Praktek Kerja Lapang I merupakan sarana yang membantu mahasiswa
dalam memperoleh pengetahuan secara teoritis maupun praktis tentang teknologi alat pengolahan proses yang digunakan dalam industri gula. PG Poerwodadie adalah salah satu unit pabrik gula milik PT Perkebunan Nusantara XI yang mengolah tebu menjadi Gula Kristal Putih dengan sistem pemurnian defekasi- sulfitasi. Laporan Praktek Kerja Lapang I ini berisi mengenai hasil pengamatan yang didapat selama praktek kerja lapang. Proses pengolahan gula bermula dari tebu dianalisa kualitasnya dan ditimbang di emplacement. Kemudian diteruskan ke stasiun pemerahan dimana tebu dicacah dahulu menggunakan alat kerja pendahuluan sebelum diperah menggunakan rol gilingan hingga menghasilkan nira mentah. Nira mentah kemudian diteruskan ke stasiun pemurnian untuk dimurnikan. kotorannya dengan pemberian susu kapur (Ca(OH) 2) dan gas belerang (SO2) hingga menghasilkan nira encer. Nira Encer selanjutnya dievaporasi di stasiun penguapan hingga brix 58%-65% dengan menggunakan evaporator sistem Quintiple Effect pada kondisi vakum menghasilkan nira kental yang selanjutnya digunakan sebagai bahan masak di stasiun kristalisasi untuk menghasilkan masakan dengan brix 88-95% yang akan diputar dengan menggunakan gaya sentrifugal di stasiun pemutaran untuk memisahkan gula dengan larutan induknya sehingga menghasilkan gula produk. Gula produk sebelumnya di saring di Vibrating Screen hingga didapatkan gula dengan ukuran standar selanjutnya dikemas dengan netto 50 kg.
Bidang perindustrian sangat membutuhkan tenaga yang terampil dan inovatif serta dapat meningkatkan kemampuan teknik dan mampu melaksanakan tugas serta tanggungjawabnya, sehingga salah satu kurikulum akademik di Politeknik LPP diadakan suatu program Praktik Kerja Lapang (PKL) dengan tujuan mahasiswa dapat membandingkan ilmu teori dengan aplikasi di lapangan, serta salah satu bentuk link and match dengan dunia industri. Adanya kegiatan PKL I ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam memperoleh pengetahuan baik secara teoritis maupun praktis tentang teknologi khususnya tentang alat pengolahan proses yang digunakan dalam industri gula sehingga kelak dapat digunakan dengan baik dan diterapkan di dunia kerja. PG Poerwodadie adalah salah satu unit pabrik gula milik PT Perkebunan Nusantara XI yang mengolah tebu menjadi GKP (Gula Kristal Putih) dengan sistem pemurnian defekasi-sulfitasi. PG Poerwodadie memiliki kapasitas giling eksklusif (KES) sebesar 2350 TCD dan kapasitas giling inklusif (KIS) sebesar 2250 TCD, menggunakan sistem penguapan 4 badan atau disebut dengan Quqdrupple Effect dan skema masak ACD. I.2. TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN Tujuan penyusunan laporan adalah sebagai salah satu syarat kelulusan bagi setiap mahasiswa Politeknik LPP Program Studi Teknik Kimia. Dimana laporan ini disusun sebagai pertanggungjawaban mahasiswa atas pelaksanakan Praktek Kerja Lapang yang dilaksanakan pada akhir semester genap baik tingkat 1, 2 dan 3. Adapun titik berat Praktek Kerja Lapangan yang ke-1 adalah pengenalan alat dan proses pengolahan gula. Adapun Tujuan Praktek Kerja Lapang secara khusus di PG Poerwodadie adalah: 1. Mengenal dan mempelajari alat-alat pengolahan gula yang ada di Pabrik Gula yang meliputi fungsi alat, cara kerja alat dan pengoperasiannya. 