Anda di halaman 1dari 49

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG


Jl. Brigjend Pol. Imam Bachri No 100

SPESIFIKASI TEKNIS
(RKS)

N AMA P E KER JAAN :


PERENCANAAN REHABILITASI SALURAN DRAINASE
JALAN SUMBER JIPUT GANG 1

TAHUN ANGGARAN 202 1


I. SPESIFIKASI TEKNIS

Nama Pekerjaan : Perencanaan Rehabilitasi Saluran Drainase Jalan Sumber


Jiput Gang 1
Lokasi : Kecamatan Pesantren Kota Kediri

No. Pekerjaan Spesifikasi Material Keterangan

Pekerjaan Umum
1
Semen / Portland Dynamix, Gresik, Tiga
Cement ( PC ) Roda
Semen
MU, Prime Mortar,
Semen Instan (Mortar)
Bostik

Pasir Pasir Pasangan Lumajang

Batu Kali Batu Kali Belah Lokal

Bekisting Multiplek 12 mm
Rangka kayu meranti

2 Pekerjaan Beton Struktur

Merak Jaya, SCG


Mutu Beton
Jayamix. Trijaya. Intidi
Beton Readymix Fc’ 20 Mpa / K-250 cor
Beton Jatim, Calvary
Setempat
Abadi

Krakatau Steel, Hanil


Besi beton yang Jaya Steel, Master Steel,
Besi beton
berstandart SNI Bhirawa, Jatim. Lokal
Bersertifikat

3 Kelengkapan K3
Helm
SNI ISO 3878:2012
Keselamatan/
SNI 3873:2012
Safety Helmet
SNI-06-0652-2015
Sarung Tangan/
SNI-06-0652-2005
Hand
SNI-06-1301-1989
Protection
SNI-08-6113-1999
Rompi
Keselamatan/
ANSI/ISEA 107-2010
Safety Vest
Sepatu
Pengaman/ Safety
SNI 7037:2009
Shoes
II. PERSYARATAN KUALIFIKASI

1. Peserta harus memiliki Surat Ijin Usaha Jasa Konstruksi (SIUJK) atau Nomor Induk Berusaha
(NIB) dan Sertifikat Badan Usaha (SBUJK) Kualifikasi Usaha Kecil klasifikasi bangunan sipil
sub-klasifikasi jasa pelaksana konstruksi saluran air, pelabuhan, dam, dan prasarana Sumber Daya
Air lainnya kode SI 001.
2. Memiliki personil dengan Kualifikasi sesuai/ sama seperti yang dipersyaratkan.
3. Mempunyai SKP (Sisa Kemampuan Paket).

III. PERSONIL MANAJERIAL

SERTIFIKAT
NO JABATAN PENGALAMAN JUMLAH
KEAHLIAN/KETERAMPILAN
SUB BIDANG KATEGORI (TAHUN)
PELAKSANA
1 LAPANGAN - TS 028/TS 045 0 1
PEKERJAAN JALAN
TS 062
2 MANDOR - SKT Pasangan Beton 0 1
Precast
SERTIFIKAT K3
3 PETUGAS K3 - Bidang Konstruksi/ 0 1
SKA K3 Konstruksi

Persyaratan Personil:

1. Curiculum Vitae/ Daftar Riwayat Hidup dan Sertifikat Keahlian/ Keterampilan.


2. Personil memiliki pengalaman kerja melaksanakan pekerjaan Pembangunan Jalan Umum dan
hanya satu orang per jabatan.
3. Memiliki kemampuan menyediakan fasilitas/ peralatan/ perlengkapan melaksanakan pekerjaan
sesuai yang dipersyaratan adalah:

IV. PERALATAN

No. Jenis Kapasitas Jumlah Kepemilikan/Status


Milik Sendiri/Sewa/Sewa Beli
1 Dump Truck 3 – 4 M3 1 Unit
- Umur Max alat 20th
2 Jack hammer 1 Unit Milik Sendiri/Sewa/Sewa Beli
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

I. PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Pengukuran di Lapangan untuk Mutual Check (MC)
a) Pengukuran lapangan harus dilakukan sebelum memulai pelaksanaan
pekerjaan, selama pelaksanaan pekerjaan dan setelah pekerjaan selesai;
b) Pedoman utama pekerjaan pengukuran di lapangan adalah patok
beton yang merupakan titik tetap (Bench Mark) yang akan ditentukan
oleh Direksi pekerjaan;
c) Jumlah patok beton yang akan dipasang minimal di tambahan 2 (dua)
buah patok beton, yang akan dijadikan sebagai titik bantu utama,
diletakkan diujung awal dan ujung akhir dari lokasi rencana konstruksi
dan tidak boleh terusik atau rusak atau berubah posisinya secara
langsung maupun tidak langsung selama pelaksanaan pekerjaan dan
untuk lahan pekerjaan yang cukup panjang perlu ditambah patok
bantu sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan;
d) Patok bantu yang merupakan titik bantu utama, posisi elevasi dan
koordinatnya harus diikat secara sempurna dengan patok beton titik
utama. Patok bantu sebagai titik bantu utama, harus mempunyai ukuran
lebar (10 x 10) cm panjang 100 cm serta harus tertanam sedalam 50 cm
dengan posisi tegak dan cukup kokoh tidak mudah berubah bentuk dan
posisinya;
e) Semua data, gambar sketsa pengukuran dan perhitungan hasil
pengukuran sebelum dimulainya pelaksanaan pekerjaan, harus disahkan
oleh Direksi pekerjaan, dan selanjutnya dipakai sebagai pedoman untuk
penggambaran rencana gambar pelaksanaan (Construction Drawing);
f) Pengukuran lapangan dan pematokan pada saluran. harus
dilaksanakan dengan jarak/ interval paling jauh setiap 25 m atau
sesuai instruksi Pengguna Jasa khususnya pada lokasi tertentu yang
mengharuskanuntuk lebih dekat/pendek yang dimulai dari titik awal
tikungan, tengah-tengah tikungan dan ujung akhir tikungan;
g) Selama masa pelaksanaan, semua data dan perhitungan hasil
pengukuran harus disahkan oleh Direksi pekerjaan, dan dari waktu ke
waktu selama masa pelaksanaan pekerjaan akan dipergunakan
sebagai dasar perhitungan prestasi hasil pelaksanaan pekerjaan;
h) Setelah semua pekerjaan selesai dilaksanakan, maka harus dilakukan
pengukuran akhir dari hasil pelaksanaan pekerjaan;

i) Semua data dan perhitungan hasil pengukuran harus disyahkan oleh


Direksi pekerjaan dan dipergunakan sebagai dasar acuan guna
mempersiapkan gambar purna bangun (As built Drawing);
j) Pada hal-hal khusus yang ada kaitannya dengan pelaksanaan
pekerjaan, Direksi pekerjaan sewaktu-waktu berwenang dan berhak
memberikan instruksi kepada Penyedia Jasa, dan Penyedia Jasa harus
bersedia untuk melaksanakan pengukuran tertentu yang sifatnya sebagai
check berkala atau stick proof, misalnya kedalaman pondasi, batas
pembebasan tanah dan lain sebagainya;
k) Pada saat penyerahan gambar purna bangun, Penyedia Jasa harus
menyerahkan data dan perhitungan hasil pengukuran yang sudah
disahkan oleh Direksi pekerjaan;
l) Mutual Check Awal (MC0%) adalah hasil perhitungan kuantitas
pekerjaan yang dihitung oleh Penyedia Jasa berdasarkan gambar
kerja dan disetujui Pengguna Jasa. Perhitungan kuantitas pekerjaan
tersebut harus disampaikan oleh Penyedia Jasa paling lambat 15 (lima
belas) hari sebelum pekerjaan tersebut dilaksanakan, kepada PPK untuk
mendapatkan persetujuan;
m)Penyedia Jasa tidak diperbolehkan melaksanakan pekerjaan bila
Mutual Check Awal (MC0%) pekerjaan bersangkutan belum mendapat
persetujuan Pengguna Jasa.
n) Kegagalan Penyedia Jasa dalam mendapatkan persetujuan dari
Pengguna Jasa atas MC 0% yang disampaikan, tidak dapat dipergunakan
sebagai alasan Penyedia Jasa untuk mengusulkan perpanjangan waktu
pelaksanaan;
o) Penyedia Jasa harus menyerahkan hasil seluruh perhitungan kuantitas
semua pekerjaan dalam format Mutual Check Akhir (MC100%) kepada
Pengguna Jasa untuk mendapatkan persetujuan paling lambat 7
(tujuh) hari sebelum berakhirnya masa pelaksanaan;
p) Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan ini sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Penyedia Jasa dihitung berdasarkan yang tertera
dalam daftar kuantitas dan harga (Bill of Quantity).

2. Pembersihan Lokasi (Land Clearing)


a) Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan tanah, pembersihan lokasi
pekerjaan dari semua tumbuhan harus dikerjakan, maka terlebih dahulu
harus mendapat persetujuan dari Direksi;
b) Pembersihan terdiri dari penebangan pohon-pohon perdu, semak
belukar yang ada di lokasi pekerjaan;

c) Membongkar akar-akar, mengisi lubang-lubangnya dengan tanah


kemudian membuang dari tempat pekerjaan semula bahan-bahan
hasil pembersihan lapangan;
d) Untuk semua pohon dan semak-semak yang tidak harus dibersihkan /
tidak harus ditebang dan tetap berada di tempatnya, maka
harusdilindungi dari kerusakan;
e) Setelah pelaksanaan pekerjaan selesai semua, lokasi areal pekerjaan
juga harus dibersihkan dari sisa-sisa semua material yang tidak terpakai,
serta areal diratakan dan dirapikan kembali sesuai dengan petunjuk
Direksi Pekerjaan;
f) Pengukuran dan pembayaran untuk pelaksanaan pekerjaan
pembersihan tersebut diatas, diperhitungkan dalam satuan (unit) m2,
sedangkan harga satuan pekerjaan yang ditawarkan, sudah harus
meliputi upah tenaga, bahan material yang dipakai, peralatan yang
dipergunakan, “overhead” dan keuntungan Penyedia Jasa.
II. PEKERJAAN MOBILISASI DAN DEMOBILISASI
1. Lingkup Pekerjaan
a) Dalam daftar kuantitas disediakan biaya tetap untuk mobilisasi dan
pembersihan lapangan pada akhir pekerjaan, biaya ini termasuk :
- Biaya transportasi untuk personil, alat – alat, penyediaan bahan-
bahan, yang berkaitan dengan tempat kerja;
- Untuk mendirikan kantor, gudang, instalasi, dan fasilitas lain di
tempat pekerjaan dan sewa/beli alat – alat.
b) Semua fasilitas, instalasi, dan alat – alat yang didirikan atau dibawa ke
lokasi proyek, dianggap sebagai penyediaan untuk proyek, kecuali Direksi
secara tertulis menentukan lain untuk hal tersebut diatas;
c) Dalam hal ini Penyedia Jasa hanya bertanggung jawab agar
penyediaan itu mencukupi dan efisien, serta dapat melindungi,
menjalankan, memperbaiki dan mempersiapkan fasilitas instalasi dan alat
– alat. Alat – alat tersebut tadi tidak boleh dibongkar atau
dipindahkan dari lapangan sebelum pekerjaan selesai tanpa izin
tertulis dari Direksi Pekerjaan;
d) Semua fasilitas, instalasi, dan alat – alat dilapangan, juga menjadi
wewenang Direksi untuk memiliki dan menggunakannya untuk lingkup
pekerjaan di Kontrak, dan Penyedia Jasa membuat tanda pengesahan
yang dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan.

2. Pembersihan Akhir
Jika pekerjaan telah selesai seluruhnya, Penyedia Jasa harus
memindahkan semua fasilitas, instalasi, dan alat – alat dari proyek yang
akan menjadi bagian yang permanen dari bangunan lapangan akan
diserahkan hingga memuaskan Direksi dalam keadaan bersih bebas dari
kotoran, material – material yang sudah tidak digunakan dan alat – alat
bantu sementara.

3. Pembayaran
a) Pembayaran untuk mobilisasi dan pembersihan lapangan akhir harus
dibuat atas dasar harga lump sum dalam daftar kuantitas pekerjaan;
b) Kemajuan pembayaran harus dibuat sebagai berikut :
Jika 5 % dari total harga kontrak sudah diterima pembayarannya dari
bagian- bagian lain dari lingkup pekerjaan, maka 45 % dari jumlah untuk
mobilisasi dan pembersihan lapangan akhir dapat dibayarkan apabila :
Semua alat – alat konstruksi atau yang disetujui untuk diganti telah
dipenuhi 0 % sampai 50 % seperti tercantum dalam proposal teknik
dalam daftar lingkup pekerjaan dan berada dilapangan, tidak ada
pembayaran untuk alat- alat yang didaftar tetapi tidak ada di
lapangan;
c) Jika 50 % dari harga borongan telah dibayarkan dari lingkup
pekerjaan yang lain, maka sampai 45 % dari mobilisasi dan pembersihan
lapangan dapat dibayarkan kepada Pemborong apabila : Semua alat-alat
konstruksi atau disetujui untuk diganti sudah dipenuhi
50 % sampai 100 %, seperti tercantum dalam proposal teknik dan dalam
daftar lingkup pekerjaan, berada dilapangan dan dalam keadaan
bekerja;
d) Kemajuan Pembayaran untuk mobilisasi dan demobilisasi serta
pembersihan lapangan akhir akan dikenakan retensi 5 % dan retensi ini
tidak akan dibayarkan apabila kegiatan tersebut belum
dilaksanakan sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan.

III. PEKERJAAN TANAH


1. Lingkup Pekerjaan
a) Pedoman kegiatan penggalian, penanganan, pembuangan atau
penumpukan tanah atau batu atau bahan lain dari sumber bahan
yang diperlukan untuk penyelesaian dari pekerjaan dalam Kontrak untuk
pekerjaan galian;
b) Pedoman kegiatan pengadaan, pengangkutan, penghamparan dan
pemadatan tanah atau bahan berbutir yang disetujui untuk
pembuatan timbunan, untuk penimbunan kembali untuk struktur dan
untuk timbunan umum yang diperlukan agar membentuk dimensi
timbunan sesuai dengan garis, kelandaian, dan elevasi penampang
melintang yang disyaratkan atau disetujui untuk penyelesaian dari
pekerjaan dalam Kontrak untuk pekerjaan timbunan.

2. Acuan Normatif
Standar Nasional Indonesia (SNI) :
a) SNI 03-1742-1989 : Metode Pengujian Kepadatan Ringan untuk
Tanah;
b) SNI 03-1743-1989 : Metode Pengujian Kepadatan Berat Untuk Tanah;
c) SNI 03-1966-1989 : Metode Pengujian Batas Plastis;
d) SNI 03-1965-1990 : Metode Pengujian Kadar Air Tanah;
e) SNI 03-1967-1990 : Metode Pengujian Batas Cair dengan Alat
Casagrande;
f) SNI 03-1976-1990 : Metode Koreksi untuk Pengujian Pemadatan
Tanah yang mengandung Butir Kasar;
g) SNI 03-2636-1992 : Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan
Tanah Untuk Bangunan Sederhana;
h) SNI 03-2832-1992 : Metode Pengujian untuk Mendapatkan Kepadatan
Tanah Maksimum;
i) SNI 03-2828-1992 : Metode Pengujian Kepadatan Lapangan dengan
Alat Konus Pasir;
j) SNI 03-3422-1994 : Metode Pengujian Batas Susut Tanah;
k) SNI 03-3423-1994 : Metode Pengujian Analisis Ukuran Butir Tanah
dengan Alat Hidrometer;
l) SNI 03-3422-1994 : Metode Pengujian Batas Susut Tanah;

m)SNI 03-3637-1994 : Metode Pengujian Berat Isi Tanah Berbutir Halus


dengan Cetakan Benda Uji.

