2.1 Sandblasting
2.1.1 Pengertian Sandblasting
Proses sandblasting adalah proses penyemprotan abrasif material biasanya
berupa pasir silika atau steel grit dengan tekanan tinggi pada suatu permukaan.
Proses ini umumnya digunakan untuk membersihkan permukaan baja yang akan
dicoating. Pembersihan dengan abrasif, pada prinsipnya menggunakan peristiwa
impact, partikel pasir yang berkecepatan tinggi menabrak permukaan baja.
Akibatnya, kontaminan yang ada dipermukaan seperti karat, kotoran, debu, dan
bekas coating bisa dibersihkan dari permukaan. Disamping membersihkan
permukaan, proses sandblasting juga bertujuan untuk membuat kekasaran
permukaan atau menciptakan profil. Sehingga daya rekat antara material coating
dan benda kerja maksimal (Rosidah dkk, 2015).
Proses sandblasting memiliki keunggulan yaitu lebih cepat dalam
pengerjaannya, flexibel dalam mengikuti bentuk benda kerja yang berlekuk rumit
dan lebih mudah untuk membentuk profil hasil kekasaran. Pembersihan dengan
menggunakan sandblasting harus dilaksanakan dengan tepat ukuran sehingga
efeknya tepat guna, sebab jika dilaksanakan secara berlebihan maka bukannya
membersihkan permukaan, justru memperparah kedaan karena material menjadi
rusak. Ada beberapa parameter yang mempengaruhi produktivitas sandblasting
terhadap material logam yaitu, ukuran butiran pasir, tekanan penyemprotan, sudut
penyemprotan, waktu penyemprotan dan jarak penyemprotan. (Rosidah dkk, 2015).
Salah satu aplikasi sandblasting pada industi migas yaitu untuk perawatan
kilang seperti perbaikan atau pengeatan tangki. Sementara pada industri galangan
kapal adalah proses pembersihan kapal namun penggunaan pasir silika untuk
pembersiham kapal sudah dilarang karena menghasilkan debu yang berbahaya bagi
kesehatan. Contoh hasil proses sandblasting bisa dilihat pada Gambar 2.1.
4
Before After
5
2. Wet Sandblasting
Wet sandblasting adalah proses yang sama dengan dry sandblasting, bedanya
ditambahkan campuran air khusus yang sudah ditambahkan bahan anti karat ke
dalam pasir. Hal tersebut ditujukan agar tidak menimbulkan percikan api dan debu
yang dapat mengganggu proses produksi. Keunggulan wet sandblasting ialah bisa
diaplikasikan pada area khusus yang sangat sensitif terhadap percikan api dan debu
seperti tangki bahan bakar, kilang minyak (offshore). Daapat diterapkan di ruang
produksi yang tidak memungkinkan adanya penghentian proses produksi sesaat.
Kekurangannya ialah memerlukan biaya relatif lebih tinggi dibandingkan dengan
proses dry sandblasting. Selain itu penghilangan karat dan pengotor tidak secepat
proses dry sandblasting. Gambar 2.3 menunjukan kegiatan saat proses wet
sandblasting pada sebuah kilang minyak.
