Anda di halaman 1dari 9

Studi Kasus

Penurunan Hipertermia Pada Pasien Kejang Demam Menggunakan


Kompres Hangat

Windawati1, Dera Alfiyanti2


1,2 Program
Studi Pendidikan Profesi Ners, Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Semarang

Informasi Artikel Abstrak


Riwayat Artikel: Kejang demam adalah kelainan neurologis yang paling sering ditemukan
• Submit 27 Februari 2020 pada anak-anak, karena munculnya kejang demam yang berhubungan
• Diterima 21 Juli 2020 dengan usia, tingkat suhu dan kecepatan kenaikan suhu, termasuk faktor
keturunan yang juga berperan dalam peningkatan kejang demam di mana
Kata kunci: anggota keluarga pasien memiliki kesempatan untuk mengalami kejang
Kejang demam; Hipertermia; lebih banyak daripada anak-anak normal. Karya ilmiah ini bertujuan untuk
Kompres hangat memahami konsep dasar, mendapatkan informasi, dan memberikan asuhan
keperawatan mengenai kejang demam pada anak-anak. Penulis
menggunakan metode deskripsi, sedangkan sampelnya adalah data yang
diperoleh dengan cara wawancara, pemeriksaan fisik, pengamatan kegiatan,
memperoleh catatan dan laporan diagnostik. Setelah tindakan keperawatan
selama 3 hari diagnosis utama hipertermia berhubungan dengan penyakit,
dan selama intervensi kompres hangat selama tiga hari berturut-turut
masalah keperawatan utama hipertermia tidak dapat diatasi. Kolaborasi
antara tim kesehatan dan pasien atau keluarga sangat diperlukan untuk
keberhasilan asuhan keperawatan kepada pasien sehingga masalah
keperawatan pasien mengenai hipertermia dapat diimplementasikan
dengan baik dan masalah dapat diselesaikan.

PENDAHULUAN pemberian antipiretik. Menurut penelitian


dari Wardiyah, Setiawati, & Romayati
Kejang demam merupakan kelainan (2016) usia yang paling banyak menjadi
neurologis yang paling sering terjadi pada responden yaitu pada usia 2 tahun
anak, 1 dari 25 anak akan mengalami satu sebanyak 9 orang (30.0%) dan pada usia 4
kali kejang demam. Hal ini dikarenakan, tahun sebanyak 9 orang (30.0%).
anak yang masih berusia dibawah 5 tahun
sangat rentan terhadap berbagai penyakit Kejang demam adalah serangan kejang yang
disebabkan sistem kekebalan tubuh belum terjadi karena kenaikan suhu tubuh suhu
terbangun secara sempurna rektal di atas 38 °C (Riyadi dan Sujono,
(Harjaningrum, 2011). Berdasarkan 2009). Berdasarkan penelitian Aryanti
penelitian Dewi (2016) responden yang (2015) menunjukkan bahwa rerata suhu
paling banyak mengalami demam adalah tubuh sebelum dilakukan kompres hangat
umur 1- 3 tahun, baik kelompok pemberian (mean) suhu tubuh sebelum diberi tindakan
kompres air hangat, Hampir 90% dari total kompres hangat adalah 38,5°C dengan
anak yang dirawat karena demam, standar deviasi 0,6638 dan nilai minimum
diberikan kompres air hangat saja selain

Corresponding author:
Windawati
winsafir@gmail.com
Ners Muda, Vol 1 No 1, April 2020
e-ISSN:
DOI: 10.26714/nm.v1i1.5499
Ners Muda, Vol 1 No 1, April 2020/ page 59-67 60