3. Ketentuan, Persyaratan Dan Pelaksanaan


a) Galian Tanah
- Pekerjaan galian yang dimaksud adalah galian tanah endapan, tanah
biasa dan galian batu termasuk pekerjaan lainnya yang berkaitan
misalnya upaya perlakuannya, jalan akses dan bangunan penunjang
(separator, relokasi, bangunan pengaman dan lain-lain) yang diperlukan
serta pengangkutan material hasil galian kelokasi yang disepakati
untuk tempat pembuangan akhir atau penimbunan sementara (stock
piling) sebelum dimanfaatkan lebih lanjut;
- Penyedia Jasa harus menyerahkan hasil uji laboratorium tanah yang
akan digali, metoda kerja pekerjaan galian termasuk peralatan yang
digunakan, pengangkutan ke lokasi pembuangan akhir atau
penampungan sementara sebelum pemanfaatan untuk bahan timbun,
paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum pelaksanaan pekerjaan
galian;
- Penyedia Jasa juga harus melaksanakan pekerjaan pengukuran dan
pematokan bersama Pengguna Jasa sesudah pekerjaan penebasan
dan pembersihan semak belukar selesai dikerjakan atau waktu yang lain
sesuai dengan perintah Pengguna Jasa yang hasilnya berupa
gambar hasil pengukuran yang menunjukkan elevasi muka tanah,
tampang memanjang dan melintang harus diserahkan kepada Pengguna
Jasa untuk mendapatkan persetujuan;
- Gambar-gambar hasil pengukuran pra-konstruksi diatas untuk
selanjutnya dipergunakan sebagai acuan dan dasar perhitungan
kuantitas pekerjaan galian;
- Sebisa mungkin Penyedia Jasa juga harus mencegah dari kerusakan
dan melindungi tanah dibawah elevasi galian pekerjaan permanen:
saluran dan bangunan agar tetap dalam keadaan yang baik,
kerusakan tanah pada tanah pondasi tersebut yang disebabkan oleh
kesalahan Penyedia Jasa, maka Penyedia Jasa harus segera memperbaiki
dengan biayanya sendiri;
- Penyedia Jasa sesegera mungkin memberitahu Pengguna Jasa bila
pekerjaan galian telah selesai dikerjakan untuk dilakukan pemeriksaan
guna persetujuan sebelum pekerjaan lanjutan dan penggunaan
stockpiling dan pembuangan tanah hasil galian harus sesuai dengan
spesifikasi teknis ini.

b)Klasifikasi Galian
Pekerjaan galian diklasifikasikan sebagai pekerjaan galian tanah dan
pekerjaan galian batu sebagai berikut :
- Galian Tanahyang dimaksud adalah galian tanah, sedimen/endapan,
pasir, kerikil, kerakal, atau batu yang dapat digali dengan mudah
tanpa menggunakan alat khusus (ripper) atau peledakan termasuk upaya
penanganannya, pembentukan/perapian lubang galian agar sesuai
dengan lokasi, jalur, elevasi, kelandaian dan dimensi seperti yang telah
ditetapkan dalam gambar atau petunjuk/perintah Pengguna Jasa,
serta pengangkutan material hasil galian ke lokasi pembuangan akhir
atau lokasi penampungan sementara sebelum dipergunakan sebagai
tanah bahan timbun;
- Galian tanah diklasifikasikan dalam 5 (lima) tipe galian sesuai dengan
kondisi dan lokasi daerah penggalian sebagai berikut :
 Tipe-A : galian untuk saluran, sungai, embung, jalan, drainasi dan
galian tanah biasa lainnya yang berada diatas permukaan air’
 Tipe-B: galian tanah endapan / sedimen untuk normalisasi
saluran/sungai/embung;
 Tipe-C : galian tanah keras/cadas untuk pondasi bangunan Air dan
bangunan pelengkapnya serta pekerjaan sejenis;
 Tipe-D : galian dibawah permukaan air pada sungai dan saluran
pembuang alam / buatan tanpa upaya pengeringan / pemompaan;
 Tipe-E : galian dasar sungai untuk pembangunan bangunan Air
antara lain : Bendung, Ground Sill, Check Dam, Konsolidasi Dam,
Revetment / Perkuatan tebing Sungai, tanggul sungai, embung
dan fasilitas lainnya, dimana tanah dilokasi galian mengandung
banyak kerikil, kerakal dan batu.
- Dimensi galian untuk bangunan air dan bangunan pelengkap yang
diperhitungkan dalam pembayaran pekerjaan tersebut dibatasi sesuai

dengan ketentuan, kecuali apabila karena suatu sebab ditentukan lain


oleh Pengguna Jasa;
- Profil galian dasar dan tebing yang telah selesai digali harus dirapikan
dan dipadatkan dan diperiksa Pengguna Jasa untuk mendapat
persetujuan sebelum bangunan diatasnya, konstruksi beton atau
pasangan batu dilaksanakan, demikian pula bila sewaktu-waktu tebing
galian longsor akibat kegiatan peralatan berat atau sebab lain karena
kelalaian Penyedia Jasa;
- Bila dalam metoda kerja galian diperlukan penimbunan sementara
tanah hasil galian (stockpiling) sebelum tanah tersebut diangkut kelokasi
penimbunan permanen sebagai tanggul atau bangunan permanen
lainnya sehingga berakibat 2 (dua) kali kerja atau double- handling,
maka biaya yang dikeluarkan oleh Penyedia Jasa untuk kegiatan
tersebut, dianggap sudah termasuk dalam harga satuan pekerjaan galian
atau timbunan;
- Tanah yang baik untuk pekerjaan timbunan Tipe-B dan Tipe-C harus
diambil dari borrow-area yang disetujui Pengguna Jasa, dan Penyedia
Jasa berkewajiban membayar segala pengeluaran biaya untuk
pengadaan tanah bahan timbun tersebut termasuk biaya pembelian/ganti
rugi kepada pemilik tanah, pajak galian Tipe-C, royalti, perijinan dan
pengeluaran lainnya;
- Penyedia Jasa harus menyerahkan hasil uji laboratorium untuk tanah
dilokasi borrow-area yang diusulkan kepada Pengguna Jasa guna
mendapatkan persetujuan paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum
kegiatan galian borrow-area dilaksanakan;
- Kegiatan galian borrow-area boleh dilakukan hanya bila telah
mendapatkan persetujuan Pengguna Jasa dan sesudah pekerjaan
penebasan dan pembersihan semak belukar dan pekerjaan
pengupasan tanah lapis atas, telah selesai dilaksanakan sehingga dijamin
bahwa tanah bahan timbun benar-benar sudah bersih dan bebas dari
bahan organik;
- Galian Batu diklasifikasikan dalam 3 (tiga) tipe galian sesuai dengan
kondisi dan lokasi daerah penggalian sebagai berikut :
> Tipe - F (Galian Batu Lunak) adalah galian yang dapat dilaksanakan
dengan menggunakan peralatan bantu tertentu misalnya ripping
dozer, pick hammer, giant breaker, excavator dan bulldozer tanpa
menggunakan metoda kerja peledakan/blasting dan pekerjaan ini
sudah termasuk pengangkutan batu hasil galian ke lokasi
pembuangan yang disediakan oleh Penyedia Jasa dan disetujui
Pengguna Jasa;
> Tipe – G (Galian Batu Keras) adalah galian batu yang berada
dilokasi pekerjaan berupa lapisan batuan masif, padat, dan kokoh atau
berupa batuan lepas dengan volume masing-masing lebih dari
1,0 meter kubik dengan diameter lebih dari 0,30 m yang tidak
dapat dipisahkan tanpa peledakan atau dengan bulldozer dan
peralatan berat lainnya. Batuan seperti ini dapat disebut juga sebagai
”sound-rock” yang karena keras dan susunan teksturnya tidak dapat
dipecah dengan hand pick-hammer. Klasifikasi batu tersebut diatas
akan diputuskan oleh Pengguna Jasa berdasarkan kondisi di lapangan,
antara lain bila perlu dilakukan uji-coba produktivitas
peralatan.Pekerjaan galian batu Tipe-G, dianggap sudah termasuk
biaya untuk pengangkutan batu hasil galian ke lokasi pembuangan
yang disediakan Penyedia Jasa dan disetujui Pengguna Jasa.
Galian tersebut di atas diklasifikasikan Galian Tipe G.1 : (batu
keras) dengan alat berat dan Galian Tipe G.2 : (batu keras) dengan
peledakan.
c) Pemanfaatan, Penampungan Sementara dan Pembuangan
Tanah Hasil Galian (Used, Stock Pilling and Disposal of Excavated
Materials)
- Pemanfaatan dan Pembuangan Tanah Hasil Galian
Apabila tanah hasil galian Tipe-A, Tipe-D dan Tipe-E memenuhi syarat
sebagai bahan timbunan sesuai dengan ketentuan dalam Spesifikasi
ini, maka tanah hasil galian tersebut harus dimanfaatkan untuk
bangunan permanen seperti tanggul, timbunan jalan, saluran dan
bangunan.
- Bila berdasarkan hasil uji laboratorium tanah hasil galian terdiri dari 2
(dua) jenis tanah yang memenuhi dan tidak memenuhi spesifikasi
sebagai tanah bahan timbun, Penyedia Jasaharus berupaya agar
kedua jenis tanah tersebut tidak bercampur bila tanah yang
memenuhi spesifikasi akan dipergunakan dalam konstruksi sesuai dengan
perintah.
- Tanah hasil galian yang memenuhi syarat pada umumnya sebagai
berikut :
• Diameter butiran (partikel) maksimum 100 mm;
• Plasticity Index (PI), lebih besar dari 15%.
- Tanah hasil galian yang tidak memenuhi syarat untuk bahan timbun :
• Tanah lapis atas yang mengandung banyak bahan organik;
• Plasticity Index (PI) kurang dari 15%;
• Liquid Limit (LL) lebih dari 50%;
• Diameter butiran lebih dari 100 mm;
• Batu lunak dan batu keras.
- Persetujuan Pengguna Jasa terhadap pemanfaatan tanah hasil galian
untuk keperluan pekerjaan permanen, tanggul, urugan kembali dan
lainnya akan diberikan berdasarkan hasil uji laboratorium tanah galian
yang dikerjakan dan diserahkan oleh Penyedia Jasa , tidak hanya
persyaratan di atas;
- Bila tanah yang sudah disepakati sebagai bahan timbun terlalu basah
dengan kandungan air melampaui kadar air optimum hasil uji
laboratorium (Standard Proctor Test), maka tanah tersebut harus
ditampung untuk sementara waktu dilokasi yang telah Penyedia Jasa
sediakan dan disetujui Pengguna Jasa yang dilengkapi dengan fasilitas
drainasi, guna mendapat perlakuan khusus: penghamparan, pengeringan
dan lain-lain untuk menurunkan kadar airnya sampai memenuhi
persyaratan sebagai tanah bahan timbunan;
- Kelebihan tanah hasil galian harus dibuang ke lokasi pembuangan
yang telah Penyedia Jasa sediakan dan telah disetujui Pengguna Jasa.
Penimbunan tanah buangan paling tinggi 2,0 m dan tidak diperbolehkan
mengganggu lingkungan disekitarnya;
- Bila dianggap perlu Penyedia Jasa akan menutup timbunan hasil
buangan dengan tanah yang baik bila menurut Pengguna Jasa timbunan
hasil galian tersebut berdampak negatif terhadap lingkungan
disekitarnya dan hasil galian tanah endapan Tipe-B harus dibuang di
lokasi yang disediakan Penyedia Jasa diluar daerah kerja sesuai dengan
ketentuan seperti yang diuraikan diatas.
d)Pembuangan Batu Hasil Galian
- Batu lunak hasil galian Tipe-F dan batu keras hasil galian Tipe-G
dibuang keluar daerah kerja dilokasi yang telah Penyedia Jasa sediakan,
kecuali bila ditentukan lain oleh Pengguna Jasa;
- Penimbunan batu hasil galian tersebut harus dibatasi paling tinggi 2,0
m dan tidak diperbolehkan mengganggu pekerjaan dan tidak berdampak
negatif terhadap lingkungan disekitarnya dengan biaya menjadi
tanggung jawab sepenuhnya Penyedia Jasa.

4. Pengukuran dan Pembayaran Pekerjaan Galian a)


a) Galian Tanah
- Pekerjaan galian tanah Tipe-A, Tipe-D, dan Tipe-E diukur dalam
satuan meter kubik (m3) galian tanah dan kupasan tanah lapisan
atas, sesuai dengan dimensi dan kemiringan yang ditunjukkan dalam
gambar kerja dan telah diselesaikan dengan rapi;
- Pembayaran untuk pekerjaan galian tanah Tipe-A, Tipe-D dan Tipe-E
dilaksanakan sesuai dengan harga satuan dalam Daftar Kuantitas dan
Harga yang sudah termasuk biaya untuk pekerja, peralatan, bahan
bangunan dan semua pekerjaan penunjang dan upaya lain untuk
kelancaran pelaksanaan yang diperlukan untuk pekerjaan galian,
pengangkutan hasil galian ke lokasi pembuangan atau lokasi
penampungan sementara (stock-pile), perapian tebing galian, jalan akses
sementara, pengeringan/pemompaan dan lain-lain;
- Yang termasuk dalam pembayaran Galian Tipe-A, Tipe-D dan Tipe-E
adalah sebagai berikut :
 Galian Tipe-A
Galian Type-A.1 terdiri :
o Biaya menggali tanah biasa dengan kedalaman kurang dari 1 m
secara manual;
o Ongkos mengangkut untuk bahan timbunan / dibuang
disekitarnya dengan jarak < 30 m danperapihan.

Galian Type-A.2 terdiri :


o Biaya menggali tanah biasa dengan kedalaman < 1 m secara
manual;
o Ongkos mengangkut untuk bahan timbunan / dibuang
disekitarnya dengan jarak > 30 m – 50 m dan perapihan

Galian Type-A.3 terdiri :


o Biaya menggali tanah biasa dengan kedalaman >1 m–3 m
secara manual;
o Ongkos mengangkut untuk bahan timbunan / dibuang
disekitarnya dengan jarak < 30 m dan perapihan.

Galian Type-A.4 terdiri :


o Biaya menggali tanah biasa dengan kedalaman >1 m–3 m
secara manual;
o Ongkos mengangkut untuk bahan timbunan / dibuang
disekitarnya dengan jarak > 30 m – 50 m dan perapihan.

Galian Type-A.5 terdiri :


o Biaya menggali tanah biasa dengan alat berat;
o Membuang / membawa sebagai bahan timbunan sesuai yang
ditentukan oleh Direksi Pekerjaan;
o Biaya alat dan penunjangnya antara lain Excavator, Bulldozer, dll
yang sejenis sesuai kebutuhan dilapangan dan perapihan.

 Galian Tipe-D terdiri :


o Biaya menggali tanah/endapan didalam air tanpa adanya
pengeringan dengan alat berat;
o Membuang / membawa sebagai bahan timbunan sesuai yang
ditentukan oleh Direksi Pekerjaan;
o Biaya alat dan penunjangnya antara lain Excavator, Ponton,
Bulldozer, dll yang sejenis sesuai kebutuhan dilapangan dan
perapihan.

 Galian Tipe-E
Galian Tipe E.1 terdiri :
o Biaya menggali tanah keras/cadas dengan kedalaman kurang
dari 1 m secara manual;
o Ongkos mengangkut untuk dibuang disekitarnya dengan jarak
< 30 m dan dan perapihan.

Galian Type-E.2 terdiri :


o Biaya menggali tanah keras / cadas dengan kedalaman < 1m
secara manual;
o Ongkos mengangkut untuk dibuang disekitarnya dengan jarak
> 30 m – 50 m dan perapihan.

Galian Type-E.3 terdiri :


o Biaya menggali tanah keras / cadas dengan kedalaman > 1m–
3m secara manual;
o Ongkos mengangkut untuk dibuang disekitarnya dengan jarak
< 30 m dan Perapihan.
Galian Type-E.4 terdiri :
o Biaya menggali tanah keras / cadas dengan kedalaman > 1m–
3m secara manual;
o Ongkos mengangkut untuk dibuang disekitarnya dengan jarak
> 30 m-50 m dan perapihan.

Galian Type-E.5 terdiri :


o Biaya menggali tanah keras / cadas dengan alat berat;
o Membuang pada lokasi sesuai yang ditentukan oleh Direksi
Pekerjaan
o Biaya alat dan penunjangnya antara lain Excavator, Bulldozer, dll
yang sejenis sesuai kebutuhan dilapangan dan perapihan.

- Pekerjaan galian tanah Tipe-B diukur dalam satuan meter kubik (m3)
galian tanah endapan (sedimen) pekerjaan sungai / saluran yang
diperhitungkan berdasarkan hasil pengukuran (setting-out survey),
gambar kerja dan pekerjaan yang telah diselesaikan dengan rapi;
- Pembayaran pekerjaan galian Tipe-B dilaksanakan berdasarkan harga
satuan dalam Daftar Kuantitas dan Harga yang sudah termasuk
semua biaya untuk pekerja, peralatan, bahan dan pekerjaan
penunjang dan upaya lain yang diperlukan untuk kelancaran
pekerjaan galian, angkutan dan pembuangan tanah hasil galian termasuk
landasan kerja untuk alat berat di atas tanah lembek, jalan akses
sementara, relokasi saluran/bangunan pengelak, partisi,
pengeringan/pemompaan dan lain-lain;
- Yang dimaksud dalam Pembayaran Galian Tipe-B adalah sebagai
berikut :
 Galian Type-B.1 terdiri :
o Biaya menggali tanah endapan / sedimen dengan kedalaman
kurang dari 1 m secara manual;
o Ongkos mengangkut untuk membuang disekitarnya dengan
jarak < 30 m danperapihan.

 Galian Type-B.2 terdiri :


o Biaya menggali tanah endapan / sedimen dengan kedalaman <
1m secara manual;
o Ongkos mengangkut untuk dibuang disekitarnya dengan jarak >
30 m – 50 m danperapihan.

 Galian Type-B.3 terdiri :


o biaya menggali tanah endapan / sedimen dengan kedalaman
>1m–3 m secara manual;
o Ongkos mengangkut untuk dibuang disekitarnya dengan jarak <
30 m dan perapihan.

