Anda di halaman 1dari 5

LANDASAN DAN AZAS-AZAS PENDIDIKAN SERTA PEMBELAJARAN BERBASIS HYBRID

DAN BLENDED

LANDASAN PENDIDIKAN

Landasan pendidikan secara singkat dapat dikatakan sebagai tempat bertumpu atau dasar dalam
melakukan analisis kritik terhadap kaidah-kaidah dan kenyataan (fakta) tentang kebijakan dan praktik
pendidikan . dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa landasan pendidikan merupakan dasar bagi upaya
pengembangan kependidikan dalam segala aspeknya.

Terdapat beberapa landasan yang dapat dijadikan sebagai titik tumpu dalam melakukan analisis kritik
terhadap kaidah-kaidah dan kenyataan dalam rangka membuat kebijakan dan praktik pendidikan, yaitu:

1. Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat pendidikan,
yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok dalam pendidikan, seperti apakah pendidikan
itu, mengapa pendidikan diperlukan, dan apa yang seharusnya menjadi tujuan pendidikan.
Sehubungan dengan itu, landasan filosofis merupakan landasan yang berdasarkan atau bersifat
filsafat. Sesuai dengan sifatnya, maka landasan filsafat menelaah sesuatu secara radikal,
menyeluruh dan konseptual yang menghasilkan konsepsi-konsepsi mengenai kehidupan dan
dunia.
Konsepsi-konsepsi tentang kehidupan dan dunia tersebut bersumber dari religi dan etika serta
ilmu pengetahuan. Religi dan etika bertumpu kepada keyakinan. Adapun ilmu pengetahuan
bertumpu pada penalaran. Oleh karena itu, filsafat, termasuk filsafat pendidikan, yang
menghasilkan konsepsi tentang kehidupan dan dunia termasuk dalam kawasan religi dan etika
ditambah dengan ilmu pengetahuan. Meskipun demikian, filsafat lebih dekat dengan ilmu
pengetahuan. Sebab, sama halnya dengan ilmu pengetahuan, filsafat berawal dari keraguan dan
mengandalkan penalaran.
Oleh karena filsafat menelaah sesuatu secara radikal, menyeluruh, dan konseptual berdasarkan
religi dan etika, terutama sekali ilmu pengetahuan yang mengandalkan penalaran, maka tinjauan
filosofis tentang sesuatu, termasuk pendidikan, berarti berpikir bebas sejauh-jauhnya tentang
sesuatu, dalam hal ini yakni pendidikan. Dari berpikir bebas sejauh-jauhnya tersebut diharapkan
akan muncul sesuatu yang dapat dijadikan sebagai landasan dalam mengambil kebijakan serta
pertimbangan dalam praktik pendidikan.
2. Landasan Sosiologis
Landasan sosiologis merupakan tempat bertumpu dalam menentukan, mengarahkan, dan
mengembangkan kebijakan serta praktik pendidikan. Secara sosiologis perlu dikaji empat bidang
yaitu:
1. Hubungan sistem pendidikan dengan berbagai aspek kemasyarakatan, yang mencakup: (a)
fungsi pendidikan dalam kebudayaan; (b) hubungan sistem pendidikan dan proses kontrol sosial
dengan sistem kekuasaan yang menentukan kebijakan pendidikan; (c) fungsi sistem dalam
memelihara dan mendorong proses sosial dan perubahan kebudayaan: (d) hubungan pendidikan
dengan kelas sosial atau sistem status; dan (e) fungsionalisasi sistem pendidikan dalam
hubungannya dengan ras, kebudayaan atau kelompok-kelompok dalam masyarakat.
2. Hubungan kemanusiaan di sekolah. Sifat kebudayaan sekolah yang berbeda dengan
kebudayaan di luar sekolah. Hal tersebut dikarenakan peserta didik yang datang ke sekolah
berasal dari latar sosial budaya yang masing-masing berbeda, sementara itu sekolah mempunyai
pola interaksi dan struktur sosial sendiri.
3. Pengaruh sekolah terhadap perilaku anggotanya. Kajian pengaruh-pengaruh perilaku sekolah
terhadap anggotanya ini mencakup: (a) peranan sosial guru; (b) sifat kepribadian guru; (c)
pengaruh kepribadian guru terhadap perilaku peserta didik; dan (d) fungsi sekolah dalam
