Anda di halaman 1dari 19

Ilham Miftachul amin 190514650069

pengaruh yang terjadi dari posisi sudut dan jarak penembakan pada proses
sandblasting terhadap kekasaran permukaan dan daya perekatan cat pada kayu
jati

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, kayu merupakan bahan yang sangat sering
dipergunakan untuk tujuan pembuatan furnitur maupun penggunaan dalam bidang
pembuatan konstruksi dan bantalan kereta api. Kayu jati dengan nama ilmiah
Tectona grandis dipilih karena keawetannya. Keawetan yang dimaksud adalah tingkat
ketahanannya terhadap serangga perusak kayu seperti rayap yang sangat baik karena
kandungan minyak di dalam kayu itu sendiri dan sebagian besar produk yang dibuat
menggunakan kayu jati berumur lama. Selain tahan terhadap serangga perusak kayu,
kayu jati juga terbukti tahan terhadap perubahan cuaca seperti panas ataupun hujan
Selain dikenal akan tingkat keawetannya yang baik, kayu jati juga memiliki tingkat
kekuatan yang sangat baik pula. Kayu jati tidak mudah pecah ataupun patah meskipun
jatuh atau berbenturan dengan benda keras lainnya.,Sehingg produk yang dibuat
menggunakan kayu jati sangat bagus kualitasnya. Sesuai dengan sifatnya yang kuat,
keras, tahan lama dan tidak mudah mengalami perubahan bentuk, maka kayu jati
kebanyakan dimanfaatkan sebagai bahan baku dasar pembuatan Kapal (Agus : 2013)
Pada umumnya kapal yang beroperasi di laut yang memiliki kadar garam, hal ini
yang menyebabkan umur kayu menjadi pendek karena terjadinya korosi biologis yaitu
pelapukan. Pelapukan adalah salah satu bentuk korosi yang dapat mengurangi sifat fisik
dari material tersebut.Guna melindungi kayu dari pelapukan maka dari itu, harus dilakukan
pencegahan yaitu dengan cara coating / pengecatan.
Coating adalah lapisan penutup yang diterapkan pada permukaan sebuah benda
dengan tujuan dekoratif maupun untuk melindungi benda tersebut dari kontak langsung
dengan lingkungan. Ketahanan pelapisan (coating) sangat dipengaruhi oleh kemampuan
pelapisan (coating) untuk menempel (sifat adhesive) pada material substrat. Jika daya
adhesive tidak kuat maka selain pelapisan (coating) tidak menempel dengan baik, hal
ini dapat juga memberi kesempatan kepada udara lembab masuk ke celah antara coating
dan yang menyebabkan kontaminasi.Untuk meningkatkan meningkatkan daya rekat cat
yaitu dengan cara proses sandblasting

1
2

Sandblasting adalah suatu proses pembersihan permukaan dengan cara


menembakan partikel (abrasiv) ke suatu permukaan material sehingga
menimbulkan gesekan/tumbukan dengan tujuan untuk menghilangkan material-
material kontaminasi seperti karat, cat, garam, oli dan mengupas cat lama yang
sudah rusak atau pudar ,selain itu juga bertujuan untuk membuat profile kekasaran
pada permukaan sehingga cat lebih melekat dan material tersebut akan lebih tahan
lama terhadap korosi. Perlu diketahui berhasil atau gagalnya suatu pengecatan
sangat tergantung pada tingkat kebersihan dan tingkat perekatan antara cat dan
permukaan itu sendiri
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pada hasil dari proses
sanblsting antara lain faktor SDM ,material abrasif yang digunakan, tekanan
udara pada penembakan,jarak pada penembakan dan posisi sudut pada
penembakan.
Sandblasting dipilih karena proses ini yang paling cepat dan efisien untuk
membersihkan permukaan material yang terkontaminasi oleh berbagai kotoran
terutama pengkaratan dan mempunyai fleksibilitas yang tinggi dalam mengikuti
bentuk benda kerja yang berlekuk rumit yang tidak bisa dikerjakan dengan mesin
konvensional.
Sesuai penjelasan diatas maka penulis ingin melakukan penelitan guna
mengetahui pengaruh yang terjadi dari posisi sudut dan jarak penembakan pada
proses sandblasting terhadap kekasaran permukaan dan daya perekatan cat pada
kayu jati

