Anda di halaman 1dari 10

SEJARAH CANDU DI YOGYAKARTA MASA REVOLUSI

PROPOSAL SKRIPSI

Disusun Oleh :

Pancar Catur Ramdiansyah (19407141035)

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2019/2020
BAB I

A. Latar Belakang

Pada tahun 1596 saat orang-orang Belanda pertama kali mendarat di Jawa, opium
juga menjadi bagian penting bagi perdagangan regional pada waktu itu. Pemerintah
Kolonial Hindia Belanda membawa masuk opium ke Nusantara melalui pedagang
swasta Belanda di Levant, yaitu saat diadakannya pelelangan di Calcuta atau
memperoleh dari agen-agen di British Singapore. Pemerintah Kolonial Hindia
Belanda kemudian membawanya masuk ke Jawa terutama ke gudang-gudang opium
di Batavia, Semarang, dan Surabaya.1 Masuknya pemerintah Hindia Belanda
membuat pengharuh opium semakin besar di kehidupan masyarakat. Hal tersebut
telihat dari kalangan para bangsawan yang memandang opium sebagai bagian
keramah-tamahan dalam kehidupan bermasyarakat, bahkan di pesta-pesta kalangan
atas para tetamu pria disuguhi opium. Pengaruh opium semakin terlihat ketika sebuah
laporan, ketika Perang Jawa berlangsung 1825-1830 para prajurit Pangeran
Diponegoro banyak yang jatuh sakit ketika pasokan opium terganggu. Hal tersebut
menunjukkan bahwa pengaruh opium khususnya di Jawa sangatlah besar.
Berakhirnya Perang Jawa dan dimenangkan oleh pihak Pemerintah Hindia Belanda,
maka kekuasan mereka semakin besar dan hampir meliputi seluruh pulau Jawa.2

Berdirinya Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) di Amsterdam pada 20 Maret


16023 pun membuat penguasaan Belanda pada opium semakin besar. Kemudian, para
kongsi dagang Belanda berhasil mendominasi perdagangan, termasuk opium di
Nusantara.

1
James R. Rush, Candu Tempo Doeloe: Pemerintah, Pengedar, Pecandu 1860-1910, (Jakarta:
Komunitas Bambu,2012), hlm. 69.
2
Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto, “ Sejarah Nasional Indonesia Jilid IV
Kemunculan Penajajahan di Indonesia 1700-1900”, Jakarta: Balai Pustaka, 2010. hlm.248.
3
"Hari Ini VOC Berdiri". Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia (dalam bahasa
Inggris). Diakses tanggal 2020-03-18.
Pada tahun 1677 di Batavia, VOC berhasil mendapat persetujuan dengan Raja
Amangkurat II untuk memonopoli dengan mengimpor perdagangan opium. Dari titik
ini awal monopoli perdagangan opium Belanda di Jawa.4

Pada abad tahun 1860-1890 wilayah Jawa terutama di Yogyakarta menjadi pusat
perdagangan candu. Hal tersebut disebabkan pada saat itu opium adalah salah satu
komoditi utama bagi pemerintah Kolonial Hindia Belanda di Jawa, karena itulah
Pemerintah Kolonial melakukan monopoli terhadap perdagangan impor opium.
Menurut sejarawan sekaligus pengajar Universitas Gajah Mada (UGM), Abdul
Wahid, kepada Tirto Jumat (29/6/2018). "VOC sudah menjadikan opium sebagai
komoditas utama perdagangan, selain kopi dan gula. Ada penelitian yang
menyebutkan 15% pemasukan VOC berasal dari perdagangan opium. VOC juga
membuat satu divisi tersendiri khusus menangani opium, yakni Amfioen Sociëteit," 5

Tujuan dilakukannya monopoli ini adalah untuk membatasi opium yang tersedia di
pasaran, sehingga harga opium di pasaran akan melonjak naik sehingga mendorong
pajak yang tinggi. Karena itulah kemudian muncul istilah Opium pacht (pacht opium)
yang merupakan kesepakatan monopoli atas penjualan opium. Pacht Opium sendiri
diberikan kepada pihak yang telah menjalin perjanjian dengan Pemerintah Kolonial
Hindia Belanda untuk menjual opium. Kebijakan dari pemerintah Kolonial Belanda
yang membatasi jumlah pemasukan opium ke Nusantara pada tahun 1872, memicu
munculnya para saudagar gelap yang memasukkan opium secara ilegal ke Nusantara.
Selain saudagar gelap, terdapat juga beberapa kasus masalah pada pejabat VOC
sendiri. Seperti pada kasus Nicholas Schagen. Sebelum menjadi hakim dalam dewan

