Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH METALURGI PERMUKAAN TERMESIN TERHADAP

BUBUT PEMESINAN KERING DENGAN BAJA AISI 4337

Suhardi Napid
Prodi Teknik Mesin Fakultas Teknik UISU

ABSTRAK

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh metalurgi permukaan termesin akibat
bubut pemesinan kering melihat perubahan struktur sub permukaan termesin dan kekerasan
mikro yang diperoleh dengan konsep pemesinan kering guna memberikan pertimbangan
pemesinan kering dapat digunakan pada pemesinan baja AISI 4337. Perubahan struktur sub
permukaan melalui pengetsaan menggunakan mikroskop optikal. Pengujian kekerasan
permukaan termesin dilakukan dengan metode kekerasan Vickers. Pengolahan dan analisa
data dapat dilakukan dengan metode statistik. Pada pengujian kekerasan diperoleh nilai
kekerasan Vickers rata-rata (HVavg) dengan pemesinan kering untuk kondisi pemotongan
optimum yaitu HPH1,0.1= 260,0899,HPH8,0.3 = 268,0662 HPH8,0.6 = 282,5247 dan
kemudian nilai HVavg pada pemesinan basah didapati HPB1,0.1= 257,9939, HPB8,0.3 =
259,1587 dan HPB8,0.6= 260,470. Dengan demikian pemesinan kering memberikan
kekerasan termesin yang lebih baik melalui nilai HV dan perbedaan yang signifikan tak
diperoleh apabila dianalisa secara statistik berbanding dengan pemesinan basah, sehingga
pemesinan kering merupakan suatu peluang baik digunakan dalam industri manufaktur.

Kata kunci : Metalurgi permukaan termesin, bubut pemesinan kering, baja AISI 4337

Pendahuluan dipengaruhi oleh cairan pemotongan dalam


proses pemesinan.
Metalurgi permukaan merupakan suatu Canter (2003) menyatakankan 16 persen
kajian yang berkenaan dengan sifat alami dari dari total ongkos produksi merupakan
lapisan permukaan yang dihasilkan dalam kontribusi untuk cairan pemotongan. Biaya
pemesinan yang mana bagian bidang dari 16 % ini bila dikonversikan kepada total
surface integrity (keutuhan permukaan). ongkos produksi dari industri otomotif di
Suatu permukaan termesin dapat saja Amerika mencapai 48 milyar dolar, 1 milyar
mengalami perubahan metalurgi jika mark di Jerman dan 78 milyar yen di Jepang
komponen tersebut dimesin (Field M 1971). (Feng dan Hattori, 2004). Berdasarkan nilai
Keutuhan permukaan dapat juga dipengaruhi di atas, cairan pemotongan disarankan
oleh transformasi metalurgi, deformasi ditiadakan dikarenakan mengeluarkan biaya
plastik, retak mikro , suhu, residual stress yang sangat besar, mempengaruhi dampak
(Kalpakjian 1995). Terjadinya transformasi lingkungan, gangguan kesehatan pada
metalurgi akibat temperatur tinggi akan operator / teknisi mesin. (Tonshoff dan
menyebabkan perubahan mikro struktur Mohfeld,1997) dan (Sreejith dan Ngoi,
sekaligus menimbulkan perubahan sifat 2000). Jadi cairan pemotong dan cairan
mekanisnya yaitu kekerasan. Perubahan sifat pemotongan bekas merupakan masalah yang
di atas tidak hanya bergantung pada perlu diperhitungkan. Sreejith & Ngoi
kekerasan tetapi juga bergantung pada (2000) melaporkan bahwa undang-undang
kekuatannya. Keutuhan permukaan dapat lingkungan telah diberlakukan untuk