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan bahwa, bagaimana
pengaruh yang terjadi dari posisi sudut dan jarak penembakan pada proses
sandblasting terhadap kekasaran permukaan dan daya perekatan cat pada kayu
jati dengan menggunakan pasir steel grit sebagai material abrasif
3

1.3 Batasan Masalah


Batasan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Material yang digunakan kayu jati putih
2. Kadar air kayu jati dalam proses coating tidak lebih dari 20%
3. Jenis cat yang digunakan dalam proses coating yaitu Alkyd
4. Pada penelitian ini digunakanlah pengukuran kekasaran permukaan dengan metode
Replica Tape sesuai standart ASTM D4417
5. Pada penelitian daya rekat cat menggunakan metode crosscut sesuai standart ASTM
D-3359

1.4 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh yang terjadi dari
posisi sudut dan jarak penembakan pada proses sand blasting terhadap kekasaran
permukaan dan daya perekatan pada kayu jati

1.5 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Sebagai usaha pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang selalu
berkembang.
2. Dapat digunakan sebagai acuan kegiatan proses sandblasting pada dunia industri.
3. Dapat menjadi acuan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Sebelumnya
Dalam penulisan skripsi ini peneliti menggali tentang informasi dari penelitian-
penelitian sebelumnya sabagai bahan perbandingan,yang tentang kekasaran permukaan
pada proses sandblasting dan daya rekat cat diantaranya :
Erwin, S. (2011), dalam penelitiannya “Optimasi Proses Sand Blasting Terhadap Laju
Korosi Hasil Pengecatan Baja AISI 430” Variasi yang digunakan, variasi tekanan 4 ;
4,5; 5 ;5,5 bar dan variasi sudut penyemprotan sebesar 60°, 75°, 90° dan mesh pasir
silika 250 serta lama waktu proses sand blasting 10 menit untuk masing-masing
spesimen. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa nilai kekasaran
permukaan,laju korosi dan tingkat ketebalan cat di pengaruhi oleh besaran sudut dan
tekanan didapatkan pada tekanan 5,5 bar dan sudut penyemprotan 90° nilai kekasaran
permukaan tertinggi didapatkan hasil 4.18μm, pada ketebalan cat menunjukak nilai
tertinggi 10,38 μm sedangkan pada laju korosi dimana semakin besar tekanan dan sudut
penyemprotan maka laju korosinya menurun.Laju korosi rata-rata terendah sebesar
0.0000186 mpy terjadi pada tekanan 5,5 bardan sudut penyemprotan 90°,
Agus (2013) “Studi Pemilihan Jenis Coating Pada Komposit Bambu Laminasi Sebagai
Material Lambung Kapal” Pada penelitianya, spesimen uji papan laminasi bambu
dengan metode batu bata. Pengerjaan dimulai dengan proses persiapan material bambu
betung dibuat lembaran-lembaran dengan tebal 0.7-1 cm dengan mesin planner,
kemudian bilah disusun berbentuk carvel yang memiliki tiga lapis dan direkatkan
dengan lem epoxy Setelah lem mengering, bambu laminasi akan dibentuk dengan
dimensi 20 cm x 5 cm x 3 cm specimen Tape Test dan 10 cm x 10 cm x 3 cm untuk
spesimen Pull Off Test. Pada penelitian ini menggunakan 3 variasi coating sebagai
pembanding. Coating yang dipilih berdasarkan jenis coating yang sering digunakan
sebagai coating pada kapal yang terbuat dari kayu jati yaitu Coating 1 High Gloss-Alkyd
Resine Primer Coating 2 Syntetic Resine Primer dan Coating 3 Epoxy Resine Primer .
Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa Hasil analisis teknis tape test
menunjukkan bahwa coating yang paling baik kerekatannya pada laminasi bambu yaitu
Coating dengan variasi 3 dengan nilai 5A sedangkan nilai kerekatan pada coating
variasi 1 dan variasi 2 memiliki nilai yang sama yaitu 4A sedangkan dari dari pengujian
pull off test pada variasi coating 3 pada bambu laminasi mendapatkan hasil sebesar
5