4
Op cit. Hlm. 53-54.
5
“Opium Menguntungkan Penjajah dan Mengapa Ia Ditentang”. Tirto.id Diakses tanggal
2020-03-18.
pengadilan di Batavia, Nicholaes Schagen pernah terlibat kasus hukum saat menjabat
direktur VOC cabang Bengal.6

sehingga opium membuat sebagian besar pengonsumsinya mencandu dan keuntungan


yang didapat pemerintah kolonial tidak sebesar yang diharapkan karena dikorupsi
pegawainya. Kritikan yang terus menerus tersebut memaksa pemerintah Hindia
Belanda menghapuskan sistem bandar dan menggantinya dengan regi opium pada
tahun 1894. Penggantian sistem ini didasarkan pula pada upaya untuk menekan
penyelundupanpenyelundupan opium yang tidak dapat dikontrol selama pelaksanaan
sistem bandar.7

Pelaksanaan regi opium memungkinkan pengelolaan opium yang lebih besar oleh
pemerintah Hindia Belanda. Pemerintah mempunyai kekuasaan untuk memproduksi
dan mendistribusikan opium kepada outletoutlet grosiran dan kemudian memberikan
lisensi kepada agen-agen lokal untuk melayani perdagangan eceran. Sistem ini
bertahan hingga berakhirnya kekuasaan kolonial Belanda dan kemudian dijadikan
model pengelolaan candu di Indonesia selama masa revolusi. Hal itu terbukti dengan
terbentuknya Kantor Regi Candu dan Garam yang berpusat di Surakarta dibawah
pimpinan Soewahjo. Setelah terbentuknya kantor besar itu, beberapa daerah di Jawa
segera terbentuk kantor-kantor yang mengurusi candu, seperti Kantor candu dan obat
di Yogyakarta, kantor candu dan garam di Kediri, dan Kantor-kantor candu lainnya.
Kantor-kantor candu ini tidak saja mengelola kebutuhan candu untuk rumah-rumah
sakit atau kegiatan-kegiatan ritual dari Kraton tetapi melakukan pula usaha-usaha
rahasia bersama dengan Kementerian Pertahanan dengan menyediakan candu untuk
diperdagangkan oleh badan-badan perjuangan sebagai dana revolusi. 8

6
Ibid
7
James R. Rush, Candu Tempo Doeloe: Pemerintah, Pengedar, Pecandu 1860-1910, (Jakarta:
Komunitas Bambu,2012), hlm 206
8
Ibrahim, Julianto. 2013. Opium dan Revolusi: Penggunaan dan Perdagangan Candu di Surakarta
Pada Masa revolusi, 19451950, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm 79-87.
Di masa revolusi kondisi keuangan negara sangat lah sulit.Peristiwa politik yang
menjepit memunculkan usaha-usaha untukmengupayakan lancarnya roda
pemerintahan. Blokade-blokade pemerintah Belanda terhadap hasil ekspor seperti
beras, gula dan karet terbukti menekan pendapatan. Untuk itu Amir syarifudin
memutuskan untuk menyelundupkan candu di Singapura.9Makau ntuk menambah
dana keuangan kemudian mengekspor candu di Jawa dan Madura ke luar negeri
diantaranya selain Singapura yaitu Bangkok dan Manila sebagai Bandar-bandar
terkuat masaitu.10 Candu masa revolusi diperjual belikan secara rahasia ke Singapura
untuk keperluan pembelian senjata.11Selain itu, hasil-hasil pertanian telah banyak
terkuras untuk kepentingan penyediaan logistik perang bagi serdadu-serdadu Jepang.
Kalaupun masih terdapat cadangan hasil pertanian atau perkebunan, pemerintah sulit
menjual atau mengekspornya karena blokade-blokade yang dilakukan oleh Belanda.
12