6
Gambar 2.4 Prinsip Kerja Sandblasting
7
Tabel 2.1 Hasil Pengujian Kekasaran Permukaan
Jarak Jarak Jarak Waktu Waktu Waktu Tekanan Tekanan Tekanan Sudut Sudut Sudut
300mm 400mm 500mm 40s 80s 120s 3 bar 4 bar 5 bar 45˚ 90˚ 120˚
74,1 57,64 50,19 74,01 70,01 70,61 74,01 66,38 65,53 56,01 60,67 50.21
66,38 64,03 57,24 66,38 66,38 67,71 70,61 67,71 71,6 60,10 63,82 53,50
65,53 66,83 65,14 65.53 65,53 71,6 78,5 86,39 92,77 55,02 62,23 52,12
70,71 59,95 57,46 57,64 57,64 59,95 57,64 64,03 66,86 58,90 59,12 55,17
71,6 63,25 60,07 64,03 64,03 63,25 59,95 63,25 67,13 57,06 61,34 50,27
78,5 67,13 64,14 66,86 50.19 67,13 61,31 61,78 64,64 60.80 57,45 53,16
86,39 61,78 56,89 50.19 57,24 57,46 50,19 57,25 65,14 53.90 61,42 54,19
92,77 61,78 60,82 57,24 65,14 60,07 57,46 60,07 64,14 57,81 65,51 52,67
74,83 62,9 59,06 63,01 64,65 60,82 56,89 59,67 60,82 57,03 64,3 56,19
(Widana, 2018)
Nilai kekasaran paling tinggi yaitu pada variabel jarak penembakan 400 mm,
waktu penyemprotan 120 detik, dan tekanan penyemprotan 5 bar dengan nilai
kekasaran sebesar 92,77 μm. Sedangkan nilai kekasaran paling rendah yaitu pada
variabel jarak penyemprotan 500 mm, waktu penyemprotan 4 detik, dan tekanan
penyemprotan 3 bar dengan menghasilkan kekasaran permukaan 50,19 μm. Dari
variabel jarak penyemprotan, waktu penyemprotan, dan tekanan penyemprotan
dalam penelitian ini yang paling berpengaruh terhadap tingkat kekasaran
permukaan benda kerja adalah waktu penyemprotan. (Widana, 2018)
8
Gambar 2.5 Ukuran Mesh (Jamil, 2012)
2. Sudut Penyemprotan
Untuk variabel sudut diperoleh perubahan nilai kekasaran yang signifikan
dimana ketika sudut penembakan diubah semakin besar, maka nilai kekasaran
juga akan mengalami peningkatan. Sudut 90˚ terhadap permukaan menghasilkan
tumbukan yang paling besar. (Widana, 2018)
3. Tekanan Penyemprotan
Tekanan penyemprotan mempengaruhi daya dari abrasifnya. Semakin besar
tekanan yang digunakan, maka daya abrasifnya juga semakin besar. Hal ini
berpengaruh terhadap nilai kekerasan pada material uji. (Widana, 2018)
4. Jarak Penyemprotan
Nilai kekasaran akan mengalami penurunan jika variabel jarak dalam proses
penembakan ditingkatkan, ini terjadi dikarenakan apabila jarak penyemprotan
yang terlalu jauh menyebabkan gaya tumbukan pasir tidak memusat. (Widana,
2018)
5. Waktu Penyemprotan
Pada variabel waktu didapatkan nilai kekasaran akan mengalami
peningkatan karena aliran pasir yang keluar dan menumbuk permukaan
spesimen lebih besar ketika level variabel juga ditingkatkan. (Widana, 2018)
9
tinggi dapat menimbulkan debu dan partikel-partikel lain yang membahayakan
kesehatan kita dan lingkungan sekitarnya. Berikut ini beberapa perlengkapan safety
yang digunakan pada saat proses sandblasting :
1. Pakaian Pelindung
Pakaian pelindung untuk pekerja sandblasting sengaja dibuat khusus atau
dengan kata lain pakaian ini dibuat agak lebih tebal gunanya untuk menghalang
masuknya dan untuk melindungi pemakai pada saat melakukan proses
sandblasting
2. Kacamata Safety
Kacamata safety berfungsi melindungi mata dengan karateristik
terpasang dekat wajah dan mengitari area mata. APD ini melindungi lebih
baik jika terjadi kecelakaan seperti percikan cairan, uap logam uap, serbuk
dan debu agar tetap aman.
3. Pelindung Kepala
Selain menggunakan pakaian kerja atau wearpack para pekerja
sandblasting juga harus menggunakan pelindung kepala dan dada untuk
keselamatannya.
10
Gambar 2.8 Pelindung Kepala
(tokopedia.com)
4. Sepatu Safety
Sepatu safety adalah perlengkapan khusus yang harus dimiliki dan digunakan
oleh pekerja lapangan. Sepatu ini dilengkapi dengan lapisan besi dibagian ujung
sepatu yang berguna untuk melindungi kaki kita dari benturan dengan benda-
benda keras,sepatu ini juga memiliki alas yang anti slip dan anti minyak.
