SPESIFIKASI TEKNIS
(RKS)
Pekerjaan Umum
1
Semen / Portland Dynamix, Gresik, Tiga
Cement ( PC ) Roda
Semen
MU, Prime Mortar,
Semen Instan (Mortar)
Bostik
Bekisting Multiplek 12 mm
Rangka kayu meranti
3 Kelengkapan K3
Helm
SNI ISO 3878:2012
Keselamatan/
SNI 3873:2012
Safety Helmet
SNI-06-0652-2015
Sarung Tangan/
SNI-06-0652-2005
Hand
SNI-06-1301-1989
Protection
SNI-08-6113-1999
Rompi
Keselamatan/
ANSI/ISEA 107-2010
Safety Vest
Sepatu
Pengaman/ Safety
SNI 7037:2009
Shoes
II. PERSYARATAN KUALIFIKASI
1. Peserta harus memiliki Surat Ijin Usaha Jasa Konstruksi (SIUJK) atau Nomor Induk Berusaha
(NIB) dan Sertifikat Badan Usaha (SBUJK) Kualifikasi Usaha Kecil klasifikasi bangunan sipil
sub-klasifikasi jasa pelaksana konstruksi saluran air, pelabuhan, dam, dan prasarana Sumber Daya
Air lainnya kode SI 001.
2. Memiliki personil dengan Kualifikasi sesuai/ sama seperti yang dipersyaratkan.
3. Mempunyai SKP (Sisa Kemampuan Paket).
SERTIFIKAT
NO JABATAN PENGALAMAN JUMLAH
KEAHLIAN/KETERAMPILAN
SUB BIDANG KATEGORI (TAHUN)
PELAKSANA
1 LAPANGAN - TS 028/TS 045 0 1
PEKERJAAN JALAN
TS 062
2 MANDOR - SKT Pasangan Beton 0 1
Precast
SERTIFIKAT K3
3 PETUGAS K3 - Bidang Konstruksi/ 0 1
SKA K3 Konstruksi
Persyaratan Personil:
IV. PERALATAN
I. PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Pengukuran di Lapangan untuk Mutual Check (MC)
a) Pengukuran lapangan harus dilakukan sebelum memulai pelaksanaan
pekerjaan, selama pelaksanaan pekerjaan dan setelah pekerjaan selesai;
b) Pedoman utama pekerjaan pengukuran di lapangan adalah patok
beton yang merupakan titik tetap (Bench Mark) yang akan ditentukan
oleh Direksi pekerjaan;
c) Jumlah patok beton yang akan dipasang minimal di tambahan 2 (dua)
buah patok beton, yang akan dijadikan sebagai titik bantu utama,
diletakkan diujung awal dan ujung akhir dari lokasi rencana konstruksi
dan tidak boleh terusik atau rusak atau berubah posisinya secara
langsung maupun tidak langsung selama pelaksanaan pekerjaan dan
untuk lahan pekerjaan yang cukup panjang perlu ditambah patok
bantu sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan;
d) Patok bantu yang merupakan titik bantu utama, posisi elevasi dan
koordinatnya harus diikat secara sempurna dengan patok beton titik
utama. Patok bantu sebagai titik bantu utama, harus mempunyai ukuran
lebar (10 x 10) cm panjang 100 cm serta harus tertanam sedalam 50 cm
dengan posisi tegak dan cukup kokoh tidak mudah berubah bentuk dan
posisinya;
e) Semua data, gambar sketsa pengukuran dan perhitungan hasil
pengukuran sebelum dimulainya pelaksanaan pekerjaan, harus disahkan
oleh Direksi pekerjaan, dan selanjutnya dipakai sebagai pedoman untuk
penggambaran rencana gambar pelaksanaan (Construction Drawing);
f) Pengukuran lapangan dan pematokan pada saluran. harus
dilaksanakan dengan jarak/ interval paling jauh setiap 25 m atau
sesuai instruksi Pengguna Jasa khususnya pada lokasi tertentu yang
mengharuskanuntuk lebih dekat/pendek yang dimulai dari titik awal
tikungan, tengah-tengah tikungan dan ujung akhir tikungan;
g) Selama masa pelaksanaan, semua data dan perhitungan hasil
pengukuran harus disahkan oleh Direksi pekerjaan, dan dari waktu ke
waktu selama masa pelaksanaan pekerjaan akan dipergunakan
sebagai dasar perhitungan prestasi hasil pelaksanaan pekerjaan;
h) Setelah semua pekerjaan selesai dilaksanakan, maka harus dilakukan
pengukuran akhir dari hasil pelaksanaan pekerjaan;
2. Pembersihan Akhir
Jika pekerjaan telah selesai seluruhnya, Penyedia Jasa harus
memindahkan semua fasilitas, instalasi, dan alat – alat dari proyek yang
akan menjadi bagian yang permanen dari bangunan lapangan akan
diserahkan hingga memuaskan Direksi dalam keadaan bersih bebas dari
kotoran, material – material yang sudah tidak digunakan dan alat – alat
bantu sementara.
3. Pembayaran
a) Pembayaran untuk mobilisasi dan pembersihan lapangan akhir harus
dibuat atas dasar harga lump sum dalam daftar kuantitas pekerjaan;
b) Kemajuan pembayaran harus dibuat sebagai berikut :
Jika 5 % dari total harga kontrak sudah diterima pembayarannya dari
bagian- bagian lain dari lingkup pekerjaan, maka 45 % dari jumlah untuk
mobilisasi dan pembersihan lapangan akhir dapat dibayarkan apabila :
Semua alat – alat konstruksi atau yang disetujui untuk diganti telah
dipenuhi 0 % sampai 50 % seperti tercantum dalam proposal teknik
dalam daftar lingkup pekerjaan dan berada dilapangan, tidak ada
pembayaran untuk alat- alat yang didaftar tetapi tidak ada di
lapangan;
c) Jika 50 % dari harga borongan telah dibayarkan dari lingkup
pekerjaan yang lain, maka sampai 45 % dari mobilisasi dan pembersihan
lapangan dapat dibayarkan kepada Pemborong apabila : Semua alat-alat
konstruksi atau disetujui untuk diganti sudah dipenuhi
50 % sampai 100 %, seperti tercantum dalam proposal teknik dan dalam
daftar lingkup pekerjaan, berada dilapangan dan dalam keadaan
bekerja;
d) Kemajuan Pembayaran untuk mobilisasi dan demobilisasi serta
pembersihan lapangan akhir akan dikenakan retensi 5 % dan retensi ini
tidak akan dibayarkan apabila kegiatan tersebut belum
dilaksanakan sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan.
