Toaz - Info Transgrasi Dan Regresidocx PR
Toaz - Info Transgrasi Dan Regresidocx PR
BIDANG STUDI :
Prinsip Stratigrafi
Disusun Oleh :
Kelas E
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah mengenai Transgresi dan Regresi ini dengan baik.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai salah satu konsep dan hukum dalam
ilmu Geologi. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya.
Penyusun
DAFTAR ISI
halaman
KATA
PENGANTAR ..........................................................................................................
...i
DAFTAR
ISI ...........................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN ....................................................................................................
....1
1.1 Latar
Belakang ..................................................................................................
......1
1.2 Rumusan
Masalah ...................................................................................................
1
BAB II ISI
PEMBAHASAN ...................................................................................................2
2.1 Definisi Transgresi dan
Regresi ............................................................................2
2.2
BAB III
PENUTUP ................................................................................................................
...
3.1 Kesimpulan
...............................................................................................................
3.2
Saran .......................................................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA ............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui apa penyebab terjadinya Transgresi dan Regresi.
2. Untuk mengetahui pengaruh Transgresi dan Regresi pada proses
pengendapan suatu material lepas.
1.4 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah penulis selaku mahasiswa dapat
mengetahui apa penyebab terjadinya Transgresi dan Regresi dan apa
pengaruhnya dalam pengendapan material lepas. Semoga makalah ini juga
dapat bermanfaat bagi orang lain dalam memberikan pengetahuan tentang
Transgresi dan Regresi.
BAB II
ISI PEMBAHASAN
Jadi istilah transgresi dan regresi hanya mengenai perubahan garis pantai
yang maju atau mundur dari posisi awal. Kedua istilah ini tidak ada
hubungannya sama sekali dengan pengendapan yang terjadi di dalamnya.
Transgresi dan regresi ini menghasilkan produk pengendapan.
Perubahan facies sedimen dapat menunjukkan transgesi dan regresi
dan sering mudah diidentifikasi, karena kondisi yang unik diperlukan untuk
deposit setiap jenis sedimen. Misalnya, klastik kasar-grained seperti pasir
biasanya disimpan di dekat pantai, lingkungan energi tinggi; fine-grained
sedimen Namun, seperti lumpur dan karbonat lumpur, disimpan jauh lepas
pantai, di dalam, perairan rendah energi.
Deepening-up vs Shallowing-up
Acangan lain untuk event correlation didasarkan pada posisi suatu batuan
dalam lintap atau daur transgresi-regresi (Ager, 1981). Menurut Ager (1981),
event correlation dalam kasus tersebut didasarkan pada korelasi puncak-
puncak daur sedimen yang diasumsikan mengindikasikan umur yang sama.
Aspek yang digunakan dalam korelasi ini merupakan produk transgresi-regresi
yang kemungkinan merepresentasikan terjadinya perubahan muka air laut
eustatik di seluruh muka bumi atau perubahan muka air laut lokal sebagai
akibat pengangkatan, subsidensi, atau fluktuasi pasokan sedimen.
DEFINISI KORELASI
Laut adalah kumpulan air asin yang sangat banyak dan luas di permukaan
bumi yang memisahkan atau menghubungkan suatu benua dengan benua
lainnya dan suatu pulau dengan pulau lainnya.
B. Air Laut
1. Rasa Air Laut
Mungkin ketika kita membahas tentang laut, masih banyak sobat-sobat yang
bertanya-tanya mengapa air laut ini rasanya asin. Nah langsung aja yuk bahas
jawabannya.
Laut
Sebetulnya rasa air laut berasal dari daratan, kronologinya begini. Pada saat
terjadi hujan di daratan, air akan meresap dalam tanah dan sedikit demi sedikit
akan keluar lagi melalui sungai-sungai dan akhirnya mencapai laut. Nah pada
saat perjalanan menuju ke laut tersebut, air dari daratan juga membawa
mineral, sehingga laut dipenuhi garam-garam mineral.
Kita mengetahui laut mempunyai permukaan yang sangat luas sehingga hal ini
menjadi salah satu faktor penguapan dalam jumlah besar, pada saat air laut
menguap, yang menguap hanyalah air(H2O) sedangkan garam-garam mineral
tetap tinggal bersama air laut, begitulah sehingga air laut rasanya asin. Kadar
keasinan air laut ini dipengaruhi oleh faktor suhu, biasanya semakin panas
daerah tersebut, air lautnya semakin asin.