serta maksimumnya adalah 37,7°C dan Pusat (RSUP) dr. Kariadi Semarang pada
39,5°C. Januari 2008-Maret 2009 mendapatkan 82
kasus. Tujuan peneliitian ini adalah: untuk
Serangan kejang demam pada anak yang mengidentifikasi efektifitas kompres
satu dengan yang lain tidaklah sama, hangat terhadap penurunan hipertermia
tergantung nilai ambang kejang masing- pada kasus kejang demam.
masing. Oleh karena itu, setiap serangan
kejang harus mendapat penanganan yang Penanganan terhadap kejang demam dapat
cepat dan tepat, apalagi kejang yang dilakukan dengan tindakan farmakologis,
berlangsung lama dan berulang.Sebab, tindakan non farmakologis maupun
keterlambatan dan kesalahan prosedur bisa kombinasi keduanya. Tindakan
mengakibatkan gejala sisa pada anak, farmakologis yaitu memberikan obat
bahkan bisa menyebabkan kematian (Fida antipiretik. Sedangkan tindakan non
& Maya, 2012). farmakologis yaitu tindakan tambahan
dalam menurunkan panas setelah
Kejang yang berlangsung lama biasanya pemberian obat antipiretik. Tindakan non
disertai apneu (henti nafas) yang dapat farmakologis antara lain memberikan
mengakibatkan terjadinya hipoksia minuman yang banyak, ditempatkan dalam
(berkurangnya kadar oksigen jaringan ruangan bersuhu normal, menggunakan
sehingga meninggikan permeabilitas pakaian yang tidak tebal, dan memberikan
kapiler dan timbul edema otak yang kompres hangat (Rahmasari & Lestari,
mengakibatkan kerusakan sel neuron otak. 2018)
Apabila anak sering kejang, akan semakin
banyak sel otak yang rusak dan mempunyai Kompres hangat adalah tindakan dengan
risiko menyebabkan keterlambatan menggunakan kain atau handuk yang telah
perkembangan, retardasi mental, dicelupkan pada air hangat, yang
kelumpuhan dan juga 2-10% dapat ditempelkan pada bagian tubuh tertentu
berkembang menjadi epilepsi sehingga dapat memberikan rasa nyaman
(Mohammadi, 2010). dan menurunkan suhu tubuh (Masruroh,
Hartini, & Astuti, 2017). Penelitian ini juga
World Health Organization memperkirakan sejalan dengan penelitian yang dilakukan
pada tahun 2010 terdapat lebih dari 21,65 oleh (Purwanti & Ambarwati, 2008) di
juta penderita kejang demam dan lebih dari RSUD dr. Moewardi Surakarta
216 ribu diantaranya meninggal. Di menunjukkan bahwa kompres hangat dapat
Amerika pada tahun 2008, kejadian kejang menurunkan suhu tubuh melalui proses
demam, hampir sebanyak 1,5 juta dan evaporasi.
sebagian besar lebih sering terjadi pada
rentang usia 6 bulan hingga 36 bulan. Di METODE
Indonesia dilaporkan angka kejadian kejang
demam pada tahun 2012 – 2013, terjadi 3- Penulisan karya ilmiah akhir ners ini
4% dari anak yang berusia 6 bulan – 5 tahun dengan jenis studi pendekatan kuantitatif
(Depkes, 2013). Untuk Angka kejadian di dengan pengambilan dua pasien dengan
wilayah Jawa Tengah pada tahun 2010, 2- diagnosa medis yang sama. Penulis
5% pada anak usia 6 bulan- 5 tahun dan 25- menggunakan metode deskriptif, adapun
50% kejang demam akan mengalami sampelnya adalah data ini diperoleh dengan
bangkitan kejang demam berulang cara yaitu : wawancara, pemeriksaan fisik,
(Gunawan, 2009). Sedangkan pada tahun observasi aktivitas, memperoleh catatan
2013 angka kejadian kejang demam pada dan laporan diagnostik. Pasien dikelola
anak usia 6 bulan sampai 5 tahun selama 3 hari.
mengalami penurunan yaitu 2-3% (Depkes,
2013). Sedangkan Di Rumah Sakit Umum

Windawati - Penurunan Hipertermia Pada Pasien Kejang Demam Menggunakan Kompres Hangat
Ners Muda, Vol 1 No 1, April 2020/ page 59-67 61