5. Sarung Tangan
Sarung tangan yang digunakan untuk sandblasting adalah sarung tangan
yang terbuat dari bahan kain atau karet khusus yang tahan terhadap pelarut
kimia, minyak, lemak, cairan dll. Sarung tangan harus panjang melebihi siku
serta memiliki fleksibilitas dan kelenturan yang baik.
11
2.2 Material Abrasif
2.2.1 Pengertian Material Abrasif
Material abrasif adalah bahan yang digunakan untuk membersihkan dan
membentuk profil kekasaran permukaan. Bahan ini disemprotkan dengan tekanan
yang tinggi menggunakan suatu peralatan yang dikenal dengan nama sandpot dan
kegiatan penyemprotan abrasive ke permukaan pelat disebut blasting. Suatu
abrasive dalam melakukan blasting ke material pelat baja menghasilkan
kemampuan yang berbeda-beda karena hal ini dipengaruhi oleh faktor kinerja dari
abrasif itu sendiri seperti kekerasan abrasif (hardness), bentuk abrasif (shape),
warna abrasif, ukuran abrasif (mesh) dan kebersihan abrasive. Namun semua faktor
kinerja yang dihasilkan oleh abrasif akan relevan apabila sesuai dengan spesifikasi
pengecatan yang dilakukan (Susetyo, 2010).
Ukuran partikel abrasif yang besar akan masuk lebih dalam, tetapi akan
membersihkan permukaan lebih sedikit dan apabila dipakai ukuran abrasive yang
halus saja, tidak akan mendapatkan tingkat kekasaran yang dikehendaki. Pemilihan
ukuran abrasive ditentukan oleh kondisi atau keadaandari profil permukaan
material. Abrasive yang keras akan masuk lebih dalam dan lebih cepat daripada
yang menggunakan bahan lunak. Bahan abrasive harusnya lebih keras daripada
bahan yang akan diblasting. Menurut bahannya abrasive particle (partikel-partikel
abrasive) dapat dikelompokkan yaitu :
a. Metallic : copper slag, cast steel, steel shot, steel grit
b. Syntetic : aluminium oxide
c. Silicons (sand) : quartz, silica
Bentuk partikel abrasif akan mempengaruhi kekasaran permukaan.Jenis shot
berbentuk bulat atau lonjong, dan akan menghasilkan kekasaran yang tumpul. Jenis
ini efisien hanya untuk menghilangkan kerak besi dan karat yang tebal. Jenis grit
berbentuk tajam dan akan menghasilkan kekasaran permukaan yang tajam. Bentuk
permukaan seperti ini yang sering dibutuhkan jenis cat. Pasir dan slag memberikan
kekasaran permukaan antara hasil grit dan shot (Susetyo, 2010).
12
2.2.2 Jenis Material Abrasif
1. Silika
Silika merupakan bahan abarasive yang memiliki bentuk yang berbeda-
beda, silika dapat ditemukan pada batuan granit, kuarsa, dan berbagai jenis
batuan lainnya. Bentuk umum dari pasir silika adalah prisma segienam yang
memiliki ujung piramida segienam dan mengandung silika bebas 90%. Silika
baik digunakan untuk membersihkan permukaan namun kurang efektif untuk
menciptakan kedalaman profil. Silika dapat membahayakan manusia karena
tingkat debu kristal silika yang dihasilkan sangat tinggi bilamana jika memasuki
paru-paru dapat menyebabkan silicosis dan kanker dan bahaya debu yang
ditimbulkan. (Sulistyo, 2011)
2. Steel Shot
Steel shot merupakan bahan abrasif yang diproduksi dari baja. Memiliki
bentuk yang bundar dan mengandung silika bebas 1%. Steel shot baik digunakan
untuk membersihkan permukaan namun kurang efektif untuk menciptakan
kedalaman profil, oleh karena itu, umumnya dicampur dengan steel grit. Dapat
digunakan kembali untuk beberapa kali dan dipakai untuk shop blasting saja
(pekerjaan blasting dalam ruang tertutup). (Sulistyo, 2011)
3. Steel Grit