 Galian Type-B.4 terdiri :


o biaya menggali tanah endapan / sedimen dengan kedalaman
>1m–3 m secara manual;
o Ongkos mengangkut untuk dibuang disekitarnya dengan jarak >
30 m-50 m dan perapihan.

 Galian Type-B.5 terdiri :


o Biaya menggali tanah endapan / sedimen dengan alat berat;
o Membuang pada lokasi sesuai yang ditentukan oleh Direksi
Pekerjaan;
o Biaya alat dan penunjangnya antara lain Excavator, Bulldozer, dll
yang sejenis sesuai kebutuhan dilapangan dan perapihan.

b)Galian Bangunan (Galian Tipe-C)


- Galian bangunan sebagai salah satu jenis pekerjaan dalam Daftar
Kuantitas dan Harga, diukur dalam satuan meter kubik (m3) yang
diperhitungkan dari permukaan tanah asli atau permukaan tanah yang
telah dikupas lapisan atasnya sampai ke garis dan elevasi galian yang
ditunjukkan dalam gambar kerja atau sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan dalam spesifikasi ini;
- Pembayaran pekerjaan galian bangunan/galian Tipe-C dilaksanakan
berdasarkan harga satuan pekerjaan ini dalam Daftar Kuantitas dan
Harga, tetapi bila tidak ada jenis pekerjaan galian bangunan/galian Tipe-
C dalam Daftar Kuantitas dan Harga, maka harga untuk pekerjaan
ini dianggap sudah termasuk dalam harga satuan pekerjaan tanah dalam
Daftar Kuantitas dan Harga;
- Harga satuan pekerjaan ini sudah termasuk semua biaya untuk
pekerja, peralatan, bahan, pengukuran, angkutan dan pembuangan,
perapian dan pencegahan dari longsoran tebing, perapian, penampungan
sementara dan pemanfaatannya sebagai bahan untuk timbunan tanah
dan pekerjaan lainnya kecuali bila ditetapkan secara terpisah dalam
Daftar Kuantitas dan Harga ialah jalan akses sementara, relokasi
saluran dan pengamanannya, pengeringan, pekerjaan partisi dan lain-
lain.

- Yang dimaksud dalam Pembayaran Galian Tipe-C adalah sebagai


berikut :
 Galian Type-C.1 terdiri :
o Biaya menggali tanah keras / cadas dengan kedalaman kurang
dari 1m secara manual;
o Ongkos mengangkut untuk dibuang disekitarnya dengan jarak <
30 m danperapihan.

 Galian Type-C.2 terdiri :


o Biaya menggali tanah keras / cadas dengan kedalaman < 1 m
secara manual;
o Ongkos mengangkut untuk dibuang disekitarnya dengan jarak >
30 m – 50 m danperapihan.


Galian Type-C.3 terdiri :
o Biaya menggali tanah keras / cadas dengan kedalaman >1 m–3 m
secara manual;
o Ongkos mengangkut untuk dibuang disekitarnya dengan jarak <
30 m dan perapihan.

 Galian Type-C.4 terdiri :


o Biaya menggali tanah keras / cadas dengan kedalaman >1 m–3 m
secara manual;
o Ongkos mengangkut untuk dibuang disekitarnya dengan jarak >
30 m-50 m dan perapihan.

 Galian Type-C.5 terdiri :


o Biaya menggali tanah keras / cadas dengan alat berat;
o Membuang pada lokasi sesuai yang ditentukan oleh Direksi
Pekerjaan;
o Biaya alat dan penunjangnya antara lain Excavator, Bulldozer, dll
yang sejenis sesuai kebutuhan dilapangan dan perapihan.

c) Galian Batu
- Galian batu lunak dan galian batu keras diukur dalam satuan meter
kubik (m3) yang diperhitungkan mulai dari permukaan batu sampai ke
garis dan elevasi galian yang sudah dirapikan sesuai dengan gambar
kerja. Penetapan tentang jenis galian batu weathered rock dan galian
batu sound rock sesuai ketentuan dalam spesifikasi ini, garis batas
antara kedua jenis galian batu ditetapkan oleh Pengguna Jasa;
- Pembayaran untuk galian batu lunak dan galian batu keras akan
dilakukan sesuai dengan harga satuan jenis pekerjaan tersebut dalam
Daftar Kuantitas dan Harga;
- Harga tersebut dianggap sudah termasuk semua biaya untuk pekerja,
peralatan, bahan, pengukuran, galian, angkutan dan pembuangan,
perapian dan pencegahan longsoran tebing galian dan upaya lainnya
kecuali bila sudah ditetapkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga misalnya
jalan akses sementara, relokasi saluran dan bangunan
pengelak/pengaman, pengeringan/pemompaan, partisi dan lain-lain;
- Harga satuan pekerjaan galian batu keras sudah termasuk biaya
untuk peledakan batu dan upaya lainnya yang diperlukan kelancaran
pelaksanaan;
- Yang dimaksud dalam Pembayaran Galain Type F dan G adalah
sebagai berikut :
 Galian Type-F terdiri :
o Biaya menggali batu lunak dengan alat berat;
o Mengangkut / memmbuang pada lokasi sesuai yang ditentukan
oleh Direksi Pekerjaan;
o Biaya alat dan penunjangnya antara lain Excavator, wheel
loader, giant breaker dll yang sejenis sesuai kebutuhan dilapangan
dan perapihan.


Galian Type-G.1 terdiri :
o Biaya menggali batu keras dengan alat berat;
o Mengangkut / memmbuang pada lokasi sesuai yang ditentukan
oleh Direksi Pekerjaan;
o Biaya alat dan penunjangnya antara lain Excavator, Bulldozer,
wheel loader pick hammer, giant breaker dll yang sejenis sesuai
kebutuhan dilapangan dan perapihan.

 Galian Type-G.2 terdiri :


o Biaya menggali batu keras dengan peledakan / blasting;
o Mengangkut / memmbuang pada lokasi sesuai yang ditentukan
oleh Direksi Pekerjaan;
o Biaya alat, bahan dan penunjangnya antara lain Explosive
dinamite, detonator, Excavator, Bulldozer, dump truck, dll yang
sejenis sesuai kebutuhan dilapangan dan perapihan.

4. Pengukuran dan Pembayaran Pekerjaan Timbunan


a) Jenis Timbunan
- Pekerjaan timbunan tanah adalah semua jenis pekerjaan timbunan
tanah yang dilaksanakan untuk terwujudnya konstruksi permanen :
saluran, jalan inspeksi, pekerjaan timbunan bagian dari bangunan
konstruksi yang tanahnya berasal dari pekerjaan galian atau borrow-
area dan berdasarkan hasil uji laboratorium memenuhi syarat dan
spesifikasi teknik serta sudah mendapat persetujuan Pengguna Jasa
sebelum pekerjaan timbunan dilaksanakan;
- Penyedia Jasa harus menyampaikan metoda kerja pekerjaan
timbunan kepada Pengguna Jasa termasuk semua kegiatan yang
berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan tersebut untuk
mendapatkan persetujuan sebelum dilaksanakan;
- Pekerjaan timbunan harus dilaksanakan sesuai dengan jalur, dimensi,
elevasi dan kemiringan timbunan yang ditetapkan dalam gambar kerja
yang telah disepakati. Kecuali bila ada ketentuan lain, Penyedia Jasa
harus menambah timbunan tambahan (extra filling), lima persen
(5%).

b) Jenis Timbunan Berdasarkan Jarak Angkut


- Tipe-A : pekerjaan timbunan dengan tanah yang berasal dari
pekerjaan galian disekitarnya;
- Tipe-B : pekerjaan timbunan dengan tanah yang berasal dari borrow-
pit atau dari pekerjaan galian dengan jarak angkut sesuai dengan
yang ditentukan dalam Daftar Kuantitas dan Harga. Kecuali bila ada
ketentuan lain, pada umumnya semua jenis pekerjaan timbunan
termasuk kategori Tipe-B ini;
- Tipe-C : pekerjaan timbunan di lokasi dengan tanah pondasi yang
lembek dan muka air tanah yang tinggi, tanah untuk bahan timbunan
berasal dari borrow-area dengan jarak angkut sesuai dengan yang
ditentukan dalam Daftar Kuantitas dan Harga. Timbunan Tipe-C
hanya diterapkan dibagian pekerjaan seperti yang ditunjukkan dalam
gambar kerja atau atas perintah Pengguna Jasa.
c) Jenis/Kelompok Pekerjaan Timbunan Berdasarkan
Pemadatan
- Pemadatan Ringan (Tipe-A1, B1, C1)
Pekerjaan timbunan tanah untuk mengganti tanah yang asli, sebagai
bangunan penyangga beban (counter-weight) dan pekerjaan
timbunan lainnya sesuai dengan perintah Pengguna Jasa. Tingkat
kepadatan untuk pekerjaan timbunan dengan pemadatan ringan
harus tidak boleh kurang dari 85% kepadatan kering maksimum (85%
MDD, maximum dry density);
Pekerjaan timbunan dengan pemadatan ringan terdiri dari 3 (tiga)
golongan :
 Tipe-A1, menggunakan tanah dari hasil pekerjaan galian;
 Tipe-B1, menggunakan tanah dari borrow-area;
 Tipe-C1, menggunakan tanah dari luar.

- Pemadatan Biasa/Normal (Tipe-A2, B2, C2)


Pekerjaan timbunan tanah untuk saluran, tanggul, jalan, timbunan untuk
bangunan irigasi dan bangunan pelengkap dan konstruksi permanen
lainnya yang diperintahkan Pengguna Jasa. Tingkat kepadatan untuk
kelompok pekerjaan timbunan dengan pemadatan biasa harus tidak
boleh kurang dari 95% kepadatan kering maksimum (95% MDD,
maximum dry density) sesuai dengan ketentuan dalam ASTM D-698 atau
SNI.
Kelompok pekerjaan timbunan dengan pemadatan biasa terdiri dari 4
(empat) golongan ialah :
 Tipe-A2, menggunakan tanah dari hasil pekerjaan galian;
 Tipe-B2, menggunakan tanah dari borrow-area;
 Tipe-C2, menggunakan tanah dari luar;
 Tipe-D, pemadatan menggunakan alat berat.

d) Pengukuran
Pengukuran untuk pembayaran pekerjaan timbunan Tipe-A1, A2, B1, B2,
C1, C2 dan D dilakukan dalam satuan meter-kubik (m3) timbunan padat
yang diukur berdasarkan tampang memanjang, tampang
melintang, elevasi, kemiringan, dan jarak sesuai dengan gambar kerja
yang telah disepakati dan hasil pengukuran prestasi kerja yang
terakhir termasuk timbunan Tipe-D, dengan memperhatikan
settlement dan subsidence tanah pondasi yang masih berlanjut.

5. Pengangkutan Tanah Bagan Timbunan dan Sisa Galian


a) Penyedia Jasa wajib menyerahkan metoda kerja untuk pengangkutan
tanah bahan timbunan dari lokasi borrow-pit dan/atau galian serta
pembuangan sisa galian dan/atau tanah yang tidak memenuhi syarat
sebagai bahan timbunan ke lokasi pembuangan yangdisediakan oleh
Penyedia Jasa, paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum dikerjakan
kepada PPK untuk mendapatkan persetujuan;
b) Metoda kerja tersebut dilampiri dengan peta rencana pemindahan
tanah secara mekanis (earth moving work plan) dilengkapi
jalur/lintasan jalan untuk transportasi tanah;
c) Harga satuan untuk pekerjaan galian dan timbunan yang tercantum
dalam Daftar Kuantitas dan Harga, sudah termasuk biaya untuk
angkutan.

6. Toleransi Pekerjaan Tanah


Dimensi, elevasi dan kemiringan pekerjaan tanah setelah selesai
dirapikan dapat diberi toleransi seperti daftar dibawah ini kecuali bila
ditetapkan lain oleh Pengguna Jasa.
a) Saluran irigasi dan drainasi termasuk bangunan pelengkapnya:
- Permukaan dasar : - 5 cm, + 0 cm
- Lebar dasar : - 0 cm, + 5 cm
- Lebar puncak : - 0 cm, + 5 cm
- Jalur : ± 5 cm
- Kemiringan memanjang : ± 0,1%
b) Jalan
- Permukaan jalan : - 0 cm, + 5 cm
- Lebar jalan : - 0 cm, + 10 cm
- Jalur : ± 5 cm
c) Galian bangunan
- Dasar galian : + 0 cm, - 5 cm

7. Uji Laboratorium Untuk Bahan dan Pekerjaan Selesai


a) Uji laboratorium untuk bahan timbunan dan urugan sebelum
pelaksanaan pekerjaan dan untuk pengendalian mutu selama
pelaksanaan pekerjaan harus dilaksanakan menggunakan
laboratoriumnya di lapangan atau laboratorium lain yang disetujui
Pengguna Jasa dengan disaksikan/diawasi oleh Pengguna Jasa;
- Penyedia Jasa akan melaksanakan uji SPT (Standard Cone Penetration
Test) pada dasar galian untuk memastikan kesesuaian tanah sebagai
pondasi sebelum dilakukan pengecoran beton.Hasil uji laboratorium
untuk semua bahan bangunan yang akan dipergunakan untuk
pekerjaan harus disampaikan oleh Penyedia Jasa kepada Pengguna
Jasa untuk dikaji dan disetujui;
- Uji laboratorium yang akan dikerjakan Penyedia Jasa, metode baku
untuk uji laboratorium yang akan digunakan dan frekuensi uji
laboratorium untuk bahan bangunan selama pelaksanaan sampai
selesainya pekerjaan harus secara rinci sesuai ketentuan dalam SNI atau
sesuai perintah Pengguna Jasa.

IV. PEKERJAAN PASANGAN BATU


1. Ruang Lingkup
a) Pedoman ini menetapkan ketentuan dan persyaratan, metode
pelaksanaan pekerjaan, pengendalian mutu serta pengukuran dan
pembayaran untuk pekerjaan pasangan batu dan adukan semen;
b) Pedoman ini mencakup pekerjaan pasangan batu yang meliputi
bronjong, pasangan batu Kali, pasangan batu kosong, plesteran dan
siaran serta pekerjaan adukan semen;
c) Pedoman ini mencakup pekerjaan penyediaan baik batu yang diisikan ke
dalam bronjong kawat (gabion) maupun pasangan batu kosong pada
landasan yang disetujui sesuai dengan detail yang ditunjukkan dalam
pada Gambar sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

2. Acuan Normatif
Standar Nasional Indonesia (SNI)
- SNI 15-0302-1989 : Semen Pozolan Kapur
- SNI 15-2049-1994 : Semen Portland
- SNI 15-0129-1994 : Semen Portland Putih
- SNI 15-0302-1999 : Semen Portland Pozolan - SNI 03-2417-1991 :
Metode Pengujian Keausan Agregat Dengan Mesin Abrasi Los Angeles
- SNI 03-3046-1992 : Kawat Bronjong dan Bronjong Berlapis PVC
(Polivinil Chlorida)
- SNI 15-3758-1995 : Semen Aduk Pasangan
- SNI 03-0090-1999 : Spesifikasi Bronjong Kawat
- SNI 03-6817-2002 : Metode Pengujian Mutu Air Untuk digunakan
dalam Beton
- SNI 03-6882-2002 : Spesifikasi Mortar Untuk Pekerjaan Pasangan

American Standard Test Method


- ASTM C 91 : Masonry cement
- ASTM C 207 : Hydrated Lime
- ASTM C 270 : Mortar for Unit Masonry
- ASTM C 476 : Mortar and Grout for Reinforcement of Masonry

3. Istilah Dan Difinisi


a) Agregat halus : adalah agregat yang mempunyai diameter butir di
atas 0,25 mm sampai 4 mm yang biasa disebut pasir;
b) Agregat kasar : adalah agregat yang mempunyai diameter butir di
atas 4 mm sampai 31,5 mm yang biasa disebut kerikil;
c) Semen Portland : adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara
menggiling terak semen portland yang terutama, terdiri dari Kalsium
Silikat Hidrat yang bersifat hidrolis dan digiling bersama-sama dengan
bahan tambahan satu atau lebih bentuk kristal senyawa Kalsium
Sulfat;
c) Batu alam : adalah suatu gabungan daripada hablur mineral yang
bersatu dan memadat, sehingga memiliki derajat kekerasan tertentu,
yang berbentuk secara alamiah melalui proses pelelehan, pembekuan,
pengendapan dan perubahan alamiah;
d) Batu candi : adalah batu kasar (granit, andesit dan sejenis) yang
dibentuk secara khusus untuk dipergunakan sebagai lapisan tahan
gerusan;
e) Batu pecah : adalah hasil pecahan batu alam dalam bentuk butiran
asli atau dibelah menjadi ukuran butiran yang cukup besar untuk
dipergunakan dalam pembuatan bangunan dasar;
f) Bronjong : adalah suatu konstruksi yang tersusun dari batuan pecah
dan di ikat oleh anyaman kawat;
g) Pasangan batu kosong : adalah suatu konstruksi yang disusun dengan
bahan material yang berupa batu kosong yang berfungsi untuk
melindungi bahaya gerusan;
h) Pasangan batu belah : adalah suatu konstruksi yang disusun dengan
bahan material yang berupa batu kali, pasir dan semen Portland;
i) Plesteran : adalah suatu konstruksi yang berfungsi sebagai penutup /
pengikat ujung pasangan batu;
j) Siaran : adalah sutau konstruksi yang berfungsi untuk menutup /
mengikat / memperkuat antara batu muka.