HASIL Dapat disimpulkan bahwa kompres air


hangat efektif menurunkan demam pada
Hasil evaluasi pada kedua pasien An. R dan klien di RSUD Temanggung, hal ini
An. D setelah dilakukan implementasi menunjukan bahwa ada perubahan yang
keperawatan dengan masalah utama signifikan akibat pengaruh kompres hangat
keperawatan hipertermia berhubungan terhadap perubahan suhu tubuh pada
dengan proses infeksi selama 3 hari belum pasien anak dengan hipertermia.
teratasi secara menyeluruh, karena kedua
anak pada kasus kelolaan masih mengalami Sedangkan pasien kelolaan pada kasus II
penurunan dan peningkatan suhu setiap An. D evaluasi dilakukan tanggal 08
harinya selama di rawat di ruang Anak September 2019 jam 13.00 WIB setelah 3
Lantai 1 RSUP Dr. Kariadi Semarang. hari masa perawatan, evaluasi tindakan
Evaluasi pasien kelolaan pada kasus I An. R keperawatan untuk mengatasi masalah
dilakukan pada tanggal 15 Agustus 2019 hipertermia berhubungan dengan proses
jam 14.00 WIB setelah 3 hari masa infeksi dilakukan selama 3 hari.
perawatan, evaluasi tindakan keperawatan Berdasarkan hasil evaluasi tindakan
untuk mengatasi masalah hipertermia keperawatan yang dilakukan pada An. D
berhubungan dengan proses infeksi yaitu berupa pemberian tindakan non
dilakukan selama 3 hari. Berdasarkan hasil farmakologi yaitu kompres hangat untuk
evaluasi tindakan keperawatan yang menurunkan suhu tinggi pada An. D
dilakukan pada An.R yaitu berupa didapatkan hasil data subyektif yaitu ibu
pemberian tindakan non farmakologi yaitu An. D mengatakan anaknya sudah tidak
kompres hangat untuk menurunkan suhu demam dan kejang lagi. Data obyektif yaitu
tinggi pada An.R didapatkan hasil data kondisi umum An. D saat dilakukan evaluasi
subyektif yaitu ibu An. R mengatakan adalah An.R lemah , tingkat kesadaran
anaknya sudah tidak demam dan kejang composmentis HR: 100 x/menit, RR: 24
lagi. Data obyektif yaitu kondisi umum An. R x/menit, SpO2: 99%, suhu anak sudah turun
saat dilakukan evaluasi adalah An.R baik, 36,4 ⁰C, badan An. D teraba hangat.
tingkat kesadaran composmentis HR: 100 Perencanaan selanjutnya pada pasien An. D
x/menit, RR: 22 x/menit, SpO2: 99%, suhu diantaranya memberikan kompres hangat
anak sudah turun 36,5 ⁰C, badan An. R jika suhu An. D kembali tinggi,
teraba hangat, klien sudah aktif bermain meningkatkan intake cairan dan nutrisi
kembali. Perencanaan selanjutnya pada sesuai dengan kebutuhan, memonitor suhu
pasien An.R diantaranya memberikan setiap 3 jam, memonitor intake dan output,
kompres hangat jika suhu An. R kembali dan memberikan terapi sesuai dengan advis
tinggi, meningkatkan intake cairan dan Dokter. Penelitian ini juga sejalan dengan
nutrisi sesuai dengan kebutuhan, penelitian (Wowor, Katuuk, & Kallo, 2017)
memonitor suhu setiap 3 jam, memonitor didapatkan data yang diperoleh dari 34
intake dan output, dan memberikan terapi responden penurunan rata-rata setelah
sesuai dengan advis Dokter. Hasil penelitian dilakukan kompres air hangat adalah 0.8
ini sejalan dengan (Anisa, 2019) sehingga dengan hasil tersebut berarti pemberian
ada pengaruh kompres hangat terhadap kompres air suhu hangat lebih efektif
perubahan suhu tubuh pada pasien febris. menurunkan suhu tubuh pada anak demam.
Berdasarkan perawatan yang telah
dilakukan terhadap anak demam dengan Berdasarkan data tersebut dapat
cara dikompres air hangat didapatkan rata- disimpulkan bahwa selama 3 hari masa
rata penurunan suhu sebesar 0.4 ⁰C per hari perawatan, masalah keperawatan utama
dan dilakukan selama 3 hari. Hasil yaitu hipertermia belum teratasi
perawatan menunjukkan bahwa terjadi sepenuhnya. Hal ini disebabkan karena
penurunan setelah dilakukan kompres air kedua anak pada kasus kelolaan masih
hangat sesuai target yang ingin dicapai. mengalami penurunan dan peningkatan

Windawati - Penurunan Hipertermia Pada Pasien Kejang Demam Menggunakan Kompres Hangat
Ners Muda, Vol 1 No 1, April 2020/ page 59-67 62