Air Laut memiliki kadar garam rata-rata 3,5 %. Artinya dalam 1 liter (1000
mL) air laut terdapat 35 garam (terutama, namun tidak seluruhnya, merupakan
garam dapur (NaCl).
Walaupun kebanyakan air laut di dunia memiliki kadar garam sekitar 3,5 % air
laut juga berbeda-beda kandungan garamnya. Yang Paling tawar adalah di
timur Teluk Finlandia dan di utara Teluk Bothania, keduanya bagian dari laut
Baltik. Yang paling asin adalah di Laut Merah, dimana suhu tinggi dan
sirkulasi terbatas membuat penguapan tinggi dan sedikit masukan air dari
sungai-sungai. Kadar garam di beberapa danau dapat lebih tinggi lagi.
Air laut memiliki kadar garam karena bumi dipenuhi dengan garam mineral
yang terdapat di dalam batu-batuan dan tanah. Contohnya natrium, kalium,
dan Kalsium, dll. Apabila air sungai mengalir ke lautan, air tersebut membawa
garam. Ombak laut yang memukul pantai juga dapat menghasilkan garam
yang terdapa pada batu-batuan. Lama kelamaan air laut menjadi asin karena
banyak mengandung garam.
C.JENIS-JENIS LAUT
Ada beberapa jenis laut di bumi ini, dan menurut proses terjadinya kita
mengenal adanya Laut Transgresi, Laut Ingresi, dan Laut Regresi.
a. Laut Transgresi
Laut Transgresi adalah laut yang terjadi karena adanya perubahan permukaan
laut secara positif (secara meluas). Perubahan permukaan ini terjadi karena
naiknya permukaan air laut atau daratannya yang turun, sehingga bagian-
bagian daratan yang rendah tergenang air laut. Perubahan ini terjadi pada
zaman es. Contoh laut jenis ini adalah Laut Jawa, Laut Arafuru, dan Laut
Utara.
b. Laut Ingresi
Laut Ingresi adalah laut yang terjadi karena adanya penurnan tanah di dasar
laut. Oleh karena itu laut ini sering disebut laut tanah turun. Penurunan tanah
di dasar laut akan membentuk lubuk laut dan palung laut. Lubuk laut atau
basin adalah penurunan di dasar laut yang berbentuk bulat. Contohnya lubuk
Sulu, Lubuk Sulawesi, dan Lubuk Karibia. Sedangkan Palung Laut atau trog
adalah penurunan di dasar laut yang bentuknya memanjang. Contohnya
Palung Mindanau yang dalamnya 1.085 m, Palung Sunda yang dalamnya
7.450 m, dan Palung Mariana yang dalamnya 10.683 (terdalam di dunia).
c. Laut Regresi
Laut Regresi adalah laut yang menyempit. Penyempitan terjadi karena adanya
pengendapan oleh batuan (pasir, lumpur, dan lain-lain) yang dibawa oleh
sungai-sungai yang bermuara di laut tersebut. Penyempitan laut banyak terjadi
di pantai utara pulau Jawa.
2. Menurut Letaknya
Berdasarkan letaknya, Laut dibedakan menjadi tiga, yaitu Laut Tepi, Laut
Pertengahan, dan Laut Pedalaman.
a. Laut Tepi
Laut Tepi adalah laut yang terletak di tepi benua (kontinen) dan seolah-olah
terpisah dari samudera luas oleh daratan pulau-pulau atau jazirah. Contohnya
Laut Cina Selatan dipisahkan oleh kepulauan Indonesia dan Kepulauan
Filipina
b. Laut Pertengahan
c. Laut Pedalaman
3. Menurut Kedalamannya
Dalam kategori ini laut dibedakan berdasarkan 4 wilayah (zona), yaitu Zona
Lithoral, Zona Neritic, Zona Bathyal, dan Zona Abysal.
a. Zona Lithoral
Zona ini adalah wilayah pantai atau pesisir. Di wilayah ini pada saat air pasang
akan tergenang air, dan pada saat air surut berubah menjadi daratan. Oleh
karena itu wilayah ini sering juga disebut Wilayah Pasang-Surut.
b. Zona Neritic
Zona Neritic adalah baris batas wilayah pasang surut hingga kedalaman 150
m. Pada zona ini masih dapat ditembus oleh sinar matahari sehingga pada
wilayah ini paling banyak terdapat berbagai jeni kehidupan baik hewan
maupun tumbuhan.
c. Zona Bathyal
Zona Bathyal adalah wilayah laut yang memiliki kedalaman antara 150
hingga 1800 m. Wilayah ini tidak dapat tertembus sinar matahari, oleh karena
itu kehidupan organismenya tidak sebanyak yang terdapat di Wilayah Neritic.
d. Zona Abysal
Zona Abysal adalah wilayah laut yang memiliki kedalaman lebih dari 1800 m.
