubungan dengan negara
3. pendekatan pemberdayaan masayarakat melalui model transformatif
4. pemberdayaan intelektual
9. MPR dengan ketetapan nomor VII/MPR/2001 menetapkan tentang Visi Indonesia
2020, mengamanatkan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang religius, manusiawi,
bersatu, demokratis, adil, sejahtera, maju, mandiri, serta baik dan bersih dalam
penyelenggaraan negara. Indikator keberhasila tersebut antara lain:
- Penghormatan terhadap kemanusiaan.
- Meningkatkan semangat persatuan dan kerukunan bangsa, toleransi, kepedulian, dan
tanggung jawab sosial.
- Berkembangnya budaya dan perilaku sportif serta menghargai dan menerima perbedaan
dalam kemajemukan.
- Menguatnya partisipasi politik sebagai perwujudan kedaulatan rakyat dan kontrol sosial
masyarakat.
- Berkembangnya organisasi sosial, organisasi kemasyarakatan, dan organisasi politik yang
berisfat terbuka.
- Meningkatnya kualitas sumber daya manusia sehingga mampu bekerja sama dan bersaing
dalam era global.
- Memiliki kemampuan dan ketangguhan dalam menyelenggarakan kehidupan berbangsa dan
bernegara di tengah pergaulan antarbangsa agar sejajar dengan bangsa-bangsa lain.
- Terwujudnya penyelenggraan negara yang professional, transparan, akuntabel, memiliki
kredibilitas, dan bebas kolusi, korupsi, dan nepotisme.

10. nilai yang patut dikembangkan pada realitas sosial politik pada saat ini adalah
knowledge culture dari masyarakat yang semakin meningkat, dalam artian keingin tahuan
seseorang yang meningkat. hal demikian lah yang seharusnya banyak masyarakat miliki supaya
tidak langsung memakan mentah mentah asumsi asumsi yang beredar di ruang lingkup politik
karena di dalam politiklah banyak berita berita tidak benar sering menyebar dengan pesat guna
pendudukan jabatan politik seseorang. hal demikian juga yang dapat membuat masyarakat
tidak semerta merta memakan janji janji politik dari bakal calon politikus di indonesia.
Selain itu ada beberapa nilai lain yang harus dikembangkan
1. Nilai kebangsaan serta persatuan dan kesatuan
2. Nilai akidah keberagaman
3. Nelai personal social-politik
4. Nilai menghargai satu sama lain

Anda mungkin juga menyukai