suhu setiap harinya selama di rawat di leukosit merupakan salah satu parameter
ruang Anak Lantai 1 RSUP Dr. Kariadi pemeriksaan untuk mendeteksi adanya
Semarang. infeksi. Pemeriksaan ini merupakan
pemeriksaan darah rutin yang sering
PEMBAHASAN dilakukan, karena jumlah leukosit dapat
memberikan petunjuk apakah terdapat
Hasil pengkajian yang didapat pada pasien suatu infeksi atau peradangan yang
An. R berjenis kelamin Perempuan dengan disebabkan oleh mikroorganisme atau
usia 3,5 tahun. Berdasarkan hasil suatu reaksi inflamasi terhadap masuknya
pemeriksaan fisik didapatkan data sebagai antigen ke dalam tubuh. Meningkatnya
berikut : klien tampak lemah, kesadaran jumlah leukosit (>10.000/mm3) disebut
composmentis, suhu tubuh tinggi 38.3 ⁰C, leukositosis merupakan indikatif adanya
kulit teraba hangat, klien tampak pucat, dan suatu peradangan. Selama dirawat kejang
badan lemah, keluhan saat ini pada kasus I tidak timbul lagi. Ibu An. R mengatakan ini
Ibu An. R mengatakan anaknya sudah merupakan sudah keempat kalinya dalam
mengalami demam sejak 4 hari ini turun periode tahun 2019 ini klien masuk RS
naik suhu badannya. dengan keluhan yang sama. Riwayat kejang
demam sebelumnya 3x di rawat di RS
Manifestasi klinis sehari sebelum masuk William Both dan pada saat dibawa ke RSUP
rumah sakit Ibu An. R mengatakan anaknya dr. Kariadi Semarang untuk diperiksa
mengalami perubahan tingkah laku seperti langsung klien dianjurkan untuk dirawat di
tidak aktif bermain dan mendadak RS pada tanggal 10 Agustus 2019.
badannya panas dan suhu naik. Penyakit
febris (demam) merupakan salah satu Pada pasien An. D berjenis kelamin laki-laki
penyebab masalah kesehatan di Indonesia. dengan usia 1 tahun yaitu usia kanak-kanak.
Demam sebagian disebabkan karena infeksi Usia merupakan suatu faktor risiko utama
atau virus. Namun data menunjukan bahwa pada beberapa penyakit. Hal ini disebabkan
justru sebagian besar tenaga medis karena usia dapat memperlihatkan kondisi
mendiagnosisnya sebagai infeksi bakteri kesehatan seseorang. Usia balita rentan
(Sodikin 2012). Keesokan harinya An. R terhadap penyakit karena daya tahan tubuh
mengalami kejang demam dengan yang belum stabil (Potter & Perry, 2010).
karakteristik kejang demam sederhana Masa balita menjadi periode yang penting
dengan durasi kejang, ±3 menit waktu awal dalam tumbuh kembang anak.
masuk Igd, Kondisi pasca terjadinya kejang Pertumbuhan dan perkembangan di masa
Ibu An. R mengatakan pasien dalam balita menjadi penentu keberhasilan
keadaan sadar dan dengan kondisi lemah. tumbuh kembang di periode selanjutnya.
Berdasarkan hasil penelitian (Kakalang,
Walaupun kejang demam tidak berbahaya Masloman, & Manoppo, 2016) kasus kejang
jika gejalanya tidak lebih dari 10 menit, demam di Bagian Ilmu Kesehatan Anak
namun kejang demam dapat membuat RSUP Prof. DR. R.D. Kandou Manado periode
kondisi kegawatdaruratan pada anak. Januari 2014 – Juni 2016 dapat disimpulkan
Kondisi kegawatdaruratan dapat terjadi bahwa kejang demam lebih banyak
jika kejang demam tidak segera ditangani. ditemukan pada usia 1 - <2 tahun, jenis
Kegawatdaruratan yang mungkin saja kelamin laki-laki, tanpa riwayat keluarga,
terjadi adalah sesak nafas, kenaikan suhu suhu badan >38oC, riwayat penyakit yang
yang terus menerus, dan cedera fisik. mendasari infeksi saluran pernapasan akut,
Penyebab kejang demam pada An. R tipe kejang demam kompleks, status gizi
diperkuat dengan adanya data hasil normal, riwayat berat badan lahir normal,
laboratorium yang abnormal yaitu leukosit serta riwayat jenis persalinan normal.
meningkat 21.8 10ˆ3/ul hal ini menandakan
bahwa adanya infeksi. Pemeriksaan jumlah

Windawati - Penurunan Hipertermia Pada Pasien Kejang Demam Menggunakan Kompres Hangat
Ners Muda, Vol 1 No 1, April 2020/ page 59-67 63

Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik mengatakan pasien dalam keadaan sadar


didapatkan data sebagai berikut : klien dengan kondisi lemah serta mengalami
tampak lemah, kesadaran composmentis, kesulitan bernafas. Proses Perjalanan
terdapat suhu tubuh 37.7 ⁰C , kulit teraba Penyakit kejang demam yaitu infeksi yang
hangat, klien tampak pucat, dan badan terjadi pada jaringan di luar kranial
lemah. Keluhan saat ini ibu An. D seperti tonsilitis, otitis media akut,
mengatakan anaknya mengalami kejang bronkitis penyebab terbanyaknya adalah
demam dan panas tinggi sudah 4 hari turun bakteri yang bersifat toksik. Toksis yang di
naik. Kejang Demam merupakan masalah hasilkan oleh mikro organisme dapat
kesehatan yang serius dan menjadi menyebar ke seluruh tubuh melalui
penyebab kematian nomor lima di hematogen maupun limfogen. Penyebaran
Indonesia pada tahun 2018 Untuk Angka toksis ke seluruh tubuh akan direspon oleh
kejadian di wilayah Jawa Tengah pada hipotalamus dengan menaikkan
tahun 2010, 2-5% pada anak usia 6 bulan- 5 pengaturan suhu di hipotalamus sebagai
tahun dan 25-50% kejang demam akan tanda tubuh dalam bahaya secara
mengalami bangkitan kejang demam sistemik. Naiknya pengaturan suhu di
berulang (Profil Kesehatan Kota Semarang hipotalamus akan merangsang kenaikan
2018). Penelitian ini sejalan dengan suhu di bagian tubuh yang lain seperti otot,
penelitian (Wibisono, 2015) responden kulit sehingga terjadi peningkatan
dengan usia 1 tahun berjenis kelamin laki – kontraksi otot. Naiknya suhu
laki dengan diagnosa medis Kejang Demam. dihipotalamus, otot, kulit, dan jaringan
Keluhan Utama, pasien panas, suhu : 37,9 tubuh yang lain akan di sertai pengeluaran
⁰C. mediator kimia sepeti epinefrin dan
prostagladin. Pengeluaran mediator kimia
Manifestasi klinis Sehari Sebelum masuk ini dapat merangsang peningkatan
rumah sakit Ibu An. D mengatakan anaknya potensial aksi pada neuron. Peningkatan
mengalami perubahan tingkah laku seperti potensial inilah yang merangsang
tidak aktif bermain dan mendadak perpindahan ion Natrium, ion Kalium
badannya panas dan suhu naik, dan dengan cepat dari luar sel menuju ke dalam
mengalami sesak nafas. Kejang demam sel. peristiwa inilah yang diduga dapat
merupakan gangguan transier pada anak- menaikan fase depolarisasi neuron dengan
anak yang terjadi bersamaan dengan cepat sehingga timbul kejang. Serangan
demam. Keadaan ini merupakan salah satu yang cepat itulah yang dapat menjadikan
gangguan neurologic yang paling sering di anak mengalami penurunan respon
jumpai anak-ana. Bila kejang demam tidak kesadaran, otot ekstremitas maupun
ditangani akan terjadi kerusakan sel-sel bronkus juga dapat mengalami spasme
otak akibat kekurangan oksigen dalam otak, sehingga anak beresiko terhadap injuri
pengeluaran sekret lebih dan resiko dan kelangsungan jalan nafas oleh
kegawatdaruratan untuk aspirasi jalan penutupan lidah dan spasme bronkus.
nafas. Jika tidak dijalani dengan baik maka (Riyadi dan sujono, 2009). Penyebab kejang
beresiko kematian (Sodikin, 2012). Kejang demam pada An. D diperkuat dengan
demam berdampak serius seperti deficit adanya data hasil laboratorium yang
neurologi, epilepsi, retradasi mental, atau abnormal yaitu hematokrit mengalami
perubahan perilaku (Wong, 2009). penurunan 33.7 % yang bearti
Keesokan harinya An. D mengalami kejang rendah/kurang dari batas nomal, hal ini
demam dengan karakteristik kejang demam menandakan bahwa adanya infeksi.
sederhana dengan durasi kejang, ± 2 menit Pemeriksaan hematokrit adalah
waktu awal masuk igd. Selama pindah ke pengukuran yang mengidentifikasikan
rawat inap An. D pernah kembali kejang defisiensi berbagai bahan nutrisi.
dengan durasi waktu yang sama. Kondisi Pengukuran hematokrit menggunakan
pasca terjadinya kejang Ibu An. D satuan persen, nilai normal hematokrit 36-

