BAB II Tahapan Promkes
BAB II Tahapan Promkes
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. TAHAPAN PROMKES
1. Tahap Pengkajian
kebutuhan seperti udara, air, dan makanan. Tingkat kedua mencakup kebutuhan
keselamatan dan keamanan. Tingkat ketiga mengandung kebutuhan dicintai dan
memiliki. Tingkat keempat mengandung kebutuhan dihargai dan harga diri. Tingkat
kelima adalah kebutuhan untuk aktualisasi diri.
Lain halnya dengan Bradshaw (1972), Bradshaw secara umun mengunakan suatu
taksonomi yang membedakan kebutuhan kesehatan dan sosial menjadi empat tipe,
yaitu:
a. Normative needs
Ini merupakan kebutuhan yang ditetapkan oleh seorang ahli atau kelompok
profesional. Contohnya perencanaan karir, keuangan, asuransi, dan liburan.
b. Felt needs
Felt needs adalah apa yang sebenarnya kita inginkan. Ini dapat diidentifikasi oleh
masing-masing klien yang dapat dihubungkan dengan pelayanan,dan informasi.
c. Expressed needs
Expressed needs hampir sama dengan felt needs, yang membedakannya adalah
expressed needs dibuat berdasarkan keinginan klien.
d. Comparative needs
Comparative needs kebutuhan yang diperlukan berdasarkan situasi tertentu. Yang
dapat dibandingkan dengan kelompok yang sama atau individual.
Menurut Roberta Hunt (2005) ada beberapa tahap dalam pengkajian, yaitu:
a. Mengidentifikasi prioritas masalah kesehatan yang terdiri dari melakukan konsultasi,
melakukan pengumpulan data, membuat penyajian penemuan dan menentukan
prioritas masalah.
b. Menganalisis masalah kesehatan yang terdiri dari membuat tinjauan pustaka
(literatur review), menggambarkan group yang akan diberikan promosi kesehatan
mengexplor lebih jauh mengenai masalah kesehatan, menganalisis faktor-faktor
eksterna yang mempengaruhi timbulnya masalah kesehatan.
Menurut Nola J. Pander, PHD, RN, FAAN dalam buku Health Promotion In Nursing
practice, pengkaajian kesehatan dalam tahap promosi kesehatan meliputi pengkajian
individu, keluarga dan masyarakat
a. Pengkajian individu
Pengkajian pada individu merupakan pengkajian yang menyeluruh. Penilaian yang
meliputi tentang pengukuran kesehatan, keyakinan kesehatan dan perilaku sehat.
Komponen penilaian kesehatan berfokus pada pola fungsi kesehatan, evaluasi
kebugaran fisik, penilaian pada nutrisi, penilaian hidup terhadap stres, penilaian
kesehatan spiritual, penilaian terhadap dukungan sosial, keeyakinan pada
kesehatannya, penilaian gaya hidup
b. Pengkajian keluarga
Pengkajian keluarga merupakan pengkajian pada individu. Hal ini sangat penting
untuk merencanakan perubahan perilaku kesehatan. Keluarga merupakan unit yang
dalam menilai dan mengintervensi pada promosi kesehatan karena keluarga juga
mempunyai tanggung jawab utama untuk pengembangan diri, peduli dan merawat
anggota keluarga, menyediakan sumber daya sosial dan fisik, mempromosikan
kesehatan pada individu dan tetap menjaga kesatuan keluarga
c. Pengkajian masyarakat
Pengkajian masyarakat merupakan suatu proses analisa dan menentukan kebutuhan,
peluang dan sumber daya yang terlibat dalam menilai aksi program kesehatan
masyarakat. Salah satu pendekatan masyarakat adalah mengumpulkan informasi
tentang subsistem komunitas dan hubungan mereka yang meliputi nilai-nilai,
kebudayaan, politik, pendidikan, rekreasi, transportasi, agama, komunikasi dan
media, kesejahteraan, ekonomi, usaha dan tenaga kerja, kehidupan sosial serta
keselamatan dan perlindungan.
2. Tahap Intervensi
Perencanaan promosi kesehatan adalah suatu proses diagnosis penyebab
masalah, penetapan prioritas, dan alokasi sumber daya yang ada untuk mencapai
tujuan. (Maulana, H. D. J. 2007). Penting dalam perencanaan menetapkan dimensi
FIK UI Universitas Indonesia
kebutuhan dan prioritas kebutuhan promosi kesehatan. Output fase ini adalah rumusan
rencana, dan hal terpenting adalah rumusan tujuan (yaitu, rumusan peningkatan
perilaku yang diinginkan setelah menkaji fakta perilaku, faktor-faktor internal dan
eksternal), dan rumusan kegiatan untuk melakukan intervensi terhadap faktor
penyebab, yang diinterventarisasi dan disusun dalam kegiatan yang berurutan.