2. Acuan Normatif
Standar Nasional Indonesia (SNI) :
a) SNI 03-1742-1989 : Metode Pengujian Kepadatan Ringan untuk
Tanah;
b) SNI 03-1743-1989 : Metode Pengujian Kepadatan Berat Untuk Tanah;
c) SNI 03-1966-1989 : Metode Pengujian Batas Plastis;
d) SNI 03-1965-1990 : Metode Pengujian Kadar Air Tanah;
e) SNI 03-1967-1990 : Metode Pengujian Batas Cair dengan Alat
Casagrande;
f) SNI 03-1976-1990 : Metode Koreksi untuk Pengujian Pemadatan
Tanah yang mengandung Butir Kasar;
g) SNI 03-2636-1992 : Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan
Tanah Untuk Bangunan Sederhana;
h) SNI 03-2832-1992 : Metode Pengujian untuk Mendapatkan Kepadatan
Tanah Maksimum;
i) SNI 03-2828-1992 : Metode Pengujian Kepadatan Lapangan dengan
Alat Konus Pasir;
j) SNI 03-3422-1994 : Metode Pengujian Batas Susut Tanah;
k) SNI 03-3423-1994 : Metode Pengujian Analisis Ukuran Butir Tanah
dengan Alat Hidrometer;
l) SNI 03-3422-1994 : Metode Pengujian Batas Susut Tanah;
b)Klasifikasi Galian
Pekerjaan galian diklasifikasikan sebagai pekerjaan galian tanah dan
pekerjaan galian batu sebagai berikut :
- Galian Tanahyang dimaksud adalah galian tanah, sedimen/endapan,
pasir, kerikil, kerakal, atau batu yang dapat digali dengan mudah
tanpa menggunakan alat khusus (ripper) atau peledakan termasuk upaya
penanganannya, pembentukan/perapian lubang galian agar sesuai
dengan lokasi, jalur, elevasi, kelandaian dan dimensi seperti yang telah
ditetapkan dalam gambar atau petunjuk/perintah Pengguna Jasa,
serta pengangkutan material hasil galian ke lokasi pembuangan akhir
atau lokasi penampungan sementara sebelum dipergunakan sebagai
tanah bahan timbun;
- Galian tanah diklasifikasikan dalam 5 (lima) tipe galian sesuai dengan
kondisi dan lokasi daerah penggalian sebagai berikut :
Tipe-A : galian untuk saluran, sungai, embung, jalan, drainasi dan
galian tanah biasa lainnya yang berada diatas permukaan air’
Tipe-B: galian tanah endapan / sedimen untuk normalisasi
saluran/sungai/embung;
Tipe-C : galian tanah keras/cadas untuk pondasi bangunan Air dan
bangunan pelengkapnya serta pekerjaan sejenis;
Tipe-D : galian dibawah permukaan air pada sungai dan saluran
pembuang alam / buatan tanpa upaya pengeringan / pemompaan;
Tipe-E : galian dasar sungai untuk pembangunan bangunan Air
antara lain : Bendung, Ground Sill, Check Dam, Konsolidasi Dam,
Revetment / Perkuatan tebing Sungai, tanggul sungai, embung
dan fasilitas lainnya, dimana tanah dilokasi galian mengandung
banyak kerikil, kerakal dan batu.
- Dimensi galian untuk bangunan air dan bangunan pelengkap yang
diperhitungkan dalam pembayaran pekerjaan tersebut dibatasi sesuai
Galian Tipe-E
Galian Tipe E.1 terdiri :
o Biaya menggali tanah keras/cadas dengan kedalaman kurang
dari 1 m secara manual;
o Ongkos mengangkut untuk dibuang disekitarnya dengan jarak
< 30 m dan dan perapihan.
- Pekerjaan galian tanah Tipe-B diukur dalam satuan meter kubik (m3)
galian tanah endapan (sedimen) pekerjaan sungai / saluran yang
diperhitungkan berdasarkan hasil pengukuran (setting-out survey),
gambar kerja dan pekerjaan yang telah diselesaikan dengan rapi;
- Pembayaran pekerjaan galian Tipe-B dilaksanakan berdasarkan harga
satuan dalam Daftar Kuantitas dan Harga yang sudah termasuk
semua biaya untuk pekerja, peralatan, bahan dan pekerjaan
penunjang dan upaya lain yang diperlukan untuk kelancaran
pekerjaan galian, angkutan dan pembuangan tanah hasil galian termasuk
landasan kerja untuk alat berat di atas tanah lembek, jalan akses
sementara, relokasi saluran/bangunan pengelak, partisi,
pengeringan/pemompaan dan lain-lain;
- Yang dimaksud dalam Pembayaran Galian Tipe-B adalah sebagai
berikut :
Galian Type-B.1 terdiri :
o Biaya menggali tanah endapan / sedimen dengan kedalaman
kurang dari 1 m secara manual;
o Ongkos mengangkut untuk membuang disekitarnya dengan
jarak < 30 m danperapihan.
Galian Type-C.3 terdiri :
o Biaya menggali tanah keras / cadas dengan kedalaman >1 m–3 m
secara manual;
o Ongkos mengangkut untuk dibuang disekitarnya dengan jarak <
30 m dan perapihan.
c) Galian Batu
- Galian batu lunak dan galian batu keras diukur dalam satuan meter
kubik (m3) yang diperhitungkan mulai dari permukaan batu sampai ke
garis dan elevasi galian yang sudah dirapikan sesuai dengan gambar
kerja. Penetapan tentang jenis galian batu weathered rock dan galian
batu sound rock sesuai ketentuan dalam spesifikasi ini, garis batas
antara kedua jenis galian batu ditetapkan oleh Pengguna Jasa;
- Pembayaran untuk galian batu lunak dan galian batu keras akan
dilakukan sesuai dengan harga satuan jenis pekerjaan tersebut dalam
Daftar Kuantitas dan Harga;
- Harga tersebut dianggap sudah termasuk semua biaya untuk pekerja,
peralatan, bahan, pengukuran, galian, angkutan dan pembuangan,
perapian dan pencegahan longsoran tebing galian dan upaya lainnya
kecuali bila sudah ditetapkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga misalnya
jalan akses sementara, relokasi saluran dan bangunan
pengelak/pengaman, pengeringan/pemompaan, partisi dan lain-lain;
- Harga satuan pekerjaan galian batu keras sudah termasuk biaya
untuk peledakan batu dan upaya lainnya yang diperlukan kelancaran
pelaksanaan;
- Yang dimaksud dalam Pembayaran Galain Type F dan G adalah
sebagai berikut :
Galian Type-F terdiri :
o Biaya menggali batu lunak dengan alat berat;
o Mengangkut / memmbuang pada lokasi sesuai yang ditentukan
oleh Direksi Pekerjaan;
o Biaya alat dan penunjangnya antara lain Excavator, wheel
loader, giant breaker dll yang sejenis sesuai kebutuhan dilapangan
dan perapihan.
Galian Type-G.1 terdiri :
o Biaya menggali batu keras dengan alat berat;
o Mengangkut / memmbuang pada lokasi sesuai yang ditentukan
oleh Direksi Pekerjaan;
o Biaya alat dan penunjangnya antara lain Excavator, Bulldozer,
wheel loader pick hammer, giant breaker dll yang sejenis sesuai
kebutuhan dilapangan dan perapihan.
d) Pengukuran
Pengukuran untuk pembayaran pekerjaan timbunan Tipe-A1, A2, B1, B2,
C1, C2 dan D dilakukan dalam satuan meter-kubik (m3) timbunan padat
yang diukur berdasarkan tampang memanjang, tampang
melintang, elevasi, kemiringan, dan jarak sesuai dengan gambar kerja
yang telah disepakati dan hasil pengukuran prestasi kerja yang
terakhir termasuk timbunan Tipe-D, dengan memperhatikan
settlement dan subsidence tanah pondasi yang masih berlanjut.
2. Acuan Normatif
Standar Nasional Indonesia (SNI)
- SNI 15-0302-1989 : Semen Pozolan Kapur
- SNI 15-2049-1994 : Semen Portland
- SNI 15-0129-1994 : Semen Portland Putih
- SNI 15-0302-1999 : Semen Portland Pozolan - SNI 03-2417-1991 :
Metode Pengujian Keausan Agregat Dengan Mesin Abrasi Los Angeles
- SNI 03-3046-1992 : Kawat Bronjong dan Bronjong Berlapis PVC
(Polivinil Chlorida)
- SNI 15-3758-1995 : Semen Aduk Pasangan
- SNI 03-0090-1999 : Spesifikasi Bronjong Kawat
- SNI 03-6817-2002 : Metode Pengujian Mutu Air Untuk digunakan
dalam Beton
- SNI 03-6882-2002 : Spesifikasi Mortar Untuk Pekerjaan Pasangan
4. Persyaratan Bahan
a) Batu
- Batu harus bersih, keras, tanpa bagian yang tipis atau retak dan harus
dari jenis yang diketahui awet;
- Bila perlu, batu harus dibentuk untuk menghilangkan bagian yang
tipis atau lemah;
- Batu yang digunakan adalah batu belah atau batu bulat, batu kali
yang dipecah salah satu sisinya tidak rapuh tidak keropos, tidak
berpori;
- Batu harus rata, lancip atau lonjong bentuknya dan dapat
ditempatkan saling mengunci bila dipasang bersama-sama;
- Untuk batu dari hasil galian, harus dibersihkan dari lapisan tanah yang
menyelimuti agar permukaan batu bersih;
- Ukuran batu berkisar antara diameter 15-30 cm. Batu bulat atau batu
kali hanya boleh digunakan setelah salah satu sisinya dipecah atau sesuai
persetujuan Direksi dan digunakan bersama-sama dengan batu belah;
- Batu pecah yang mempunyai diameter < 10 cm hanya boleh
dipergunakan sebagai batuan pengisi/pengunci.