Windawati - Penurunan Hipertermia Pada Pasien Kejang Demam Menggunakan Kompres Hangat
Ners Muda, Vol 1 No 1, April 2020/ page 59-67 64

44% (Nurachman, 2009). Ibu klien minor tetapi sangat aktif (N-acetyl-p-
mengatakan ini merupakan ketiga kalinya benzoquinone) adalah penting dalam dosis
dalam periode tahun 2019 ini klien masuk besar karena efek toksiknya terhadap hati
RS dengan keluhan yang sama. Riwayat dan ginjal. Waktu paruh asetaminofen
kejang demam sebelumnya 1x di rawat di adalah 2-3 jam dan relatif tidak terpengaruh
RS Panti Wiloso selama 4 hari lalu di rujuk oleh fungsi ginjal. Reaksi alergi terhadap
ke RSWN di rawat selama 3 Minggu di Hcu parasetamol jarang terjadi. Manifestasinya
tanggal 05 Juli 2019 pulang. Dan setelah itu berupa eritema atau urtikaria dan gejala
kambuh lagi pada tanggal 02 September yang lebih berat berupa demam dan lesi
2019 klien panas tinggi dan kejang di IGD pada mukosa. Methemoglobinemia dan
RSUP dr.Kariadi selama 2 menit oleh dokter sulfhemoglobinemia jarang menimbulkan
jaga di IGD klien dianjurkan untuk dirawat masalah pada dosis terapi karena hanya
di RS pada tanggal 02 September 2019. kira-kira 1-3 % Hb yang diubah menjadi
Pendidikan kesehatan selama ibu hamil met-Hb. Penggunaan sebagai analgesik
juga penting untuk mempersiapkan dalam dosis besar secara menahun
kelahiran anak jika terjadi demam (Al Jihad, terutama dalam kombinasi berpotensi
Hartati, & Rejeki, 2019). Terutama motivasi menyebabkan nefropati diabetik (Wilwana
ibu untuk pemberian ASI eksklusif pada dan Gan, 2009). Penurunan suhu tubuh
anak dalam rangka meningkatkan gizi pada menurut penelitian yang dilakukan oleh
bayi (Rejeki, 2008). (Purwanti & Ambarwati, 2008) dalam
penelitian (Wowor et al., 2017) bahwa akan
Farmakoterapi yang diberikan untuk lebih efektif jika diberikan obat antipiretik
menurunkan suhu tubuh pada kedua pasien seperti paracetamol yang mampu
sama yaitu dengan parasetamol menurunkan sampai 0.2 ̊C, jika diberikan
(asetaminofen) merupakan metabolit bersamaan dengan kompres hangat dalam
fenasetin dengan efek antipiretik yang sama menurunkan suhu tubuh pada penderita
dan telah digunakan sejak tahun 1893. Efek demam.
anti inflamasi parasetamol hampir tidak
ada. Asetaminofen di Indonesia lebih Dari hasil pengkajian yang diperoleh dari
dikenal dengan nama parasetamol, dan kedua pasien maka diangkat masalah
tersedia sebagai obat bebas, misalnya keperawatan utama yaitu hipertermia.
Panadol®, Bodrex®, INZA®, dan Diagnosis keperawatan adalah penilaian
Termorex®. Parasetamol menurunkan klinis mengenai respon klien terhadap
suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga masalah kesehatan atau proses kehidupan
juga berdasarkan efek sentral. Parasetamol yang dialami. Diagnosis keperawatan
merupakan penghambat prostaglandin bertujuan untuk mengidentifikasi respons
yang lemah. Efek iritasi, erosi, dan klien, individu, keluarga dan komunitas
perdarahan lambung tidak terlihat pada terhadap situasi yang berkaitan dengan
obat ini, demikian juga gangguan masalah kesehatan. Diagnosa keperaatan
pernafasan dan keseimbangan asam basa. sebagai dasar pengembangan rencana
Parasetamol diberikan secara oral. intervensi keperawatan (SDKI, 2016).
Penyerapan dihubungkan dengan tingkat Diagnosa keperawatan utama yang muncul
pengosongan perut, konsentrasi darah pada kedua pasien adalah hipertermia.
puncak biasanya tercapai dalam 30- 60 Menurut SDKI (2016) hipertermia adalah
menit. Parasetamol sedikit terikat pada Suhu tubuh meningkat di atas rentang
protein plasma dan sebagian normal tubuh. Penyebab terjadinya
dimetabolisme oleh enzim mikrosomal hati hipertermia diantaranya adalah dehidrasi,
dan diubah menjadi sulfat dan glikoronida terpapar lingkungan panas, proses penyakit
asetaminofen, yang secara farmakologis (mssal : infeksi,kanker), Ketidaksesuaian
tidak aktif. Kurang dari 5% diekskresikan pakaian dengan suhu lingkungan,
dalam keadaan tidak berubah. Metabolit peningkatan laju metabolisme, respon