4. Persyaratan Bahan
a) Batu
- Batu harus bersih, keras, tanpa bagian yang tipis atau retak dan harus
dari jenis yang diketahui awet;
- Bila perlu, batu harus dibentuk untuk menghilangkan bagian yang
tipis atau lemah;
- Batu yang digunakan adalah batu belah atau batu bulat, batu kali
yang dipecah salah satu sisinya tidak rapuh tidak keropos, tidak
berpori;
- Batu harus rata, lancip atau lonjong bentuknya dan dapat
ditempatkan saling mengunci bila dipasang bersama-sama;
- Untuk batu dari hasil galian, harus dibersihkan dari lapisan tanah yang
menyelimuti agar permukaan batu bersih;
- Ukuran batu berkisar antara diameter 15-30 cm. Batu bulat atau batu
kali hanya boleh digunakan setelah salah satu sisinya dipecah atau sesuai
persetujuan Direksi dan digunakan bersama-sama dengan batu belah;
- Batu pecah yang mempunyai diameter < 10 cm hanya boleh
dipergunakan sebagai batuan pengisi/pengunci.

b) Pasir
- Pasir yang dimaksud disini lebih diutamakan pasir alam (pasir pasang)
yang diambil dari sungai atau sumber lain yang telah disetujui oleh
Direksi;
- Tempat penimbunan penyimpanan harus bersih dari sampah organik,
sampah kimia, bebas dari banjir serta tidak terkontaminasi dengan
bahan lainnya, seperti air laut/garam dan lain-lainnya yang akan
menurunkan mutu pasangan batu.

c) Material Semen
- Bahan material cement yang dipakai adalah jenis PC yang ada
dipasaran dan harus memenuhi standar;
- Bahan material cement yang telah mengeras karena pengaruh cuaca,
air atau bahan organic lainnya tidak boleh dipakai;
- Dalam menyimpan material di gudang lapangan, tempat penyimpanan
harus kering dan diberi alas minimum 30 cm diatas permukaan tanah
dan tinggi tumpukan maksimum 3 m.

c) Air
- Air yang dipergunakan harus bersih tidak mengandung Lumpur,
minyak, bahan organik atau bahan kimia.

5. Pelaksanaan Pekerjaan
a) Pasangan Batu Belah 1 PC : 4 PS
- Spesifikasi teknis untuk pasangan batu belah 1 PC : 4 PS sama
dengan spesifikasi pasangan batu belah 1 PC : 3 PS akan tetapi
perbandingan campuran spesi adalah 1 PC (Portland Cement) : 4
PS (Pasir) dengan kebutuhan Semen (PC) sebanyak = 163 kg dan
Pasir sebanyak = 0,52 m3;
- Perhitungan dan Pembayaran :

Volume Pekerjaan dihitung sesuai dan berdasarkan gambar


pelaksanaan yan telah disetujui oleh Pengguna Jasa, dan
diperhitungkan dalam satuan meter kubik (m3);
- Harga satuan yang ditawarkan oleh Penyedia Jasa sudah harus
meliputi Upah tenaga,bahan material yang dipakai, peralatan yang
digunakan, Biaya umum dan keuntungan.

b) Siaran 1 PC : 2 PS
- Sebelum pekerjaan siaran dimulai semua bidang sambungan
diantara batu muka harus dikorek sebelum ditutup dengan adukan.
Permukaan harus dibersihkan;
- Adukan spesi untuk siaran harus memakai adukan 1 PC (Portland
Cement) : 2 PS (Pasir) dengan kebutuhan Semen (PC) sebesar =
6,35 kg dan Pasir sebanyak = 0,012 m3 dan diaduk secara merata
dengan air;
- Pekerjaan Siaran dapat dibagi atas :
 Siaran Tenggelam (masuk kedalam ± 1 cm);
 Siaran rata (rata dengan muka batu dengan tebal 1 cm);
 Siaran Timbul (timbul dengan tebal 1 cm dari muka batu)
- Perhitungan dan Pembayaran :
Volume Pekerjaan dihitung sesuai dan berdasarkan gambar
pelaksanaan yan telah disetujui oleh Pengguna Jasa, dan
diperhitungkan dalam satuan meter persegi (m2);
- Harga satuan yang ditawarkan oleh Penyedia Jasa sudah harus
meliputi Upah tenaga,bahan material yang dipakai, peralatan yang
digunakan, Biaya Umum dan keuntungan.

c) Plesteran 1 PC : 4 PS
- Bila diperintahkan, dinding dan lantai baik lama maupun baru terbuat
dari pasangan bata/batu kali harus diplester dengan adukan 1 PC
(Portland Cement) : 3 PS (Pasir) dengan kebutuhan Semen (PC)
sebanyak = 7,75 kg dan Pasir sebanyak = 0,023 m3 dan diaduk
secara merata dengan air, guna mencapai campuran yang homogen
maka diwajibkan untuk memakai mixer / molen;
- Pekerjaan Plesteran dikerjakan 1 lapis sampai jumlah ketebalan 1,5
cm dan dihaluskan dengan air semen. Apabila tidak diperintahkan lain
pasangan harus diplester pada bagian atas dari dinding, bagian tepi
pasangan pada sorongan / pipa saluran, dan selebar 0,10 m dibawah
tepi atas dinding dan pasangan sorongan / pipa saluran;
- Untuk menghindari retak-retak rambut pada permukaan plesteran
yang sudah selesai karena sust pengerasan, maka permukaan
plesteran yang sudah selesai harus dibasahi dengan air selama 7 hari
berturut-turut;
- Perhitungan dan Pembayaran :
Volume Pekerjaan dihitung sesuai dan berdasarkan gambar pelaksanaan
yan telah disetujui oleh Pengguna Jasa, dan diperhitungkan dalam
satuan meter persegi (m2);
- Harga satuan yang ditawarkan oleh Penyedia Jasa sudah harus
meliputi Upah tenaga,bahan material yang dipakai, peralatan yang
digunakan, “ Biaya Umum dan keuntungan.

V. PEKERJAAN BETON
1. Ruang Lingkup
a) Pedoman ini menetapkan ketentuan dan persyaratan, metode kerja
pelaksanaan, pengendalian mutu serta pengukuran dan pembayaran
dalam pelaksanaan pekerjaan beton;
b) Pedoman ini mencakup kegiatan pelaksanaan seluruh bangunan
beton bertulang, beton tanpa tulangan, beton pracetak, beton untuk
bangunan baja komposit dan waterstop;
c) Pedoman ini mencakup penyiapan tempat kerja untuk pengecoran
beton, pengadaan penutup beton, lantai kerja dan pemeliharaan pondasi
seperti pemompaan atau tindakan lain untuk mempertahankan agar
pondasi tetap kering.

2. Acuan Normatif
Standar Nasional Indonesia (SNI) :
- SNI 03-1968-1990 : Metode Pengujian tentang Analisis Saringan
Agregat Halus dan Kasar
- SNI 03-1969-1990 : Metode Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air
Agregat Kasar
- SNI 03-1972-1990 : Metode Pengujian Slump Beton
- SNI 03-1973-1990 : Metoda Pengujian Berat Isi Beton
- SNI 03-1974-1990 : Metode Pengujian Kuat Tekan Beton.
- SNI 03-2417-1991 : Metode Pengujian Keausan Agregat dengan
Mesin Los Angeles.
- SNI 03-2458-1991 : Metode Pengambilan Contoh Untuk Campuran
Beton Segar.
- SNI 03-2460-1991 : Spesifikasi Abu Terbang sebagai Bahan
Tambahan untuk Campuran Beton
- SNI 03-2461-1991 : Spesifikasi Agregat Ringan untuk Beton Struktur
- SNI 03-2491-1991 : Metode Pengujian Kuat Tarik Belah Beton
- SNI 03-2492-1991 : Metode Pengambilan dan Pengujian Beton Inti
- SNI 03-2493-1991 : Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji
Beton di Laboratorium
- SNI 03-2495-1991 : Spesifikasi Bahan Tambahan untuk Beton
- SNI 03-2530-1991 : Metode Pengujian Kehalusan Semen Portland
- SNI 03-2531-1991 : Metode Pengujian Berat Jenis Semen Portland
- SNI 03-2816-1992 : Metode Pengujian Kotoran Organik Dalam Pasir
untuk Campuran Mortar dan Beton
- SNI 03-2823-1992 : Metode Pengujian Kuat Lentur Beton Memakai
Gelagar Sederhana Dengan Sistem Beban Titik di Tengah
- SNI 03-2834-1992 : Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton
Normal
- SNI 03-2854-1992 : Spesifikasi Kadar Ion Klorida dalam Beton
- SNI 03-2914-1992 : Spesifikasi Beton Bertulang Kedap Air
- SNI 03-2915-1992 : Spesifikasi Beton Tahan Sulfat
- SNI 03-3402-1994 : Metode Pengujian Berat Isi Beton Ringan
Struktural
- SNI 03-3407-1994 : Metode Pengujian Sifat Kekekalan Bentuk Agregat
Terhadap Natrium Sulfat dan Magnesium Sulfat.
- SNI 03-3418-1994 : Metode Pengujian Kandungan Udara Pada Beton
Segar
- SNI 03-3419-1994 : Metode Pengujian Abrasi Beton di Laboratorium
- SNI 03-3421-1994 : Metode Pengujian Kuat Tekan Beton Isolasi
Ringan di Lapangan
- SNI 03-3449-1994 : Tata Cara Rencana Pembuatan Campuran Beton
Ringan dengan Agregat Ringan
- SNI 03-3976-1995 : Tata Cara Pengadukan Pengecoran Beton
- SNI 03-4141-1996 : Metode Pengujian Gumpalan Lempung dan Butir-
butir Mudah Pecah dalam Agregat
- SNI 03-4142-1996 : Metode Pengujian Jumlah bahan Dalam Agregat
Yang Lolos No.200 (0,075 mm).
- SNI 03-4154-1996 : Metode Pengujian Kuat Lentur Beton Dengan
Balok Uji Sederhana Yang dibebani Terpusat Langsung
- SNI 03-4155-1996 : Metode Pengujian Kuat Tekan Beton dengan
Benda Uji Patahan Balok Bekas Uji Lentur
- SNI 03-4156-1996 : Metode Pengujian Bliding dari Beton Segar
- SNI 03-4169-1996 : Metode Pengujian Modulus Elastisitas Statis Dan
Rasio Poison Beton dengan Kompresor Ekstensometer
- SNI 03-4430-1997 : Metode Pengujian Kuat Tekan Elemen Struktur
Beton Dengan Alat Palu Beton Tipe n dan nr
- SNI 03-4431-1997 : Metode Pengujian Kuat Lentur Beton Normal
Dengan Dua Titik Pembebanan
- SNI 03-4433-1997 : Spesifikasi Beton Siap Pakai
- SNI 03-4805-1998 : Metode Pengujian Kadar Semen Portland Dalam
Beton Keras Yang Memakai Semen Hidrolik
- SNI 03-4806-1998 : Metode Pengujian Kadar Semen Portland dalam
Beton Segar dengan Titrasi Volumetri
- SNI 03-4807-1998 : Metode Pengujian untuk Menentukan Suhu Beton
Segar Semen Portland
- SNI 03-4807-1998 : Metode Pengujian untuk Menentukan Suhu Beton
Segar Semen Volumetri
- SNI 03-4809-1998 : Metode Pengujian untuk membandingkan
berbagai Beton Berdasarkan Kuat Lekat Yang Timbul Terhadap Tulangan
- SNI 03-4810-1998 : Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji
Beton di Lapangan
- SNI 03-4811-1998 : Metode Pengujian Rangkak Pada Beton Yang
Tertekan
- SNI 03-4812-1998 : Metode Pengujian Kuat Tarik Beton Secara
Langsung
- SNI 03-4817-1998 : Spesifikasi Lembaran Bahan Penutup untuk
Perawatan Beton
- SNI 03-4820-1998 : Tata Cara Penggunaan Peralatan Untuk Penentuan
Perubahan Panjang, Pasta, Mortar Dan Beton Semen Yang Sudah
Mengeras
- SNI 03-6369-2000 : Tata Cara Pembuatan Kaping Untuk Benda Uji
Silinder Beton
- SNI 03-6429-2000 : Metode Pengujian Kuat Tekan Beton Silinder
Dengan Cetakan Silinder Di Dalam Tempat Cetakan
- SNI 06-6430-2000 : Metode Pengujian Ekspansi dan Bliding
- SNI 06-6430.1-2000 : Metode Pengujian Kuat Tekan Graut untuk
Beton dengan Agregat Praletak di Laboratorium
- SNI 03-6430.2-2000 : Metode Pengujian Waktu Pengikatan Graut
Untuk Beton dengan Agregat Praletak di Laboratorium
- SNI 03-6451-2000 : Metode Pengujian Kuat Lentur Adukan Semen
Hidraulik
- SNI 03-6477-2000 : Metode Penentuan 10 % Kehalusan untuk
Agregat
- SNI 03-6805-2002 : Metode Pengujian untuk Mengukur Nilai Kuat Tekan
Beton pada Umur Awal dan Memproyeksikan Kekuatan Pada Umur
Berikutnya
- SNI 03-6806-2002 : Tata Cara Perhitungan Beton Tidak Bertulang
Struktural
- SNI 03-6807-2002 : Metode Pengujian Kemampuan Mempertahankan Air
pada Campuran Graut untuk Beton Agregat Praletak di Laboratorium
- SNI 03-6808-2002 : Metode Pengujian Kekentalan Graut Untuk Beton
Agregat Praletak (Metode Pengujian Corong Alir)
- SNI 03-6809-2002 : Tata Cara Estimasi Kekuatan Beton dengan
Metode Maturity
- SNI 03-6810-2002 : Metode Pengujian Kadar Bahan Padat Total dan
Bahan Anorganik dalam Air Untuk Campuran Beton
- SNI 03-6811-2002 : Spesifikasi Bahan Pencampur Untuk Beton
Semprot
- SNI 03-6812-2002 : Spesifikasi Anyaman Kawat Baja Polos Yang Dilas
Untuk Tulangan Beton
- SNI 03-6814-2002 : Tata Cara Pelaksanaan Sambungan Mekanis
untuk Tulangan Beton
- SNI 03-6815-2002 : Tata Cara Mengevaluasi Hasil Uji Kekuatan Beton
- SNI 03-6816-2002 : Tata Cara Pendetailan Penulangan Beton
- SNI 03-6817-2002 : Metode Pengujian Mutu Air Untuk Digunakan
Dalam Beton
- SNI 03-2461-2002 : Spesifikasi Agregat Ringan untuk Beton Ringan
Struktur
- SNI 03-6817-2002 : Metode Pengujian Mutu Air untuk digunakan
dalam Beton
- SNI 03-6717-2002 : Tata Cara Penyiapan Benda Uji Dari Contoh
Agregat
- SNI 03-6889-2002 : Tata Cara Pengambilan Contoh Agregat

3. Istilah Dan Definisi


a) Agregat halus adalah agregat yang mempunyai diameter butir di atas
0,25 mm sampai 4 mm;
b) Agregat kasar adalah agregat yang mempunyai diameter butir di atas
4 mm sampai 31.5 mm;
c) Benda uji beton inti adalah benda uji beton berbentuk silinder hasil
pengeboran beton pada bangunan yang sudah dilaksanakan;
d) Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidrualik
yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa
bahan campuran tambahan membentuk masa padat;
e) Beton ringan adalah beton yang berat izin maksimum 1,9 ton/m3;
f) Beton segar adalah campuran beton yang telah selesai diaduk sampai
beberapa saat karakteristiknya tidak berubah (masih plastis dan
belum terjadi pengikatan);
g) Campuran beton yang terdiri dari campuran mutu beton fc’=20 Mpa
dengan batu-batu pecah ukuran maksimum 25 cm;
h) Construction joint adalah sambungan konstruksi beton;
i) Fly ash adalah residu halus yang dihasilkan dari sisa proses
pembakaran batu bara;
j) Form in place merupakan salah satu metode perawatan beton dengan
tetap mempertahankan cetakan sebagai dinding penahan pada
tempatnya selama waktu yang diperlukan beton dalam masa perawatan;
k) Kaping adalah pemberian lapisan perata pada permukaan bidang
tekan benda uji;
l) Kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan luas, yang
menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya
tekan tertentu yang dihasilkan oleh mesin tekan;
m)Pozzolan adalah bahan yang mengandung silika atau silika dan
alumunium yang bereaksi secara kimia dengan kalsium hidroksida
pada temperatur biasa membentuk senyawa bersifat cementitious;
n) Segregasi adalah terpisahnya antara pasta semen dan agregat dalam
suatu adukan;
o) Silica fume adalah bahan pozzolanic yang sangat halus yang
mengandung silica amorf yang dihasilkan dari elemen silica atau senyawa
ferro-silica;
p) Slump beton adalah besaran kekentalan (viscosity) / plastisitas dan
kohesif dari beton segar;
q) Superplasticizer adalah bahan tambah yang mengurangi air dalam
campuran dengan cukup banyak dan sangat berbeda.