2. Mempelajari dan memahami diagram alir proses pengolahan pembuatan gula, dari bahan baku tebu sampai proses pengolahan menjadi kristal gula. 3. Mempelajari dan memahami berbagai analisa yang dilakukan di Pabrik Gula terkait proses pengolahan tebu menjadi gula meliputi pengambilan contoh dan analisa berdasarkan waktu. 4. Mencocokkan teori yang diperoleh di bangku kuliah dengan praktek di lapangan, serta mempraktikkannya terutama tentang proses pengolahan gula. 5. Menambah dan meningkatkan pengetahuan di lapangan melatih bekerja di dalam pabrik serta memahami analisa-analisa dan pengelolaan laboratorium, sehingga diharapkan dapat digunakan sebagai bekal di masa yang akan datang. I.3. BATASAN MASALAH Untuk menghindari pembahasan materi yang terlalu luas, maka penulis memberikan batasan masalah yang termasuk tujuan dari PKL I di PG Poerwodadie, yaitu: 1. Mengetahui dan memahami diagram alir proses pengolahan tebu menjadi gula. 2. Mengenal dan mengetahui semua alat proses pengolahan gula yang meliputi bagian-bagian, fungsi, cara kerja, pengoperasian, dan maintenance alat. 3. Mengenal berbagai analisa, pengambilan sampel, dan pengelolaan laboratorium di pabrik gula. I.4. METODOLOGI PENYUSUNAN LAPORAN Metodologi penyusunan laporan yang dilakukan yaitu meliputi beberapa cara, yaitu: 1. Observasi, yaitu dengan turun langsung melihat, mengamati, memahami alat pengolahan gula baik bentuknya secara real, gambar, bagian, fungsi, cara kerja, dan operasionalnya. 2. Wawancara, yaitu dengan cara berkomunikasi atau berdiskusi langsung dengan pembimbing praktik, karyawan pelaksana di pabrik, dan karyawan pimpinan di pabrik. 3. Training, yaitu dengan cara melaksanakan tugas yang diberikan oleh pembimbing praktik seperti pelaksanaan tugas jaga (shift), atau tugas lain yang diperlukan, serta berdiskusi bersama antarmahasiswa dengan atau tanpa dipimpin pembimbing praktik. 4. Pustaka, yaitu dengan cara studi pustaka yang diambil dari referensi atau literatur buku, SOP di perusahaan, serta media internet dan lainnya yang diperlukan terkait dengan masalah yang akan dibahas dalam laporan PKL I. BAB II PROFIL PERUSAHAAN Pabrik Gula Poerwodadie didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1832 yang saat itu bernama “Nederlands Hendel Maatschapij” (NHM), perusahaan dagang Belanda pengganti VOC dan berlokasi di Desa Pelem, Kecamatan Karangrejo, Kabupaten Magetan, Karesidenan Madiun. Pada tahun 1959 diambil alih Pemerintah Republik Indonesia dan pengelolaannya diserahkan kepada Perusahaan Perkebunan Negara (PPN), selanjutnya pada tahun 1967 berubah menjadi PPN Baru yang dipimpin oleh seorang Direktur. Berdasarkan PP No. 14/tahun 1968 pada tahun 1968 statusnya diubah menjadi Perusahaan Perkebunan Negara (PPN) yang membawahi beberapa Pabrik Gula di satu karesidenan dengan nama “Inspeksi Perusahaan Perkebunan Negara”. Sejak tahun 1968 itu pula Pabrik Gula Poerwodadie yang terletak satu karesidenan dengan Pabrik Gula Soedhono, Pabrik Gula Redjosarie, Pabrik Gula Pagotan, dan Pabrik Gula Kanigoro bergabung dalam satu badan hukum yaitu Perusahaan Negara Perkebunan XX (PNP XX) yang dipimpin oleh Direksi dan berkantor pusat di Surabaya. Status PNP berubah menjadi Perseroan Terbatas (Persero) pada tahun 1985 dan PNP XX berubah menjadi PT Perkebunan Nusantara XX (Persero). Pada tanggal 11 Maret 1996 PTP XX (Persero) bersama PTP lainnya dibubarkan. Berdasarkan PP No. 16/1996 tanggal 14 Februari 1996 dibentuk PTP Nusantara XI(Persero) yang merupakan gabungan eks PTP XX (Persero) dengan PTP XXIV-XXV(Persero). PTP Nusantara XI (Persero) dipimpin oleh Direksi yang berkedudukan di Jalan Merak No. 1 Surabaya hingga saat ini. Pada tanggal 2 Oktober 2014, Menteri BUMN Dahlan Iskan meresmikan Holding BUMN Perkebunan yang beranggotakan PTPN I, II, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, XI, XII, XIII, XIV dengan PTPN III sebagai induk Holding BUMN Perkebunan. II.1. STRUKTUR/BAGAN ORGANISASI PG POERWODADIE