Windawati - Penurunan Hipertermia Pada Pasien Kejang Demam Menggunakan Kompres Hangat
Ners Muda, Vol 1 No 1, April 2020/ page 59-67 65

trauma Aktivitas berlebihan, dan Implementasi keperawatan dilakukan


Penggunaan inkubator. Gejala dan tanda selama 3 hari pada masing-masing klien.
mayor dengan masalah hipertermia Sebelum melakukan implementasi terlebih
berdasarkan data subektif adalah tidak dahulu dilakukan pengkajian, pemeriksaan
tersedia, sedangkan data objektif adalah fisik, analisa data, diagnosa keperawatan,
suhu tubuh di atas nilai normal. Gejala dan menyusun intervensi dan baru melakukan
tanda minor dengan masalah hipertermia implementasi. Implementasi yang
berdasarkan data subektif adalah tidak dilakukan pada kedua pasien hampir sama,
tersedia, sedangkan data objektif adalah diantaranya yang telah dilakukan sesuai
kulit merah, kejang, takikardi, takipnea, dan dengan intervensi untuk hipertermia
kulit terasa hangat. Kondisi klinis terkait adalah menanyakan keluhan pasien,
diantaranya adalah proses infeksi, melakukan kompres hangat, meningkatkan
hipertiroid, stroke, dehidrasi, trauma, dan intake cairan dan nutrisi, memonitor
prematuritas. Alasan peneliti intake-output pasien, memonitor suhu
memprioritaskan hipertermia pada kasus setiap 3 jam sekali, dan memberikan terapi
kejang demam ini yaitu karena kedua kasus sesuai advis Dokter. Berdasarkan analisa
mempunyai masalah keperawatan yang peneliti, pelaksanaan implementasi
sama dan apabila terjadi keterlambatan melakukan kompres hangat dan memonitor
dalam penanganan akan menyebabkan suhu setiap 3 jam sekali serta berkolaborasi
resiko kejang berulang, epilepsi, dalam pemberian obat dan cairan intravena
sudah sesuai dengan teori. Pemberian
Intervensi keperawatan yang harus kompres hangat memberikan reaksi
dilakukan oleh perawat untuk membantu fisiologis berupa vasodilatasi dari
mengatasi masalah keperawatan pembuluh darah besar dan meningkatkan
hipertermia adalah kedua kasus kelolaan evaporasi panas dari pemukaan kulit.
intervensi yang dilakukan yaitu dengan Hipotalamus anterior memberikan sinyal
fever treatment : Lakukan kompres hangat, kepada kelenjar keringat untuk melepaskan
Penelitian yang dilakukan oleh (Purwanti & keringat melalui saluran kecil pada
Ambarwati, 2008) di RSUD dr. Moewardi permukaan kulit. Keringat akan mengalami
Surakarta menunjukkan bahwa kompres evaporasi, sehingga akan terjadi penurunan
hangat dapat menurunkan suhu tubuh suhu tubuh (Potter & Perry, 2010).
melalui proses evaporasi. Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi, Tekstur makanan yang Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian
dikonsumsi harus mudah dikunyah, lembut, yang dilakukan oleh (Purwanti &
bentuk menarik dan bervariasi dan Ambarwati, 2008) di RSUD dr. Moewardi
kandungan gizi sesuai dengan AKG Surakarta tentang pengaruh kompres
(Rosandy, 2013), monitor suhu setiap 3 jam hangat terhadap perubahan suhu tubuh
sekali, Monitor intake dan output, dan pada pasien anak hipertermia, didapatkan
berikan terapi sesuai advis Dokter. hasil p value = 0,001 yang artinya ada
Intervensi keperawatan ini juga sejalan pengaruh kompres hangat terhadap
dengan penelitian (Wibisono, 2015) adalah perubahan suhu tubuh pasien anak
Monitoring ttv tiap 2-4 jam, berikan hipertermi. Berdasarkan penelitian
kompres hangat, tingkatkan intake cairan, (Wardiyah et al., 2016) rerata suhu tubuh
kolaborasi pemberian antipiretik dan sesudah dilakukan kompres hangat
antibiotik, berikan pakaian anak yang menunjukkan bahwa rerata (mean) suhu
hangat dan tipis. Kader kesehatan juga tubuh sesudah diberi tindakan kompres
penting perannya dalam mendeteksi bayi hangat adalah 38,0°C dengan standar
yang sehat (Mariyam & Yosafianti Pohan, deviasi 0,5506 dan nilai minimum serta
2017). maksimum adalah 37,2°C dan 38,9°C. Suhu
tubuh pada anak yang mengalami demam
dipengaruhi proses penyakit yang terjadi