b) Pasir
- Pasir yang dimaksud disini lebih diutamakan pasir alam (pasir pasang)
yang diambil dari sungai atau sumber lain yang telah disetujui oleh
Direksi;
- Tempat penimbunan penyimpanan harus bersih dari sampah organik,
sampah kimia, bebas dari banjir serta tidak terkontaminasi dengan
bahan lainnya, seperti air laut/garam dan lain-lainnya yang akan
menurunkan mutu pasangan batu.
c) Material Semen
- Bahan material cement yang dipakai adalah jenis PC yang ada
dipasaran dan harus memenuhi standar;
- Bahan material cement yang telah mengeras karena pengaruh cuaca,
air atau bahan organic lainnya tidak boleh dipakai;
- Dalam menyimpan material di gudang lapangan, tempat penyimpanan
harus kering dan diberi alas minimum 30 cm diatas permukaan tanah
dan tinggi tumpukan maksimum 3 m.
c) Air
- Air yang dipergunakan harus bersih tidak mengandung Lumpur,
minyak, bahan organik atau bahan kimia.
5. Pelaksanaan Pekerjaan
a) Pasangan Batu Belah 1 PC : 4 PS
- Spesifikasi teknis untuk pasangan batu belah 1 PC : 4 PS sama
dengan spesifikasi pasangan batu belah 1 PC : 3 PS akan tetapi
perbandingan campuran spesi adalah 1 PC (Portland Cement) : 4
PS (Pasir) dengan kebutuhan Semen (PC) sebanyak = 163 kg dan
Pasir sebanyak = 0,52 m3;
- Perhitungan dan Pembayaran :
b) Siaran 1 PC : 2 PS
- Sebelum pekerjaan siaran dimulai semua bidang sambungan
diantara batu muka harus dikorek sebelum ditutup dengan adukan.
Permukaan harus dibersihkan;
- Adukan spesi untuk siaran harus memakai adukan 1 PC (Portland
Cement) : 2 PS (Pasir) dengan kebutuhan Semen (PC) sebesar =
6,35 kg dan Pasir sebanyak = 0,012 m3 dan diaduk secara merata
dengan air;
- Pekerjaan Siaran dapat dibagi atas :
Siaran Tenggelam (masuk kedalam ± 1 cm);
Siaran rata (rata dengan muka batu dengan tebal 1 cm);
Siaran Timbul (timbul dengan tebal 1 cm dari muka batu)
- Perhitungan dan Pembayaran :
Volume Pekerjaan dihitung sesuai dan berdasarkan gambar
pelaksanaan yan telah disetujui oleh Pengguna Jasa, dan
diperhitungkan dalam satuan meter persegi (m2);
- Harga satuan yang ditawarkan oleh Penyedia Jasa sudah harus
meliputi Upah tenaga,bahan material yang dipakai, peralatan yang
digunakan, Biaya Umum dan keuntungan.
c) Plesteran 1 PC : 4 PS
- Bila diperintahkan, dinding dan lantai baik lama maupun baru terbuat
dari pasangan bata/batu kali harus diplester dengan adukan 1 PC
(Portland Cement) : 3 PS (Pasir) dengan kebutuhan Semen (PC)
sebanyak = 7,75 kg dan Pasir sebanyak = 0,023 m3 dan diaduk
secara merata dengan air, guna mencapai campuran yang homogen
maka diwajibkan untuk memakai mixer / molen;
- Pekerjaan Plesteran dikerjakan 1 lapis sampai jumlah ketebalan 1,5
cm dan dihaluskan dengan air semen. Apabila tidak diperintahkan lain
pasangan harus diplester pada bagian atas dari dinding, bagian tepi
pasangan pada sorongan / pipa saluran, dan selebar 0,10 m dibawah
tepi atas dinding dan pasangan sorongan / pipa saluran;
- Untuk menghindari retak-retak rambut pada permukaan plesteran
yang sudah selesai karena sust pengerasan, maka permukaan
plesteran yang sudah selesai harus dibasahi dengan air selama 7 hari
berturut-turut;
- Perhitungan dan Pembayaran :
Volume Pekerjaan dihitung sesuai dan berdasarkan gambar pelaksanaan
yan telah disetujui oleh Pengguna Jasa, dan diperhitungkan dalam
satuan meter persegi (m2);
- Harga satuan yang ditawarkan oleh Penyedia Jasa sudah harus
meliputi Upah tenaga,bahan material yang dipakai, peralatan yang
digunakan, “ Biaya Umum dan keuntungan.
V. PEKERJAAN BETON
1. Ruang Lingkup
a) Pedoman ini menetapkan ketentuan dan persyaratan, metode kerja
pelaksanaan, pengendalian mutu serta pengukuran dan pembayaran
dalam pelaksanaan pekerjaan beton;
b) Pedoman ini mencakup kegiatan pelaksanaan seluruh bangunan
beton bertulang, beton tanpa tulangan, beton pracetak, beton untuk
bangunan baja komposit dan waterstop;
c) Pedoman ini mencakup penyiapan tempat kerja untuk pengecoran
beton, pengadaan penutup beton, lantai kerja dan pemeliharaan pondasi
seperti pemompaan atau tindakan lain untuk mempertahankan agar
pondasi tetap kering.
2. Acuan Normatif
Standar Nasional Indonesia (SNI) :
- SNI 03-1968-1990 : Metode Pengujian tentang Analisis Saringan
Agregat Halus dan Kasar
- SNI 03-1969-1990 : Metode Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air
Agregat Kasar
- SNI 03-1972-1990 : Metode Pengujian Slump Beton
- SNI 03-1973-1990 : Metoda Pengujian Berat Isi Beton
- SNI 03-1974-1990 : Metode Pengujian Kuat Tekan Beton.
- SNI 03-2417-1991 : Metode Pengujian Keausan Agregat dengan
Mesin Los Angeles.
- SNI 03-2458-1991 : Metode Pengambilan Contoh Untuk Campuran
Beton Segar.
- SNI 03-2460-1991 : Spesifikasi Abu Terbang sebagai Bahan
Tambahan untuk Campuran Beton
- SNI 03-2461-1991 : Spesifikasi Agregat Ringan untuk Beton Struktur
- SNI 03-2491-1991 : Metode Pengujian Kuat Tarik Belah Beton
- SNI 03-2492-1991 : Metode Pengambilan dan Pengujian Beton Inti
- SNI 03-2493-1991 : Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji
Beton di Laboratorium
- SNI 03-2495-1991 : Spesifikasi Bahan Tambahan untuk Beton
- SNI 03-2530-1991 : Metode Pengujian Kehalusan Semen Portland
- SNI 03-2531-1991 : Metode Pengujian Berat Jenis Semen Portland
- SNI 03-2816-1992 : Metode Pengujian Kotoran Organik Dalam Pasir
untuk Campuran Mortar dan Beton
- SNI 03-2823-1992 : Metode Pengujian Kuat Lentur Beton Memakai
Gelagar Sederhana Dengan Sistem Beban Titik di Tengah
- SNI 03-2834-1992 : Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton
Normal
- SNI 03-2854-1992 : Spesifikasi Kadar Ion Klorida dalam Beton
- SNI 03-2914-1992 : Spesifikasi Beton Bertulang Kedap Air
- SNI 03-2915-1992 : Spesifikasi Beton Tahan Sulfat
- SNI 03-3402-1994 : Metode Pengujian Berat Isi Beton Ringan
Struktural
- SNI 03-3407-1994 : Metode Pengujian Sifat Kekekalan Bentuk Agregat
Terhadap Natrium Sulfat dan Magnesium Sulfat.