4. Ketentuan Dan Persyaratan


Ketentuan dan persyaratan umum yang perlu diperhatikan dalam pedoman
spesifikasi teknis pekerjaan beton, bekisting dan waterstop harus memuat :
a) Toleransi
- Bangunan Beton
Batas penyimpangan pada gambar-gambar plat, balok mendatar
dan pengganti pagar;
 Terlihat : 1 cm setiap 3 m;
 Tertimbun : 5 cm setiap 3 m.
- Penyimpangan dalam dimensi potongan melintang dari kolom, pilar,
lantai, dinding, balok dan sebagainya.Minus : 1 cmPlus : 5 cm;
- Penyimpangan pada plat jembatan. Minus : 1 cmPlus : 2 cm;
- Dasar Pondasi penyimpangan ukuran-ukuran dalam perencanaan.
Minus : 1 cmPlus : 5 cm;
- Salah penempatan atau penyimpangan 2% dari lebar dasar pondasi,
terhadap rencana tidak lebih dari 5 cm;
- Pengurangan ketebalan : 5%;
- Penyimpangan lokasi dan ukuran pada lantai dan dinding yang
terbuka : 5 cm;
- Penyimpangan dari garis unting pada sisi dinding tembok untuk pintu
dan bangunan-bangunan air yang serupa : 0,1%;
- Penempatan tulangan baja;
Penyimpangan untuk beton pelindung : 10%
Penyimpangan dari tempat yang seharusnya : 2 cm
- Perletakan beton pra cetak
Penyimpangan terhadap trase yang seharusnya dibangun 1% dari
panjang beton pra cetak yang ada, dan tidak lebih dari 5 cm.
Penyimpangan terhadap elevasi rencana adalah 1% dari panjang
beton pra cetak yang ada, dan tidak lebih dari 5 cm.Penyimpangan garis
unting setiap beton pra cetak yang ditempatkan vertical tidak boleh lebih
dari 1 cm setiap 3 m.

b)Persyaratan Bahan
- Bangunan Beton
Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus jenis semen
portland yang memenuhi SNI 15-2049-1994. Apabila menggunakan
bahan tambahan yang dapat menghasilkan gelembung udara, maka
gelembung udara yang dihasilkan tidak boleh lebih dari 5 %, dan
harus mendapatkan persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
Dalam satu campuran, hanya satu merk semen portland yang boleh
digunakan, kecuali disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Jika di dalam satu
proyek digunakan lebih dari satu merk semen, maka Penyedia Jasa harus
mengajukan kembali rancangan campuran beton sesuai dengan merk
semen yang digunakan.
- Air
Air yang digunakan untuk campuran, perawatan, atau pemakaian
lainnya harus bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti
minyak, garam, asam, basa, gula atau organis. Air yang diusulkan dapat
digunakan jika kuat tekan mortar dengan air tersebut pada umur 7
hari dan 28 hari Memenuhi karakteristik kuat tekan yang ditentukan.
- Agregat
 Ketentuan Agradasi Agregat
Gradasi agregat kasar dan halus harus memenuhi ketentuan yang
diberikan, tetapi bahan yang tidak memenuhi ketentuan gradasi
tersebut harus diuji dan harus memenuhi sifat-sifat campuran
yang disyaratkan. Agregat kasar harus dipilih sedemikian rupa
sehingga ukuran agregat terbesar tidak lebih dari ¾ jarak bersih
minimum antarabaja tulangan atau antara baja tulangan dengan
acuan, atau celah-celah lainnya di mana beton harus dicor.
 Sifat-sifat Agregat
Agregat yang digunakan harus bersih, keras, kuat yang diperoleh dari
pemecahan batu atau koral, atau dari pengayakan dan pencucian
(jika perlu) kerikil dan pasir sungai.Agregat harus bebas dari bahan
organik seperti yang ditunjukkan oleh pengujian SNI
03-2816-1992 dan harus memenuhi sifat-sifat lainnya bila contoh-
contoh diambil dan diuji sesuai dengan prosedur yang berhubungan.
- Batu untuk Beton Siklop
Batu untuk beton siklop harus keras, awet, bebas dari retak, rongga dan
tidak rusak oleh pengaruh cuaca. Batu harus bersudut runcing, bebas
dari kotoran, minyak dan bahan-bahan lain yang mempengaruhi
ikatan dengan beton. Ukuran batu yang digunakan untuk beton siklop
tidak boleh lebih besar dari 25 cm.
- Bahan Tambah
Bahan tambah yang digunakan sebagai bahan untuk meningkatkan
kinerja beton dapat berupa bahan kimia atau bahan limbah yang berupa
serbuk halus sebagai bahan pengisi pori dalam campuran beton
dengan persetujuan Direksi.
- Bahan Kimia
Bahan tambah yang berupa bahan kimia ditambahkan dalam
campuran beton dalam jumlah tidak lebih dari 5% berat semen
selama proses pengadukan atau selama pelaksanaan pengadukan
tambahan dalam pengecoran beton. Bahan tambah yang digunakan
harus sesuai dengan standar spesifikasi yang ditentukan dalam SNI
03-2495-1991.
Bahan tambah dapat diklasifikasikan sesuai dengan penggunaannya
sebagai berikut :
 Tipe A : bahan pengurang kadar airberfungsi untuk mengurangi air
dalam campuran, dan pengunaannya bertujuan untuk mengurangi
water-cement rasio dalam campuran sesuai dengan workability
yang diinginkan, atau untuk meningkatkan workability ada angka
water-cement rasio yang telah ditetapkan;
 Tipe B : bahan untuk memperlambat waktu pengikatanberfungsi
untuk memperlambat waktu pengikatan pasta semen, sehingga akan
memperlambat pengerasan dari beton. Bahan tambah jenis ini
digunakan jika iklim di tempat pengecoran terlalu panas, dimana
waktu pengikatan pasta semen dalam keadaan normal menjadi
sangat pendek dikarenakan suhu yang tinggi;
 Tipe C : bahan untuk mempercepat waktu pengikatanberfungsi
untuk mempercepat waktu pengikatan pasta semen, yang akan
mempercepat pengerasan dari beton sehingga mempercepat
kekuatan beton, dan dapat digunakan dalam pabrik pembuatan beton
precast (dimana perlu pelepasan bekisting secepatnya), atau
pekerjaan perbaikan yang sangat penting;
 Tipe D : campuran bahan pengurang kadar air dan bahan
memperlambat waktu pengikatan.Bahan tambah ini untuk menambah
workability, dimana beton mempunyai kekuatan tinggi dapat dibuat
workabel tanpa mengurangi density, ketahanan dan kekuatannya.
Perlambatan waktu pengikatan sangat berguna untuk waktu
pengangkutan adukan beton yang lama ke tempat pengecoran,
pengecoran dalam kondisai yang sangat panas dan menghindari cold
joint;
 Tipe E : campuran bahan pengurang kadar air dan bahan
mempercepat waktu pengikatan.Bahan tambah ini untuk
menambah workability dan memberikan kekuatan awal yang
tinggi, atau memberikan kekuatan awal yang lebih tinggi pada
workability yang sama. Bahan tambah ini digunakan pada precast
karena memungkinkan pelepasan bekisting lebih awal dan dipakai
untuk pekerjaan perbaikan dimana kekuatan awal sangat diperlukan;
 Tipe F : bahan pengurang kadar air dengan tingkat angka tinggi
atau superplasticizer. Bahan tambah yang mengurangi air dalam
campuran dengan cukup banyak dan sangat berbeda dengan Tipe A,
D atau E. Penggunaan bahan ini digunakan membuat beton alir (flow
concrete) untuk menjangkau tempat yang tak terjangkau oleh
pengetar dan beton pompa (pumping concrete) pada jenis bangunan
yang rumit;
 Tipe G : campuran bahan pengurang kadar air dengan tingkat
angka tinggi tau superplasticizer dan bahan memperlambat waktu
pengikatan. Bahan tambah ini merupakan campuran dari Tipe F
dan Tipe B, tetapi slump loss-nya lebih kecil bila dibandingkan
dengan beton yang menggunakan superplasticizer.

- Mineral
Bahan tambah yang berupa mineral atau bahan limbah seperti Fly
Ash, Pozzolan, silica fume yang ditambahkan ke dalam campuran beton.
Bahan tambah yang digunakan harus sesuai atas persetujuan Direksi.

d) Persyaratan Kerja
- Pengajuan Kesiapan Kerja
 Penyedia Jasa harus mengirimkan contoh dari semua bahan yang
akan digunakan dan dilengkapi dengan data pengujian yang
memenuhi seluruh sifat bahan sesuai dengan Pasal ini;
 Penyedia Jasa harus mengirimkan rancangan campuran untuk
masing-masing mutu beton yang akan digunakan, 30 hari sebelum
pekerjaan pengecoran beton dimulai;
 Penyedia Jasa harus menyerahkan secara tertulis seluruh hasil
pengujian pengendalian mutu sesuai dengan ketentuan kepada
Direksi Pekerjaan sehingga data tersebut selalu tersedia apabila
diperlukan;
 Pengujian kuat tekan beton yang harus dilaksanakan pada umur 3
hari, 7 hari, 14 hari, dan 28 hari setelah tanggal pencampuran;
 Penyedia Jasa harus mengirimkan gambar detail dan perhitungan
terinci untuk seluruh perancah yang akan digunakan, dan harus
memperoleh persetujuan dari Direksi Pekerjaan sebelum setiap
pekerjaan perancah dimulai;
 Penyedia Jasa harus memberitahu Direksi Pekerjaan secara tertulis
mengenai rencana pelaksanaan pencampuran atau pengecoran setiap
jenis beton untuk mendapatkan persetujuannya paling sedikit 24
jam sebelum tanggal pelaksanaan, seperti yang disyaratkan disertai
dengan metode pengecoran, kapasitas peralatan yang digunakan,
tanggung jawab personil dan jadwal pelaksanaannya

- Penyimpanan dan Perlindungan Bahan


 Untuk penyimpanan semen, Penyedia Jasa harus menyediakan
tempat yang terlindung dari perubahan cuaca dan diletakkan di
atas lantai kayu dengan ketinggian tidak urang dari 30 cm dari
permukaan tanah serta ditutup dengan lembaran plastik
(polyethylene) selama penyimpanan dan tidak lebih dari 3 bulan sejak
disimpan dalam tempat penyimpanan di lokasi pekerjaan. Semen
tidak boleh ditumpuk melebihi melebihi 8 sak ke arah atas;
 Penyedia Jasa harus menjaga kondisi tempat kerja terutama
tempat penyimpanan agregat, agar terlindung dan tidak langsung
terkena sinar matahari dan hujan pepanjang waktu pengecoran;
 Penyimpanan agregat harus dilakukan sedemikian rupa sehingga
jenis agregat atau ukuran yang berbeda tidak tercampur.

- Kondisi Tempat Kerja


Setiap pelaksanaan pengecoran beton harus terlindung dari sinar
matahari secara langsung.
Sebagai tambahan, Penyedia Jasa tidak boleh melakukan pengecoran
jika :
 Tingkat penguapan melampaui 1,0 mm/jam;
 Selama turun hujan atau bila udara penuh debu atau tercemar.

- Pencampuran dan Penakaran


 Rancangan Campuran
Proporsi bahan dan berat penakaran harus berdasarkan hasil tes
campuran
 Campuran Percobaan
Penyedia Jasa harus membuat dan menguji campuran percobaan
dengan rancangan campuran serta bahan yang diusulkan dengan
disaksikan oleh Direksi Pekerjaan, yang menggunakan jenis
instalasi dan peralatan sebagaimana yang akan digunakan dalam
pelaksanaan pekerjaan.

- Permukaan Tampak
> Semua permukaan beton yang telah selesai harus terlihat padat
bersih dan tidak keropos;
> Semua permukaan yang tampak harus rata atau bulat;
> Pekerjaan plesteran pada permukaan beton tidak diijinkan dan
setiap beton yang kelihatan cacat harus dibongkar hingga kedalaman
tertentu dan diganti atau diperbaiki dengan cara
seperti yang diinginkan oleh Direksi Pekerjaan atas biaya Penyedia
Jasa.

5. Pelaksanaan Pekerjaan
Pelaksanaan pekerjaan yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi
teknis pekerjaan beton, bekisting dan waterstop harus memuat :
a) Pekerjaan Beton
- Pembetonan
 Penyiapan tempat kerja
o Penyedia Jasa harus membongkar bangunan lama yang akan
diganti dengan beton yang baru atau yang harus dibongkar untuk
dapat memungkinkan pelaksanaan pekerjaan beton yang baru.
Pembongkaran tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan
persyaratan dalam dari Spesifikasi ini;
o Penyedia Jasa harus menggali atau menimbun kembali pondasi
atau formasi untuk pekerjaan beton sesuai dengan garis yang
ditunjukkan dalam Gambar Kerja atau sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan sesuai dengan ketentuan
dalam Spesifikasi ini, dan harus membersihkan serta menggaru
tempat di sekeliling pekerjaan beton yang cukup luas sehingga
dapat menjamin dicapainya seluruh sudut pekerjaan;
o Jika diperlukan harus disediakan jalan kerja yang stabil untuk
menjamin dapat diperiksanya seluruh sudut pekerjaan dengan
mudah dan aman;
o Seluruh dasar pondasi, pondasi dan galian untuk pekerjaan
beton harus dijaga agar senantiasa kering. Beton tidak boleh dicor
di atas tanah yang berlumpur, bersampah atau di dalam air.
Apabila beton akan dicor di dalam air, maka harus dilakukan
dengan cara dan peralatan khusus untuk menutup kebocoran
seperti pada dasar sumuran atau cofferdam dan atas
persetujuan Direksi Pekerjaan;
o Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan
dan benda lain yang harus berada di dalam beton (seperti pipa
atau selongsong) harus [41] sudah dipasang dan diikat kuat
sehingga tidak bergeser pada saat pengecoran;
o Bila disyaratkan atau diperlukan oleh Direksi Pekerjaan, maka
bahan lantai kerja untuk pekerjaan beton harus dihampar sesuai
dengan ketentuan dari Spesifikasi ini;
o Direksi Pekerjaan akan memeriksa seluruh galian yang disiapkan
untuk pondasi sebelum menyetujui pemasangan acuan, baja
tulangan atau pengecoran beton;
o Jika dijumpai kondisi tanah dasar pondasi yang tidak memenuhi
ketentuan, maka Penyedia Jasa dapat diperintahkan untuk
mengubah dimensi atau kedalaman pondasi dan/atau menggali
dan mengganti bahan di tempat yang lunak, memadatkan tanah
pondasi atau melakukan tindakan stabilisasi lainnya
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan;
o Penyedia Jasa harus memastikan lokasi pengecoran bebas dari
resiko terkena air hujan dengan memasang tenda seperlunya.
Direksi Pekerjaan berhak menunda pengecoran sebelum tenda
terpasang dengan benar. Penyedia Jasa juga harus memastikan
lokasi pengecoran bebas dari resiko terkena air pasang atau muka
air tanah dengan penanganan seperlunya.

