KONVERSI ENERGI
POMPA SENTRIFUGAL
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberi
rahmat, nikmat, dan anugerah-Nya sehingga Laporan Praktikum Konversi Energi
ini dapat terselesaikan dengan baik, meski jauh dari kata sempurna.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan terlihat dalam proses pembuatan Laporan Praktikum Konversi
Energi ini, terkhusus kepada:
1. Asisten Laboratorium Konversi Energi
2. Orang tua yang tak pernah putus mendoakan agar kuliah kami berjalan
dengan baik
3. Dan seluruh teman-teman yang berkenan membantu hingga laporan
praktikum Konversi Energi ini dapat terselesaikan.
Demikianlah Laporan Praktikum Konversi Energi kami buat dengan
sepenuh hati. Tidak lupa kritik dan saran kami harapkan agar laporan ini dapat
menjadi lebih baik.
Semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi semua dan terkhusus bagi selaku
penulis. Terima kasih.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
ABSTRAK..............................................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vi
DAFTAR TABEL................................................................................................vii
DAFTAR ISTILAH DAN SIMBOL.................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.3 Tujuan Praktikum.....................................................................................2
1.4 Sistematika Penulisan...............................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian dan Prinsip Kerja Pompa Sentrifugal......................................4
2.2 Klasifikasi Pompa Sentrifugal..................................................................6
2.3 Bagian-Bagian Utama Pompa Sentrifugal................................................7
2.4 Kavitasi...................................................................................................10
2.5 NPSH (Net Positive Suction Head).........................................................12
2.6 Efisiensi Pompa......................................................................................14
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Diagram Alir...........................................................................................15
3.2 Prosedur Pengujian.................................................................................16
3.3 Alat dan Bahan yang digunakan.............................................................16
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Perhitungan Data Percobaan...................................................................17
4.1.1 Perhitungan Pompa Single.............................................................17
4.1.2 Perhitungan Pompa Seri.................................................................18
4.1.3 Perhitungan Pompa Paralel............................................................20
4.2 Tabel dan Grafik Hasil Perhitungan.......................................................21
iv
4.2.1 Perbandingan Δh dan Q antara Pompa Single dan seri..................21
4.2.2 Perbandingan Δh dan Q antara Pompa Single dan Paralel............22
4.2.3 Perbandingan Δh dan Q antara Pompa Singel, Seri dan Paralel....23
4.3 Analisa Data............................................................................................23
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan.............................................................................................25
5.2 Saran.......................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
- Blanko Percobaan
- Tugas Tambahan
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
Pada Bab I Pendahuluan membahas tentang latar belakang,
rumusan masalah, tujuan praktikum, sistematika penulisan.
BAB IV PEMBAHASAN
Pada Bab IV Pembahasan membahas tentang perhitungan data
percobaan meliputi perhitungan pompa single, perhitungan pompa seri,
2
perhtungan pompa paralel, tabel dan grafik hasil perhitungan meliputi
perbandingan ∆h dan Q antara pompa single dan seri, perbandingan ∆h
dan Q antara pompa single dan paralel, perbandingan ∆h dan Q antara
pompa single seri dan paralel, dan analisa data.
BAB V PENUTUP
Pada Bab ini membahas tentang kesimpulan dan saran yang
diperoleh selama praktikum.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
Dari uraian diatas jelas bahwa pompa sentrifugal dapat mengubah energi
mekanik dalam bentuk kerja poros menjadi energi fluida. Energi inilah yang
menyebabkan perubahan head tekanan, head kecepatan dan head potensial pada zat cair
yang mengalir secara terus-menerus. Pada keliling luar kipas, zat cair mengalir dalam
rumah pompa dengan tekanan dan kecepatan tertentu. Dalam rumah pompa zat cair
disalurkan sedemikian rupa, sehingga terdapat perubahan kecepatan kedalam tekanan
yang sempurna. Oleh karena ini, kolom zat cair dalam saluran kempa digerakkan.
