Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KEWIRAUSAHAAN

“ KONSEP ISLAM TENTANG WIRAUSAHA”

Disusun oleh kelompok 1 :

1. Alan manawari
2. Lasri S kiwang
3. Orin amaranti
4. Renita anggun sholehah
5. Sahmin
6. Siti aminah ZH

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
TA 2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih maha penyayang, dengan ini puji
syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah kewirausahaan ”konsep islam tentang wirausaha” ini yang telah diusahakan semaksimal
mungkin, untuk memenuhi tugas dari mata kuliah kewirausahaan.

Adapun, penyusun makalah ini kiranya masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu kami
menghaturkan permohonan maaf apabila terdapat kesalahan dalam makalah ini, kami pun berharap
makalah ini dapat diberikan kritik dan sarannya agar dikemudian hari, kami bisa membuat makalah
yang lebih sempurna lagi.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

a) Latar belakang .......................................................................................... 1


b) Rumusan masalah ...................................................................................... 1
c) Tujuan ......................................................................................................... 2

BAB 2 PEMBAHASAN ......................................................................................... 3

a) Pandangan islam tentang wirausaha.......................................................... 3


b) Ayat dan hadis tentang wirausaha............................................................. 4
c) Contoh para sahaba, tabiin dan pejuang islam tentang wirausaha........ 9

BAB 3 PENUTUP ................................................................................................... 12

Kesimpulan ............................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 13

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Islam merupakan agama yang paling sempurna dalam segala hal. Salah satu
kesempurnaan syariat islam ini adalah dengan mengharuskan kepada umatnya agar bekerja
dan berbisnis dengan jalan yang benar dan menjauhi segala hal yang dilarang oleh Allah dan
rasul-Nya. Banyak bisnis yang dapat dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup
didunia dan dalam rangka beribadah kepada Allah Subhanahuwataala. Salah satu bisnis yang
dianjurkan dalam islam adalah perniagaan atau berdagang

Berdagang / berwirausaha merupakan salah satu profesi yang sangat mulia dan utama
selagi dijalankan dnegan jujur dan sesuai dengan aturan serta tidak melanggar batas-batas
syari’at yang telah ditetapkan oleh Allah dan rasul-Nya di dalam Al-qur’an dan As-Sunnah
Ash – Shahihah. Selain menganjurkan berwirausaha, islam pun menganjurkan kepada para
penganutnya untuk berjiwa sosial diaman sebagian penghasilan yang diperoleh dari
perniagaan dan pekerjaan lainnya untuk diinfaqkn dan dikeluarkan zakatnya “jika hal tersebut
telah terpenuhi syariat wajib zakat) dan infaqkan di jalan yang Allah ridhoi

Di Indonesia pendidikan kewirausahaan masih kurang memperoleh perhatian yang cukup


memadai, baik oleh dunia pendidikan, masyarakat, maupun pemerintah. Banyak praktisi
pendidikan yang kurang memperhatikan aspek-aspek penumbuhan mental, sikap, dan
perilaku kewirausahaan. Peran wira usaha tidak hanya sekedar menigkatkan pendapatan
perkapita tapi juga memicu dan mendukung perubahan struktur masyarakat dan bisnis. Dalam
hal ini pemerintah dapat berperan sebagai motivator dan fasilitator. Pemerintah akan bergerak
sebagai pelindung dalam memasarkan hasil teknologi dan kebutuhan socialnya.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana konsep / pandangan islam dalam berwirausaha?
2. Apa ayat dan hadis tentang berwirausaha dalam islam?
3. Siapa para sahabat, tabiin dan pejuang islam tentang wirausaha?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep / pandangan islam dalam berwirausaha
2. Untuk mengetahui ayat dan hadis tentang berwirausaha dalam islam
3. Untuk mengetahui para sahabat, tabiin dan pejuang islam tentang wirausaha

2
BAB 2

PEMBAHASAN

1. Pandangan islam tentang wirausaha

Islam memang tidak memberikan penjelasan secara eksplisit terkait konsep tentang
kewirausahaan (enterpreneurship) ini, namun diantara keduanya mempunyai kaitan yang
cukup erat ; memilki ruh atau jiwa yang sangat dekat, meskipun bahasa teknis yang
digunakan berbeda.