sosialisasi peserta didik.
4. Interaksi antara kelompok sosial sekolah dan kelompok lain dalam komunitasnya. Kajian ini
meliputi: (a) lukisan tentang komunitas seperti yang tampak pengaruhnya terhadap organisasi
sekolah; (b) analisis tentang proses pendidikan dalam hubungannya dengan sistem sosial
setempat; dan (c) faktor demografi dan ekologi dalam hubungannya dengan organisasi sekolah.
3. Landasan Hukum
Pendidikan merupakan peristiwa multidimensi, bersangkut paut dengan berbagai aspek
kehidupan manusia dan masyarakat. Kebijakan, penyelenggaraan, dan pengembangan pendidikan
dalam masyarakat perlu disalurkan oleh titik tumpu hukum yang jelas dan sah. Dengan
berlandaskan hukum, kebijakan, penyelenggaraan, dan pengembangan pendidikan dapat terhindar
dari berbagai benturan kebutuhan. Setidaknya dengan landasan hukum segala hak dan kewajiban
pendidik dan peserta didik dapat terpelihara.
Dapat dikatakan, bahwa berbagai pihak yang terkait dengan kebijakan, penyelenggaraan, dan
pengembangan pendidikan di samping perlu memperoleh perlindungan hukum, dengan landasan
hukum semua pihak tersebut mengetahui hak dan kewajibannya dalam penyelenggaraan
pendidikan. Semuanya itu dapat diketahui melalui perundang-undangan dan peraturan yang
berlaku.
4. Landasan Psikologis
Landasan psikologis merupakan salah satu landasan yang penting dalam bidang pendidikan.
Landasan psikologis pendidikan terutama tertuju kepada pemahaman manusia, khususnya
berkenaan dengan proses belajar manusia.
Pemahaman terhadap peserta didik, terutama sekali yang berhubungan dengan aspek kejiwaan,
merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam pendidikan. Oleh karena itu, hasil kajian dan
penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya, pengetahuan tentang aspek-aspek pribadi.
urutan dan ciri-ciri pertumbuhan setiap aspek, dan konsep tentang cara-cara paling tepat untuk
pengembangan kepribadian.
Pengembangan kepribadian yang merupakan tugas pendidikan, psikologi menyediakan sejumlah
informasi tentang kehidupan pribadi manusia pada umumnya serta gejala-gejala yang berkaitan
dengan aspek pribadi khususnya. Hal tersebut dikarenakan setiap individu memiliki bakat,
kemampuan, minat, kekuatan, serta tempo dan irama perkembangan yang berbeda-beda antara
satu dengan yang lain.
5. Landasan Kultural
Peristiwa pendidikan adalah bagian dari peristiwa budaya. Hal tersebut dikarenakan pendidikan
dan kebudayaan mempunyai hubungan timbal balik. Kebudayaan dapat dilestarikan dan/atau
dikembangkan dengan jalan mewariskannya dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui
pendidikan, baik pendidikan informal, nonformal, maupun formal (sekolah). Sebaliknya, ciri-ciri
dan pelaksanaan pendidikan ikut ditentukan oleh kebudayaan masyarakat tempat proses
pendidikan berlangsung. Langkah-langkah pengembangan pendidikan tidak boleh bebas dari
kebudayaan tempat pendidikan tersebut diselenggarakan dan dikembangkan. Oleh sebab itu pula,
perancang, pengambil kebijakan, dan pelaksana pengembangan pendidikan harus
memperhitungkan faktor sosial budaya dalam merancang, mengambil kebijakan, dan
melaksanakan pengembangan pendidikan supaya segala kegiatan tersebut tidak menimbulkan
kegoncangan budaya.

ASAS-ASAS PENDIDIKAN

Asas pendidikan merupakan tumpuan cara berpikir yang memberikan corak terhadap pendidikan. Dapat
dikatakan bahwa asas pendidikan lebih memfokuskan perhatian kepada cara penyelenggaraan pendidikan
yang dilandasi oleh pemikiran-pemikiran tentang bagaimana layaknya pendidikan diselenggarakan.

