Anda di halaman 1dari 1

Dari hasil analisis terhadap pemaparan konsep pembagian di sekolah dasar, baik yang

disampaikan guru dalam pembelajaran di kelas ataupun yang disajikan dalam buku buku
paket bahwa untuk menjelaskan secara kongkrit terkait dengan konsep pembagian tersebut
(ini hanya sebagai salah satu contoh) saat menjelaskan atau menentukan hasil dari 15 :
5 selalu diilustrasikan sebagai berikut: Ada 15 buah kelereng. Kelereng tersebut dibagikan
kepada 5 orang anak (misal A, B, C, D, dan E) dengan cara dipanggilnya semua anak
tersebut ke depan kelas lalu dibagikan secara merata sehingga setiap anak mendapatkan 3
buah kelereng.
Kasus yang kedua: Misalkan ada soal cerita yang bunyinya seperti ini "300 anak siswa SD
Taruna akan mengadakan karya siswa kesuatu tempat dengan menggunakan 6 buah bus.
Berapa banyak anak yang ditempatkan pada masing-masing bus agar masing-masing bus
tersebut menampung anak sama banyak. Soal-soal cerita seperti ini selalu dimodelkan oleh
gurunya sebagai 300 : 6 = 50.
Menurut Anda, apakah kedua contoh tersebut dalam cara menjelaskan konsep pembagian
mengandung konsep pembagian yang salah (kurang tepat)! Silakan kemukakan pendapat
Anda lewat forum diskusi ini.
Jawaban :

Kasus Pertama : Menurut saya pada contoh pertama ini guru menggunakan konsep
pembagian yang salah . Bentuk ilustrasi seperti itu tentu tidak menggambarkan arti dari
pembagian 15 oleh 5, karena tidak selaras dengan bentuk pengulangan berulang. Pada saat
melakukan simulasi, Guru menyediakan 15 buah kelereng, kemudia kelereng
tersebut dibagikan kepada 5 orang anak (misal A, B, C, D, dan E) dengan cara dipanggilnya
semua anak tersebut ke depan kelas lalu dibagikan secara merata sehingga setiap anak
mendapatkan 3 buah kelereng. Jadi, dalam memberi makna arti bagi dari operasi hitung
pembagian guru tersebut menggambarkan sebagai sesuatu yang ”dibelah” menjadi beberapa
bagian yang dalam hal ini ”dibelah menjadi 5 bagian”. Dari yang teramati itu, tentu guru
salah memberi makna atas konsep pembagian. Padahal makna yang sebenarnya dari 15 : 5
adalah ”menentukan atau mencari lima-an dalam limabelas” atau ”ada berapa lima-an dalam
limabelas”. Atau dapat diilistrasikan dalam pengurangan berulang seperti ini : 15-5-5-5=0 .
Sebenarnya guru mengetahui bahwa pembagian terkait dengan pengurangan berulang.
Namun demikian, dalam memberi ilustrasi seringkali guru tidak mengkaitkannya dengan
konsep pengurangan berulang tersebut.
a. Kasus Kedua : Sama halnya dengan kasus pertama. Jika kita cermati, tentu bentuk pemodelan
tersebut kurang tepat jika dikaitkan dengan bentuk pengurangan berulang maupun terhadap
makna dari konsep pembagian itu sendiri. Jadi, bentuk pemodelan dari kasus pada soal
cerita tersebut yang benar seharusnya 300 : . . . = 6 bukan 300: 6 = ... . Berati guru tersebut
tidak mampu membuat soal-soal cerita yang bentuk pemodelannya mengacu pada bentuk a : b =
. . . . Untuk membuat soal cerita yang mengacu pada bentuk pemodelan tersebut, guru selalu
membuat soal cerita yang konstruksinya seperti soal yang ada pada kasus kedua ini.

Anda mungkin juga menyukai