5
2.2 Klasifikasi Pompa Sentrifugal
Pompa Sentrifugal memiliki berbagai jenis klasifikasi, contohnya sebagai
berikut:
1. Berdasarkan bentuk impelernya
a. Pompa aliran radial
Pompa aliran radial mempunyai impeler yang membuang cairan ke
dalam rumah spiral yang secara berangsur – angsur berkembang. Hal
ini bertujuan untuk mengurangi kecepatan cairan sehingga dapat
dirubah menjadi tekanan statis. Pompa radial mempunyai kontruksi
yang mengakibatkan zat cair keluar dari impeler arah alirannya akan
tegak lurus dengan poros pompa.
6
c. Pompa aliran radial dan aksial (aliran campur)
Pompa aliran campuran menghasilkan tinggi tekanan atau head
sebagian oleh pengangkatan baling-baling pada cairan. Arah aliran
berbetuk kerucut mengikuti bentuk impelernya. Diameter sisi buang
baling-baling lebih besar dari diameter sisi masuk.
d. Peripheral
Cairan pada jenis ini diatur oleh baling-baling impeller dengan
kecepatan yang tinggi selama hampir satu putaran di dalam saluran
yang berbentuk cincin. Energi ditambahkan ke cairan dalam sejumlah
impuls.
2. Berdasarkan bentuk rumah pompa
a. Pompa volut, pompa dengan rumah berbentuk volut
Pada pompa ini diperlihatkan sebuah impeller mengeluarkan cairan ke
dalam rumah berbentuk spiral, untuk mengurangi secara proporsional
kecepatan cairan. Dengan demikian, sebagian energi kecepatan cairan
diubah ke bentuk energi tekanan.
b. Pompa difuser, pompa dengan rumah berbentuk diffuser
Sudu-sudu pengaur stasioner mengelilingi impeler dalam pompa jenis
diffuser. Saluran yang membesar bertahap ini mengubah arah aliran
cairan dan mengubah energi kecepatan kepada head tekan.
3. Berdasarkan jumlah aliran yang masuk
a. Pompa satu aliran masuk.
b. Pompa dua aliran masuk.
4. Berdasarkan posisi poros
a. Pompa horizontal, Pompa poros horizontal mempunyai poros dengan
posisi mendatar.
b. Pompa vertikal, Pompa poros tegak mempunyai poros dengan posisi
tegak.
7
Gambar 2.4 Bagian Pompa Sentrifugal
(Sumber: docplayer.info)
Impeller dipasang pada satu ujung poros dan pada ujung yang lain
dipasang kopling untuk meneruskan daya dari penggerak. Poros ditumpu oleh
dua buah bantalan. Sebuah paking atau perapat dipasang pada bagian rumah
yang ditembus poros, untuk mencegah air membocor keluar atau udara masuk
dalam pompa.
a. Impeller
Merupakan bagian yang berputar dari pompa dan memberikan daya
pada air, sehingga air akan mendapatkan energi spesifik berupa
kecepatan dan tekanan. Di dalam rumah siput, kecepatan air secara
berangsur-angsur diubah menjadi tekanan statis. Jenis-jenis impeler
ditunjukkan pada gambar 2.3. Jenis-jenis impeler yaitu:
Impeller Tertutup
Disebut sebagai impeller tertutup karena baling-baling di
dalamnya tetutupi oleh mantel di kedua sisi. Jenis impeller ini
banyak digunakan pada pompa air dengan tujuan mengurung air agar
tidak berpindah dari sisi pengiriman ke sisi penghisapan. Impeler
jenis ini memiliki kelemahan pada kesulitan yang akan didapat jika
terdapat rintangan atau sumbatan.
Impeller Terbuka dan Semi Terbuka
8
Dengan kondisinya yang terbuka atau semi terbuka, maka
kemungkinan adanya sumbatan pun jauh berkurang. Hal ini
memungkinkan adanya pemeriksaan impeller dengan mudah.
Namun, jenis impeler ini hanya dapat diatur secara manual untuk
mendapatkan setelan terbaik.
