Anda di halaman 1dari 18

FIK UI Universitas Indonesia

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. TAHAPAN PROMKES

1. Tahap Pengkajian

Tahapan pertama dalam perencanaan promosi kesehatan adalah pengkajian tentang


apa yang dibutuhkan klien atau komunitas untuk menjadi sehat. Pengkajian
keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi, dan komunikasi
data tentang klien, baik individu maupun komunitas. Fase keperawatan ini mencakup
dua langkah yaitu pengumpulan data, dari sumber primer (klien) dan sumber sekunder
(keluarga, tenaga kesehatan), dan analisa data sebagai dasar untuk diagnosa
keperawatan (Bandman dan Bandman, 1995). Pengkajian bertujuan untuk menetapkan
dasar data tentang kebutuhan, masalah kesehatan, pengalaman yang terkait, praktik
kesehatan, tujuan, nilai dan gaya hidup yang dilakukan klien. Informasi yang
terkandung dalam dasar data adalah dasar untuk menetapkan proses asuhan
keperawatan selanjutnya.

Pengkajian komunitas merupakan suatu proses; merupakan upaya untuk dapat


mengenal masyarakat. Warga masyarakat merupakan mitra dan berkontribusi terhadap
keseluruhan proses. Tujuan keperawatan dalam mengkaji komunitas adalah
mengidentifikasi faktor-faktor (baik positif maupun negatif) yang mempengaruhi
kesehatan warga masyarakat agar dapat mengembangkan startegi promosi kesehatan.
Hancock dan Minkler (1997), mengemukakan bahwa bagi profesional kesehatan yang
peduli tentang membangun masyarakat yang sehat, ada dua alasan dalam melakukan
pengkajian kesehatan komunitas, yaitu sebagai informasi yang dibutuhkan untuk
perubahan dan sebagai pemberdayaan.

Saat melakukan pengkajian promosi kesehatan, perawat perlu menentukan prioritas.


Hirarki Maslow (1970) tentang kebutuhan merupakan metode yang sangat berguna
untuk menetukan prioritas. Hirarki tentang kebutuhan manusia mengatur kebutuhan
dasar dalam lima tingkat. Tingkat pertama atau tingkat paling dasar mencakup
FIK UI Universitas Indonesia

kebutuhan seperti udara, air, dan makanan. Tingkat kedua mencakup kebutuhan
keselamatan dan keamanan. Tingkat ketiga mengandung kebutuhan dicintai dan
memiliki. Tingkat keempat mengandung kebutuhan dihargai dan harga diri. Tingkat
kelima adalah kebutuhan untuk aktualisasi diri.

Lain halnya dengan Bradshaw (1972), Bradshaw secara umun mengunakan suatu
taksonomi yang membedakan kebutuhan kesehatan dan sosial menjadi empat tipe,
yaitu:
a. Normative needs
Ini merupakan kebutuhan yang ditetapkan oleh seorang ahli atau kelompok
profesional. Contohnya perencanaan karir, keuangan, asuransi, dan liburan.
b. Felt needs
Felt needs adalah apa yang sebenarnya kita inginkan. Ini dapat diidentifikasi oleh
masing-masing klien yang dapat dihubungkan dengan pelayanan,dan informasi.
c. Expressed needs
Expressed needs hampir sama dengan felt needs, yang membedakannya adalah
expressed needs dibuat berdasarkan keinginan klien.
d. Comparative needs
Comparative needs kebutuhan yang diperlukan berdasarkan situasi tertentu. Yang
dapat dibandingkan dengan kelompok yang sama atau individual.

Menurut Roberta Hunt (2005) ada beberapa tahap dalam pengkajian, yaitu:
a. Mengidentifikasi prioritas masalah kesehatan yang terdiri dari melakukan konsultasi,
melakukan pengumpulan data, membuat penyajian penemuan dan menentukan
prioritas masalah.
b. Menganalisis masalah kesehatan yang terdiri dari membuat tinjauan pustaka
(literatur review), menggambarkan group yang akan diberikan promosi kesehatan
mengexplor lebih jauh mengenai masalah kesehatan, menganalisis faktor-faktor
eksterna yang mempengaruhi timbulnya masalah kesehatan.

Proses pengkajian dalam promosi kesehatan dapat dilakukan dengan memberikan


beberapa pertanyaan, yaitu tentang:
a. Apa yang ingin saya ketahui?
b. Mengapa saya ingin mengetahui hal ini?
FIK UI Universitas Indonesia

c. Bagaimana saya bisa menemukan informasi ini?


d. Apa yang akan saya lakukan dengan informasi ini?
e. Apa kesempatan saya di sini untuk melakukan tindakan dengan informasi ini?