7.67Mpa coating 2 pada bambu laminasi mendapatkan hasil sebesar 1.83Mpa dan
coating 1 pada bambu laminasi mendapatkan hasil sebesar 4.77Mpa
Ardila (2015) “Analisis Kekasaran Permukaan Pada Proses Sand Blasting
Dengan Variasi Jarak, Tekanan, dan Sudut Pada Pelat A 36 Menggunakan Metode Box
Behnken” Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui pengaruh jarak, tekanan dan sudut
terhadap kekasaran permukaan. Peneliti memvariasikan tekanan 6 bar, 7 bar, dan 8 bar,
jarak 30 cm, 45 cm, dan 60 cm, sudut 45°; 67,5° dan 90°. Menghasilkan optimasi nilai
minimum yang dapat dicapai oleh kekasaran sand blasting adalah 63,34 μm; diperoleh
pada pengaturan parameter jarak 38,6 cm; tekanan 6 bar dan sudut 45° dengan nilai
kekasaran 63,34 μm.

2.2 Sandblasting
Sandblasting adalah proses pengerjaan suatu material dimana permukaannya dibuat
menjadi kasar dan merata dengan laju pengikisan tertentu sesuai dengan standart yang
ditentukan yakni dengan cara menembakkan abrasif ke permukaan material yang dituju
dengan tekanan tertentu. dengan bantuan butiran pasir yang ditembakkan langsung dari
sebuah kompresor bertekanan tinggi ke obyek yang dituju. Proses sandblasting
bertujuan agar permukaan logam menjadi kasar, sehingga cat atau bahan pelapis lain
dapat menempel pada permukaan logam dengan baik, tidak mudah terkelupas, dan
terhindar dari korosi.
Sandblasting dibagi menjadi dua jenis, yaitu Dry sandblasting dan Wet Sandblasting.
Dry sandblasting biasa diaplikasikan ke benda-benda berbahan metal/besi yang tidak
beresiko terbakar dan benda-benda yang tidak beresiko meledak akibat tumbukan dan
gesekan materail abrasiv yang relatif tinggi. Contoh dari penggunaan Dry sandblasting
diaplikasikan ke tiang-tiang pancang, bodi dan rangka mobil, bodi kapal laut, pipa
cerobong, dan lain-lain. Sedangkan Wet Sandblasting berbeda dengan Dry sandblasting,
perbedaannya biasa diaplikasikan ke benda-benda berbahan metal/besi yang beresiko
terbakar atau terletak di daerah yang beresiko terjadi kebakaran, seperti tangki bahan
bakar, kilang minyak offshore, ataupun peralatan yang terdapat pada SPBU, dimana
bahan untuk media yang ditembakkan yaitu pasir silica yang digunakan, dicampur
dengan bahan kimia khusus anti karat yang berguna untuk meminimalisir percikan api
saat proses sandblasting terjadi.
6

2.2.1 Prinsip kerja sanblasting


Tujuan utama sandblasting adalah menyemprotkan pasir bertekanan udara tinggi ke
permukaan pada material bertujuan untuk membuat profile (kekasaran) pada permukaan
dimana permukaannya dibuat menjadi kasar dan merata sehingga siap untuk di cat dan
membuat. cat lebih melekat dan material tersebut akan lebih tahan lama terhadap korosi.
Prinsip kerja sandblasting yaitu Kompresor berfungsi sebagai sumber tenaga untuk
menghasilkan angin kemudian selang satu dilewatkan menuju blasting pot dan selang
kedua dilewatkan menuju nozzle lalu udara bertekanan dan pasir keluar melalui nozzle
menuju obyek material yang dituju. Ilustrasi cara kerja sanblasting dapat dilihat pada
gambar 2.1

Gambar.2.1 Ilustrasi Sanblasting


Sumber: Sulistyo ,2011
2.2.2 Alat yang digunakan pada proses sandblasting
1. Kompresor
Kompresor digunakan sebagai sumber tenaga untuk menghasilkan tekanan udara
yang dibutuhkan untuk penyemprotan pada proses sandblasting kompresor yang
digunakan sangat disarankan memiliki penyaring air dan minyak karena kualitas angin
yang dihasilkan harus benar-benar kering dan tidak boleh mengandung air dan minyak
yang dapat mengkontaminasi permukaan yang dibersihkan

2. Selang
Selang, digunakan untuk jalan masuk pasir dan udara bertekanan dan juga
sebagai tempat bertemunya pair dan udara menjadi pasir bertekanan sebelum sampai ke
nozel.
7