Sama dengan steel shot yang diproduksi dari baja, namun memiliki
bentuk yang runcing mengandung silika bebas kurang dari 1%. abrasif ini dapat
berkarat dan mengkontaminasi permukaan yang dibersihkan. Oleh sebab itu,
baik steel grit dan steel shot harus diperhatikan tidak berkarat sebelum
digunakan. Dapat digunakan ulang untuk beberapa kali dan umummnya
digunakan untuk shop blasting saja. (Sulistyo, 2011)
4. Coal Slag
Coal slag merupakan ampas hasil olah pembakaran industri. Mengandung
silika bebas kurang dari 1 %. Memiliki bentuk persegi-empat atau agak lonjong
dan mempunyai tingkat kekerasan 6 mohs dengan berat lebih besar dibanding
pasir silika. Oleh sebab itu, dapat digunakan untuk membersihkan permukaan
logam danmemperoleh kedalaman profil, namun umummnya tidak digunakan
untuk beberapa kali pembersihan karena sifatnya agak rapuh. (Sulistyo, 2011)
13
5. Copper Slag
Copper slag merupakan ampas hasil olah industri yang berasal dari
peleburan tembaga. Bentuknya sama dengan coal slag, persegi-empat dengan
kekerasan 6 mohs. Abrasif ini memeiliki kekerasan yang lebih rendah dibanding
pasir silika namun mempunyai berat yang lebih besar. Oleh sebab itu, dapat
digunakan untuk membersihkan dan menciptakan profile permukaan, tetapi
mempunyai kelemahan sering menempel dalam celah profil yang harus
dibersihkan secara seksama. (Sulistyo, 2011)
6. Aluminium Oxide
Aluminium oxide merupakan jenis sintetik abrasive yang mempunyai
tingkat kekerasan yang sangat tinggi dan dapat membersihkan dan menciptakan
kekerasan pemukaan dengat cepat karena beratnya dan bentuknya yang
memiliki sudut-sudut yang runcing. Dipakai untuk shop blasting dan dapat
dipergunakan kembali untuk beberapa kali pembersihan permukaan. (Sulistyo,
2011)
7. Silicon Carbide
Sama dengan aluminium oxide, abrasive ini merupakan jenis sintetik
abrasif yang mempunyai tingkat kekerasan yang sangat tinggi. Membersihkan
dan menghasilkan profil kedalaman permukaan dengan cepat karena memiliki
berat dengan sudut-sudut yang runcing. Dipakai untuk shop blasting dan dapat
dipergunakan kembali untuk beberapa kali pembersihan permukaan. (Sulistyo,
2011)
14
Gambar 2.11 Jenis Material Abrasive (Sand Blast Machine, 2017)
2. Metal
Tabel 2.3 Metal Abrasive Material
15
2.3 Kekasaran Permukaan
Kekasaran permukaan adalah penyimpangan rata-rata aritmetik dari garis rata-
rata permukaan. Dalam dunia indistri, permukaan benda kerja memiliki nilai
kekasaran permukaan yang berbeda, sesuai dengan kebutuhan dari penggunaan alat
tersebut. Pada nilai kekasaran permukaan terdapat beberapa kriteria nilai kualitas
(N) yang berbeda, dimana Nilai kualitas kekasaran permukaan tersebut telah
diklasifikasikan oleh ISO. Nilai kualitas kekasaran permukaan terkecil dimulai dari
N1 yang memiliki nilai kekasaran permukaan (Ra) 0,025 μm dan nilai yang paling
tinggi adalah N12 dengan nilai kekasarannya 50 μm (Azhar, 2014).
16
2.3.2 Parameter Permukaan
Untuk mengukur kekasaran permukaan, sensor (stylus) alat ukur harus
digerakkan mengikuti lintasan yang berupa garis lurus dengan jarak yang telah
ditentukan. Panjang lintasan ini disebut dengan panjang pengukuran (traversing
length). Sesaat setelah jarum bergerak dan sesaat sebelum jarum berhenti alat ukur
melakukan perhitungan berdasarkan data yang dideteksi oleh jarum peraba. Bagian
permukaan yang dibaca oleh sensor alat ukur kekasaran permukaan disebut panjang
sampel (Azhar, 2014).