Menurut Nola J. Pander, PHD, RN, FAAN dalam buku Health Promotion In Nursing
practice, pengkaajian kesehatan dalam tahap promosi kesehatan meliputi pengkajian
individu, keluarga dan masyarakat
a. Pengkajian individu
Pengkajian pada individu merupakan pengkajian yang menyeluruh. Penilaian yang
meliputi tentang pengukuran kesehatan, keyakinan kesehatan dan perilaku sehat.
Komponen penilaian kesehatan berfokus pada pola fungsi kesehatan, evaluasi
kebugaran fisik, penilaian pada nutrisi, penilaian hidup terhadap stres, penilaian
kesehatan spiritual, penilaian terhadap dukungan sosial, keeyakinan pada
kesehatannya, penilaian gaya hidup
b. Pengkajian keluarga
Pengkajian keluarga merupakan pengkajian pada individu. Hal ini sangat penting
untuk merencanakan perubahan perilaku kesehatan. Keluarga merupakan unit yang
dalam menilai dan mengintervensi pada promosi kesehatan karena keluarga juga
mempunyai tanggung jawab utama untuk pengembangan diri, peduli dan merawat
anggota keluarga, menyediakan sumber daya sosial dan fisik, mempromosikan
kesehatan pada individu dan tetap menjaga kesatuan keluarga
c. Pengkajian masyarakat
Pengkajian masyarakat merupakan suatu proses analisa dan menentukan kebutuhan,
peluang dan sumber daya yang terlibat dalam menilai aksi program kesehatan
masyarakat. Salah satu pendekatan masyarakat adalah mengumpulkan informasi
tentang subsistem komunitas dan hubungan mereka yang meliputi nilai-nilai,
kebudayaan, politik, pendidikan, rekreasi, transportasi, agama, komunikasi dan
media, kesejahteraan, ekonomi, usaha dan tenaga kerja, kehidupan sosial serta
keselamatan dan perlindungan.

2. Tahap Intervensi
Perencanaan promosi kesehatan adalah suatu proses diagnosis penyebab
masalah, penetapan prioritas, dan alokasi sumber daya yang ada untuk mencapai
tujuan. (Maulana, H. D. J. 2007). Penting dalam perencanaan menetapkan dimensi
FIK UI Universitas Indonesia

kebutuhan dan prioritas kebutuhan promosi kesehatan. Output fase ini adalah rumusan
rencana, dan hal terpenting adalah rumusan tujuan (yaitu, rumusan peningkatan
perilaku yang diinginkan setelah menkaji fakta perilaku, faktor-faktor internal dan
eksternal), dan rumusan kegiatan untuk melakukan intervensi terhadap faktor
penyebab, yang diinterventarisasi dan disusun dalam kegiatan yang berurutan.

Model PRECEDE-PROCEED (Green dan Kreuter, 1991)


Merupakan model yang paling cocok diterapkan dalam perencanaan dan
evaluasi promosi kesehatan, yang dikenal dengan model PRECEDE (Predisposing,
Reinforcing and Enabling Causes in Educational Diagnosis and Evaluation).
PRECEDE merupakan kerangka untuk membantu perencana mengenal masalah,
mulai dari kebutuhan pendidikan sampai pengembangan program. Pada tahun 1991
menjadi PRECED-PROCEED. PROCEED merupakan singkatan dari Policy,
Regulatory, and Organizational Contructs in Educational and Environmental
Development. Dalam aplikasinya, PRECED-PROCEED dilakukan bersama-sama
dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. PRECEDE digunakan pada
fase diagnosis masalah, penetapan prioritas dan tujuan program, sedangkan
PROCEED digunakan untuk menetapkan sasaran dan kriteria kebijakan, pelaksanaan,
dan evaluasi.
Maulana (2007) mengatakan intervensi dalam model PROCED-PROCEED
terdapat dalam Fase 5 (Diagnosis administrasi dan kebijakan) dimana pada fase ini
dilakukan analisis kebijakan, sumber daya, dan peraturan yang berlaku yang dapat
memfasilitasi atau menghambat pengembangan program promosi kesehatan. Untuk
diagnosis administratif, dilakukan tiga penilaian, yaitu sumber daya yang dibutuhkan
utnuk melaksanakan program, sumber daya yang terdapat di organisasi dan
masyarakat, serta hambatan pelaksanaan program. Untuk diagnosis kebijakan,
dilakukan identifikasi dukungan dan hambatan politis, peraturan dan organisasional
yang memfasilitasi program serta pengembangan lingkungan yang dapat mendukung
kegiatan masyarakat yang kondusif bagi kesehatan.
FIK UI Universitas Indonesia