3. Blasting Pot
adalah alat yang digunakan untuk menampung pasir yang akan digunakan untuk
sandblasting Abrasive dan angin dengan tekanan tinggi akan bersatu dalam mesin
4. Nozzle Blasting
adalah alat yang digunakan untuk menyemprotkan pasir bertekanan untuk pengerjaan
sandblasting

2.3 Material Abrasif Sandblasting


Jenis abrasif yang umum digunakan pada proses sand blasting adalah
a.non metal
Tabel 1.1 Jenis Material Abrasif
Abrasif Kekerasan Berat Silika Warna Tingkat Penggunaan
jensi bebas debu ulang
Pasirs silica 6-7mohs 2.6 >90% Putih Tinggi Buruk
Garnet 7-8mohs 4 <1% Coklat Rendah Bagus
Coal Slag 6mohs 2.8 <1% Hitam Tinggi Bagus
Copper Slag 6mohs 3.3 <1% Hitam Sedang Bagus
Alumunium Ox 9mohs 4 <1% Coklat Rendah Bagus
Silicon Carb 8-9mohs 3.2 <1% Hitam Sedang Bagus

Sumber : On The Job Training (PPNS):2014


b.jenis metal
Tabel 1.2 Jenis material Metal
Abrasif Kekerasan Berat Silika Warna Tingkat Penggunaan
jensi bebas debu ulang
Steel shot 42-50RC 2.6 >90% Putih Tinggi Buruk
Steel Grit 42-62RC 4 <1% Coklat Rendah Bagus

Sumber : On The Job Training (PPNS):2014


8

2.4 Ukuran Mesh


Mesh adalah jumlah lubang yang terdapat dalam ayakan tiap 1 inchi persegi, Jadi
misalkan ayakan yang ada keterangan 5 mesh artinya tiap 1 inchi persegi terdapat 5
lubang. Kesimpulannya, makin besar jumlah mesh berarti ukuran lubang akan semakin
kecil.

2.5 Permukaan
Permukaan yaitu suatu batas yang memisahkan benda padat dengan sekitarnya. Istilah
lain dari permukaan yaitu profil. Profil atau bentuk adalah garis hasil pemotongan
secara normal atau serong dari suatu penampang permukaan (Munadi,1988).
Bentuk dari suatu permukaan dapat dibedakan menjadi dua yaitu
permukaan yang kasar (roughness) dan permukaan yang bergelombang (waviness).
Permukaan yang kasar berbentuk gelombang pendek yang tidak teratur dan terjadi
karena getaran pisau (pahat) potong yang kurang tepat dari pemakanan (feed) pisau
potong dalam proses pembuatannya. Sedangkan permukaan yang bergelombang
mempunyai bentuk gelombang yang lebih panjang dan tidak teratur yang dapat terjadi
karena beberapa faktor misalnya posisi senter yang tidak tepat, adanya gerakan tidak
lurus (non linier) dari pemakanan (feed), getaran mesin, tidak imbangnya (balance) batu
gerinda, perlakuan panas (heat treatment) yang kurang baik, dan sebagainya. Dari
kekasaran (roughness) dan gelombang (wanivess) inilah kemudian timbul kesalahan
bentuk (Munadi, 1988).

Gambar.2.2 Kekasaran, gelombang dan kesalahan bentuk dari suatu permukaan


Sumber: Sudji,1988
9

2.5.1 Kekasaran permukaan


Kekasaran permukaan adalah penyimpangan rata-rata aritmetik dari garis rata
rata permukaan. Dalam dunia manufaktur permukaan benda kerja memiliki nilai
kekasaran permukaan yang berbeda, sesuai dengan kebutuhan dari penggunaan alat
tersebut. Pada nilai kekasaran permukaan terdapat beberapa kriteria nilai kualitas (N)
yang berbeda, dimana Nilai kualitas kekasaran permukaan tersebut telah
diklasifikasikan oleh ISO. Nilai kualitas kekasaran permukaan terkecil dimulai dari N1
yang memiliki nilai kekasaran permukaan (Ra) 0,025 μm dan nilai yang paling tinggi
adalah N12 dengan nilai kekasarannya 50 μm (Sudji,1988).

