Anda di halaman 1dari 16

Penginjilan Yang Efektif Gereja Kristen Kalimantan Barat

(GKKB) Singkawang Dalam Meningkatkan Pertumbuhan Gereja

Deni 1)*
1) Mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi Tawangmanggu
*)Email. reggaerogger@gmail.com

Abstrak

Penginjilan yang efektif adalah ketika penginjilan yang dilakukan berdasarkan prinsip-
prinsip Alkitab, dengan menciptakan ide-ide kreatif yang digunakan demi menyampaikan berita
kabar baik kepada orang-orang yang belum percaya kepada Allah. Pertumbuhan gereja dapat
dicapai melalui perpindahan jemaat, pertambahan secara biologis, maupun misi penginjilan. Bagi
gereja pentakosta, misi penginjilan bukan hanya sebagai salah satu cara untuk menambah jumlah
jemaat, namun dipandang sebagai bagian penenuhan Amanat Agung. Tujuan penelitian ini untuk
memberikan gambaran peranan misi penginjilan terhadap pertumbuhan gereja. Metode penelitian
yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Melalui penelitian ini
diperoleh gambaran bahawa misi penginjilan adalah sarana yang efektif untuk meningkatkan
pertumbuhan gereja. Misi penginjilan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai strategi yang
sesuai dengan karakteristik masyarakat di sekitar gereja untuk dapat menyeberangkan Injil secara
efektif.

Kata Kunci: Penginjilan, Efektif, dan Pertumbuhan Gereja.

Abstract

Effective evangelism is when evangelism is conducted based on biblical principles, by


creating creative ideas that are used to convey the good news to people who do not believe in
God. Church growth can be achieved through church’s member migration, biological growth,
and also evangelistic missions. For pentecostal churches, evangelistic missions are not only one
way to increase the number of congregations, but are seen as part of fulfilling the Great
Commission. The purpose of this study was to describe the role of missionary evangelism in
church growth. The research method used is a qualitative method with a descriptive approach.
Through this research, it was obtained that the mission of evangelism is an effective means of
increasing church growth. The mission of evangelism could be carried out with various
strategies that are appropriate to the characteristics of the community around the church to be
able to deliver the gospel effectively.

Keywords: Evangelism, Effectiveness, and Church Growth.

Pendahuluan

Gereja yang sering dipahami sebagai satu tubuh Kristus yang seharusnya menjadi peran
utama dalam pemberitaan Injil untuk menggenapi Misi Amanat Agung (Mat 28:16-20) yang
telah diberikan Yesus kepada setiap umat manusia yang percaya kepada-Nya. Misi adalah suatu
tugas penting gereja yang harus ditanggapi sebagai amanat atau perintah yang disampaikan
langsung kepada Tuhan untuk menggenapi misi-Nya di dunia. Misi bukanlah pilihan yang dapat
dipertimbangkan, tetapi misi adalah suatu perintah yang harus dilaksanakan selayaknya sebagai
pengikut Kristus. Adapun tujuan dari misi itu adalah untuk memulihkan hubungan manusia
dengan Allah, membawa orang untuk mengenal Yesus sebagai satu-satunya Juruselamat. Dengan
hadirnya gereja ditengah-tengah dunia karena adanya tugas yang harus disampaikan kepada
dunia. Salah satu dari tugas gereja adalah untuk mewartakan kabar injil kepada orang yang
belum percaya kepada Yesus untuk bisa menerima keselamatan yang telah Ia sediakan. Selain
melahirkan seorang misioner gereja juga seharusnya melahirkan para perintis-perintis jemaat
baru di daerah lokal yang baru agar injil dapat disebarluaskan di daerah-daerah yang belum
diwartakan oleh pekabaran Injil. Di indonesia ada begitu banyak daerah-daerah pedalaman yang
belum mendengar berita tentang Yesus.

Misi Gerja tidak dapat dipisahkan dari Amanat Agung Tuhan Yesus. Oleh berbagai aliran
dan denominasi gereja, Amanat Agung tersebut berkaitan dengan tanggung jawab untuk bermisi,
termasuk di dalamnya dipahami sebagai misi memenangkan jiwa. Bagi gereja tertentu,
melaksanakan Amanat Agung bukanlah merupakan sebuah pilihan melainkan suatu kewajiban
yang dimotivasi oleh upaya penyelamatan manusia dari dosa. Suwanto Dwiraharjo menyatakan
bahwa kegiatan misi untuk memenuhi Amanat Agung merupakan bagian penting yang tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan orang percaya maupun gereja Tuhan.
Salah satu gereja yang mempercayai Amanat Agung sebagai kewajiban yang harus
dikerjakan bagi orang percaya yaitu Gereja Kristen Kalimantan Barat (GKKB) Jemaat
Singkawang. Denominasi gereja GKKB tersebut mempercayai bahwa Amanat Agung yang
merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan untuk menjangkau orang yang belum
percaya kepada Tuhan atau orang yang masih “terhilang.” Kegiatan misi yang dilakukan oleh
GKKB Jemaat Singkawang merupakan salah satu bagian penggenapan dari Amanat Agung. Oleh
karena pergerakan misi yang terus dilakukan oleh GKKB Jemaat Singkawang yang
menghasilkan pertumbuhan jemaat yang cukup signifikan. Hal ini sejalan dengan yang
dinyatakan oleh Handreas Harsono bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
gereja adalah bagaimana gereja terlibat dalam Amanat Agung1. Gereja Kristen Kalimantan Barat
adalah gereja yang berdomisili di Kalimantan Barat, Indonesia. GKKB percaya kepada Allah
Tritunggal: Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus; dan percaya kepada Tuhan Yesus
Kristus sebagai satu-satunya juruselamat manusia, kepala gereja, sumber kebenaran dan hidup.
GKKB menerima Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru sebagai Firman Allah yang
memiliki otoritas tertinggi gereja dan pedoman hidup bagi setiap anggota gereja. Keberadaan
Gereja Kristen Kalimantan Barat dimulai dengan berdirinya tiga gereja utama di Singkawang,
Pontianak, dan Pemangkat. GKKB Jemaat Singkawang, memiliki sejarah paling panjang,
berdiri pada awal seratus tahun ke-20, akurat pada tahun 1906, buah hasil pelayanan misionaris
Amerika yang bernama Charles M. Worthington. Belakang pada tahun 1928 Gereja ini mendapat
bantuan pelayanan dari Basel Mission. GKKB Jemaat Pontianak, dimulai pada tahun 1935 oleh
sekelompok orang Kristen asal Tiongkok. Gereja ini belakang menemukan bantuan pelayanan
dari hamba-hamba Tuhan Tiongkok. GKKB Jemaat Pemangkat dirintis oleh beberapa orang
Kristen yang pindah ke kota Pemangkat. Awalnya hanyalah berupa kebaktian rumah tangga.
Namun atas bantuan para misionaris yang masuk ke Pemangkat pada tahun 1950-an, maka
Gereja Pemangkat resmi berdiri pada tahun 1963.