- Cetakan Beton
 Jika disetujui oleh Direksi Pekerjaan, maka acuan dari tanah harus
dibentuk dari galian, dan sisi-sisi samping serta dasarnya harus
dipangkas secara manual sesuai dimensi yang diperlukan. Seluruh
kotoran tanah yang lepas harus dibuang sebelum pengecoran beton;
 Cetakan harus digunakan, dimana perlu untuk membatasi dan
membentuk beton sesuai dengan keinginan. Cetakan dapat dibuatdari
kayu, besi atau bahan lainnya yang cukup kuat sesuai dengan
ukuran–ukuran yang ada di dalam gambar;
 Cetakan harus diperkuat dan ditopang agar mampu menahan
berat sendiri adukan beton, penggetaran beton, beban konstruksi,
angin dan tekanan lainnya dengan tidak berubah bentuk;
 Penyedia Jasa harus menyerahkan satu set yang lengkap, gambar
cetakan sesuai dengan ketentuan diatas, untuk mendapatkan
persetujuan Direksi Pekerjaan, sebelum memulai pekerjaan, walaupun
demikian penyerahan tersebut kepada Direksi Pekerjaan untuk
disetujui, tidak mengurangi tanggung jawab Kontraktor bagi
keberhasilannya;
 Permukaan cetakan beton yang berhubungan dengan beton harus
bebas dari sampah, paku, alur–alur, belahan, atau cacat–cacat
lainnya. Mengisi celah–celah sambungan cetakan beton harus
berhati–hati dan dilaksanakan sedemikian rupa agar sanggup
mengembang dibawah pengaruh kelembaban beton tanpa
menimbulkan perubahan bentuk cetakan, celah–celah harus diisi
secukupnya untuk mencegah hilangnya air semen. Bagaimanapun
penggunaan kertas dengan tegas dilarang;
 Pembuatan lubang bagian dalam cetakan untuk pemeriksaan,
pembuangan air dapat dilakukan untuk itu cetakan dapat dibuat
sedemikian rupa hingga [42]dapat dengan mudah ditutup sebelum
pengecoran dimulai;
 Sebelum pengecoran beton semua baut–baut harus dipasang pada
posisinya, semua yang diperlukan dan alat–alat lain untuk
menutup lubang harus dipasang pada cetakan. Tidak
diperbolehkan membuat lubang didalam beton tanpa persetujuan
Direksi Pekerjaan;
 Penggunaan kawat yang diikat untuk menyangga cetakan tidak
diijinkan dilakukan pada dinding beton yang akan tampak;
 Lubang–bekas ikatan kawat harus ditutup dengan beton setelah
cetakan dibongkar;
 Jika batangan logam digunakan untuk menyangga cetakan
ujungnya tidak boleh kurang dari 3 cm dari permukaan beton yang
terbentuk. Semua permukaan cetakan yang menempel dengan beton
harus dilumasi dengan oli untuk memastikan bahwa cetakan dapat
dibuka dengan mudah;
 Pelumas harus diterapkan pada cetakan sebelum tulangan
dipasang dan harus berhati–hati mencegah pelumas jangan
sampai mengenai besi tulangan. Sebelum pengecoran dan pembesian
semua celah–celah cetakan yang telah diisi harus dibersihkan dan
dikeringkan. Bila cetakan beton dibuat dan siap untuk pengecoran
maka harus diperiksa oleh Direksi Pekerjaan. Tidak diperkenankan
mengecor bila cetakan belum disetujui Direksi Pekerjaan;
 Penyedia Jasa harus memberitahukan kepada Direksi Pekerjaan
sekurang– kurangnya 24 (dua puluh empat) jam sebelum cetakan
siap untuk diperiksa.
- Pencampuran Beton
 Perbandingan Campuran
o Beton harus mengandung semen, agregat bergradasi baik, air
dan bahan additive bila diperlukan, dicampurkan bersama –
sama dan digunakan untuk menghasilkan kekuatan yang
diharapkan.
o Beton diklasifikasikan berdasarkan tekanan pada 7 hari dan
umur 28 hari dengan ukuran maksimum agregat.

 Proporsi campuran untuk masing–masing klas beton diatas akan


diberikan oleh Direksi, berdasarkan hasil–hasil test percobaan
campuran yang dikerjakan Penyedia Jasa;
 Penyedia Jasa dapat merubah proporsi dari waktu ke waktu untuk
mendapatkan kepadatan maksimum dari beton, kemudahan
pengerjaan, kekentalan dan kekuatan dengan faktor air semen
yang sekecil mungkin dengan persetujuan Direksi tidak ada tambahan
biaya atas perubahan tersebut;
 Kandungan air di dalam beton akan diatur oleh Direksi, dalam
batas yang ditetapkan untuk mendapatkan faktor air semen pada
beton dengan kekentalan yang benar. Tidak diperkenankan
penambahan air untuk mengatasi mengerasnya beton sebelum
ditempatkan. Keseragaman kekentalan beton pada setiap adukan
[43] adukan beton harus mengikuti tabel di
adalah perlu. Slump dari pada
bawah ini, setelah beton diendapkan.
- Penakaran
 Penyedia Jasa harus menyediakan alat penakar yang disetujui
DireksiPekerjaan dan harus memelihara serta mengoperasikan
peralatan seperti yang diperlukan agar secara tepat mengontrol
dan menentukan jumlah dari masing–masing bahan yang
dicampurkan, sesuai dengan petunjuk Direksi Pekerjaan;
 Peralatan harus mampu memproduksi beton sebanyak 1 (satu)
hingga 5 (lima) meter kubik atau lebih per jam secara keseluruhan
dengan mencampurkan agregat, semen, bahan additive (bila
perlu), dan air menjadi suatu campuran yang merata tanpa
pemisahan–pemisahan. Juga mampu mengimbangi perubahan–
perubahan kadar air dari agregat, serta merubah berat material–
material yang ikut tercakup;
 Jumlah masing–masing bahan yang membentuk beton tersebut
dapat ditentukan dengan timbangan kecuali jumlah air yang diukur
dengan takaran. Meskipun demikian material beton dapat juga
diukur secara volume, bilamana disetujui oleh Direksi Pekerjaan;
 Penyedia Jasa juga harus menyediakan penguji berat yang standar
dan peralatan lain yang diperlukan untuk mengecek operasi dan tiap–
tiap skala pengukuran pengaduk tersebut, serta melakukan pengujian
periodik terhadap perubahan harga pengukuran dalam pekerjaan–
pekerjaan adukan.

- Mesin Pengaduk Beton


 Material beton harus dimasukkan dalam pengaduk yang berpenakar
dalam waktu yang tidak lebih dari satu setengah menit, kecuali
sejumlah air yang diperlukan sudah ada dalam alat pengaduk
tersebut;
 Seluruh air pencampur harus diberikan sebelum seperempat waktu
pencampuran terlampaui. Waktu pencampuran adukan yang
volumenya lebih besar dari 0,75 m3 harus ditambah seperempat menit
pada setiap penambahan 0,5 m3;
 Alat pencampur beton tidak boleh dibebani volume yang melebihi
kapasitas maksimum, atau dioperasikan melebihi kecepatan yang
dianjurkan pabrik pembuatnya. Alat tersebut dapat menghasilkan
beton dengan kekentalan dan warna yang merata secara menerus dan
disetujui Direksi Pekerjaan;
 Semua peralatan pencampur harus selalu dibersihkan sebelum
melakukan pekerjaan. Pencampuran pertama setelah pembersihan,
tidak boleh digunakan dalam pekerjaan. Blades penumbuk yang
ada dalam alat pencampur perlu diganti bila telah aus menjadi 2
cm.

- Truk Pencampur
 Material beton juga dicampur di dalam truk pencampur. Drum–
drum yang ada pada truk pencampur harus berputar dengan
kecepatan yang dianjurkan [44]
oleh Pabrik;
 Operasi pencampuran dapat dimulai dalam waktu 30 menit setelah
bahan–bahan pencampur tersebut berada di dalam pencampur,
setelah itu beton dapat diangkut menuju tempat pekerjaan dan
satu jam setelah penambahan air pengecoran harus selesai;
 Pada saat cuaca panas atau pada kondisi adukan beton yang cepat
mengeras, waktu pencampuran harus kurang dari 1 jam, sesuai
dengan petunjuk Direksi Pekerjaan

- Mencampur Beton dengan Tenaga Manusia


 Pekerjaan mencampur beton dengan manual tidak diijinkan kecuali
jika situasi tidak memungkinkan untuk menggunakan mesin
pencampur setelah mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan;
 Dalam keadaan seperti itu, beton harus diaduk dengan tangan,
sedekat mungkin ke lokasi dimana beton akan ditempatkan. Harus

dilakukan dibak pengaduk yang bersih dan kedap air. Jika bak
dibuat dari kayu, maka sela–sela kayu harus ditutup agar tidak ada
kehilangan air dari adukan;
 Semua agregat dan semen harus diaduk–aduk dalam keadaan
kering sekurang–kurangnya 3 kali. Kemudian air ditambahkan
berangsur-angsur dipuncak adukan, selanjutnya agregat kembali
diaduk dalam keadaan basah, sekurang–kurangnya 3 (tiga) kali
sebelum adukan diangkat ketempat pengecoran.

- Pengecoran
 Pelaksanaan Pengecoran
o Penyedia Jasa harus memberitahukan Direksi Pekerjaan secara
tertulis paling sedikit 24 jam sebelum memulai pengecoran beton,
atau meneruskan pengecoran beton jika pengecoran beton telah
ditunda lebih dari 6 jam (final setting);
o Pemberitahuan harus meliputi lokasi, kondisi pekerjaan, mutu
beton dan tanggal serta waktu pencampuran beton. Direksi
Pekerjaan akan memberi tanda terima atas pemberitahuan
tersebut dan akan memeriksa acuan, tulangan dan
mengeluarkan persetujuan tertulis untuk memulai pelaksanaan
pekerjaan seperti yang direncanakan. Penyedia Jasa tidak boleh
melaksanakan pengecoran beton tanpa persetujuan tertulis dari
Direksi Pekerjaan;
o Walaupun persetujuan untuk memulai pengecoran sudah
diterbitkan, pengecoran beton tidak boleh dilaksanakan jika Direksi
Pekerjaan atau wakilnya tidak hadir untuk menyaksikan operasi
pencampuran dan pengecoran secara keseluruhan;
o Segera sebelum pengecoran beton dimulai, acuan harus
dibasahi dengan air atau diolesi pelumas di sisi dalamnya yang
tidak meninggalkan bekas;
o Pengecoran beton harus dibuat sedemikian rupa hingga
penempatan dan penanganannya mudah dilakukan tanpa
adanya pemisahan butiran;
o Adukan beton dicor lapis [45]demi lapis dengan ketebalan tertentu,
berurutan mulai dari bawah. Agar lapisan yang baru dapat
menyatu dengan lapisan dibawahnya, adukan beton digetar dari
lapisan bawah dengan alat penggetar (vibrator);
o Tidak diperkenankan melakukan pengecoran bila persiapan besi
tulangan dan bagian – bagian yang ditanam, cetakan dan
perancah belum diperiksa dan disetujui Direksi Pekerjaan secara
tertulis;

o Dalam pengecoran beton bertulang, harus dijaga jangan sampai


terjadi pemisahan butiran. Apabila bentuk tulangan pada dasar
cetakan cukup rapat, dicor terlebih dahulu lapisan selimut beton
setebal 3 cm, dengan spesi yang sama dengan yang dibutuhkan
oleh beton diatasnya;
o Jika pengecoran permukaan telah mencapai ketinggian lebih
dari yang ditentukan oleh Direksi, kelebihan ini harus segera
dibuang. Semua pengecoran harus selesai dalam waktu 60
menit telah keluar dari mesin pengaduk, kecuali jika ditentukan lain
oleh Direksi;
o Beton jangan dicor di dalam atau pada aliran kecuali jika
ditentukan atau disetujui sebelumnya. Air yang mengumpul selama
pengecoran harus segera dibuang. Beton jangan dicor diatas
beton lain yang baru saja dicor selama lebih dari 30 menit,
kecuali jika ada konstruksi sambungan yang akan ditentukan
kemudian;
o Jika pelaksanaan pengecoran dihentikan, lokasi sambungan
harus ditempatkan pada posisi yang benar secara vertikal maupun
horizontal, dengan permukaan dibuat kasar atau bergerigi untuk
menahan gesekan dan membentuk ikatan sambungan beton
berikutnya, seperti yang diinginkan oleh Direksi Pekerjaan.
o Sebelum pengecoran berakhir, permukaan beton harus dibuat
kasar atau disambungkan untuk menyingkap agregat.
Permukaan beton harus tetap lembab dan dilindungi dengan
mortel semen (perbandingan berat) 1 : 2 setebal 1 cm;
o Beton harus dicor pada posisi dan urutan – urutan seperti yang
ditunjukkan dalam gambar, atau atas petunjuk Direksi
Pekerjaan. Beton yang dicor ditempatkan langsung pada
cetakannya sedemikian rupa untuk menghindari pemisahan butiran
dan penggeseran tulangan beton, acuan, atau bagian – bagian
yang tertanam, serta membentuk lapisan – lapisan yang tidak lebih
tebal dari 40 cm padat;
o Pengecoran harus secara menerus hingga mencapai sambungan
ditentukan pada gambar atau menurut petunjuk Direksi Pekerjaan;
o Beton tidak boleh diangkut dengan peluncur atau dijatuhkan
kereta dorong lebih tinggi dari 1,5 m kecuali jika diijinkan oleh
Direksi Pekerjaan untuk menjatuhkan ketempat penampungan
sementara dan kemudian diambil lagi dengan sekop sebelum
dicorkan;
[46]
o Pengecoran beton tumbuk/lantai kerja dikerjakan pada urutan
sebelumnya atau mengikuti petunjuk Direksi dan harus dikerjakan
secara menerus sampai dengan selesai. Bila perlu Penyedia Jasa
harus bekerja lembur untuk mencapai target tersebut.
 Pemadatan
o Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis dari dalam
atau dari luar acuan yang telah disetujui. Jika diperlukan dan
disetujui oleh Direksi Pekerjaan, penggetaran harus disertai
penusukan secara manual dengan alat yang cocok untuk menjamin
kepadatan yang tepat dan memadai. Alat penggetar tidak boleh
digunakan untuk memindahkan campuran beton dari satu titik
ke titik lain di dalam acuan;
o Pemadatan harus dilakukan secara hati-hati untuk memastikan
semua sudut, di antara dan sekitar besi tulangan benar-benar terisi
tanpa menggeser tulangan sehingga setiap rongga dan gelembung
udara terisi;
o Lama penggetaran harus dibatasi, agar tidak terjadi segregasi
pada hasil pemadatan yang diperlukan;
o Alat penggetar mekanis dari luar harus mampu menghasilkan
sekurang- kurangnya 5000 putaran per menit dengan berat
efektif 0,25 kg, dan boleh diletakkan di atas acuan supaya dapat
menghasilkan getaran yang merata;
o Posisi alat penggetar mekanis yang digunakan untuk
memadatkan beton di dalam acuan harus vertikal sedemikian
hingga dapat melakukan penetrasi sampai kedalaman 10 cm
dari dasar beton yang baru dicor sehingga menghasilkan
kepadatan yang menyeluruh pada bagian tersebut. Apabila alat
penggetar tersebut akan digunakan pada posisi yang lain maka,
alat tersebut harus ditarik secara perlahan dan dimasukkan kembali
pada posisi lain dengan jarak tidak lebih dari 45 cm. Alat
penggetar tidak boleh berada pada suatu titik lebih dari 15 detik
atau permukaan beton sudah mengkilap;
o Jumlah minimum alat penggetar mekanis;
o Apabila kecepatan pengecoran 20 m3 /jam, maka harus
digunakan alat penggetar yang mempunyai dimensi lebih besar
dari 7,5 cm;
o Dalam segala hal, pemadatan beton harus sudah selesai
sebelum terjadi waktu ikat awal (initial setting).
 Sambungan Pelaksanaan (Construction Joint)
o Jadwal pengecoran beton yang berkaitan harus disiapkan untuk
setiap jenis bangunan yang diusulkan beserta lokasi sambungan
pelaksanaan seperti yang ditunjukkan pada Gambar Rencana
untuk disetujui oleh Direksi Pekerjaan;
o Sambungan pelaksanaan tidak boleh ditempatkan pada
pertemuan elemen-elemen bangunan kecuali ditentukan demikian;
o Sambungan pelaksanaan pada tembok sayap tidak diijinkan.
Semua sambungan konstruksi harus tegak lurus terhadap sumbu
memanjang dan pada umumnya harus diletakkan pada titik dengan
gaya geser minimum; [47]
o Jika sambungan vertikal diperlukan, baja tulangan harus
menerus melewati sambungan sedemikian rupa sehingga membuat
bangunan tetap monolit;
o Pada sambungan pelaksanaan harus disediakan lidah alur
dengan ke dalaman paling sedikit 4 cm untuk dinding, pelat
serta antara dasar pondasi dan dinding. Untuk pelaksanaan
pengecoran pelat yang terletak di atas permukaan dengan cara
manual, sambungan konstruksi harus diletakkan sedemikian rupa
sehingga pelat-pelat mempunyai luas maksimum 40 m2;
o Penyedia Jasa harus menyediakan pekerja dan bahan-bahan
yang diperlukan untuk kemungkinan adanya sambungan
pelaksanaan tambahan jika pekerjaan terpaksa mendadak harus
dihentikan akibat hujan atau terhentinya pemasokan beton atau
penghentian pekerjaan oleh Direksi Pekerjaan;
o Atas persetujuan Direksi Pekerjaan, bonding agent yang dapat
digunakan untuk pelekatan pada sambungan pelaksanaan dan cara
pelaksanaannya harus sesuai dengan petunjuk pabrik pembuatnya;
o Pada lingkungan air asin atau korosif, sambungan pelaksanaan
tidak diperkenankan berada pada 75 cm di bawah muka air
terendah atau 75 cm di atas muka air tertinggi kecuali
ditentukan lain dalam Gambar Kerja.

