Anda di halaman 1dari 6

A.

Definisi AKI dan AKB


Kematian adalah akhir dari kehidupan ketiadaan nyawa dalam organisme biologis.
Semua makhluk hidup pada akhirnya akan mati secara permanen, baik karena penyebab alami
seperti penyakit atau karena penyebab tidak alami seperti kecelakaan (Wikipedia bahasa
Indonesia, ensiklopedia bebas).
Kematian maternal adalah kematian wanita sewaktu hamil, melahirkan, atau dalam 42 hari
sesudah berakhirnya kehamilan, tidak bergantung dari lama lokasi kehamilan, disebabkan
apapun yang berhubungan dengan kehamilan atau penangananya, tetapi tidak secara kebetulan
atau oleh penyebab tambahan lainya (Prawirohardjo S, 2002; 22).
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan
perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam
tujuan pembangunan millenium yaitu tujuan ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana
target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah
kematian ibu. Dari hasil survei yang dilakukan AKI telah menunjukkan penurunan dari waktu ke
waktu, namun demikian upaya untuk mewujudkan target tujuan pembangunan millenium
masihmembutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus menerus.
Angka kematian bayi ( Infrant Mortality Rate) merupakan salah satu indikator penting
dalam menentukan tingkat kesehatan masyarakat karena dapat menggambarkan kesehatan
penduduk secara umum. Angka ini sangat sensitif terhadap perubahan tingkat kesehatan dan
kesejahteraan. Angka kematian bayi tersebut dapat didefenisikan sebagai kematian yang terjadi
antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun (BPS).
Di Indonesia, upaya Safe Motherhood diterjemahkan sebagai Upaya
Kesejahteraan/Keselamatan Ibu. Istilah ”Kesejahteraan Ibu” menunjukkan ruang lingkup yang
lebih luas, meliputi hal-hal diluar kesehatan, sedangan ”Keselamatan Ibu” mempunyai konotasi
yang terkait langsung dengan aspek kesehatan. Dibandingkan dengan angka kematian bayi
(selanjutnya disingkat AKB), perbedaan AKI ternyata jauh lebih besar. Hasil penelitian WHO
dan UNFPA menunjukkan tingginya AKI di berbagai negara berkembang, serta lebarnya jurang
antara keadaan di negara berkembang dan keadaan di negara maju. (AKI ) Angka kematian ibu
sebagai akibat langsung / tidak langsung dalam 100.000 kelahiran hidup.
Kematian maternal/AKI  merupakan kematian wanita sewaktu hamil, melahirkan atau dalam 42
hari sesudah berakhirnya kehamilan, tidak tergantung dari lama dan lokasi kehamilan,
disebabkan oleh apapun yang berhubungan dengan kehamilan atau penanganannya, tetapi tidak
secara kebetulan atau oleh penyebab tambahan lainnya. (Sarwono,2002:22)
Kematian maternal didefinisikan sebagai setiap kematian ibu yang terjadi pada waktu
kehamilan, melahirkan, atau dua bulan setelah melahirkan atau penghentian kehamilan.
Kematian maternal juga didefinisikan sebagai proporsi kematian pada wanita usia reproduktif
atau proporsi kematian pada semua wanita di usia reproduktif yang disebabkan oleh penyebab
maternal.
Angka kematian Bayi (AKB) adalah angka probabilitas untuk meninggal di umur antara lahir
dan 1 tahun dalam 1000 kelahiran hidup.
Angka kematian perinatal (perinatal mortality rate) ialah jumlah kematian perinatal dikalikan
1000 dan kemudian di bagi dengan jumlah bayi lahir hidup dan lahir mati pada tahun yang sama.
(Sarwono,2002:786).
B. Penyebab AKI dan AKB
Kematian ibu disebabkan oleh :
         perdarahan
         tekanan darah yang tinggi saat hamil (eklampsia)
         infeksi
         persalinan macet dan komplikasi keguguran
         Keterlambatan pengambilan keputusan di tingkat keluarga
 Sedangkan penyebab langsung kematian bayi adalah
       Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) 
       kekurangan oksigen (asfiksia).
       hipotermia (kedinginan)
       imaturitas
       infeksi.
Penyebab tidak langsung kematian ibu dan bayi adalah
         kondisi masyarakat seperti pendidikan, sosial ekonomi dan budaya.
         Kondisi geografi
         keadaan sarana pelayanan yang kurang siap ikut memperberat permasalahan ini.
Beberapa hal tersebut mengakibatkan kondisi 3 terlambat (terlambat mengambil keputusan,
terlambat sampai di tempat pelayanan dan terlambat mendapatkan pertolongan yang adekuat)
dan 4 terlalu (terlalu tua, terlalu muda, terlalu banyak, terlalu rapat jarak kelahiran).