Pada fase ini, kita melangkah dari perencanaan dengan PRECEDE ke


implementasi dan evaluasi degnan PROCEED. PRECEDE digunakan untuk
meyakinkan bahwa program akan sesuai dengan kebutuhan dan keadaan individu atau
masyarakat sasaran. Sebaliknya, PROCEED untuk meyakinkan bahwa program akan
tersedia, dapat dijangkau, dapata diterima dan dapat dipertanggungjawabkan. Oleh
karena itu penilaian sumber daya dibutuhkan untuk meyakinkan keberadaan program,
perubahan organisasional untuk meyakinkan program dapat dijangkau, perubahan
politis dan peraturan untuk meyakinkan program dapat diterima oelh masyarakat, dan
evaluasi utnuk meyakinkan program dapat dipertanggungjawabkan kepada penentu
kebijakan, administrator, konsumen atau klien, dna stakeholder terkait. Hal ini
dilakukan untuk menilai kesesuaian program dengan standar yang telah ditetapkan.
Sedangkan menurut Fertman (2010), intervensi dalam model PRECEDE-
PROCEED dalam Fase 4 : Administrasi dan penilaian kebijakan serta keselarasan
intervensi. Fokus utama dari penilaian administrasi dan kebijakan dan keselarasan
intervensi dalam fase keempat adalah cek realitas, untuk memastikan bahwa pada
pengaturan (Sekolah, klien untuk membuka posisi bekerja, kesehatan organisasi
FIK UI Universitas Indonesia

perawatan, atau Komunitas) semua dana, dukungan yang diperlukan, personel,


fasilitas, kebijakan, dan sumber daya lain yang hadir untuk mengembangkan dan
mengimplementasikan program. Pada contoh kerja sebelumnya, situs kebijakan dan
prosedur akan ditinjau, direvisi, bolak-balik antara langkah yang diperlukan
(Bartolomeus, Parcel, Kok, & Gottlieb, 2006).
Sebelum merencanakan intervesi, pengkajian kebutuhan dari target populasi
harus dilakukan (langkah pertama dari pemetaan proses intervensi) yaitu penilaian
terhadap masalah kesehatan, kualitas hidup, dan masalah perilaku dan lingkungan dari
suatu populasi tertentu. Sehingga hasil program yang diinginkan ditetapkan. Langkah
kedua melibatkan menyatakan siapa dan apa yang akan berubah pada setiap tingkat
ekologi sebagai hasil dari intervensi. Langkah ini juga melibatkan tujuan kinerja
untuk setiap tingkat ekologi dengan determinan pribadi dan eksternal dalam matriks
untuk membantu menulis tujuan perubahan.
Cohen, L., Chavez, V., Chehimi, S. (2010) menjelaskan dalam model ini
intervensi juga terdapat dalam fase 4 dimana fase 4 terbagi menjadi dua yaitu fase 4A
dan 4B :
Fase 4A : Intervention Alignment Menilai dan mendokumentasikan sumber
Program Kesehatan: daya administrasi, peraturan, dan kebijakan
 Educational yang dapat memengaruhi faktor pendidikan
 Strategies dan lingkungan serta mengimplementasikan

 Policy bentuk program.

 Regulation
 Organization
Fase 4B
Administrative and Policy Assessment

Di fase 4, perencana memilih dan meluruskan komponen program dengan deteriman


yang menjadi prioritas yaitu perubahan yang sebelumnya teridentifikasi. Hal ini lah
yang menjadi tujuan untuk mengindentifikasi sumber, mengorganisasi hambatan dan
fasilitator, dan kebijakan yang dibutuhkan dalam menjalankan program di implementasi
dan sustainability. (Glanz, K. 2010)
FIK UI Universitas Indonesia

