G.45TSM01.020.2
3. Timming belt/chain :
Fungsinya yaitu menghubungkan gigi sprocket antara crankshaft dan camshaft.
Sehingga ketika poros engkol berputar, poros nok juga ikut berputar.
4. Camshaft :
Poros nok pada mekanisme OHV terletak didalam blok silinder. Dalam mesin satu
silinder, minimal memiliki dua buah lobe untuk mengatur pembukaan katup hisap dan
katup buang.
5. Valve lifter :
Valve lifter adalah komponen yang bertumpu pada setiap lobe. Fungsinya sebagai tumpuan
bagi lobe untuk menekan push rod.
7. Rocker arm :
Rocker arm merupakan komponen yang bekerja untuk menekan katup saat mendapatkan
dorongan dari push rod. Prisnip kerjanya seperti ayunan sederhana, dimana ketika bagian
belakang rocker arm terangkat oleh dorongan push rod maka bagian depan rocker arm akan
menekan katup. Komponen ini juga dilengkapi adjusting screw yang terletak tepat diujung
push rod. Fungsinya untuk menyetting celah katup.
8. Valve :
Valve atau katup menjadi pintu bagi saluran intake dan exhaust untuk mengalisrkan gas.
9. Valve spring :
Komponen ini juga berpengaruh terhadap kerapatan katup, pegas ini akan menahan katup
agar tertutup rapat.
2. Timming chain/belt
3. Tensioner
Fungsi tensioner adalah untuk menarik timming chain agar selalu tegang. Tensioner memiliki
dua macam yaitu tipe roller dan tipe hidrolik. Untuk tipe roller memanfaatkan pegas untuk
menegangkan timming chain. Sementara tipe hidrolik memanfaatkan oli mesin untuk
menegangkan timming chain. Namun tipe hidrolik ini memerlukan komponen tambahan berupa
chain guide agar lebih maksimal
5. Camshaft :
Untuk tipe DOHC, memiliki dua macam poros yaitu intake camshaft dan exhaust camshaft.
6. Rocker Arm
Terdapat perbedaan konstruksi antara tipe OHV dan OHC. Pada tipe OHC rocker arm bersifat
individu dengan kata lain tidak terletak satu poros. Selain itu karena camshaft terletak diatas
rocker arm, maka tidak diperlukan valve lifter dan push rod. Sebagai tumpuan lobe, rocker arm
dilengkapi dengan roller yang akan berputar ketika camshaft berputar. Hal ini bertujuan agar
tidak ada gesekan antara lobe dengan rocker arm. Selain itu rocker arm ini biasanya sudah
berteknologi HLA (Hydrolic Lash Adjuster). Teknologi ini akan melakukan penyetelan celah
katup secara otomatis.
Langkah Penyetelan :
1. Pemeriksaan dan penyesuaian renggang klep dilakukan pada kondisi mesin dingin (dibawah
35 C atau 95 F).
2. Pemeriksaan dan penyesuaian renggang klep harus dilakukan pada saat piston di titik mati
atas pada langkah kompresi.
Putar rotor magnit (fly wheel) searah putaran mesin, sambil melihat klep "IN". Apabila terlihat
pelatuk klep "IN" turun kemudian naik kembali, berarti piston sudah pada langkah kompresi.
Tepatkan tanda garis "T" pada rotor magnit dengan tanda pada crank case cover left.
Perhatian !
Pada mesin yang menggunakan sistim dekompresi posisi crank shaft tidak boleh diputar
ke arah kanan, pada saat menempatkan piston pada posisi TMA langkah kompresi.