II.2. VISI DAN MISI PERUSAHAAN
1) Visi Perusahaan Menjadi Perusahaan Agro Industri Yang Unggul di Indonesia 2) Misi Perusahaan Mengelola dan mengembangkan agro industri berbasis tebu serta diversifikasi usaha memberi nilai tambah melalui pemanfaatan sumber daya yang berwawasan lingkungan. II.3. LOKASI PG POERWODADIE PG Poerwodadie yang dinaungi oleh PT Perkebunan Nusantara XI berlokasi di jalan Raya Maospati-Ngawi, Mantren/Tanjung, Pelem, Kec. Magetan, Kabupaten Magetan, Provinsi Jawa Timur dengan kode pos 63395. Lokasi pabrik terletak di samping jalur lintas jalan raya antar provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah. Lokasi PG Poerwodadie memenuhi beberapa syarat berdirinya pabrik gula, yaitu: 1) Pengangkutan bahan baku maupun hasil produksi sangat mudah dan murah. 2) Lokasi pabrik gula terletak di daerah pertanian yang dapat dengan mudah dan cepat menunjang pengadaan bahan baku. 3) Lokasi pabrik gula terletak dekat dengan sumber air sehingga mudah dalam pemenuhan kebutuhan air untuk pabrik. 4) Jarang terjadi bencana terutama banjir karena mempunyai sistem drainase dengan kapasitas yang memadai. Pg Poerwodadie memiliki kondisi topografi wilayah kerja yang rata dengan tinggi ± 91 mdpl di atas permukaan laur. Wilayah kerja Pg Poerwodadie meliputi areal 3.931,340 ha, meliputi 3 kabupaten dan 42 kecamatan, berupa lahan basah 3.469,311 ha (88,7 %) dan lahan kering 441,519 ha (11,3 %). II.4. KONDISI PABRIK PG POERWODADIE 1) Tahun Pembuatan: 1832 2) Kepemilikan : BUMN 3) Jenis Gula: Gula Kristal Putih (GKP) 4) Sistem Pengolahan: Sulfitasi 5) ICUMSA: TAHUN ICUMSA 2010 222,40 2011 181,40 2012 163,88 2013 151,55 2014 150,89 2015 169,38 2016 169,44 2017 180,67 2018 144,00 2019 173,86 6) SNI: Telah Memperoleh Sertifikat SNI Tahun 2014 (Nomor Sertifikat 375/BBIA/ABI-Pro) 7) Pencapaian Rata-Rata Efisiensi Pabrik (Overall Recovery) dalam % TAHUN Rata-Rata (%) 2010 75,87 2011 75,78 2012 75,58 2013 75,34 2014 75,97 2015 76,39 2016 74,99 2017 76,41 2018 77,82 2019 74,75 8) PG Poerwodadie memiliki fasilitas Pengolahan Limbah diantaranya UPLC dan Dust Collector. Serta memiliki fasilitas pengolahan daur ulang air untuk pengolahan (sistem biotray). BAB IV PENUTUP IV.1 KESIMPULAN Dengan melihat, mengamati, berdiskusi dan mencari data yang dilakukan pada pelaksanaan praktek kerja lapangan I di Pabrik Gula Poerwodadie, didapatkan kesimpulan sebagai berikut: 1) Pabrik Gula Poerwodadie merupakan pabrik gula dengan kapasitas giling eksklusif 2350 TCD dan kapasitas giling inklusif 2250 TCD dengan proses pemurnian menggunakan sistem Sulfitasi. Pada proses Defekasi dapat menghasilkan gula SHS. 2) Produk gula yang dihasilkan yaitu gula 50 kg dengan merek WALINI. 