Saat membuat program perencanaan, sangat penting untuk melihat kedua level
antara determinan pengkajian dan intervensi yang dipilih (Green and Kreuter, 2005).
Pertama, level terbesar adalah pengorganisasian dan sistem lingkungan yang
mempengaruhi hasil yang diharapkan harus dipertimbangkan. Disinilah intervensi
yang mempengaruhi enabling faktor untuk perubahan lingkungan, dimana dukungan
mempengaruhi perilaku hidup sehat. Kedua, adalah level mikro, fokus terhadap
individu, pasangan, keluarga, dan lain-lain yang dapat memengaruhi perilaku hidup
sehat secara lebih langsung. Intervensi pada level mikro dikhususkan langsung pada
perubahan predisposisi, reinforcing, dan enabling faktor.
Green dan Kreuter (2005) telah tertarik pada literatur tentang pengembangan
program untuk menawarkan rekomendasi untuk "pencocokan intervensi, pemetaan,
penyatuan dan patching" pada tahap perencanaan (Simons-Morton, Greene dan
Gottlieb, 1995; D'Onofrio, 2001). Secara khusus, membangun program yang
komprehensif membutuhkan (1) matching dengan tingkat ekologi untuk komponen
program yang luas, (2) mapping intervensi spesifik berdasarkan teori dan penelitian
sebelumnya dan praktek untuk faktor predisposisi, enabling dan reinforcing yang
spesifik, dan (3) pooling prior komunitas memilih intervensi yang disukai yang
mungkin memiliki bukti yang kurang untuk mendukung mereka, dan jika diperlukan,
(4) patching intervensi untuk mengisi kesenjangan dalam bukti.
Teori dan fase 4. Pemetaan intervensi untuk predisposisi, memperkuat, dan
memungkinkan faktor dipengaruhi oleh pertimbangan teoritis serupa dengan yang
dijelaskan dalam fase 3, berfokus terutama pada tingkat masyarakat teori. Teori
perubahan organisasi membahas proses dan strategi untuk menciptakan dan
mempertahankan perubahan dalam kebijakan kesehatan dan prosedur yang
mempengaruhi keberhasilan program promosi kesehatan.
3. Tahap Implementasi
Implementasi merupakan salah satu komponen dalam proses keperawatan
yaitu kategori prilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai
tujuan dan hasil yang diperkirakan dari pelaksanaan asuhan keperawatan ( Potter &
Perry, 2005 ). Tujuan implementasi adalah melaksanakan pendidikan kesehatan
sesuai dengan rencana yang ditetapkan. Implementasi mengikuti komponen
perencanaan dari proses keperawatan, implementasi menuangkan rencana asuhan
keperawatan kedalam tindakan. Implementasi atau pelaksanaan Promosi Kesehatan
FIK UI Universitas Indonesia

dari aspek praktis, tidak terlepas dari 6W dan 1H, yakni ( Pusat Promosi Kesehatan
Depkes RI, 2008 ) :
a. Why, mengapa promosi kesehatan perlu dilakukan (perlunya
promosi kesehatan)
b. Who, siapa yang melaksanakan promosi kesehatan, (pelaksana
promosi kesehatan)
c.  Whom, kepada siapa promosi kesehatan dilakukan atau
dilaksanakan (sasaran promosi kesehatan)
d. What, apa saja yang akan diberikan kepada masyarakat (materi
promosi kesehatan)
e. When, kapan promosi kesehatan dilaksanakan (waktu pelaksanaan
promosi kesehatan)
f. Where, dimana promosi kesehatan dilakukan (tempat atau tatanan
promosi kesehatan dilakukan);
g. How, bagaimana cara melakukan promosi kesehatan (metode
dan teknik promosi kesehatan).
Pelaksanaan Promkes meliputi:
a. Perlunya Promosi Kesehatan :
Promosi Kesehatan diperlukan untuk mengurangi atau menghilangkan faktor
resiko masalah kesehatan atau penyakit, Promosi Kesehatan juga diperlukan oleh
berbagai tingkat pelayanan. Promosi Kesehatan diperlukan pada tingkat preventif,
promotif, kuratif dan rehabilitatif.
b. Pelaksana Promosi Kesehatan
Semua petugas kesehatan, utamanya yang berada di garis depan (front line)
pelayanan kesehatan pada dasarnya adalah sebagai pelaksana Promosi Kesehatan.
Petugas kesehatan baik sebagai pegawai negeri, pegawai pemerintah daerah, pegawai
BUMN maupun swasta yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan, Rumah Sakit,
Puskesmas atau Balkesmas, Poliklinik, atau praktek swasta adalah juga sekaligus
merupakan petugas Promosi Kesehatan atau Promotor/Pendidik Kesehatan. Dokter,
dokter gigi, perawat, bidan, petugas di ruang obat atau apotek dan sebagainya, dalam
tugasnya melayani pasien sehari-hari berkewajiban untuk menyampaikan informasi -
informasi kepada pasien atau yang dilayani (klien) terkait dengan penyakit atau
masalah kesehatan yang dialami oleh klien tersebut.
FIK UI Universitas Indonesia