Penyebab tingginya AKI/ AKB adalah karena 4T. Masyarakat perlu mewaspadai terjadinya
4T agar AKI/ AKB bisa dicegah.

1. Terlalu muda saat melahirkan.


Perkawinan anak yang diikuti oleh kehamilan beresiko tinggi terhadap kesehatan ibu dan
bayi. Kemungkinan melahirkan bayi prematur atau stunting serta pendarahan saat melahirkan
sangat besar. Jadi sebaiknya cegah perkawinan anak.

2. Terlalu tua saat melahirkan anak pertama.


Melahirkan anak pertama saat usia sudah di atas 40 tahun termasuk beresiko tinggi.
Dikhawatirkan kondisi fisik ibu sudah mengalami penurunan karena beberapa penyakit
seperti darah tinggi, asam urat, dll.

3. Terlalu sering melahirkan.


Seorang perempuan yang terlalu sering melahirkan mempunyai resiko yg lebih tinggi saat
melahirkan. Misalnya janin meninggal di dalam kandungan, pendarahan, dll.

4. Terlalu dekat jarak waktu melahirkan.


Seorang ibu yg jarak waktu melahirkannya terlalu dekat sangat membahayakan keselamatan
ibu dan bayi. Terlebih lagi jika melahirkan dengan operasi cesar, kemungkinan terjadi
pendarahan sangat tinggi.

C. Kasus AKI dan AKB di Indonesia


Data Dinas Kesehatan Kota Bogor menyatakan AKI pada 2014 tercatat sejumlah 6 kasus,
sementara pada 2015 meningkat menjadi 21 kasus. Begitu juga dengan AKB, dari yang
tercatat sebanyak 55 kasus pada 2014 naik menjadi 65 kasus pada 2015.      “Tren kematian
anak dan ibu di Bogor ini terus naik dalam dua-tiga tahun terakhir. Memang seperti sudah
disampaikan Kepala Dinkes, ada beberapa hal yang menjadi penyebab tingginya AKI dan
AKB ini,” kata Wali Kota Bogor Bima Arya, Rabu (13/4/2016). Dia memaparkan faktor
penyakit dan kendala dalam proses persalinan menjadi penyebab tingginya AKI dan AKB,
antara lain terlalu sering melahirkan, terlalu tua usianya saat hamil atau melahirkan, terlalu
muda usia saat kehamilan. "Dan terlalu rapat jarak kehamilan serta terlambat saat mendeteksi
kehamilan dan terlambat mencari atau mendapatkan fasilitas kesehatan," katanya. Untuk
menekan AKI dan AKB, Pemerintah Kota Bogor akan menggelar Bulan Pemeriksaan Ibu
Hamil (Bumil). Tujuannya adalah adalah mendata semua bumil di Kota Bogor, memastikan
mereka mendapat pelayanan kesehatan sesuai standar dan memfasilitasi kehamilan mulai dari
perencanaan persalinan dan penanganan komplikasi. Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor
Rubaeah mengatakan, pihaknya bersama dinas-dinas terkait siap menggelar bulan
pemeriksaan selama sebulan penuh dengan menyasar 21.324 bumil pada 2016. Pelaksanaan
program tersebut, kata dia, akan dilakukan pada 14 April hingga 13 Mei 2016, yang akan
dilakukan Kader Dasa Wisma, Kader Posyandu dan Bidan Pembina Wilayah serta didukung
Forum Masyarakat Nga-EMAS. "Nantinya para petugas akan mencatat dan melaporkan hasil
dari pelaksanaan bulan pemeriksaaan ibu hamil. Indikator keberhasilannya dapat dilihat dari
jumlah bumil yang terdata," paparnya.