Dalam islam digunakan istilah kerja keras, kemandirian (biyadiyah), dan tidak cengeng.
Bekerja keras merupakan esensi dari kewirausahaan. Prinsip kerja keras menurut
Wafiduddin, adalah suatu langkah nyata yang dapat menghasilkan kesuksesan (rezeki), tanpa
harus melalui proses yang penuh dengan tantangan (reziko) dengan kata lain, orang yang
berani melewati resiko akan memperoleh peluang rizki yang besar. Kata rizki memiliki
makna bersayap, rezeki sekaligus reziko.

Dalam sejarahnya Nabi Muhammad, istrinya dan sebagian besar sahabatnya adalah
para pedagang dan entrepre mancanegara yang pawai. Beliau adalah praktisi ekonomi dan
sosok tauladan bagi umat. Oleh karena itu, sebenarnya tidaklah asing jika dikatakan bahwa
mental entrepreneurship inheren dengan jiwa umat islam itu sendiri bukanlah islam adalah
agama kaum pedagang, disebarkan ke seluruh dunia setidaknya sampai abad ke 13 M, oleh
para pedagang muslim. Dari aktivitas perdagangan yang dilakukan Nabi dan sebagian besar
sahabat telah merubah pandangan dunia bahwa kemuliaan seseorang bukan terletak pada
kebangsawanan darah, tidak pula pada jabatan yang tinggi, atau uang yang banyak,
melainkan pada pekerjaan.

Keberadaan Islam di Indonesia juga disebarkan oleh para pedagang, disamping


menyebarkan ilmu agama, para pedagang ini juga mewariskan keahlian berdagang khususnya
kepada masyarakat pesisir. Di wilayah Pantura yang sebagian besar masyarakatnya memilki
basis kegamaan yang kuat, kegiatan mengaji dan berbisnis sudah menjadi satu istilah yang
sangat akrab dan menyatu sehingga muncul istilah yang sangat terkenal jigang (ngaji dan
dagang). Adapun motif berwirausaha dalam bidang perdagangan menurut ajaran agama
islam, yaitu :

3
a) Berdagang buat cari untung?

Pekerjaan berdagang adalah sebagian dari pekerjaan bisnis yang sebagian besar bertujuan
untuk mencari aba sehingga seringkali untuk mencapainya dilakukan hal-hal yang tidak baik
padahal ini sangat dilarang dalam agama islam.

b) Manajemen utang piutang

Hutang sudah melekat pada kehidupan masyarakat kita. Dosa hutang tidak akan hilang
apabila tidak dibayarkan. Bahkan orang yang mati syahidpun dosa utangnya tidak berampun,
jadi jika seseorang meninggal maka ahli warisnya wajib melunasi hutang tersebut. tapi jika
orang tersebut telah berusaha membayarnya, tetapi betul-betul tidak mampu, dan ia kemudian
meninggal dunia, maka rasul saw menjadi penjaminnya. Seperti dalam hadist berikut :
“barang siapa dari umatku yang punya hutang, kemudian ia berusaha keras untuk
membayarnya, lalu ia meninggal dunia sebelum lunas hutangnya, maka aku sebagai
walinya” (HR Ahmad)

c) Demonstration Effect menyebabkan faktor modal menjadi beku

Demonstration Effect atau pamer kekayaan akan dapat mengundang kecemburuan social,
orang lain menjadi iri, mengundang pencuri/perampok membuat modal masyarakat menjadi
beku dan membuat masyarakat tidak produktif. Nabi Saw menganjurkan agar kita
menggunakan uang untuk kepentingan yang diridhoi Allah terutama untuk tujuan
pengembangan produktivitas yang digunakan untuk kepentingan umat.