Adapun yang menjadi fokus utama dalam penulisan karya ilmiah ini adalah bagaimana
Pengaruh Penginjilan Yang Efektif Dalam Meningkatkan Pertumbuhan Gereja GKKB
Singkawang Kalimantan Barat. Adapun yang menjadi tujuannya adalah untuk memberikan

1
Handreas Hartono, “Mengaktualisasikan Amanat Agung Matius 28 : 19-20 Dalam Konteks Era Digital,”
KURIOS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen) 4, no. 2 (2018): 19–20,
www.sttpb.ac.id/e-journal/index.php/kurios.
gambaran tentang perintisan Jemaat dan strategi penginjilan dalam Gereja GKKB Jemaat
Singkawang.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian karya ilmiah ini adalah mengunakan metode
kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Pendekatan deskriptif bermaksud untuk menggambarkan
bagaiman misi penginjilan yang dilakukan oleh GKKB Jemaat Singkawang yang dapat
melahirkan para perintis-perintis baru. Demi mendapatkan gambaran tersebut maka penulis
melakukan wawancara mengenai keefektifan penginjilan yang dilakukan oleh GKKB Jemaat
Singkawang. Wawancara yang digunakan juga untuk untuk mendapatkan data-data lapangan
mengenai perjuangan para perintis di gereja GKKB Jemaat Singkawang dalam menjangkau
orang-orang yang belum percaya kepada Allah untuk ikut serta beribadah dalam gereja tersebut.
Wawancara ini juga dilakukan untuk mengetahui pola-pola dan strategi-strategi penginjilan yang
dilakukan dari memulai pertama perintisan hingga sampai pada saat ini.

Waktu wawancara yang dilakukan oleh penulis adalah pada 01 Oktober 2020,
menginggat kasus penyebaran virus Covid-19 yang menyebabkan penulis tidak bisa melakukan
wawancara tatap muka secara langsung, oleh karena itu penulis melakukan wawancara melalui
media online. Adapun yang menjadi tokoh-tokoh wawancara tersebut adalah Ev. Christina
Yunita, Ev. Leni Magdalena, Sdra. Jubarda dan Sdri Yanti Chai. Dari hasil wawancara tersebut
maka penulis mengupayakan melakukan analisis data dengan menorganisasi data, memilah-
milah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan
menemukan pola, menemukan apa yang penting, dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa
yang diceritakan kepada orang lain.2

Hasil dan Pembahasan

Sejarah Gereja GKKB Jemaat Singkawang

Ketiga gereja utama di atas pada mulanya berdiri sendiri dan melakukan pelayanan secara
terpisah. Pada tahun 1960-an mulai dirintis dan digalang kemungkinan untuk bergabung dan
mendirikan satu organisasi, untuk mempersatukan ketiga gereja utama beserta gereja-gereja lain
yang berhasil didirikan. Pada tahun 1966, usaha penggabungan ketiga gereja tersebut berhasil
2
Moleong J. Lexy, Metodelogi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007).
dilakukan dengan memakai nama Tiong Hua Kie Tok Kauw Hwee dengan Gereja Pontianak
menjadi pusat dan gereja-gereja lainnya menjadi cabang. Pada tahun 1966 juga Tiong Hua Kie
Tok Kauw Hwee resmi mendaftarkan diri kepada Departemen Agama RI. Pada tahun 1965
terjadi peristiwa Gerakan 30 September PKI. Salah satu akibat dari peristiwa ini adalah
meningkatnya gerakan anti China. Pimpinan gereja merasa nama Tiong Hua Kie Tok Kauw
Hwee yang berarti Gereja Protestan China memberikan dampak yang negatif terhadap pelayanan
dan perkembangan gereja. Oleh sebab itu pada tahun 1967 para pimpinan Tiong Hua Kie Tok
Kauw Hwee bersama misionaris OMF mengadakan sidang raya dan memutuskan untuk
mengganti nama Tiong Hua Kie Tok Kauw Hwee menjadi Gereja Kristen Kalimantan
Barat, disingkat menjadi GKKB. Sidang raya ini juga menegaskan sistem sinodal sebagai sistem
pemerintahan GKKB, menerima dan mengesahkan Tata Dasar GKKB. Dalam sidang raya tahun
1980, diadakan amandemen Tata Dasar GKKB yang menetapkan dibentuknya Badan Pengurus
Majelis Pusat GKKB sebagai pelaksana harian Sinode GKKB dan membentuk tiga Majelis
Wilayah, masing-masing Majelis Wilayah Pontianak, Majelis Wilayah Singkawang, dan Majelis
Wilayah Pemangkat sebagai badan kelengkapan pelaksanaan tugas dan wewenang Majelis Pusat
GKKB.

