Anda di halaman 1dari 54

dr Ita Muharram Sari, SpS

 Memahami Fisiologi Respirasi


 Mengetahui kondisi hipoksia & hipoksemia
 Mengetahui indikasi terapi Oksigen
Menyediakan kecukupan
O2 untuk metabolisme sel
dan mengeluarkan CO2
sebagai hasil metabolisme

l3
Udara:
lPiO2 : 20.9 % x 760 = 159 mmHg
lPiCO2 : 0.04 % x 760 = 0.3 mmHg
lPiN2 : 78.6 % x 760 = 597mmHg ALVEOLUS

lPiH2O : 0.46 % x 760 = 3.5 mmHg


N2 H2O
PaN2: 573 mmHg PaH2O: 47 mmHg Kapiler Paru
Proses Difusi

PAO2: 104mmHg PACO2: 40mmHg


O2 CO2 O2
O2
PaO2: 40 mmHg PaO2: 104 mmHg

CO2
CO2
PaCO2: 45 mmHg PaCO2: 40 mmHg

l4
lHipoksia

lHipoksemia

l5
HIPOKSEMIA HIPOKSIA
 Penurunan tekanan parsial O2  Kekurangan O2 pada tingkat
pada arteri Penurunan selular
konsentrasi O2 dalam darah  Ambilan & pemakaian O2
arteri. selular yang tidak adekuat
 Defisiensi O2 relatif dalam  Tekanan O2 di tingkat selular
darah arteri tidak adekuat.
 Penurunan O2 untuk
pernafasan jaringan

l6
l7
l8/22/2019 l8
-PaO2  krn FiO2 < 21 /
ketinggian - Pompa darah ke jaringan - Penurunan kapasitas
Hypoxic
-- ggx ventilasi/ overdosis
narkotik
Circulatory
inadekuat
- infark miokard, hipotensi
-
Hemic
pembawa O2
-Anemia, keracunan CO
-ARDS/fibrosis paru

- Peningkatankonsumsi O2

Demand
jaringan pada keadaan status
hipermetabolik Histotoxic
- Pemakaian O2 abnormal
-- Keracunan sianida
- demam
 Dyspneu, takipneu, hiperpneu.
 Diaphoresis ( Berkeringat )
 Gelisah
 Hipertensi, Takikardi, disritmia.
 Gangguan Mental, restlessness, disorientasi, letargi.
 Sianosis, digital clubbing (kronis)
 Anemia, pilisitemia (kronis)

l10
 Memberikan O2 dengan konsentrasi lebih besar dari
pada konsentrasi O2 udara kamar (21%)
 Tujuan untuk mengatasi atau mencegah manifestasi
dan simptom hipoksia

l8/22/2019 l11
 PaO2 <60mmHg atau SaO2
<90
 Keadaan akut pasien suspek
hipoksemia termasuk kasus
akut neurologi.
 Trauma berat
 AMI
 Post operatif (Short term)

l12
Powers WJ, et al. Guidelines for the Early Management of Patients with Acute Ischemic Stroke. Stroke 2018: 49;e46-e99
 Nilai SaO2 pasien (dengan pulse oxymetri).
Target SaO2 > 92 %.
 Cari dan atasi penyebab penurunan SaO2
(Airway, Breathing)
 Tetapkan metode pemberian O2  (Oxygen
Delivery Device).
 Evaluasi.

l14
Rebreathing
• Udara dari paru ditampung reservoir  CO2 absorber  udara dihirup lagi
• Sering untuk deliveri gas anestesi

Partial Rebreathing
• Sebagian udara ekspirasi masuk kantong reservoir
• Udara inspirasi = udara ekspirasi + aliran udara segar

Non Rebreathing
• Sistem deliveri O2 pada umumnya
• CO2 yg dikeluarkan  tidak dihirup kembali
• High flow system & low flow system

l15
 High flow system  Low flow system
 Aliran udara inspirasi dapat  Sistem deliveri O2 yang banyak
mencapai dalam sistem ini dipakai karena simpel, mudah
dapat mencukupi aliran pemakaian, familiar untuk
inspirasi puncak pasien. petugas medis, ekonomis dan
 FiO2 diketahui & stabil. diterima pasien
 Dipakai untuk FiO2 konsisten  Aliran udara inspirasi pada
& dapat diprediksi. sistem ini tidak dapat
 Untuk pasien dengan pola memenuhi flow inspirasi
pernafasan tidak stabil puncak pasien
 Ventury mask & aerosol  FiO2 tergantung dari :
devices ▪ Kecepatan aliran oksigen.
▪ Reservoir
▪ Pola ventilasi pasien
 Acceptable and
preferable
 BB 75 kg
 Tidal volume 500 ml
 Respiratory rate 20 /menit
 I : E ratio 1:2
 Inspiratory time 1 detik
 Expiratory time 2 detik
 Anatomic reservoir 50 ml

