Anda di halaman 1dari 4

Rembug Filsafat

Paradoks Sorites

Muhammad Ihsanul Wafinatra

Paradoks sorites adalah paradoks yang berkenaan dengan deskripsi dari term atau
predikat kabur (vague). Penulis akan menggunakan analogi orang botak dalam pemaparan
paradoks ini. Tidak ada yang tau, baik secara epistemik maupun metafisik, di titik mana
tepatnya seseorang disebut sebagai orang botak (batas antara botak dan tidak botak).

1. Formulasi Paradoks

Dengan menggunakan modus ponens, paradoks sorites dapat diformulasikan dalam


sorites kondisional sebagai berikut:

Φα1

Φα1 → Φα2

Φα2 → Φα3

...

Φαn−1 → Φαn

Φαn

Dalam formulasi ini, ‘Φ’ adalah predikat sorites (mis. botak) dan ‘αn ’ sebagai sebuah nilai
dalam rangkaian sorites untuk ‘Φ’ (mis. orang dengan 1 rambut, orang dengan 2 rambut, dst.).
Berikut ini contoh pengaplikasiannya:

Orang dengan 1 rambut adalah botak

Jika orang dengan 1 rambut adalah botak maka orang dengan 2 rambut adalah botak

Jika orang dengan 2 rambut adalah botak maka orang dengan 3 rambut adalah botak

...
Jika orang dengan 249,999 rambut adalah botak maka orang dengan 250,000
rambut adalah botak

(∴1) Orang dengan 250,000 rambut adalah botak

Argumen ini menjadi paradoks karena meskipun premis pertama bernilai benar, serta
menggunakan penalaran yang valid, tetapi menghasilkan kesimpulan yang salah atau berupa
pernyataan-semu (pseudo-statement).1 Jika kita ingin menerima premis pertama sekaligus
menggunakan kesimpulan berupa kebalikan dari (∴1), yaitu:

(∴2) Orang dengan 250,000 rambut tidaklah botak,

maka dibutuhkan justifikasi berupa pengetahuan mengenai titik yang tepat di mana orang
menjadi botak.

2. Respon Terhadap Paradoks

2.1 Menolak Premis Awal: Bahasa Ideal

Penolakan atas premis awal ini berasal dari penyisihan term kabur. Semua term-term
kabur dalam bahasa harus disisihkan karena sifat kunci dari bahasa yang ideal adalah presisi.

2.2 Menolak Satu atau Lebih Premis Lainnya: Pandangan Epistemik

Term kabur memiliki batasan yang letaknya tersembunyi. Ada satu titik yang
memisahkan botak dan tidak botak, tetapi kita tidak tahu tepatnya di mana. Karena faktanya
botak sangat berbeda dari tidak botak. Maka dari itu, dalam paradoks sorites setidaknya ada
satu premis yang perlu ditolak. Contoh:

(1) Orang dengan 1 rambut adalah botak

(2) Jika orang dengan 1 rambut adalah botak maka orang dengan 2 rambut adalah botak

(3) Jika orang dengan 2 rambut adalah botak maka orang dengan 3 rambut adalah botak

...

1 “Pseudo-statement” adalah pernyataan yang tidak akurat secara empirik, meskipun istilah ini digunakan
terutama untuk pernyataan puitis dan sejenisnya.
(250,000) Jika orang dengan 249,999 rambut adalah botak maka orang dengan 250,000
rambut adalah botak

(∴) Orang dengan 250,000 rambut adalah botak

Misalnya premis yang harus ditolak adalah premis ke-100,

(100) Jika orang dengan 99 rambut adalah botak maka orang dengan 100 rambut adalah
botak

Jika (100) ditolak, maka saat ada 1 rambut saja yang tercabut dari kepala orang yang
sebelumnya memiliki 100 rambut, ia akan dikategorikan sebagai orang botak.

2.3 Menolak Validitas Argumen: Pendekatan Semantik

Penerapan term kabur adalah sesuatu yang tidak tentu (indeterminate). Dalam
rangkaian sorites ‘Φ’, tidak dapat dipastikan apakah ‘αn ’ merupakan nilai terakhir dari ‘Φ’ atau
bukan. Maka dari itu, ‘αn adalah Φ’ tidak tentu benar, juga tidak tentu salah.

2.4 Mendukung Argumen

Alasan dari dukungan ini adalah karena term kabur merupakan term yang inkoheren
atau kosong. Dengan kata lain, term kabur seperti ‘botak’, ‘tinggi’, ‘kaya’, tidak berlaku pada
apa pun—tidak merujuk pada apa pun.

Kesimpulan

Inti permasalahan dari paradoks sorites adalah batasan yang tidak jelas dalam
penggunaan term-term kabur, sehingga saat diterapkan dalam penalaran logika menghasilkan
kesimpulan yang absurd. Tiap-tiap upaya penyelesaian paradoks memiliki pandangan masing-
masing yang tentunya tak luput dari persoalan, baik itu dengan menolak premis awal, satu atau
lebih premis selain premis awal, menolak validitas argumen, ataupun mendukung paradoks itu
sendiri.
Daftar Pustaka

Austin, J. L. 2003. How to Do Things with Words. Cambridge, Mass.: Harvard University
Press.
Hyde, Dominic, dan Diana Raffman. 2018. Sorites Paradox. 26 Maret. Diakses 31 Mei,
2021. https://plato.stanford.edu/entries/sorites-paradox/.
Lithown, Robert J., dan Ausonio Marras. 1974. "Intentionality without Extensionality."
Philosophical Studies: An International Journal for Philosophy in the Analytic
Tradition 403-410.
Speaks, Jeff. 2008. "Responses to the Sorites Paradox." Phil 20229 1-7.

Anda mungkin juga menyukai