17
3. Profil Terukur (Measured Profile)
Profil terukur adalah profil dari suatu permukaan yang diperoleh melalui
proses pengukuran. Profil inilah yang dijadikan sebagai data untuk menganalisis
karakteristik kekasaran permukaan produk pemesinan.
4. Profile Dasar (Root Profile)
Profil dasar adalah profil referensi yang digeserkan kebawah hingga tepat
pada titik paling rendah pada profil terukur.
5. Profile Tengah (Centre Profile)
Profil tengah adalah profil yang berada ditengah-tengah dengan posisi
sedemikian rupa sehingga jumlah luas bagian atas profil tengah sampai pada
profil terukur sama dengan jumlah luas bagian bawah profil tengah sampai pada
profil terukur. Profil tengah ini sebetulnya merupakan profil referensi yang
digeserkan kebawah dengan arah tegak lurus terhadap profil geometris ideal
sampai pada batas tertentu yang membagi luas penampang permukaan menjadi
dua bagian yang sama yaitu atas dan bawah.
18
2.3.4 Standar Kekasaran Permukaan
Menurut ASTM D4417 untuk mengukur kekasaran permukaan dapat dipakai
alat pembanding kekasaran permukaan seperti Surface Profile Comparator,
Surface Profile Depth Gage, dan Replica Tape. Ketentuan persiapan permukaan
material dapat mengacu pada standar yang sudah ada, misalnya NACE
International, SSPC, ISO, British Standards Institute (BSI), ASTM, dan Swedish
Standard SS 05.59.00-1988. Standar acuan karat yang digunakan yaitu :
Standard International ISO 8501-1 “VisualAssesment of Surface Cleanliness”.
Ada empat tingkat karat yang diberikan oleh standard ini, antara lain:
1. Rust Grade A : Permukaan besi tertutupi mill scale dan sedikit
karat.
2. Rust Grade B : Permukaan besi sudah mulai berkarat dan
beberapa bagian mill scale sudah mulai
mengelupas.
3. Rust Grade C : mill scale sudah berkarat dan terdapat beberapa
bagian sedikit titik-titik karat pada permukaan
dasar dari besi.
4. Rust Grade D : mill scale sudah berkarat dan terdapat karat diatas
permukaan dasar besi yang dapat dilihat dengan
penglihatan normal.
ISO 8501-1 hanya digunakan pada besi baru yang belum pernah dilakukan
perlakuan coating dan painting. Namun, pada besi yang sudah pernah dilakukan
coating sebelumnya dan lapisan coating tersebut sudah rusak, biasanya akan
termasuk dan Rust Grade C atau D. Untuk tingkat kebersihan permukaan
dengan menggunakan ISO 8501-1 dibedakan menjadi :
1. Brush Off Cleaning / SA 1 (SSPC SP-7) SA 1
Merupakan tingkat kebersihan permukaan material paling jelek,
yang mana karat-karat pada material masih tetap ada. Untuk proses
aplikasi (painting), standar SA 1 tidak diperbolehkan melakukan aplikasi.
19
2. Commercial Cleaning/ SA 2 (SSPC SP-6) SA 2
Merupakan tingkat kebersihan permukaan material yang sedikit
lebih baik dari SA 1, tetapi tingkat ini masih tidak diperbolehkan proses
aplikasi, karena masih ada sedikit sisa-sisa karat.
3. Near White Metal Cleaning/ SA 2,5 (SSPC SP-10) SA 2,5
Merupakan tingkat kebersihan permukaan material yang sudah
diperbolehkan untuk proses aplikasi. Hasil kebersihan SA 2,5 ini berwarna
mendekati putih.
4. White Metal Cleaning/ SA 3 (SSPC SP-5) SA 3
Merupakan tingkat kebersihan yang paling baik. Untuk mendapatkan
SA 3 ini biasanya harganya sangat mahal, karena terlalu sulit untuk
mencapainya.