l17
 Anatomic reservoir  hidung, nasopharynx &
oropharynx
 Volume dari reservoir anatomi sepertiga dari ruang
mati anatomi.
 1/3 x 150 ml = 50 ml
 Kanula nasal O2 6 L/menit ( 100 ml/detik )
 Sebagian besar aliran ekspirasi terjadi selama 75%
pertama waktu ekspirasi ( 1.5 detik )
 O.5 detik sisanya adalah kesempatan mengisi reservoir
anatomi dengan O2 100% dari sumber oksigen

l18
 Komposisi udara inspirasi adalah
 50 ml O2 100% dari reservoir anatomi
 100 ml O2 100% dari kannula nasal
 350 ml O2 20% dari udara ruang

FiO2 adalah
50 + 100 +70
44%
500
l8/22/2019 l19
 50 ml O2 100% berasal dari reservoar anatomi
 200 ml O2 100% berasal dari kanula nasal.
 250 ml O2 20% berasal dari udara ruangan

FiO2 adalah
50 + 200 +50
60%
500
l8/22/2019 l20
Pada sistim low-flow :
 Tidal volume besar atau respiratory rate cepat,
FiO2 rendah;
 Tidal volume kecil atau respiratory rate
lambat, FiO2 tinggi

l8/22/2019 l21
Method FiO2 Flowrate
(Approximate) (L/min)
Nasal Cannula 24% 1
28% 2
32% 3
36% 4
40% 5
44% 6
Simple Face Mask 40 – 60% 5–8
Partial Rebreahting Mask 60 – 80% 8 – 15
Non Rebreathing Mask 85 – 100 % 10 – 15
Venturi Mask 24% 3
26% 3
28% 6
31% 6
35% 9
40% 12
l8/22/2019 50% 15 l22
 Meningkatkan FiO2 2%-4% untuk setiap
liter O2 (flow rate).
 Maksimum 6 l/menit.  FiO2 24-44%
(tergantung pola ventilasi pasien).
 Flow > 6 l/menit tidak signifikan
meningkatkan FiO2, karena keterbatasan
rongga hidung.
 Flow yang tinggi (> 4 l/menit) akan
merusak mukosa hidung. Disarankan
memakai humidifikasi kanula hidung
dengan “bubble device”.

l8/22/2019 l23
 Dapat meningkatkan FiO2 31-61%
dengan 5-10 L/menit.
 Reservoar simple mask adalah
ruang antara masker dan wajah
pasien, merupakan penyimpan O2
yang digunakan untuk nafas
berikutnya sehingga dapat
meningkatkan FiO2.
 Flow < 6 L/menit tidak
direkomendasikan karena tidak
dapat mengeluarkan CO2 dari
masker.

l24
 Mirip dengan simple mask (dengan
tambahan kantong resevoar
oksigen).
 Dapat meningkatkan FiO2 > 60%.
 Pastikan, saat inspirasi kantong
mengempis (mengecil) sekitar 1/3
nya saja.

l8/22/2019 l25
 Meningkatkan FiO2 paling tinggi
diantara simple oxygen devices.
 FiO2 dapat mencapai 100% (60%-90%,
tergantung dari ada atau tidaknya
kebocoran antara masker dan wajah.
 Flowrate harus tinggi untuk menjaga
kantong tetap mengembang selama
inspirasi. (> 10 l.menit).