d) Membina tenaga kerja bawahan

Hubungan antara pengusaha dan pekerja harus dilandasi oleh rasa kasih sayang, saling
membutuhkan, dan tolong menolong. Hal ini dapat dilihat dari hubungan dalam bidang
pekerjaan. Pengusaha menyediakan lapangan kerja dan pekerja menerima rezeki berupa upah
dari pengusaha. Pekerja menyediakan tenaga dan kemampuannya untuk membantu
pengusaha untuk menyelesaikan pekerjaan yang diperintahkan. Majikan mempunyai hak
untuk memerintah bawahan dan mendapat keuntungan. Majikan juga memilki kewajiban
yaitu membayar upah karyawan sesegera mungkin dan melindungi karyawannya.

2. Ayat dan hadis tentang berwirausaha

4
Mempedomani praktek bisnis yang dijalankan oleh Nabi Muhammad SAW, maka
setidaknya ada 6 (enam) krakteristik yang mendasar yang harus dimiliki oleh seorang
wirausahawan muslim, yaitu:
a) Shiddiq (jujur)
Dalam Islam seorang wirausahan harus bersifat jujur dalam menjalankan bisnisnya, tidak
dibenarkan ada unsur penipuan terlebih-lebih dari sudut timbaangan. Islam sangat mengecam
pebisnis yang berani mengurangi timbangan dalam menjalankan roda perekonomiaannya,
bahkan Allah menyatakan bahwa pengusaha yang curang adalah manusia yang celaka

Bagi wirausahan muslim, sifat kejujuran menjadi syarat mutlak dalam menjalankan
praktek bisnisnya, sebagaimana hadis Nabi:

” dari abdullah ibn Mas’ud rasulullah SAW bersabda, “ sesungguhnya jujur itu
membawa kepada kebaikan dan kebaikan itu membawa ke surga

b) Amanah (dipercaya)

Tidak dapat dipungkiri bahwa sifat amanah merupakan sifat yang dibutuhkan dalam
segala asfek kehidupan, termasuk dalam menjalankan bisnis. Sebab dalam dunia bisnis
seorang usahawan akan banyak melakukan transaksi, karenanya salah satu etika bisnis dalam
Islam adalah mimiliki sifat amanah (dipercaya), bila sifat amanah ini dijadikan sebagai
sumber etika dalam menjalankan bisnis (usaha) saya yakin semua mitra bisnis kita akan dapat
bertahan dan terus akan mempertahankan kerjasamanya. Hal inilah yang dijelaskan Allah
dalam Surat Al-Anfal ayat 27:

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul
(Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan

5
kepadamu, sedang kamu mengetahui. Sifat amanah inilah yang senantiasa dijaga oleh Nabi
Muhammad SAW ketika beliau menjalankan bisnisnya, sehingga pada usianya yang ke 25
tahun, Khadijah menyerahkan seluruh investasinya untuk dikelola oleh Nabi. Oleh krenanya
setiap muslim yang ingin berusha atau wirausahawan, maka sifat amanah menjadi syarat
mutlak untuk dipertahankan.

c) Tabligh (memiliki sifat komunikatif)

Sudah tidak diragukan lagi bahwa keberhasilan Nabi Muhammad dalam menjalankan
usaha bisnisnya baik sebelum menikah dengan Khadijah maupun setelah menikah (yang
akhirnya Khadijah menyerahkan kepada Nabi bisnisnya untuk dikelola oleh Nabi) adalah
disebabkan sifat kejujuran dan terpecaya, juga beliau memiliki kemampuan menyampaikan
sesuatu secara kumunikatif (Tabligh).