b) Pekerjaan Pondasi Beton


- Sebelum menempatkan beton pada pondasi, Penyedia Jasa harus
membersihkan semua kotoran yang ada termasuk minyak, serpihan
tanah, reruntuhan, plastik, sisa kertas dan genangan air yang ada
sesuai dengan permintaan Direksi Pekerjaan;
- Selama pengecoran Penyedia Jasa harus menjaga permukaan yang
dicor bersih dari genangan air;
- Pengecoran beton belum boleh dilaksanakan sebelum Direksi Pekerjaan
memeriksa dan menyetujui persiapan pekerjaan pondasi tersebut;
- Jika tidak ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan, sebelum
melakukan pengecoran, permukaan tanah atau kerikil harus disiram air
semen setelah bersih;
- Jika permukaan tersebut berupa cadas, permukaannya dibersihkan
dan dibuat bergerigi agar terbentuk ikatan yang kuat, baru adukan
semen ditempatkan diatasnya;
- Adukan semen tersebut harus mempunyai perbandingan semen– pasir
yang sama dengan perbandingan semen pasir yang
digunakan untuk beton;

e) Pekerjaan Akhir
- Acuan tidak boleh dibongkar dari bidang vertikal, dinding, kolom yang
tipis dan bangunan yang sejenis lebih awal 30 jam setelah pengecoran
beton tanpa mengabaikan perawatan;
- Acuan yang ditopang oleh perancah di bawah pelat, balok, gelegar,
atau bangunan busur, tidak boleh dibongkar hingga pengujian kuat
tekan beton menunjukkan paling sedikit 85 % dari kekuatan
rancangan beton;
- Untuk memungkinkan pengerjaan akhir, acuan yang digunakan
untuk pekerjaan yang diberi hiasan, tiang sandaran, tembok pengarah
(parapet), dan permukaan vertikal yang terekspos harus dibongkar
dalam waktu paling sedikit 9 jam setelah pengecoran dan tidak
lebih dari 30 jam, tergantung pada keadaan cuaca dan tanpa
mengabaikan perawatan.

f) Permukaan (Pengerjaan Akhir Biasa)


- Kecuali diperintahkan lain, permukaan beton harus dikerjakan
segera setelah pembongkaran acuan. Seluruh perangkat kawat
atau logam yang telah digunakan untuk memegang acuan, dan acuan
yang melewati badan beton, harus dibuang atau dipotong kembali
paling sedikit 2,5 cm di bawah permukaan beton. Tonjolan mortar dan
ketidakrataan lainnya yang disebabkan oleh sambungan cetakan harus
dibersihkan;
- Direksi Pekerjaan harus memeriksa permukaan beton segera
setelah pembongkaran acuan dan dapat memerintahkan penambalan
atas kekurang sempurnaan minor yang tidak akan mempengaruhi
bangunan atau fungsi lain dari pekerjaan beton. Penambalan harus
meliputi pengisian lubang-lubang kecil dan lekukan dengan adukan
semen;
- Jika Direksi Pekerjaan menyetujui pengisian lubang besar akibat
keropos, pekerjaan harus dipahat sampai ke bagian yang utuh
(sound), membentuk permukaan yang tegak lurus terhadap
permukaan beton;
- Lubang harus dibasahi dengan air dan adukan pasta (semen dan
air, tanpa pasir) harus dioleskan pada permukaan lubang. Selanjutnya
lubang harus diisi dengan adukan yang kental yang terdiri dari satu
bagian semen dan dua bagian pasir dan
dipadatkan. Adukan tersebut harus dibuat dan didiamkan sekira 30
menit sebelum dipakai agar dicapai penyusutan awal, kecuali
digunakan jenis semen tidak susut (non shrinkage cement).

g) Permukaan (Pekerjaan Akhir Khusus)


- Permukaan yang terekspos harus diselesaikan dengan pekerjaan akhir
berikut ini, atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan;
- Bagian atas pelat, kerb, dan permukaan horisontal lainnya
sebagaimana yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, harus digaru
dengan mistar bersudut untuk memberikan bentuk serta
ketinggianyang diperlukan segera setelah pengecoran beton dan harus
diselesaikan secara manual sampai rata dengan menggerakkan perata
kayu secara memanjang dan melintang, atau dengan cara lain yang
sesuai sebelum beton mulai mengeras;
- Perataan permukaan horisontal tidak boleh menjadi licin, seperti
untuk trotoar, harus sedikit kasar tetapi merata dengan penyapuan,
atau cara lain sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan,
sebelum beton mulai mengeras;
- Permukaan yang tidak horisontal yang telah ditambal atau yang masih
belum rata harus digosok dengan batu gurinda yang agak kasar
(medium), dengan menempatkan sedikit adukan semen pada
permukaannya. Adukan harus terdiri dari semen dan pasir halus yang
dicampur sesuai dengan proporsi yang digunakan untuk pengerjaan
akhir beton. Penggosokan harus dilaksanakan sampai seluruh tanda
bekas acuan, ketidakrataan, tonjolan hilang, dan seluruh rongga terisi,
serta diperoleh permukaan yang rata. Pasta yang dihasilkan dari
penggosokan ini harus dibiarkan tertinggal di tempat.

h) Perawatan Beton
- Segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari
pengeringan dini, temperatur yang terlalu panas, dan gangguan
mekanis. Beton harus dijaga agar kehilangan kadar air yang terjadi
seminimal mungkin dan diperoleh temperatur yang relatif tetap dalam
waktu yang ditentukan untuk menjamin hidrasi yang sebagaimana
mestinya pada semen dan pengerasan beton;
- Pekerjaan perawatan harus segera dimulai setelah beton mulai
mengeras (sebelum terjadi retak susut basah) dengan menyelimutinya
dengan bahan yang dapat menyerap air. Lembaran bahan penyerap
air ini yang harus dibuat jenuh dalam waktu paling
sedikit 7 hari. Semua bahan perawatan atau lembaran bahan penyerap
air harus menempel pada permukaan yang dirawat;
- Jika acuan kayu tidak dibongkar maka acuan tersebut harus
dipertahankan dalam kondisi basah sampai acuan dibongkar, untuk
mencegah terbukanya sambungan-sambungan dan pengeringan
beton;
- Permukaan beton yang digunakan langsung sebagai lapis aus harus
dirawat setelah permukaannya mulai mengeras (sebelum terjadi retak
susut basah) dengan ditutupi oleh lapisan pasir lembab setebal 5
cm paling sedikit selama 21 hari;
- Beton semen yang mempunyai sifat kekuatan awal yang tinggi,
harus dibasahi sampai kuat tekannya mencapai 70 % dari kekuatan
rancangan beton berumur 28 hari.

6. Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi
teknis pekerjaan beton, bekisting dan waterstop harus memuat :
a) Penerimaan bahan
Bahan yang diterima (air, semen, agregat dan bahan tambah bila
diperlukan) harus diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan
dengan mengecek/memeriksa bukti tertulis yang menunjukkan
bahwa bahan-bahan yang telah diterima harus sesuai dengan ketentuan
persyaratan bahan pada Pekerjaan Beton dan Bekisting.

b) Pengawasan
Direksi pekerja harus menempatkan seorang personal khusus yang
mempunyai keahlian untuk melakukan pengawasan pekerjaan sesuai
dengan persyaratan kerja.

c) Perencanaan Campuran
- Ketentuan Sifat-sifat Campuran
 Campuran beton yang tidak memenuhi ketentuan kelecakan
(misalnya dinyatakan dengan nilai “slump”) seperti yang diusulkan
tidak boleh digunakan pada pekerjaan, terkecuali bila Direksi
Pekerjaan dalam beberapa hal menyetujui penggunaannya secara
terbatas. Kelecakan (workability) dan tekstur campuran harus
sedemikian rupa sehingga beton dapat dicor pada pekerjaan tanpa
membentuk rongga, celah, gelembung udara atau gelembung air, dan
sedemikian rupa sehingga pada saat pembongkaran acuan diperoleh
permukaan yang rata, halus dan padat;
 Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi
kuat tekan yang disyaratkan, atau yang disetujui oleh Direksi
Pekerjaan, bila pengambilan contoh, perawatan dan pengujian sesuai
dengan SNI 03-1974-1990, SNI 03-4810-1998, SNI 03-
2493-1991, SNI 03-2458-1991;
 Jika pengujian beton umur 7 hari menghasilkan kuat tekan beton di
bawah kekuatan yang disyaratkan, maka Penyedia Jasa tidak
diperkenankan mengecor beton lebih lanjut, sampai penyebab dari
hasil yang rendah tersebut diketahui dengan pasti dan diambil
tindakan-tindakan yang menjamin bahwa produksi beton
berikutnya memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam Spesifikasi;
 Kuat tekan beton umur 28 hari yang tidak memenuhi ketentuan
yang disyaratkan harus dipandang sebagai pekerjaan yang tidak
dapat diterima dan pekerjaan tersebut harus diperbaiki sebagaimana
disyaratkan di atas. Kekuatan beton dianggap lebih kecil dari yang
disyaratkan jika hasil pengujian serangkaian benda uji dari suatu
bagian pekerjaan yang dilaksanakan lebih kecil dari kuat tekan beton
karakteristik yang diperoleh dari rumus yang diuraikan;
 Direksi Pekerjaan dapat pula menghentikan pekerjaan dan/atau
memerintahkan Penyedia Jasa untuk mengambil tindakan
perbaikan dalam meningkatkan mutu campuran atas dasar hasil
pengujian kuat tekan beton umur 3 hari. Dalam keadaan demikian,
Penyedia Jasa harus segera menghentikan pengecoran beton yang
diragukan tetapi dapat memilih menunggu sampai hasil pengujian
kuat tekan beton umur 7 hari diperoleh, sebelum menerapkan
tindakan perbaikan, pada waktu tersebut Direksi Pekerjaan akan
menelaah kedua hasil pengujian umur 3 hari dan 7 hari, dan dapat
segera memerintahkan tindakan perbaikan yang dipandang perlu;
 Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi ketentuan
dapat mencakup pembongkaran dan penggantian seluruh beton.
Tindakan tersebut tidak boleh berdasarkan pada hasil pengujian kuat
tekan beton umur 3 hari saja, kecuali bila Penyedia Jasa dan Direksi
Pekerjaan sepakat dengan perbaikan tersebut.
- Penyesuaian Campuran
 Penyesuaian Sifat Mudah Dikerjakan (Kelecakan atau Workability) Jika
sifat kelecakan pada beton dengan proporsi yang semula
dirancang sulit diperoleh, maka Penyedia Jasa boleh melakukan
perubahan rancangan agregat, dengan syarat dalam hal apapun
kadar semen yang semula dirancang tidak berubah, juga rasio
air/semen yang telah ditentukan berdasarkan pengujian yang
menghasilkan kuat tekan yang memenuhi tidak dinaikkan.
Pengadukan kembali beton yang telah dicampur dengan cara
menambah air atau oleh cara lain tidak diijinkan. Bahan tambahan
untuk meningkatkan sifat kelecakan hanya diijinkan bila telah
disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
- Penyesuaian Kekuatan
Jika beton tidak mencapai kekuatan yang disyaratkan, maka kadar
semen dapat ditingkatkan atau dapat digunakan bahan tambahan
dengan syarat disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

- Penyesuaian Untuk Bahan-bahan Baru


Perubahan sumber atau karakteristik bahan tidak boleh dilakukan
tanpa pemberitahuan tertulis kepada Direksi Pekerjaan. Bahan baru tidak
boleh digunakan sampai Direksi Pekerjaan menerima bahan tersebut
secara tertulis dan menetapkan proporsi baru berdasarkan atas hasil
pengujian campuran percobaan baru yang dilakukan oleh Penyedia Jasa

- Bahan Tambahan (admixture)


 Bila perlu menggunakan bahan tambahan, maka Penyedia Jasa
harus mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan. Jenis dan takaran
bahan tambahan yang akan digunakan untuk tujuan tertentu
harus dibuktikan kebenarannya melalui pengujian campuran di
laboratorium. Ketentuan mengenai bahan tambahan ini harus
mengacu pada SNI 03-2495-1991;
 Bila akan digunakan bahan tambahan berupa butiran yang sangat
halus, sebagian besar berupa mineral yang bersifat cementious seperti
abu terbang (fly ash), mikrosilika (silicafume), atau abu slag besi (iron
furnace slag), yang umumnya ditambahkan pada semen sebagai
bahan utama beton, maka penggunaan bahan tersebut harus
berdasarkan hasil pengujian laboratorium yang menyatakan bahwa
hasil kuat tekan yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan yang
diinginkan pada Gambar Rencana dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan;
 Dalam hal penggunaan bahan tambahan dalam campuran beton,
maka bahan tersebut ditambahkan pada saat pengadukan beton.
Bahan tambahan ini hanya boleh digunakan untuk meningkatkan
kinerja beton segar (fresh concrete);

 Penggunaan bahan tambahan ini dilakukan dalam hal-hal berikut :


o Meningkatkan kinerja kelecakan adukan beton tanpa menambah
air;
o Mengurangi penggunaan air dalam campuran beton tanpa
mengurangi kelecakan;
o Mempercepat pengikatan hidrasi semen atau pengerasan beton;
o Memperlambat pengikatan hidrasi semen atau pengerasan
beton;
o Meningkatkan kinerja kemudahan pemompaan beton;
o Mengurangi kecepatan terjadinya slump loss;
o Mengurangi susut beton atau memberikan sedikit
pengembangan volume beton (ekspansi);
o Mengurangi terjadinya bleeding;
o Mengurangi terjadinya segregasi.
 Untuk tujuan peningkatan kinerja beton sesudah mengeras, bahan
tambahan campuran beton bisa digunakan untuk keperluan- keperluan
sebagai berikut :
o Meningkatkan kekuatan pada beton muda;
o Mengurangi atau memperlambat panas hidrasi pada proses
pengerasan beton, terutama untuk beton dengan kekuatan awal
yang tinggi;
o Meningkatkan kinerja pengecoran beton di dalam air atau di
laut;
o Meningkatkan keawetan jangka panjang beton;
o Meningkatkan kekedapan beton (mengurangi permeabilitas
beton);
o Mengendalikan ekspansi beton akibat reaksi alkali agregat;
o Meningkatkan daya lekat antara beton baru dan beton lama;
o Meningkatkan daya lekat antara beton dan baja tulangan;
o Meningkatkan ketahanan beton terhadap abrasi dan tumbukan.
Walaupun demikian, penggunaan aditif dan admixture perlu dilakukan
secara hati-hati dan dengan takaran yang tepat sesuai
manualpenggunaannya, serta dengan proses pengadukan yang baik,
agar pengaruh penambahannya pada kinerja beton bisa dicapai secara
merata pada semua bagian beton. Dalam hal ini perlu dimengerti bahwa
dosis yang berlebih akan dapat mengakibatkan menurunnya kinerja
beton, atau dalam hal yang lebih parah, dapat menimbulkan kerusakan
pada beton.

d) Pelaksanaan Pencampuran
- Penakaran Agregat
 Seluruh komponen bahan beton harus ditakar menurut berat. Bila
digunakan semen kemasan dalam zak, kuantitas penakaran harus
sedemikian sehingga kuantitas semen yang digunakan adalah setara
dengan satu satuan atau kebulatan dari jumlah zak semen. Agregat
harus ditimbang beratnya secara terpisah. Ukuran setiap penakaran
tidak boleh melebihi kapasitas alat pencampur;
 Penakaran agregat harus dilakukan dalam kondisi jenuh kering
permukaan (SSD-saturated surface dry). Apabila hal tersebut tidak
dilakukan maka harus dilakukan koreksi penakaran sesuai dengan
kondisi agregat di lapangan. Untuk mendapatkan kondisi agregat
yang jenuh kering permukaan dapat dilakukan dengan cara
menyemprot tumpukan agregat dengan air secara berkala paling
sedikit 12 jam sebelum penakaran untuk menjamin kondisi jenuh
kering permukaan;
 Penyedia Jasa harus dapat menunjukkan sertifikat kalibrasi yang
masih berlaku untuk seluruh peralatan yang digunakan untuk
keperluan penakaran bahan-bahan beton termasuk saringan agregat
pada perangkat ready mix
- Pencampuran
 Beton harus dicampur dalam mesin yang dijalankan secara
mekanis dari jenis dan ukuran yang disetujui sehingga dapat
menjamin distribusi yang merata dari seluruh bahan;
 Pencampur harus dilengkapi dengan tangki air yang memadai dan
alat ukur yang akurat untuk mengukur dan mengendalikan jumlah air
yang digunakan dalam setiap penakaran;
 Cara pencampuran bahan beton dilakukan sebagai berikut,
pertama masukkan sebagian air, kemudian seluruh agregat sehingga
mencapai kondisi yang cukup basah, dan selanjutnya masukkan
seluruh semen yang sudah ditakar hingga tercampur dengan agregat
secara merata. Terakhir masukkan sisa air untuk menyempurnakan
campuran;
 Waktu pencampuran harus diukur mulai pada saat air dimasukkan ke
dalam campuran bahan kering. Seluruh sisa air yang diperlukan harus
sudah dimasukkan sekira seperempat waktu pencampuran tercapai.
Waktu pencampuran untuk mesin berkapasitas ¾ m3 atau kurang
harus sekira 1,5 menit; untuk mesin yang lebih besar waktu harus
ditingkatkan 15 detik untuk tiap penambahan 0,5 m3;
 Bila tidak mungkin menggunakan mesin pencampur, Direksi
Pekerjaan dapat menyetujui pencampuran beton dengan cara