- SNI 03-3418-1994 : Metode Pengujian Kandungan Udara Pada Beton
Segar
- SNI 03-3419-1994 : Metode Pengujian Abrasi Beton di Laboratorium
- SNI 03-3421-1994 : Metode Pengujian Kuat Tekan Beton Isolasi
Ringan di Lapangan
- SNI 03-3449-1994 : Tata Cara Rencana Pembuatan Campuran Beton
Ringan dengan Agregat Ringan
- SNI 03-3976-1995 : Tata Cara Pengadukan Pengecoran Beton
- SNI 03-4141-1996 : Metode Pengujian Gumpalan Lempung dan Butir-
butir Mudah Pecah dalam Agregat
- SNI 03-4142-1996 : Metode Pengujian Jumlah bahan Dalam Agregat
Yang Lolos No.200 (0,075 mm).
- SNI 03-4154-1996 : Metode Pengujian Kuat Lentur Beton Dengan
Balok Uji Sederhana Yang dibebani Terpusat Langsung
- SNI 03-4155-1996 : Metode Pengujian Kuat Tekan Beton dengan
Benda Uji Patahan Balok Bekas Uji Lentur
- SNI 03-4156-1996 : Metode Pengujian Bliding dari Beton Segar
- SNI 03-4169-1996 : Metode Pengujian Modulus Elastisitas Statis Dan
Rasio Poison Beton dengan Kompresor Ekstensometer
- SNI 03-4430-1997 : Metode Pengujian Kuat Tekan Elemen Struktur
Beton Dengan Alat Palu Beton Tipe n dan nr
- SNI 03-4431-1997 : Metode Pengujian Kuat Lentur Beton Normal
Dengan Dua Titik Pembebanan
- SNI 03-4433-1997 : Spesifikasi Beton Siap Pakai
- SNI 03-4805-1998 : Metode Pengujian Kadar Semen Portland Dalam
Beton Keras Yang Memakai Semen Hidrolik
- SNI 03-4806-1998 : Metode Pengujian Kadar Semen Portland dalam
Beton Segar dengan Titrasi Volumetri
- SNI 03-4807-1998 : Metode Pengujian untuk Menentukan Suhu Beton
Segar Semen Portland
- SNI 03-4807-1998 : Metode Pengujian untuk Menentukan Suhu Beton
Segar Semen Volumetri
- SNI 03-4809-1998 : Metode Pengujian untuk membandingkan
berbagai Beton Berdasarkan Kuat Lekat Yang Timbul Terhadap Tulangan
- SNI 03-4810-1998 : Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji
Beton di Lapangan
- SNI 03-4811-1998 : Metode Pengujian Rangkak Pada Beton Yang
Tertekan
- SNI 03-4812-1998 : Metode Pengujian Kuat Tarik Beton Secara
Langsung
- SNI 03-4817-1998 : Spesifikasi Lembaran Bahan Penutup untuk
Perawatan Beton
- SNI 03-4820-1998 : Tata Cara Penggunaan Peralatan Untuk Penentuan
Perubahan Panjang, Pasta, Mortar Dan Beton Semen Yang Sudah
Mengeras
- SNI 03-6369-2000 : Tata Cara Pembuatan Kaping Untuk Benda Uji
Silinder Beton
- SNI 03-6429-2000 : Metode Pengujian Kuat Tekan Beton Silinder
Dengan Cetakan Silinder Di Dalam Tempat Cetakan
- SNI 06-6430-2000 : Metode Pengujian Ekspansi dan Bliding
- SNI 06-6430.1-2000 : Metode Pengujian Kuat Tekan Graut untuk
Beton dengan Agregat Praletak di Laboratorium
- SNI 03-6430.2-2000 : Metode Pengujian Waktu Pengikatan Graut
Untuk Beton dengan Agregat Praletak di Laboratorium
- SNI 03-6451-2000 : Metode Pengujian Kuat Lentur Adukan Semen
Hidraulik
- SNI 03-6477-2000 : Metode Penentuan 10 % Kehalusan untuk
Agregat
- SNI 03-6805-2002 : Metode Pengujian untuk Mengukur Nilai Kuat Tekan
Beton pada Umur Awal dan Memproyeksikan Kekuatan Pada Umur
Berikutnya
- SNI 03-6806-2002 : Tata Cara Perhitungan Beton Tidak Bertulang
Struktural
- SNI 03-6807-2002 : Metode Pengujian Kemampuan Mempertahankan Air
pada Campuran Graut untuk Beton Agregat Praletak di Laboratorium
- SNI 03-6808-2002 : Metode Pengujian Kekentalan Graut Untuk Beton
Agregat Praletak (Metode Pengujian Corong Alir)
- SNI 03-6809-2002 : Tata Cara Estimasi Kekuatan Beton dengan
Metode Maturity
- SNI 03-6810-2002 : Metode Pengujian Kadar Bahan Padat Total dan
Bahan Anorganik dalam Air Untuk Campuran Beton
- SNI 03-6811-2002 : Spesifikasi Bahan Pencampur Untuk Beton
Semprot
- SNI 03-6812-2002 : Spesifikasi Anyaman Kawat Baja Polos Yang Dilas
Untuk Tulangan Beton
- SNI 03-6814-2002 : Tata Cara Pelaksanaan Sambungan Mekanis
untuk Tulangan Beton
- SNI 03-6815-2002 : Tata Cara Mengevaluasi Hasil Uji Kekuatan Beton
- SNI 03-6816-2002 : Tata Cara Pendetailan Penulangan Beton
- SNI 03-6817-2002 : Metode Pengujian Mutu Air Untuk Digunakan
Dalam Beton
- SNI 03-2461-2002 : Spesifikasi Agregat Ringan untuk Beton Ringan
Struktur
- SNI 03-6817-2002 : Metode Pengujian Mutu Air untuk digunakan
dalam Beton
- SNI 03-6717-2002 : Tata Cara Penyiapan Benda Uji Dari Contoh
Agregat
- SNI 03-6889-2002 : Tata Cara Pengambilan Contoh Agregat
b)Persyaratan Bahan
- Bangunan Beton
Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus jenis semen
portland yang memenuhi SNI 15-2049-1994. Apabila menggunakan
bahan tambahan yang dapat menghasilkan gelembung udara, maka
gelembung udara yang dihasilkan tidak boleh lebih dari 5 %, dan
harus mendapatkan persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
Dalam satu campuran, hanya satu merk semen portland yang boleh
digunakan, kecuali disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Jika di dalam satu
proyek digunakan lebih dari satu merk semen, maka Penyedia Jasa harus
mengajukan kembali rancangan campuran beton sesuai dengan merk
semen yang digunakan.
- Air
Air yang digunakan untuk campuran, perawatan, atau pemakaian
lainnya harus bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti
minyak, garam, asam, basa, gula atau organis. Air yang diusulkan dapat
digunakan jika kuat tekan mortar dengan air tersebut pada umur 7
hari dan 28 hari Memenuhi karakteristik kuat tekan yang ditentukan.
- Agregat
Ketentuan Agradasi Agregat
Gradasi agregat kasar dan halus harus memenuhi ketentuan yang
diberikan, tetapi bahan yang tidak memenuhi ketentuan gradasi
tersebut harus diuji dan harus memenuhi sifat-sifat campuran
yang disyaratkan. Agregat kasar harus dipilih sedemikian rupa
sehingga ukuran agregat terbesar tidak lebih dari ¾ jarak bersih
minimum antarabaja tulangan atau antara baja tulangan dengan
acuan, atau celah-celah lainnya di mana beton harus dicor.
Sifat-sifat Agregat
Agregat yang digunakan harus bersih, keras, kuat yang diperoleh dari
pemecahan batu atau koral, atau dari pengayakan dan pencucian
(jika perlu) kerikil dan pasir sungai.Agregat harus bebas dari bahan
organik seperti yang ditunjukkan oleh pengujian SNI
03-2816-1992 dan harus memenuhi sifat-sifat lainnya bila contoh-
contoh diambil dan diuji sesuai dengan prosedur yang berhubungan.
- Batu untuk Beton Siklop
Batu untuk beton siklop harus keras, awet, bebas dari retak, rongga dan
tidak rusak oleh pengaruh cuaca. Batu harus bersudut runcing, bebas
dari kotoran, minyak dan bahan-bahan lain yang mempengaruhi
ikatan dengan beton. Ukuran batu yang digunakan untuk beton siklop
tidak boleh lebih besar dari 25 cm.