1. Asas Tut Wuri Handayani


Asas Tut Wuri Handayani yang merupakan asas pendidikan Indonesia hingga saat ini, bersumber
dari asas Pendidikan Taman Siswa. Asas Tut Wuri Handayani bermakna bahwa setiap orang
berhak mengatur dirinya sendiri dengan berpedoman kepada tata tertib kehidupan yang umum.
Dalam penyelenggaraan pendidikan dengan asas tersebut berarti bahwa kepada peserta didik
diberi kesempatan untuk mandiri. Artinya, dalam kegiatan pendidikan, pendidik bukanlah segala-
galanya, akan tetapi kepada peserta didik diberi kesempatan untuk mencari, mempelajari, dan
memecahkan masalah sendiri tanpa harus dicampuri, diperintah, dan bahkan dipaksa. Dengan
cara yang demikian, maka kegiatan belajar tidak berpusat kepada guru, akan tetapi berpusat
kepada peserta didik sendiri. Dapat dikatakan bahwa asas Tur Wuri Handayani merupakan cikal
bakal dari pendekatan atau cara belajar siswa aktif.
Sebagai asas pertama, Tut Wuri Handayani merupakan inti dari sistem Among perguruan taman
siswa. Asas yang dikumandangkan oleh Ki Hajar Dewantara ini kemudian dikembangkan oleh
Drs. R.M.P. Sostrokartono dengan menambahkan dua semboyan lagi, yaitu Ing Ngarso Sung
Tulodo dan Ing Madyo Mangun Karso.
Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas, yaitu:
a. Ing Ngarso Sung Tulodo (jika di depan memberi contoh).
b. Ing Madyo Mangun Karso (jika di tengah-tengah memberi dukungan dan semangat).
c. Tut Wuri Handayani (jika di belakang memberi dorongan).
2. Asas Belajar Sepanjang Hayat
Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari sisi lain terhadap
pendidikan seumur hidup (life long education). Kurikulum yang dapat meracang dan
diimplementasikan dengan memperhatikan dua dimensi, yaitu dimensi vertikal dan horizontal.
a. Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah meliputi keterkaitan dan kesinambungan
antartingkatan persekolahan dan keterkaitan dengan kehidupan peserta didik di masa depan.
b. Dimensi horizontal dari kurikulum sekolah, yaitu keterkaitan antara pengalaman belajar di
sekolah dengan pengalaman di luar sekolah.
Pada dasarnya manusia adalah makhluk "menjadi", yakni makhluk yang tidak pernah sempurna,
dia selalu berkembang mengikuti perkembangan yang terjadi di lingkungan kehidupannya. Apa
yang dipelajari hari ini belum tentu sesuai dengan tantangan perubahan pada beberapa tahun
berikutnya. Implikasi dari konsep yang demikian ialah bahwa manusia harus selalu belajar
sepanjang hayat, sehingga dia dapat mempelajari dan menyesuaikan diri sesuai dengan perubahan
yang berlangsung.
Dimana saat ini akibat kemajuan ilmu dan teknologi yang sangat pesat, maka terjadi perubahan
yang sangat pesat dalam berbagai aspek kehidupan. Akibatnya, apa yang dipelajari oleh
seseorang pada beberapa tahun yang lalu dapat menjadi tidak berarti atau tidak bermanfaat.
Sebab, apa yang telah dipelajarinya sudah tidak relevan lagi dengan berbagai masalah kehidupan
yang dihadapinya.
3. Asas Tanggung Jawab Bersama
Tanggung jawab adalah kewajiban terhadap segala sesuatunya; fungsi menerima pembebanan
sebagai akibat sikap tidak sendiri atau pihak lain. Tanggung jawab berkaitan dengan kewajiban
seseorang terhadap tugas atau perbuatan yang dilakukan. Perbuatan yang dilakukan harus dapat
dipertanggungjawabkan dari segi tujuan dan konsekuensi lain yang ditimbulkannya. Sesuatu
aktivitas atau perbuatan yang dilakukan tanpa tanggung jawab akan terjadi secara tidak terarah
dan mungkin asal-asalan saja, dan akibatnya adalah menimbulkan masalah atau hal-hal yang
tidak diharapkan. Jika perbuatan, perilaku, dan tindakan yang dilakukan dilandasi oleh tanggung
jawab kepada segala pihak yang berhadapan dengan orang tersebut, maka orang itu akan selalu
berada di jalan yang benar.
Aktivitas yang dilakukan dalam proses pendidikan harus selalu didasarkan pada asas tanggung
jawab, karena kegiatan apa pun yang dilakukan dalam pendidikan selalu diarahkan untuk
mencapai tujuan, yakni mendidik dan membimbing peserta didik agar dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan dan segala potensi yang dimiliki.
4. Asas Manfaat, Adil, dan Merata
Asas manfaat yang berarti pendidikan harus mengingat kemanfaatannya bagi masa depan peserta
didik, bagi masyarakat, bangsa, negara, dan agama. Sementara itu, asas adil dan merata
maksudnya adalah bahwa penyelenggaraan pendidikan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan
masyarakat sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya. Asas manfaat, adil, dan merata yang
meliputi asas nondiskriminatif, yang memandang manusia Indonesia seutuhnya tanpa
diskriminasi. Pendidikan yang diselenggarakan harus berguna bagi peningkatan hidup manusia
dan masyarakat.