Regulation
Organization
Fase 4B
Administrative and Policy Assessment
Saat membuat program perencanaan, sangat penting untuk melihat kedua level
antara determinan pengkajian dan intervensi yang dipilih (Green and Kreuter, 2005).
Pertama, level terbesar adalah pengorganisasian dan sistem lingkungan yang
mempengaruhi hasil yang diharapkan harus dipertimbangkan. Disinilah intervensi
yang mempengaruhi enabling faktor untuk perubahan lingkungan, dimana dukungan
mempengaruhi perilaku hidup sehat. Kedua, adalah level mikro, fokus terhadap
individu, pasangan, keluarga, dan lain-lain yang dapat memengaruhi perilaku hidup
sehat secara lebih langsung. Intervensi pada level mikro dikhususkan langsung pada
perubahan predisposisi, reinforcing, dan enabling faktor.
Green dan Kreuter (2005) telah tertarik pada literatur tentang pengembangan
program untuk menawarkan rekomendasi untuk "pencocokan intervensi, pemetaan,
penyatuan dan patching" pada tahap perencanaan (Simons-Morton, Greene dan
Gottlieb, 1995; D'Onofrio, 2001). Secara khusus, membangun program yang
komprehensif membutuhkan (1) matching dengan tingkat ekologi untuk komponen
program yang luas, (2) mapping intervensi spesifik berdasarkan teori dan penelitian
sebelumnya dan praktek untuk faktor predisposisi, enabling dan reinforcing yang
spesifik, dan (3) pooling prior komunitas memilih intervensi yang disukai yang
mungkin memiliki bukti yang kurang untuk mendukung mereka, dan jika diperlukan,
(4) patching intervensi untuk mengisi kesenjangan dalam bukti.
Teori dan fase 4. Pemetaan intervensi untuk predisposisi, memperkuat, dan
memungkinkan faktor dipengaruhi oleh pertimbangan teoritis serupa dengan yang
dijelaskan dalam fase 3, berfokus terutama pada tingkat masyarakat teori. Teori
perubahan organisasi membahas proses dan strategi untuk menciptakan dan
mempertahankan perubahan dalam kebijakan kesehatan dan prosedur yang
mempengaruhi keberhasilan program promosi kesehatan.
3. Tahap Implementasi
Implementasi merupakan salah satu komponen dalam proses keperawatan
yaitu kategori prilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai
tujuan dan hasil yang diperkirakan dari pelaksanaan asuhan keperawatan ( Potter &
Perry, 2005 ). Tujuan implementasi adalah melaksanakan pendidikan kesehatan
sesuai dengan rencana yang ditetapkan. Implementasi mengikuti komponen
perencanaan dari proses keperawatan, implementasi menuangkan rencana asuhan
keperawatan kedalam tindakan. Implementasi atau pelaksanaan Promosi Kesehatan
FIK UI Universitas Indonesia
dari aspek praktis, tidak terlepas dari 6W dan 1H, yakni ( Pusat Promosi Kesehatan
Depkes RI, 2008 ) :
a. Why, mengapa promosi kesehatan perlu dilakukan (perlunya
promosi kesehatan)
b. Who, siapa yang melaksanakan promosi kesehatan, (pelaksana
promosi kesehatan)
c. Whom, kepada siapa promosi kesehatan dilakukan atau
dilaksanakan (sasaran promosi kesehatan)
d. What, apa saja yang akan diberikan kepada masyarakat (materi
promosi kesehatan)
e. When, kapan promosi kesehatan dilaksanakan (waktu pelaksanaan
promosi kesehatan)
f. Where, dimana promosi kesehatan dilakukan (tempat atau tatanan
promosi kesehatan dilakukan);
g. How, bagaimana cara melakukan promosi kesehatan (metode
dan teknik promosi kesehatan).
Pelaksanaan Promkes meliputi:
a. Perlunya Promosi Kesehatan :
Promosi Kesehatan diperlukan untuk mengurangi atau menghilangkan faktor
resiko masalah kesehatan atau penyakit, Promosi Kesehatan juga diperlukan oleh
berbagai tingkat pelayanan. Promosi Kesehatan diperlukan pada tingkat preventif,
promotif, kuratif dan rehabilitatif.
b. Pelaksana Promosi Kesehatan
Semua petugas kesehatan, utamanya yang berada di garis depan (front line)
pelayanan kesehatan pada dasarnya adalah sebagai pelaksana Promosi Kesehatan.