2.5.2 Parameter Kekasaran Permukaan


Untuk mengukur kekasaran permukaan, sensor (stylus) alat ukur harus
digerakkan mengikuti lintasan yang berupa garis lurus dengan jarak yang telah
ditentukan. Panjang lintasan ini disebut dengan panjang pengukuran (traversing length).
Sesaat setelah jarum bergerak dan sesaat sebelum jarum berhenti alat ukur melakukan
perhitungan berdasarkan data yang dideteksi oleh jarum peraba. Bagian permukaan
yang dibaca oleh sensor alat ukur kekasaran permukaan disebut panjang sampel
(Azhar, 2014).

Gambar.2.3 Kekasaran Permukaan


Sumber: Sudji,1988
a) Profil Geometris Ideal (Geometrically Ideal Profile)
Profil ini merupakan profil dari geometris permukaan yang ideal yang tidak
mungkin diperoleh dikarenakan banyaknya faktor yang mempengaruhi dalam proses
pembuatannya.
b) Profil Referensi (Reference Profile)
Profil ini digunakan sebagai dasar dalam menganalisis karakteistik dari suatu
permukaan.
c) Profil Terukur (Measured Profile)
Profil terukur adalah profil dari suatu permukaan yang diperoleh melalui proses
pengukuran.
10

d) Profile Dasar (Root Profile)


Profil dasar adalah profil referensi yang digeserkan kebawah hingga tepat pada titik
paling rendah pada profil terukur.
e) Profile Tengah (Centre Profile)
Profil tengah adalah profil yang berada ditengah-tengah dengan posisi sedemikian rupa
sehingga jumlah luas bagian atas profil tengah sampai pada profil terukur sama dengan
jumlah luas bagian bawah profil tengah sampai pada profil terukur.
f) Kedalaman Total (Peak to Valley), Rt
Kedalaman total ini adalah besarnya jarak dari profil referensi sampai dengan profil
dasar.
g) Kedalaman Perataan (Peak to Mean Line), Rp
Kedalaman perataan (Rp) merupakan jarak rata-rata dari profil referensi sampai dengan
profil terukur.
h) Kekasaran Rata-rata Aritnetis (Mean Roughness Indec), Ra
Kekasaran rata-rata merupakan harga-harga rata-rata secara aritmetis dari harga absolut
antara harga profil terukur dengan profil tengah.
i) Kekasaran Rata-rata Kuadratis (Root Mean Square Height), Rg
Besarnya harga kekasaran rata-rata kuadratis ini adalah jarak kuadrat rata-rata
dari harga profil terukur sampai dengan profil tengah.

2.6 Kayu Jati


Kayu jati atau Tectona grandis merupakan kayu kelas I,II karena, keawetan. Secara
teknis,kayu ini sangat tahan terhadap serangan rayap. Meskipun keras dan kuat, kayu
jati mudah dipotong dan dikerjakan, sehingga disukai untuk membuat furniture dan
bahan bangunan. Oleh karena itu, jati banyak diolah menjadi mebel taman, mebel
interior, kerajinan, panel, dan anak tangga yang berkelas. Sekalipun relatif mudah
diolah, jati terkenal sangat kuat dan awet, serta tidak mudah berubah bentuk oleh
perubahan cuaca. Atas alasan itulah, kayu jati digunakan juga sebagai bahan dok
pelabuhan, bantalan rel, jembatan, kapal niaga, dan kapal perang.
11

Tabel. 1.3 umur pemakaian kayu pada berbagai keadaan


Kelas awet I II III IV V
Selalu Berhubungan 8 tahun 5 tahun 3 tahun Sangat Sangat
dengan tanah pendek pendek
lembab
Hanya dipengaruhi 20 tahun 15 10 tahun Beberapa Sangat
oleh cuaca tetapi tahun tahun pendek
dijaga agar tidak
terendam air dan
tidak kekurangan
udara
Dibawah atap, tidak Tidak Tidak Sangat Beberapa Pendek
berhubungan dengan terbatas terbatas lama tahun
tanah lembab dan
tidak kekurangan
udara
seperti diatas tetapi Tidak Tidak Tidak 20 tahun 20 tahun
dipelihara dengan terbatas terbatas terbatas
baik dan dicat
Serangan rayap Tidak jarang Cepat Sangat cepat Sangat
tanah cepat
Serangan bubuk Tidak jarang Hampir Tidak berarti Sangat
kayu kering tidak cepat
Sumber: Oey Djoen Seng,1964
12