PEMBELAJARAN BERBASIS HYBRID DAN BLENDED

Hybrid learning adalah pembelajaran yang menggabungkan berbagai pendekatan dalam pembelajaran
yakni pembelajaran tatap muka, pembelajaran berbasis komputer dan pembelajaran berbasis online
(internet dan mobile learning).

Blended Learning adalah pada dasarnya merupakan gabungan keunggulan pembelajaran yang dilakukan
secara tatap-muka dan secara virtual. Blended learning juga sebagai sebuah kombinasi pengajaran
langsung (face-to-face) dan pengajaran online, tapi lebih daripada itu sebagai elemen dari interaksi sosial.

Hybrid learning sering disebut juga sebagai blended learning karena memiliki arti yang sama. Hybrid /
blended learning merupakan model pembelajaran campuran antara online learning dengan face to face
learning atau metode konvensional yang mengandalkan kegiatan tatap muka di kelas.

Konsep Hybrid / Blended Learning

Blended learning memiliki 4 konsep yaitu:

1. Blended learning merupakan metode pembelajaran yang mengkombinasikan atau


menggabungkan berbagai teknologi berbasis web untuk mencapai tujuan pendidikan. Blended
learning akan mengintegrasikan pembelajaran tradisional tatap muka dengan pembelajaran jarak
jauh menggunakan sumber belajar online dan beragam pilihan komunikasi yang dapat digunakan
oleh guru dan siswa. Hal ini memungkinkan siswa memiliki sumber belajar yang beragam untuk
menggali ilmu lebih dalam.
2. Blended learning merupakan kombinasi dari berbagai pendekatan pembelajaran untuk
menghasilkan suatu pencapaian pembelajaran yang optimal dengan atau tanpa teknologi
pembelajaran. Pendekatan pembelajaran yang dimaksud adalah behaviorisme, konstruktivisme,
dan kognitivisme.
3. Blended learning merupakan kombinasi banyak format teknologi pembelajaran dengan kombinasi
pembelajaran tatap muka.
4. Blended learning merupakan metode pembelajaran yang menggabungkan teknologi pembelajaran
dengan perintah tugas kerja aktual. Hal tersebut bertujuan untuk menciptakan pengaruh yang baik
pada pembelajaran dan pemberian tugas.

Prinsip dasar Hybrid/Blended Learning adalah:

1. Learning is open (belajar adalah terbuka)


2. Learning is social (belajar adalah sosial)
3. Learning is personal (belajar adalah personal)
4. Learning is augmented (belajar adalah terbantukan)
5. Learning is multirepresented (belajar adalah multirepresentasi/multiperspektif)
6. Learning is mobile (belajar adalah bergerak)

Tantangan Penerapan Hybrid / Blended Learning

Tantangan terbesar dalam penerapan sesuatu yang berkaitan dengan teknologi di Indonesia yaitu
keterbatasan alat yang dimiliki masyarakat, termasuk dalam penerapan metode pembelajaran hybrid /
blended learning.

Selain itu, kesiapan guru sebagai sumber belajar pertama bagi siswa juga sangatlah penting.
Penerapam metode pembelajaran hybrid/ blended learning tidak akan berjalan maksimal jika guru
tidak mampu menggunakan teknologi sebagai sarana belajar. Oleh karena itu, kemampuan guru
dalam menghadapi era teknologi baru ini juga menjadi salah satu tantangan pemerintah untuk
menerapkan pembelajaran metode hybrid / blended learning. Solusi untuk mengatasinya adalah
dengan mengadakan pelatihan untuk guru.

Anda mungkin juga menyukai