Misi dan Pertumbuhan Gereja GKKB Jemaat Singkawang

Sekitar sembilan dari sepuluh orang (90%) yang baru bertobat adalah mereka yang
sebelumnya pernah dihubungi dan diinjili oleh orang percaya secara pribadi selama kehidupan
sehari-hari di tempat kerja, di sekolah,atau sebagai tetangga.Ternyata bahwa penginjilan secara
pribadi yang berdasarkan gaya hidup lebih unggul daripada metode-metode yang lain.Janganlah
heran! Pada zaman rasul-rasul, inilah cara berita Injil dan iman Kristen disebarkan. Orang
Kristen mula-mula menaati perkataan Juruselamat dengan sungguh-sungguh, “...kamu akan
menjadi saksi-Ku.“(Kis. 1:8b). “Mereka yang tersebar itu menjelajah seluruh negeri itu sambi
lmemberitakan Injil.“ (Kis. 8:4). Dunia tidak akan pernah diinjili dengan memakai cara yang
lain. Setiap orang percaya wajib melakukan pekerjaan seorang penginjil. Setiap orang percaya
harus mampu memberitakan dan menjelaskan pokok-pokok berita keselamatan kepada orang
yang mereka temui. Ketika diasadar bahwa Roh Kudus telah meyakinkan seorang lain tentang
dosa dankesesatannya, dia harus mampu memimpin mereka kepada Yesus Kristu ssebagai satu-
satunya pengharapan.3

Perintisan jemaat merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan bagi setiap orang
yang percaya kepada Yesus dengan maksud untuk menggenapi Amanat Agung yang telah
diberikan kepada setiap umat manusia (Mat 28:16-20). Oleh karena itu hampir dari setiap Gereja
berusaha untuk melakukan amanat agung tersebut tidak terkecuali juga gereja GKKB Jemaat
Singkawang, hingga sampai saat ini pertumbuhan gereja GKKB Jemaat Singkawang mengalami
pertumbuhan yang cukup singnifikan. Pertumbuhan gereja yang dimaksudkan adalah gereja
yang bertumbuh dalam Kualitas, Kuantitas, dan Kompleksitas organisasi sebuah gereja. Jika
ketiga komponen kenaikan ini tidak terjadi secara seimbang, sebuah gereja tidak akan
mempertahankan kesehatan yang baik.4

Sejarah Pertumbuhan Jemaat Mula-Mula Para ahli sejarah mencatat bahwa kurang lebih
sepersepuluh populasi orang Roma pada tahun 300 M telah menjadi Kristen (atau kurang lebih 5-
7,5 juta orang dari keseluruhan populasi 60 juta orang). Kemudian situasi menjadi berubah
ketika Kaisar Konstantin ikut bertobat. Pertumbuhan kekristenan dari sekumpulan orang percaya
berjumlah 120 orang pada tahun 30M (Kis. 1:14-16) bertambah menjadi 6 juta orang setelah 270
tahun kemudian.5

Kondisi pertumbuhan gereja semacam ini merupakan hal yang luar biasa. Pertumbuhan
ini terjadi bukan dalam kondisi tempat yang aman, menetap, ideal untuk anak-anak. Justru
ledakan ini terjadi dalam kesukaran besar karena semenjak Yesus mati, maka mereka yang
mengaku percaya kepada-Nya malah dikejar-kejar untuk dibunuh. Orang Kristen percaya bahwa
di balik peristiwa yang menyesakkan itu, tangan Tuhan bekerja di balik pertumbuhan gereja dan
pertobatan terjadi karena karya Roh Kudus. Di dalam konteks historis ini tidak ada bukti bahwa
ada satu strategi misionaris yang paling efektif dalam ledakan ini karena semua berasal dari Roh
Kudus yang membuat semua terjadi begitu saja. Gereja-gereja menjadi begitu bersemangat untuk
melakukan pewartaan Injil ke mana-mana. Agama-agama dalam dunia kuno tidak mengenal
istilah misi seperti yang dilakukan rasul Paulus. Perkembangan agama-agama dalam budaya
Timur Dekat kuno cenderung mengikuti pola invasi dari para pasukan militer. Para penginjil
3
Perkembangan Jemaat-jemaat Lokal, “Gereja Berhasil,” no. 12 (n.d.).
4
Ron dan Jim Stevens Jenson, Dinamika Pertumbuhan Gereja (Malang: Gandum Mas, 1996).
5
Ian J.Shaw, Christianity the Biography. (London: Inter Varsity Press, 2016), 28
waktu itu hanya bersenjatakan keberanian untuk menyampaikan pesan tentang pertobatan dan
iman kepada Yesus sang Juruselamat dan dampaknya lebih luas dan bertahan lebih lama.
Biasanya mereka mengunjungi sinagog setempat, sebagai tempat berkumpulnya orang-orang
Yahudi. Ketika mereka disambut, terjadilah komunikasi mereka dengan para rabi Yahudi dan
menjadi kesempatan bagi mereka untuk menyampaikan pesan Guru mereka. Para penginjil ini
berjumpa dengan orang-orang yang merindukan adanya tokoh yang menyelamatkan mereka
(walaupun ada kecenderungan maknanya politis bukan keselamatan rohani). Situasi diaspora
menguntungkan kegiatan penginjilan ini karena mereka bisa menjangkau daerah yang jauh lebih
luas daripada sekedar Yerusalem saja.