Di samping itu, semua petugas kesehatan dimanapun berada dalam


masyarakat, termasuk yang tidak bertugas di garis depan pelayanan, sebenarnya juga
berfungsi sebagai Promotor Kesehatan. Perilaku petugas kesehatan di lingkungan
tempat tinggal ataupun di masyarakat secara umum, sesuai dengan nilai-nilai
kesehatan (rapi, bersih, tidak merokok, membuang sampah di tempat yang benar,
tidak minum minuman keras, tidak menggunakan narkoba, dan sebagainya) adalah
bentuk promosi kesehatan bagi masyarakat lingkungannya.
c. Sasaran Promosi Kesehatan
Dalam pelaksanaan promosi kesehatan, biasanya sasaran promosi kesehatan ini
dikelompokkan menjadi 3, yakni sasaran primer, sekunder dan tertier.
1) Sasaran Primer
Sasaran primer adalah kelompok masyarakat yang akan diubah perilakunya.
sasaran primer ini dikelompokkan menjadi kelompok kepala keluarga, ibu hamil,
ibu menyusui, ibu anak balita, anak sekolah, remaja, pekerja di tempat kerja,
masyarakat di tempat-tempat umum, dan sebagainya.
2) Sasaran Sekunder
Tokoh masyarakat setempat (formal, maupun informal) dapat digunakan sebagai
jembatan untuk mengefektifkan pelaksanaan promosi kesehatan terhadap
masyarakat (sasaran primer). Tokoh masyarakat merupakan tokoh panutan bagi
masyarakatnya. Perilakunya selalu menjadi acuan bagi masyarakat di sekitarnya.
Oleh sebab itu, tokoh masyarakat dapat dijadikan sasaran sekunder dengan cara
memberikan kemampuan untuk menyampaikan pesan-pesan bagi masyarakat, di
samping mereka sendiri dapat menjadi contoh perilaku sehat bagi masyarakat di
sekelilingnya.
3) Sasaran Tertier
Seperti telah disebutkan di atas bahwa masyarakat memerlukan faktor pemungkin
(enabling) untuk berperilaku sehat, yakni sarana dan prasarana untuk terwujudnya
perilaku tersebut. Namun, untuk pengadaan sarana dan prasarana untuk berperilaku
sehat ini seringkali masyarakat sendiri tidak mampu. Untuk itu perlu dukungan dari
penentu atau pembuat keputusan di tingkat lokal, utamanya, misalnya lurah, camat,
bupati atau pejabat pemerintah setempat. Misalnya di daerah yang sangat
kekurangan air bersih, padahal masyarakatnya tidak mampu mengadakan sarana air
bersih tersebut. Caranya misalnya, bupati atau camat dapat menganggarkan melalui
APBD untuk pembangunan sarana air bersih tersebut.
FIK UI Universitas Indonesia

d. Materi Promosi Kesehatan


Bahan-bahan/materi atau informasi-informasi yang disampaikan kepada
masyarakat atau sasaran melalui kegiatan promosi kesehatan adalah semua informasi
yang dapat menstimulasi perilaku hidup sehat, antara lain :
1) Penyakit-penyakit menular yang mencakup tanda-tanda penyakit, penyebabnya,
cara penularan, cara pencegahan, pertolongan pertama kasus, dsb.
2) Penyakit-penyakit tidak menular yang mencakup tanda-tanda penyakit,
penyebab
penyakit, cara pencegahannya, cara mencegah komplikasi, dan sebagainya.
3) Imunisasi
4) Gizi makanan
5) Kebersihan diri sendiri (personal hygiene)
6) Kesehatan lingkungan
7) Hal-hal yang terkait dengan masalah kesehatan pada kelompok masyarakat
tertentu,
seperti ibu hamil, ibu menyusui, anak balita, remaja, dan sebagainya.
e. Waktu Pelaksanaan Promosi Kesehatan
Waktu pelaksanaan Promosi Kesehatan sangat tergantung dari kondisi dan
situasi pada masyarakat sasaran. Disamping itu juga tergantung pada proses
pelayanan yang dilakukan oleh petugas kesehatan. Prinsipnya pelaksanaan promosi
kesehatan disesuaikan dengan ketersediaan waktu sasaran pelayanan, dan kebutuhan
pelayanan bagi masyarakat sasaran.
f. Tempat atau Tatanan Promosi Kesehatan
Tempat atau tatanan dimana promosi kesehatan dilaksanakan juga sangat
bergantung pada sasaran, apakah masyarakat umum atau sasaran kelompok-kelompok
khusus. Namun secara garis besarnya, tatanan atau tempat promosi kesehatan dapat
dikelompokkan menjadi sebagai berikut:
1) Rumah tangga. Pelaksanaan promosi kesehatan di dalam rumah tangga adalah
yang paling utama.
2) Tatanan institusi pelayanan kesehatan, misalnya: Puskesmas, Rumah Sakit
Poliklinik (Balai Pengobatan), Rumah Bersalin, dan sebagainya. Pelaksanaan
promosi kesehatan di rumah sakit dilakukan dalam rangka membantu orang sakit
atau pasien dan keluarganya agar mereka dapat mengatasi masalah kesehatannya,
khususnya mempercepat kesembuhan dari penyakitnya. Promosi kesehatan di
FIK UI Universitas Indonesia

