Penyebab tingginya AKI/ AKB adalah karena 4T. Masyarakat perlu mewaspadai terjadinya
4T agar AKI/ AKB bisa dicegah.
Keterlambatan rujukan adalah salah satu masalah utama terjadinya AKI dan
AKB, terlambatnya pasien tiba di fasilitas pelayanan rujukan, ketidak jelasan
termaksud salah satu hambatan salah satunya BPJS Kesehatan dalam peraturan
sistem rujukan (Susiloningtyas, 2020) . Pada tahun 2020 Kemenkes RI
mengeluarkan Permenkes No. 3/2020 yang mengatur Klasifikasi dan Perizinan
Rumah sakit yang di harapkan dapat mempengaruhi sistem rujukan.
Sebelumnya pada tahun 2014 telah diterbitkan Keputusan Mentri Kesehatan RI
no. HK.02.02/MENKES/390/2014 Tentang Pedoman Penetapan Rumah Sakit
Rujukan Nasional. Permenkes tersebut membahas rumah sakit rujukan
nasional, rujukan provinsi dan rujukan regional.
Mendapatkan pertolongan yang terlambat sering terjadi di daerah tertinggal
dikarenakan transportasi yang masih minim dan kesulitan memperoleh fasilitas
kesehatan yang memadai, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 78
Thun 2014 Tentang Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal pada pasal 4
ayat (1) didalam nya tertera bahwa kriteria percepatan daerah berdasarkan :
perekonomian masyarakat masih rendah, SDM, sarana dan prasaran,
kemampuan keuangan daerah, aksebilitas,dan karateristik daerah. Peraturan
pemerintah ini di tujukan guna desa yang tertinggal mendapatkan fasilitas yang
memadai. (Febriandi, 2020)
Permasalahan selanjutnya yaitu tenaga kesehatan yang kurang, pemerintah
sudah menerbitkan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit
yang dimaksud disini pelayanan kesehatan dalam pelayanan perorangan.
Dimana pemerintah sudah berusaha memperbaiki mutu pelayanan guna
tercapainya pelayanan kesehatan yang menyeluruh kepada masyarakat.
(Oktoria, Kusuma and Irawan, 2020)
Pelayanan kesehatan tradisional sudah diatur dalam Peraturan Pemerintah No.
103 Tahun 2014 kewenangan ini mengatur secara penuh dalam bidang SDM
kesehatan dan bidang sediaan farmasi. (Tradisional, 2020)
Kasus selanjutnya yaitu di lapangan rumah sakit belum dapat
mengimplementasikan secara penuh mutu pelayanan IGD padahal standar
instalasi Gawat Darurat diatur dalam kepmenkes RI No.856/Menkes/SK/IX/2009.
(Indriono, 2020)
Selain itu pemerintah pun telah merencanakan pengendalian AKI dan AKB
dengan menyediakan ultrasonografi (USG) di puskesmas kalimantan barat mulai
tahun 2020 dalam Rapat Kerja Kesehatan Nasional 2020 di Jakarta 2020 Selasa
(18/02/2020) . Adapun salah satu program yang sudah di jalani yaitu Program
(P4K) Perencanaan Persalinan & Pencegahan Komplikasi yang di fasilitasi oleh
tenaga bidan dan peran aktif suami, keluarga serta masyarakat dalam
merencanakan persalinan yang aman dan persiapan meghadapi komplikasi bagi
para ibu hamil dan perencanaan penggunaan KB setelah melahirkan dalam
rangka meningkatkan mutu dan cangkupan pelayanan kesehatan bagi para ibu
dan bayi yang baru lahir. Program ini bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan serta kesadaran pemehaman kader tentang P4K dan
terlaksananya atau terdeteksinya ibu hamil yang beresiko tinggi secara
berkesinambungan. Tidak sampai disitu pemerintah pun membentuk Tim
pengerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga atau (TP. PKK) yang berperan
aktif menurunkan angka kematian pada bayi gerakan ini lebih sebagai
pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga, dalam program ini sudah mampu
menurunkan angka kematian pada bayi yang cukup signifikan yaitu dari 6
(enam) kematian bayi menurun menjadi 1 (satu) kematian bayi.
Sebagai tambahan pemerintah sudah mengatur perkawinan pada usia anak
yang berdampak antargenerasi, dikarenakan bayi yang dilahirkan oleh anak
perempeuan yang menikah usia muda memiliki risiko kematian lebih tinggi, dan
memiliki dua kali lebih besar untuk meninggal sebelum usia 1 tahun jika di
bandingkan dengan anak yang dilahirkan oleh ibu yang memiliki umur di atas
duapuluh tahun peraturan Undang – Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang
Perkawinan nomor 4 huruf (d). Permasalahan yang cukup sulit diputuskan
rantainya dikarenakan rendahnya pendidikan anak yang bersangkutan, budaya
adat istiadat menjadi salah satu perannya oleh sebab itu pendekatan sosialisasi
kepada tokoh agama dan tokoh adat daerah setempat diharapkan dapat
mengajak masyarakat setempat untuk menunda pernikahan usia dini (Puspasari
et al., 2020)
Dari banyak nya kasus kematian bayi dan kematian anak di indonesia yang
menjadikan fokus permasalahan yang harus di benahi pemerintah indonesia
sampai detik ini sudah banyak kebijakan ataupun regulasi yang sudah di
usahakan pemerintah guna menangani permasalahan tersebut, mau itu dari
aspek pemerataan tenaga kesehatan,penyediaan fasilitas kesehatan serta
kegiatan memenuhi pengetahuan ibu dan lain sebagainya. Terjadi kemungkinan
bahwa semua regulasi yang sudah di tetapkan tidak berjalan optimal adalah
dikarenakan bahwa kurang nya penerapan pada setiap aspek yang terkait dan
sistem pemerintah daerah yang masih sama sama belajar manaikan mutu
kesehatan masyarakat di daerah. Oleh kerena itu marilah kita semua
bergontong royong membantu peran pemerintah demi meningkatkan mutu
serta mengatasi permasalahan kesehatan ini guna menjadikan Indonesia
terbebas dari tingginya angka kematian yang terjadi pada ibu dan bayi.