Dalam pertumbuhan Gereja seringkali dapat dicapai melalui beberapa cara. pertama,
pertumbuhan gereja secara beologis. pertumbuhan beologis merupakan pertumbuhan yang
disebabkan oleh karena adanya anggota dari gereja tersebut yang melahirkan. Jadi, secara
otomatis gereja tersebut mengalami pertumbuhan atau penambahan jiwa baru. Pertumbuhan
secara beologis ini terjadi di semua gereja, termasuk juga dalam gereja GKKB Jemaat
Singkawang. Kedua, pertumbuhan gereja juga bisa terjadi oleh karena perpindahan anggota
jemaat dari gereja lain, bisa juga dari sesama denominasi atau berbeda denominasi. Perpindahan
jemaat antar gereja dapat terjadi dengan dilatarbelakangi dengan beberapa alasan, bisa saja
karena pindah tugas kerjaan, merasa tidak cocok lagi dengan cara pengembalaan gereja yang
lama: merasa tidak bertumbuh; merasa sakit hati kepada gembala atau kepada sesama jemaat
dalam gereja tersebut; tetapi tidak jarang juga karena bujuk rayu dari gembala lain yang
menggunakan cara-cara yang kurang etis sehingga jemaat itu pindah.6

Pengertian Misi

Beberapa pembicara dan literature misi berkata bahwa semua orang dipanggil untuk pergi
sementara yang lainnya berkata bahwa tidak ada yang boleh pergi tanpa memiliki panggilan
yang spesifik. J. Herbert Kane, seorang mantan misionaris dan guru besar bidang misi pada
Trinity Evangelical Divinity School, menuliskan “tidak ada aspek dari misi Kristen yang lebih
membingungkan daripada masalah panggilan ini. Ini adalah penggantung terbesar yang dimiliki
orang-orang muda sementara mereka menghadapi tuntutan-tuntutan untuk pergi ke ladang misi.
Kane percaya bahwa ide tentang panggilan misi disalahpahami dan diragukan. Meskipun begitu,
6
Kosma Manurung, “Efektivitas Misi Penginjilan Dalam Meningkatkan Pertumbuhan Gereja,” DUNAMIS:
Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani 4, no. 2 (2020): 225–233.
sejarah misi, literature, pengalaman, dan khotbah yang merujuk kepada hal tersebut secara terus-
menerus dan kelihatannya mengasumsikan bahwa baik sebuah pengalaman dari panggilan misi
maupun keyakinan akan panggilan itu sebagai misionaris yang setia dan efektif. PI adalah
kesaksian. Jika dapat diumpamakan seperti seorang pengemis menceritakan kepada pengemis
yang lain dimana mendapatkan makanan.

Firman Allah berbicara kepada kita mengenai misi dari awal hingga akhir. Cara pandang
ini menunjukkan bahwa alasan Allah menyatakan diri-Nya kepada kita dalam firman-Nya adalah
agar kita mengenal-Nya dan membuat-Nya dikenal. Tanpa Alkitab penginjilan dunia bukan saja
tidak mungkin tapi sungguh tidak dapat dibayangkan. Alkitab memberi kita tanggungjawab
untuk menginjili dunia, memberi kita injil untuk diberitakan, memberitahu kita bagaimana
memberitakannya, dan menjanjikan bahwa injil adalah kekuatan Allah untuk keselamatan setiap
orang percaya.

Oleh karena itu definisi dari seorang misionaris adalah: “seorang yang tidak pernah
merasa tenang mendengar suara langkah kaki orang yang belum percaya yang sedang dalam
perjalanannya menuju kekekalan tanpa Kristus”. Itu berarti ada beban mengenai tugas misi yang
masih tersisa dan menginginkan agar hidup mereka memberi dampak pada area luas dari
ketersesatan di dunia ini. Semua orang percaya yang telah diselamatkan harus bermisi. Gereja
harus bermisi. Pengikut Kristus yang sejati harus benar-benar menyadari mengenai Amanat
Agung Kristus dalam Matius 28:18-20 bersifat penting dan harus dilaksanakan. Pemaparan
diatas merupakan salah satu dari permasalahan misi yang seringkali terjadi di zaman era modern
ini, namun masalah lain yang sering dialami oleh seorang perintis jemaat baru adalah banyak
para perintis yang berusaha untuk kabur dari pelayanan, mereka merasa tidak kuat dengan
tantangan-tantangan yang mereka hadapi. Hal ini bisa terjadi karena mungkin kurangnya
supporting atau seorang mentor yang menyemanggati mereka untuk membangun jemaat baru di
daerah-daerah yang belum dijangkau oleh injil. Peran seorang mentor sangat diperlukan bagi
para perintis gereja baru, mereka yang memiliki mentor merasa memiliki teman dan tempat
untuk mereka beroleh kekuatan, nasihat, dan hikmat untuk mengatasi segala masalah mereka
dalam pelayanan. Oleh karena itu maka dalam tulisan ini penulis menjelaskan bahwa seorang
perintis jemaat baru sanggat memerlukan sosok seorang mentor agar menjadi seorang perintis
yang sukses dalam dunia perintisan jemmat baru dan gereja baru di daerah-daerah yang baru.
Gerakan Perintisan Gereja GKKB Jemaat Singkawang