Seorang wirausahawan dituntut untuk mampu berbicara secara komunikatif terutama


dalam memperkenalkan produk-produk maupun jasa-jasa yang ingin ditawarkannya. Seorang
marketing bila memiliki keunggulan dalam menyampaikan seseuatu produk atau jasa dengan
tanpa meninggalkan nilai-nilai kejujuran dan kebenaran, maka dapat dipastikan produk yang
ditawarkan akan mendapat respon dari para konsumen, sebab seorang wirausahawan yang
bersifat komunikatif, sudah barang tentu akan memiliki gagasan-gasan cemerlang dan
mampu mengkomunikasikannya secara tepat dan mudah dipahami oleh siapapun yang
mendengarkannya. Dengan cara ini maka pelanggan dapat dengan mudah memahami pesan
bisnis yang ingin disampaikan.

d) Fathanah (memiliki kecerdasan)

fathanah dapat diartikan sebagai orang yang memiliki kecerdasan. Bagi seseorang yang
ingin terjun ke dalam dunia usaha (bisnis) disamping miliki sifat jujur, dapat dipercaya,
mampu berkomunikasi secara baik dan benar, juga tidak kalah pentingnya seorang
wirausahawan itu harus memiliki sifat fathanah (memiliki kecerdasan), orang yang cerdas
akan memiliki pemikiran yang enovatif dan kreatif, dan pada gilirannya ia akan mudah
membaca dengan cepat terhadap peluang yang ada, sekaligus dapat mencari solusi terhadap
persoalan-persoalan yang akan dihadapi, karenanya seorang “wirausaha melalui proses
kreatif dan inovatif akan menciptakan nilai tambah atas barang dan jasa yang kemudian
menciptakan berbagai keunggulan termasuk kemampuan bersaing”

e) Transaksi yang dilakukan berdasarkan syari’at Islam

6
Dalam Islam setiap transaksi yang dilakukan harus memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan oleh syari’at Islam antara lain:

1. Barang yang dijual tidak termasuk benda yang bernajis atau yang haram
2. Penjual adalah pemilik yang syah dari barang yang dijualnya, atau barang
orang lain yang telah mendapat izin dari yang punya barang untuk diperjual
belikan.
3. Pelaku usaha (penjual) disyaratkan orang yang memiliki akal sehat (bukan gila
atau dipaksa)
4. Setiap transaksi yang dilakukan diwajibkan ada ijab dan kabul (akad).
Misalnya pembeli berkata, “juallah barang ini kepadaku.” Penjual berkata,
“Aku jual barang ini kepadamu”.
5. Selama penjual dan pembeli masih berada dalam lokasi transaksi, masing-
masing dari keduanya berhak untuk khiyar (memilih) antara melanjutkan
transaksi atau membatalkannya.
f) Bekerja dengan niat ibadah

Dalam Islam berusaha bukanlah sekedar mencari untung (provit) semata, akanteatapi
berusaha merupakan salah satu ibadah, karenanya setiap pelaku usaha dalam Islam
dianjurkan untuk senantia berniat melakukan perkejaannya dalam rangka melaksakan
sunnatullah. Seperti dijelaskan di dalam surat Attaubah ayat 105:

Artinya:

Dan katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang
mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang
Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberikan-Nya kepada kamu apa yang telah
kamu kerjakan. Berikut adalah ayat-ayat yang ada di dalam Al-Quran tentang wirausaha

a) Surah An-nisa ayat 29 :

7
Artinya :

“wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama
suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sunggun, allah maha
penyayang kepadamu”.

b) Surah At-Taubah : 24

Artinya : “katakanlah, “jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri kaum


keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri
kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai
dari pada Allah dan Rasulnya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah
mendatangkan keputusan-Nya” dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
pasik”.

c) Surah An-Nur : 37

Artinya : “laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari
mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembayang dan (dari) membayarkan zakat. Mereka
takut kepada suatu hari (yang dihari itu) hati dan penghlihatan menjadi goncang”.

d) Surah Fathir : 29

8
Artinya : “sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan
shalat dan menafkahkan sebagian rezeki yang kami anugerahkan kepada mereka dengan
diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak merugi”

e) Al-jum’ah : 11

Artinya : “ dan apabila mereka melihat perdagangan atau permainan, mereka segera menuju
kepadanya dan mereka tinggalah engkau (muhammad) sedang berdiri (berkhotbah).
Katakanlah, “apa yang ada di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perdagangan,”
dan Allah pemberu rezeki yang terbaik”.