Impeler Pompa Berpusar/Vortex
Pompa yang digunakan untuk memompa bahan-bahan yang
lebih padat ataupun berserabut dari fluida cair, impeller vortex dapat
menjadi pilihan yang baik. Pompa jenis ini 50% kurang efisien dari
rancangan konvensionalnya.
b. Rumah Pompa
Desain rumah pompa ditunjukkan oleh gambar 2.4. Rumah pompa
memiliki beberapa fungsi, antara lain:
1. Berfungsi sebagai pengarah fluida yang dilemparkan impeler. Akibat
gaya sentrifugal yang menuju pompa tekan, sebagian energi kinetik
fluida diubah menjadi tekanan.
2. Menutup impeler pada penghisapan dan pengiriman pada ujung dan
sehingga berbentuk tangki tekanan.
3. Memberikan media pendukung dan bantalan poros untuk batang
torak dan impeler.
9
Gambar 2.6 Rumah Pompa
(Sumber: id.sricbd.com)
c. Poros Pompa
Sebagai penerus putaran pengerak kepada impeler dan pompa. Poros
pompa dibedakan menjadi dua, yaitu :
Poros pompa datar atau horizontal
Poros pompa tegak atau vertical
2.4 Kavitasi
Kavitasi adalah gejala menguapnya zat cair yang sedang mengalir, karena
tekanannya berkurang sampai dibawah tekanan uap jenuhnya. Sehingga fluida
dapat menguap ketika tekanannya cukup rendah pada temperatur fluida tersebut.
Dalam hal ini temperatur fluida lebih besar dari temperatur jenuhnya.
Mekanisme dari kavitasi ini adalah berawal dari kecepatan air yang tinggi
sehingga tekanannya rendah dan menyebabkan titik didihnya menurun. Karena
fluida mencapai titik didihnya maka menguap dan timbul gelembung-gelembung
yang pada kecepatan tinggi akan menabrak bagian sudut.
10
Apabila zat cair mendidih, maka akan timbul gelembung-gelembung uap
zat cair. Hal ini dapat terjadi pada zat cair yang sedang mengalir di dalam pompa
maupun di dalam pipa. Tempat-tempat yang bertekanan rendah dan yang
berkecepatan tinggi di dalam aliran, sangat rawan terhadap terjadinya kavitasi.
Pada pompa misalnya, bagian yang mudah mengalami kavitasi adalah sisi
isapnya. Kavitasi akan timbul jika tekanan isapnya terlalu rendah. Kavitasi di
dalam pompa dapat mengakibatkan:
a. Suara yang berisik dan getaran dari pompa.
b. Performasi pompa akan menurun secara tiba-tiba, sehingga pompa tidak
dapat bekerja dengan baik.
c. Jika pompa dijalankan dalam keadaan kavitasi secara terus menerus
dalam jangka lama, maka permukaan dinding akan termakan sehingga
menjadi berlubang-lubang. Peristiwa ini disebut erosi kavitasi, sebagai
akibat dari tumbukan gelembung uap yang pecah pada dinding secara
terus menerus.
Karena kavitasi mengakibatkan banyak sekali kerugian pada pompa, maka
kavitasi perlu dihindari. Adapun cara-cara untuk mencegah kavitasi antara lain:
a. Tekanan gas diperbesar di dalam pipa-pipa dimana fluida yang
mengalir dipompakan.
b. Sebuah pompa booster dipasang pada ujung pipa isap.
c. Sebuah axial wheel atau helical wheel dipasang tepat di depan impeler
pada poros yang sama. Hal ini dimaksudkan untuk membuat pusaran
(whirl) terhadap aliran.
Cara ini merupakan pilihan yang paling baik. Akan tetapi, apabila kecepatan
putaran (n) dan debitnya (Q) sama dengan kecepatan putaran dan debit dari
impeler, maka kavitasi justru akan terjadi pada runner pembantu itu sendiri. Oleh
karena itu, dalam pemasangan runner pembantu ini diperlukan pertimbangan yang
sungguh- sungguh sebelum pemasangannya.