Petugas kesehatan baik sebagai pegawai negeri, pegawai pemerintah daerah, pegawai
BUMN maupun swasta yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan, Rumah Sakit,
Puskesmas atau Balkesmas, Poliklinik, atau praktek swasta adalah juga sekaligus
merupakan petugas Promosi Kesehatan atau Promotor/Pendidik Kesehatan. Dokter,
dokter gigi, perawat, bidan, petugas di ruang obat atau apotek dan sebagainya, dalam
tugasnya melayani pasien sehari-hari berkewajiban untuk menyampaikan informasi -
informasi kepada pasien atau yang dilayani (klien) terkait dengan penyakit atau
masalah kesehatan yang dialami oleh klien tersebut.
FIK UI Universitas Indonesia
rumah sakit sebaiknya harus menciptakan kesan rumah sakit tersebut menjadi
tempat yang menyenagkan, tempat untuk beramah tamah, dan sebagainya. Oleh
karena itu, pelaksanaan promkes yang dapat dilakukan seperti Pemberian contoh
dan penggunaan media. Media promosi atau penyuluhan kesehatan di rumah sakit
merupakan alat bantu dalam menyampaikan pesan-pesan kesehatan pada para
pasien dan pengunjung rumah sakit lainnya.
3) Sekolah
Promosi kesehatan di sekolah pada prinsipnya adalah menciptakan sekolah
sebagai komunitas yang mampu meningkatkan kesehatannya (Health Promoting
School). Oleh karena itu, pelaksanaan promosi kesehatan di sekolah mencakup 3
kegiatan pokok, yaitu:
- Menciptakan lingkungan yang sehat (Healthful School Living), dalam hal ini
tidak
hanya lingkungan fisik yang bersih, akan tetapi juga lingkungan sosialnya juga
harus harmonis dan kondusif, sehingga perilaku sehat dapat tumbuh dengan
baik.
- Pendidikan kesehatan (Health Education), dilakukan untuk menanamkan
kebiasaan
hidup sehat agar dapat bertanggung jawab terhadap kesehatan diri sendiri dan
lingkungannya serta ikut aktif dalam usaha-usaha kesehatan.
- Pemeliharaan dan pelayanan kesehatan di sekolah, penyuluhan kesehatan juga
dapat dijadikan salah satu cara untuk mempromosikan kesehatan di sekolah.
4) Tempat kerja
Promosi Kesehatan di tempat kerja diartikan oleh Li dan Cox sebagai kesempatan
pembelajaran terencana yang ditujukan kepada masyarakat di tempat kerja dan
dirancang untuk memfasilitasi pengambilan keputusan dan memelihara kesehatan
yang optimal. Pengimplementasian dari promosi kesehatan ini dapat dilakukan
dengan:
- Pemberian informasi, misalnya dengan membuat media cetak atau
menyelenggarakan pameran kesehatan di tempat kerja.
- Penjajakan risiko kesehatan, pelaksanaannya berupa pemeriksaan kesehatan
secara rutin.
- Pemberian resep, misalnya dengan melakukan pelayanan konseling bagi pekerja
agar mampu berperilaku sehat.
FIK UI Universitas Indonesia
Tahap evaluasi promosi kesehatan dalam hal ini mencakup evaluasi terhadap
segala input untuk mendukung terlaksananya kegiatan promosi kesehatan.
Evaluasi pada komponen input sangat penting karena input itu sendiri
mencakup:
a) Jumlah ketersediaan sumber daya manusia sebagai pelaksana kegiatan promosi
kesehatan
b) Banyaknya waktu yang dibutuhkan untuk mempersiapkan atau melaksanakan
kegiatan
c) Banyaknya materi dan juga uang yang digunakan untuk mendanai kegiatan.
Segala komponen input tersebut dapat diibaratkan sebagai bahan bakar dalam
kegiatan. Oleh karena itu evaluasi pada aspek ini sangat perlu karena baik
buruknya suatu kegiatan promosi kesehatan sangat ditentukan seberapa besar
input yang ada.
b. Evaluasi terhadap proses
Evaluasi terhadap proses penyelenggaraan promosi kesehatan meliputi :
d) Seberapa banyak orang yang memiliki komitmen tinggi untuk melakukan
kegiatan promosi kesehatan
e) Teori dan konsep dalam pemberian promosi kesehatan
f) Dimana kegiatan promosi kesehatan dan dilakukan dan sasarannya
g) Media dalam pemberian promosi kesehatan
Evaluasi terhadap proses akan memberikan manfaat yang besar dalam
promosi kesehatan. Evaluasi ini akan memperlihatkan bagaimana berjalannya
proses promosi kesehatan dari awal hingga akhir. Dari evaluasi ini diharapkan
akan diketahui sejauh mana keberhasilan dan kendala dalam suatu kegiatan
promosi kesehatan.
c. Evaluasi terhadap hasil dari kegiatan
Evaluasi terhhadap hasil dari suatu kegiatan promosi kesehatan lebih
dipusatkan pada pengamatan pada obkjek kegiatan. Dalam hal ini, evaluasi
dilakukan untuk mengetahui seberapa berhasilkah promosi kesehatan terhadap
pengetahuan, tingkah laku, dan sikap klien dalam menjalankan pola hidup sehat.