45
menangani cairan pemotongan ini dengan Perumusan Masalah
tepat. Namun penanganan yang tepat Liew (2004) menyatakan bahwa industri
membutuhkan biaya yang tak sedikit. Hong, pemotongan logam (metal) saat ini masih
S.Y dan Ding, Y (2001) melaporkan bahwa menggunakan cairan pemotongan. Keutuhan
di Amerika diperlukan biaya dua kali nilai permukaan hasil pemesinan dipengaruhi
cairan pemotongan dan di Eropa empat kali, oleh kedalaman potong, pemakanan dari
untuk menguraikan cairan pemotongan agar pahat, radius pojok dan cairan pemotongan
aman dibuang ke alam bebas. Hal ini bukan (Downson dan Kurfess, 2004).
penyelesaian karena biaya penguraian Tanpa penggunaan cairan pemotongan pada
tersebut akan meningkatkan lagi ongkos pemotongan kering akan menyebabkan suhu
produksi , maka pakar pemesinan diminta pemotongan tinggi dan gaya gesekan yang
untuk mencari jalan keluar. Akhirnya para lebih besar akan terjadi pada kawasan
pakar pemesinan merekomendasikan metode pemotongan sebab suhu dan gesekan akan
pemesinan kering (MTA-SME, 2001). berakibat gangguan pada umur pahat dan
Pada konsep pemesinan kering cairan keutuhan permukaan seperti kekerasan
pemotongan tidak lagi digunakan dalam permukaan yang tinggi dan gangguan sub
jumlah yang besar atau jika mungkin permukaan termesin. Demikian juga, Canter
ditiadakan sama sekali (SME 2000, Sreejith (2003) melaporkan bahwa tanpa cairan
& Ngoi 2000). Implementasi konsep ini pemotong, keausan pahat yang berlebihan
belum banyak dilaporkan peneliti untuk dan kemasan permukaan yang lebih buruk
memesin bahan baja, tetapi Che Haroen, selama pemesinan maka kedua faktor ini
Ginting,A, Goh JH (2001) melaporkan akan meningkatkan biaya fabrikasi dan
bahwa kecenderungan pemesinan kering mengurangi hal produktifitasnya. Apabila
lebih baik dari pada pemesinan basah untuk pemesinan kering diimplementasikan pada
membubut baja perkakas menggunakan baja AISI 4337, masalah yang mungkin
pahat karbida berlapis. Kecendrungan itu dihadapi adalah :
meliputi beberapa aspek diantaranya umur 1. Baja AISI 4337 merupakan bahan liat
pahat, topografi permukaan dan metalurgi (ductile), tanpa cairan pemotongan me-
permukaan. Ginting, A dan Che Haroen nyebabkan gesekan dan panas yang
(2001) melaporkan walaupun umur pahat tinggi.
pemesinan basah didapati lebih panjang dari 2. Penurunan kecepatan pemotongan dan
pemesinan kering tetapi kualitas keutuhan melekatnya geram pada permukaan
permukaan hasil pemesinan basah ketika benda kerja yang liat mempengaruhi
umur pahatnya melampaui umur pahat kualitas permukaan termesin
pemesinan kering didapati tidak lagi 3. Chatter dapat memberikan permasalahan
memenuhi kriteria yang dapat diterima. serius terhadap kemasan permukaan.
Selain itu, Graham (2000) dan Canter (2003)
juga melaporkan pemesinan kering baik Pemesinan kering berhasil dilakukan
dilakukan untuk bahan besi coran dan baja pada pemesinan dari beberapa bahan logam
paduan. Namun, mereka tidak melaporkan seperti besi tuang, baja karbon, paduan
hasil yang lebih terinci, khususnya yang titanium (Kloche & Eisenblatter 1977;
berkenaan dengan keutuhan permukaan. Sreejith & Ngoi 2000; Graham 2000; Haron
Oleh sebab itu perlu untuk mengetahui 2001). Pada pemesinan kering, BUE (geram
pengaruh pemesinan kering terhadap susulan) tidak terbentuk karena dilakukan
metalurgi permukaan termesin, khususnya kecepatan pemotongan tinggi. Pengurangan
bahan baja AISI 4337 yang banyak kedalaman potong dengan kecepatan potong
digunakan sebagai struktur teknik dan kajian tinggi akan diperoleh kenaikan aus pahat
dilakukan meliputi perubahan struktur sub atau memperpendek umur pahat. Semakin
permukaan dan perubahan kekerasan mikro. halus permukaan termesin maka sifat
mekaniknya lebih baik yaitu berupa