Macam - macam tipe kavitasi pada pompa sentrifugal berdasarkan
penyebabnya yaitu:
1. Suction cavitation (kavitasi pada suction)
11
Kavitasi jenis ini terjadi akibat kekurangan NPSH A (NPSH aktual). Aturan
umumnya adalah NPSH A minimal harus sama atau lebih besar dari NPSH R
(NPSH yang dibutuhkan) untuk menghindari suction cavitation. Perbedaan yang
besar antara NPSH A dengan NPSH R dapat menyebabkan resiko kerusakan pada
pompa terutama pada air yang relatif dingin (kurang dari 150 ºF).
2. Recirculation Cavitation
Recirculation Cavitation diakibatkan oleh laju aliran (flow rate) yang rendah
pada pompa. Ada dua tipe dari recirculation cavitation yaitu suction side dan
discharge side dimana bisa terjadi pada saat yang bersamaan ataupun terpisah.
Keduanya terjadi akibat fenomena yang sama yaitu aliran balik pada jarak yang
berdekatan satu sama lain.
12
a. NPSH yang Tersedia
Merupakan head yang dimiliki oleh zat cair pada sisi isap pompa
(ekuivalen dengan tekanan absolut pada sisi isap pompa), dikurangi dengan
tekanan uap jenuh zat cair di tempat tersebut. Pada pompa yang mengisap zat
cair dari tempat terbuka dengan tekanan atmosfer pada permukaan zat cair
seperti diperlihatkan pada gambar 2.1, maka besarnya NPSH yang tersedia
adalah:
....................................................................... (2.1)
Keterangan:
hsv = NPSH yang tersedia (m)
Pa = Tekanan atmosfer (N/m2)
Pv = Tekanan uap jenuh (N/m2)
γ = Berat jenis cairan (N/m3)
hs = Head isap statis (m)
hι = Head losses (m)
dengan hs bertanda positif (+) jika pompa terletak di atas permukaan zat cair
yang dihisap dan negatif (-) jika pompa terletak di bawah permukaan zat cair
yang dihisap.
Dari persamaan tersebut, dapat dilihat bahwa NPSH yang tersedia
merupakan tekanan absolut yang masih tersisa pada sisi isap pompa setelah
dikurangi tekanan uap. Besarnya tergantung pada kondisi luar pompa dimana
pompa tersebut dipasang.
Jika zat cair dihisap dari tangki tertutup seperti pada gambar, maka P a
menyatakan tekanan absolut yang bekerja pada permukaan zat cair di dalam
tangka tertutup tersebut. Jika tekanan di atas permukan zat cair sama dengan
tekanan uap jenuhnya, maka Pa = Pv, sehingga :
.............................................................................. (2.2)
Harga hs adalah negatif (-) karena permukaan zat cair dalam tangki lebih
tinggi daripada sisi isap pompa. Pemasangan pompa semacam ini diperlukan
untuk mendapatkan harga atau NPSH yang positif (+).
13
b. NPSH yang Diperlukan
Tekanan terendah di dalam pompa besarnya terdapat di suatu titik dekat
setelah sisi masuk sudu impeler. Di tempat tersebut, tekanannya lebih rendah
daripada tekanan pada sisi isap pompa. Hal ini disebabkan kerugian head di
nosel isap, kenaikan kecepatan aliran karena luas penampang yang
menyempit, dan kenaikan kecepatan aliran karena tebal sudu.
Jadi, agar tidak terjadi penguapan zat cair, maka tekanan pada lubang
masuk pompa dikurangi penurunan tekanan di dalam pompa, harus lebih
tinggi daripada tekanan uap zat cair. Head tekanan yang besarnya sama
dengan penurunan tekanan ini disebut NPSH yang diperlukan.Agar pompa
dapat bekerja tanpa mengalami kavitasi, maka harus dipenuhi persyaratan
sebagai berikut :
NPSH yang tersedia > NPSH yang diperlukan
Harga dari NPSH yang diperlukan, diperoleh dari pabrik pompa yang
bersangkutan.