2.6.1 Jati Putih


Jati Putih (Gmelina arborea Roxb.) adalah pohon penghasil kayu yang memiliki warna
putih kekuning-kuningan dengan kulit berserat halus dan berwarna abu-abu, kegunaan
dari kayu ini adalah untuk bahan kontruksi, furniture, pulp, raise floor, alat pertukangan
dan lain sebagainya
Pohon Gmelina dapat tumbuh baik pada ketinggian 90-900 m dpl. Dalam keadaan
khusus seperti di daerah lembah Srilangka dapat tumbuh pada ketinggian 1 500 m dpl.
Curah hujan tahunan yang dikehendaki berkisar antara 760 – 4 500 mm. Bentuk pohon
bulat, lurus dan tidak berbanir. Ketinggian pohon mencapai 30 m dengan diameter 100
cm.

2.6.2 Kadar Air Kayu


Kadar air kayu menunjukkan banyaknya air yang terdapat pada kayu, dinyatakandalam
persen terhadap berat kering tanurnya. Kayu perlu dikeringkan sebelum dilakukan
proses coating, sampai mencapai kadar air yang sesuai dengan tempat dimana kayu
akan digunakan hal ini penting guna menghindari kayu dari proses penyusutan dan
ketahanan cat yang rendah. Kadar air kayu adalah banyaknya air yang terkandung
dalam kayu yang dinyatakan dalam persen terhadap berat kering tanur. Kadar air kering
udara adalah kondisi kayu dalam keadaan kering udara, yang mana pada kondisi ini
kayu tidak menyerap atau melepaskan air. Dengan demikian bila digunakan untuk
komponen bangunan dapat dikatakan kayu tersebut tidak mengalami pengembangan
maupun penyusutan, kalaupun terjadi sangat kecil, sehingga tidak merusak elemen
bangunan secara keseluruhan. Oleh karena itu kayu bangunan sebelum digunakan dalam
proses pengeceatan harus diketahui terlebih dahulu kadar airnya. Kadar air kayu yang
aman untuk penggunaan pada bangunan adalah kadar air kering udara, untuk Indonesia
sekitar 15% - 20% (Budianto, 1996).
13

Bila kadar air kayu tersebut tinggi, maka harus dilakukan pengeringan kayu.
Pengeringan kayu adalah proses untuk melepas sebagian air yang terkandung didalam
kayu sehingga mencapai kadar air kayu tertentu atau yang diinginkan. Pengukuran
kadar air kayu dapat dilakukan baik di lapangan maupun di laboratorium. Pengukuran
kadar air kayu di lapangan dilakukan dengan menggunakan alat moisturemeter. Pada
alat tersebut akan terbaca secara langsung besaran kadar air kayu yang diukur.
Pengukuran kadar air di laboratorium dapat dilakukan dengan cara : Kadar Air MC

Dengan :
MC =Kadar Air
BB=Beratbasah
BK = Berat kering tanur

Selain dengan cara menimbang, kadar air kayu dapat diukur dengan menggunakan alat
ukur kadar air kayu (Hydrometer, MC meter)
Keadaan air yang terdapat di dalam kayu terdiri atas dua macam yaitu :
a. Air bebas,
yaitu air yang terdapat dalam rongga-rongga sel, paling mudah dan terdahulu keluar.
Air bebas umumnya tidak mempengaruhi sifat dan bentuk kayu kecuali berat kayu.
b. Air terikat,
yaitu air yang berada dalam dinding-dinding sel kayu, sangat sulit untuk dilepaskan. Zat
cair pada dinding-dinding sel inilah yang berpengaruh pada sifatsifat kayu. Bilamana air
bebas telah keluar dan masih tertinggal air terikat, dikatakan kayu telah mencapai titik
jenuh serat (fiber saturated point). Tingkatan titik jenuh serat untuk semua jenis kayu
tidak sama, karena adanya variasi susunan kimiawi kayu. Tetapi umumnya berkisar
antara kadar air kayu 25-30%.