46
kekuatan dan kekerasan. Penggunaan cairan specimen dengan mikroskop optikal. Suatu
pemotong pada proses pemesinan dengan spesimen yang cocok untuk pengetsaan
bahan baja AISI 4337 akan memberikan harus memasuki suatu daerah material yang
sejumlah masalah yaitu biaya produksi, dipolis bebas dari perubahan disebabkan
keselamatan dan kesehatan pekerja serta oleh deformasi permukaan, corengan
dampak lingkungan. Untuk mengatasi hal (smear), tarikan (pullout) dan goresan .
tersebut maka perlu diubah metode (ASM Handbook vol. 9 Metallography and
pemesinan dari pemesinan basah ke metode microstructures, 1985)
pemesinan kering, sehingga mengurangi
biaya produksi dan terhindar dari masalah Kekerasan Mikro (microhardness)
pencemaran lingkungan.
Salah satu teknik pengujian kekerasan
yaitu pengujian Vickers. untuk setiap
Landasan Teori pengujian suatu penumbuk (indenter) intan
Metalurgi permukaan merupakan
yang sangat kecil memiliki geometri bentuk
bagian dari keutuhan permukaan (surface
piramid yang ditekan pada permukaan
integrity) yang membahas perubahan
spesimen. Beban yang digunakan lebih kecil
permukaan benda kerja hasil pemesinan
dibandingkan dengan Rockwell dan Brinell
akibat beban yang diberikan selama proses
berkisar antara 1 gram sampai dengan 1000
pemesinan berlangsung. Perubahan struktur
gram. Hasil tersebut diamati dengan
sub permukaan dipengaruhi oleh adanya
mikroskop dan diukur. Pengukuran ini
faktor suhu,tegangan sisa, ubah bentuk
kemudian diubah dalam suatu bilangan
plastik maka bagian metalurgi permukaan
kekerasan (Callister,1993). Dalam penelitian
yang akan diidentifikasi meliputi perubahan
ini dilakukan pengujian kekerasan Vickers,
struktur sub permukaan dan perubahan
yang mana uji kekerasan menggunakan
kekerasan mikro. Suatu permukaan hasil
penumbuk piramid intan yang dasarnya
pemesinan dari bahan baja paduan
berbentuk bujur sangkar. Sebelum
memiliki unsur paduan terdiri dari krom
melakukan uji kekerasan terlebih dahulu
(Cr), molibden (Mo) dan nikel (Ni). Unsur
haru meratakan permukaan dengan
paduan membentuk larutan padat yang akan
penggerindaan dan polishing untuk
meningkatkan sifat mekanisnya seperti
mengkilatkan permukaan, kemudian setelah
kekuatan, keuletan dan tahan aus yang
permukaan benar rata dan mengkilat
mana dapat berfungsi sebagai penstabil
dilakukan penekanan terhadap permukaan
karbida.
spesimen dengan beban tertentu dalam
satuan gram. Nilai kekerasan HV
Metalografi didefenisikan sebagai beban dibagi diagonal
Sebelum melakukan pengetsaan pada bekas penekanan. Pengukuran kekerasan
spesimen terlebih dahulu dilakukan tahap suatu permukaan hasil pemesinan diperoleh
penggerindaan mekanis dengan air dimana dengan persamaan :
permukaan specimen yang dipersiapkan
digrinda menggunakan berbagai tingkatan P
kertas pasir (abrasif). Tahap selanjutnya HV  1.854 2
(1)
d1
adalah polishing (pemolesan) dengan
menggunakan partikel abrasif (alumina) Keterangan :
yang berada pada serabut kain. Tujuannya HV = kekerasan Vickers
adalah untuk menghasilkan permukaan P = beban (gram)
2
terang/mengkilat dimana relative tanpa d1 = diagonal bekas penekanan (µm)
goresan secara visual. Pengetsaan digunakan
dalam metalografi yaitu terutama untuk (Callister, 1993)
mendapatkan struktur mikro dari suatu