Di wilayah ini suhunya sangat dingin dan tidak ada tumbuh-tumbuhan. Jenis
hewan yang dapat hidup di wilayah ini sangat terbatas.
Ada dua cara yang dapat ditem[uh untuk mengukur kedalaman laut, yaitu
dengan menggunakan teknik bandul timah hitam (dradloading) dan teknik
Gema atau Echo Sounder atau Echoloading.
Teknik ini ditempuh dengan menggunakan tali panjang yang ujungnya diikat
dengan bandul timah sebagai pemberat. Dari sebuah kapal tali diturunkan
hingga bandul menyentuh dasar laut. Selanjutnya panjang tali diukur dan
itulah kedalaman laut. Cari ini sebenarnya tidak begitu tepat karena tali tidak
bisa tegak lurus akibat pengaruh arus laut. Di samping itu kadang-kadang
bandul tidak sampai ke dasar laut karena tersangkut karang. Cara ini juga
memerlukan waktu lama. Namun demikian cara ini memiliki kelebihan yaitu
mengetahui jenis batuan di dasar laut, suhu, dan juga mengetahui apakah di
dasar laut masih terdapat organisme yang bisa hidup.
Echoloading
Penggunaan teknik ini didasarkan pada hukum fisika tentang perambatan dan
pantulan bunyi dalam air. Isyarat bunyi yang dikeluarkan dari sebuah peralatan
yang dipasang di dasar kapal memiliki kecepatan merambat rata-rata1600 m/s
sampai membentur dasar laut. Setelah membentur dasar laut bunyi
dipantulkan dalam bentuk gema dan ditangkap melalui sebuah peralatan yang
juga dipasang di dasar kapal, jarak waktu yang diperlukan untuk perambatan
dan pemantulan dapat diterjemahkan sebagai kedalaman laut. Cara ini
dianggap lebih praktis, cepat, dan akurat. Namun kita tidak dapat memperoleh
tentang suhu, jenis batuan, dan tanda-tanda kehidupan di dasar laut.
Pada masa Neogen terjadi secara luas dan di bagian back deep. Regresi
dihipotesiskan terjadi karena adanya proses orogenesa dan adanya sedimentasi
yang lebih cepat dibandingkan penurunan basin sehingga garis pantai
bergerak. Berdasarkan hipotesis kedua ini, terbentuk adanya delta. Proses
sedimentasi terhenti memasuki masa Kuarter pada Pleistosen, dengan
dicirikan adanya endapan tuff.
Hal inilah yang menjadi dasar pembagian batubara ekonomis yang ada di
Indonesia. Batubara di Indonesia disebutkan sebagai endapan batubara Eosen
dan endapan batubara Miosen. Endapan batubara Eosen merupakan bagian
dari endapan Paleogen dan terbentuk di sepanjang tepian Paparan Sunda, di
sebelah barat Sulawesi, Kalimantan bagian timur, Laut Jawa hingga Sumatera.
Batubara Eosen dicirikan sebagai batubara yang ketebalan bervariasi dan
banyak lapisan; berkadar sulfur dan abu tinggi; penyebaran terbatas;
pengendapan bersamaan dengan aktivitas tektonik; berkaitan dengan busur
vulkanik dan hampir seluruhnya autochton. Cekungan Paleogen di Indonesia
terdiri dari intermontana basin dan continental margin. Endapan Paleogen
penting di Indonesia antara lain adalah di Ombilin (Sumatera Barat), Bayah
(Jawa Barat), Pasir (Kalimantan bagian Tenggara), Pulau Sebuku (Kalimantan
Tengah), Melawi (Kalimantan Barat).
PENUTUP
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang sudi memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan
penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah
ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang pada
umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Malasari, Viny. 2015. Makalah Gerakan Air Laut (Gelombang Laut, Arus Laut,
Pasang Surut Air Laut). http://vinymalasari.blogspot.co.id/2015/10/makala-
gerakan-air-laut-gelombang-laut.html
http://www.jendelaexplorasi.net/2014/01/genesa-batubara-indonesia.html