2.7 Coating
Proses coating adalah salah satu proses yang sangat dibutuhkan dalam dunia industri.
Coating atau pelapisan sendiri dapat dianggap sebagai suatu proses pelapisan yang
diterapkan pada suatu benda atau substrat. Tujuan dari coating sendiri adalah untuk
dapat meningkatkan sifat permukaan dari benda yang dilapisi. Sifat permukaan tersebut
14

diharapkan dapat ditambah dalam beberapa hal seperti penampilan, ketahanan terhadap
air atau korosi, ketahanan dari goresan atau bahkan untuk keausan.
2.7.1 Pre-coating
Permukaan kayu belum bisa langsung diberikan pelapis, karena kualitas permukaan
yang rendah serta kemungkinan adanya kotoran dan minyak dapat mengganggu sifat
adhesive dari pelapisan (coating). Oleh karena itu perlu dilakukan proses pre-coating
terlebih dahulu sebelum dilakukan proses pelapisan. Proses pre- coating dapat dilakukan
dengan cara pembersihan secara mekanis(mechanical cleaning) yaitu melalui
pengerjaan sandblasting

Gambar.2.4 Ilustrasi Coating


Sumber: corrocoat, 2014

2.7.2Penyusun coating
Sifat-sifat suatu coating ditentukan dari komposisi coating itu sendiri. Umumnya
coating mengandung empat bahan dasar, yaitu pengikat (binder), zat pewarna (pigmen),
solven dan aditif.
1.Binder
Binder (resin) atau bahan pengikat adalah unsur utama cat berbentuk cairan kental dan
transparan namun tidak menguap dan membentuk lapisan film pada permukaan setelah
cat mongering Berfungsi sebagai bahan perekat, selain itu berperan penting dalam
proses pengeringan cat, serta memberikan kekuatan lapisan,. Kandungan resin
mempunyai pengaruh langsung pada kemampuan cat misalnya: kekerasan, ketahanan
solvent serta ketahanan cuaca. Demikian pula berpengaruh atas kualitas akhir misalnya
tekstur, kilap (gloss),
15

2.Pigment
Pigment atau bahan pewarna pada cat merupakan partikel padat yang berfungsi
memberikan warna dan menutupi permukaan, serta memperlambat laju korosi pada
permukaan logam. Selain itu memberikan efek kilap dan menambah ketahanan terhadap
cuaca serta turut menguatkan lapisan film pada cat yang telah kering.
3.Solvent
Solvent adalah suatu cairan yang dapat melarutkan resin dan mempermudah
pencampuran pigment dan resin dalam proses pembuatan cat. Solvent sangat cepat
menguap apabila cat diaplikasi. Kegunaan solvent (thinner) ini untuk mengencerkan
campuran pigment (zat pewarna) dan resin (zat perekat) sehingga menjadi agak encer
dan dapat disemprotkan selama proses pengecatan. Thinner juga menurunkan
kekentalan cat sampai tingkat pengenceran tertentu yang tepat untuk pengecatan dengan
kuas, semprot atau roll
4.Additif
Additif adalah suatu bahan yang ditambahkan pada cat dalam jumlah yang kecil untuk
meningkatkan kemampuan cat sesuai tujun seperti.mencegah terjadinya buih pada saat
penyemprotan (anti foaming), mencegah terjadinya pengendapan cat pada saat
dipergunakan (antisetting ), meratakan permukaan cat sesaat setelah disemprotkan (flow
additif), menambah kelenturan

2.8 Alkyd
Alkyd adalah jenis cat yang mempunyai daya kilap (gloss) tinggi yang digunakan untuk
eksterior dan interior. Kelebihannya antara lain, kuat terhadap cuaca dan jamur.
Umumnya, jenis cat ini dipergunakan untuk permukaan kayu dan besi. cat tersebut
menggunakan bahan alkid resin sebagai Binder

2.9 Adhesi
Adhesi dapat diartikan sebagai kemampuan atau daya rekat cat untuk menempel pada
permukaan yang akan di cat. Jika daya adhesive tidak kuat maka selain pelapisan
(coating) tidak menempel dengan baik, hal ini dapat juga memberi kesempatan kepada
16

udara lembab masuk ke celah antara coating yang menyebabkan benda tersebut mudah
lapuk seiring daya rekat yang kurang., jika pengecatan dilakukan dengan "menumpuk"
pada permukaan cat lama, maka adhesi yang terjadi adalah tetap adhesi cat lama dengan
kayu jati, dan adhesicat baru dengan cat lama. Pengukuran adhesi bisa dengan cross-cut
test

