Anda di halaman 1dari 2

NAMA : Dendy Adi Saputra

GUGUS : 03 (KH. Idham Chalid)


PRODI : RMIK
SEMESTER : Satu

BIOGRAFI KH. IDHAM CHALID

Dr. KH. Idham Chalid merupakan pahlawan nasional yang lahir


di Satui, Kalimantan Selatan, 27 Agustus 1921 beliau meninggal di
Jakarta, 11 Juli 2010 pada umur 88 tahun, KH Idham Cholid
merupakan salah satu politisi Indonesia yang berpengaruh pada
masanya.

Lulusan Pondok Pesantren Gontor ini pernah menjabat


sebagai Wakil Perdana Menteri Indonesia pada Kabinet Ali
Sastroamidjojo II dan Kabinet Djuanda. Ia juga pernah menjabat
sebagai Ketua MPR dan Ketua DPR. Selain sebagai politikus ia aktif
dalam kegiatan keagamaan dan ia pernah menjabat Ketua
Tanfidziyah Nahdlatul Ulama pada tahun 1956-1984.

Saat usia Idham enam tahun, keluarganya hijrah ke Amuntai


dan tinggal di daerah Tangga Ulin, kampung halaman leluhur
ayahnya. Selain tercatat sebagai salah satu tokoh besar bangsa ini
pada zaman Orde Lama maupun Orde Baru, sebagian besar kiprah
Idham dihabiskan di lingkungan Nahdlatul Ulama.

Idham Chalid tercatat sebagai tokoh paling muda sekaligus


paling lama memimpin ormas Islam yang didirikan para ulama
pada tahun 1926 tersebut. Dalam ormas berlogo bola dunia dan
bintang sembilan itu, Idham menapaki karier yang sangat
cemerlang hingga menjadi pucuk pimpinan. Dalam usia 34 tahun,
Idham dipercaya menjadi Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul
Ulama (PBNU).
Idham memulai kariernya di NU dengan aktif di GP Ansor.
Tahun 1952 ia diangkat sebagai ketua PB Ma’arif, organisasi sayap
NU yang bergerak di bidang pendidikan. Pada tahun yang sama ia
juga diangkat menjadi sekretaris jenderal partai, dan dua tahun
kemudian menjadi wakil ketua. Selama masa kampanye Pemilu
1955, Idham memegang peran penting sebagai ketua Lajnah
Pemilihan Umum NU

Jabatan tersebut diembannya selama 28 tahun, yaitu hingga


tahun 1984. Pada tahun 1984, posisi Idham di PBNU digantikan oleh
KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), yang ditandai dengan fase
Khittah 1926 atau NU kembali menegaskan diri sebagai ormas yang
tidak terlibat politik praktis serta tidak berafiliasi terhadap partai
mana pun.

Selain itu, Idham juga tercatat sebagai “Bapak” pendiri Partai


Persatuan Pembangunan (PPP). Setelah tidak berkiprah di
panggung politik praktis yang telah membesarkan namanya, waktu
Idham dihabiskan bersama keluarga dengan mengelola Pesantren
Daarul Maarif di bilangan Cipete.

Anda mungkin juga menyukai