Windawati - Penurunan Hipertermia Pada Pasien Kejang Demam Menggunakan Kompres Hangat
Ners Muda, Vol 1 No 1, April 2020/ page 59-67 66

pada anak. Pola demam bergantung pada REFERENSI


pirogen penyebab. Peningkatan atau
penurunan aktivitas pirogen Al Jihad, M. N., Hartati, E., & Rejeki, S. (2019).
mengakibatkan peningkatan dan Pengalaman ibu hamil tentang peran perawat
pada perilaku sehat ibu hamil di kota
penurunan demam pada waktu yang semarang. Universitas Diponegoro.
berbeda. Ada perbedaan rerata suhu
Anisa, K. (2019). Efektifitas Kompres Hangat Untuk
tubuh sebelum dan sesudah tindakan
Menurunkan Suhu Tubuh Pada an.D Dengan
kompres hangat dengan mean 0,5°C (p Hipertermia. Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan:
value < α, 0,000 < 0,05). Penelitian ini juga Wawasan Kesehatan, 5(2), 122–127.
sejalan dengan penelitian (Hasan, 2018) https://doi.org/10.33485/jiik-wk.v5i2.112
Rerata suhu tubuh sebelum di berikan Depkes, R.I. (2013). Profile Kesehatan Indonesia
tindakan kompres hangat pada pasien tahun 2013. Jakarta : Kementerian Kesehatan
febris di ruangan instalasi gawat darurat Dewi, A. K. (2016). Perbeedaan Penurunan Suhu
puskesmas Puskesmas Tanru Tedong Tubuh Antara Pemberian Kompres Hangat
kabupaten Sidrap dengan nilai mean 38,14 Dengan Tepid Sponge Bath Pada Anak
dan rerata suhu tubuh sesudah di berikan Demam. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah,
1(1), 63–71.
tindakan kompres hangat pada pasien
febris di ruangan instalasi gawat darurat Fida & Maya.(2012). Pengantar Ilmu Kesehatan
puskesmas Puskesmas Tanru Tedong Anak.Jogjakarta : D-Medika.
kabupaten Sidrap dengan nilai hasil mean Gan, Wilwana., Soetjiningsih (2009, July).
37,54. Sedangkan Pada analisis bivariat Knowledge, attitude, and practices of parents
didaptkan nilai selisih rerata 0,65 dan nilai with children of first time and reccurent
febrile seizure.Pediatrica Indonesiana, 48.
p = 0,0001. 193-198.
Harjaningrum, A. (2011). Smart Patient : Mengupas
SIMPULAN Rahasia Menjadi Pasien Cerdas.Jakarta : PT.
Lingkar Pena Kreative
Pasien memiliki keluhan kejang dan demam
Hasan, A. (2018). Pengaruh kompres hangat
berhari-hari dengan suhu diatas rentang terhadap perubahan suhu tubuh pada pasien
normal. Diagnosa keperawatan utama yang febris. 7, 1–6.
diangkat pada kedua kasus ini adalah
Kakalang, J. P., Masloman, N., & Manoppo, J. I. C.
hipertermia. Implementasi keperawatan (2016). Profil kejang demam di Bagian Ilmu
yang dilakukan adalah dengan pemberian Kesehatan Anak RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
kompres hangat untuk mengatasi dan Manado periode Januari 2014 – Juni 2016. E-
menurunkan suhu panas tubuh pada anak CliniC, 4(2), 0–5.
https://doi.org/10.35790/ecl.4.2.2016.1439
selama 3 hari. Evaluasi yang diperoleh pada
6
kedua pasien selama 3 hari perawatan di
ruang rawat inap anak masalah Mariyam, M., & Yosafianti Pohan, V. (2017).
Optimalisasi Kualitas Balita Melalui
keperawatan hipertermia belum teratasi. Peningkatan Kemampuan Kader BKB Dalam
Deteksi Dini Gangguan Perkembangan Balita.
UCAPAN TERIMAKASIH Prosiding Seminar Nasional & Internasional,
1(1). Retrieved from
Penulis mengucapkan terimakasih kepada http://103.97.100.145/index.php/psn12012
010/article/view/2926
pasien yang telah bersedia menjadi subjek
dalam studi ini. Penulis juga mengucapkan Masruroh, R., Hartini, S., & Astuti, R. (2017).
Efektivitas Pemberian Kompres Hangat Di
terimakasih kepada semua pihak yang telah
Axilla Dan Di Femoral Terhadap Penurunan
membantu dalam pelaksanaan dan Suhu Tubuh Pada Anak Demam Usia
penyelesaian studi ini. Prasekolah Di Rsud Ambarawa. Jurnal Ilmu
Keperawatan Dan Kebidanan (JIKK), III(2).
Mohammadi, M. (2010).Febrile Seizures : Four Steps
Alogarithmic Clinical Approach.Iranian