14
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Mulai
Literatur
Tidak
Pengambilan
data
Ya
Kesimpulan
Selesai
16
BAB IV
PEMBAHASAN
c. Perhitungan Pin
∆h1 0,135 2
Pin1= −0,125. ( Q1 )2 = −0,125 ( 7,6.10−5 ) =0,0135 ¯¿ =
10 10
1350 Pascal
∆ h2 0,322
Pin2= −0,125. ( Q 2 )2= −0,125(1,7.10−4 )2=0,0322 ¯¿
10 10
=3.220 Pascal
∆ h3 0,336
Pin3= −0,125. ( Q 3 )2= −0,125 (1,93.10−4 )2=0,0336 ¯¿ =
10 10
3.360 Pascal
∆h4 0,317
Pin4 = −0,125 . (Q 4 )2= −0,125(1,95.10−4 )2=0,0317 ¯¿ =
10 10
3.170 Pascal
d. Perhitungan Efisiensi
∆ P1=P out −P¿ =50000 – 1350=48.650 Pa
∆ P2=P out −P¿ =50000 – 3.220=46.780 Pa
∆ P3 =P out −P¿ =50000 – 3.360=46.640 Pa
∆ P 4=Pout −P ¿=50000 – 3.170=46.830 Pa
Q. ΔP 7,6× 10−5 . 48650
1= = × 100% = 3,5%
W 105
Q. ΔP 1,7 ×10− 4 . 46780
2= = × 100% = 7,5%
W 105
Q. ΔP 1,93× 10−4 . 46640
3= = × 100% = 8,5%
W 105
Q. ΔP 1,95× 10−4 . 46830
4= = × 100% = 8,6%
W 105
18
b. Perhitungan Head Total (Hf)
∆ h1 = 100 + (435 – 325) + (260 – 190) + (170 – 210) + (210 –
130) + (120 – 75) = 365mm = 0,365m
∆ h2 = 100 + (429 – 328) + (260 – 200) + (180 – 220) + (220 –
140) + (125 – 85) = 341mm = 0,341m
∆ h3 = 100 + (440 – 335) + (270 – 200) + (180 – 220) + (220 –
140) + (130 – 90) = 355mm = 0,355m
∆ h4 = 100 + (455 – 350) + (270 – 210) + (190 – 230) + (230 –
150) + (135 – 95) = 345mm = 0,345m
d. Perhitungan Efisiensi
ΔP1 = 50000 – 3640 = 46360 Pa
ΔP1 = 50000 – 3410 = 46590 Pa
ΔP1 = 50000 - 3540 = 46460 Pa
ΔP1 = 50000 – 3440 = 46560 Pa
Q. ΔP 8,6 ×10−5 . 46360
1= = × 100% = 2,847%
W 140
Q. ΔP 1,9× 10−4 . 46590
2= = × 100% = 6,322%
W 140
19
Q. ΔP 2,1× 10−4 . 46460
3= = × 100% = 6,969%
W 140
Q. ΔP 2,7 ×10−4 . 46560
4= = × 100% = 8,979%
W 140
20
4.1.3 Perhitungan Pompa Paralel
Percobaan ke 3 dengan varian pompa sentrifugal Paralel dan
kecepatan pompa 1150 rev/menit & 750 rev/menit
1. Perhitungan Debit (Q)
V 1 3,2 L m3
Q 1= = =0.16 =1,6 ×10−4
t 1 20 s s
V 2 7,6 L m3
Q 2= = =0.19 =1,9 ×10−4
t 2 40 s s
V 3 12,64 L m3
Q 3= = =0.210 =2,1 ×10−4
t3 60 s s
V 4 16,4 L m3
Q4 = = =0,205 =2,05 ×10−4
t4 80 s s
2. Perhitungan Head Total
∆ h1=100+ ( 400−310 ) + ( 250−190 )+ (170−200 ) + ( 200−135 ) + ( 125−85 )=325 mm=0,3
∆ h2=100+ ( 405−305 ) + ( 240−185 )+ ( 165−200 ) + ( 200−130 ) + ( 120−80 )=330 mm=0,3
∆ h3=100+ ( 410−310 ) + ( 250−190 ) + ( 170−205 )+ (205−135 ) + ( 120−80 )=335 mm=0,3
∆ h 4=100+ ( 410−320 ) + ( 255−200 )+ ( 180−215 ) + ( 215−135 ) + ( 130−95 )=325 mm=0,3
21
∆ h3 2 0.335 −4 2
P¿3 = −0,125 . (Q 1 ) = −0,125 . ( 2,1× 10 )
10 10
¿ 0.0335 ¯¿ 3350 Pa
∆ h4 2 0.325 −4 2
P¿ 4= −0,125 . (Q 1 ) = −0,125 . ( 2,05 ×10 )
10 10
¿ 0.0325 ¯¿ 3250 Pa