47
Persamaan Statistik khas adalah molidenum,nikel, silikon,
H0: Tidak ada perubahan Raavg antara mangan, fosfor, belerang.
pemesinan kering dan basah
H1: Ada perbedaan Raavg antara pemesinan Pemesinan Kering
kering dan basah
Prestasi dan biaya operasi pemesinan
 kering telah didokumentasikan dengan
2
 ( X1  X1) menggunakan pencegahan polusi
S d1  (2) lingkungan. Informasi ini akan berguna bagi
n 1
perusahaan mempertimbangkan pemesinan
kering. Pemesinan kering meniadakan
(n1  1).Sd 1  (n2  1)Sd 2
2 2
kebutuhan cairan pemotong. Pemesinan
S 2P  (3)
n1  n2  2 kering telah mencapai langkah-langkah
 
tersebut yang mana terbukti bekerja dengan
X 1 X 2
kondisi yang diberikan efektif hanya untuk
Z  (4) kecepatan potong tinggi, pemakanan rendah
1 1 dan mereduksi kedalaman potong. Pabrik
SP 
n1 n2 mobil kini memanfaatkan pemesinan kering.
Sreejeith dan Ngoi (2000) melaporkan
Ronald E. Walpole (1993)
bahwa pemesinan kering dikatagorikan
Baja AISI 4337
sebagai pemesinan kering jika ditinjau dari
Pada umumnya baja diklasifikasikan
sisi pencemaran terhadap lingkungan.
atas baja lunak, baja liat, baja agak keras
Pemesinan kering meniadakan
dan baja keras. Baja liat dan baja agak keras
kebutuhan untuk pembuangan dan
banyak dipilih untuk poros.
pembelian cairan pendingin, menghapus
Baja paduan untuk poros terdiri dari baja
ditutupnya produksi pembersih pemesinan
khrom nikel, baja khrom nikel molibden,
dan meningkatkan keselamatan dan
baja khrom dan baja khrom molibden.
kesehatan pekerja. Pemesinan kering juga
Adapun jenis baja paduan yang digunakan
akan memberikan lebih bersih lingkungan
adalah baja khrom nikel molibden dengan
benda kerja seperti tak adanya minyak yang
standar AISI 4337. Poros yang dipakai
melekat benda kerja. Selain itu, geram akan
untuk putaran tinggi dan beban berat
menjadi tak terkontaminasi. Keuntungan
biasanya dibuat dari baja paduan dengan
biaya dari pemesinan kering meliputi tanpa
pengerasan kulit yang sangat tahan terhadap
pendingin, tanpa pompa pendingin, tak ada
keausan (Sularso dan Suga, 1997).
pembelian filter dan tak ada penjualan
Beberapa unsur paduan lain yang
pembersih geram (Bulloch, 2004).
ditambah untuk meningkatkan sifat yang

BAHAN, ALAT DAN METODE

Tabel 1. Komposisi Kimia dan Sifat Mekanik Pahat Carbida Lapisan TIN
CO Karbida Kekerasan Ketangguhan Spesifikasi lapisan
(%) komposit (%) (HV) (Mpa)
11 12 1420 6,9 TiN+Ti(C,N)+ Al2O3
Sumber : Tool and inserts for turning ,Ceratizit 2004