Kata gerakan yang sering diartikan sebagai perbuatan atau keadaan bergerak, usaha untuk
kegiatan di lapangan sosial. Istilah “perintisan”, dari kata rintis yang artinya: jalan kecil atau
setapak. Rintisan berarti usaha yang pertamakali dilakukan atau dikerjakan, dengan kata lain
merintis adalah membuka jalan kecil dan mengerjakan untuk pertama sekali. Perintis adalah
orang yang melopori atau memulai perintisan jemaat yang baru untuk memulai usaha kecil.
Menurut David Ariono, perintisan adalah: membangun sesuatu yang bukan diatas dasar yang
diletakkan orang lain. Jadi, istilah gerakan perintisan jemaat-jemaat memiliki pengertian
bagaimana agar jemaat yang baru untuk mengembangkan sebuah gereja. Dalam perkembangan
atau pertumbuhan gereja menggambarkan bahwa jemaat tidak statis tetapi menunjukkan sikap
aktif dalam menjalankan fungsi berdasarkan tugas masing-masing.7 Definisi sederhana dan
ringkas dari gerakan perintisan jemaat-jemaat adalah: peningkatan yang cepat dan eksponensial
dari tindakan perintisan jemaat-jemaat yang dikerjakan oleh jemaat indigenos di dalam suku atau
golongan populitas tertentu. Pertama, peningkatan itu bersifat eksponensial. Ini berarti,
pertambahan jumlah gereja demi gereja bukan sekedar pertumbuhan kenaikan deret angka biasa,
yaitu pertambahan satu atau dua gereja setiap tahun. Sebaliknya, ia berlipatganda dalam deret
bilangan berpangkat, dua gereja menjadi empat, empat menjadi enam belas dan seterusnya.
Searah dengan itu Larry Stockstill mengatakan, Pelipatgandaan jemaat secara eksponen hanya
mungkin terjadi bila jemaat-jemaat yang baru dimulai dibangun oleh jemaat itu sendiri, bukan
oleh para perintis jemaat profesional atau misionaris-misionaris. Kedua, semuanya adalah
jemaat-jemaat asli. Artinya, jemaatjemaat itu dilahirkan dari dalam dan bukan dari luar. Ini
bukan berarti bahwa Injil dapat memancar secara naluriah dari dalam suatu suku. Injil selalu
berasal dari luar suatu suku; dan ini adalah tugas seorang misionaris. Gerakan perintisan jemaat
lebih dari sebuah kebangunan rohani yang terjadi dalam jemaat-jemaat yang bukan jemaat baru.
Terjadinya kebangunan-kebangunan rohani sangat diharapkan, tetapi itu pun bukanlah gerakan
perintisan jemaat. Kebaktian-kebaktian penginjilan dan program-program kesaksian memang
bisa membawa ribuan orang kepada Kristus, dan tentu saja itu hal yang menakjubkan, tapi itu
tidak sama dengan gerakan perintisan jemaat. gerakan perintisan jemaat memperlihatkan
bagaimana jemaat-jemaat dengan cepat melahirkan jemaat lain. Dengan demikian, sebuah

7
Elisa Tembay and Febriaman Lalaziduhu Harefa, “STT Ebenhaezer Gerakan Perintisan Jemaat Dalam
Kisah Para Rasul Bagi Pengembangan Gereja Masa Kini” 5368 (2017): 23–47.
gerakan perintisan jemaat terjadi ketika visi jemaat melahirkan jemaat menjalar dari para
misionaris dan para perintis jemaat profesional kepada jemaat-jemaat itu sendiri, sehingga
melalui sifat-dasarnya mereka memenangkan jiwa yang terhilang dan bereproduksi sendiri.

Saat ini gereja GKKB Jemaat Singkawang yang dipercayakan sebagai gembala sidang
oleh Pdt. Lukas Phang, dan dibantu oleh pengurus-pengurus gereja yaitu, Ev Christine Yunita,
Ev Leni Magdalena, Sdr Jubarda, Sdri Yanti Chai, dan Sdri Liu Wisda. Adapun jumlah jemaat
yang ada di gereja GKKB Jemaat Singkawang adalah 500-700 jiwa. Dan Adapun pos PI yang
merupakan hasil dari perintisan gereja GKKB Jemaat singkawang yaitt di daerah Singkawang
Tengah (GKKB Roban), Sedau, Singkawang Selatan (GKKB Kopisan), Sijangkung,
Singkawang Selatan (GKKB Sijangkung), Sungai pangkalan II, Sungai Raya, kab Bengkayang
(GKKB Jemaat Pasar Gunung), Sungai Duri, Sungai Raya Kab Bengkayang (GKKB Sungai
Duri), dan Mak Rampai, Tebas, Kab Sambas (GKKB Jemaat Tebas).

Prinsip-prinsip Penginjilan Gereja GKKB Jemaat Singkawang

Prinsip yang Alkitabiah

Prinsip-prinsip misi perintisan jemaat Paulus adalah: Pertama, Roh Kudus adalah
pengendali misi perintisan jemaat Paulus. Keberhasilan misi perintisan jemaat Paulus tidak
lepas dari peran Roh Kudus sebagai Pribadi yang mengarahkan, menyertai dan memberi kuasa
dalam setiap perjalanan misinya.26 Hal tersebut mulai tam-pak dari proses pengutusan Paulus
dan Barnabas sebagai misionari oleh Roh Kudus melalui para pemimpin rohani jemaat di
Anthiokia (KPR 13: 1-3).8 Selanjutnya Roh Kudus yang mengarahkan keberangkatan Paulus dan
Barnabas ke daerah Siprus, dan kemudian Roh Kudus menyertai Paulus dengan kuasa ketika
bertentangan dengan Elimas si tukang sihir di Pafos (Kpr. 13:6-12). Paulus juga menyatakan
tanda-tanda dan mujizat oleh kuasa Roh Kudus di Ikonium (Kpr. 14:1-5). Penyertaan Roh Kudus
tampak lebih jelas dalam pelayanan yang dilakukan Paulus ketika ia menyembuhkan orang yang
lumpuh di Listra (Kpr 14:8-10).9 Dalam hal ini, Roh Kudus sangat berperan penting dalam misi
perjalanan Paulus yang kedua, hal ini terlihat saat pernyetaan Yesus terhadap Paulus ketika
peristiwa-peristiwa yang dialaminya yaitu: Roh Kudus mencegah Paulus memberitakan Injil di
8
1 Bavinck, Sejarah Kerajaan Allah (jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000).
9
David Eko and Setiawan M Th, “MENEMUKAN SEBUAH MODEL MISI PERINTISAN JEMAAT ALKITABIAH-
KONTEKSTUAL BAGI SEBUAH GEREJA LOKAL BARU David Eko Setiawan M.Th Sekolah Tinggi Teologi Tawangmangu”
(n.d.).
Asia (Kpr. 16:6), pengusiran roh tenung di Filipi oleh Paulus (Kpr 16:16-18), kelepasan
belenggu di penjara Filipi (Kpr. 16:26), dan penglihatan di Korintus (Kpr. 18:9-10). Sedangkan
peran Roh Kudus dalam perjalanan misi perintisan jemaat Paulus yang ketiga tampak jelas dalam
beberap peristiwa berikut: Penerimaan Roh Kudus atas murid-murid di Efesus melalui
penumpangan tangan Paulus (Kpr 19:1-7), mujizat-mujizat besar dalam pelayanan Paulus di
Efesus (Kpr 19:11-12), Paulus membangkitkan Euthikus (Kpr 20:7-12), bisikan Roh Kudus
terhadap Agabus tentang keadaan Paulus di Yerusalem (Kpr 21:10-14).