3. Para Sahabat, Tabiin Dan Pejuang Tentang Kewirausahaan


1. Abdurrahman bin Auf

Styawan Abdurrahman bin Auf merupakan salah seorang sahabat Rasulullah yang
memiliki kemampuan mumpuni menjadi seorang pebisnis atau pengusaha. Awal kesuksesan
Abdurrahman bin Auf bermula ketika dia ikut hijrah ke Madinah bersama Rasulullah SAW.

Di Madinah, Rasulullah mempersaudarakan dia dengan seorang konglomerat Madinah


bernama Sa'ad bin Rabi. Saking kayanya Sa'ad bin Rabi, dia berniat memberikan setengah
kekayaannya dan juga menceraikan salah satu istrinya untuk diberikan kepada Abdurrahman
bin Auf.

Alih-alih menerimanya, Abdurrahman bin Auf justru meminta Sa'ad bin Rabi untuk
menunjukkan letak pasar yang ada di Madinah. Sesampainya di pasar, Abdurrahman bin Auf
melakukan sedikit riset pasar untuk bisa mengembangkan bisnisnya sendiri.

Satu hal yang dia pelajari dari riset tersebut adalah harga sewa lahan di pasar begitu
tinggi. Maka dari itu, Abdurrahman bin Auf lantas menawarkan kerja sama dengan Sa'ad bin
Rabi untuk mengelola sebidang lahan di samping pasar yang tidak terpakai. Singkat cerita,
Sa'ad bin Rabi membeli lahan tersebut dan menyerahkan pengelolaannya ke Abdurrahman

9
bin Auf yang olehnya lahan tersebut dibagi menjadi kavling-kavling untuk disewakan
kembali dengan harga lebih murah. Dari sanalah kesuksesan Abdurrahman bin Auf sebagai
taipan properti dimulai dan hingga akhirnya dia menjadi sahabat Rasulullah paling sukses di
antara lainnya. Kesuksesan Abdurrahman bin Auf sebagai pengusaha berbanding lurus
dengan kemampuan amalnya. Dia tercatat mampu menyumbang ribuan dinar dalam satu
majelis dan bahkan namanya merupakan sosok penyumbang terbesar ketika Rasulullah dan
para sahabatnya kekurangan perbekalan dalam Perang Tabuk.

2. Utsman bin Affan

Utsman bin Affan merupakan sahabat sekaligus menantu Rasulullah SAW. Kiprahnya
di dunia bisnis terekam lewat kesuksesannya sebagai seorang saudagar kain yang kaya dan
juga dermawan. Utsman bin Affan juga terkenal sebagai orang dengan jumlah ternak
terbanyak di antara orang-orang Arab lainnya. Kekayaan yang dia miliki tak hanya
dihabiskan untuk menafkahi keluarganya, melainkan juga bagi pembangunan umat dan
kemahsyuran Islam.

Prinsip Utsman bin Affan sebagai pengusaha adalah terus memberi dan membantu
saudaranya karena Allah SWT tanpa berharap imbalan apapun serta tidak banyak menghitung
harta yang dimiliki karena sadar itu semua merupakan titipan Allah SWT.

3. Abu Bakar Ash-Shiddiq

Sahabat Rasulullah berikutnya yang menjadi pengusaha sukses adalah tidak lain tidak
bukan Abu Bakar Ash-Shiddiq. Sosok yang menjadi pemimpin umat Islam sepeninggal
Rasulullah tersebut dikenal sebagai seorang pengusaha dan pedagang jujur, adil, berwawasan
luas, dan dermawan. Karier bisnis Abu Bakar dimulai ketika dia memasuki masa remaja
dengan berdagang ke Basyra dengan modal 40 dirham. Sejak saat itu, dia bekerja keras untuk
meraih kesuksesan dan meniagakan harta yang dimilikinya di jalan Allah SWT. Sesuai
namanya, yakni Shiddiq, yang berarti jujur, cara berdagang Abu Bakar disenangi karena
selalu dilandasi rasa kejujuran sehingga membuat orang lain percaya terhadapnya.