48
Material yang digunakan AISI 4337 yang merupakan baja paduan dengan komposisi kimia
dan sifat mekanik sebagai berikut :
Tabel 2. Komposisi kimia dari material benda kerja ( dalam %)
C Si Mn P S Cr Mo Ni
0,30-0,38 0,15-0,40 0,40-0,70 ≤ 0,035 ≤ 0,035 1,40-1,70 0,15-0,30 1,40-1,70
Sumber : PT. Suminsurya Mesindo Lestari, AISI 4337
Tabel 3. Sifat mekanik
Kekuatan luluh Kekuatan tarik Elongasi Reduksi kekuatan impak Kekerasan
(N/mm2 min) (N/mm2) (%) (%) (Joule) HV
785 980-1180 11 50 48 300-360
Sumber : PT. Suminsurya Mesindo Lestari , AISI 4337
Alat

(a) (b) (c) (d)


Gambar 1. Peralatan Penunjang Metalurgi Permukaan yaitu : a. Mesin penggerindaan
b.Mesin polishing c. Mikroskop dan specimen d. Microhardness test

Metode
Pembubutan baja paduan AISI 4337 yang dengan uji vickers dimana beban dalam
berbentuk batang silinder dilakukan dengan satuan gram. Data permukaan hasil
menggunakan mesin CNC yang mana pemesinan kering dan pemesinan basah
diberikan variasi keausan VB = 0,1 mm, 0,3 yang mengandung nilai kekerasan
mm dan 0,6 mm. Hasil pemesinan bubut permukaan diolah dan dianalisa secara
memiliki 9 kondisi pemotongan berbeda statistik
ketika dilakukan pada pemesinan kering. alat microhardness test dengan terlebih
Struktur mikro diperoleh setelah dilakukan dahulu melakukan penggerindaan untuk
pengujian pengetsaan pada permukaan dan meratakan suatu permukaan dan pemolesan
tampilan gambar dapat dianalisa kemudian sampai permukaan rata benar dan berkilat
dilakukan pengujian kekerasan digunakan kemudian dilakukan penekanan terhadap
alat microhardness test dengan terlebih permukaan spesimen hasil pemesinan
dahulu melakukan penggerindaan untuk dengan uji vickers dimana beban dalam
meratakan suatu permukaan dan pemolesan satuan gram. Data permukaan hasil
sampai permukaan rata benar dan berkilat pemesinan kering dan pemesinan basah
kemudian dilakukan penekanan terhadap yang mengandung nilai kekerasan
permukaan spesimen hasil pemesinan permukaan dapat diolah dan dianalisa.

49
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 4 terlihat bahwa suatu lapisan
permukaan terluarnya lebih keras pada
tumbukan pertama (HVavg = 285,2308 ) dan
tereduksi kembali pada tumbukan ke 2 dan 3
dan mengalami kenaikan kembali pada
tumbukan ke 4 (HV = 321,875). Tumbukan
berikutnya nilai HV berfluktuasi sampai
tumbukan ke 12 (HV = 309). Lapisan
permukaan terluar lebih keras disebabkan
baja dan unsur paduan lebih awal menerima
panas lebih tinggi dari lapisan sub
Gambar 2. Struktur Mikro dengan HPK2,0.6 permukaan lainnya sehingga lebih keras dan
rata-rata nilai HV permukaan lebih keras.
Dengan geometri pahat 12o menunjukkan Gambar 5 menunjukkan suatu permukaan
adanya perubahan struktur sub permukaan yang mana lapisan permukaan terluarnya
yang mana panas pada benda kerja cukup (HV = 274,2604) memberikan kekerasan
tinggi sehingga lapisan terluarnya mengeras sedikit lebih kecil pada lapisan permukaan
mengakibatkan terbentuknya lubang seperti untuk tumbukan kedua (HV = 285,2308)
kawah terlihat pada gambar.2. yang disebabkan unsur paduannya yang
bersifat sebagai pembentuk karbida dan baja
mengabsorsi panas relatif rendah ketika
diberi tekanan sehingga konsentrasi
tegangan rendah.