rumah sakit sebaiknya harus menciptakan kesan rumah sakit tersebut menjadi
tempat yang menyenagkan, tempat untuk beramah tamah, dan sebagainya. Oleh
karena itu, pelaksanaan promkes yang dapat dilakukan seperti Pemberian contoh
dan penggunaan media. Media promosi atau penyuluhan kesehatan di rumah sakit
merupakan alat bantu dalam menyampaikan pesan-pesan kesehatan pada para
pasien dan pengunjung rumah sakit lainnya.
3) Sekolah
Promosi kesehatan di sekolah pada prinsipnya adalah menciptakan sekolah
sebagai komunitas yang mampu meningkatkan kesehatannya (Health Promoting
School). Oleh karena itu, pelaksanaan promosi kesehatan di sekolah mencakup 3
kegiatan pokok, yaitu:
- Menciptakan lingkungan yang sehat (Healthful School Living), dalam hal ini
tidak
hanya lingkungan fisik yang bersih, akan tetapi juga lingkungan sosialnya juga
harus harmonis dan kondusif, sehingga perilaku sehat dapat tumbuh dengan
baik.
- Pendidikan kesehatan (Health Education), dilakukan untuk menanamkan
kebiasaan
hidup sehat agar dapat bertanggung jawab terhadap kesehatan diri sendiri dan
lingkungannya serta ikut aktif dalam usaha-usaha kesehatan.
- Pemeliharaan dan pelayanan kesehatan di sekolah, penyuluhan kesehatan juga
dapat dijadikan salah satu cara untuk mempromosikan kesehatan di sekolah.
4) Tempat kerja
Promosi Kesehatan di tempat kerja diartikan oleh Li dan Cox sebagai kesempatan
pembelajaran terencana yang ditujukan kepada masyarakat di tempat kerja dan
dirancang untuk memfasilitasi pengambilan keputusan dan memelihara kesehatan
yang optimal. Pengimplementasian dari promosi kesehatan ini dapat dilakukan
dengan:
- Pemberian informasi, misalnya dengan membuat media cetak atau
menyelenggarakan pameran kesehatan di tempat kerja.
- Penjajakan risiko kesehatan, pelaksanaannya berupa pemeriksaan kesehatan
secara rutin.
- Pemberian resep, misalnya dengan melakukan pelayanan konseling bagi pekerja
agar mampu berperilaku sehat.
FIK UI Universitas Indonesia

- Membuat system dan lingkungan yang mendukung. 


5) Pelaksanaan Promosi Kesehatan di masyarakat adalah sebagai berikut:
- Persiapan Pelaksanaan, dalam tahapan ini pelaksana menyusun jadwal ulang
apabila dalam melaksanakan kegiatan tidak sesuai lagi dengan kondisi terkini,
menyusun organisasi pelaksanaan promosi kesehatan, berdasar atas rencana yang
telah disusun, mendapatkan media komunikasi yang diproduksi oleh Dinas
Kesehatan (apabila ada).
- Fasilitasi, petugas promkes melaksanakan pelatihan kepada LKM (seksi
kesehatan) melalui pelatihan sambil bekerja (on the job training), agar mampu
melaksanakan kegiatan promosi kesehatan, kemudian melakukan pemantauan
terhadap perkembangan hasil.
- Implementasi Kegiatan, merupakan tahap pelaksanaan kegiatan pelatihan yang
berkaitan dengan promosi kesehatan. 
e. Metode dan Teknik Promosi Kesehatan
Metode dan teknik promosi kesehatan adalah cara dan dengan alat bantu atau
teknologi mana promosi kesehatan akan dilaksanakan untuk menjangkau sasaran
tersebut.Penggunaan metode dan alat bantu dalam pelaksanaan promosi kesehatan
biasanya tergantung pada besar kecilnya kelompok sasaran, pada umumnya dibedakan
menjadi :
1) Sasaran individual, biasanya menggunakan metode konseling dengan
menggunakan
alat bantu yang diperlukan, misalnya lembar balik.
2) Sasaran kelompok (kelompok kecil dan kelompok besar), pada umumnya
menggunakan metode ceramah, dibantu dengan slide, video atau film. Sedangkan
khusus untuk kelompok kecil, disamping metode ceramah, juga dapat
menggunakan metode diskusi kelompok, dan brainstorming (curah pendapat)
dengan menggunakan alat bantu: slide, video, lembar balik, dan sebagainya.
3) Sasaran kelompok khalayak ramai (massa), biasanya tidak menggunakan metode
langsung, tetapi dengan menggunakan metode tidak langsung, misalnya melalui
bincang-bincang (talk show) atau diskusi panel di televisi atau radio, penyebaran
leaflet atau flyer, poster, spanduk, umbul-umbul, dan sebagainya.
Metode ini dipilih berdasarkan tujuan, kemampuan perawat sebagai tenaga pengajar,
kemampuan individu atau keluarga atau kelompok atau masyarakat, besarnya
FIK UI Universitas Indonesia