Kedua, doa dan puasa sebagai penggerak misi perintisan jemaat Paulus. Rencana
misi perintisan jemaat Paulus dilahirkan dari doa dan puasa oleh para pemimpin jemaat di
Anthiokia. Mereka berpuasa untuk menguatkan doa mereka. Pemimpin-pemimpin tersebut
adalah seorang guru dan nabi, diantaranya adalah Barnabas, Simeon, Lukius, Manahem dan nabi
yang termuda diantara mereka, tetapi Tuhan dan Juruselamatnya menempatkan dia kelak diatas
yang lain-lain. Kelima nabi dan guru yang memimpin jemaat Antiokhia itu setia berkumpul
pada waktu-waktu tertentu. Mereka merupakan suatu kumpulan yang dapat dinamakan
persekutuan doa. Bersama-sama mereka beribadah kepada Allah dan berpuasa untuk
menguatkan setiap doa-doa dari mereka.10 Ketiga, Paulus selalu menindaklanjuti (Follow up)
Jemaat Rintisannya11. Komitmen Paulus kepada pemberitaan Injil meliputi suatu komitmen
yang berkesinambungan kepada jemaat-jemaat yang didirikannya sebagai hasil pemberitaan injil.
Secara tepatnya, kita harus mempertahankan bahwa Paulus melihat baik pemberitaan Injil yang
semula maupun pemberitaan Injil yang selanjutnya dalam gereja sebagai suatu proses yang sama
dan keduanya sebagai manifestasi kegiatan Allah (1 Kor. 3:1-9). Dimanapun ia menabur benih
iman, ia selalu memperhatikan pemeliharaannya. 12 Karena orang-orang bertobat dalam
pelayanannya menjadi mitra dala Ijil, hubungannya yang berkesinambungan dengan mereka
membawa sukacita yang berlimpah-limpah baginya (Flp.1:3-11). Kadang-kadang mereka tidak
memberikan sukacita, malahan menjadi beban, tetapi hal itu terjadi karena mereka menghargai
sepenuhnya kebenatan Injil. Namun, semua hal yang terjadi kepada Paulus, ia tetap
menerimanya sebagai suatu tanggung jawabnya sehari-hari, dan meskipun menjadi beban (2

10
Bavinck, Sejarah Kerajaan Allah.
11
Eko and Th, “MENEMUKAN SEBUAH MODEL MISI PERINTISAN JEMAAT ALKITABIAH-KONTEKSTUAL BAGI SEBUAH
GEREJA LOKAL BARU David Eko Setiawan M.Th Sekolah Tinggi Teologi Tawangmangu.”
12
J. A. Schutz, Paul and the Anatomy of Apostolic Authrity, 1964.
Kor. 11:28), ia tetap memikulnya dengan sukacita, ini hanyalah mencerminkan komitmennya
yang bulat kepada Injil.13

Keempat, Paulus menerapkan prinsip kontekstualisasi. Hasselgrave mendefinisikan


kontekstualisasi sebagi berikut: “Kontekstualisasiadalah usaha untuk mengkomunikasikan pesan
manusia, karya-karya, perkataan, dan kehendak Allah dalam cara yang setia kepada penyataan
Allah, khususnya pada waktu hal ini dikeluarkan di dalam ajaranajaran Kitab Suci, dan yang
penuh arti bagi responden-responden di dalam konteks kultural dan eksistensial mereka masing-
masing. Singkatnya, Kontekstualisasi merupakan usaha untuk memahami dan menganggap
penting konteks khusus dari masing-masing masyarakat dan pribadi dalam istilah-istilahnya
sendiri dan dalam semua dimensi- budaya, keagamaan, sosial, politik ekonomi- serta
mempertajam apa yang Injil katakan kepada orang-orang di dalam konteks tersebut. Paulus
adalah seorang perintis jemaat yang ahli dalam kontekstualisasi. Terbukti pada perjalanan misi
perintisian jemaatnya, Paulus telah mampu menyesuaikan diri dengan kebudayaan-kebudayaan
lokal di kota-kota yang dikunjunginya demi keberhasilan pengkomunikasian Injil. Dalam
perjalanan misi perintisan jemaat yang pertama di kota Anthiokia di Pisidia,Paulus memasuki
rumah ibadah orang Yahudi dan mengkomunikasikan Injil beranjak dari latar belakang
keagamaan pendengarnya. Paulus menggunakan kitab nubuatan para nabi untuk menjelaskan
tentang kebangkitan Yesus kepada mereka (Kpr 13:41).35 Sedangkan di kota Listra, Paulus
mengkomunikasikan Injil berdasarkan pandangan dunia Politesime masyarakat setempat.14