Keterangan :
A : Nilai kekerasan permukaan (Ra)
B. : Cara pengerjaan produksi
C : Panjang sampel
D : Arah pengerjaan
E : Kelebihan ukuran yang dikehendaki
F : Nilai kekasaran lain jika diperlukan
Gambar 2.14 Penunjuk Konfigurasi Permukaan
(Azhar, 2014).
RAV+RBV–P=0 Oke
Gaya Lintang untuk SFD
SFA=RAV=½PKN
SFC=½P–P=-½PKN
SFB=½PKN
Bending Momen Diagram
MA = 0 KNm
MC = RAV. ½L = ½P. ½L
= ¼.P.L KNm
MB = 0 KNm
21
2. Beban Merata
Disebut beban terbagi merata karena merata sepanjang batang dinyatakan
dalam q (kg/m atau KN/m). Pada gambar 2.11 menjelaskan bagaimana pembebanan
terbagi merata pada sebuah batang. (Soelarso, 1987)
SFD
SFx=RAV–Q.x
=½.Q.L–Q.x=Q(½.L-x)
x=0SF=½.Q.L
x=½.LSF=0
x=LSF=-½.Q.L
BMD
BMx=RAV.x–Rx.½.x
=RAV.x–Q.x.½.x
=½.Q.L.x–½.Q.x2
=½.Q(L.x–x2)
x=0BM=0
x=½.LBM=⅛.Q.L2
x=LBM=0
Gambar 2.19 Grafik SFD dan BMD Beban Merata
(Soelarso, 1987)
2.4.2 Tumpuan
Tumpuan atau perletakan adalah lokasi pada struktur diletakan, sebagai
pendukung yang menyalurkan akibat beban luar kebagian pendukung lainya
(Ma’arif, 2012).
Berikut merupakan tiga contoh jenis tumpuan :
1. Tumpuan Jepit
Tumpuan jepit adalah tumpuan yang dapat menahan gaya dalam segala arah dan
dapat menahan momen.
Dimana :
23
Secara umum tegangan dasar dibagi menjadi dua jenis, yaitu: Tegangan normal,
tegangan yang bekerja tegak lurus terhadap permukaan yang mengalami tegangan
yang sedang ditinjau maupun tekan dan tegangan geser yaitu tegangan yang bekerja
sejajar terhadap permukaan yang mengalami tegangan (Jensen dan
Chenoweth,1989: 2). Batasan tegangan maksimum yang diijinkan dalam analisis
ini adalah nilai tegangan maksimum tidak boleh melebihi nilai yield strength
(tegangan luluh) material yang digunakan, karena nilai tegangan luluh merupakan
fase daerah landing peralihan deformasi elastis ke deformasi plastis.
2.5.2 Regangan
Menurut Shigley dan Mitchell (1984: 41) regangan adalah jumlah pertambahan
panjang atau pemuaian, sedangkan satuan regangan adalah pertambahan panjang
per satuan panjang dari batang tersebut. Menurut Singer dan Pytel (1985: 32) untuk
memperoleh satuan regangan, maka dilakukan dengan membagi perpanjangan (δ)
dengan panjang (L) yang telah diukur, dengan demikian rumusnya :
δ
ε=
𝐿
Dimana :
ε = regangan
δ = perubahan bentuk aksial total ( mm )
L = panjang batang ( mm )
Secara umum hubungan antara tegangan dan regangan dapat dilihat pada
diagram tegangan – regangan berikut ini
Dari diagram regangan gambar diatas diketahui pemberian beban sampai batas
sebanding akan mempercepat regangan setiap pertambahan tegangan, akibatnya
jika tegangan melebihi batas sebanding maka tejadi kurva kemiringan sampai dititik
B (tegangan leleh), dari kurva titik B terjadi regangan yang sangat besar sampai
pada titik C tanpa adanya tegangan, gejala tersebut dinamakan pelelehan bahan.