kelompok, waktu pelaksanaan, pendidikan kesehatan, serta ketersediaan fasilitas


pendukung.
4. Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi memiliki dua elemen dasar yaitu mengidentifikasi dan
mengkaji peringkat kriteria (nilai-nilai dan tujuan) dan mengumpulkan jenis informasi
yang akan memungkinkan untuk menilai sejauh mana kriteria hasil tercapai. Tahap
evaluasi pada promosi kesehatan pada dasarnya memiliki kesamaan dengan tahap
evaluasi pada proses keperawatan secara umum. Didalam tahapan evaluasi hal
penting yang harus diperhatikan adalah standar ukuran yang digunakan untuk
dijadikan suatu pedoman evaluasi. Standar ini diperoleh dari tujuan dan hasil yang
diharapkan diadakannya suatu kegiatan tersebut. Kedua standar ini selalu dirumuskan
ketika kegiatan ataupun tindakan keperawatan belum diberikan. Selain itu, dalam
tahapan evaluasi juga dilakukan pengkajian lagi yang lebih dipusatkan pada
pengkajian objektif dan subjektif klien atau objek kegiatan setelah dilakukan tindakan
promosi kesehatan. Tujuan evaluasi diantarnya adalah sebagai berikut:
Tujuan umum :
a. Menjamin asuhan keperawatan secara optimal
b. Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.
Tujuan khusus :
a. Mengakhiri rencana tindakan program promosi kesehatan
b. Menyatakan apakah tujuan program promosi kesehatan telah tercapai atau
belum.
c. Meneruskan rencana tindakan keperawatan terkait program promosi
d. Memodifikasi rencana tindakan promosi
e. Dapat menentukan penyebab apabila tujuan promosi kesehatan belum tercapai.
Standar evaluasi pada promosi kesehatan yang mencakup tujuan serta hasil
yang diharapakan selalu dibuat berdasarkan latar belakang kegiatan. Tujuan dari
kegiatan promosi kesehatan selalu ditetapkan berdasarkan apa yang hendak dicapai
dengan kegiatan promosi kesehatan. Hal ini menjadi penting karena segala tujuan dari
kegiatan promosi kesehatan memiliki aspek yang sangat penting dari suatu kegiatan
promosi kesehatan.
Tahapan evaluasi dalam kegiatan promosi kesehatan dapat dilakukan dalam berbagai
tinjauan. Hal ini meliputi;
a. Evaluasi terhadap input
FIK UI Universitas Indonesia

Tahap evaluasi promosi kesehatan dalam hal ini mencakup evaluasi terhadap
segala input untuk mendukung terlaksananya kegiatan promosi kesehatan.
Evaluasi pada komponen input sangat penting karena input itu sendiri
mencakup:
a) Jumlah ketersediaan sumber daya manusia sebagai pelaksana kegiatan promosi
kesehatan
b) Banyaknya waktu yang dibutuhkan untuk mempersiapkan atau melaksanakan
kegiatan
c) Banyaknya materi dan juga uang yang digunakan untuk mendanai kegiatan.
Segala komponen input tersebut dapat diibaratkan sebagai bahan bakar dalam
kegiatan. Oleh karena itu evaluasi pada aspek ini sangat perlu karena baik
buruknya suatu kegiatan promosi kesehatan sangat ditentukan seberapa besar
input yang ada.
b. Evaluasi terhadap proses
Evaluasi terhadap proses penyelenggaraan promosi kesehatan meliputi :
d) Seberapa banyak orang yang memiliki komitmen tinggi untuk melakukan
kegiatan promosi kesehatan
e) Teori dan konsep dalam pemberian promosi kesehatan
f) Dimana kegiatan promosi kesehatan dan dilakukan dan sasarannya
g) Media dalam pemberian promosi kesehatan
Evaluasi terhadap proses akan memberikan manfaat yang besar dalam
promosi kesehatan. Evaluasi ini akan memperlihatkan bagaimana berjalannya
proses promosi kesehatan dari awal hingga akhir. Dari evaluasi ini diharapkan
akan diketahui sejauh mana keberhasilan dan kendala dalam suatu kegiatan
promosi kesehatan.
c. Evaluasi terhadap hasil dari kegiatan
Evaluasi terhhadap hasil dari suatu kegiatan promosi kesehatan lebih
dipusatkan pada pengamatan pada obkjek kegiatan. Dalam hal ini, evaluasi
dilakukan untuk mengetahui seberapa berhasilkah promosi kesehatan terhadap
pengetahuan, tingkah laku, dan sikap klien dalam menjalankan pola hidup sehat.
Evaluasi hasil juga dapat digunakan sebagai sarana untuk mengetahui seberapa
jauh tujuan diadakannnya promosi kesehatan dapat tercapai.
FIK UI Universitas Indonesia