2.10 Tumbukan
Tumbukan merupakan peristiwa tabrakan antara dua benda karena adanya gerakan.
Dalam tumbukan, dua benda dapat sama-sama bergerak, dapat juga satu benda bergerak
dan benda lainnya tidak bergerak. Selain itu, arah gerak dua benda dapat searah dan
dapat berlawanan arah menurut kelentingannya, jenis tumbukan terbagi tiga yaitu:
1. Tumbukan lenting sempurna
jika pada tumbukan tidak terjadi kehilangan energi kinetik, maka tumbukan yang terjadi
bersifat lenting sempurna. Disini akan dibahas tumbukan satu dimensi dimana
kecepatan benda yang bertumbukan terletak segaris. Misalnya sepanjang sumbu-x
seperti pada gambar berikut;

Gambar.2.5 Tumbukan Lenting sempurna


Sumber: Fisika SMA 2012
2. Tumbukan lenting sebagian
Saat dua buah benda bertumbukan namun salah satu benda tetap diam maka keadaan
tersebut bisa dikatakan tumbukan/lenting sebagian. Contohnya Sebuah bola yang
dijatuhkan ke lantai akan memantul hingga berhenti dan diam. Bola terus memantul tapi
lantai tetap diam. Seperti yang terlihat pada gambar di atas. Koefisien restitusi untuk
kasus diatas adalah:

Gambar.2.6 Tumbukan Lenting sebagian


17

Sumber: Fisika SMA 2012

3. Tumbukan tidak lenting sama sekali


Dua buah benda dikatakan mengalami tumbukan tidak lenting sama sekali jika setelah
tumbukan kedua benda tersebut menjadi satu dan setelah tumbukan kedua benda
tersebut memiliki kecepatan yang sama. Momentum sebelum dan sesudah tumbukan
juga bernilai sama. Contoh Sebuah perluru dengan massa m ditembakkan dengan
kecepatan v sehingga menumbuk sebuah balok yang terikat oleh tali. Jika setelah
tumbukan keduanya menyaut dan mencapati tinggi maksimum H (titik puncah saat
balok dan peluru berhenti

Gambar.2.7 Tumbukan Tidak Lenting


Sumber: Fisika SMA 2012

2.11 Cross-Cut test


Tes ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan daya rekat cat pada besi, sehingga dengan
peralatan sederhana yaitu pisau silet cutter dan di goreskan pada permukaan cat secara
tegak lurus dengan jarak 1 mm, apakah cat nya akan pecah atau tidak dengan jarak
cutter tersebut. Hasil uji tes crosscut sendiri bisa dibedakan atas beberapa level berikut
ini: 1B, 2 B, 3B, 4B, hingga 5B, dengan 1B menjadi level terendah.

Gambar 2.7. Classification of Adhesion Test Result


Sumber : Agus,2013
18

Tabel 1.4 Rating Number ASTM D-3359


Rating number Keterangan
ASTM D-3359
5B Sisi goresan masih halus, tidak ada kisi yang rusak.
4B Terjadi sedikit cacat pada coating, didaerah potongan kurang atau
sama dengan 5 % luas area mengalami cacat.
3B Sedikit cacat terjadi pada coating sepanjang dan perpotongan
goresan. Luas daerah yang cacat pada kisi antara 5 – 15 %.
2B Coating mengalami cacat sepanjang sudut dan bagian dari kisi. Luas
daerah yang cacat 15 – 35 %.
1B Coating terkelupas pada banyak sudut dan kisi, luas daerah yang
terkelupas 35 – 65 %.
0B Kerusakan lebih parah dari grade 1 ( > 65 %).
Sumber : Puslit Metalurgi Dan Material,2015

2.12 Hipotesis
Dalam skripsi ini dikemukakan semakin keras material abrasif pada proses sand
blasting maka tingkat kekasaran pada spesimen akan semakin kasar. Karena dengan
material abrasif yang semakin keras terjadi kecenderungan penetrasi material abrasif
yang lebih dalam terhadap spesimen, dengan demikian permukaan spesimen akan
cenderung kasar. Dengan permukaan material yang semakin kasar membuat daya rekat
cat semakin kuat, karena gaya tarik menarik antara partikel cat dan permukaan kayu
sangat besar.Menurut ISO-Sa2,standart yang ditentukan pada profile kekasaran
permukaan adalah 25µ sebelum dilakukan proses coating
19

Anda mungkin juga menyukai