3) Untuk menekan kehilangan gula sebelum proses, telah dilakukan berbagai upaya antara lain dengan perencanaan tebang dan angkut dengan memperhatikan data sisa tebu pagi. Selain itu pengaturan tebu yang akan digiling dilaksanakan dengan sistem FIFO. 4) Agar proses berjalan secara efektif dan efisien di setiap stasiun maka dilakukan usaha-usaha sebagai berikut: a. Stasiun Pemerahan: umpan tebu yang digiling harus mencukupi dan berjalan secara kontinyu atau ajeg, dilakukan persiapan alat pendahuluan agar sasaran PI tercapai yaitu 94-86%, dilakukan setelan gilingan dan pengaturan tekanan hidrolik, pemberian air imbibisi yang mencukupi, dilakukan sanitasi secara rutin, dan meminimalisir kehilangan gula dalam ampas. b. Stasiun Pemurnian: dilakukan penghilangan bukan gula sebanyak- banyaknya, menekan kehilangan gula sekecil-kecilnya dengan biaya yang serendah-rendahnya. Proses pemurnian dalam nira mentah dilakukan secara defekasi dan sulfitasi dengan penambahan susu kapur dan gas SO2. Pada proses pemurnian dilakukan pemanasan pendahuluan dengan tujuan untuk mempercepat terjadiya reaksi dan mematikan pertumbuhan serta aktivitas bakteri dalam nira, menghilangkan gas-gas yang dapat mempersulit proses pengendapan dan juga mempersiapkan temperatur nira pada kondisi optimal proses pemurnian defekasi, dengan temperature 75-80°C pada Pemanans Pendahuluan I dan Pemanas Pendahuluan (PP) II dengan temperatur 102-105°C. c. Stasiun Penguapan: nira jernih dengan brix 12–15% yang mengandung air ± 85% diuapkan hingga dicapai brix nira kental 60- 65% atau 30-35oBe. Proses penguapan harus dijaga untuk dapat menekan kehilangan gula akibat inversi dan pembentukan warna. d. Stasiun Kristalisasi dan Putaran: Pada stasiun ini dilakukan proses pengambilan sukrosa sebanyak-banyaknya dalam bentuk kristal. Kristalisasi dapat terbentuk apabila nira dipekatkan hingga mencapai tingkat kejenuhan tertentu (Koefisien Kejenuhan>1). Jenis masakan yang dilakukan yaitu A, C, D. Sedangkan untuk memisahkan stroop dengan kristal ini dilakukan dengan cara diputar dalam alat sentrifugal, dengan mengupayakan efisiensi dan kehilangan gula sekecil mungkin. e. Dari hasil alat puteran, ukuran dari kristal gula yang dihasikan tidak selalu sama, ada yang berukuran kecil dan ukuran besar. Ukuran Kristal yang dikehendaki pasar adalah 0,8-1,1 mm. Pemisahan ukuran kristal dilakukan pada talang goyang dengan pemasangan saringan diatas talang goyang tersebut. Kristal gula yang berukuran terlalu kecil atau terlalu besar akan dilebur dan dimasak kembali menjadi masakan A. Kristal gula yang dikehendaki kemudian dikarungi dan ditimbang dengan kemasan 50 kg/sak dan kemudian disimpan di gudang. f. Untuk menunjang keberhasilan proses, dilakukan pengawasan angka-angka analisa disetiap bagian, dilaksanakan di laboratorium, guna sebagai kontrol standart operasional. g. Produk PG Poerwodadie selain gula adalah ampas yang digunakan untuk bahan bakar stasiun ketel, dan Tetes dijual kepada pihak ketiga. h. Sedangkan limbah yang dihasilkan berupa limbah padat dan limbah cair. 1. Limbah padat. Untuk blotong dimanfaatkan sebagai pupuk kompos, untuk abu ketel dimanfaatkan penduduk sekitar sebagai tanah uruk dan campuran batu bata. 2. Limbah cair. Diolah di UPLC dengan sistem aerob menggunakan INOLA 221 dan selanjutnya air bisa dimanfaatkan untuk pengairan sawah-sawah. 3. Limbah gas Asap dari stasiun ketel mengandung abu halus yang harus dikurangi kadarnya agar tidak mencemari udara. Pengolahan asap dengan cara menggunakan dust collector.
CATATAN: KIS 2250 TCD KES 2350 TCD, GILINGAN 5 UNIT