Inti berita Injil yang diingatkan kembali oleh Paulus kepada jemaat di Korintus (I Kor
15:1-4). Paulus mengingatkan bahwa melalui Injil yang diberitakannya kepada jemaat di
Korintus dapat menyelamatkan (I Kor 15:2). Selain mengingatkan tentang kekuatan Injil yang
menyelamatkan, dia juga menjelaskan kembali inti dari berita Injil yaitu karya Allah untuk
menyelamatka manusia melalui Yesus Kristus Anak-Nya yang telah mati, dikubur, dan bangkit
pada hari yang ketiga15

Prinsip-prinsip Alkitabiah yang telah dipaparkan diatas juga merupakan prinsip yang
sama dengan Prinsip-prinsip penginjilan yang dilakukan oleh gereja GKKB Jemaat Singkawang
13
Derek J. Tidball, Teologi Pengembalaan (Malang: Gandum Mas, 2020).
14
Eko and Th, “MENEMUKAN SEBUAH MODEL MISI PERINTISAN JEMAAT ALKITABIAH-KONTEKSTUAL BAGI SEBUAH
GEREJA LOKAL BARU David Eko Setiawan M.Th Sekolah Tinggi Teologi Tawangmangu.”
15
David Eko Setiawan and Dwiati Yulianingsih, “Signifikansi Salib Bagi Kehidupan Manusia Dalam Teologi Paulus” 2,
no. 2 (2019): 227–246.
, berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan kepada salah satu dari seorang Evangelish
dari gereja tersebut yang lebih menggunakan prinsip kontekstualisasi, diamana hampir dari 80%
masyarakat yang ada di daerah Singkawang adalah mayoritas suku China dan Melayu. Dengan
melakukan prinsip kontekstualisasi dalam dalam penginjilan, memahami budaya setempat yang
tidak menentang dengan ajaran-ajaran Kristen maka para penginjil akan dengan mudah untuk
diterima oleh masyarakat setempat, dan disitulah merupakan suatu kesempatan yang besar untuk
para penginjil memberitakan kabar baik yang berasal dari Tuhan. Adapun dengan melakukan
prinsip kontekstualisasi ini, prinsip Doa dan Puasa berperan sebagai penopang bagi para
penginjil atau para perintis dari jemaat gereja GKKB Singkawang. Selain berdoa dan bepuasa
bagi para penginjil, gereja GKKB Jemaat Singkawang juga memberikan subangsih berupa dana
untuk membantu menopang para perintis yang merintis di daerah-daerah yang ada disekitar
kabupaten Bengkayang.

Strategi-strategi Penginjilan GKKB Jemaat SIngkawang

Packer menunjukkan Good News itu sebagai berikut: “Injil Yesus Kristus adalah kabar
terbaik yang pernah ada, setelah kabar terburuk yang mungkin ada.” Berdasarkan pernyataan
Packer tersebut tampak bahwa yang disebut Good News adalah Injil. Pernyataannya tersebut
sangatlah beralasan, karena pada dasarnya Injil merupakan jawaban atas kondisi manusia
berdosa yang tanpa harapan akibat penghukuman Allah. Melalui Injil, setiap manusia
mendapatkan solusi untuk terhindar dari penghukuman Allah.16 Berdasarkan hasil wawancara
yang telah dilakukan oleh penulis, maka penulis menemukan bahwa strategi-strategi penginjilan
yang dilakukan oleh jemaat GKKB adalah sebagai berikut:

1. Membangun hubungan yang baik dengan komunitas yang berada di sekitar gereja yang
memiliki kepercayaan mayoritas etnis Tionghoa atau non-Kristen; hal yang dilakukan
ialah berupa kunjungan pribadi dari rumah ke rumah, mendatangi mereka ketika ada yang
sedang sakit, dan berdoa buat mereka. Berperan aaktif dilingkungan masyarakat
setempat, misalnya selalu ikut berpartisipasi dalam kerja bakti masa bersama dengan
masyarakat dan memiliki rasa empati serta sosialisasi ketika ada masyarakat yang
meninggal. Bekerjasama dengan lembaga pendidikan yang ada disetempat, secara
khusus kepada sekolah TK dan SD.

16
David Eko Setiawan, “Dampak Injil Bagi Transformasi Spiritual Dan Sosial” 2, no. 1 (2019): 83–93.
2. Bergabung dalam organisasi kemasyarakatan seperti kelompok tani, sehingga dapat
melakukan pekerjaan atau aktivitas yang bersentuhan langsung dengan masyarakat
sekitar agar kita dapat diterima dengan baik dan ramah. Melalui pendekatan ini juga
dapat memiliki kesempatan yang bersar untuk membangun hubungan yang baik dan
menyampaikan kabar baik dari Tuhan kepada mereka.
3. Hal yang paling penting yang harus dilakukan oleh seorang penginjil atau perintis jemaat
baru adalah belajar bahasa dan budaya yang ada dimanapun kita berada. Memahami
tentang adat-istiadat setempat, ikut terlibat dalam kegiatan-kegiatan dilingkungan
masyarakat maupun ikut serta dalam acara adat istiadat mereka, misalnya dalam suku
dayak ada suatu tradisi yang dilakukan setiap tahunnya yaitu Gawai Dayak dalam
kegiatan ini, kita juga harus ikut berperan didalamnya.
4. Mengadakan kunjungan pribadi dari rumah ke rumah yang ada di sekitar gereja, berdoa
untuk kesembuhan jika ada yang sakit, mengadakan dia kelepasan, mengadakan KKR
digereja, membuat ibadah penjangkauan dengan menggunakan moment hari raya seperti
Imlek dan Gawai Dayak. Membangun hubungan yang baik juga dengan pemerintah
setempat agar kehadiran gereja dapat diterima di daerah tersebut membangun koneksi
dengan para penguasaha maupun jaringan gereja lain khususnya dari kota besar untuk
menjadi donatur pelayanan sosial semacam pembagian sembako natal atau pelayanan
sosial lainnya.