- Bahan Tambah
Bahan tambah yang digunakan sebagai bahan untuk meningkatkan
kinerja beton dapat berupa bahan kimia atau bahan limbah yang berupa
serbuk halus sebagai bahan pengisi pori dalam campuran beton
dengan persetujuan Direksi.
- Bahan Kimia
Bahan tambah yang berupa bahan kimia ditambahkan dalam
campuran beton dalam jumlah tidak lebih dari 5% berat semen
selama proses pengadukan atau selama pelaksanaan pengadukan
tambahan dalam pengecoran beton. Bahan tambah yang digunakan
harus sesuai dengan standar spesifikasi yang ditentukan dalam SNI
03-2495-1991.
Bahan tambah dapat diklasifikasikan sesuai dengan penggunaannya
sebagai berikut :
Tipe A : bahan pengurang kadar airberfungsi untuk mengurangi air
dalam campuran, dan pengunaannya bertujuan untuk mengurangi
water-cement rasio dalam campuran sesuai dengan workability
yang diinginkan, atau untuk meningkatkan workability ada angka
water-cement rasio yang telah ditetapkan;
Tipe B : bahan untuk memperlambat waktu pengikatanberfungsi
untuk memperlambat waktu pengikatan pasta semen, sehingga akan
memperlambat pengerasan dari beton. Bahan tambah jenis ini
digunakan jika iklim di tempat pengecoran terlalu panas, dimana
waktu pengikatan pasta semen dalam keadaan normal menjadi
sangat pendek dikarenakan suhu yang tinggi;
Tipe C : bahan untuk mempercepat waktu pengikatanberfungsi
untuk mempercepat waktu pengikatan pasta semen, yang akan
mempercepat pengerasan dari beton sehingga mempercepat
kekuatan beton, dan dapat digunakan dalam pabrik pembuatan beton
precast (dimana perlu pelepasan bekisting secepatnya), atau
pekerjaan perbaikan yang sangat penting;
Tipe D : campuran bahan pengurang kadar air dan bahan
memperlambat waktu pengikatan.Bahan tambah ini untuk menambah
workability, dimana beton mempunyai kekuatan tinggi dapat dibuat
workabel tanpa mengurangi density, ketahanan dan kekuatannya.
Perlambatan waktu pengikatan sangat berguna untuk waktu
pengangkutan adukan beton yang lama ke tempat pengecoran,
pengecoran dalam kondisai yang sangat panas dan menghindari cold
joint;
Tipe E : campuran bahan pengurang kadar air dan bahan
mempercepat waktu pengikatan.Bahan tambah ini untuk
menambah workability dan memberikan kekuatan awal yang
tinggi, atau memberikan kekuatan awal yang lebih tinggi pada
workability yang sama. Bahan tambah ini digunakan pada precast
karena memungkinkan pelepasan bekisting lebih awal dan dipakai
untuk pekerjaan perbaikan dimana kekuatan awal sangat diperlukan;
Tipe F : bahan pengurang kadar air dengan tingkat angka tinggi
atau superplasticizer. Bahan tambah yang mengurangi air dalam
campuran dengan cukup banyak dan sangat berbeda dengan Tipe A,
D atau E. Penggunaan bahan ini digunakan membuat beton alir (flow
concrete) untuk menjangkau tempat yang tak terjangkau oleh
pengetar dan beton pompa (pumping concrete) pada jenis bangunan
yang rumit;
Tipe G : campuran bahan pengurang kadar air dengan tingkat
angka tinggi tau superplasticizer dan bahan memperlambat waktu
pengikatan. Bahan tambah ini merupakan campuran dari Tipe F
dan Tipe B, tetapi slump loss-nya lebih kecil bila dibandingkan
dengan beton yang menggunakan superplasticizer.
- Mineral
Bahan tambah yang berupa mineral atau bahan limbah seperti Fly
Ash, Pozzolan, silica fume yang ditambahkan ke dalam campuran beton.
Bahan tambah yang digunakan harus sesuai atas persetujuan Direksi.
d) Persyaratan Kerja
- Pengajuan Kesiapan Kerja
Penyedia Jasa harus mengirimkan contoh dari semua bahan yang
akan digunakan dan dilengkapi dengan data pengujian yang
memenuhi seluruh sifat bahan sesuai dengan Pasal ini;
Penyedia Jasa harus mengirimkan rancangan campuran untuk
masing-masing mutu beton yang akan digunakan, 30 hari sebelum
pekerjaan pengecoran beton dimulai;
Penyedia Jasa harus menyerahkan secara tertulis seluruh hasil
pengujian pengendalian mutu sesuai dengan ketentuan kepada
Direksi Pekerjaan sehingga data tersebut selalu tersedia apabila
diperlukan;
Pengujian kuat tekan beton yang harus dilaksanakan pada umur 3
hari, 7 hari, 14 hari, dan 28 hari setelah tanggal pencampuran;
Penyedia Jasa harus mengirimkan gambar detail dan perhitungan
terinci untuk seluruh perancah yang akan digunakan, dan harus
memperoleh persetujuan dari Direksi Pekerjaan sebelum setiap
pekerjaan perancah dimulai;
Penyedia Jasa harus memberitahu Direksi Pekerjaan secara tertulis
mengenai rencana pelaksanaan pencampuran atau pengecoran setiap
jenis beton untuk mendapatkan persetujuannya paling sedikit 24
jam sebelum tanggal pelaksanaan, seperti yang disyaratkan disertai
dengan metode pengecoran, kapasitas peralatan yang digunakan,
tanggung jawab personil dan jadwal pelaksanaannya
- Permukaan Tampak
> Semua permukaan beton yang telah selesai harus terlihat padat
bersih dan tidak keropos;
> Semua permukaan yang tampak harus rata atau bulat;
> Pekerjaan plesteran pada permukaan beton tidak diijinkan dan
setiap beton yang kelihatan cacat harus dibongkar hingga kedalaman
tertentu dan diganti atau diperbaiki dengan cara
seperti yang diinginkan oleh Direksi Pekerjaan atas biaya Penyedia
Jasa.
5. Pelaksanaan Pekerjaan
Pelaksanaan pekerjaan yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi
teknis pekerjaan beton, bekisting dan waterstop harus memuat :
a) Pekerjaan Beton
- Pembetonan
Penyiapan tempat kerja
o Penyedia Jasa harus membongkar bangunan lama yang akan
diganti dengan beton yang baru atau yang harus dibongkar untuk
dapat memungkinkan pelaksanaan pekerjaan beton yang baru.
Pembongkaran tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan
persyaratan dalam dari Spesifikasi ini;
o Penyedia Jasa harus menggali atau menimbun kembali pondasi
atau formasi untuk pekerjaan beton sesuai dengan garis yang
ditunjukkan dalam Gambar Kerja atau sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan sesuai dengan ketentuan
dalam Spesifikasi ini, dan harus membersihkan serta menggaru
tempat di sekeliling pekerjaan beton yang cukup luas sehingga
dapat menjamin dicapainya seluruh sudut pekerjaan;
o Jika diperlukan harus disediakan jalan kerja yang stabil untuk
menjamin dapat diperiksanya seluruh sudut pekerjaan dengan
mudah dan aman;
o Seluruh dasar pondasi, pondasi dan galian untuk pekerjaan
beton harus dijaga agar senantiasa kering. Beton tidak boleh dicor
di atas tanah yang berlumpur, bersampah atau di dalam air.