l26
 Deliveri udara atau O2
aerosol panas.
 Setting FiO2 dengan cara
mengatur di blender.
 FiO2 maksimum 40 – 60%
 Flow rate minimum 8
L/menit

l27
 Frekuensi nafas > 30 x/menit
 Volume tidal < 8 cc/kgBB
 Desaturasi oksigen signifikan dengan pulse oxymetry walau
telah diberikan oksigen tambahan maksimum
 PaCO2 > 60 mmHg (AGD), kecuali pada pasien PPOK
 PaO2 < 70 mmHg dengan oksigen 40%
 Tidak dapat memproteksi jalan nafas (aspirasi, penurunan
kesadaran, trauma, obstruksi)
 Kelemahan otot pernafasan yang signifikan (negative
inspiratory force < -25 cmH2O), kapasitas vital < 15 mL/kg
 Intubasi diindikasikan bila terdapat risiko aspirasi
dan GCS < 8.
 Pikirkan pemberian hiperventilasi jika terdapat
peningkatan tekanan intrakranial.
 Jika mengalami stroke berat, mungkin diperlukan
intubasi jangka panjang dan trakeostomi. Paresis
saraf kranial dapat menyebabkan terjadinya
laringospasme (N. X) atau aspirasi (N. IX).
Klinis
Pulse oximetry
Kapnograf
ABG
X-ray
EKG

 Terapi
penyebab/definitif

l30
lMasker sederhana
lJackson Rees
lDengan reservoir bag
lFACE MASK O2 8-10 lFlow O2 : 8-10
lFlow O2 : 6-10 lpm
lpm lpm
lFiO2 : 60%- 100%
lFiO2 : 40-60% lFiO2 : 100%
l Terapi oksigen

lBVM Dengan reservoir bag lNASAL PRONG


lFlow O2 : 8-10 lpm lO2 flow 1 – 6 lpm
lFiO2 : 80%- 100% lFiO2 : 24 – 44 %

lBVM Dengan reservoir bag


lBAG VALVE MASK (BVM) lFlow O2 : 8-10 lpm l31
lDgn oksigen 8-10 lpm : 60%
 Bila pasien sudah lebih nyaman,
 Penyakit mendasar stabil, tekanan darah, frekuensi
nadi, frekuensi pernafasan, warna kulit, dan
oksimetri dalam rentang normal.
 Weaning dapat dilakukan perlahan dengan
menghentikan atau menurunkan konsentrasi secara
bertahap misalnya setiap 30 menit, dan dilakukan
re-evaluasi terhadap parameter klinis dan SpO2
secara periodik.
 PaO2>60 pada pasien dengan peninggian CO2
kronis (dapat terjadi depressi pernafasan)
 FiO2 >50%, dapat terjadi keracunan oksigen,
timbul atelektasis atau depressi ciliary
dan/atau penurunan fungsi lekosit.
 Bahaya kebakaran dapat terjadi pada
konsentrasi tinggi oksigen.

l33
 Tidak ada kontraindikasi absolut.
 Kontraindikasi relatif berhubung-an dengan
bahaya hiperoksemia.
 Pada pasien dengan retensi karbon dioksida
kronik yang me-miliki stimulus untuk bernafas
oleh penurunan tekanan parsial oksigen di darah
arteri (PaO2), pemberian terapi oksigen dapat
menekan ke-inginan untuk bernapas (respiratory
drive).
lX
lX

lKorban tak sadar jangan diberi bantal, jangan diganjal bahu


lCHIN LIFT

lHEAD TILT

X
lHEAD TILT jangan dilakukan pada trauma
X lCHIN LIFT

X
NECK LIFT X lHEAD TILT

lJAW THRUST
Oro-pharyngeal tube
lTidak merangsang muntah
lHati-hati pada pasien dengan fraktura basis cranii
lUkuran u/ dewasa 7 mm atau jari kelingking kanan
Tehnik Intubasi  Cuff
Management
lEndotracheal tube

• Ukuran Standar tube:


 Laki-laki 8-9 mm: secure at 21-23 cm to
incisors
 Wanita 7-8 mm: secure at 19-21 cm to
incisors
 Jangan dipotong sampai < 26 cm.
lBASIS CRANII
latap nasopharynx
ltulang tipis mudah patah

lARAH TUBE
lnaso-pharyngeal

lPlica vocalis

lCRICOTHYROIDOTOMY
 Hipoksia, spasme pita suara
 Tek darah naik, bradikardia / asistole
 Tekanan Intra Kranial naik
 Gerak leher memperberat cedera cervical

 Idealnya, intubasi dibantu obat anestesia dan obat pelumpuh


otot (harus tenaga ahli)
Perlengkapan intubasi
Teknik Laringoskopi Intubasi
Laryngeal Mask Airway
dipasang tanpa laringoskopi
Crico-thyroido-tomy

Jalur darurat untuk oksigenasi


Bertahan 10 menit
Tidak dapat membuang CO2
In-line immobilisation

Anda mungkin juga menyukai