D. Angka kematian AKI dan AKB di Indonesia


Melihat kejadian yang terus berlangsung seperti ini dengan usaha serta kerja
keras dari berbagai pihak terkait, sejauh mana pemerintah dalam menangani
masalah kesehatan yang berhubungan dengan ibu dan bayi saat ini? artikel ini
akan membahas tentang hambatan serta usaha atau kebijakan apa yang telah
pemerintah dirikan demi memberantas salah satu permasalahan kesehatan di
Indonesia ini yaitu kematian ibu dan kematian bayi apakah sudah sesuai dan
terlaksana dengan baik?
Terdapat tiga hal yang perlu diperankan oleh pemerintah yaitu sebagai
regulator yang pertama dan yang kedua yaitu pemberi biaya terakhir sebagai
pelaksana kegiatan. Peran sebagai regulator pemerintah daerah di tuntut untuk
merumuskan seluruh kebijakan yang dituju ke masyarakat ataupun swasta
dengan seimbang , baik serta selalu mementingkan masyarakat termuat dalam
konver (mahardhani (2014: 24) ).
Dengan begitu pemerintah mengeluarkan segala sesuatu kebijakan dalam
menangulangi permasalahan kematian pada ibu serta bayi sampai tahun lalu
2020.
Dilihat dari faktor nya kejadian AKI dan AKB ini ekonomi, sosial, budaya dan
peran serta masyarakat menjadi determinan kematian ibu dan bayi. Disini
peran serta masyarakat dalam upaya kesehatan ibu dan bayi masih belum baik.
Keluarga dan masyarakat masih belum dapat mengendalikan angka yang
disebabkan kematian Ibu dan Anak , yang disebabkan oleh terlalu muda hamil ,
terlalu tua hamil dan terlalu banyak dan terlalu pendek jaraknya serta
mengambil keputusan karena keterbatasan tenaga kesehatan yang ada di
wilayah tempat tinggalnya. (Tumbuh and Yuk, 2018).
Permasalahan yang masih terjadi sampai saat ini yang terkait dengan kasus
kematian ibu dan Bayi saat melahirkan dikarenakan
Keterlambatan mendapat pertolongan akibat kemiskinan serta sosial budaya
yang dapat mengakibatkan terlambat dalam mengambil keputusan.
Mendapatkan pertolongan yang terlambat bisa dikarenakan hambatan
transportasi dan geografis terhadap pelayanan kesehatan
Tenaga kesehatan yang kurang
Terlambat mendapat pertolongan dengan baik dan benar sesuai keterampilan
paraji dalam memberikan pertolongan yang tidak sesuai dengan standar
persalinan.
Dalam pelayanan pertolongan kegawat daruratan ibu dan anak belum
memenuhi standar.
Permasalahan di atas masih sering terjadi di sebagian wilayah indonesia
(Suparman, 2020).
Jika mengacu pada permasalahan diatas pemerintah telah mengeluarkan
kebijakan serta regulasi yang diharapkan kedepannya dapat mengatasi
kematian ibu dan bayi di indonesia.