manual dan harus dilakukan sedekat mungkin dengan tempat


pengecoran. Penggunaan pencampuran beton dengan cara
manual harus dibatasi hanya pada beton non-struktural.
- Pengujian Campuran
 Pengujian Untuk Kelecakan (Workability)
Satu pengujian "slump", atau lebih sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, harus dilaksanakan pada
setiap pencampuran beton yang dihasilkan, dan pengujian harus
dianggap belum dikerjakan kecuali disaksikan oleh Direksi
Pekerjaan atau wakilnya. Nilai slump pada setiap campuran tidak
boleh berada diluar rentang nilai slump (± 2 cm) yang disyaratkan.
 Pengujian Kuat Tekan
o Penyedia Jasa harus membuat sejumlah set benda uji (3 buah
benda uji per set) untuk pengujian kuat tekan berdasarkan jumlah
beton yang dicorkan untuk setiap kuat tekan beton dan untuk
setiap jenis komponen bangunan yang dicor terpisah pada tiap
hari pengecoran;
o Untuk keperluan pengujian kuat tekan beton, Penyedia Jasa
harus menyediakan benda uji beton berupa silinder dengan
diameter 150 mm dan tinggi 300 mm, dan harus dirawat sesuai
dengan SNI 03-4810-1998. Benda uji tersebut harus dicetak
bersamaan dan diambil dari contoh yang sama dengan benda uji
silinder yang akan dirawat di laboratorium;
o Jumlah set benda uji yang dibuat berdasarkan jumlah kuantitas
pengecoran atau komponen bangunan yang dicor secara
terpisah dan diambil jumlah terbanyak diantara keduanya;
o Pengambilan benda uji untuk pengecoran yang didapat dari
pencampuran secara manual, setiap 10 meter kubik beton harus
dibuat 1 set benda uji dan untuk setiap komponen bangunan yang
dicor terpisah minimal diambil 3 set benda uji;
o Jumlah benda uji yang harus dibuat untuk pengecoran hasil
produksi ready mix, diambil pada setiap pengiriman (1 set untuk
setiap truk). 1set = 3 buah benda uji;
o Setiap set pengujian minimum tersebut harus diuji untuk kuat
tekan beton umur 28 hari;
o Apabila dalam pengujian kuat tekan benda uji tersebut terdapat
perbedaan nilai kuat tekan yang > 5% antara dua buah benda uji
dalam set tersebut, maka benda uji ketiga dalam set tersebut
harus diuji kuat tekannya. Hasil kuat tekan yang digunakan dalam
perhitungan statistik adalah hasil dari 2 buah benda uji yang
berdekatan nilainya;

o Kekuatan beton diterima dengan memuaskan bila fc


karakteristik dari benda uji lebih besar atau sama dengan fc
rencana;
o Nilai hasil uji tekan satupun tidak boleh mempunyai nilai di
bawah 0,85 fc’;
o Jika salah satu dari kedua syarat tersebut di atas tidak dipenuhi,
maka harus diambil langkah untuk meningkatkan rata-rata dari
hasil uji kuat tekan berikutnya, dan langkah-langkah lain untuk
memastikan bahwa kapasitas daya dukung dari bangunan tidak
membahayakan;
o Jika dari hasil perhitungan dengan kuat tekan menunjukkan
bahwa kapasitas daya dukung bangunan berkurang, maka
diperlukan suatu uji bor (core drilling) pada daerah yang diragukan
berdasarkan aturan pengujian yang berlaku. Dalam hal ini harus
diambil paling tidak 3 (tiga) buah benda uji bor inti pada daerah
yang tidak membahayakan bangunan untuk setiap hasil uji tekan
yang meragukan atau terindikasi bermutu rendah seperti
disebutkan di atas;
o Beton di dalam daerah yang diwakili oleh hasil uji bor inti bisa
dianggap secara bangunan antara lain cukup baik bila rata-rata
kuat tekan dari ketiga benda uji bor inti tersebut tidak kurang dari
0,85 fc’ dan tidak satupun dari benda uji bor inti yang mempunyai
kekuatan kurang dari 0,75 fc’. Dalam hal ini, perbedaan umur
beton saat pengujian kuat tekan benda uji bor inti terhadap umur
beton yang disyaratkan untuk penetapan kuat tekan beton (yaitu
28 hari, atau lebih bila disyaratkan), perlu diperhitungkan dan
dilakukan koreksi dalam menetapkan kuat tekan beton yang
dihasilkan.

 Pengujian Tambahan
Penyedia Jasa harus melaksanakan pengujian tambahan yang
diperlukan untuk menentukan mutu bahan atau campuran atau
pekerjaan beton akhir, sebagaimana yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan. Pengujian tambahan tersebut meliputi :
o Pengujian yang tidak merusak menggunakan alat seperti Impact
Echo, Ultrasonic Penetration Velocity atau perangkat penguji
lainnya (hasil pengujian tidak boleh digunakan sebagai dasar
penerimaan);
o Pengujian pembebanan bangunan atau bagian bangunan yang
dipertanyakan;
o Pengambilan dan pengujian benda uji inti (core) beton;

o Pengujian lainnya sebagaimana ditentukan oleh Direksi


Pekerjaan.

e) Perbaikan Atas Pekerjaan Beton Yang Tidak Memenuhi Ketentuan


- Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi kriteria
toleransi yang disyaratkan,atau yang tidak memiliki permukaan akhir
yang memenuhi ketentuan,atau yang tidak memenuhi sifat-sifat
campuran yang disyaratkan, harus mengikuti petunjuk yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan antara lain :
 Perubahan proporsi campuran beton untuk sisa pekerjaan yang
belum dikerjakan;
 Penanganan pada bagian bangunan yang hasil pengujiannya gagal;
 Perkuatan, pembongkaran atau penggantian sebagian atau
menyeluruh pada bagian pekerjaan yang memerlukan penanganan
khusus.
- Jika terjadi perbedaan pendapat dalam hal mutu pekerjaan beton atau
adanya keraguan dari data pengujian yang ada, Direksi Pekerjaan dapat
meminta Penyedia Jasa melakukan pengujian tambahan yang diperlukan
untuk menjamin bahwa mutu pekerjaan yang telah dilaksanakan dapat
dinilai dengan adil dengan meminta pihak ketiga untuk
melaksanakannya;
- Perbaikan atas pekerjaan beton yang retak atau bergeser sesuai
dengan ketentuan dari Spesifikasi ini. Penyedia Jasa harus
mengajukan detail rencana perbaikan untuk mendapatkan
persetujuan Direksi Pekerjaan sebelum memulai pekerjaan.

7. Pengukuran Dan Pembayaran


Pengukuran dan pembayaran yang perlu diperhatikan dalam pedoman
spesifikasi teknis pekerjaan beton harus memuat :
a) Pengukuran
- Pekerjaan Beton
 Cara Pengukuran
o Beton akan diukur dengan jumlah meter kubik pekerjaan beton
yang digunakan dan diterima sesuai dengan dimensi yang
ditunjukkan pada Gambar Kerja atau yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan dengan batas toleransi yang diijinkan dan
dibayar ukuran minimal yang masih masuk dalam toleransi.
Tidak ada pengurangan yang akan dilakukan untuk volume
yang ditempati oleh pipa dengan garis tengah kurang dari 20
cm atau oleh benda lainnya yang tertanam seperti "water stop",
baja tulangan, selongsong pipa (conduit) atau lubang sulingan
(weephole);
o Tidak ada pengukuran tambahan atau yang lainnya yang akan
dilakukan untuk acuan, perancah untuk balok dan lantai
pemompaan, penyelesaian akhir permukaan, penyediaan pipa
sulingan, pekerjaan pelengkap lainnya untuk penyelesaian
pekerjaan beton, dan biaya dari pekerjaan tersebut telah dianggap
termasuk dalam harga penawaran untuk Pekerjaan Beton;
o Kuantitas bahan untuk lantai kerja, bahan drainase porous, baja
tulangan dan mata pembayaran lainnya yang berhubungan dengan
bangunan yang telah selesai dan diterima akan diukur untuk
dibayarkan seperti disyaratkan pada Bagian lain dalam Spesifikasi
ini;
o Beton yang telah dicor dan diterima harus diukur dan dibayar
sebagai beton bangunan atau beton tidak bertulang. Beton
Bangunan harus beton yang disyaratkan atau disetujui oleh
Direksi Pekerjaan sebagai fc’=21,7 MPa (K-250) atau lebih
tinggi dan Beton Tak Bertulang harus beton yang disyaratkan atau
disetujui untuk fc’=14,5 MPa (K-175) atau fc’=9,8 Mpa (K-
125). Jika beton dengan mutu (kekuatan) yang lebih tinggi
diperkenankan untuk digunakan di lokasi untuk mutu
(kekuatan) beton yang lebih rendah, maka volumenya harus diukur
sebagai beton dengan mutu (kekuatan) yang lebih rendah.

 Pengukuran Untuk Pekerjaan Beton Yang Diperbaiki


o Jika pekerjaan telah diperbaiki, kuantitas yang akan diukur
untuk pembayaran harus sejumlah yang harus dibayar bila
mana pekerjaan semula telah memenuhi ketentuan;
o Tidak ada pembayaran tambahan akan dilakukan untuk tiap
peningkatan kadar semen atau setiap bahan tambah (admixture),
juga tidak untuk tiap pengujian atau pekerjaan tambahan atau
bahan pelengkap lainnya yang diperlukan untuk mencapai mutu
yang disyaratkan untuk pekerjaan beton.

- Pekerjaan Waterstop
Pengukuran pembayaran pekerjaan waterstop dibuat berdasarkan meter
panjang terpasang, sesuai as waterstop seperti terlihat pada gambar.

b) Dasar Pembayaran
Kuantitas yang diterima dari berbagai mutu beton yang ditentukan
sebagaimana yang disyaratkan di atas, akan dibayar pada Harga
Kontrak untuk Mata Pembayaran dan menggunakan satuan pengukuran
yang ditunjukkan dalam Daftar Kuantitas Harga dan pembayaran harus
merupakan kompensasi penuh untuk seluruh penyediaan dan
pemasangan seluruh bahan yang tidak dibayar dalam Mata Pembayaran
lain, termasuk "water stop", lubang sulingan, acuan, perancah untuk
pencampuran, pengecoran, pekerjaan akhir dan perawatan beton, dan
untuk semua biaya lainnya yang perlu dan lazim untuk penyelesaian
pekerjaan yang sebagaimana mestinya.
8. Besi Tulangan a)
Umum
- Besi tulangan untuk pekerjaan konstruksi beton dapat berupa besi
polos dan besi ulir yang memenuhi ketentuan standar JIS atau
ASTM A615, Grade 60 atau SII 0376-84;
- Penyedia Jasa harus mendapat persetujuan Pengguna Jasa untuk
pengadaan besi tulangan yang akan dipergunakan dan
menyerahkan sertifikat produksi pabrik setiap pengirimannya ke lokasi
pekerjaan;
- Penyedia Jasa dengan biaya sendiri harus melakukan uji material
bila diminta Pengguna Jasa dengan prosedur baku uji yang
disetujui Pengguna Jasa;
- Tampang melintang besi tulangan yang dikirim ke lokasi kerja
harus sama pada seluruh panjangnya dengan yang disetujui Pengguna
Jasa;
- Dua besi tulangan dengan diameter yang sama yang diambil secara
random dari besi tulangan yang dikirim ke lokasi kerja harus tidak
boleh berbeda lebih dari 2% (dua persen) dari diameter yang
disyaratkan. Besi tulangan harus bersih dari karat, oli, kotoran dan
tidak cacat.

b) Gambar Pembesian
Penyedia Jasa wajib menyerahkan gambar pembesian berikut dengan
daftar besi dan pembengkokannya kepada Pengguna Jasa untuk
mendapat persetujuan sebelum pemasangannya di lokasi pekerjaan.

c) Pemasangan Besi Tulangan


- Besi tulangan harus dipotong, ditekuk dan dibentuk sesuai dengan
ukuran/dimensi yang ditunjukkan pada gambar pembesian yang

telah disepakati. Besi tulangan harus dipasang pada lokasi dan


posisi yang tepat sesuai dengan gambar dan diikat kuat pada
cetakan beton;
- Besi tulangan harus menyatu dengan kuat antara satu dengan yang
lain sebagai suatu rangkaian/anyaman yang kokoh yang tidak mudah
berubah bentuk dan diikat dengan kuat pada cetakan dengan
posisi yang tepat dan tidak mudah bergeser selama proses penuangan
dan pemadatan beton;
- Semua ujung-ujung kawat pengikat harus ditekuk ke arah dalam
adukan beton, tidak diijinkan mencuat keluar permukaan beton;
- Batu tahu untuk membentuk selimut beton, dibuat dari beton pra-
cetak dengan kuat desak tidak kurang dari tipe beton yang akan
dituang, dengan tebal sesuai dengan desain tebal selimut beton diikat
kuat pada cetakan dengan kawat dan disiram air sesaat sebelum beton
dituang;
- Sebelum penuangan beton dilaksanakan, seluruh besi tulangan
harus dibersihkan dari material lepas, debu, lumpur, kerak, oli atau
sisa beton hasil pengecoran sebelumnya yang menempel/mengeras
dan bahan lainnya yang dapat melemahkan ikatan dengan beton;
- Penyedia Jasa wajib memberikan waktu tidak kurang dari 24 jam
sebelum pelaksanaan penuangan beton, kepada Pengguna Jasa untuk
melakukan pemeriksaan kesiapan pelaksanaan secara menyeluruh
dan memberi persetujuan bila semuanya sesuai dengan ketentuan
dalam spesifikasi.
d) Penyambungan Besi Tulangan
- Semua besi tulangan harus dipasang dengan susunan dan panjang
seperti pada gambar kecuali bila ditentukan dan disetujui berbeda
oleh Pengguna Jasa;
- Kecuali yang sudah ditetapkan dalam gambar penyambungan besi
tulangan lainnya tidak diperkenankan tanpa persetujuan Pengguna
Jasa Penyambungan harus dilakukan dengan overlap sepanjang
mungkin;
- Panjang overlap antara 2 (dua) besi tulangan yang disambung
harus sesuai dengan gambar. Bila tidak ditunjukkan dalam gambar,
panjang overlap harus tidak kurang dari 30 (tiga puluh) diameter besi
tulangan.
- Untuk penyambungan dengan cara overlap, besi tulangan harus
dipasang dan diikat dengan kawat sedemikian sehingga tebal
selimut beton tetap memenuhi ketentuan.

e) Selimut Beton
Semua besi tulangan harus dipasang dengan tebal selimut beton
sesuai dengan ketentuan dalam gambar, atau atas perintah Pengguna
Jasa.
f) Pengukuran Pembayaran Besi Tulangan
- Kecuali untuk beton pracetak, besi tulangan diukur dalam satuan berat
ton untuk setiap jenis/tipe besi tulangan bulat-polos atau bulat-ulir,
berdasarkan berat yang dihitung untuk besi tulangan dengan ukuran
diameter dan panjang yang ditunjukkan dalam daftar dan gambar
pembesian/penulangan yang disetujui Pengguna Jasa;
- Untuk menghitung berat besi tulangan setiap tipe besi sebagai
dasar pembayaran, ketentuan berat dalam SNI 07-2052-1990 yang
setara dengan JIS G3112;
- Bila diameter besi tulangan dalam gambar tidak ada dalam daftar
diatas, Pengguna Jasa akan menetapkan berat besi tulangan yang
dipasang di lokasi pekerjaan berdasarkan ketentuan dalam standar SNI
atau JIS;
- Besi tulangan yang diperlukan untuk pemasangan, penyetelan,
penjepit, pengikat dan keperluan lainnya untuk penempatan besi
tulangan pada cetakan, tidak diperhitungkan dalam pembayaran. Besi
tulangan untuk overlap sambungan akan diperhitungkan dalam
pembayaran;
- Pembayaran untuk pekerjaan besi tulangan dilakukan berdasarkan
harga satuan yang ditawarkan/dicantumkan dalam Daftar Kuantitas
dan Harga untuk masing-masing tipe besi bulat-ulir dan besi bulat-
polos. Harga satuan tersebut sudah termasuk biaya dan ongkos untuk
pekerja, peralatan, material, alat penyediaan, pemasangan dan
penyetelan besi tulangan dan semua pekerjaan pendukung yang
disebut dalam Spesifikasi ini.
VI. PENUTUP

1. Pada prinsipnya seluruh pekerjaan telah dibuat dalam gambar dan Spesifikasi
Teknis, bila ternyata masih ada pekerjaan yang harus dilaksanakan namun tidak
tersebut dalam gambar dan Spesifikasi Teknis atau ke dua - duanya maka
pekerjaan tersebut tetap harus dilaksanakan atas biaya Kontraktor Pelaksana.
2. Segala hal yang menyangkut merk serta produk tertentu, bisa disubstitusi merk
lain asal sekualitas / sejenis dan mendapat persetujuan Direksi,
3. Kontraktor Pelaksana tidak hanya melaksanakan hal yang tersurat dalam
Spesifikasi Teknis ini, namun juga hal yang tersirat, yaitu upaya untuk
melaksanakan pekerjaan ini sebaik mungkin sesuai tingkat kualitas yang
dimaksudkan.
4. Segala sesuatu yang belum tercantum dalam peraturan ini akan ditentukan
kemudian dalam rapat penjelasan (Aanwijzing) yang merupakan satu kesatuan dari
peraturan ini.

Surabaya, 2021
Dibuat Oleh
Konsultan Perencana
CV. CATRA SURYA PRESISI

FEBRI ADITYA, ST
Direktur

Anda mungkin juga menyukai