B. Rumusan Masalah
Perdagangan opium dari masa kolonial sampai masa revolusi mengalami
dinamika tersendiri. Dinamika itu seperti perubahan-perubahan sistem untuk
menangani gejolak dalam praktik perdagangan candu. Kemiripan terjadi pada
praktik perdagangan masa kolonial dengan masa revolusi. Pemerintah penguasa
mengambil monopoli untuk mendapatkan keuntungan. Adapun permasalahan
utama yaitu dalam penelitian ini yaitu dukungan pemerintah untuk
memperdagangkan candu untuk mendapatkan pemasokan dana bagi perjuangan
bangsa Indonesia

9
Julianto Ibrahim, Opium dan Revolusi: Perdagangan danPenggunaan Candu di Surakarta Masa
Revolusi 1945-1950 (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013). Hlm.120-121.
10
Dirsej dan Budaya Kemendikbud,Biografi pahlawan NasionalSultan Hamengku Buwana IX, (PT.
Mitra Agung Sangga Artha,2012). Hlm. 129-133.
11
Ibid. Hlm 129-133.
12
Ibid. Hlm 130-131.
C. Fokus masalah

Secara temporal penelitian ini mencakup masa Revolusi yaitu1945-1949. Batasan


awal penelitian ini adalah tahun 1945 karena sebagai awal dimulainya revolusi.
Masa revolusi ini pejuang Indonesia khususnya Yogyakarta berjuang untuk
mempertahankan kemerdekaan dengan mengusir kedatangan kembali kolonial.
Periode ini pecah perang dimana-mana serta pemimpin Indonesia sempat ditawan
oleh Belanda. Situasi ibu kota republik kritis lalu dipindahkan ke Yogyakarta
pada 4 Januari 1946. Kemudian batasan akhir penelitian ini adalah tahun 1949.

Dalam cakupan spasial Yogyakarta dimaksudkan disini adalah wilayah


Vorstenlanden yang secara administrative dalam masa Revolusi sempat menjadi
ibu kota Indonesia. Meliputi daerah Sleman, Kulonprogo, Bantul dan
Gunungkidul. Daerah yang dipimpin sultan ini menjadi salah satu basis
tersebarnya pengguna opium di Jawa sejak masa kolonial. Lalu, pada masa
revolusi Yogyakarta menjadi salah satu kota penting terbukti dengan dibentuknya
Kantor Regi Opium dan Obat.

D. Rumusan Masalah
Lantas timbul beberapapertanyaan penelitian yaitu:
1.Bagaimana bentuk-bentuk perdagangan candu masarevolusi?
2.Siapa saja yang ikut telibat dalam perdagangan candu baiksebagai pedagang
maupun sebagai pecandu di Yogyakartamasa revolusi?
3.Sejauhmana keterlibaatan badan-badan perjuangan dalamperdagangan candu
masa revolusi?

E. Tujuan
1. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini guna mengetahui rekam sejarah Pabrik pabrik Gula
di Yogyakarta dan dampaknya bagi wilayah Yogyakarta pada abad 19
sampai 20.
2. Tujuan khusus
a. Menggambarkan keadaan Yogyakarta pada abad 19 sampai 20.
b. Menggambarkan sejarah Pabrik Gula di Yogyakarta dari abad 19
sampai 20.
c. Mendeskripsikan dampak dari pendirian Pabrik Gula di Yogyakarta
pada abad 19 sampai 20.
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pembaca
a. Pembaca dapat mengetahui rekam jejak dari Pabrik Gula di
Yogyakarta pada abad 19 sampai 20.
b. Memperluas wawasan pembaca mengenai keadaan Yogyakarta pada
abad 19 sampai 20.
c. Memperluas wawasan pembaca mengenai dampak pendirian Pabrik di
Yogyakarta pada abad 19 sampai 20.
2. Bagi Penulis
a. Dengan di tulisnya artikel ini sebagai penulis saya berharap dapat di
gunakan sebagai media latihan dan pengembangan bakat dalam bidang
tulis menulis sekaligus dapat menambah wawasan saya terhadap
materi yang telah saya sampaikan.
b. Menjadi tolak ukur bagi penulis guna melihat kemampuan dalam
menangkap, memahami, dan menganalisis peristiwa sejarah dalam
bentuk karya tulis ilmiah.