Apabila beton akan dicor di dalam air, maka harus dilakukan
dengan cara dan peralatan khusus untuk menutup kebocoran
seperti pada dasar sumuran atau cofferdam dan atas
persetujuan Direksi Pekerjaan;
o Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan
dan benda lain yang harus berada di dalam beton (seperti pipa
atau selongsong) harus [41] sudah dipasang dan diikat kuat
sehingga tidak bergeser pada saat pengecoran;
o Bila disyaratkan atau diperlukan oleh Direksi Pekerjaan, maka
bahan lantai kerja untuk pekerjaan beton harus dihampar sesuai
dengan ketentuan dari Spesifikasi ini;
o Direksi Pekerjaan akan memeriksa seluruh galian yang disiapkan
untuk pondasi sebelum menyetujui pemasangan acuan, baja
tulangan atau pengecoran beton;
o Jika dijumpai kondisi tanah dasar pondasi yang tidak memenuhi
ketentuan, maka Penyedia Jasa dapat diperintahkan untuk
mengubah dimensi atau kedalaman pondasi dan/atau menggali
dan mengganti bahan di tempat yang lunak, memadatkan tanah
pondasi atau melakukan tindakan stabilisasi lainnya
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan;
o Penyedia Jasa harus memastikan lokasi pengecoran bebas dari
resiko terkena air hujan dengan memasang tenda seperlunya.
Direksi Pekerjaan berhak menunda pengecoran sebelum tenda
terpasang dengan benar. Penyedia Jasa juga harus memastikan
lokasi pengecoran bebas dari resiko terkena air pasang atau muka
air tanah dengan penanganan seperlunya.
- Cetakan Beton
Jika disetujui oleh Direksi Pekerjaan, maka acuan dari tanah harus
dibentuk dari galian, dan sisi-sisi samping serta dasarnya harus
dipangkas secara manual sesuai dimensi yang diperlukan. Seluruh
kotoran tanah yang lepas harus dibuang sebelum pengecoran beton;
Cetakan harus digunakan, dimana perlu untuk membatasi dan
membentuk beton sesuai dengan keinginan. Cetakan dapat dibuatdari
kayu, besi atau bahan lainnya yang cukup kuat sesuai dengan
ukuran–ukuran yang ada di dalam gambar;
Cetakan harus diperkuat dan ditopang agar mampu menahan
berat sendiri adukan beton, penggetaran beton, beban konstruksi,
angin dan tekanan lainnya dengan tidak berubah bentuk;
Penyedia Jasa harus menyerahkan satu set yang lengkap, gambar
cetakan sesuai dengan ketentuan diatas, untuk mendapatkan
persetujuan Direksi Pekerjaan, sebelum memulai pekerjaan, walaupun
demikian penyerahan tersebut kepada Direksi Pekerjaan untuk
disetujui, tidak mengurangi tanggung jawab Kontraktor bagi
keberhasilannya;
Permukaan cetakan beton yang berhubungan dengan beton harus
bebas dari sampah, paku, alur–alur, belahan, atau cacat–cacat
lainnya. Mengisi celah–celah sambungan cetakan beton harus
berhati–hati dan dilaksanakan sedemikian rupa agar sanggup
mengembang dibawah pengaruh kelembaban beton tanpa
menimbulkan perubahan bentuk cetakan, celah–celah harus diisi
secukupnya untuk mencegah hilangnya air semen. Bagaimanapun
penggunaan kertas dengan tegas dilarang;
Pembuatan lubang bagian dalam cetakan untuk pemeriksaan,
pembuangan air dapat dilakukan untuk itu cetakan dapat dibuat
sedemikian rupa hingga [42]dapat dengan mudah ditutup sebelum
pengecoran dimulai;
Sebelum pengecoran beton semua baut–baut harus dipasang pada
posisinya, semua yang diperlukan dan alat–alat lain untuk
menutup lubang harus dipasang pada cetakan. Tidak
diperbolehkan membuat lubang didalam beton tanpa persetujuan
Direksi Pekerjaan;
Penggunaan kawat yang diikat untuk menyangga cetakan tidak
diijinkan dilakukan pada dinding beton yang akan tampak;
Lubang–bekas ikatan kawat harus ditutup dengan beton setelah
cetakan dibongkar;
Jika batangan logam digunakan untuk menyangga cetakan
ujungnya tidak boleh kurang dari 3 cm dari permukaan beton yang
terbentuk. Semua permukaan cetakan yang menempel dengan beton
harus dilumasi dengan oli untuk memastikan bahwa cetakan dapat
dibuka dengan mudah;
Pelumas harus diterapkan pada cetakan sebelum tulangan
dipasang dan harus berhati–hati mencegah pelumas jangan
sampai mengenai besi tulangan. Sebelum pengecoran dan pembesian
semua celah–celah cetakan yang telah diisi harus dibersihkan dan
dikeringkan. Bila cetakan beton dibuat dan siap untuk pengecoran
maka harus diperiksa oleh Direksi Pekerjaan. Tidak diperkenankan
mengecor bila cetakan belum disetujui Direksi Pekerjaan;
Penyedia Jasa harus memberitahukan kepada Direksi Pekerjaan
sekurang– kurangnya 24 (dua puluh empat) jam sebelum cetakan
siap untuk diperiksa.
- Pencampuran Beton
Perbandingan Campuran
o Beton harus mengandung semen, agregat bergradasi baik, air
dan bahan additive bila diperlukan, dicampurkan bersama –
sama dan digunakan untuk menghasilkan kekuatan yang
diharapkan.
o Beton diklasifikasikan berdasarkan tekanan pada 7 hari dan
umur 28 hari dengan ukuran maksimum agregat.
- Truk Pencampur
Material beton juga dicampur di dalam truk pencampur. Drum–
drum yang ada pada truk pencampur harus berputar dengan
kecepatan yang dianjurkan [44]
oleh Pabrik;
Operasi pencampuran dapat dimulai dalam waktu 30 menit setelah
bahan–bahan pencampur tersebut berada di dalam pencampur,
setelah itu beton dapat diangkut menuju tempat pekerjaan dan
satu jam setelah penambahan air pengecoran harus selesai;
Pada saat cuaca panas atau pada kondisi adukan beton yang cepat
mengeras, waktu pencampuran harus kurang dari 1 jam, sesuai
dengan petunjuk Direksi Pekerjaan
dilakukan dibak pengaduk yang bersih dan kedap air. Jika bak
dibuat dari kayu, maka sela–sela kayu harus ditutup agar tidak ada
kehilangan air dari adukan;
Semua agregat dan semen harus diaduk–aduk dalam keadaan
kering sekurang–kurangnya 3 kali. Kemudian air ditambahkan
berangsur-angsur dipuncak adukan, selanjutnya agregat kembali
diaduk dalam keadaan basah, sekurang–kurangnya 3 (tiga) kali
sebelum adukan diangkat ketempat pengecoran.
- Pengecoran
Pelaksanaan Pengecoran
o Penyedia Jasa harus memberitahukan Direksi Pekerjaan secara
tertulis paling sedikit 24 jam sebelum memulai pengecoran beton,
atau meneruskan pengecoran beton jika pengecoran beton telah
ditunda lebih dari 6 jam (final setting);
o Pemberitahuan harus meliputi lokasi, kondisi pekerjaan, mutu
beton dan tanggal serta waktu pencampuran beton. Direksi
Pekerjaan akan memberi tanda terima atas pemberitahuan
tersebut dan akan memeriksa acuan, tulangan dan
mengeluarkan persetujuan tertulis untuk memulai pelaksanaan
pekerjaan seperti yang direncanakan. Penyedia Jasa tidak boleh
melaksanakan pengecoran beton tanpa persetujuan tertulis dari
Direksi Pekerjaan;
o Walaupun persetujuan untuk memulai pengecoran sudah
diterbitkan, pengecoran beton tidak boleh dilaksanakan jika Direksi
Pekerjaan atau wakilnya tidak hadir untuk menyaksikan operasi
pencampuran dan pengecoran secara keseluruhan;
o Segera sebelum pengecoran beton dimulai, acuan harus
dibasahi dengan air atau diolesi pelumas di sisi dalamnya yang
tidak meninggalkan bekas;
o Pengecoran beton harus dibuat sedemikian rupa hingga
penempatan dan penanganannya mudah dilakukan tanpa
adanya pemisahan butiran;
o Adukan beton dicor lapis [45]demi lapis dengan ketebalan tertentu,
berurutan mulai dari bawah. Agar lapisan yang baru dapat
menyatu dengan lapisan dibawahnya, adukan beton digetar dari
lapisan bawah dengan alat penggetar (vibrator);
o Tidak diperkenankan melakukan pengecoran bila persiapan besi
tulangan dan bagian – bagian yang ditanam, cetakan dan
perancah belum diperiksa dan disetujui Direksi Pekerjaan secara
tertulis;
e) Pekerjaan Akhir
- Acuan tidak boleh dibongkar dari bidang vertikal, dinding, kolom yang
tipis dan bangunan yang sejenis lebih awal 30 jam setelah pengecoran
beton tanpa mengabaikan perawatan;
- Acuan yang ditopang oleh perancah di bawah pelat, balok, gelegar,
atau bangunan busur, tidak boleh dibongkar hingga pengujian kuat
tekan beton menunjukkan paling sedikit 85 % dari kekuatan
rancangan beton;
- Untuk memungkinkan pengerjaan akhir, acuan yang digunakan
untuk pekerjaan yang diberi hiasan, tiang sandaran, tembok pengarah
(parapet), dan permukaan vertikal yang terekspos harus dibongkar
dalam waktu paling sedikit 9 jam setelah pengecoran dan tidak
lebih dari 30 jam, tergantung pada keadaan cuaca dan tanpa
mengabaikan perawatan.