Gambar 3. Struktur Mikro dengan HPH5,0.6


Dengan geometri pahat 6o memberikan
lapisan permukaan terluar lebih lunak,
fenomena yang terjadi pada lapisan
permukaan terluar adalah struktur dasar
putih yang menyelubungi lapisan Gambar 5. Kekerasan Mikro setelah penetrasi
permukaan yaitu ferit seperti gambar 3. permukaan pada HPK 7,0.6

Untuk tumbukan berikutnya terjadi


perubahan kekerasan yang berfluktuasi
sampai mencapai tumbukan ke 12 hingga
kembali kekerasan permukaan semula yaitu
dengan kekerasan HV = 274,2604.
Kekerasan pada permukaan HPK7,0.6
memiliki kekerasan HV yang lebih merata
disebabkan karena unsur paduannya yang
terdiri dari Cr, Ni dan Mo larut dengan baja
dalam bentuk padat yang lebih baik. Dari ke
dua gambar tersebut hasil permukaan
Gambar 4. Kekerasan Mikro setelah penetrasi HPK4,0.1 memiliki kekerasan permukaan
permukaan pada HPK 4,0.1

50
lebih baik dibandingkan dengan kedua hasil Tabel 5. Data Hasil Kekerasan Permukaan
pemesinan lainnya karena kekerasan Pemesinan Kering dan Basah pada kondisi
sebanding dengan kekuatan sehingga makin pemotongan optimum
keras maka keuletannya sedikit berkurang.
Hasil Pe- PERBANDINGAN
285 mesinan KEKERASAN (HV)
280 Kering Basah
275 HP1,0.1 260,0809 257,9939
270 HP8,0.3 268,0662 259,1587
265
HP8,0.6 282,5247 260,4706
260
255
0 0.2 0.4 0.6 0.8 Untuk mengetahui perbedaan yang
signifikan atau tidak antara pemesinan
HPH HPB kering dan basah melalui Tabel 5 dapat
dilakukan secara statistik yaitu sebagai
berikut:
Gambar 6. Hubungan Keausan VB dengan
Kekerasan Permukaan Melalui data pemesinan kering dan basah
diperoleh
Gambar 6 memperlihatkan keausan VB Statistik Pemesinan Kering dan Basah
berbanding lurus terhadap kekerasan untuk Kekerasan Permukaan HV
permukaan dimana kedua grafik diatas yaitu H0 : Tidak ada perubahan HVavg antara
hasil pemesinan kering (HPH) dan hasil pemesinan kering dan basah
pemesinan basah (HPB) memberikan H1 : Ada perbedaan HVavg antara pemesinan
perbedaan kekerasan HV. Nilai kekerasan kering dan basah
HV pemesinan basah lebih rendah akibat Melalui Tabel 5 data pemesinan kering
faktor suhu yang rendah pada permukaan dan basah diperoleh :
hasil pemesinan dengan keausan VB yang
sama. Pada proses pemesinan kering  
X 1  270,223 dan X 2  259,207
gesekan dan panas yang terjadi akan sangat
tinggi dimana pahat akan mengalami
keausan pada bidang tepinya (VB) yang 
2
 ( X1  X )
berhubungan langsung dengan permukaan S  = 11,376
benda kerja . Keausan bagian tepi akan d1 n 1
terjadi dengan variasi VB = 0,1 mm, 0,3 mm
dan 0,6 mm. Keausan VB semakin tinggi S  1,238
maka permukaan benda kerja akan d2
mengalami gesekan dan panas yang lebih
(n1  1).Sd 1  (n2  1)Sd 2
2 2
tinggi karena ujung mata potong pahat
mengalami ketumpulan dengan konsekuensi S 2P 
n1  n2  2
permukaan benda kerja hasil pemesinan
akan lebih keras. Jadi keausan VB sangat S P  183,094  8,091
mempengaruhi kekerasan , semakin besar
keausan VB maka kekerasan HV mengalami Statistik uji :
peningkatan. Dari grafik dapat dilihat bahwa  
kekerasan HV merupakan variabel terikat X 1 X 2
yang mana kekerasan sebagai fungsi dari Z   1,667
1 1