24
Setelah mengalami reganngan yang besar di daerah BC, maka baja akan mengalami
perkuatan regangan yang menghasilkan bertambahnya tahanan bahan terhadap
deformasi selanjutnya. Akhirnya pembebanan mencapai nilai maksimum pada titik
D yang disebut tegangan batas, jika penariakan bahan itu dilakukan sebenarnya
diikuti dengan pengurangan beban dimana tejadi proses necking atau kontraksi luas,
membuat bahan menjadi putus dititik E. jika luas penampang sebenarnya pada
bagian sempit dari kontraksi luas digunakan untuk menghitung tegangan, maka
kurva tegangan regangan sebenarnya akan mengalami seperti garis terputus-putus
C𝐸′.
σ yield bahan
Safety factor (Sf) =
σtarik rangka
Secara teoritis nilai faktor keamanan yang digunakan dalam skala industri
adalah minimal empat. Adapun sebagai pedoman untuk menentukan faktor
keamanan suatu struktur yang akan dirancang dapat menggunakan aturan berikut:
25
2.7 Momen Inersia
Untuk luas penampang dari rangka utama yang merupakan besi hollow segi empat
dapat dilihat pada gambar 2.21.
Dengan adanya dimensi dari penampang rangka utama maka dapat dicari
momen inersia luas penampang rangka utama. Untuk luas penampang persegi
panjang rumus inersia luas penampangnya adalah:
1
𝐼= × (𝐵𝐻 3 − 𝑏ℎ3 )
12
Keterangan :
I = Momen inersia (mm)
B = Lebar bidang luar (mm)
b = Lebar bidang dalam (mm)
H = Tinggi bidang luar (mm)
h = Tinggi bidang dalam (mm)
26
Gambar 2.25 Cara Kerja Kompresor
(Asyari, 2017)
Jika gas di tekan paksa pada temperature tetap pada ruang tertutup , maka
volume pada ruang tutup akan mengalami pengecilan volume dan tekanan gas akan
bertambah, dan tekanannya akan berbanding terbalik dengan volumenya,
pernyataan ini disebut hukum Boyle dan dapat dirumuskan pula sebagai : jika suatu
gas mempunyai volume V1 dan tekanan P1 dimampatkan pada temperature tetap
hingga volumenya menjadi V2, maka tekanan akan menjadi P2 dimana.
P1V1 = P2V2,
27
2. Proses Kompresi Adiabatik
Proses kompresi ini tidak ada panas yang keluar dan masuk kedalam gas.
P1V1k = P2 V2k
Dimana k = cp/cv
28
2. Daya Kompresor
Besarnya daya kompresor dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
(Asyari, 2017)
Dimana :
P2 = tekanan isap tingkat pertama (N/m2)
P2= tekanan keluar dari tingkat akhir (N/m2)
V1 = Volume tingkat pertama (m3)
V4= Volume tingkat akhir (m3)
n = 1,3 (udara) adiabatic
29
Tabel 2.6 Spesifikasi Kompresor SWAN SVU-201
Kompresor SWAN SVU-201
Daya 1 Horse Power
Input Volt 220 V
Silinder 200 mm
Jumlah Silinder 2
Kapasitas Tangki 85 liter
Kapasitas Aliran Udara 140 l/min
Kapasitas Tekanan 8 - 10 Bar
Berat Kompresor 58 Kg
Engine Loncin G160F 5.5 HP
(sumber: swan-compressors.com)
Karena blasting pot berbentuk tabung maka perhitungan kapasitas blasting pot
menggunakan rumus volume tabung.
30
Keterangan :
π = 3,14
r = jari-jari tabung
t = tinggi tabung
2. Hopper
Hopper yang dibuat dalam kabinet sandblasting berbentuk limas segi empat
yang dipancung, sehingga untuk mengetahui kapasitas dari hopper menggunakan
rumus dari volume limas segi empat yang dipancung. Gambar 2.33 adalah contoh
bentuk hopper kabinet dry sandblasting.
Keterangan :
t = tinggi prisma terpancung
L1 = Luas alas bagian bawah
L2 = Luas alas bagian atas
31
3. Nozzle
Nozzle berfungsi sebagai alat untuk menembakan material abrasive ke benda uji.
Adapun nozzle yang digunakan bias dilihat pada Gambar
32