h) Perawatan Beton
- Segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari
pengeringan dini, temperatur yang terlalu panas, dan gangguan
mekanis. Beton harus dijaga agar kehilangan kadar air yang terjadi
seminimal mungkin dan diperoleh temperatur yang relatif tetap dalam
waktu yang ditentukan untuk menjamin hidrasi yang sebagaimana
mestinya pada semen dan pengerasan beton;
- Pekerjaan perawatan harus segera dimulai setelah beton mulai
mengeras (sebelum terjadi retak susut basah) dengan menyelimutinya
dengan bahan yang dapat menyerap air. Lembaran bahan penyerap
air ini yang harus dibuat jenuh dalam waktu paling
sedikit 7 hari. Semua bahan perawatan atau lembaran bahan penyerap
air harus menempel pada permukaan yang dirawat;
- Jika acuan kayu tidak dibongkar maka acuan tersebut harus
dipertahankan dalam kondisi basah sampai acuan dibongkar, untuk
mencegah terbukanya sambungan-sambungan dan pengeringan
beton;
- Permukaan beton yang digunakan langsung sebagai lapis aus harus
dirawat setelah permukaannya mulai mengeras (sebelum terjadi retak
susut basah) dengan ditutupi oleh lapisan pasir lembab setebal 5
cm paling sedikit selama 21 hari;
- Beton semen yang mempunyai sifat kekuatan awal yang tinggi,
harus dibasahi sampai kuat tekannya mencapai 70 % dari kekuatan
rancangan beton berumur 28 hari.
6. Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi
teknis pekerjaan beton, bekisting dan waterstop harus memuat :
a) Penerimaan bahan
Bahan yang diterima (air, semen, agregat dan bahan tambah bila
diperlukan) harus diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan
dengan mengecek/memeriksa bukti tertulis yang menunjukkan
bahwa bahan-bahan yang telah diterima harus sesuai dengan ketentuan
persyaratan bahan pada Pekerjaan Beton dan Bekisting.
b) Pengawasan
Direksi pekerja harus menempatkan seorang personal khusus yang
mempunyai keahlian untuk melakukan pengawasan pekerjaan sesuai
dengan persyaratan kerja.
c) Perencanaan Campuran
- Ketentuan Sifat-sifat Campuran
Campuran beton yang tidak memenuhi ketentuan kelecakan
(misalnya dinyatakan dengan nilai “slump”) seperti yang diusulkan
tidak boleh digunakan pada pekerjaan, terkecuali bila Direksi
Pekerjaan dalam beberapa hal menyetujui penggunaannya secara
terbatas. Kelecakan (workability) dan tekstur campuran harus
sedemikian rupa sehingga beton dapat dicor pada pekerjaan tanpa
membentuk rongga, celah, gelembung udara atau gelembung air, dan
sedemikian rupa sehingga pada saat pembongkaran acuan diperoleh
permukaan yang rata, halus dan padat;
Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi
kuat tekan yang disyaratkan, atau yang disetujui oleh Direksi
Pekerjaan, bila pengambilan contoh, perawatan dan pengujian sesuai
dengan SNI 03-1974-1990, SNI 03-4810-1998, SNI 03-
2493-1991, SNI 03-2458-1991;
Jika pengujian beton umur 7 hari menghasilkan kuat tekan beton di
bawah kekuatan yang disyaratkan, maka Penyedia Jasa tidak
diperkenankan mengecor beton lebih lanjut, sampai penyebab dari
hasil yang rendah tersebut diketahui dengan pasti dan diambil
tindakan-tindakan yang menjamin bahwa produksi beton
berikutnya memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam Spesifikasi;
Kuat tekan beton umur 28 hari yang tidak memenuhi ketentuan
yang disyaratkan harus dipandang sebagai pekerjaan yang tidak
dapat diterima dan pekerjaan tersebut harus diperbaiki sebagaimana
disyaratkan di atas. Kekuatan beton dianggap lebih kecil dari yang
disyaratkan jika hasil pengujian serangkaian benda uji dari suatu
bagian pekerjaan yang dilaksanakan lebih kecil dari kuat tekan beton
karakteristik yang diperoleh dari rumus yang diuraikan;
Direksi Pekerjaan dapat pula menghentikan pekerjaan dan/atau
memerintahkan Penyedia Jasa untuk mengambil tindakan
perbaikan dalam meningkatkan mutu campuran atas dasar hasil
pengujian kuat tekan beton umur 3 hari. Dalam keadaan demikian,
Penyedia Jasa harus segera menghentikan pengecoran beton yang
diragukan tetapi dapat memilih menunggu sampai hasil pengujian
kuat tekan beton umur 7 hari diperoleh, sebelum menerapkan
tindakan perbaikan, pada waktu tersebut Direksi Pekerjaan akan
menelaah kedua hasil pengujian umur 3 hari dan 7 hari, dan dapat
segera memerintahkan tindakan perbaikan yang dipandang perlu;
Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi ketentuan
dapat mencakup pembongkaran dan penggantian seluruh beton.
Tindakan tersebut tidak boleh berdasarkan pada hasil pengujian kuat
tekan beton umur 3 hari saja, kecuali bila Penyedia Jasa dan Direksi
Pekerjaan sepakat dengan perbaikan tersebut.
- Penyesuaian Campuran
Penyesuaian Sifat Mudah Dikerjakan (Kelecakan atau Workability) Jika
sifat kelecakan pada beton dengan proporsi yang semula
dirancang sulit diperoleh, maka Penyedia Jasa boleh melakukan
perubahan rancangan agregat, dengan syarat dalam hal apapun
kadar semen yang semula dirancang tidak berubah, juga rasio
air/semen yang telah ditentukan berdasarkan pengujian yang
menghasilkan kuat tekan yang memenuhi tidak dinaikkan.