G. Kajian Pustaka
Kajian Pustaka merupakan hal penting dalam penulisan ilmiah. Dalam
penulisan laporan skripsiini , Penulis mengunakan informasi dari
penelitianpenelitian sebelumnya sabagai bahan perbandingan dan referensi.
Selain itu, peneliti juga menggali informasi dari buku-buku maupun skripsi
dalam rangka mendapatkan suatu informasi yang ada sebelumnya tentang
kajian yang berkaitan dengan judul yang digunakan untuk memperoleh
landasan teori ilmiah. Kajian pustaka dimaksudkan untuk memperkaya bahan
rujukan peneliti dalam menulis penelitian ini sehingga diperoleh hasil
penelitian yang komprehensif sesuai dengan bidang yang diteliti.

H. Metode Penelitian
1. Heuristik (Pengumpulan Sumber)
Mengumpulkan sumber-sumber sejarah yang relevan dengan tema
penelitian atau yang dikenal dengan istilah heuristic. Untuk
mengumpulkan sumber-sumber sejarah dalam penyusunan laporan
Skripsi yang berjudul “ Rekam Jejak Pabrik Gula di Yogyakarta”, Penulis
mengumpulkan berbagai macam sumber yang menyangkut tema dari
berbagai sumber sejarah seperti buku yang terdapat di perpustakaan di
sekitar wilayah Yogyakarta, Perpustakaan Daerah, perpustakaan Kota,
Perpustakaan UGM, dan beberapa jurnal online serta skripsi di lab
Sejarah UNY.
2. Kritik Sumber (Verifikasi)

Langkah selanjutnya setelah memperoleh sumber-sumber penulisan


sejarah yang dibutuhkan dalam penelitian ialah verifikasi keabsahan
sumber sejarah atau kritik sejarah. Kritik sumber merupakan usaha
mengolah dan menyaring sumber-sumber yang telah dikumpulkan.
Melalui upaya verifikasi data, peneliti memilih dan memilah data-data
yang sungguh-sungguh relevan dengan penelitian ini untuk kemudian
dijadikan sumber data untuk mendukung penelitian ini, sedangkan data
lain yang kurang relevan tidak digunakan sebagai sumber.

3. Interpretasi
Interpretasi adalah cara penulis menetapkan makna dan keterkaitan
atau hubungan antara fakta-fakta yang telah berhasil dihimpun oleh
penulis. Interpretasi perlu dilakukan dalam analisis sumber data sejarah
untuk mengurangi unsur subjektifitas dalam kajian sejarah. Suatu objek
sejarah dapat dipelajari

4. Historiografi
Historiografi merupakan cara penulisan, pemaparan, atau pelaporan
hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan. Ini adalah teknik akhir dari
penelitian sejarah, di mana penulisan dari hasil penelitian ini dituangkan ke
dalam sebuah skripsi. Historiografi adalah usaha untuk menuliskan
peristiwa secara kronologis, logis, dan sistematis dengan menerangkan
fakta-fakta sejarah yang diperoleh sehingga akan dihasilkan suatu kisah
yang ilmiah.

DAFTAR PUSTAKA

James R. Rush, Candu Tempo Doeloe: Pemerintah, Pengedar, Pecandu 1860-1910,


(Jakarta: Komunitas Bambu,2012), hlm. 69.
Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto, “ Sejarah Nasional Indonesia
Jilid IV Kemunculan Penajajahan di Indonesia 1700-1900”, Jakarta: Balai Pustaka,
2010. hlm.248.

"Hari Ini VOC Berdiri". Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia
(dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-03-18.
“Opium Menguntungkan Penjajah dan Mengapa Ia Ditentang”. Tirto.id Diakses
tanggal 2020-03-18.

James R. Rush, Candu Tempo Doeloe: Pemerintah, Pengedar, Pecandu 1860-1910,


(Jakarta: Komunitas Bambu,2012), hlm 206

Ibrahim, Julianto. 2013. Opium dan Revolusi: Penggunaan dan Perdagangan Candu
di Surakarta Pada Masa revolusi, 19451950, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm 79-87.

Dirsej dan Budaya Kemendikbud,Biografi pahlawan NasionalSultan Hamengku


Buwana IX, (PT. Mitra Agung Sangga Artha,2012). Hlm. 129-133.

Anda mungkin juga menyukai