Gereja, baik lokal maupun global harus memberi dampak bagi masyarakat. Sebab Allah
ingin menyelesaikan tujuan penebusan-Nya, yaitu agenda besar Allah, melalui gereja-Nya.
Gereja jauh lebih penting dalam mengubah sebuah masyarakat dibandingkan kepala negara, atau
lembaga perwakilan rakyat. Oleh sebab itu Allah mempersiapkan dan memberikan pemimpin
kepada jemaat. Para pemimpin inilah yang harus memperlengkapi gereja untuk tujuan besar
Allah. Ini adalah tugas tertinggi dari semua pemimpin gereja, yakni memperlengkapi umat
Tuhan untuk melaksanakan pekerjaan Allah dan memperluas kekuasaan-Nya melalui
pelayanan17. Paulus mengambarkan bahwa gereja sebagai anggota tubuh Kristus memiliki fungsi
yang berlainan namun bergerak dalam satu tujuan yang sama yaitu memberitakan Injil18. Upaya
17
David Eko Setiawan and Anton Ishariyono, “THE ESSENSE OF SPIRITUALITY OF CHRIST SERVANT AND ITS
IMPLICATION FOR THE SERVANT OF GOD TODAY” 2 (2020).
18
Kosma Manurung, “Studi Analisis Kontekstual Ajaran Karunia Nubuat Rasul Paulus Sebagai Dasar Evaluasi Kritis
Terhadap Fenomena Bernubuat Di Gereja Beraliran Karismatik,” DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani
4, no. 1 (2019): 37–54.
dari gembala sidang dan para penginjil yang dilakukan oleh gereja GKKB Jemaat Singkawang
yang berusaha menjalankan misi penginjilan dari Allah. Terlihat dari berbagai strategi-strategi
yang mereka gunakan, hidup bergaul dengan masyarakat adalah suatu strategi yang sangat
penting bagi para penginjil dan para perintis. Gereja yang bersosialisasi dan di terima oleh
masyarakat sekitar, dan kemudian apabila ada kesempatan dipergunakan untuk menyampaikan
Injil. Penting harus dipahami juga bagi para perintis dan para penginjil bahwa setiap orang yang
melakukan misi harus memperhatikan kearifan lokal budaya setempat sehingga dalam
pengkomunikasi Injil dapat diterima dengan lebih baik.19

Kesimpulan
Misi dan perintisan jemaat merupakan suatu hal yang sanggat penting harus dilakukan
oleh gereja masa kini. Melalui kajian terhadap pertumbuhang dan misi yang dilakukan oleh
gereja GKKB Jemaat Singkawang dapat disimpulkan bahwa misi penginjilan yang efektif dapat
memberikan dampak yang sangat signifikan dalam pertumbuhan gereja. Dengan strategi-strategi
yang kreatif dilakukan oleh gereja GKKB Jemaat singkawang sanggat membantu bagi para
perintis-perintis gereja. Injil yang memberikan dampak yang positif bagi setiap umat manusia
yang mempercayainya. Adapun injil yang disampaikan bagi para penginjil harus sesuai dengan
ajaran Alkitab. Dan dalam melakukan penginjilan serta perintisan, hal yang sanggat penting
diperhatikan adalah harus kontekstualisasi dan mampu bersosialisasi dengan masyarakat
dimanapun kita akan melakukan penginjilan atau perintisan jemaat baru.

Kepustakaan

Bavinck. Sejarah Kerajaan Allah. jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000.


Eko, David, and Setiawan M Th. “MENEMUKAN SEBUAH MODEL MISI PERINTISAN
JEMAAT ALKITABIAH-KONTEKSTUAL BAGI SEBUAH GEREJA LOKAL BARU D
Hartono, Handreas. “Mengaktualisasikan Amanat Agung Matius 28 : 19-20 Dalam Konteks Era
19
Manurung, “Efektivitas Misi Penginjilan Dalam Meningkatkan Pertumbuhan Gereja.”
Digital.” KURIOS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen) 4, no. 2 (2018): 19–20.
www.sttpb.ac.id/e-journal/index.php/kurios.
J. A. Schutz. Paul and the Anatomy of Apostolic Authrity, 1964.
J. Tidball, Derek. Teologi Pengembalaan. Malang: Gandum Mas, 2020.
Jenson, Ron dan Jim Stevens. Dinamika Pertumbuhan Gereja. Malang: Gandum Mas, 1996.
Lokal, Perkembangan Jemaat-jemaat. “Gereja Berhasil,” no. 12 (n.d.).
Manurung, Kosma. “Efektivitas Misi Penginjilan Dalam Meningkatkan Pertumbuhan Gereja.”
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani 4, no. 2 (2020): 225–233.
. “Studi Analisis Kontekstual Ajaran Karunia Nubuat Rasul Paulus Sebagai Dasar Evaluasi
Kritis Terhadap Fenomena Bernubuat Di Gereja Beraliran Karismatik.” DUNAMIS: Jurnal
Teologi dan Pendidikan Kristiani 4, no. 1 (2019): 37–54.
Moleong J. Lexy. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007.
Setiawan, David Eko. “Dampak Injil Bagi Transformasi Spiritual Dan Sosial” 2, no. 1 (2019):
83–93.
Setiawan, David Eko, and Anton Ishariyono. “THE ESSENSE OF SPIRITUALITY OF CHRIST
SERVANT AND ITS IMPLICATION FOR THE SERVANT OF GOD TODAY” 2 (2020).
Setiawan, David Eko, and Dwiati Yulianingsih. “Signifikansi Salib Bagi Kehidupan Manusia
Dalam Teologi Paulus” 2, no. 2 (2019): 227–246.
Tembay, Elisa, and Febriaman Lalaziduhu Harefa. “STT Ebenhaezer Gerakan Perintisan Jemaat
Dalam Kisah Para Rasul Bagi Pengembangan Gereja Masa Kini” 5368 (2017): 23–47.

Anda mungkin juga menyukai