Evaluasi hasil juga dapat digunakan sebagai sarana untuk mengetahui seberapa
jauh tujuan diadakannnya promosi kesehatan dapat tercapai.
FIK UI Universitas Indonesia
d. Impact evaluation
Evaluasi terhadap dampak kegiatan promosi kesehatan meliputi
melakukan pengkajian terhadap seberapa berhasilkah penyelenggara promosi
kesehatan mempengaruhi klien. Selain itu, dengan evaluasi terhadap dampak
kegiatan promosi kesehatan kita akan mengetahui seberapa besar dampak suatu
kegiatan dilakukan.
Selain itu tindakan evaluasi dapat dilakuak melalui 2 cara yaitu:
1) Evaluasi formatif
a) Hasil observasi dan analisa promotor terhadap respon segera pada saat /
setelah dilakukan tindakan keperawatan atau promosi kesehatan.
b) Ditulis pada catatan perawatan. Contoh : membantu pasien duduk ajarkan
klien pencucian tangan yang benar dan latihan senam hamil.
2) Evaluasi Sumatif
a) Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status kesehatan
sesuai waktu pada tujuan.
b) Ditulis pada catatan perkembangan
Dari evaluasi kegiatan atau tindakan evaluasi yang dilakukan baik
formatif maupun sumatif. Promotor dapat mengindikasikan apakah evaluasi
bersifat posistif (hasil yang diinginkan terpenuhi) atau negatif (hasil yang tiadak
diinginkan menandakan bahwa masalah tidak terpecahkan atau terdapat masalah
potensial yang belum diketahui). Sebagai bentuk kesinambungan promosi
kesehatan maka langkah-langkah promosi kesehatan tidak bisa dilepaskan dari
monitoring dan evaluasi. Suatu monitoring adalah Berikut ini tipe-tipe evaluasi
(Fertman & Allensworth, 2010)
a) Formative evaluation, menekankan pada informasi dan materi-materi selama
program perencanaan dan pengembangan.
b) Process evaluation, berkenaan dengan evaluasi pada informasi sistematis
yang didapat selama implementasinya.
c) Impact evaluation, menekankan pada efek atau isi mengenai tujuan yang
akan dicapai.
d) Outcome evaluation, menekankan apakah program ini dapat emmberikan
hasil sampai sejauh mana perubahan perilaku yang didapatkan.
FIK UI Universitas Indonesia
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam Tahapan Promkes kita perlu mengkaji, mengintervensi,
mengimplementasi serta mengevaluasi untuk individu,untuk memprioritaskan
kebutuhan dan menganalisis masalah kesehatan. Promosi kesehatan merupakan suatu
bentuk kegiatan yang dijalankan yang bertujuan untuk mencegah potensi terjadinya
penyakit, mempertahankan kondisi tetap dalam keadaan baik dan mengatasi berbagai
permasalahan yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan kesehatan individu,
keluarga, kelompok, komunitas termasuk masyarakat. Proses pencapaian tujuan dari
program promosi kesehatan sangat ditentukan oleh berbagai tahapan dalam promosi
kesehatan, terdiri dari pengakjian, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Dimana
setiap tahap memiliki hubungan dan saling keterkaitan yang saling mempengaruhi
hasil dari pencapaian tujuan program promosi kesehatan.
B. Saran
Pencapaian program promosi kesehatan sangat ditentukan oleh kerjasama dari
berbagai fihak yang terkait. Terdiri dari : promotor dalam hal ini tim kesehatan
(perawat, dokter, ahli gizi, pegawai puskesmas dan lainnya), individu, keluarga,
keolmpok, komunitas, masyarakat serta pemerintah. Jadi diperlukannya kesadaran
yang tinggi dari berbagai pihak yang terkait untuk dapat mewujudkan tujuan
ditunjukkan dengan peningkatan kesadaran dan perubahan pola perilaku hidup sehat
(tidak hanya pribadi tapi juga lingkungan).
FIK UI Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Cohen, L., Chavez, V., Chehimi, S. (2010). Prevention is Primary : Strategies for
Community
Well-Being. San Francisco : Jossey-Bass
Fertman, Cl., & Allensworth, DD.(2010). Health Promotion Program. San Francisco, USA
Wiley Imprint.
Potter dan Perry. (2006). Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta:
EGC
Pender, J. Nola, dkk. (2001). Health Promotion In Nursing Practice. Printed In The United
State Of America
FIK UI Universitas Indonesia