Windawati - Penurunan Hipertermia Pada Pasien Kejang Demam Menggunakan Kompres Hangat
Ners Muda, Vol 1 No 1, April 2020/ page 59-67 67

Journal of Pediatrics, volume 20 (No 1), page Rosandy, RT dan Ismawati, Rita.2013.
5-15. http://journals.tums.ac.ir Pengembangan Buku Perencanaan Menu
Untuk Penderita Penyakit Kejang Demam.
Nurachman E. (2009). Asuhan Keperawatan
Ejournal boga. Volume 2, nomor 1, tahun
Bermutu di Rumah Sakit. Sumber:
2013, edisi yudisium periode Februari 2013,
http//www.pdpersi.co.id.?show=detailnews=
hal 109-117.
artikel
Sodikin. (2012). Prinsip Perawatan Demam Pada
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2010). Buku ajar
Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
fumdamental keperawatan: konsep, proses,
dan praktik. Jakarta: EGC. Sujono Riyadi, Sukarmin (2009), Asuhan
Keperawatan Pada Anak, Edisi Pertama.
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan
Yogyakarta : Graha Ilmu
Indonesia: Defenisi dan Indikator Diagnostik.
Jakarta: DPP PPNI Wardiyah, A., Setiawati, & Romayati, U. (2016).
Perbandingan Efektifitas Pemberian Kompres
Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2018.
Hangat Dan Tepid Sponge Terhadap
Semarang: Dinas Kesehatan Kota Semarang,
Penurunan Suhu Tubuh Anak Yang
2018.
Mengalami Demam Di Ruang Alamanda Rsud
Purwanti, S., & Ambarwati, W. N. (2008). Pengaruh Dr . H . Abdul Moeloek. Jurnal Kesehatan
kompres hangat terhadap perubahan suhu Holistik, 10(1), 36–44.
tubuh pada pasien anak hipertermia di ruang
Wibisono, A. (2015). Asuhan Keperawatan Pada
rawat inap RSUD DR. Moewardi surakarta.
An.M Dengan Gangguan Sistem Persarafan :
Berita Ilmu Keperawatn, 1(2), 81–86.
Kejang Demam Di Ruang Mawar RSUD
Rahmasari, V., & Lestari, K. (2018). Review: Banyudono Boyolali. Universitas
Manajemen Terapi Demam Tifoid: Kajian Muhammadiyah Surakarta.
Terapi Farmakologis dan Non Farmakologis.
Wong, DL Dkk (2009). Buku Ajar Keperawatan
Farmaka, 16(1), 184–195.
Pediatric Wong Ed.6, Vol.2,Jakarta : EGC
https://doi.org/10.24198/JF.V16I1.17445
Wowor, M. S., Katuuk, M. E., & Kallo, V. D. (2017).
Rejeki, S. (2008). Studi Fenomenologi: Pengalaman
Efektivitas Kompres Air Suhu Hangat Dengan
Menyusui Eksklusif Ibu Bekerja Di Wilayah
Kompres Plester Terhadap Penurunan Suhu
Kendal Jawa Tengah. Nurse Media: Journal of
Tubuh Anak Demam Usia Pra-Sekolah Di
Nursing, 2(1), 1–44.
Ruang Anak Rs Bethesda Gmim Tomohon.
https://doi.org/10.14710/nmjn.v2i1.734
Jurnal Keperawatan, 5(2).

Windawati - Penurunan Hipertermia Pada Pasien Kejang Demam Menggunakan Kompres Hangat

Anda mungkin juga menyukai