Note :1 bar = 100.000 Pa
4. Perhitungan Efisiensi
∆ P1=P out −Pin1=45000 – 3250=41750 Pa
Q . ∆ p 2,1×10−4 .41650
η3 = = ×100 %=7,951 %
W 110
∆ P 4=Pout −Pin 1=45000 – 3250=41750 Pa
22
0.37
0.37
0.36 0.36
0.35 0.35
0.34
∆h ( meter)
0.34
0.33 0.34
0.32
0.32
0.31
0.32 0.32
0.3
0.29
0 0 0 0
Q (m³/s)
Single Seri
Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Δh dan Q antara pompa Single dan Seri
0.34
0.34
0.34
0.33 0.34
0.33
0.33 0.33
∆h ( meter)
0.33
0.32 0.32
0.32 0.32
0.32
0.31
0.31
0.3
0 0 0 0
Q (m³/s)
Single Paralel
Gambar 4.2 Grafik Perbandingan Δh dan Q antara pompa Single dan Paralel
23
4.2.3 Perbandingan Δh dan Q antara Pompa Single, Seri, dan
Paralel
Tabel 4.3 Perbandingan Δh dan Q antara pompa Single, Seri dan Paralel
Single Seri Paralel
∆h ∆h ∆h
Q (m3/s) Q (m3/s) Q (m3/s)
(m) (m) (m)
0.31 0.00007 0.36 0.00008 0.32
0.00016
5 6 5 6 5
0.32 0.34 0.33
0.00017 0.00019 0.00019
2 1 0
0.33 0.00019 0.35 0.33
0.00021 0.00021
6 3 5 5
0.31 0.00019 0.34 0.00020 0.32 0.00020
7 5 5 5 5 5
0.37
0.37
0.36 0.36
0.35 0.34 0.35
∆h ( meter)
0.34
0.34
0.33 0.33 0.34
0.33 0.33
0.32
0.32
0.31
0.32 0.32
0.3
0.29
0 0 0 0
Q (m³/s)
Gambar 4.3 Grafik Perbandingan Δh dan Q antara pompa Single, Seri, dan
Paralel
24
2. Hubungan Δh dengan Q pada pompa Single dan paralel, yaitu head yang
dihasilkan lebih besar paralel dan kapasitasnya pun sedikit lebih besar
paralel.
3. Hubungan Δh dengan Q pada pompa Single, seri, dan paralel, yaitu head
yang dihasilkan lebih besar pada seri.
4. Head terbesar
25
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan Praktikum Pompa Sentrifugal yang telah dilakukan,
dapat disimpulkan bahwa:
1. Pompa sentrifugal merupakan rangkaian alat mekanis pemindah fluida
yang digunakan dengan cara gaya sentrifugal yaitu pergerakan
impeller. Seluruh impeller berputar dalam rumah pompa (casing)
dengan kecepatan tinggi, sehingga memberikan percepatan pada fluida
yang dialirkan. Energi yang ditransfer dari motor penggerak ke
impeller menghasilkan percepatan sentrifugal yang di konversi
menjadi energi kinetik dan energi tekan untuk mengalirkan fluida
2. Hubungan Δh dengan Q pada pompa pada pompa single dan seri,
yaitu Head yang didapatkan lebih besar seri dibandingkan dengan
single, namun ada penurunan di head pengujian ke 4. Dan
kapasitasnya sedikit lebih besar seri dibandingkan single
3. Hubungan Δh dengan Q pada pompa Single dan paralel, yaitu head
yang dihasilkan lebih besar paralel dan kapasitasnya pun sedikit lebih
besar paralel.
4. Hubungan Δh dengan Q pada pompa Single, seri, dan paralel, yaitu
head yang dihasilkan lebih besar pada seri.