keausan VB. Perhatikan Tabel 5 yaitu data SP 
hasil kekerasan permukaan pemesinan n1 n2
kering dan basah pada kondisi pemotongan
optimum
51
α = 0,05 ; Z   Z 0,025  1,96 yang DAFTAR PUSTAKA
2
mana nilai 1,96 diperoleh berdasarkan tabel. ASM Handbook,vol.9 Metallography and
mictostructures, 1985.
Kriteria uji : Tolak H0 jika Z > Z 0, 025
Bulloch H, Research & Technology
atau Z <  Z 0,025 Transfer Workgroup Dry Machining, 2004.
Maka H0 diterima dimana tidak ada Callister Jr WD, Material Science and
perbedaan yang signifikan. Engineering, 1993.
Canter Neil M, The Possibilities and
Ronald E. Walpole (1993) Eliminations of Dry Machining, 2003.
Che Haroen, Ginting A, Goh JH, The
KESIMPULAN Influences of tool wear and Tool Life on
Surface Integrity During Turning Tool Steel
Using Uncoated Carbide, 43-52, 2001.
Dari hasil dan pembahasan yang telah
dipaparkan di atas dapat diambil beberapa Dawson and Thomas R.Kurfess, Tool
kesimpulan sebagai berikut : life, Wear rates and Surfaces Quality In
Hard Turning, journal 2004.
1. Dari hasil pemesinan HPH5,0.6 pada Feng & Hattori, Cost and Process
gambar 3. memberikan hasil pemesinan information Modeling for Dry Machining,
2004.
lebih baik dari HPH2,0.6 (gambar 2)
Field M, Review of Surface Integrity of
disebabkan kecepatan potong yang lebih Machined Component, 1971.
tinggi (V=250 m/min) akibatnya panas Hong, SY dan Ding, Y, Cooling Approach
pada benda kerja meningkat untuk dapat and Cutting Temperature in Cryogenic
meningkatkan kekuatan dan kekerasan. Machining of Ti-6 Al-4V, International
2. Dari analisa hasil pemesinan bubut journal of machine tool and manufacture,
daribahan baja paduan AISI 4337 terhadap 1417-1437, 2001.
permukaan bahwasanya pemesinan kering KalpakjianS, Manufacturing Engineering
sedikit lebih baik dari pada pemesinan basah and Technology, 1995.
yaitu dengan cara membandingkan hasil LiewWYH, Yuan, Ngoi BKA, Evaluation
pemesinan dalam bentuk kondisi of Machining of Performance of STAVAX
pemotongan optimum terhadap kekerasan with PCBN Tools, 2004.
HV atau tidak ada perbedaan signifikan MTA-SME, Machining Technology Trens
antara pemesinan kering dan pemesinan 2001, The Futue of Machining Technology
basah yang dapat dianalisa secara statistik and Porcess Machining Technology
berdasarkan Tabel 5. Association of The Society Manufacturing
3. Peningkatan panas yang dialami benda Engineering, 1-33, 2001.
kerja hasil pemesinan selama proses Ronald E.Walpole , Pengantar Statistik,
pemesinan sangat dipengaruhi oleh Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,1993.
bertambahnya kelajuan aus pahat VB yaitu Sreejith PS dan Ngoi BKA, Dry Machining
0,1 mm dan 0,6 mm, akibatnya kekerasan : Maching of Future, 2000.
permukaan hasil pemesinan semakin keras Sularso dan Suga K, Dasar perencanaan
seperti diperlihatkan pada Gambar 4. dan pemilihan elemen mesin, 1997.
4. Kekerasan permukaan pada pemesinan Tonshoff dan Mohfeld, PVD-Coating
kering lebih besar nilai HVnya dari pada for wear protection in dry cutting, 1997.
pemesinan basah hal ini disebabkan tanpa
cairan pemotongan.

52

Anda mungkin juga menyukai