Pengadukan kembali beton yang telah dicampur dengan cara
menambah air atau oleh cara lain tidak diijinkan. Bahan tambahan
untuk meningkatkan sifat kelecakan hanya diijinkan bila telah
disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
- Penyesuaian Kekuatan
Jika beton tidak mencapai kekuatan yang disyaratkan, maka kadar
semen dapat ditingkatkan atau dapat digunakan bahan tambahan
dengan syarat disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
d) Pelaksanaan Pencampuran
- Penakaran Agregat
Seluruh komponen bahan beton harus ditakar menurut berat. Bila
digunakan semen kemasan dalam zak, kuantitas penakaran harus
sedemikian sehingga kuantitas semen yang digunakan adalah setara
dengan satu satuan atau kebulatan dari jumlah zak semen. Agregat
harus ditimbang beratnya secara terpisah. Ukuran setiap penakaran
tidak boleh melebihi kapasitas alat pencampur;
Penakaran agregat harus dilakukan dalam kondisi jenuh kering
permukaan (SSD-saturated surface dry). Apabila hal tersebut tidak
dilakukan maka harus dilakukan koreksi penakaran sesuai dengan
kondisi agregat di lapangan. Untuk mendapatkan kondisi agregat
yang jenuh kering permukaan dapat dilakukan dengan cara
menyemprot tumpukan agregat dengan air secara berkala paling
sedikit 12 jam sebelum penakaran untuk menjamin kondisi jenuh
kering permukaan;
Penyedia Jasa harus dapat menunjukkan sertifikat kalibrasi yang
masih berlaku untuk seluruh peralatan yang digunakan untuk
keperluan penakaran bahan-bahan beton termasuk saringan agregat
pada perangkat ready mix
- Pencampuran
Beton harus dicampur dalam mesin yang dijalankan secara
mekanis dari jenis dan ukuran yang disetujui sehingga dapat
menjamin distribusi yang merata dari seluruh bahan;
Pencampur harus dilengkapi dengan tangki air yang memadai dan
alat ukur yang akurat untuk mengukur dan mengendalikan jumlah air
yang digunakan dalam setiap penakaran;
Cara pencampuran bahan beton dilakukan sebagai berikut,
pertama masukkan sebagian air, kemudian seluruh agregat sehingga
mencapai kondisi yang cukup basah, dan selanjutnya masukkan
seluruh semen yang sudah ditakar hingga tercampur dengan agregat
secara merata. Terakhir masukkan sisa air untuk menyempurnakan
campuran;
Waktu pencampuran harus diukur mulai pada saat air dimasukkan ke
dalam campuran bahan kering. Seluruh sisa air yang diperlukan harus
sudah dimasukkan sekira seperempat waktu pencampuran tercapai.
Waktu pencampuran untuk mesin berkapasitas ¾ m3 atau kurang
harus sekira 1,5 menit; untuk mesin yang lebih besar waktu harus
ditingkatkan 15 detik untuk tiap penambahan 0,5 m3;
Bila tidak mungkin menggunakan mesin pencampur, Direksi
Pekerjaan dapat menyetujui pencampuran beton dengan cara
Pengujian Tambahan
Penyedia Jasa harus melaksanakan pengujian tambahan yang
diperlukan untuk menentukan mutu bahan atau campuran atau
pekerjaan beton akhir, sebagaimana yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan. Pengujian tambahan tersebut meliputi :
o Pengujian yang tidak merusak menggunakan alat seperti Impact
Echo, Ultrasonic Penetration Velocity atau perangkat penguji
lainnya (hasil pengujian tidak boleh digunakan sebagai dasar
penerimaan);
o Pengujian pembebanan bangunan atau bagian bangunan yang
dipertanyakan;
o Pengambilan dan pengujian benda uji inti (core) beton;
- Pekerjaan Waterstop
Pengukuran pembayaran pekerjaan waterstop dibuat berdasarkan meter
panjang terpasang, sesuai as waterstop seperti terlihat pada gambar.
b) Dasar Pembayaran
Kuantitas yang diterima dari berbagai mutu beton yang ditentukan
sebagaimana yang disyaratkan di atas, akan dibayar pada Harga
Kontrak untuk Mata Pembayaran dan menggunakan satuan pengukuran
yang ditunjukkan dalam Daftar Kuantitas Harga dan pembayaran harus
merupakan kompensasi penuh untuk seluruh penyediaan dan
pemasangan seluruh bahan yang tidak dibayar dalam Mata Pembayaran
lain, termasuk "water stop", lubang sulingan, acuan, perancah untuk
pencampuran, pengecoran, pekerjaan akhir dan perawatan beton, dan
untuk semua biaya lainnya yang perlu dan lazim untuk penyelesaian
pekerjaan yang sebagaimana mestinya.
8. Besi Tulangan a)
Umum
- Besi tulangan untuk pekerjaan konstruksi beton dapat berupa besi
polos dan besi ulir yang memenuhi ketentuan standar JIS atau
ASTM A615, Grade 60 atau SII 0376-84;
- Penyedia Jasa harus mendapat persetujuan Pengguna Jasa untuk
pengadaan besi tulangan yang akan dipergunakan dan
menyerahkan sertifikat produksi pabrik setiap pengirimannya ke lokasi
pekerjaan;
- Penyedia Jasa dengan biaya sendiri harus melakukan uji material
bila diminta Pengguna Jasa dengan prosedur baku uji yang
disetujui Pengguna Jasa;
- Tampang melintang besi tulangan yang dikirim ke lokasi kerja
harus sama pada seluruh panjangnya dengan yang disetujui Pengguna
Jasa;
- Dua besi tulangan dengan diameter yang sama yang diambil secara
random dari besi tulangan yang dikirim ke lokasi kerja harus tidak
boleh berbeda lebih dari 2% (dua persen) dari diameter yang
disyaratkan. Besi tulangan harus bersih dari karat, oli, kotoran dan
tidak cacat.
b) Gambar Pembesian
Penyedia Jasa wajib menyerahkan gambar pembesian berikut dengan
daftar besi dan pembengkokannya kepada Pengguna Jasa untuk
mendapat persetujuan sebelum pemasangannya di lokasi pekerjaan.
e) Selimut Beton
Semua besi tulangan harus dipasang dengan tebal selimut beton
sesuai dengan ketentuan dalam gambar, atau atas perintah Pengguna
Jasa.
f) Pengukuran Pembayaran Besi Tulangan
- Kecuali untuk beton pracetak, besi tulangan diukur dalam satuan berat
ton untuk setiap jenis/tipe besi tulangan bulat-polos atau bulat-ulir,
berdasarkan berat yang dihitung untuk besi tulangan dengan ukuran
diameter dan panjang yang ditunjukkan dalam daftar dan gambar
pembesian/penulangan yang disetujui Pengguna Jasa;
- Untuk menghitung berat besi tulangan setiap tipe besi sebagai
dasar pembayaran, ketentuan berat dalam SNI 07-2052-1990 yang
setara dengan JIS G3112;
- Bila diameter besi tulangan dalam gambar tidak ada dalam daftar
diatas, Pengguna Jasa akan menetapkan berat besi tulangan yang
dipasang di lokasi pekerjaan berdasarkan ketentuan dalam standar SNI
atau JIS;
- Besi tulangan yang diperlukan untuk pemasangan, penyetelan,
penjepit, pengikat dan keperluan lainnya untuk penempatan besi
tulangan pada cetakan, tidak diperhitungkan dalam pembayaran. Besi
tulangan untuk overlap sambungan akan diperhitungkan dalam
pembayaran;
- Pembayaran untuk pekerjaan besi tulangan dilakukan berdasarkan
harga satuan yang ditawarkan/dicantumkan dalam Daftar Kuantitas
dan Harga untuk masing-masing tipe besi bulat-ulir dan besi bulat-
polos. Harga satuan tersebut sudah termasuk biaya dan ongkos untuk
pekerja, peralatan, material, alat penyediaan, pemasangan dan
penyetelan besi tulangan dan semua pekerjaan pendukung yang
disebut dalam Spesifikasi ini.
VI. PENUTUP
1. Pada prinsipnya seluruh pekerjaan telah dibuat dalam gambar dan Spesifikasi
Teknis, bila ternyata masih ada pekerjaan yang harus dilaksanakan namun tidak
tersebut dalam gambar dan Spesifikasi Teknis atau ke dua - duanya maka
pekerjaan tersebut tetap harus dilaksanakan atas biaya Kontraktor Pelaksana.
2. Segala hal yang menyangkut merk serta produk tertentu, bisa disubstitusi merk
lain asal sekualitas / sejenis dan mendapat persetujuan Direksi,
3. Kontraktor Pelaksana tidak hanya melaksanakan hal yang tersurat dalam
Spesifikasi Teknis ini, namun juga hal yang tersirat, yaitu upaya untuk
melaksanakan pekerjaan ini sebaik mungkin sesuai tingkat kualitas yang
dimaksudkan.
4. Segala sesuatu yang belum tercantum dalam peraturan ini akan ditentukan
kemudian dalam rapat penjelasan (Aanwijzing) yang merupakan satu kesatuan dari
peraturan ini.
Surabaya, 2021
Dibuat Oleh
Konsultan Perencana
CV. CATRA SURYA PRESISI
FEBRI ADITYA, ST
Direktur