5.2 Saran
Adapun saran yang perlu dilakukan dalam percobaan selanjutnya
yaitu sebagai berikut:
1. Memperbaiki alat yang ada di laboratorium, agar praktikan bisa melihat
cara kerja mesin tersebut walaupun dalam keadaan praktikum online.
2. Membuatkan video penjelasann tentang modul yang berkaitan.
DAFTAR PUSTAKA
NPM : 3331180064
KELOMPOK :5
Catatan:
Tugas Tambahan :
Asisten
ACC Blangko
29
BLANGKO PENGUJIAN POMPA SENTRIFUGAL
Operation: Single
Pump Speed: 1850 rev/min
Time (sec) Kuantitas (L) Pout 1 (bar) Pout 2(bar) ∆ P
20 1,52 - 0,5 -
40 6,8 - 0,5 -
60 11,6 - 0,5 -
80 15,6 - 0,5 -
100 385 290 240 180 170 180 170 130 110 80
100 387 295 240 180 160 195 200 130 115 80
100 400 299 240 180 170 200 200 130 120 85
100 385 298 240 185 170 200 200 130 120 85
30
BLANGKO PENGUJIAN POMPA SENTRIFUGAL
Operation: Series
Pump Speed: 1150 rev/min & 1150 rev/min
Time (sec) Kuantitas (L) Pout 1 (bar) Pout 2(bar) ∆ P
100 435 325 260 190 170 210 210 130 120 75
100 429 328 260 200 180 220 220 140 125 85
100 440 335 270 200 180 220 220 140 130 90
100 455 350 270 210 190 230 230 150 135 95
31
BLANGKO PENGUJIAN POMPA SENTRIFUGAL
Operation: Parallel
Pump Speed: 1150 rev/min & 750 rev/min
Time (sec) Kuantitas (L) Pout 1 (bar) Pout 2(bar) ∆ P
100 400 310 250 190 170 200 200 135 125 85
100 405 305 240 185 165 200 200 130 120 80
100 410 310 250 190 170 205 205 135 120 80
100 410 320 255 200 180 215 215 135 130 95
32
TUGAS TAMBAHAN
33
Aluminium (Aluminium)
Wrought Iron (besi tanpa tempa)
Cooper (Tembaga)
Red Brass (kuningan merah)
Nickel cooper = Monel ( timah tembaga)
Nickel chrom iron = inconel (besi timah chrom)
Pemilihan bahan perpipaan haruslah disesuaikan dengan pembuatan teknik
perpipaan dan hal ini dapat dilihat pada ASTM serta ANSI dalam pembagian
sebagai berikut :
Perpipaan untuk pembangkit tenaga
Perpipaan untuk industri bahan migas
Perpipaan untuk penyulingan minyak mentah
Perpipaan untuk pengangkutan minyak
Perpipaan untuk proses pendinginan
Perpipaan untuk tenaga nuklir
Perpipaan untuk distribusi dan transmisi gas
Selain dari penggunaan instalasi atau konstruksi seperti diterangkan diatas perlu
pula diketahui Jenis aliran temperatur, sifat korosi, Faktor gaya serta kebutuhan
lainnya dari aliran serta pipanya.
3. Apa yang dimaksud dengan diagram moody dan bagaimana cara membacanya?
Jawab :
Diagram Moody adalah diagram yang digunakan untuk memperoleh nilai gesekan
pipa (f) dan dapat dilakukan dengan mengetahui beberapa parameter seperti
berikut :
a. Material Pipa, untuk mengetahui nilai kekasaran pipa (epsilon atau e)
b. Diameter Pipa (D)
c. Bilangan Reynold (Re)
Cara membaca diagram moody yaitu engan melihat diagram Moody itu
menunjukkan bahwa sudut kanan atas benar-benar turbulent dan bagian atas kiri
adalah laminar.Untuk menentukan faktor gesekan, nilai kekasaran relatif dari pipa
34
dapat dilihat di sebelah kanan. Kemudian cari Reynolds number di bagian bawah,
tarik keatas sampai memotong, sebelah kiri akan didapatkan nilai faktor gesekan.
dan jenis aliran apakah turbulen ataukah laminar
35