Anda di halaman 1dari 3

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : Sakti Prastiwo

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 043565239

Kode/Nama Mata Kuliah : EKMA4316/Hukum Bisnis

Kode/Nama UPBJJ : 21/UPBJJ-UT Jakarta

Masa Ujian : 2021/22.1 (2021.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1.
a) Dalam perspektif hukum, tiap manusia secara kodrati adalah subjek hukum
(pemegang hak dan kewajiban) sejak dilahirkan sampai meninggal dunia, dengan
mengingat Pasal 2 KUH perdata.
 Pasal 2 KUH Perdata:
“Anak yang ada dalam kandungan seorang perempuan, dianggap sebagai
telah dilahirkan, bilamana juga kepentingan si anak menghendakinya. Apabila
si anak meninggal sewaktu dilahirkannya, dianggaplah ia tidak pernah ada”.

Jadi, seorang anak yang masih di dalam kandungan seorang wanita atau ibunya
juga sudah dianggap sebagai subyek hukum atau pembawa hak dan kewajiban
apabila kepentingan si anak menghendakinya.

Hal-hal ini dikaitkan hubungannya dengan Pasal 836 dan pasal 899 KUPerdata
 Pasal 836 KUH perdata :
“dengan mengingat akan ketentuan dalam pasal 2 kitab ini, supaya dapat
bertindak sebagai waris, seorang harus telah ada, pada saat warisan jatuh
meluang”.

 Pasal 899 KUH Perdata :


“Dengan mengindahkan akan ketentuan dalam pasal 2 Kitab Undang-Undang
ini, untuk dapat menikmati sesuatu dari suatu surat wasiat, seorang harus
telah ada, tatkala yang mewariskan meninggal dunia”.

b) Kecakapan bertindak merupakan kewenangan umum untuk melakukan tindakan


hukum. Setelah manusia dinyatakan mempunyai kewenangan hukum maka
selanjutnya kepada mereka diberikan kewenangan untuk melaksanakan hak dan
kewajibannya oleh karenanya diberikan kecakapan bertindak. Terkait dengan hak
terdapat kewenangan untuk menerima, sedangkan terkait dengan kewajiban
terdapat kewenangan untuk bertindak (disebut juga kewenangan bertindak).

Kewenangan hukum dimiliki oleh semua manusia sebagai subyek hukum,


sedangkan kewenangan bertindak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
misalnya faktor usia, status (menikah atau belum), status sebagai ahli waris, dan
lain-lain.
 Pasal 330 KUH Perdata
“Seseorang telah dewasa apabila telah berumur 21 tahun, dan telah kawin
sebelum mencapai umur tersebut”.
2.
a) Bahwa Penerapan Asas konsensualisme jual beli tanah yang dilakukan tanpa akta
jual beli PPAT di Kota Gorontalo tetap adalah sah, karena jual beli tersebut terjadi
karena adanya kesepakatan antara kedua belah pihak, dan para pihak telah cakap
menurut hukum, dan kesepakatan itu untuk hal jual beli (hal tertentu) dan hak atas
tanah dan bangunan tersebut adalah benar milik pihak penjual, hal ini telah
sesuai dengan ketentuan Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, untuk
sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat :
 Sepakat mereka yang mengikatkan diri;
 Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian;
 Suatu hal tertentu;
 Suatu sebab yang halal.

b) Bahwa faktor yang mempengaruhi penerapan asas konsensualisme jual beli tanah
yang dilakukan tanpa akta jual beli PPAT Kota Gorontalo disebabkan oleh
kurangnya kesadaran hukum masyarakat dan dimana masyarakat Kota Gorontalo
masih sangat berpegang teguh dengan hukum adat yang sudah berlaku secara
turun temurun, serta anggapan bahwa untuk melakukan pendaftaran tanah masih
diperlukan biaya yang tinggi, 59 tetapi dalam Pasal 61 ayat (1) dan (2) Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 telah diatur tentang pembiayaan Pendaftaran
Tanah secara jelas.

Anda mungkin juga menyukai