4. Urwah Al Bariqi

Urwah Al Bariqi menjadi sahabat Rasulullah berikutnya yang sukses meniti karier
sebagai pengusaha. Salah satu kekuatan yang dimiliki Urwah Al Bariqi sebagai seorang
pengusaha adalah kemampuan berkomunikasi dan negosiasi dengan relasi serta pembelinya

10
yang sangat mumpuni. Salah satu kisah yang melibatkan kehebatan komunikasi dan negosiasi
Urwah Al Bariqi adalah ketika Rasulullah Muhammad menyuruhnya membeli kambing
kurban dengan harga satu dinar. Urwah Al Bariqi pun lantas pulang membawa hasil di luar
dugaan. Dia membawa dua ekor kambing dengan harga satu dinar ke hadapan Rasulullah
SAW. Hal itu dia lakukan lewat kemampuan negosiasinya yang apik. Bukan hanya itu,
Urwah Al Bariqi juga dikenal sebagai sosok yang mampu menjual barang apapun yang ada di
tangannya.

5. Umar bin Khatab

Sahabat Rasulullah berikutnya yang sukses menjadi pengusaha adalah Umar bin
Khatab. Sama seperti Abdurrahman bin Auf, Umar bin Khatab juga merupakan pengusaha
properti yang sukses. Ketegasan sifatnya membuat Umar bin Khatab menjadi sosok sahabat
dan pengusaha yang disegani di jazirah Arab kala itu.

Bin Khatab sendiri diketahui memiliki ladang pertanian dengan luas hingga 70 ribu
hektare dan ditaksir dapat menghasilkan Rp160 juta untuk setiap satu hektar lahannya.
Dengan demikian, jika dihitung secara manual, Umar bin Khatab dapat menghasilkan
kekayaan Rp2,8 triliun per tahun atau kurang lebih Rp233 miliar per bulannya.

11
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam upaya memenuhi kebutuhan hidup, rasulullah memberikan contoh sebagai


seorang pedagang/saudagar yang ulung dengan menamfilkan sifat kejujuran (shiddiq),
terpercaya (amanah), komunkatif (tabligh) dan cerdas (fathanah). Dengan keagungan dan
kemuliaan sifat-sifat yang ia perlihatkan ketika ia bertindak sebagai seorang pengusaha, maka
ia tidak hanya dikenal sebagai al-Amin, tetapi juga dikenal sebagai pemasar yang cerdas dan
bermoral. Oleh karena itu seorang muslim yang ingin terjun ke dunia bisnis (kiwirausahaan),
sudah sewajarnya mreka menjadikan nabi Muhammad sebagai figur acuan dalam
menjalankan bisnis, karena beliau telah menunjukkan cara berbisnis yang benar, jujur, dan
amanah sekaligus mendapatkan keuntungan yang optimal.

12
DAFTAR PUSTAKA

Buya H.M. Alfis Chaniago dan Saiful El-Usmani, Kumpulan Hadis Pilihan (Jakarta: Dewan
Mubaligh Indonesia, 2008)

Handri Rahardjo, Kalo Gak Mau Kaya, Jangan Berwirausaha (Yogyakarta: Penerbit
Cakrawala, 2009)

http://kisahrasulnabisahabat.blogs ‘’para sahabat nabi yang sukses menjadi pengusaha’’

http://elhida19.blogspot.com/2016/2015/01/5-ayat-alquran-tentang-bisnis-dan-usaha.html?
m=0

13

Anda mungkin juga menyukai