Keterlambatan rujukan adalah salah satu masalah utama terjadinya AKI dan
AKB, terlambatnya pasien tiba di fasilitas pelayanan rujukan, ketidak jelasan
termaksud salah satu hambatan salah satunya BPJS Kesehatan dalam peraturan
sistem rujukan (Susiloningtyas, 2020) . Pada tahun 2020 Kemenkes RI
mengeluarkan Permenkes No. 3/2020 yang mengatur Klasifikasi dan Perizinan
Rumah sakit yang di harapkan dapat mempengaruhi sistem rujukan.
Sebelumnya pada tahun 2014 telah diterbitkan Keputusan Mentri Kesehatan RI
no. HK.02.02/MENKES/390/2014 Tentang Pedoman Penetapan Rumah Sakit
Rujukan Nasional. Permenkes tersebut membahas rumah sakit rujukan
nasional, rujukan provinsi dan rujukan regional.
Mendapatkan pertolongan yang terlambat sering terjadi di daerah tertinggal
dikarenakan transportasi yang masih minim dan kesulitan memperoleh fasilitas
kesehatan yang memadai, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 78
Thun 2014 Tentang Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal pada pasal 4
ayat (1) didalam nya tertera bahwa kriteria percepatan daerah berdasarkan :
perekonomian masyarakat masih rendah, SDM, sarana dan prasaran,
kemampuan keuangan daerah, aksebilitas,dan karateristik daerah. Peraturan
pemerintah ini di tujukan guna desa yang tertinggal mendapatkan fasilitas yang
memadai. (Febriandi, 2020)
Permasalahan selanjutnya yaitu tenaga kesehatan yang kurang, pemerintah
sudah menerbitkan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit
yang dimaksud disini pelayanan kesehatan dalam pelayanan perorangan.
Dimana pemerintah sudah berusaha memperbaiki mutu pelayanan guna
tercapainya pelayanan kesehatan yang menyeluruh kepada masyarakat.
(Oktoria, Kusuma and Irawan, 2020)
Pelayanan kesehatan tradisional sudah diatur dalam Peraturan Pemerintah No.
103 Tahun 2014 kewenangan ini mengatur secara penuh dalam bidang SDM
kesehatan dan bidang sediaan farmasi. (Tradisional, 2020)
Kasus selanjutnya yaitu di lapangan rumah sakit belum dapat
mengimplementasikan secara penuh mutu pelayanan IGD padahal standar
instalasi Gawat Darurat diatur dalam kepmenkes RI No.856/Menkes/SK/IX/2009.
(Indriono, 2020)
Selain itu pemerintah pun telah merencanakan pengendalian AKI dan AKB
dengan menyediakan ultrasonografi (USG) di puskesmas kalimantan barat mulai
tahun 2020 dalam Rapat Kerja Kesehatan Nasional 2020 di Jakarta 2020 Selasa
(18/02/2020) . Adapun salah satu program yang sudah di jalani yaitu Program
(P4K) Perencanaan Persalinan & Pencegahan Komplikasi yang di fasilitasi oleh
tenaga bidan dan peran aktif suami, keluarga serta masyarakat dalam
merencanakan persalinan yang aman dan persiapan meghadapi komplikasi bagi
para ibu hamil dan perencanaan penggunaan KB setelah melahirkan dalam
rangka meningkatkan mutu dan cangkupan pelayanan kesehatan bagi para ibu
dan bayi yang baru lahir. Program ini bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan serta kesadaran pemehaman kader tentang P4K dan
terlaksananya atau terdeteksinya ibu hamil yang beresiko tinggi secara
berkesinambungan. Tidak sampai disitu pemerintah pun membentuk Tim
pengerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga atau (TP. PKK) yang berperan
aktif menurunkan angka kematian pada bayi gerakan ini lebih sebagai
pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga, dalam program ini sudah mampu
menurunkan angka kematian pada bayi yang cukup signifikan yaitu dari 6
(enam) kematian bayi menurun menjadi 1 (satu) kematian bayi.
Sebagai tambahan pemerintah sudah mengatur perkawinan pada usia anak
yang berdampak antargenerasi, dikarenakan bayi yang dilahirkan oleh anak
perempeuan yang menikah usia muda memiliki risiko kematian lebih tinggi, dan
memiliki dua kali lebih besar untuk meninggal sebelum usia 1 tahun jika di
bandingkan dengan anak yang dilahirkan oleh ibu yang memiliki umur di atas
duapuluh tahun peraturan Undang – Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang
Perkawinan nomor 4 huruf (d). Permasalahan yang cukup sulit diputuskan
rantainya dikarenakan rendahnya pendidikan anak yang bersangkutan, budaya
adat istiadat menjadi salah satu perannya oleh sebab itu pendekatan sosialisasi
kepada tokoh agama dan tokoh adat daerah setempat diharapkan dapat
mengajak masyarakat setempat untuk menunda pernikahan usia dini (Puspasari
et al., 2020)
Dari banyak nya kasus kematian bayi dan kematian anak di indonesia yang
menjadikan fokus permasalahan yang harus di benahi pemerintah indonesia
sampai detik ini sudah banyak kebijakan ataupun regulasi yang sudah di
usahakan pemerintah guna menangani permasalahan tersebut, mau itu dari
aspek pemerataan tenaga kesehatan,penyediaan fasilitas kesehatan serta
kegiatan memenuhi pengetahuan ibu dan lain sebagainya. Terjadi kemungkinan
bahwa semua regulasi yang sudah di tetapkan tidak berjalan optimal adalah
dikarenakan bahwa kurang nya penerapan pada setiap aspek yang terkait dan
sistem pemerintah daerah yang masih sama sama belajar manaikan mutu
kesehatan masyarakat di daerah. Oleh kerena itu marilah kita semua
bergontong royong membantu peran pemerintah demi meningkatkan mutu
serta mengatasi permasalahan kesehatan ini guna menjadikan Indonesia
terbebas dari tingginya angka kematian yang terjadi pada ibu dan bayi.

Anda mungkin juga menyukai