d. Impact evaluation
Evaluasi terhadap dampak kegiatan promosi kesehatan meliputi
melakukan pengkajian terhadap seberapa berhasilkah penyelenggara promosi
kesehatan mempengaruhi klien. Selain itu, dengan evaluasi terhadap dampak
kegiatan promosi kesehatan kita akan mengetahui seberapa besar dampak suatu
kegiatan dilakukan.
Selain itu tindakan evaluasi dapat dilakuak melalui 2 cara yaitu:
1) Evaluasi formatif
a) Hasil observasi dan analisa promotor terhadap respon segera pada saat /
setelah dilakukan tindakan keperawatan atau promosi kesehatan.
b) Ditulis pada catatan perawatan. Contoh : membantu pasien duduk ajarkan
klien pencucian tangan yang benar dan latihan senam hamil.
2) Evaluasi Sumatif
a) Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status kesehatan
sesuai waktu pada tujuan.
b) Ditulis pada catatan perkembangan
Dari evaluasi kegiatan atau tindakan evaluasi yang dilakukan baik
formatif maupun sumatif. Promotor dapat mengindikasikan apakah evaluasi
bersifat posistif (hasil yang diinginkan terpenuhi) atau negatif (hasil yang tiadak
diinginkan menandakan bahwa masalah tidak terpecahkan atau terdapat masalah
potensial yang belum diketahui). Sebagai bentuk kesinambungan promosi
kesehatan maka langkah-langkah promosi kesehatan tidak bisa dilepaskan dari
monitoring dan evaluasi. Suatu monitoring adalah Berikut ini tipe-tipe evaluasi
(Fertman & Allensworth, 2010)
a) Formative evaluation, menekankan pada informasi dan materi-materi selama
program perencanaan dan pengembangan.
b) Process evaluation, berkenaan dengan evaluasi pada informasi sistematis
yang didapat selama implementasinya.
c) Impact evaluation, menekankan pada efek atau isi mengenai tujuan yang
akan dicapai.
d) Outcome evaluation, menekankan apakah program ini dapat emmberikan
hasil sampai sejauh mana perubahan perilaku yang didapatkan.
FIK UI Universitas Indonesia

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam Tahapan Promkes kita perlu mengkaji, mengintervensi,
mengimplementasi serta mengevaluasi untuk individu,untuk memprioritaskan
kebutuhan dan menganalisis masalah kesehatan. Promosi kesehatan merupakan suatu
bentuk kegiatan yang dijalankan yang bertujuan untuk mencegah potensi terjadinya
penyakit, mempertahankan kondisi tetap dalam keadaan baik dan mengatasi berbagai
permasalahan yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan kesehatan individu,
keluarga, kelompok, komunitas termasuk masyarakat. Proses pencapaian tujuan dari
program promosi kesehatan sangat ditentukan oleh berbagai tahapan dalam promosi
kesehatan, terdiri dari pengakjian, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Dimana
setiap tahap memiliki hubungan dan saling keterkaitan yang saling mempengaruhi
hasil dari pencapaian tujuan program promosi kesehatan.
B. Saran
Pencapaian program promosi kesehatan sangat ditentukan oleh kerjasama dari
berbagai fihak yang terkait. Terdiri dari : promotor dalam hal ini tim kesehatan
(perawat, dokter, ahli gizi, pegawai puskesmas dan lainnya), individu, keluarga,
keolmpok, komunitas, masyarakat serta pemerintah. Jadi diperlukannya kesadaran
yang tinggi dari berbagai pihak yang terkait untuk dapat mewujudkan tujuan
ditunjukkan dengan peningkatan kesadaran dan perubahan pola perilaku hidup sehat
(tidak hanya pribadi tapi juga lingkungan).
FIK UI Universitas Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Cohen, L., Chavez, V., Chehimi, S. (2010). Prevention is Primary : Strategies for
Community
Well-Being. San Francisco : Jossey-Bass

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. ( 2008 ). Pedoman Promosi Kesehatan Bagi


Perawat Kesehatan Masyarakat. Jakarta: DepKes RI.
Edelman, mandle. (2006). Health Promotion: Throughout The Life Span 6th ed. Mosby Inc:
United State Of America
Fertman. (2010). Health Promotion Program. San Francisco, CA : Jossey-Bass

Fertman, Cl., & Allensworth, DD.(2010). Health Promotion Program. San Francisco, USA
Wiley Imprint.

Mulana, H. D. J. (2007). Promosi Kesehatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran : EGC.

Maulana, Heri D., J.( 2009 ).Promosi Kesehatan. Jakarta; EGC.


Notoatmodjo, Soekidjo.( 2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo dkk.(2005) Promosi Kesehatan - Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka
Cipta.

Potter dan Perry. (2006). Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta:
EGC

Pender, J. Nola, dkk. (2001). Health Promotion In Nursing Practice. Printed In The United
State Of America
FIK UI Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai