Anda di halaman 1dari 120

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

EFEKTIFITAS GUIDED IMAGERY AND MUSIC (GIM) TERHADAP


INTENSITAS NYERI PASIEN CA. MAMMAE STADIUM IV YANG
MENJALANI KEMOTERAPI DI RSUD AJI MUHAMMAD
PARIKESIT TENGGARONG

Disusun Oleh :

BONAVENTURA MORING
NIM : P2002151

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS WIYATA HUSADA
SAMARINDA
2021

i
KARYA ILMIAH AKHIR NERS

EFEKTIFITAS GUIDED IMAGERY AND MUSIC (GIM) TERHADAP


INTENSITAS NYERI PASIEN CA. MAMMAE STADIUM IV YANG
MENJALANI KEMOTERAPI DI RSUD AJI MUHAMMAD
PARIKESIT TENGGARONG

Untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar profesi Ners pada program
profesi Ners Institut Teknologi Kesehatan dan Sains Wiyata Husada Samarinda

Di susun Oleh :
BONAVENTURAMORING
NIM : P2002151

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS WIYATA HUSADA
SAMARINDA
2021

ii
HALAMAN PENGESAHAN

EFEKTIFITAS GUIDED IMAGERY AND MUSIC (GIM) TERHADAP


INTENSITAS NYERI PASIEN CA. MAMMAE STADIUM IV YANG
MENJALANI KEMOTERAPI DI RSUD AJI MUHAMMAD
PARIKESIT TENGGARONG

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Disusun Oleh :

BONAVENTURA MORING
NIM : P2002151

Telah dipertahankan dalam ujian

Pada Tanggal
PENGUJI I PENGUJI II

Ns. Wahyu Dewi Sulyastrini.S.Kep.MS Ns.Mustika Sari.S.Kep

Mengetahui

Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

ITKES Wiyata Husada Samarinda

Ns. Kiki Hardiansyah Safitri, S.Kep., M.Kep., Sp. Kep.MB


NIDN. 1128058801

iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Bonaventura Moring

NIM : P2002151

Program Studi : Profesi Ners

Judul Laporan Tugas akhir : Efektifitas Guided Imagery And Music (GIM)
Terhadap Intensitas Nyeri Pasien Ca. Mammae
Stadium IV Yang Menjalani Kemoterapi Di Rsud
Aji Muhammad Parikesit Tenggarong

Menyatakan bahwa Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah hasil karya saya sendiri
dan semua sumber, baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan
dengan benar.

Samarinda, Oktober 2021


Yang membuat pernyataan,

Bonaventura Moring
NIM : P2002151

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa, karena
berkat Rahmat dan Bimbinganya-Nya saya dapat menyelesaikan Karya Ilmiah
Akhir Ners dengan judul “Efektifitas Guided Imagery And Music (GIM)
Terhadap Intensitas Nyeri Pasien Ca. Mammae Stadium IV Yang Menjalani
Kemoterapi Di RSUD Aji Muhammad Parikesit Tenggarong”. Penulisan
Karya Ilmiah Akhir Ners ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Ners (Ns) pada Program Studi Pendidikan Profesi Ners ITKES
Wiyata Husada Samarinda.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak
dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan Karya Ilmiah Akhir Ners
sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan semua proses tepat pada waktunya.
Oleh karena itu, perkenankanlah saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya dengan segenap ketulusan hati saya kepada :
A. Bapak Mujito Hadi, MM selaku ketua ketua yayasan ITKES Wiyata Husada
Samarinda.
B. Bapak Dr. Eka Ananta Sidharta, SE., M.M.C.A (L) selaku Rektor ITKES
Wiyata Husada Samarinda.
C. Ibu Ns. Kiki Hardiansyah Safitri, S.Kep., M.Kep., Sp. Kep.MB selaku Ketua
Program Studi Profesi Ners. Terimakasih atas masukan dan semua ilmu yang
telah diberikan dan juga dedikasinya.
D. Ibu Ns. Wahyu Dewi S, S.Kep., MS selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan tugas akhir ini dan selaku penguji. Terimakasih atas masukan dan
ilmu yang telah diberikan demi perbaikan penulisan tugas akhir saya.
E. Ns. Mustika Sari. S.Kep., Selaku pembimbing klinik, terimakasih atas
bantuan dan ilmu yang telah diberikan dalam asuhan keperawatan dalam
tugas akhir saya dan selaku penguji. Terimakasih atas masukan dan ilmu yang
telah diberikan demi perbaikan penulisan tugas akhir saya.

v
F. Seluruh Dosen dan Staf Program Studi Profesi Ners ITKES Wiyata Husada
Samarinda yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan yang
bermanfaat kepada saya.
G. Orang tua dan saudara-saudara saya yang telah banyak memberikan doa,
bimbingan, motivasi dan dukungan kepada saya.
H. Rekan-rekan seperjuangan Program Studi Profesi Ners yang senantiasa
mendukung dan memotivasi satu sama lain.

Semua pihak yang telah membantu penyelesaian Karya Ilmiah Akhir Ners ini,
semoga Tuhan yang maha Esa berkenan membalas kebaikan kita semua dan
Karya Ilmiah Akhir Ners ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu khususnya
dalam dunia keperawatan.

Samarinda, Oktober 2021

Bonaventura Moring
P2002151

vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Bonaventura Moring

NIM : P2002151

Program Studi : Profesi Ners

Dengan ini menyetujui dan memberikan hak kepada ITKES Wiyata Husada
Samarinda atas Karya Ilmiah Akhir Ners saya yang berjudul :

Efektifitas Guided Imagery And Music (GIM) Terhadap Intensitas Nyeri


Pasien Ca. Mammae Stadium IV Yang Menjalani Kemoterapi Di RSUD Aji
Muhammad Parikesit Tenggarong

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan hak ini, ITKES Wiyata
Husada berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk
pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis dan pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Samarinda, Oktober 2021

Bonaventura Moring
NIM : P2002151

vii
ABSTRAK

viii
ABSTRAC

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN...........................................................iv
KATA PENGANTAR........................................................................................v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.............................vii
ABSTRAK..........................................................................................................viii
DAFTAR ISI.......................................................................................................x
DAFTAR TABEL...............................................................................................xii
DAFTAR SKEMA..............................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................4
C. Tujuan Penelitian....................................................................................4
D. Manfaat Penelitian..................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................6
A. Konsep Cancer Mammae .......................................................................6
B. Konsep Teori Nyeri.................................................................................30
C. Konsep Teori Kemoterapi ......................................................................36
D. Konsep Teori Guided Imagery and Music..............................................43
BAB III METODE PENELITIAN..................................................................49
A. Jenis dan Rancangan ..............................................................................49
B. Kerangka Intervensi Keperawatan Pada Kasus.......................................57
C. Instrumen ................................................................................................57
D. Prosedur Asuhan Keperawtan dan Literatur Review .............................57
E. Alur Asuhan Keperawatan Dan Lieratur Review ..................................58
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................................60
A. Hasil Laporan Kasus ..............................................................................60
B. Hasil Literatur Review ...........................................................................74
BAB V PENUTUP.............................................................................................81

x
A. Kesimpulan.............................................................................................81
B. Implikasi Keperawatan ...........................................................................82
C. Saran........................................................................................................82
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................83
LAMPIRAN ......................................................................................................86

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 ............................................................................................................

xii
DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 ...........................................................................................................

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Dokumentasi Kegiatan

Lampiran 2 : SOP Guided Imagery and Music

Lampiran 3 : Cheklist Prisma

Lampiran 4 : Cheklist JBI

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Payudara (mamae) adalah organ tubuh bagian atas dada dari
spesies mamalia berjenis kelamin betina termasuk manusia. Payudara
termasuk bagian tubuh bagi seorang wanita, karena fungsi utama adalah
memberikan nutrisi dalam bentuk air susu bagi bayi atau balita [ CITATION
Wij18 \l 1033 ].
Kanker adalah pertumbuhan sel yang tidak normal/terus menerus
dan tidak terkendali, dapat merusak jaringan sekitarnya serta dapat
menjalar ketempat yang jauh dari asalnya yang disebut metastasis
[ CITATION Kar18 \l 1033 ]. Kanker payudara (Carcinoma Mammae) adalah
suatu penyakit tumor ganas pada payudara atau salah satu payudara,
kanker payudara juga merupakan benjolan atau masa tunggal yang sering
terdapat didaerah kuadrannya atas bagian luar, benjolan ini keras dan
bentuknya tidak beraturan dan dapat digerakkan [ CITATION Fat19 \l 1033 ]
Menurut data GLOBOCAN (IARC) 2020 diketahui bahwa kanker
payudara dari data jumlah kasus baru pada tahun 2020, kedua jenis
kelamin, semua umur dengan persentase 11.7% dengan 2.261.419 kasus
dan menempati pringkat ke 2 tertinggi dengan total keseluruhan kasus
19.292.789 kasus. Menurut data GLOBOCAN 2020, didapatkan data
untuk ca mammae di Indonesia jumlah kasus baru pada tahun 2020, kedua
jenis kelamin, semua umur ca mammae peringkat ke 2 dengan 65.858
(16.6%) dari kasus ca keseluruhan 396.914 kasus. Kanker yang paling
banyak diderita di Indonesia menurut data dari InfoDATIN tahun 2019,
Kemenkes RI didapatkan data pasien pria adalah paru-paru sebesar
16,77%, kolorektal sebesar 14,28%, dan Hati sebesar 10,64%. Pada pasien
perempuan, sebagian besar menderita kanker payudara sebesar 34,3%,
serviks sebesar 19,12%, dan ovarium sebesar 7,84%. Terdapat beberapa
jenis kanker yang tidak spesifik jenis kelamin yang menyerang pasien laki-

1
laki maupun perempuan yaitu paru-paru, kolorektal, tiroid, leukemia, non-
hodgkinlimphoma, dan hati [ CITATION Kem19 \l 1033 ]
Penyakit tidak menular termasuk kanker telah menjadi beban
ganda epidemiologi di Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan oleh
pemerintah melalui Kementerian Kesehatan, Salah satu upaya preventif
yang telah dilakukan adalah screening melalui metode Inspeksi Visual
Asam Asetat (IVA), papsmear, dan pemeriksaan payudara kinis (Sadanis).
Upaya screening tersebut menjadi salah satu program yang terintegrasi
dengan kegiatan di Puskesmas yang dilakukan terhadap perempuan usia
30-50 tahun. Didapatkan data di Kalimantan Timur 7.54% menempati
peringkat ke 16 dari 34 profinsi di Indonesia [ CITATION Kem19 \l 1033 ].
Gejala awal berupa sebuah benjolan yang biasanya dirasakan
berbeda dari jaringan payudara sekitarnya, tidak timbul nyeri dan biasanya
memiliki pinggiran tidak teratur. Fase awal: asimtomatik, pada stadium
awal, jika didorong oleh jari tangan, benjolan bisa digerakkan dengan
mudah dibawa kulit [ CITATION Fai20 \l 1033 ].
Nyeri adalah salah satu gejala yang paling ditakuti oleh pasien
kanker, Jenis nyeri pada kanker yang paling umum disebabkan oleh tumor
kanker dan pengobatannya. Rata-rata pasien dengan kanker mengalami
11–13 gejala bersamaan, sedangkan untuk pasien dengan penyakit lanjut
keluhannya bisa lebih banyak. Nyeri, kelelahan dan insomnia merupakan
gejala yang saling berhubungan satu sama lain pada pasien dengan kanker.
Nyeri dapat menyebabkan kelelahan dan selanjutnya dapat mengakibatkan
insomnia. Asuhan keperawatan yang dilakukan [ CITATION Has20 \l 1033 ].
Upaya Penatalaksanaan penyakit kanker saat ini, dilakukan dengan
berbagai cara yaitu pembedahan yang diikuti oleh radioterapi, pengobatan
dengan tiga kombinasi yaitu operasi, radiasi dan kemoterapi. Kemoterapi
merupakan penanganan preparat antineoplastik sebagai upaya untuk
membunuh sel-sel tumor dengan mengganggu fungsi dan reproduksi
seluler (Yusof et al. 2016; Kirana 2016). Efek samping kemoterapi
terhadap masalah fisik telah digambarkan dengan jelas oleh (Lorusso et al.
2016), yang paling sering terjadi adalah mual dan muntah, penurunan

2
nafsu makan, rambut rontok, kerusakan sumsum tulang, neuropati,
gangguan gastrointestinal lemah dan kerusakan kulit. Kemoterapi juga
sangat mempengaruhi kehidupan seksual, aktivitas sehari-hari dan
pekerjaan [ CITATION Nuw18 \l 1033 ].
Hasil data pendahuluan dalam 1 bulan terakhir di ruang kemoterapi
RSUD Aji Muhammad Parikesit Tenggarong ditemukan data penyakit
terbanyak yang diterapi di ruang Kemoterapi adalah Cancer Mammae
dengan jumlah 16 pasien. Selain penyakit Ca. Mammae terdapat penyakit
lainnya yang diterapi di ruang Kemoterapi yaitu Ca. Scuamosa sebanyak 2
pasien, Adeno Ca sebanyak 4 pasien, Ca. Nasofaring sebanyak 1 pasien,
LMNH sebanyak 3 pasien, LMH sebanyak 1 pasien, Fibrosarcoma
sebanyak 1 pasien, Ca. Soft Tissue Sarcoma sebanyak 1 pasien, Squamous
call carsinma sebanyak 2 pasien. Jenis kemoterapi pasien Adjuvan 26
pasien, Combinasi 4 pasien, dan Paliatif 2 pasien. Berdasarkan hasil
pengamatan tersebut maka penulis akan mengambil prioritas masalah
medik yang akan digali yaitu Cancer Mammae.
Pasien dengan tanda dan gejala klinis penyakit Cancer Mammae
akan menunjukkan masalah keperawatan aktual maupun resiko yang
berdampak pada penyimpangan kebutuhan dasar manusia seperti nyeri
kronik, ansietas, nausea, dan resiko gangguan integritas kulit/jaringan.
dalam hal ini, penulis akan menetapkan masalah keperawatan yang akan
dikelola yaitu Nyeri Kronis (D.0078). Pada pasien dengan Ca. Mammae
tindakan asuhan keperawatan yang dapat dilakukan yaitu manajemen nyeri
yang dirasakan, memberikan terapi kompemnter relaksasi Guided Imagery
and Music, kolaborasi pemberian analgesic sesuai advice, menurunkan
tingkatan nyeri kronik dengan mengobservasi nyeri dengan Numerik
Rating Scale dan Wong Baker Scale. Perawat dapat nyeri kronik dan
meningkatkan kenyamanan pasien melalui tindakan keperawatan mandiri
dan kolaboratif. Salah satu rencana keperawatan yang dapat dilakukan
yaitu manajemen Manajemen Nyeri (I.08238) dengan intervensi
terapeutik pemberian terapi mandiri serta kolaborasi.

3
Terapi Guided Imagery and Music (GI) dengan cara membimbing
pasien untuk memikirkan hal-hal yang indah dan dapat membuat pasien
merasa nyaman dan bahagia, sehingga hal tersebut akan menstimulasi
pelepasan endorfin ke seluruh tubuh. Efek dari pelepasan endorfin akan
meningkatkan perasaan damai, mengurangi stres, dan pada akhirnya akan
membuat perasaan menjadi senang. Belum ada komplikasi atau efek yang
buruk dilaporkan dari pemberian teknik GI ini (Shahriari et al., 2017)
dalam [ CITATION Feb18 \l 1033 ].

B. Rumusan Masalah
Pasin cancer mammae metastase mengalami keluhan nyeri yang
terus-menerus selama lebih dari 3 bulan dikarenakan metastase stadium 4
yang di derita pasien, terapi yang dilakukan saat ini dalam mengatasi atau
menekat perkembangan sel kanker dengan kemoterapi serta imunoterapi
dari dokter onkologi, dan tidak sedikit pula pasien merasakan nyeri tak
tertahankan sampai mengkonsumsi obat anti nyeri (analgesic) untuk
mengurangi nyeri yang dirasakan pasien, dan belum di terapkan kepada
pasien terapi komplementer untuk memanipulasi nyeri yang muncul.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Efektifitas Guided
Imagery And Music (GIM) Terhadap Intensitas Nyeri Pasien Ca.
Mammae Stadium IV Yang Menjalani Kemoterapi Di RSUD. Aji
Muhammad Parikesit Tenggarong
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi Status Nyeri pasca terapi komplementer guided
imagery and music pasien Ca. Mammae Stadium IV yang
menjalani kemoterapi di rumah sakit
b. Mengidentifikasi Status Nyeri post terapi komplementer guided
imagery and music pasien Ca. Mammae Stadium IV yang
menjalani kemoterapi di rumah sakit

4
c. Mengidentifikasi Efektifitas Guided Imagery And Music (GIM)
Terhadap Intensitas Nyeri Pasien Ca. Mammae Metastase Yang
Menjalani Kemoterapi

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bantuan dalam
memperluas dan mendalami ilmu pengetahuan tentang intervensi
keperawatan pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi khususnya
Guided Imagery and Music (GIM) Terhadap Intensitas Nyeri Pasien
Ca. Mamae Yang Menjalani Kemoterapi bagi ilmu keperawatan.

2. Manfaat Praktis
a. Manfaat Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan menambah wawasan dan
pengetahuan bagi peneliti tentang teori-teori yang didapat selama
perkuliahan.
b. Manfaat Bagi Instansi Pendidikan
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah ilmu keperawatan
tentang Efektivitas Guided Imagery and Music (GIM) Terhadap
Intensitas Nyeri Pasien Ca. Mamae Yang Menjalani Kemoterapi
c. Manfaat Bagi Instansi Kesehatan
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi pertimbangan pihak
penyedia pelayanan kesehatan dalam menetapkan kebijakan pada
Petugas Kesehatan sehingga mereka tetap dapat menjalankan
tugasnya sebagai mana mestinya
d. Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan sebagai
referensi tambahan pada penelitian dengan ruang lingkup yang
sama.

5
BAB II

TINJUAN PUSTAKA

A. KONSEP CANCER MAMMAE


1. Definisi Payudara
Payudara (mamae) adalah organ tubuh bagian atas dada dari
spesies mamalia berjenis kelamin betina termasuk manusia. Payudara
termasuk bagian tubuh bagi seorang wanita, karena fungsi utama
adalah memberikan nutrisi dalam bentuk air susu bagi bayi atau balita [
CITATION Wij18 \l 1033 ]
Payudara adalah sebuah organ yang berisi kelenjar untuk
reproduksi sekunder serta berasal dari lapisan ektodermal. Kelenjar ini
dinamakan sebagaikan kelenjar payudara dan merupakan modifikasi
dari kelenjar keringat. Payudara terletak dibagian superior dari dinding
dada. Payudara merupakan kelenjar aksesoris kulit yang terletak pada
iga dua sampai iga enam, dari pinggir lateral sternum sampai linea
aksilaris media. Kelenjar ini dimiliki oleh pria dan wanita. Namun,
pada masa pubertas, payudara wanita lambat laun akan membesar
hingga membentuk setengah lingkaran, sedangkan pada pria tidak.
Pembesaran ini terutama terjadi akibat penimbunan lemak dan
dipengaruhi oleh hormon-hormon ovarium [ CITATION Fat19 \l 1033 ]

2. Anatomi Payudara
Payudara merupakan kelenjar aksesoris kulit yang terletak pada
costa II sampai costa VI, dari pinggir lateral sternum sampai linea
aksilaris media. Kelenjar mammae (payudara) ini dimiliki oleh laki-
laki dan perempuan. Kelenjar ini menjadi fungsional saat pubertas
untuk merespons estrogen pada perempuan dan pada laki-laki biasanya
tidak berkembang. Saat kehamilan, kelenjar mammae mencapai
perkembangan puncaknya dan berfungsi untuk produksi susu (laktasi)
setelah melahirkan bayi [ CITATION Fai20 \l 1033 ].

6
Payudara secara struktur terdiri dari jaringan lemak dan jaringan
penghasil susu berbentuk glandular (kelenjar). Perbandingan jaringan
lemak dan jaringan glandular bervariasi pada setiap orang. Setiap
payudara terdiri atas 15-25 lobus kelenjar yang masing-masing
mempunyai saluran ke papilla mammae yang disebut ductus laktiferus
dan dipisahkan oleh jaringan lemak. Lobus-lobus dikelilingi jaringan
lemak dan dipisahkan oleh ligamentum suspensorium Cooper (berkas
jaringan ikat fibrosa). Lobus mayor kemudian bersubdivisi menjadi 20
sampai 40 lobulus, setiap lobulus kemudian bercabang menjadi
duktus-duktus kecil yang berakhir di alveoli sekretori dan sekresi akan
keluar melalui puting payudara yang memiliki kulit berpigmen dan
berkerut membentang keluar sekitar 1 cm sampai 2 cm untuk
membentuk aerola [ CITATION Fai20 \l 1033 ].
Vaskularisasi payudara berasal dari arteri mammaria internal, yang
merupakan cabang arteri subklavia. Payudara juga mendapatkan
vaskularisasi tambahan yang berasal dari cabang arteri aksilari toraks.
Darah dialirkan dari payudara melalui vena profunda dan vena
superficial yang akan menuju vena cava superior. Sedangkan aliran
limfatik dari bagian sentral kelenjar mammae, kulit, puting, dan aerola
melalui sisi lateral menuju aksila. Dengan demikian, limfe dari
payudara mengalir melalui nodus limfe aksilar [ CITATION Fai20 \l
1033 ].

3. Fisiologi Payudara
Perkembangan bentuk dan fungsi payudara dipengaruhi oleh berbagai
hormon. Hormon estrogen diketahui merangsang perkembangan
duktus mammilaris sedangkan hormone progesterone memulai
perkembangan lobuluslobulus payudara serta diferensiasi sel epitel
kelenjar. Berdasarkan buku karya Sjamsuhidajat & De Jong, payudara
perempuan mengalami tiga jenis perubahan yang dipengaruhi oleh
hormon. Perubahan pertama dimulai dari masa hidup anak melalui
masa pubertas sampai menopause. Sejak pubertas, estrogen dan

7
progesteron menyebabkan berkembangnya duktus dan timbulnya
sinus. Perubahan kedua, sesuai dengan daur haid. Beberapa hari
sebelum haid, payudara akan mengalami pembesaran maksimal,
tegang, dan nyeri. Oleh karena itu pemeriksaan payudara tidak
mungkin dilakukan pada saat ini. Perubahan ketiga terjadi pada masa
hamil dan menyusui. Saat hamil payudara akan membesar akibat
proliferasi dari epitel duktus lobul dan duktus alveolus, sehingga
tumbuh duktus baru. Adanya sekresi hormon prolaktin memicu
terjadinya laktasi, dimana alveolus menghasilkan ASI dan disalurkan
ke sinus kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu
[ CITATION Fai20 \l 1033 ].

4. Definisi Cancer Mammae


Tumor adalah benjolan tidak normal akibat pertumbuhan sel yang
terjadi secara terus menerus. Dalam istilah klinis, tumor sering
diartikan untuk semua tonjolan dan juga pembengkakan yang dapat
disebabkan baik oleh neoplasma, radang, ataupun
perdarahan[ CITATION Fai20 \l 1033 ].
Kanker payudara (carcinoma mammae) adalah suatu penyakit
tumor ganas pada payudara atau salah satu payudara, kanker payudara
juga merupakan benjolan atau masa tunggal yang sering terdapat
didaerah kuadrannya atas bagian luar, benjolan ini keras dan
bentuknya tidak beraturan dan dapat digerakkan[ CITATION Fat19 \l 1033
].
Kanker atau keganasan adalah suatu penyakit yang ditandai dengan
pertumbuhan dan penyebaran jaringan secara. Kanker adalah
pertumbuhan sel yang tidak normal/terus menerus dan tidak terkendali,
dapat merusak jaringan sekitarnya serta dapat menjalar ketempat yang
jauh dari asalnya yang disebut metastasis [ CITATION Kar18 \l 1033 ].
Tumor payudara adalah benjolan tidak normal akibat terjadinya
pertumbuhan sel mammae secara abnormal dari sel-sel normal
kemudia berkembang biak dan menginfiltrasi jaringan limfe dan

8
pembuluh darah. Tumor payudara dapat berasal dari epitel dan kelenjar
dengan tumor yang berasal dari epitel yang sering menyebabkan
keganasan payudara [ CITATION Fai20 \l 1033 ].

5. Epidemiologi
Menurut data GLOBOCAN (IARC) 2020 diketahui bahwa kanker
payudara data jumlah kasus baru pada tahun 2020, kedua jenis
kelamin, semua umur dengan persentase 11.7% dengan 2.261.419
kasus dan menempati pringkat ke 2 tertinggi dengan total keseluruhan
kasus 19.292.789 kasus. Kemudian data jumlah kasus baru pada tahun
2020, perempuan, semua umur adalah 24.5% dan menempati pringkat
ke 2 tertingg dengan 2.261.419 kasus dari total kasus cancer di dunia
9.227.484 kasus. Data Insiden, Mortalitas, dan Prevalensi menurut
lokasi kanker cancer breast menempati ranking 1 dengan data kasus
baru 2.261.419 (11.7%), kasus meninggal rangking 4 dengan data
684.996 (6.9%) kasus, data pervalensi 5 tahun total kasus 7.790.717
[ CITATION Wor20 \l 1033 ]
Menurut data GLOBOCAN 2020, didapatkan data untuk ca
mammae di Indonesia jumlah kasus baru pada tahun 2020, kedua jenis
kelamin, semua umur ca mammae peringkat ke 2 dengan 65.858
(16.6%) dari kasus ca keseluruhan 396.914 kasus, Jumlah kasus baru
pada tahun 2020, perempuan, semua umur ca mammae peringkat ke 2
dengan 65.858 (30.8%) dari kasus keseluruhan 213.546 kasus. Data
Insiden, Mortalitas, dan Prevalensi menurut lokasi kanker cancer
breast menempati ranking 1 dengan data kasus baru 65.858 (16.6%),
kasus meninggal rangking 2 dengan data 22.430 (9.6%) kasus, data
pervalensi 5 tahun total kasus 201.143 kasus [CITATION Wor201 \l
1033 ].
Menurut data GLOBOCAN yang terbaru, sejak tahun 2021 kanker
payudara telah menjadi kanker terbanyak di dunia dengan insidensi
yang melebihi kanker paru, yang sebelumnya merupakan kanker
terbanyak selama 2 dekade. Kanker payudara mencakup 12% dari total

9
kasus kanker baru tiap tahun. Menurut perkiraan, sekitar 2,3 juta kasus
kanker payudara baru dilaporkan tiap tahun [ CITATION Sun21 \l 1033 ].
Kanker yang paling banyak diderita di Indonesia menurut data dari
InfoDATIN tahun 2019, Kemenkes RI didapatkan data pasien pria
adalah paru-paru sebesar 16,77%, kolorektal sebesar 14,28%, dan Hati
sebesar 10,64%. Pada pasien perempuan, sebagian besar menderita
kanker payudara sebesar 34,3%, serviks sebesar 19,12%, dan ovarium
sebesar 7,84%. Terdapat beberapa jenis kanker yang tidak spesifik
jenis kelamin yang menyerang pasien laki-laki maupun perempuan
yaitu paru-paru, kolorektal, tiroid, leukemia, non-hodgkinlimphoma,
dan hati [ CITATION Kem19 \l 1033 ].
Penyakit tidak menular termasuk kanker telah menjadi beban
ganda epidemiologi di Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan oleh
pemerintah melalui Kementerian Kesehatan, Salah satu upaya
preventif yang telah dilakukan adalah screening melalui metode
Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA), papsmear, dan pemeriksaan
payudara kinis (Sadanis). Upaya screening tersebut menjadi salah satu
program yang terintegrasi dengan kegiatan di Puskesmas yang
dilakukan terhadap perempuan usia 30-50 tahun. Didapatkan data di
Kalimantan Timur 7.54% menempati peringkat ke 16 dari 34 profinsi
di indonesia.
Menurut data Histopatologik ; Badan Registrasi Kanker
Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI) dan Yayasan
Kanker Indonesia (YKI)). Diperkirakan angka kejadiannya di
Indonesia adalah 12/100.000 wanita, sedangkan di Amerika adalah
sekitar 92/100.000 wanita dengan mortalitas yang cukup tinggi yaitu
27/100.000 atau 18 % dari kematian yang dijumpai pada wanita.
Penyakit ini juga dapat diderita pada laki – laki dengan frekuensi
sekitar 1 % [CITATION Wis \l 1033 ].
Sistem registrasi kanker payudara masih berada pada level
subnasional menyebabkan sulitnya menentukan perubahan insidensi
kanker payudara, prognosis dan evaluasi program skrining kanker

10
payudara di Indonesia. Berdasarkan registrasi berbasis patologi,
insidensi relatif kanker payudara mencapai 11-12 kasus baru per
100.000 penduduk berisiko.
Hasil Riskesdas 2018 menggambarkan sebagian besar penduduk di
Indonesia menjalani pengobatan kanker dengan metode pembedahan,
yaitu sebesar 61,8%. Pasien juga memilih metode lainnya untuk
pengobatan, yaitu kemoterapi sebesar 24,9%, dan penyinaran sebesar
17,3% [ CITATION Kem19 \l 1033 ].

6. Klasifikasi Ca Mammae
Klasifikasi tumor payudara dibedakan atas tumor jinak dan tumor
ganas (kanker payudara). Secara umum, klasifikasi tumor jinak
payudara terdiri atas [ CITATION Fai20 \l 1033 ] :
a. Fibroadenoma Mammae; suatu tumor jinak yang terbentuk baik
dari jaringan glandular maupun jaringan stromal. Fibroadenoma
biasanya terjadi pada usia muda, usia 20 tahun hingga 30 tahun ke
atas.
b. Tumor filoides; tumor jinak yang bersifat menyusup secara lokal
dengan pertumbuhan yang cepat.
c. Papilloma intraductus; suatu lesi jinak yang berasal dari ductus
lactiferous di bawah areola. Gejalanya dapat berupa keluarnya
secret cairan yang berdarah dari puting.
d. Adenosis Sklerosis; suatu kelainan fibrokistik dengan tampakan
proliferasi jinak ditandai dengan gejala lobules payudara
membesar.
e. Lipoma; suatu tumor jinak yang berada di bawah kulit yang terdiri
atas lemak.
f. Fibrocystic Change Mammae ; suatu keadaaan di mana ditemukan
adanya benjolan yang teraba pada payudara yang umumnya
berhubungan dengan timbulnya rasa nyeri dan benjolan pada
payudara yang dipengaruhi oleh siklus menstruasi dan hormon.

11
g. Mastitis ; infeksi peradangan pada mammae, terutama pada
primipara yang biasanya disebabkan oleh Staphylococcus aureus.
Infeksi ini terjadi melalui luka pada puting susu, tetapi mungkin
juga melalui peredaran darah
h. Nekrosis Lemak ; terjadi ketika area pada jaringan lemak payudara
mengalami kerusakan akibat adanya luka pada payudara. Biasanya
terjadi setelah menjalani radiasi atau pembedahan.
Berdasarkan World Health Organization (WHO) Histological
Classification of breast tumor didalam [ CITATION Yan16 \l 1033 ],
kanker payudara diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Non-invasif carsinoma Kanker yang terjadi pada kantung (tube)
susu yaitu penghubung antara alveolus (kelenjar yang
memproduksi susu) dan puting payudara. Ductal Carcinoma In Situ
(DCIS) merupakan bentuk kanker payudara non-invasif yang
paling umum terjadi sedangkan Lobular Carcinoma In Situ (LICS)
lebih jarang terjadi.
b. Invasif carsionoma Kanker yang telah menyebar keluar bagian
kantung susu dan menyerang jaringan sekitarnya bahkan dapat
menyebabkan penyebaran (metastase) kebagian tubuh lainnya
seperti kelenjar lympa dan lainnya melalui peredaran darah..

7. Etiologi
Penyebab kanker payudara belum diketahui secara pasti karena
termasuk multifaktorial yaitu banyak faktor yang terkait satu dengan
yang lain[ CITATION Fat19 \l 1033 ] . Namun, banyak penelitian yang
menunjukkan adanya peranan beberapa faktor yang berhubungan
dengan peningkatan risiko terjadinya tumor payudara. Faktor-faktor
risiko tersebut adalah [ CITATION Fai20 \l 1033 ] :
a. Faktor usia
Risiko tumor ganas payudara meningkat seiring dengan
pertambahan usia. Risiko kanker payudara meningkat dua kali lipat

12
tiap 10 tahun dengan kejadian puncak kanker payudara terjadi pada
usia 40-50 tahun [ CITATION Fai20 \l 1033 ].
Wanita yang berumur lebih dari 30 tahun mempunyai
kemungkinan yang lebih besar untuk mendapatkan kanker
payudara dan resiko ini akan bertambah sampai umur 50 tahun dan
setelah menopouse. Kejadian kanker payudara meningkat seiring
bertambahnya usia, semakin tua usia wanita, semakin tinggi risiko
untuk manderita kanker payudara. Usia tua 50-69 tahun merupakan
faktor resiko utama yang jadi penyebab kanker payudara dari pada
usia muda < 20 tahun jarang dijumpai kanker payudara. Secara
anatomi dan fungsional, payudara akan mengalami atropi dengan
bertambahnya umur, kurang dari 25% kanker payudara terjadi pada
masa sebelum menopause sehingga diperkirakan awal terjadinya
tumor terjadi jauh sebelum terjadinya perubahan klinis [ CITATION
Fat19 \l 1033 ].
b. Riwayat keluarga
Adanya riwayat kanker payudara dalam keluarga
merupakan faktor risiko terjadinya kanker payudara[ CITATION Fai20
\l 1033 ]. Kanker payudara berisiko 2-3 kali lebih besar, sedangkan
apabila yang terkena bukan saudara perempuan maka resiko
menjadi 6 kali lipat lebih tinggi. Ini artiya jika ada anggota yang
sedarah (ibu, anak, atau saudara sekandung perempuan) yang
menderita kanker di payudara anda pun berpotensi tinggi terkena
kanker[ CITATION Fat19 \l 1033 ].
c. Faktor genetik
Pada suatu studi genetik ditemukan bahwa kanker payudara
berhubungan dengan gen tertentu. Bila terdapat mutasi gen
BRCA1 dan BRCA2, yaitu gen suseptibilitas kanker payudara,
maka probabilitas untuk terjadi kanker payudara adalah sebesar
80%.

13
d. Faktor hormonal
Kadar hormon estrogen yang tinggi selama masa
reproduktif, terutama jika tidak diselingi perubahan hormon pada
saat kehamilan, dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker
payudara[ CITATION Fai20 \l 1033 ].
e. Usia menarche
Berdasarkan penelitian, menarche dini dapat meningkatkan
risiko kanker payudara. Hal ini disebabkan oleh terjadinya paparan
estrogen yang terlalu cepat dari yang seharusnya [ CITATION Fai20 \l
1033 ]. Wanita yang mengalami menstruasi yang pertama atau usia
menarche pada usia lebih dari 12 dan kurang dari 12 tahun
memiliki resiko 1,7 hingga 3,4 kali lebih besar dari pada wanita
dengan menarche yang datang pada usia lebih 13 tahun, dan usia
50 tahun memiliki resiko 2,5 hingga 5 kali lipat lebih tinggi. Usia
menarche dini atau menstruasi pertama pada usia relatif muda atau
kurang dari 12 tahun berhubungan dengan peningkatan risiko
kanker payudara. Dewasa ini di negara-negara berkembang, terjadi
pergeseran usia menarche dari sekitar 16-17 tahun menjadi 12-13
tahun. Jika seorang wanita mengalami menstruasi diusia dini,
sebelum usia 12 tahun wanita akan memiliki peningkatan risisko
kanker payudara payudara, karena semakin cepat seseorang wanita
mengalami pubertas, maka semakin panjang 26 pula jaringan
payudaranya dapat terkena unsur-unsur berbahaya yang
menyebabkan kanker, seperti bahan kimia, estrogen atau radiasi.
Wanita dengan periode usia menstruasi yang terlalu dini memiliki
risiko kanker payudara yang lebih tinggi. Seorang wanita dikatakan
memiliki periode usia menstruasi terlalu dini dapat dipengaruhi
oleh faktor gaya hidup, gen, lingkungan, status gizi dan kelainan
produksi hormon, jika wanita mulai mengalami menstruasi
dibawah usia 12 tahun dan mendapatkan menopause pada usia dini
memiliki risiko terjadinya kanker payudara [ CITATION Fat19 \l
1033 ].

14
f. Menopause
Menopause yang terlambat dapat meningkatkan risiko
keganasan payudara. Risiko tumor payudara akan meningkat
sebesar 3 % dalam setiap tahun usia menopause yang
terlambat[ CITATION Fai20 \l 1033 ]. Secara anatomi dan fungsional,
payudara akan mengalami atropi dengan bertambahnya umur,
kurang dari 25% kanker payudara terjadi pada masa sebelum
menopause sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor terjadi
jauh sebelum terjadinya perubahan klinis [ CITATION Fat19 \l 1033 ].
g. Usia pada saat kehamilan pertama > 30 tahun
Risiko kanker payudara menunjukkan peningkatan seiring
dengan peningkatan usia perempuan saat kehamilan pertamanya.
Resiko ini meningkat sebanyak 3% setiap kali ia bertambah usia.
Semakin tua usia wanita saat hamil dan melahirkan, semakin tinggi
resikonya menderita kanker payudara[ CITATION Fat19 \l 1033 ].
h. Tidak Menyusui
Berdasarkan penelitian, waktu menyusui yang lebih lama
mempunyai efek yang lebih kuat dalam menurunkan risiko kanker
payudara. Pasalnya masa menyusui secara aktif menjadi periode
bebas kanker dan memperlancar sirkulasi hormonal dan adanya
penurunan level hormon estrogen dan sekresi bahan-bahan
karsinogenik selama menyusui. Pemakaian kontrasepsi oral dalam
waktu lama, diet tinggi lemak, alkohol, dan obesitas.
i. Bobot indeks tubuh atau berat badan
Obesitas atau setiap penambahan 10kg maka 80% lebih
besar terkena kanker payudara. Wanita obesitas yang memasuki
masa menopause, wanita yang mengalami obesitas atau kelebihan
berat badan setelah memasuki masa menopause memiliki resiko
lebih tinggi menderita kanker payudara. Wanita menopause yang
mengalami obesitas memiliki tingkat estrogen yang jauh lebih
tinggi dari pada seharusnya, dimana hal itu dianggap menjadi

15
peningkatan resiko kanker payudara. Sebelum menopause, indung
telur bersama jaringan lemak menghasilkan sebagian estrogen.
Setelah menopause, indung telur berhenti memproduksi estrogen
sehingga sebagian besar estrogen wanita berasal dari jaringan
lemak. Memiliki lebihbanyak jaringan lemak setelah menopause
berarti meningkatkan kadar estrogen sehingga resiko kanker
payudara pun menjadi lebih tinggi.
j. Merokok
Penelitian menemukan hubungan antara merokok dengan
kanker payudara. Wanita perokok berat yang sudah merokok
dalam jangka panjang memiliki resiko lebih tinggi terkena kanker
payudara. Asap rokok dapat meningkatkan resiko kanker payudara.
Asap rokok dapat meningkatkan juga mengandung bahan kimia
dalam konsentrasi tinggi yang menyebabkan kanker payudara.
Bahan kimia dalam asap tembakau mencapai jaringan payudara
dan ditemukandalam ASI.Asap rokok juga dapat memiliki efek
resiko terhadap kanker payudara.
k. Mengkonsumsi makanan siap saji (junk food)
Mengkonsumsi junk food secara berlebihan dari usia dini
dapat meningkatkan resiko terkena kanker payudara di karenakan
makanan siap saji mengandung bahan pengawet ataupun zat kimia
sehingga ketika masuk dalam tubuh, zat atau racun inilah yana
menumbuhkan sel-sel penyakit terutama di payudara dan juga
membuat lemak tubuh akan meningkat apalagi tidak diimbangi
dengan olahraga sehingga akan berlanjut pada resitansi insulin
sehingga keinginan untuk mengkonsumsi lebih banyak karbohidrat
yang mengandung gula menjadi meningkat. Insulin yang
dihasilkan pun bertambah seiring dengan pertambahan berat badan.
Lemak pada tubuh yang lebih banyak akan berlanjut lebih banyak
pula kadar estrogen sehingga pertumbuhan payudara dan
menstruasi lebih cepat.

16
8. Manifestasi Klinis
Gejala awal berupa sebuah benjolan yang biasanya dirasakan
berbeda dari jaringan payudara sekitarnya, tidak timbul nyeri dan
biasanya memiliki pinggiran tidak teratur. Fase awal: asimtomatik,
pada stadium awal, jika didorong oleh jari tangan, benjolan bisa
digerakkan dengan mudah dibawa kulit. Tanda umum: benjolan atau
penebalan pada payudara [ CITATION Wij18 \l 1033 ].
Tanda dan gejala lanjut:
a. Kulit cekung
b. Retraksi atau deviasi puting susu
c. Nyeri tekan atau raba
d. Kulit tebal dari pori-pori menonjol seperti kulit jeruk
e. Ulserasi payudara

Tanda metastase :
a. Nyeri pada bahu, pinggang, punggung bawah
b. Batuk menetap
c. Anoreksia
d. BB turun
e. Gangguan percernaan
f. Kabur
g. Sakit kepala

Pada stadium lanjut, benjolan biasanya melekat pada dinding dada


atau kulit disekitarnya. Pada kanker stadium lanjut, bias berbentuk
benjolan yang membengkak atau borok dikulit payudara. Kadang kulit
diatas benjolan mengkerut dan tanpa seperti kulit jeruk. Penemuan dini
kanker payudara masih sulit ditemukan, kebanyakan ditemukan jika
sudah teraba oleh pasien [ CITATION Wij18 \l 1033 ].

Tanda-tanda pada stadium lanjut sebagai berikut:


a. Terdapat masa utuh kenyal, biasa dikwadran atas bagian dalam,
dibawah ketiak bentuknya tak beraturan dan terfiksasi.

17
b. Nyeri didaerah masa
c. Adanya lekukan kedalam, tarikan dan refraksi pada area mamae
d. Edema dengan “peant d” orange (keriput seperti kulit jeruk)
e. Pengelupasan papilla mamae
f. Adanya kerusakan dan retraksi pada area puting, kerluar cairan
spontan, kadang disertai darah
g. Ditemukan lessi pada pemeriksaan.

9. Patofisiologi
Ca mamae terjadi karena hilangnya kontrol atau proliferasi sel
payudara dan apoptosis sehingga sel payudara berpoliferasi secara
terus menerus, peningkatan jumlah sel tidak normal ini umumnya
membentuk benjolan yang disebut tumor atau kanker [ CITATION
Fat19 \l 1033 ].
Proses terjadinya kanker payudara dan masing-masing etiologi
antara lain obesitas, radiasi, hiperplasia, optik, riwayat keluarga
dengan mengkonsumsi zatzat karsinogen sehingga merangsang
pertumbuhan epitel payudara dan dapat menyebabkan kanker
payudara. Kanker payudara berasal dari jaringan epithelial, dan paling
sering terjadi pada sistem duktal. Mula-mula terjadi hiperplasia sel-sel
dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini akan berlanjut menjadi
karsinoma in situ dan menginvasi stroma. Kanker membutuhkan waktu
7 tahun untuk bertumbuh dari sebuah sel tunggal sampai menjadi
massa yang cukup besar untuk dapat diraba (kira-kira berdiameter 1
cm). Pada ukuran itu, kira- kira seperempat dari kanker payudara telah
bermetastase. Kebanyakan dari kanker ditemukan jika sudah teraba,
biasanya oleh wanita itu sendiri. Gejala kedua yang paling sering
terjadi adalah cairan yang keluar dari muara duktus satu payudara, dan
mungkin berdarah. Jika penyakit telah berkembang lanjut, dapat
pecahnya benjolanbenjolan pada kulit ulserasi [ CITATION Fat19 \l
1033 ].

18
Karsinoma inflamasi, adalah tumor yang tumbuh dengan cepat
terjadi kirakira 1-2% wanita dengan kanker payudara gejala-gejalanya
mirip dengan infeksi payudara akut. Kulit menjadi merah, panas,
edematoda, dan nyeri. menginfasi kulit dan jaringan limfe. Tempat
yang paling sering untuk metastase jauh adalah paru, pleura, dan
tulang. Karsinoma payudara bermetastase dengan penyebaran langsung
kejaringan sekitarnya, dan juga melalui saluran limfe dan aliran
darah[ CITATION Fat19 \l 1033 ].
Proses jangka panjang terjadinya sel kanker ada 4 fase, yaitu
[ CITATION Wij18 \l 1033 ] :
a. Fase induksi 15-30 tahun Kontak dengan bahan karsinogen
membutuhkan waktu bertahun-tahun sampai merubah jaringan
displasia menjadi tumor ganas.
b. Fase insitu: 5-10 tahun Terjadi perubahan jaringan lesi “ pre
concerous” yang bisa ditemukan di serviks uteri, rongga mulut,
paru, saluran cerna, kulit dan akhirnya juga dipayudara.
c. Fase invasi: 1-5 tahun Sel menjadi ganas, berkembang biak,
dan meningfiltrasi melalui membran sel kejaringan sekitarnya
dan ke pembuluh darah serta limfa.
d. Fase desiminasi: 1-5 tahun Terjadi penyebaran ke tempat lain.

10. Stadium
Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaian
dokter saat mendiagnosa suatu penyakit kanker yang diderita
pasiennya, sudah sejauh manakah tingkat penyebaran kanker tersebut
baik ke organ atau jaringan sekitar maupun penyebaran ketempat lain.
Stadium hanya dikenal pada tumor ganas atau kanker dan tidak ada
pada tumor jinak.Untuk menentukan suatu stadium, harus dilakukan
pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan pemeriksaan penunjang
lainnya yaitu histopatologi atau PA. Rontgen, dan lain-lain. Banyak
sekali saat ini adalahstadiumkanker berdasarkan klasifikasi sistem
TNM yang direkomendasikan oleh UICC (International Union Againts

19
Cancer dari World Health Organization) AJCC (American Joint
Committee On cancer yang disponsori oleh American Cancer Society
dan American College of Surgeons. Untuk kepentingan pengobatan
dan pranoksa, kanker payudara dibagi menjadi 4 (empat) kuadran dan
1 daerah sebagai berikut [ CITATION Fat19 \l 1033 ] :
a. Stadium 1
Kanker payudara Stadium I disebut juga dengan tahap yang
paling awal atau dini dari kanker yang berpotensi menyebar
(invasif), pada tahap ini 39 tumor masih sangat kecil dan tidak
menyebar serta tidak ada titik pada pembuluh getah bening.
b. Stadium II
Kanker payudara Stadium II disebut juga dengan tahap yang
invasif atau kanker payudara invasif, di tahap ini biasanya
tumor berukuran antara 2 hingga 5 cm, menyebar ke kelenjar
getah bening dibawah lengan tepatnya disisi yang sama dengan
keberadaan tumor. Pasien pada kondisi ini:
1) Diameter tumor lebih kecil atau sama dengan 2 cm dan
telah ditemukan pada titik-titik pada saluran getah benang
(axillary limphnodes)
2) Diameter tumor lebih lebar dari 5 cm. Belum meyebar ke
titik-titik pembuluh getah bening pada ketiak
3) Tidak ada tanda-tanda tumor pada payudara, tapi di
temukan pada titik-titik di pembuluh getang bening ketiak.
c. Stadium III
Kanker payudara Stadium III disebut juga dengan kanker
payudara stadium lanjut awal lokal. Pasien pada kondisi ini :
1) Diameter tumor lebih kecil dari 5 cm dan telah menyebar di
titik-titik pada pembuluh getah bening pada ketiak.
2) Diameter tumor lebih besar dari 5 cm dan telah menyebar
ke titik-titik pada pembuluh getah bening ketiak
d. Stadium IV Kanker payudara Stadium IV disebut juga dengan
kanker payudara mestastasis, pada stadium ini kanker telah

20
menyebar diluar payudara, ketiak dan kelenjar getah bening
lain baik yang dekat maupun jauh dari payudara.
Pasien pada kondisi ini :
1) Ukuran tumor bisa berapa saja, tetapi lebih menyebar ke
lokasi yang jauh, yaitu:tulang, paru-paru, liver atau tulng
rusak.

TNM merupakan singkatan “T” yaitu tumor size atau ukuran


tumor, “N” yaitu node atau kelenjar getah bening regional dan “M”
yaitu metastatis atau penyebaran jauh.Ketiga faktor T, N, dan M dinilai
baik secara klinis sebelum dilakukan operasi, juga sesudah operasi dan
dilakukan pemeriksaan histopatologi (PA). Pada kanker payudara,
penilaian TNM sebagai berikut:
a. T (Tumor Size), Ukuran Tumor:
1) T 0 : Tidak ditemukan tumor primer.
2) T 1 : Ukuran tumor diameter 2 cm atau kurang.
3) T 2 : Ukuran tumor diameter antara 2-5 cm.
4) T 3 : Ukuran tumor diameter >5 cm.
5) T 4 : Ukuran tumor berapa saja, tetapi sudah ada
penyebaran ke kulit atau dinding dada atau pada keduanya,
dapat berupa borok, edema atau bengkak, kulit payudara
kemerahan atau ada benjolan kecil di kulit di luar tumor
utama
b. N (Node), Kelenjar Getah Bening Regional (kgb):
1) N 0 : Tidak terdapat metastasis pada kgb regional di
ketiak/aksilla.
2) N 1 : Ada metastatis ke kgb aksilla yang masih dapat
digerakkan.
3) N 2 : Ada metastasis ke kgb aksilla yang sulit digerakkan.
4) N 3 : Ada metastasis ke kgb di atas tulang selangka
(supraclvicula) atau pada kgb di mammary interna di dekat
tulang sternum.

21
22
c. M (Metastasis), Penyebaran Jauh:
1) M x : Metastasis jauh belum dapat dinilai.
2) M 0 : Tidak terdapat metastasis jauh.
3) M 1 : Terdapat metastasis jauh.

Setelah masing-masing faktor T, N dan M didapatkan, ketiga


faktor tersebut kemudian digabung dan akan diperoleh stadium
kanker sebagai berikut:
a. Stadium 0 : T0 N0 M0
DCIS yang termasuk penyakit paget pada puting payudara
dan LCIS
b. Stadium I : T1 N0 M0
Karsinoma invasif dengan ukuran 2 cm atau kurang serta
kelenjar getah bening negatif.
c. Stadium II A : T0 N1 M0/T1 N1 M0/T2 N0 M0
Karsinoma invasif dengan ukuran 2 cm atau kurang disertai
dengan metastasis ke kelenjar getah bening atau karsinoma
invasif lebih dari 2 cm tetapi kurang dari 5 cm dengan
kelenjar getah bening negatif.
d. Stadium II B : T2 N1 M0/T3 N0 M0
Karsinoma invasif berukuran garis tengah lebih dari 2 cm
tetapi kurang dari 5 cm dengan kelenjar getah bening
positif atau karsinoma invasif berukuran lebih dari 5 cm
tanpa keterlibatan kelenjar getah bening.
e. Stadium III A : T0 N2 M0/T1 N2 M0/T2 N2 M0/T3 N1 M0
Karsinoma invasif ukuran berapa pun dengan kelenjar
getah bening terfiksasi dengan invasi ekstranodus yang
meluas diantara kelenjar getah bening atau karsinoma
berdiameter lebih dari 5 cm dengan metastasis kelenjar
getah bening nonfiksasi.

23
f. Stadiun III B : T4 N0 M0/T4 N1 M0/T4 N2 M0
Karsinoma inflamasi yang menginvasi dinding dalam,
karsinoma yang mengivasi kulit, karsinoma dengan nodus
kulit satelit, atau setiap karsinoma dengan metastasis ke
kelenjar getah bening mamaria interna ipsilateral.
g. Stadium IV : Tiap T-Tiap N-M1.
Metastatis ke tempat jauh

Manfaat dari diketahuinya stadium penderita kanker mammae,


antara lain :
a. Mengetahui keadaan sejauh mana tingkat pertumbuhan
kanker dan penyebaran kanker ketika pertama kali apakah
merupakan stadium dini atau stadium lanjut.
b. Dapat menentukan perkiraan, prognosis, atau tingkat
harapan kesembuhan dan harapan hidup seberapa besar.
Ketika makin tinggi stadium maka harapannya makin
rendah, sebaliknya makin dini stadium ditangani maka
makin tinggi harapan kesembuhannya.
c. Mengetahui stadium kanker juga berguna untuk
menentukan jenis pengobatan atau tindakan yang terbaik
berdasarkan stadiumnya, karena masing- masing stadium
akan berbeda cara penanganannya. Pengobatan kanker
payudara berdasarkan stadium kanker payudara adalah
sebagai berikut:
1) Stadium I : Operasi + kemoterapi
2) Stadium II : Operasi + kemoterapi
3) Stadium III : Operasi + kemoterapi + radiasi
4) Stadium IV : Kemoterapi + radiasi

11. Pemeriksaan Diagnostik


Tes diagnosa kanker payudara ini biasanya dimulai apabila wanita
menemukan suatu yang tidak normal di payudara wanita tersebut

24
ketika pemeriksaan klinis atau pemeriksaan payudara sendiri ataupun
si wanita atau dokter menemukan suatu massa atau pengerasan yang
tidak normal pada payudara si wanita (suatu titik kecil dari kalsium,
biasanya dilihat pada saat x-ray), melalui screening mammogram. Atau
bisa juga beberapa tes mungkin dilakukan untuk memastikan diagnisa
dari kanker payudara tetapi tidak pada semua orang akan dilakukan
seluruh tes dibawah ini [ CITATION Yan16 \l 1033 ] :
a. Imaging Test
Diagnosticmammography, sama seperti screening
mammography, hanya saja pada test ini lebih banyak gambar yang
bisa diambil. Ini biasanya digunakan pada wanita dengan tanda-
tanda, diantaranya puting mengeluarkan cairan atau ada benjolan
baru.
b. Ultrasound (USG)
USG merupakan suatu pemeriksaan ultrasound dengan
menggunakan gelombang bunyi dengan frekuensi tinggi untuk
mendapatkan gambaran jaringan pada payudara. Gelombang bunti
yang tinggi ini dapat membedakan suatu massa yang solid, yang
kemungkinan kanker, dan kista yang berisi cairan, yang
kemungkinannya bukan kanker.
c. MRI
MRI menggunakan magnetic bukan x-ray untuk
memproduksi gambaran detail dari tubuh. MRI bisa digunakan,
apabila seseorang wanita telah didiagnosa mempunyai kanker.
Sehingga dengan MRI untuk mencheck payudara lainnya tetapi ini
tidak mutlak dapat juga hanya sebagai screening saja. Wanita yang
mempunyai risiko tinggi terkena kanker payudara, seperti pada
wanita dengan mutasi gen BRCA atau banyak anggota keluarganya
yang terkena kanker payudara untuk sebaiknya juga mendapatkan
MRI bersamaan dengan mammography. MRI biasanya lebih baik
dalam melihat suatu kumpulan massa yang kecil pada payudara
yang mungkin tidak terlihat pada saat USG atau mammogram.

25
d. Tes dengan Bedah
1) Biopsi
Dengan biopsi dapat memberikan diagnosi secara pasti.
Sampel yang diambil dari biopsi lalu dianalisa oleh ahli
patologi.
2) Image guided biopsi
Dipergunakan ketika suatu benjolan yang mencurigakan
tidak teraba. Itu dapat dilakukan dengan Fine Needle
Aspiration Biopsy (FNAB) yaitu dengan menggunakan jarum
kecil untuk mengambil sampel jaringan. Sedangkan Streotactic
Core Biopsy menggunakan x-ray untuk menentukan jaringan
yang akan diambil atau Vacuum-Assisted Biopsy yang
mengunakan jarum yang tebal untuk mengambil beberapa
macam jaringan inti yang luas. Dalam kasus ini apabila
jaringan itu membuktikan adanya kanker, maka segera
diadakan operasi tambahan dan keuntungan dari teknik ini
bahwa pasien hanya butuh sekali operasi untuk menentukan
pengobatan dan menentukan stadium.
3) Core biopsi
Dapat untuk menetukan jaringan. FNAB dapat menentukan
sel dari suatu massa yang teraba serta ini semua kemudian
dapat dianalisa untuk menentukan adanya sel kanker.
4) Surgical biopsi
Ini merupakan biopsi dengan cara operasi, mengambil
sejumlah besar jaringan. Biopsi ini bisa incisional (mengambil
sebagian dari benjolan) atau excisional (mengambil seluruh
benjolan). Ketika sudah didiagnosa kanker, operasi lanjutan
mungkin diperlukan untuk mendapatkan clear margin area
(area jaringan di sekitar tumor dimana dipastikan sudah bersih
dari sel kanker) dan kemungkinan sekalian mengambil jaringan
kelenjar getah bening. Oleh dokter jaringan yang didapat dari

26
biopsi juga akan ditest untuk menentukan pengobatan yang
sesuai.
5) Tes Darah
Diperlukan tes darah untuk lebih mendalami kondisi
kanker, tes-tes itu antara lain:
a) Level Hemoglobin (HB), tujuannya untuk mengetahui
jumlah oksigen yang ada di dalam sel darah merah.
b) Level Hematicrit, untuk mengetahui presentase dari darah
merah didalam seluruh badan.
c) Jumlah dari sel darah putih, tujuannya untuk membantu
melawan infeksi.
d) Jumlah trombosit, tujuannya untuk membantu pembekuan
darah.
e) Differential, presentase dari beberapa sel darah putih.

12. Penatalaksanaan
Pengobatan Ca Mamae bertujuan untuk mendapatkan kesembuhan
tinggi dengan kualitas hidup yang baik. Pengobatan Ca Mamae dapat
bersifat kuratif atau paliatif. Terapi kuratif ditandai dengan adanya
periode bebas penyakit (disease free internal) dan peningkatan harapan
hidup (overall survival). Terapi ini dilakukan pada stadium I,II dan III.
Terapi paliatif bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup tanpa
adanya periode bebas penyakit, umunya dilakukan lpada stadium IV
[ CITATION Wij18 \l 1033 ]
Pengobatan bertujuan untuk memusnahkan kanker atau membatasi
perkembangan penyakit serta menghilangkan gejala-gejalanya.
Macam-macam pengobatan kanker payudara, yaitu [ CITATION Yan16 \l
1033 ] :
a. Pembedahan Mastectomy adalah operasi pengangkatan
payudara. Ada 3 jenis mastectomy, yaitu :
1) Radical mastectomy, merupakan operasi pengangkatan
sebagian dari payudara (lumpectomy) dan operasi ini selalu

27
diikuti dengan pemberian radioterapi. Lumpectomy ini
biasanya direkomendasikan pada pasien yang besar
tumornya kurang dari 2 cm dan letaknya dipinggir
payudara.
2) Total mastectomy, merupakan operasi pengangkatan
seluruh payudara saja bukan kelenjar di ketiak.
3) Modified radical mastectomy, merupakan operasi
pengangkatan seluruh payudara, jaringan payudara di
tulang dada, tulang selangka, dan tulang iga serta benjolan
di sekitar ketiak.
b. Terapi Radiasi
Terapi radiasi ini dilakukan dengan sinar-x dengan
intensitas tinggi untuk membunuh kanker yang tidak terangkat
saat pembedahan. Terapi radiasi ini bertujuan untuk
menyembuhkan atau mengecilkan kanker pada stadium dini.
Radiasi dalam pengobatan kanker disebut ionizing radiation.
Karena ketika elektron-elektron keluar dari atom dan
menembus jaringan maka akan membentuk ion-ion (atom yang
telah memperoleh aliran listrik melalui tambahan atau ketika
kehilangan elektron) di dalam sel dari jaringan. Hal ini dapat
membunuh sel atau merubah gen [ CITATION Wij18 \l 1033 ].
Bentuk lain dari radiasi, diantaranya adalah gelombang
radio, gelombang micro atau gelombang cahaya yang disebut
non-ionizing. Sedangkan jenis ini tidak mempunyai energi
yang besar dan tidak bisa mengionize sel. Terapi radiasi
biasanya diberikan setiap hari, lima hari dalam seminggu,
selama 6-7 minggu berturut-turut tergantung ukuran, lokasi,
jenis kanker, kesehatan penderita secara umum, dan
pengobatan lain yang diberikan. Efek pengobatan ini tubuh
menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit disekitar
payudara menjadi hitam, serta Hb dan leukosit cenderung
menurun sebagai akibat dari radiasi[ CITATION Wij18 \l 1033 ].

28
c. Terapi Hormon
Terapi hormonal ini dapat menghambat pertumbuhan tumor
yang peka hormon dan dapat dipakai sebagai terapi
pendamping setelah pembedahan atau pada stadium akhir. Hal
ini biasa dikenal sebagai Therapy anti-estrogen yang sistem
kerjanya untuk memblok kemampuan hormos estrogen yang
ada dalam menstimulus perkembangan kanker payudara.
Tujuan dari terapi hormon ini untuk mencegah 26 estrogen
dalam mempengaruhi atau memperparah sl kanker yang
bersarang dalam tubuh[ CITATION Wij18 \l 1033 ].
d. Kemoterapi
Kemoterapi adalah suatu proses pemberian obat-obatan anti
kanker dapat secara oral (diminum) dan intravenous
(diinfuskan). Untuk oral biasanya diberikan selama 2 minggu,
istirahat 1 minggu sedangkan melalui infus 6 kali kemoterapi
jaraknya 3 minggu untuk full dosse. Kemoterapi adjuvant,
diberikan setelah operasi pembedahan untuk jenis kanker
peyudara yang belum menyebar dengan tujuan untuk
mengurangi risiko timbulnya kembali kanker payudara.
Neoadjuvant kemoterapi merupakan kemoterapi yang diberikan
sebelum operasi, manfaat utamanya untuk mengecilkan kanker
yang berukuran besar sehingga mereka cukup kecil untuk
operasi pengangkatan (lumpectomy). Efek dari kemoterapi
adalah pasien mengalami mual dan muntah serta rambut rontok
karena pengaruh obat-obatan yang diberikan pada saat
kemoterapi.
Kemoterapi yaitu proses pemberian obat-obatan anti kanker
dapat secara oral (diminum) dan intravenous (diinfuskan).
Untuk oral diberikan selama 2 minggu, istrahat 1 minggu dan
kalau lewat infus 6 kali kemo jaraknya 3 minggu untuk full
dosse [ CITATION Sya20 \l 1033 ] :

29
1) Kemoterapi Adjuvant, diberikan setelah operasi
pembedahan untuk jenis kanker payudara yang belum
menyebar dengan tujuan untuk mengurangi risiko
timbulnya kembali kanker payudara.
2) Kemoterapi Neoadjuvant, kemoetrapi yang diberikan
sebelum operasi. Manfaat utama adalah untuk
mengecilkan kanker yang berukuran besar sehingga
mereka cukup kecil untuk operasi pengangkatan
(lumpektomi).
Kemoterapi untuk kanker stadium lanjut, kemoterapi
yang digunakan sebagai pengobatan utama untuk wanita
dengan kanker yang telah menyebar di luar payudara dan
daerah ketiak pada waktu yang ditemukan atau jika kanker
menyebar setelah pengobatan pertama. Obat kemoterapi
yang biasa digunakan secara tunggal atau dikombinasikan
yaitu (Capecitabine) anti kanker oral yang di aktivitasi oleh
enzim yang ada pada sel kanker. Efek kemoterapi akan
mengalami rasa mual, muntah, rambut menjadi rontok
karena pengaruh obat-obatan yang diberikan ketika
kemoterapi, hilangnya nafsu makan, perubahan siklus haid
mesntruasi, menjadi mudah lelah karena rendahnya jumlah
sel darah merah, terasa ngilu pada tulang-tulang serta kuku
dan kulit menghitam, kadang kulit kering.

e. Terapi Imunologik
Terapi Imunologik ada sekitar 15-25% tumor payudara
menunjukkan adanya protein pemicu pertumbuhan atau HER2
secara berlebihan dan untuk pasien seperti ini, trastuzumab
antibodi yang secara khusus dirancang untuk menyerang HER2
dan menghambat pertumbuhan tumor dapat menjadi pilihan
terapi. Pasien sebaiknya juga menjalani tes HER2 untuk
menentukan kelayakan terapi dengan trastuzumab. Terapi

30
kanker ini berlandaskan pada fungsi sistem imun yang
tujuannya untuk menngenali dan menghancurkan sel yang
berubah sifat sebelum sel tumbuh menjadi tumor serta
membunuh sel tumor yang telah terbentuk. Prinsipnya adalah
memperkuat sistem kekebalan tubuh pasien.

13. Prognosis
Stadium klinis dari kanker payudara merupakan indikator terbaik
untuk menentukan prognosis penyakit ini. Angka kelangsungan hidup
5 tahun pada penderita kanker payudara yang telah menjalani
pengobatan yang sesuai mendekati [ CITATION Her17 \l 1033 ]:
a. 95% untuk stadium 0
b. 88% untuk stadium I
c. 66% untuk stadium II
d. 36% untuk stadium III
e. 7% untuk stadium IV
Prognosis tumor payudara ditentukan oleh tingkat penyebaran dan
potensi metastasis. Stadium tumor dipandang secara luas sebagai
faktor prognosis yang paling kuat[ CITATION Fai20 \l 1033 ]:
Tabel 1.1 Tingkat Prognosis Paien Kanker Payudara
Tingkat penyebaran secara klinik Ketahanan hidup lima tahun %
I T1 N0 M0 85
II T2 N1 M0 65
III T0-2 N2 M0 40
IV T0-4 N0-3 M1 10

B. KONSEP NYERI
1. Definisi Nyeri
Nyeri merupakan kondisi perasaan tidak menyenangkan bersifat
sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang
dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang
dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya
[ CITATION Uli17 \l 1033 ]

31
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan aktual atau potensial
sehingga menjadikan alasan utama seseorang untuk mencari bantuan
perawatan kesehatan
Nyeri merupakan tanda peringatan bahwa terjadi kerusakan
jaringan yang harus menjadi pertimbangan utama keperawatan saat
mengkaji nyeri (Agustina, 2016 dalam [ CITATION Uli17 \l 1033 ].

2. Klasifikasi Nyeri
Nyeri berdasarkan waktu kejadian dapat dikelompokkan sebagai
nyeri akut dan nyeri kronis [ CITATION Uli17 \l 1033 ] :
a. Nyeri berdasarkan awitan
1) Nyeri akut
Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi dalam waktu
atau durasi 1 detik sampai dengan kurang dari 6 bulan.
Nyeri akut dapat menghilang dengan sendirinya dengan
atau tanpa tindakan setelah kerusakan jaringan
menyembuh.
2) Nyeri kronis
Nyeri kronis adalah nyeri yang terjadi dalam waktu
lebih dari 6 bulan. Nyeri kronis umumnya timbul tidak
teratur, intermiten atau bahkan persistem. nyeri ini
menimbulkan kelelahan mental dan fisik bagi penderitanya.
b. Nyeri berdasarkan lokasi
Berdasarkan lokasi nyeri, nyeri dapat dibedakan menjadi
lima jenis, yaitu :
1) Nyeri somatik dalam (deep somatic pain) adalah nyeri
yang terjadi pada otot tulang serta struktur penyokong
lainnya, umumnya nyeri bersifat tumpul dan
distimulasikan dengan adanya perenggangan iskemia.
2) Nyeri visceral adalah nyeri yang disebabkan oleh
kerusakan organ interna.

32
3) Nyeri sebar (radiasi) adalah sensasi nyeri yang meluas
dari sensasi asal ke jaringan sekitar.
4) Nyeri bayangan (fantom) adalah nyeri khusus yang
dirasakan klien yang mengalami amputasi.
5) Nyeri alih (reffered pain) adalah nyeri yang timbul
akibat adanya nyeri visceral yang menjalar ke organ
lain, sehingga nyeri pada beberapa tempat dan lokasi.

3. Karakteristik Nyeri
Menurut Sigit (2010) karakteristik nyeri meliputi lokasi nyeri,
penyebaran nyeri, dan kemungkinan penyebaran, durasi (menit, jam,
hari, bulan, tahun) seperti irama yang terus menerus, hilang timbul.
Nyeri yang bisa membuat periode bertambah atau berkurangnya
intensitas nyeri. Pengkajian karakteristik nyeri yaitu dengan metode P,
Q, R, S, T [ CITATION Dal20 \l 1033 ].
Beberapa pengkajian karakteristik nyeri ada beberapa tahap
meliputi metode PQRST, tahap pertama pengkajian faktor pencetus,
tahap kedua pengkajian kualitas, tahap ketiga pengkajian letak
lokasinya, tahap keempat pengkajian bagaimana tingkat keparahan,
dan yang terakhir adalah pengkajian berapa lama waktu saat terjadi
nyeri tersebut.
a. Factor pencetus (P: Provocate) Perawata mengkaji tentang
penyebab atau stimulasi-stimulai nyeri pada klien, dalam hal
ini perawat juga dapat melakukakan observasi bagian bagian
tubuh yang mengalami cedera. apabila perawat mencurigai
adanya nyeri psikogonik maka perawat harus dapat
mengeksplore perasan klien dan menanyakan perasaan-
perasaan apa yang dapat mencetuskan nyeri.
b. Kualitas (Q: Quality) Kualitas nyeri merupakan sesuatu yang
subektif yang diungkapkan oleh klien, sering kali klien
mendeskripsikan nyeri dengan kalimat kalimat: tajam, tumpul,
berdenyut, berpindah-pindah, seperti tertindih, perih, tertusuk

33
dan lain-lain, dimana tiba-tiba klien mungkin berbeda beda
dalam melaporkan kualitas nyeri yang dirasakan.
c. Lokasi (R: Region) Untuk mengkaji lokasi nyeri maka perawat
meminta klien untuk menunjukkan semua bagian/daerah yang
dirasakan tidak nyaman oleh klien. Untuk melokalisasi nyeri
lebih spesifik, maka perawat dapat meminta klien untuk
melacak daerah nyeri dari titik yang paling nyeri, kemungkinan
hal ini akan sulit apabila nyeri yang dirasakan bersifat difus
(menyebar).
d. Keparahan (S: Severe) Tingkat keparahan pasien tentang nyeri
merupakan karateristik yang paling subektif. Pada pengkajian
ini klien diminta untuk menggambarkan nyeri yang ia rasakan
sebagai nyeri ringan, nyeri sedang atau berat. Namun
kesulitannya adalah makna dari stilah-istilah ini berbeda bagi
perawat dan klien serta tidak adanya batasan-batasan khusus
yang membedakan antara nyeri ringan, sedang dan berat.
e. Durasi (T:Time) Perawat menayakan pada pasien untuk
menentukan awitan, durasi, dan rangkaian nyeri. Perawat dapat
menanyakan: “ kapan nyeri mulai dirasakan?,“ apakah nyeri
yang dirasakan teradi pada waktu yang sama setiap hari?”,
“seberapa sering nyeri kambuh?” atau dengan kata-kata lain
yang semakna.

4. Etiologi Nyeri
Penyebab utama penyakit nyeri sendi masih belum diketahui secara
pasti. Faktor-faktor pencetus terbesar adalah faktor infeksi seperti
bakteri, mikroplasma dan virus.
Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab nyeri
sendi yaitu [ CITATION Uli17 \l 1033 ] :
a. Mekanisme imunitas
Penderita nyeri sendi mempunyai auto antibody di dalam
serumnya yang dikenal sebagai factor rematik. Antibodynya

34
adalah suatu faktor antigama globulin (IgM) yang bereaksi
terhadap perubahan IgG titer yang lebih besar 1:100, biasanya
dikaitkan dengan vaskulitis dan prognosis yang buruk.
b. Faktor metabolic
Faktor metabolik dalam tubuh erat hubungannya dengan
proses autoimun.
c. Faktor genetik dan faktor pemicu lingkungan
Penyakit nyeri sendi berkaitan dengan adanya penyakit
genetic serta masalah lingkungan, persoalan perumahan dan
penataan yang buruk dan lembab juga memicu penyebab nyeri
sendi.
d. Faktor usia
Degenerasi dari organ tubuh menyababkan usia lanjut
rentan terhadap penyakit, baik yang bersifat akut maupun
kronis.
5. Pengkajian Nyeri
Komponen pengkajian nyeri :
a. Lokasi
Nyeri superfisial biasanya dapat secara akurat ditunjukkan
oleh klien, sedangkan nyeri yang timbul dari bagian dalam
lebih dirasakan secara umum. Nyeri dapat pula dijelaskan
menjadi empat kategori yang berhubungan dengan lokasi yaitu:
1) Nyeri terlokalisir : nyeri jelas terlihat pada asalnya
2) Nyeri terproyeksi : nyeri sepanjang saraf atau serabut saraf
spesifik
3) Nyeri radiasi : penyebaran nyeri sepanjang area asal yang
tidak dapat dilokalisir
4) Refferd pain / nyeri alih : nyeri dipersepsikan pada area
yang jauh dari area rangsang nyeri.
b. Intensitas
Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri adalah :
1) Distraksi atau konsentrasi dari klien pada suatu kejadian

35
2) Status kesadaran klien
3) Harapan klien
Nyeri dapat berupa (ringan, sedang, berat atau tak
tertahankan). Perubahan intensitas nyeri dapat menandakan
adanya perubahan kondisi patolohis klien.
4) Waktu dan lama (time and duration)
Perawat perlu mengetahui atau mencatat kapan nyeri mulai
timbul, berapa lama, bagaimana timbulnya dan kapan nyeri
terakhir timbul.
5) Kualitas
Mengkomunikasikan kualitas dari nyeri.
6) Perilaku non verbal
Perilaku non verbal yang dapat kita amati adalah antara lain
ekspresi wajah, gemeretak gigi, menggigit bibir bawah dan
lain-lain.
7) Faktor presipitasi
Beberapa faktor yang akan meningkatkan nyeri antara lain
adalah lingkungan, skala ekstrim, kegiatan yang tiba-tiba,
stressor fisik dan emosi.

6. Intensitas dan pengukuran nyeri


Intensitas nyeri dapat ditentukan dengan berbagai cara, salah
satunya adalah bertanya pada pasien tentang nyeri atau
ketidaknyamanan. Pengukuran intensitas nyeri menurut Tamsuri
(2012) dalam Kurniawan (2015) dapat menggunakan skala sebagai
berikut Skala nyeri NRS (Numeric Rating Scale).

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tidak Ringan Sedang Berat Nyeri


Nyeri Sangat
Berat

36
Gambar 2.1 NRS (Numeric Rating Scale)

C. KONSEP KEMOTERAPI
1. Definisi
Kemoterapi merupakan suatu pengobatan dimana obat yang
diberikan terapi kemoterapi menyebar keseluruh tubuh dan dapat
mencapai sel-sel kanker yang telah menyebar. Tujuan kemoterapi
adalah untuk membunuh DNA didalam sel abnormal dan
menyebabkan sel menghancurkan dirinya sendiri [ CITATION Sya20 \l
1033 ].
Kemoterapi adalah pemberian obat untuk membunuh sel kanker,
tidak seperti radiasi atau operasi yang bersifat lokal, kemoterapi
merupakan terapi sistemik yang berarti obat menyebar ke seluruh
tubuh dan dapat mencapai sel kanker yang telah menyebar jauh atau
metastase ke tempat[ CITATION Sya20 \l 1033 ].
Kemoterapi disebut juga dengan istilah “Kemo” adalah
penggunaan obat-obatan sitotoksik dalam terapi kanker yang dapat
menghambat proliferasi sel kanker. Obat kemoterapi ini dapat
diberikan kepada pasien dalam bentuk intravena (IV), intraarteri (IA),
per oral (OP), intratekal (IT), intraperitoneal/pleural (IP),
intramaskular (IM), dan subkutan (SC) (Firmana, 2017) [ CITATION
Sya20 \l 1033 ].

2. Tujuan kemoterapi menurut [ CITATION Sya20 \l 1033 ] sebagai berikut :


a. Menyembuhkan kanker secara menyeluruh.
b. Mencegah kanker agar tidak menyebar.
c. Memperlambat pertumbuhan kanker itu sendiri.
d. Membunuh sel kanker yang mungkin telah menyebar ke bagian
yang lainnya.
e. Meredakan atau mengurangi gejala yang disebabkan oleh kanker

3. Jenis-Jenis Kemoterapi

37
Didalam [ CITATION Sya20 \l 1033 ] dijelaskan jenis-jenis kemoterapi
sebagai berikut :
a. Kemoterapi Primer
Kemoterapi Primer pengobatan kemoterapi yang
ditujukan membasmi serta menghancurkan semua sel kanker
yang ada di dalam tubuh. Kemoterapi Primer yang diberikan
sebelum tindakan medis lainnya, seperti operasi dan radiasi
b. Kemoterapi Adjuvant
Kemoterapi Adjuvant, yaitu kemoterapi yang diberikan
sesudah tindakan operasi atau radiasi. Tindakan ini ditujukan
untuk menghancurkan sel-sel kanker yang masih tersisa atau
metastasis kecil. Pada dasarnya adalah bagian dari operasi
kuratif. Karena banyak tumor pada waktu pra-operasi sudah
memiliki mikrometastasis di luar lingkup operasi, maka setelah
lesi primer dieksisi tumor tersisa akan tumbuh semakin pesat,
kepekaan terahadap obat bertambah.
Pada umumnya tumor bila volume semkan kecil, ratio
pertumbuhan semakin tinggi terhadap kemoterapi semkain
peka. Bila tumor mulai diterapi semakin dini, semakin sedikit
muncul sel tahan obat. Oleh karena itu, terapi terhadap mikro-
metastasis akan menyebabkan efentivitas meningkat,
kemungkinan resistensi obat berkurang, peluang kesembuhan
bertambah. Dewasa kanker payudara dengan lesi primer sekitar
≥ 1 cm pasca operasi memakai regimen CAF.
c. Kemoterapi Neonadjuvant
Kemoterapi Neoadjuvant, yaitu kemoterapi yang
diberikan sebelum tindakan operasi atau radiasi kemudian
dilanjutkan kembali dengan kemoterapi. Tindakan ini ditujukan
untuk mengecilkan ukuran massa kanker yang dapat
mempermudah saat dilakukannnya tindakan operasi atau
radiasi.

38
Kanker terlokalisir tertentu hanya dengan operasi atau
radioterapi sulit mencapai ketuntasan, jika berlebih dahulu
kemoterapi 2-3 siklus dapat mengecilkan tumor memperbaiki
pasokan darah berguna bagi pelaksanaan operasi dan
radioterapi selanjutnya. Pada waktu bersamaan dapat diamati
respons tumor terhadap kemoterapi dan secara dini menterapi
lesi metastatic subklinis yang mungkin terdapat. Karena
kemoterapi adjuvant mungkin menghadapi resiko jika
kemoterapi tidak efektif peluang operasi akan lenyap, maka
harus memakai regimen kemoterapi dengan cukup bukti efektif
untuk lesi stadium lanjut.
d. Kemoterapi kuratif
Kemoterapi kuratif harus memakai formula kemoterapi
kombinasi yang terdiri atas obat dengan mekanisme kerja
berbeda, efek toksik berbeda dan masing-masing efektif bila
digunakan tersendiri diberikan dengan banyak siklus untuk
setiap obat dalam formula tersebut diupayakan memakai dosis
maksimun yang dapat di toleransi tubuh, masa interval sedapat
mungkin diperpendek agar tercapai pembasmian total sel
kanker dalam tubuh.
e. Kemoterapi paliatif
Kebanyakan kanker dewasa ini seperti kanker bykan sel
kecil paru, kanker hati, lambung, pangkreas, kolon, dll. Hasil
kemoterapi masih kurang memuaskan. Untuk kanker sperti itu
dalam stadium lanjut kemoterapi masih bersifat paliatif, hanya
dapat berperan mengurangi gejala, memperpanjang waktu
survival.
f. Kemoterapi investigative
Kemoterapi investigative merupakan uji klinis dengan
regimen kemoterapi baru atau obat baru yang sedang diteliti.
Untuk menemukan obat atau regimen baru dengan efektivitas
tinggi toksisitas rendah.

39
g. Kemoterapi induksi
Yaitu digunakan sebagai terapi pertama dari beberapa terapi
berikutya.
h. Kemoterapi kombinasi
Menggunakan 2 atau lebih agen kemoterapi

4. Siklus kemoterapi
Siklus kemoterapi adalah pasien yang sedang menjalani
kemoterapi, dihitung sejak awal hingga terakhir kali dilakukannya
kemoterapi. Siklus kemoterapi merupakan waktu yang diperlukan
untuk pemberian satu kemoterapi, satu siklus umumnya dilaksanakan
setiap 3 atau 4 minggu sekali tetapi ada juga yang setiap minggu,
efektifitas kemoterapi hanya akan tercapai jika diberikan sesuai
siklus/jadwal.
Siklus kemoterapi biasanya mencakup rangkaian pengobatan yang
bisa terdiri dari 4 sampai 8 siklus. Satu siklus biasanya terdiri dari
beberapa macam pengobatan. Setiap pengobatan bisa berlangsung
beberapa jam atau beberapa hari, tergantung dosis dan jenis obatnya.
Satu siklus kemoterapi berlangsung sekitar 3 minggu, yaitu dari
hari dimana pasien melakukan kemoterapi, diperlukan sekitar 3
minggu untuk ke sesi kemoterapi berikutnya. Rata-rata siklus
kemoterapi setiap pasien ada yang 3 siklus 4, 6 bahkan 12, tergantung
diagnosa dokter tentang penyakit 3 jam pada umumnya. Pada beberapa
orang dapat berlangsung lebih lama.
Kombinasi kemoterapi diberikan secara intermitten dengan interval
3 sampai 4 minggu. Yang disebut sebagai pengobatan standar adalah 6
siklus. Stadium lanjut pada kanker payudara adalah stadium 3 dan 4,
yang termasuk stadium 3 kanker payudara adalah besar tumor dengan
diameter lebih dari 5 cm, atau tumor dengan invasi ke kulit atau
dinding thorax atau tumor yang terfiksasi. Pada kelompok ini, stadium
3 atau locally advanced, diobati dengan kemoterapi praoperasi atau
pengobatan hormonal, bedah dan radioterapi.

40
5. Cara pemberian kemoterapi
Menurut [ CITATION Sya20 \l 1033 ] cara pemberian kemoterapi
diantaranya :
a. Pemberian peroral diantaranya chlorambucil dan etoposide
(VP-16).
b. Pemberian secara intra-muskulus, diantaranya yaitu bleomicin
dan methotrexate.
c. Pemberian secara intravena, diberikan secara infus/drip. Cara
ini merupakan cara pemberian yang paling umum dan banyak
digunakan.
d. Pemberian secara intra-arteri. Cara ini jarang dilakukan karena
membutuhkan sarana yang cukup banyak, antara lain alat
radiologi diagnostik, mesin atau alat filter serta memerlukan
keahlian tersendiri.
e. Pemberian secara intraperitoneal di indikasikan dan
diisyaratkan pada minimal tumor residu pada kanker ovarium.

6. Cara kerja kemoterapi


Menurut [ CITATION Sya20 \l 1033 ] , suatu sel akan berkembang
mengikuti siklus pembelahan sel yang teratur. Beberapa sel akan
membelah diri dan membentuk sel baru dan sel yang lain akan mati.
Sel yang abnormal akan membelah diri dan berkembang secara tidak
terkontrol yang pada akhirnya akan terjadi suatu massa yang dikenal
tumor. Siklus sel secara sederhana dibagi menjadi 5 tahap yaitu:
a. Fase G0, dikenal juga sebagai fase istirahat. Ketika ada sinyal
untuk berkembang, sel ini akan memasuki fase G1.
b. Fase G1, pada fase ini sel siap untuk membelah diri yang
diperantai oleh beberapa protein penting untuk berproduksi.
Fase ini berlangsung 18-30 jam.
c. Fase S, disebut sebagai fase sintesis. Pada fase ini DNA sel
akan di kopi. Fase ini berlangsung 18-20 jam.

41
d. Fase G2, sintesis protein terus berlanjut. Fase ini berlangsung
2-10 jam.
e. Fase M, sel dibagi menjadi 2 sel bar. Fase ini berlangsung 30-
60 menit.

7. Jenis-jenis obat kemoterapi


Menurut [ CITATION Sya20 \l 1033 ]), obat-obat kemoterapi ini ada
yang bekerja pada fase spesifik (fase M, S, G1, G2) dan ada juga yang
bekerja 38 pada fase nonspesifik, yaitu pada semua fase dalam siklus
sel. Obatobatan kemoterapi berdasarkan cara kerja obat pada fase
siklus pertumbuhan sel dibedakan menjadi:
a. Alkylating Agent ( Bususlfan, Carboplain, Carmustine,
Chlorambusil, Cisplatin, Cyclopshophamide, Ifosfamide,
Procarbazine)
b. Golongan antimetabolite (fluorouracil, methotrexate,
asparaginase, azacitidine, cladribine, cytarabine, fludarabine,
hydroxyurea, mercaptopurine, pentostatin, ralitrexet,
thioguanine)
c. Obat kemoterapi yang membunuh sel kanker dengan cara
menghalangi mitosis, secara inhibisi fungsi chromatin. Ada 2
golongan, yang pertama adalah golongan topoisomerase
inhibitors (Bleomycin, Dactinomycin, Daunorubicin,
Doxorubicin, Epirubicin, Etoposide, Gemcitabine, Idarubicin,
irinotecan, Mitoxantrone, Plicamycin, Teniposide, Topotecan).
Golongan kedua adalah penghambat microtubule (Doxetacel,
Paclitaxel, Vinblastisme, Vincristin)
d. Sebagai antibiotika yang mengikat DNA secara ikatan
kompleks yang dikenal sebagai golongan AntraCycline
(Bleomycin, Doxorubicin, Daunorubicin, Efirubicin, Mytoci C)
e. Sebagai hormone (estrogen, progesterone, androgen) f.
Golongan yang belum jelas kerjanya (Nitrosurea, Cisplatin)

42
8. Pemilihan obat kemoterapi
Menurut Firman (2017) didalam [ CITATION Sya20 \l 1033 ], dalam
memberikan obat kemterapi, harus memperhatikan:
a. Tepat indikasi
b. Tepat jenis obat
c. Tepat dosis
d. Tepat waktu
e. Tepat cara pemberian
f. Waspada efek samping obat
Pemberian kemoterapi membutuhkan waktu yang lama.
Biasanya dinamakan dengan istilah siklus. Satu siklus terdiri dari
masa pemberian obat, yang biasanya bervariasi antara 1-5 hari dan
setelah itu dilanjutkan dengan masa istirahat selama 3 minggu.
Pemberian kemoterapi dapat dilakukan sebanyak 4-8 siklus, sesuai
dnegan tujuan pemberian kemoterapi. Lamanya pemberian
kemoterapi ditentukan oleh:
a. Tipe keganasan
b. Obat-obatan yang digunakan
c. Respon terhadap obat kemoterapi
Kemoterapi yang diberikan biasanya merupakan suatu
kombinasi. Salah satu tujuan utama pemberian kemoterapi
kombinasi adalah utnuk mencegah timbulnya sel kanker yang
resisten. Resistensi terhadap obatobat kemoterapi dapat trejadi
melalui berbagai cara, yaitu:
a. Terjadinya impermeabilitas dinding sel terhadap
kemoterapi
b. Perubahan spesifisitas enzim di dalam sel sebagai sarana
kemoterapi
c. Perubahan terhadap efek hambatan biokimiawi sitostatika

9. Pemeriksaan kemoterapi

43
Menurut Firmana (2017) dalam [ CITATION Sya20 \l 1033 ], terdapat
beberapa pemeriksaan sebelum dan sesudah pasien kemoterapi,
sebagai berikut:
a. Darah tepi (hemoglobin, leukosit, hitung jenis, dan trombosit).
b. Fungsi hepar (SGOT, SGPT, alkali fosfat dan bilirubin).
c. Fungsi ginjal (ureum, kreatinin dan Creatinin Clearance Test
jika ada peningkatan serum kreatinin).
d. Audiogram (terutama jika pasien diberikan obat kemoterapi
Cisplatin).
e. Electrocardiography (terutama jika pasien diberikan obat
kemoterapi adriamisin atau epirubicin).

D. KONSEP TEORI GUIDED IMAGERY AND MUSIC


1. Definisi
Guided Imagery adalah teknik yang digunakan dengan
memanfaatkan kekuatan pikiran untuk membentuk representasi
mental, benda, tempat atau situasi, yang mana dirasakan melalui
indera. Sedangkan dalam kamus (Meeriam-Webster) mendefinisikan
guided imagery sebagai “salah satu dari berbagai teknik rangkaian
kata-kata sugesti yang digunakan untuk menuntun orang lain atau diri
sendiri dalam membayangkan sensasi dan terutama dalam
memvisualisasikan gambar dalam pikiran untuk membawa respon fisik
yang diinginkan (sebagai pengurang stres, kecemasan, dan sakit)
[ CITATION Nuw18 \l 1033 ].
Guided imagery adalah proses yang menggunakan kekuatan
pikiran dengan menggerakkan tubuh untuk menyembuhkan diri dan
memelihara kesehatan atau rileks melalui komunikasi dalam tubuh
melibatkan semua indra meliputi sentuhan, penciuman, penglihatan,
dan pendengaran [ CITATION Afd16 \l 1033 ].
Guide imagery and music adalah metode psikoterapi dengan
mendengarkan music klasik dengan keadaan santai untuk
meningkatkan imajinasi dan aktualisasi diri. Guide imagery and music

44
adalah kombinasi dari intervensi kognitif imagery dan terapi music,
guide imagery and music memfokuskan imajinasi klien dengan
fasilitas music. Efek music digunakann untuk memperkuat relaksasi
individu sehingga imajinasi maupun sugesti bisa dengan mudah
diinduksikan [ CITATION Ami19 \l 1033 ].
Guide Imagery menggunaan seluruh indra untuk menciptakan
kembali sebuah pengalaman di dalam pikiran. Berdasarkan definisi
tersebut, terdapa tiga kunci utama untuk memahami imagery, yaitu
menciptakan atau menciptakan kembali pengalaman dalam pikiran.
Imagery didasari oleh memori, dan individu mengalami memori
tersebut secara internal dengan melakukan rekonstruksi terhadap
pengalaman eksternal di dalam pikiran [ CITATION Ami19 \l 1033 ].

2. Tujuan Guided Imagery


Tujuan dari menerapkan guided imagery sebagai berikut [ CITATION
Afd16 \l 1033 ] :
a. Memelihara kesehatan atau mencapai keadaan rileks melalui
komunikasi dalam tubuh melibatkan semua indra (visual,
sentuhan, penciuman, penglihatan, dan pendengaran) sehingga
terbentuklah keseimbangan antara pikiran, tubuh, dan jiwa.
b. Mempercepat penyembuhan yang efektif dan membantu tubuh
mengurangi berbagai macam penyakit seperti depresi, alergi
dan asma.
c. Mengurangi tingkat stres, penyebab, dan gejala-gejala yang
menyertai stres.
d. Menggali pengalaman pasien depresi.

3. Manfaat Guided Imagery


Guided imagery mempunyai elemen yang secara umum sama
dengan relaksasi, yaitu sama-sama membawa klien ke arah relaksasi.
Tujuan dari teknik guided imagery ini adalah menimbulkan respon
psikofisiologis yang sangat kuat seperti perubahan dalam fungsi imun.

45
Manfaat dari guided imagery yaitu sebagai intervensi perilaku untuk
mengatasi kecemasan, stres, dan nyeri. Penggunaan guided imagery
tidak dapat memusatkan perhatian pada banyak hal dalam satu waktu
oleh karena itu klien harus membayangkan satu imajinasi yang sangat
kuat dan sangat menyenangkan [ CITATION Afd16 \l 1033 ].
Banyak sekali manfaat yang didapat dari menerapkan prosedur
guided imagery, berikut ini manfaat dari guided imagery [ CITATION
Afd16 \l 1033 ] :
a. Mengurangi stress dan kecemasan
b. Mengurangi nyeri
c. Mengurangi efek samping
d. Mengurangi tekanan darah tinggi
e. Mengurangi level gula darah (diabetes)
f. Mengurangi alergi dan gejala gangguan pernapasan
g. Mengurangi sakit kepala
h. Mengurangi biaya rumah sakit
i. Meningkatkan penyembuhan luka dan tulang
Guided imagery dapat membangkitkan perubahan
neurohormonal dalam tubuh yang menyerupai perubahan yang
terjadi ketika sebuah peristiwa yang sebenarnya terjadi (Hart,
2008). Hal ini bertujuan untuk membangkitkan keadaan relaksasi
psikologis dan fisiologis untuk meningkatkan perubahan yang
menyembuhkan ke seluruh tubuh.

4. Indikasi dan Kontra Indikasi


Aplikasi klinis guided imagery yaitu sebagai penghancur sel
kanker, untuk mengontrol dan mengurangi rasa nyeri, serta untuk
mencapai ketenangan dan ketentraman. Guided imagery juga
membantu dalam pengobatan: seperti asma, hipertensi, gangguan
fungsi kandung kemih, sindrom pre menstruasi, dan menstruasi. selain
itu guided imagery juga digunakan untuk mereduksi nyeri luka bakar,
sakit kepala migrain dan nyeri pasca operasi [ CITATION Afd16 \l 1033 ].

46
Indikasi dari guided imagery adalah semua pasien yang memiliki
pikiran negatif atau pikiran menyimpang dan mengganggu perilaku
(maladaptif). Misalnya: over generalization, stress, cemas, depresi,
nyeri, hipokondria, dan lain-lain [ CITATION Afd16 \l 1033 ].

5. Teknik guided imagery


Macam-macam teknik guided imagery berdasarkan pada
penggunaannya terdapat beberapa macam teknik, yaitu [ CITATION
Afd16 \l 1033 ] :
a. Guided walking imagery
Teknik ini ditemukan oleh psikoleuner. Pada teknik ini pasien
dianjurkan untuk mengimajinasikan pemandangan standar
seperti padang rumput, pegunungan, pantai.

b. Autogenic abstraction
Teknik ini pasien diminta untuk memilih sebuah perilaku
negatif yang ada dalam pikirannya kemudian pasien
mengungkapkan secara verbal tanpa batasan. Bila berhasil akan
tampak perubahan dalam hal emosional dan raut muka pasien
c. Covert sensitization
Teknik ini berdasar pada paradigma reinforcement yang
menyimpulkan bahwa proses imajinasi dapat dimodifikasi
berdasarkan pada prinsip yang sama dalam modifikasi perilaku
d. Covert behaviour rehearsal
Teknik ini mengajak seseorang untuk mengimajinasikan
perilaku koping yang dia inginkan. Teknik ini lebih banyak
digunakan.

6. Langkah-Langkah Guided Imagery and Music


Teknik guided imagery dimulai dengan proses relaksasi pada
umumnya, yaitu pasien diminta secara perlahan-lahan menutup
matanya dan fokus pada nafas mereka, lalu klien didorong untuk

47
relaksasi mengosongkan pikiran dan memberi bayangan yang dapat
membuat damai dan tenang dalam pikiran klien [ CITATION Afd16 \l
1033 ] menyatakan bahwa langkah-langkah dalam melakukan guided
imagery adalah :
a. Persiapan Mencari lingkungan yang nyaman dan tenang,
dimana lingkungan ini harus bebas dari distraksi. Lingkungan
yang bebas dari distraksi diperlukan oleh subyek untuk
memokuskan imajinasi yang dipilih. Subyek harus tahu
rasional dan keuntungan teknik imajinasi terbimbing. Subyek
merupakan partisipan aktif dalam latihan imajinasi dan harus
memahami apa yang harus dilakukan dan hasil akhir yang
diharapkan. Lalu memberikan kebebasan pada subyek untuk
memposisikan diri klien dengan nyaman.
b. Menimbulkan relaksasi Panggilah klien dengan panggilan
nama yang disukai. Berbicara dengan jelas. Atur nada suara
yang tenang dan netral. Mintalah subyek untuk menarik nafas
dalam dan perlahan untuk relaksasi. Dorong klien untuk
membayangkan hal-hal yang menyenangkan. Bantulah klien
merinci gambaran dari bayangannya. Doronglah klien untuk
menggunakan semua ideranya dalam menjelaskan bayangan
dan lingkungan bayangan tersebut.
c. Menjelaskan perasaan fisik dan emosional yang ditimbulkan
oleh bayangannya Arahkan klien mengeksplorasi respon
terhadap bayangan karena akan memungkinkan klien
memodifikasi imajinasinya. Respon negatif dapat diarahkan
kembali untuk memberikan hasil akhir yang lebih positif.
Berikan umpan balik kepada klien secara berkelanjutan dengan
memberi komentar pada tanda-tanda relaksasi dan ketentraman.
Setelah itu, membawa klien keluar dari bayangan.
Diskusikanlah perasaan klien mengenai pengalamannya
tersebut, identifikasilah hal-hal yang dapat meningkatkan

48
pengalaman imajinasi. Selanjutnya motivasi klien untuk
mempraktikkan teknik ini secara mandiri.

49
BAB III
METODE PENELITIAN

A. JENIS DAN RANCANGAN


1. Desain dan Rancangan Penelitian
Desain penelitian digunakan untuk menjawab pertanyaan
penelitian, metode pada penelitian ini adalah studi literature dan study
kasus. Studi literatur digunakan untuk mengidentifikasi, menganalisis,
dan mensintesis jurnal-junal melalui proses yang sistematis dan studi
kasus menganalisa asuhan keperawatan yang di terapkan di lapangan.
Literatur yang digunakan berjumlah 7 jurnal melalui proses pencarian
yang telah ditetapkan atau direncanakan oleh peneliti. Penelitian terkait
efektivitas Guided Imagery and Music terhadap penurunan intensitas
nyeri pada pasien cancer mammae stadium 4 di instalasi kemoterapi.
Literature review merupakan kegiatan yang fokus terhadap sebuah
topik spesifik yang menjadi minat untuk dianalisis secara kritis
terhadap isi naskah yang dipelajari. Literature review juga mencari
hubungan kontekstual dari semua literature yang dibaca untuk mencari
jawaban dari pertanyaan penelitian untuk mendukung topik terpilih.
Literature review tidak hanya kegiatan membaca artikel atau naskah
atau buku kemudian melakukan ringkasan dari setiap naskah yang
dibaca tersebut. Literature review adalah analisis terintegrasi tulisan
ilmiah yang terkait langsung dengan pertanyaan penelitian, dan
menunjukkan korespondensi antara tulisan-tulisan dan pertanyaan
penelitian yang dirumuskan (Ningtyias, 2020).
Literature review dapat menjadi sebuah naskah atau manuskrip
yang berdiri sendiri dan dipublikasikan dalam jurnal atau dapat
menjadi sebuah tugas akhir atau skripsi yang terdiri dari bab
pendahuluan, bab tinjauan pustaka, bab hasil, dan pembahasan serta
bab kesimpulan (Florida, 2020; University, 2017). Tujuan literature
review adalah untuk mendapatkan gambaran tentang hal apa yang
sudah dikerjakan pernah dikerjakan oleh orang lain sebelumnya dan

50
menghindari duplikasi penelitian. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
peneliti lain dapat dimasukkan sebagai pembanding dari hasil
penelitian yang akan dilakukan (Library, 2020; Nursalam, 2020).

2. Data Base Jurnal


Studi literature review yang merupakan rangkuman menyeluruh
beberapa studi penelitian yang ditentukan berdasarkan tema tertentu.
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder
yang diperboleh bukan dari pengamatan langsung, akan tetapi
diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti-
peneliti terdahulu. Sumber data sekunder yang didapati berupa artikel
jurnal bereputasi baik nasional maupun internasional dengan tema
yang sudah ditentukan (Nursalam, 2020).
Pencarian artikel jurnal pada penelitian ini dilakukan dengan cara
mengakses databes pada Google Scholar, Pubmed, dengan keyword
atau kata kunci sesuai dengan masalah pada penelitian. Dalam
penelitian yang menggunakan literatur review, ada beberapa tahapan
yang harus dilakukan sehingga hasil dari studi literatur tersebut dapat
diakui kredibilitasnya. Studi literature memiliki 3 tahapan yaitu
planning, conducting, dan reporting (Wahono, 2016). Studi literature
melalui tahapan sebagai berikut:
a. Planning
Planning merupakan tahap pertama dalam studi literature
review sebagai strategi dalam mencari artikel (Nursalam, 2020).
Pada tahap planning ini terdapat dua bagian didalamnya yaitu
formulate the review’s research question dan develop the
review’s protocol (Wahono, 2016).
1) Formulate the review’s researchquestion
Bagian ini merupakan strategi pertama yang digunakan
untuk mencari artikel dengan menyusun pertanyaan penelitian
(Research question) kemudian di formulasikan menggunakan
PICOC framework (Wahono, 2016). Research question atau

51
pertanyaan penelitian merupakan bagian terpenting dalam
setiap systematic literature review, research question
digunkan untuk memandu proses pencarian dan memandu
proses ekstrasi data (wahono, 2016).
a) RQ1: Judul yang paling banyak tentang literature review
paliatife care pada pasien end stage renal disease?
b) RQ2: Mengapa paliatife cara sangat dibutuhkan end stage
renal disease?
c) RQ3: Metode apa saja yang digunakan dalam penelitian
Paliatife care pada pasien end stage renal disease?
d) RQ4: Metode apa yang sering digunakan dalam
penelitiaan paliatife care pada pasien end stage renal
disease?
Tabel 3.1 Format PICOC Framework

PICOC Framework
Population Ca Mammae Stadium IV Metastase
Issue Paliative care, perawatan di akhir
kehidupan, Good death, advance care
Camparator None
Outcome _
Context Nursing

2) Develop the review`s Protocol


Develop the review’s protocol merupakan strategi kedua
dalam tahap Planning yaitu dengan merencanakan dan
menetapkan prosedur dasar peninjauan. Komponen dari
strategi ini merupakan search terms (kata kunci), seleksi
berdasarkan kriterian inklusi dan eksklusi, quality chekslist
atau penil penilaian kualitas (Wahono., 2016).
a) Search Terms (Kata Kunci)
Pencarian Jurnal atau artikel menggunakan
keyword dan Boolean operator (AND, OR NOT or AND
NOT) digunakan untuk memperluas atau

52
memspesifikkan pencarian sehingga mempermudah
dalam penentuan artikel atau jurnal yang digunakan.
Kata kunci dalam systematic review disesuaikan dengan
Medical Subject Heading (MeSH) (Nursalam., 2020)
sebagai berikut:

Tabel 3.2 Kata Kunci Studi Literature

Independen Dependen Subject

Google Scolar
Efektivitas Guided
Imagery and Terhadap Nyeri Pasien Kanker
Music(GIM)
Pubmed
Interactive guided Advanced cancer
Pain reducing
imagery patients

b) Cara mengakses Jurnal


Mesin pencarian jurnal untuk melihat jurnal
tersebut menggunakan mesin pencari yaitu google scolar
dan pubmed.

c) Cara Seleksi Jurnal


Penyeleksian jurnal yang telah di seleksi dengan kriteria
Inklusi dan eksklusi berdasarkan PICOS Framework
untuk menyeleksi data. Seleksi berdasarkan judul, tahun
publikasi literature yaitu tahun 2016 – 2021, ful-text,
language bahasa inggris dan bahasa indonesia
(Nursalam., 2020).

Tabel 3.3 PICOS Framework


Kriteria Inklusi Eksklusi

Pasien dengan kasus cancer mammae yang


Population Pasien no cancer mammae
mengeluh nyeri

Intervention Pemberian Guided Imagery and Music -

Comparators No comparation No comparation

53
Menurunkan intensitas nyeri saat Tidak menurunkan intensitas
Outcome
dilakuakn Guided Imagery and Music nyeri

Quasi-experimental studies Pendekatan Tidak ada kriteria ekslusi pada


Study Design and
post test intervension group menggunakan study design publication type:
publication Type
Numeric Rating Scale webpages

Publication Years Post-2016 Pre-2021

Language other than English


Language English, Indonesian
and Indonesian

d) Quality Cheklist (Penilaian Kualitas)


Screening literature menggunakan Prisma Cheklis
untuk menganalisis kualitas metodologi di setiap jurnal
sehingga dapat menganalisis kualitas metodologi dalam
setiap study sesuai dengan metode penelitian yang
dilakukan pada penelitian. Instrument ini berisikan ceklist
untuk melihat apakah ada kesesuaian, keselarasan dan
ketepatan dari judul, desain, sampel, tujuan, hasil dan
pembahasan. Ceklist ini kemudian diisi berdasarkan jenis
penelitian dan dinilai. Tujuan pengunaan tool instrument
Prisma Cheklis merupakan melihat kualitas jurnal tersebut.

e) The Joanna Briggs Institute (JBI) Critical Appraisal

The Joanna Briggs Institute (JBI) Critical Appraisal untuk


beberapa jenis studi Quasi Experimental Studies, cross
sectional, dan artikel review digunakan untuk menganalisis
kualitas metodologi dalam tiap studi (n=6). Checklist
daftar penilaian berdasarkan The JBI Critical Appraisal
telah tersedia beberapa pertanyaan untuk menilai kualitas
dari studi. Penilaian kriteria diberi nilai ‘ya’, ‘tidak’, ‘tidak
jelas’ atau ‘tidak berlaku’, dan setiap kriteria dengan skor
‘ya’ diberi satu poin dan nilai lainnya adalah nol, setiap
skor studi kemudian dihitung dan dijumlahkan. Critical
appraisal untuk menilai studi yang telah memenuhi syarat

54
serta dilakukan oleh peneliti. Jika skor penelitian 50%
memenuhi kriteria critical appraisal dengan nilai titik cut-
off yang telah disepakati oleh peneliti, kemudian studi
dimasukkan kedalam kriteria inklusi. Peneliti
mengecualikan studi yang berkualitas rendah guna
menghindari bias dalam validitas hasil dan rekomendasi
ulasan. Dalam screening terakhir, delapan belas studi
mencapai skor lebih tinggi dari 50% dan siap untuk
melakukan sintesis data, akan tetapi karena penilaian
terhadap resiko bias, terdapat dua belas studi dikeluarkan,
dan artikel literature review yang digunakan adalah 6
buah.

Risiko bias dalam Studi literatur ini menggunakan


asesmen pada metode penelitian masing-masing studi,
yang terdiri dari (Nursalam, 2020):
(a) Teori: Teori yang tidak sesuai, sudah kadaluwarsa, dan
kredibilitas yang kurang
(b) Desain: Desain kurang sesuai dengan tujuan penelitian
(c) Sample: Ada 4 hal yang harus diperhatikan yaitu
Populasi, sampel, sampling, dan besar sampel yang
tidak sesuai dengan kaidah pengambilan sampel
(d) Variabel: Variabel yang ditetapkan kurang sesuai dari
segi jumlah, pengontrolan variabel perancu, dan
variabel lainya
(e) Inturmen: Instrumen yang digunakan tidak memeliki
sesitivitas, spesivikasi dan dan validatas-reliablitas
(f) Analisis Data: Analisis data tidak sesuai dengan kaidah
analisis yang sesuai dengan satandar

b. Conducting

55
1) Ekstrasi data

Pada ekstrasi data menggunakan Prisma dan JBI


untuk menyesuaikan jurnal berdasarkan ranking jurnal.
Prisma Cheklis untuk menganalisis kualitas metodologi di
setiap jurnal sehingga dapat menganalisis kualitas
metodologi dalam setiap study sesuai dengan metode
penelitian yang dilakukan pada penelitian dan The Joanna
Briggs Institute (JBI) Critical Appraisal untuk beberapa
jenis studi Quasi Experimental Studies, cross sectional,
dan artikel review digunakan untuk menganalisis kualitas
metodologi dalam tiap studi

Tabel 3.4 Data Ranking Jurnal

Jurnal dan publikasi Kualitas


Author : Asni Hasaini, Muhlisoh
Artikel : The Effectiveness Of Guided
1
Imagery On Cancer Pain: A Randomized
Controlled Trial Literature Review
Author : Giulia De Paolis, Alessia
Naccaratto, Filomena CibelliC, Andrea
D'Alete, Chiara Mastroiannie, Laura
Surdoe, Giuseppe Casalee, Caterina
Magnani
Artikel : Efektivitas relaksasi otot progresif 2
dan citra terpandu interaktif sebagai
intervensi pengurangan rasa sakit pada
pasien kanker stadium lanjut:
Uji coba nonfarmakologis terkontrol acak
multisenter
Author : Endrat Kartiko Utomo, Totok
Wahyudi, Sitti Rahma Soleman, Salma
Putri Hazanah, Adinda Laras Sri Karno
3
Putri
Artikel : Nyeri Dan Pasien Kanker:
Literature Review

2) Gambaran sintesis
Sintesis pada penelitian ini menggunakan analisis
deskriptif yaitu dengan menjelaskan secara narasi hasil
temuan artikel ilmiah pada peneltian ini tidak ditambahkan

56
metode analisis yang lain peneliti hanya merangkum hasil
yang ada diartikel dan menganalisisnya sesuai dengan tema
(Nursalam., 2020).

c. Reporting
Pada tahap terakhir dari SLR peneliti mulai menuliskan
hasil dari pengumpulan jurnal yang sudah dianalisis dan juga
sudah di rankingkan berdasarkan kualitas jurnal (Wahono.,
2016), Write up the SLR Paper yaitu :

1) Introduction: Definisi umum tentang penelitian, tujuan


ulasan menekankan menggapa RQ Penting, pentingnya
melakukan tinjauan dan bagaimana kontribusi pada
pengetahuan di lahan praktik;

2) Main body: Pada bagian ini menjelaskan secara singkat


tahap-tahap yang diambil untuk melakukan SLR Kemudian
menuliskan hasil temuan dari review dan juga tuliskan
bagaimana keterlibatan SLR pada penelitian ini untuk
praktik dan pengetahuan;

3) Conclusion: Bagian paling akhir ditarik kesimpulan

57
ha
ri
7
MENIT
12-10-

15-30
2021
GIM
H7
B. KERANGKA INTERVENSI KEPERAWTAN PADA KASUS

MENIT
15-30
7-10-
2021
GIM
H2
C. INSTRUMEN
1. NRS (Numeric Rating Scale)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tidak Nyeri Nyeri

MENIT
Nyeri Nyeri

15-30
6-10-
2021
GIM
H1 Sangat
Nyeri ringan sedan Berat
g Berat

D. PROSEDUR ASUHAN KEPERAWATAN DAN LITERATUR


REVIEW
Prosedur asuhan kepeawatan yang di terapkan kepada pasien
kelolaan selama perawatan di ruang kemoterapi. Klien masuk ruangan
kemoterapi, penulis melakukan sleksi pasien berdasarkan kriteria inklusi
pasien, kemudian penulis membina hubungan saling percaya dan kontrak
waktu untuk melakukan pengkajian awal keperawatan, kenudian
menentukan masalah keperawatan dan pengukuran tingkat nyeri
berdasarkan NRS, penulis mencari jurnal EBN yang tepat untuk
mengurangi masalah yang dirasakan klien saat ini, peneliti kontrak waktu
untuk menerapkan perlakuan Guided Imagery and Music untuk
mengurangi masalah yang dirasakan, pennulis menerapkan EBN selama
15-30 menit, setelah itu evaluasi nyeri menggunakan NRS, kemudian
kontrak waktu untuk penerapan EBN besok Hari ke 2, pada hari
berikutnya, evaluasi nyeri dengan NRS, penerapan EBN dilakukan
kembali 15-30 menit, evaluasi kembali nyeri dengan NRS.
Prosedur literature review yang di analisa sebagai dasar penerapan
EBN yang di terapkan kepada pasien, pencarian jurnal menggunakan
media elektronik seperti google scolar dan Pubmed. Jurnal di cari
menggunakan kata kunci untuk google scolar Interactive guided imagery +

58
Pain reducing + Advanced cancer patients, dan Pubmed Efektivitas
Guided Imagery and Music(GIM) + Terhadap Nyeri + Pasien Kanker,
setelah artikel di cari kemudian reduksi dan di analisis berdasarkan kriteria
inklusi dan eksklusi artikel, didapatkan artikel-artikel yang sesuai dengan
kriteria inklusi, kemudian di analisis kualitas menggunakan Prisma
Cheklist dan JBI, dan didapatkan 7 artikel yang sesuai, kemudian artikel di
jabarkan di dalam table.

E. ALUR ASUHAN KEPERAWATAN DAN LIERATUR REVIEW


1. Alur Asuhan Keperawatan

Ruang Pengkajian Menentukan


Pasien awal Masalah
Kemoterapi

Penerapan
Evaluasi EBN 15-30 Izin Penerapan
Penilaian NRS
NRS menit EBN

59
2. Alur Literatur Review

Jurnal Internasional dan


Nasional
Melalui Pubmed (4.111)
Melalui Scholar (58)
Total (4.169) Exclude
Partisipan: Bukan merupakan paliatif care
pada pasien Cancer Mammae (10)
Intervensi: Studi yang tidak relavan dengan
Setelah jurnal yang duplikasi paliatif care pada pasien Cancer Mammae
dikeluarkan (59) (10)
Outcome: Tidak membahas paliatif care pada
pasien Cancer Mammae (9)

Skrining conten kriteria


inklusi dan ekslusi (30)

Exclude
Partisipan: Fokus membahas Paliatif care
pada pasien Cancer Mammae (n =5)
Intervensi: Studi yang relavan dengan
Eligible dan memenuhi paliatif care pada pasien Cancer Mammae (n
penilaian (15) = 5)
Outcome: membahas paliatif care pada
pasien Cancer Mammae (n =5)

Study included in synyhesis


(n=7)

60
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL LAPORAN KASUS


1. ASUHAN KEPERAWTAN PASIEN KELOLAAN
Pada sub bab ini akan di bahas asuhan keperawatan yang telah
diberikan pada pasien kelolaan di ruang perawatan kemoterapi RSUD
Aji Muhammad Parikesit Tenggarong
a. Pengkajian
Klien Ny. M usia 56 tahun, berjenis kelamin wanita, status
menikah, beragama katolik, suku jawa, pendidikan terakhir S1
Hukum, No RM 0011xx, pekerjaan sehari-hari dirumah sebagai ibu
rumah tangga, klien juga terkadang membantu anaknya sebagai
notaris, diagnose medis cancer mammae stadium IV, klien berasal
dari samarinda, sumber informasi pasien dan suami, tanggal
pengkajian 06 Oktober 2021.
Hasil wawancara penulis dengan klien pada tanggal 06
Oktober 2021 pukul 08.30 klien datang untuk melanjutkan terapi
kemoterapi siklus ke 6 dan imunoterapi siklus ke 2, klien saat
dikaji mengeluh nyeri pada tangan kiri, terasa berat dan nyut-nyut,
dengan skala nyeri 4 (0-10) dalam kondisi tangan diam, bila tangan
di gerakan menjauh skala 5 (0-10), jadi klien jarang menggerakan
atau melatih tanggan kirinya, nyeri dirasakan terus menerus kurang
lebih 5 bulan keluhan bertambah berat bila tangan di gerakan
menjauh dari tubuh.
Riwayat penyakit sekarang, klien menderita cancer
mammae residif metastasis kelenjar getah bening pada 30 januari
2021, dan menderita hipertensi terkontrol rutin minum obat anti
hipertensi, riwayat penyakit dahulu, klien pertama kali kemoterapi
pada tanggal 30 maret sebanyak 6 (enam) siklus kemudian
dilanjutkan operasi angkat payudara kiri pada tangal 30 januari

61
2021, klien selalu control rutin namun 9 bulan kemudian muncul
benjolan diarea clavicula dan axila sinistra, pasien dianjurkan
untuk menjalani kemoterapi yang kedua, pasien mulai kemoterapi
lagi tanggal 16 Juni 2021 saat ini menjalani siklus kemoterapi yang
ke 6 (enam).
Genogram pasien orang tua klien yaitu ibu masih hidup
berusia 79 tahun dan ayah sudah meninggal, klien anak ke 2 dari 4
bersaudara, orang tua dari suami sudah meninggal semua, suami
anak ke 4 dari 12 bersaudara, klien dikaruniai 3 orang anak 2
perempuan dan 1 laki-laki, tinggal serumah bersama ibu, suami
dan anak laki-lakinya, dari keluarga hanya klien yang menderita
cancer mammae.
Pola kebiasaan klien, klien rutin memeriksakan
kesehatannya dan suami setiap bulan di klinik, klien selalu
mengkonsumsi makanan yang sehat, klien menghindari makanan
yang bakar-bakar dan gorengan serta makanan siap saji, klien
makan 3x dalam 1 hari ½ porsi habis, nafsu makan kurang, BB :
64.7 kg TB : 146 cm, minum 4-6 gelas setiap hari, segala aktivitas
dapat dikerjakan secara mandiri, tidak menggunakan oksigen, pola
tidur 8-9 jam per hari, tidur jam 20.00 terbangun jam 03.00 untuk
berdoa kurang lebih 30 menitan kemudian dapat melanjutkan tidur
dengan cepat, saat klien bangun pagi pukul 06.00 klien merasa
segar, pola persepsi klien ingin cepat pulih dari penyakitnya,
persepsi tentang dirinya positif klien tidak malu dengan
keadaannya saat ini, semua masalah pasti ada jalan keluarnya dari
Tuhan, pola reproduksi klien menarce pada usia 13 tahun dan
menopause pada usia 54 tahun, klien sudah steril pada tahun 1993
saat melahirkan anak laki-lakinya, pola koping bila klien dalam
masalah yang menimbulkan stres klien menenagkan diri dengan
berdoa dan berserah kepada yang kuasa, system nilai dan keyainan
klien menganut agama katolik, dank lien aktif dalam kegiatan
kerohanian di lingkungan dan gereja.

62
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum klien
baik, klien kooperatif dan tenang, kesadaran composmentis, akral
hangat, CRT < 2 detik, pemeriksaan fisik melalui pengukuran
tanda-tanda vital GCS : E4V5M6=15, BP : 140/80 mmHg, N : 86
x/menit, T : 36.4 OC, R : 20 x/menit, BB 64.7 kg, TB : 146 cm.
Kulit klien tapak bersih dan sedikit kehitaman efek
kemoterapi, tidak ada lesi maupun ekstravasasi, nyeri tekan pada
area ketiak kiri ada benjolan, kepala klien tampak botak, kulit
kepala bersih, ada sedikit rambut yang tumbuh, tidak ada lesi,
benjolan serta nyeri tekan, mata simetris, tidak menggunakan alat
bantu penglihatan, konjungtiva merah muda, telinga tidak ada
benjolan, nyeri tekan, lesi dan serumen yang keluar, telinga bersih,
hidung, simetris, tidak ada polip, leher tampak simetris, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri menelan, dada
asimetris, payudara kiri sudah di operasi, paru-paru tidak ada suara
nafas tambahan, vesikuler, sonor, abdomen simetris, bunyi
tympani, tidak ada kelainan, genetalia berjenis kelamin perempuan,
menopause usia 54 tahun, anus dan rectum tidak ada hemoroid
yang keluar, muskuluskeletal klien mampu melakukan aktivitasnya
secara mandiri, tonus otot tangan 5/5 kaki 5/5, namun tangan kiri
nyeri bila di gerakan menjauh dari tubuh karena ada benjolan di
ketiak, neurologi GCS E4V5M6=15, kesadaran composmentis.
Hasil pemriksaan laboratorium hematologi tanggal 4
oktober 2021 Darah Lengkap : Hemoglobin 10.8 gr/100ml,
hematocrit 32 vol%, leukosit 7.200 /mm3, trombosit 318.000
/mm3. Kimia Klinik : Glukosa sewaktu104 mg/dl, SGOT 21 U/L,
SGPT 23 U/L, Ureum 43 mg/dl, creatinin 0.9 mg/dl, Na+ 138
mmol/L, K+ 4.0 mmol/L, Cl- 102 mmol/L.
Hasil pemeriksaan patologi pada tanggal 03 Februari 2020
makroskopis : diterima jaringan payudara ukuran : 30 x 25 x 20 cm
pada irisan terdapat 1 buah masa ukuran 4 x 4 x 3 cm berbatas jelas
dengan dasar reksesi. Jarak terdekat dasar reksesi dalam tumor

63
berjarak 2.5 cm. warna putih abu-abu konsentrasi padat kenyal,
pada penelusuran didapatkan 15 buah KGB ukuran diameter 0.5 –
4.5 cm warna putih abu-abu konsentrasi kenyal. Mikroskopis :
potongan-potongan jaringan : papilla mamae taktampak sel ganas,
massa tumor mengandung sel-sel ganas epithellai dalam struktur
asini tersusun luas denan stoma fibromuskular, dari KGB yang
ditemukan sel-sel ganas serupa. Kesimpulan : Masektomi : poorly
differentiated adenocarsinoma, invasive metastatic.
Jawaban pemeriksaan immunohistokimia pada tanggal 22
April 2020, diagnose PA : invasive ductal carcinoma NOS gr 2,
jawaban pemerikasaan : ER : tidak didapatkan pulasan inti positif
pada sel tumor, PR : tidak didapatkan pulasan inti positif pada sel
tumor, Keimpulan ER dan PR : terpulas Negatif -/-/.jawaban
pemeriksaan immunohistokimia pda tangal 08 september 2021,
diagnose PA : poorly diff. Adenocarsinoma, invasive metastatic,
jawaban pemeriksaan : ER : Terpulas negative pada sel tumor, PR :
Terpulas negative pada sell tumor, Her2 : Terpulas positif
kuat,melingkar utuh pada 50% memberan sel tumor (+3), Ki67 :
terpulas positif sedang sampai dengankuat pada 10% inti tumor.
Kesimpulan : ER : Negatif, PR : Negatif, Her2 : Positif, Ki67 :
indeks proliferasi 10%.

b. Analisa Data
Berdasarkan dari data hasil pengkajian yang telah
ditemukan, kemudian dilakukan analisis data dan penegakan
diagnose keperawatan yang sesuai dengan masalah yang dialami
oleh klien, hasil analisa data terdapat pada table dibawah ini :

No Data Etiologi Problem


1 Data Subjektif : Nyeri Kronis Infiltrasi tumor
Saya merasa nyeri pada (D.0078)
tangan kiri, terasa berat dan
nyut-yut, dengan skala nyeri 4
(0-10) dalam kondisi tangan
diam, bila tangan di gerakan
menjauh skala 5 (0-10), jadi

64
klien jarang menggerakan
atau melatih tanggan kirinya,
nyeri dirasakan terus menerus
keluhan bertambah berat bila
tangan di gerakan menjauh
dari tubuh.

Data Objektif :
a. Keadaan Umum : Sedang
b. Kesadaran :
Composemnetis
c. GCS : E4V5M6=15
d. Akral hangat
e. CRT < 2 detik
f. TTV : BP : 140/80 mmHg,
N : 86 x/menit, T : 36.4 OC,
R : 20 x/menit, BB 64.7
kg, TB : 146 cm
g. Klien tampak mengeluh
nyeri
h. Skala nyeri 4 (0-10) dalam
kondisi tangan diam, bila
tangan di gerakan menjauh
skala 5 (0-10),
i. Wajah tampak menahan
nyeri dengan
mengkerutkan alis
j. Menjaga areayang sakit
(protektif)
k. Berbaring kearah kanan,
tidak menindih area yang
sakit
l. Tampak tangan kiri jarang
digerakan.
a.

c. Diagnosa Keperawatan
Didapatkan satu prioritas masalah keperawatan berdasarkan
hasil analisis data, yaitu Nyeri Kronis (D.0078) berhubungan
dengan Infiltrasi tumor. Nyeri kronis ditangani dalam hal
manajemen nyeri bagi penderita kanker nyeri dialami oleh klien
berlangsung lama dan mengganggu aktivitas klien, oleh karena itu
dalam karya ilmiah ini penulis akan membahas masalah utama
klien yaitu nyeri kronis.

65
d. Intervensi Keperawatan

N Standar Diagnosa Keperawatan


Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
o Indonesia (SDKI)
1. Nyeri Kronis b/d Infiltrasi tumor (tumor Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I.08238)
di axila sinistra) Observasi
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 2x24 jam 1.1 Identivikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
Nyeri Kronik (D.0078) diharapkan tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil : kualitas, intensitas nyeri
Definisi : Pengalaman sensorik atau Indikator Meningkat
Cukup
Sedang
Cukup
Menurun 1.2 Identifikasi skala nyeri
emosional yang berkaitan dengan kerusakan Meningkat Menurun 1.3 Identifikasi respon nyeri non verbal
Keluhan
jaringan actual atau fungsional, dengan Nyeri
1 2 3 4 5 1.4 Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan
onset mendadak atau lambat dan Meringis 1 2 3 4 5 nyeri
berintensitas ringan hingga berat dan Sikap
1 2 3 4 5
1.5 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
konstan, berlangsung lebih dari 3 bulan Protektif 1.6 Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas hidup
Kesulitan
1 2 3 4 5 1.7 Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
Tidur
Cukup diberikan
Cukup 1.8 Monitor efek samping penggunaan analgesik
Indikator Memburuk Memburu Sedang Membaik
Membaik
k Teraupetik
Frekuens 1.9 Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
1 2 3 4 5
i Nadi
Pola nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapimusik,
1 2 3 4 5 biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi
Nafas
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
1.10Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis.
suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
1.11Fasilitasi istirahat tidur
1.12Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi
1.13Jelasan oenyebab, priode, dan pemicu nyeri
1.14Jelaskan strategi meredakan nyeri
1.15Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
1.16Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat
1.17Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa

66
nyeri
Kolaborasi
1.18Kolaborasi dalam pemberian analgesic, jika perlu

Terapi Relaksasi (I.08252)


Observasi
2.1 Periksa adanya deficit mobilitas
2.2 Periksa kemampuan fisik dan mental untuk
berpartisipasi dalam kegiatan rekreasi
2.3 Identifikasi makna kegiatan rekreasi
2.4 Identifikasi tujuan kegiatan rekreasi (mis. mengurangi
kecemasan, stimulasi perkembangan)
2.5 Periksa respo emosional, fisik, dan social terhadap
kegiatan relaksasi
Terapeutik
2.6 Libatkan dalam keiatan relaksasi
2.7 Pilih kegiatan relaksasi sesuai dengan kemampuan fisik,
psikologis, dan social
2.8 Rencanakan kegiatan rekreasi sesuai usia dan
kemampuan (mis. happy shopping, mengunjungi pantai,
dan perkebunan)
2.9 Fasilitasi transportasi ke tempat rekreasi
2.10Persiapkan tindakan pencegahan resiko keselamatan
2.11Berikan pengawasan pada sesi relaksasi, jika sesuai
2.12Berikan pengetahuan positif terhadap partisipasi aktif
dalam kegiatan
Edukasi
2.13Jelaskan tujuan dan prosedur terapi
2.14Jelaskan manfaat stimulasi melalui modalitas sensorik
dalam rekreasi

67
e.Implementasi dan Evaluasi
Hari 1

No Hari Implementasi Evaluasi


Tanggal
Jam
1 Rabu Manajemen Nyeri (I.08238) S : Nyeri berkurang, saya
06/10/2021 1.1 Mengidentivikasi lokasi, karakteristik, merasa lebih nyaman saat ini
09.00 durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri O:
EP : Nyeri di area ketiak kiri, terus 1. Keadaan Umum :
menerus, nyut-nyut Sedang
1.2 Mengidentifikasi skala nyeri 2. Kesadaran :
EP : Skala nyeri 4 (0-10) Composemnetis
1.3 Mengidentifikasi respon nyeri non verbal 3. GCS : E4V5M6=15
EP : klien mengkerutkan alis saat 4. Akral hangat
bergerak 5. CRT < 2 detik
1.4 Menidentifikasi factor yang memperberat 6. TTV : BP : 130/80
dan memperingan nyeri mmHg, N : 80
EP : Nyeri bertambah jika tangan di x/menit, T : 36.0 OC, R
gerakan menjauhi tubuh : 18 x/menit
1.5 Mengidentifikasi pengetahuan dan 7. Klien tidak tampak
keyakinan tentang nyeri mengeluh nyeri
EP : Rasa sakit di sebabkan oleh tumor di 8. Skala nyeri 3 (0-10)
ketiak saya dalam kondisi tangan
1.6 Mengidentifikasi pengaruh nyeri diam, bila tangan di
terhadap kualitas hidup gerakan menjauh skala
EP : Saya jadi jarang menggunakan 4 (0-10),
tangan kiri karena takut sakit 9. Wajah tampak sedikit
1.7 Memonitor keberhasilan terapi tegang
komplementer yang sudah diberikan 10. Menjaga area yang
EP : saya mendengarkan music rohani sakit (protektif)
untuk meringankan nyeri 11. Berbaring kearah
1.8 Memonitor efek samping penggunaan kanan, tidak menindih
analgesic area yang sakit
EP : Saya tidak menggunakan obat anti 12. Tampak tangan kiri
nyeri jarang digerakan.
1.9 Memberikan teknik nonfarmakologis 13. Klien tampak tidur
untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, saat terapi
hypnosis, akupresur, terapimusik,
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, A : Masalah Nyeri kronik
teknik imajinasi terbimbing, kompres teratasi sebagian
hangat/dingin, terapi bermain) Indikator
Target Pre H1
EP : Terapi Relaksasi Guided Imagery Menurun
Keluhan
and Music sekitar 15-30 menit Nyeri
5 3 4
1.10Mengoontrol lingkungan yang Meringis 5 3 4
memperberat rasa nyeri (mis. suhu Sikap
5 3 4
ruangan, pencahayaan, kebisingan) Protektif
Kesulitan
EP : Menutup sampiran, penyejuk udara Tidur
5 3 4
20OC, lingkungan tenang. Indikator Membaik
1.11Memfasilitasi istirahat tidur Frekuens
5 3 4
EP : Saya tidur sebentar saat i Nadi
mendengarkan music relaksasi Pola
5 3 4
Nafas
1.12Mempertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
P : Intervensi dilanjutkan
meredakan nyeri

68
EP : Nyeri kronik, sedang, terapi
relaksasi guided imagery and music
1.13Menjelasan penyebab, priode, dan
pemicu nyeri
EP : Saya mengerti akan hal tersebut
1.14Menjelaskan strategi meredakan nyeri
EP : Baik akan saya coba di saat sendiri
1.15Menganjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
EP : Saya akan gunakan NRS 0-10
1.16Menganjurkan menggunakan analgesik
secara tepat
EP : Saya tidak minum obat nyeri
1.17Mengajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
EP : Baik akan saya lakukan bila nyeri
bertambah

Terapi Relaksasi (I.08252)


2.1 Memeriksa adanya deficit mobilitas
EP : Klien mampu berjalan sendiri,
mampu makan sendiri
2.2 Memeriksa kemampuan fisik dan mental
untuk berpartisipasi dalam kegiatan
rekreasi
EP : Saya mampu melakukan aktivitas
secara mandiri, kecuali mencuci piring,
dan cucian
2.3 Mengidentifikasi tujuan kegiatan
relaksasi (mis. mengurangi kecemasan,
stimulasi perkembangan)
EP : Untuk mengurangi nyeri yang
dirasakan klien
2.4 Memeriksa respon emosional, fisik, dan
social terhadap kegiatan relaksasi
EP : Respon klien menerima tindakan
yang akan dilakukan
2.5 Melibatkan keluarga dalam keiatan
relaksasi
EP : Menginformasikan kepada suami
untuk melihat kegiatan agar dapat
dipraktekan di rumah
2.6 Memilih kegiatan relaksasi sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologis, dan social
EP : klien berbaring miring ke kanan,
jadi kegiatan relaksasi music untuk
mengurangi nyerinya
2.7 Menjelaskan tujuan dan prosedur terapi
EP : tujuan menrunkan nyeri yang
dirasakan

69
Hari 2

No Hari Implementasi Evaluasi


Tanggal
Jam
1 Kamis Manajemen Nyeri (I.08238) S : Saya merasa setelah terapi
07/10/2021 1.1 Mengidentivikasi lokasi, karakteristik, relakasi menjadi lebih ringan,
08.00 durasi, frekuensi, kualitas, intensitas rilaks dan nyerinya hilang
nyeri
EP : Nyeri di area ketiak kiri, berkurang O:
1.2 Mengidentifikasi skala nyeri 1. Keadaan Umum :
EP : Skala nyeri 3 (0-10) Sedang
1.3 Mengidentifikasi respon nyeri non verbal 2. Kesadaran :
EP : klien tampak tenang Composemnetis
1.4 Memonitor keberhasilan terapi 3. GCS : E4V5M6=15
komplementer yang sudah diberikan 4. Akral hangat
EP : Setelah mendengarkan music 5. CRT < 2 detik
kemarin saya merasa lebih segar 6. TTV : BP : 130/80
sekarang mmHg, N : 78
1.5 Memberikan teknik nonfarmakologis x/menit, T : 36.5 OC, R
untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, : 16 x/menit
hypnosis, akupresur, terapi musik, 7. Klien tidak tampak
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, mengeluh nyeri
teknik imajinasi terbimbing, kompres 8. Skala nyeri 2 (0-10)
hangat/dingin, terapi bermain) 9. Wajah tampak relax
EP : Terapi Relaksasi Guided Imagery 10. Tampak berbaring
and Music sekitar 15-30 menit hari ke 2 terlentang
1.6 Mengontrol lingkungan yang 11. Tampak tangan kiri
memperberat rasa nyeri (mis. suhu digerakan
ruangan, pencahayaan, kebisingan) secaraperlahan
EP : Menutup sampiran, penyejuk udara
16OC, lingkungan tenang. A : Masalah Nyeri kronik
1.7 Memfasilitasi istirahat tidur teratasi
EP : Saya tidur sebentar saat Indikator
Target H1 H2
mendengarkan music relaksasi Menurun
Keluhan
1.8 Menjelasan penyebab, priode, dan Nyeri
5 4 5
pemicu nyeri Meringis 5 4 5
EP : Saya mengerti akan hal tersebut Sikap
5 4 5
1.9 Mengajarkan teknik nonfarmakologis Protektif
Kesulitan
untuk mengurangi rasa nyeri Tidur
5 4 5
EP : Baik akan saya lakukan bila nyeri Indikator Membaik
bertambah Frekuensi
5 4 5
Nadi
14.00 Terapi Relaksasi (I.08252) Pola
5 4 5
Nafas
2.1 Memeriksa adanya deficit mobilitas
EP : Klien mampu berjalan sendiri,
P : Intervensi dihentikan
mampu makan sendiri
2.1 Mengidentifikasi tujuan kegiatan
relaksasi (mis. mengurangi kecemasan,
stimulasi perkembangan)
EP : Untuk mengurangi nyeri yang
dirasakan klien
2.2 Memeriksa respon emosional, fisik, dan
social terhadap kegiatan relaksasi
EP : Respon klien menerima tindakan
yang akan dilakukan dan tenang
2.3 Melibatkan keluarga dalam keiatan

70
relaksasi
EP : Menginformasikan kepada suami
untuk melihat kegiatan agar dapat
dipraktekan di rumah
2.4 Memilih kegiatan relaksasi sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologis, dan social
EP : klien berbaring miring ke kanan

2. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN RESUME I


Klien Ny. I usia 49 tahun, berjenis kelamin wanita, status
menikah, beragama islam, suku kutai, pendidikan terakhir SD, No
RM 050402xx, pekerjaan sehari-hari dirumah sebagai ibu rumah
tangga, diagnose medis cancer mammae stadium IV, klien berasal
dari loa duri ilir, sumber informasi pasien dan suami, tanggal
pengkajian 24 September 2021.
Hasil wawancara penulis dengan klien pada tanggal 24
September 2021 pukul 09.00 klien datang untuk melanjutkan terapi
kemoterapi siklus ke 6, klien saat dikaji mengeluh nyeri pada
payudara kiri, terasa tajam, dengan skala nyeri 5 (0-10), nyeri
hilang timbul, dirasakan sekitar 6 bulan ini.
Riwayat penyakit sekarang, klien menderita cancer
mammae pada 10 mei 2021, dan menderita hipertensi terkontrol
rutin minum obat antihipertensi, riwayat penyakit dahulu klien
kemoterapi pertama pada 15 maret 2020 kemudian kemoterapi 6
siklus, klien belum operasi angkat payudara, pernah di WSD pda
tanggal 20 mei 2021.
Genogram pasien, orang tua klien yaitu ibu dan ayah sudah
meninggal, klien anak ke 4 dari 9 bersaudara, orang tua dari suami
sudah meninggal, suami anak ke 1 dari 4 bersaudara, klien
dikaruniai 3 orang anak laki-laki, tinggal serumah bersama suami
dan anak-anaknya, dari keluarga hanya klien yang menderita
cancer mammae.
Pola kebiasaan klien, klien rutin memeriksakan
kesehatannya di puskesmas, klien selalu mengkonsumsi makanan
yang sehat, klien menyukai makanan yang berkuah, klien makan

71
3x dalam 1 hari 1 porsi habis, nafsu makan baik, BB : 57.6 kg TB :
148 cm, minum 5-6 gelas setiap hari, segala aktivitas dapat
dikerjakan secara mandiri, tidak menggunakan oksigen, pola tidur
8 jam per hari, tidur jam 22.00, saat klien bangun pagi pukul 06.00
klien merasa segar, pola persepsi klien ingin cepat pulih dari
penyakitnya, persepsi tentang dirinya klien menolak operasi angkat
payudara, saya tidak mau anggota tubuh saya hilang, saya merasa
kurang percaya diri, pola reproduksi klien menopause pada usia 45
tahun, pola koping bila klien dalam masalah yang menimbulkan
stres klien menenagkan diri dengan menanam bunga dan berdoa,
system nilai dan keyainan klien menganut agama islam.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum klien
baik, klien kooperatif dan tenang, kesadaran composmentis, akral
hangat, CRT < 2 detik, pemeriksaan fisik melalui pengukuran
tanda-tanda vital GCS : E4V5M6=15, BP : 130/80 mmHg, N : 86
x/menit, T : 36.4 OC, R : 20 x/menit, BB : 57.6 kg TB : 148 cm.
Kulit klien tapak bersih dan sedikit kehitaman efek
kemoterapi, tidak ada lesi, terdapat ekstravasasi, tidak nyeri tekan,
kepala klien tampak bersih, rambut rontok, ada sedikit rambut yang
tumbuh, tidak ada lesi, benjolan serta nyeri tekan, mata simetris,
tidak menggunakan alat bantu penglihatan, konjungtiva merah
muda, wajah dikerutkan, telinga tidak ada benjolan, nyeri tekan,
lesi dan serumen yang keluar, telinga bersih, hidung, simetris, tidak
ada polip, leher tampak simetris, tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid, tidak ada nyeri menelan, dada asimetris dada kiri terdapat
benjolan sekitar 5 cm, payudara kiri tidak di operasi, kulit tampak
mengkerut dan kehitaman, tampak menjaga area yang sakit, paru-
paru tidak ada suara nafas tambahan, vesikuler, sonor, abdomen
simetris, bunyi tympani, tidak ada kelainan, genetalia berjenis
kelamin perempuan, menopause usia 45 tahun, anus dan rectum
tidak ada hemoroid yang keluar, muskuluskeletal klien mampu

72
melakukan aktivitasnya secara mandiri, tonus otot tangan 5/5 kaki
5/5, neurologi GCS E4V5M6=15, kesadaran composmentis.
Hasil pemriksaan laboratorium hematologi tanggal 22
September 2021 Darah Lengkap : Hemoglobin 11.2 gr/100ml,
hematocrit 32 vol%, leukosit 3.400 /mm3, trombosit 382.000
/mm3. Kimia Klinik : Glukosa sewaktu 110 mg/dl, SGOT 20 U/L,
SGPT 10 U/L, Ureum 20 mg/dl, creatinin 0.8 mg/dl, Na+ 142
mmol/L, K+ 4.8 mmol/L, Cl- 106 mmol/L.
Hasil pemeriksaan hispatologi pada tanggal 11 mei 2021
Makroskopis : diterima preparat sebanyak 4 slide. Mikroskopis :
sedian sitology AJH menunjukan sel-sel yang berkelompok
tersusun tubular dan papiler. Sel-sel poli morfi sitoplasma cukup,
inti bulat, oval dan kromatin kasar dangan anak inti terlihat, latar
belakan berupa limfosit cukup dan eritrosit merata. Kesimpulan :
sitology AJH region mammae sinistra : didapatkan sel ganas
pendapat : Ductal carcinoma, nuclear grade III.
Pada kasus Ny.I dilakukan intervensi keperawtan
berdasarkan analisis data yang didapatkan dengan Data Subjektif :
klien mengatakan nyeri pada payudara kiri, terasa tajam, dengan
skala nyeri 5 (0-10), nyeri hilang timbul, dirasakan sekitar 6 bulan
ini. P = Pertumbuhan sel kanker, Q = nyeri seperti di tusuk, R =
payudara kiri, S = 5 (0-10), T = hilang timbul. Data Objektif : klien
mengeluh nyeri, wajah tampak di kerutkan, skala nyeri : 4,
menjaga area yang nyeri.
Hasil analisis data didapatkan kesimpulan bahwa klien
mengalami masalah Nyeri Kronis berhubungan dengan infiltrasi
rumor sebagai prioritas utama masalah keperawatan yang di alami.
Penerapan EBN berupa terapi relaksasi Guided Imagery and Music
sebagai terapi komplementer manajemen nyeri untuk mengurangi
nyeri pada pasien kanker payudara yang mengalami nyeri. Terapi
diberikan pada tanggal 24 september 2021, pada pukul 10.00 dan
didapatkan hasil evaluasi yaitu klien merasa nyeri yang dirasakan

73
berkurang setelah terapi relaksasi guided imagery and music, klien
dibimbing dengan music suara alam, air yang mengalir, suara
burung-burung, dan hembusan angin. Klien mengatakan nyeri
berkurang dari skala 5 menjadi skala 4.
Pada pukul 14.00 dilakukan intevensi kedua yaitu terapi
guided imagery and music sebagai terapy komplementer
manajemen nyeri, untuk mengurangi nyeri pada pasien kanker
klien mengatakan terapi music yang ke 2 ini didapatkan hasil klien
lebih rileks dan merasa nyeri yang dirasakan berkurang dengan
bimbingan imajinasi yang menenangkan, klien mengatakan skala
nyeri 4 (sedang) turun menjadi 3 (ringan).

3. Hasil penerapan EBN


6

3 Before
After
2

0
Ny.M Ny.I

74
B. HASIL LITERATUR REVIEW
1. HASIL PENILAIAN JURNAL

N PRISMA
PENULIS JUDUL TAHUN JBI RANK
O CHECKLIST
1. Giulia De Paolis, Efektivitas relaksasi otot 2019 18 8 2
Alessia Naccaratto, progresif dan citra
Filomena CibelliC, terpandu interaktif
Andrea D'Alete, sebagai
Chiara intervensi pengurangan
Mastroiannie, rasa sakit pada pasien
Laura Surdoe, kanker stadium lanjut:
Giuseppe Casalee, Uji coba
Caterina Magnani nonfarmakologis
terkontrol acak
multisenter
2. Wahyuna Sahmar, Penerapan Progressive 2018 16 6 6
Elly L. Sjattar, Muscle Relaxation Dan
Moh. Syafar Guided Imagery Dalam
Sangkala Mengatasi Keluhan
Nyeri Pada Pasien
Kanker Yang Menjalani
Kemoterapi
3. Muhammad Saleh Pengaruh Kombinasi 2018 17 8 4
Nuwa Progressive Muscle
Relaxation Dengan
Spiritual Guided
Imagery And Music
Terhadap Koping Dan
Resiliensi Pasien
Kanker Yang Menjalani
Kemoterapi
4. Asni Hasaini, The Effectiveness Of 2020 18 8 1
Muhlisoh Guided Imagery On
Cancer Pain: A
Randomized Controlled
Trial Literature Review
5. Weny Amelia, Pengaruh Guided 2020 13 8 5
Dewi Irawaty, Riri Imagery Terhadap Skala
Maria Nyeri Pada Pasien
Kanker Payudara Di
Ruangan Rawat Inap
Bedah Wanita RSUP
Dr. M. Djamil Padang
6. Baiq Emy Literature Review: 2020 14 7 7
Nurmalisa Managemen Nyeri pada
Pasien Kanker
7. Endrat Kartiko Nyeri Dan Pasien 2021 17 8 3
Utomo, Totok Kanker: Literature
Wahyudi, Review
Sitti Rahma
Soleman, Salma
Putri Hazanah,
Adinda Laras Sri
Karno Putri

75
2. HASIL ANALISIS JURNAL

No Jurnal Hasil
1 Tema : Perkembangan Paliatif Perbedaan Intensitas Nyeri (NRS pada T3-NRS
Judul : The effectiveness of pada T1) adalah 1,83 pada kelompok A dan 0,55 pada
progressive muscle relaxation and kelompok B dan signifikan pada kedua kelompok (p <
interactive guided imagery as a pain- 0,0001) dan 0,07 pada kelompok B (p > 0,05).
reducing intervention in advanced Hasil percobaan ini menunjukkan bahwa
cancer patients: A multicentre PMR−IGI dapat dianggap sebagai adjuvant yang
randomised controlled non- efektif dalam mengurangi penderitaan yang
pharmacological trial berhubungan dengan nyeri pada pasien kanker
Jenis penelitian : Quasi experiment, terminal. Studi lebih lanjut harus dilakukan untuk
pretest-posttest with control group. menilai efektivitas intervensi berulang.
Penulis : Giulia De Paolis, Alessia
Naccaratto, Filomena CibelliC,
Andrea D'Alete, Chiara
Mastroiannie, Laura Surdoe,
Giuseppe Casalee, Caterina Magnani
Tahun : 2019
Jurnal : Complementary Therapies
in Clinical Practice 34 (2019) 280–
287
2 Tema : Perkembangan Paliatif Penelitian ini memperoleh 9 jurnal yang terdiri dari
Judul : Penerapan Progressive tinjauan sistematis, RCT, dan eksperimental quasi-
Muscle Relaxation Dan Guided studyafter penilaian kritis menunjukan hasil yang
Imagery Dalam Mengatasi Keluhan positif untuk mengurangi nyeri.
Nyeri Pada Pasien Kanker Yang Terapi GI membimbing pasien untuk memikirkan
Menjalani Kemoterapi hal-hal yang indah dan dapat membuat pasien merasa
Jenis penelitian : Literature review nyaman dan bahagia, sehinggahal tersebut akan
melalui database elektronik seperti menstimulasi pelepasan endorfin ke seluruh tubuh.
google scholar, dan pubmed Efek dari pelepasan endorfin akan meningkatkan
Penulis : Wahyuna Sahmar, Elly L. perasaan damai, mengurangi stres, dan pada akhirnya
Sjattar, Moh. Syafar Sangkala akan membuat perasaan menjadi senang. Belum ada
Tahun : 2018 komplikasi atau efek yang buruk dilaporkan dari
Jurnal : JIKKHC Vol. pemberian teknik GI
01/No.01/Juni-2018
3 Tema : Perkembangan Paliatif Hasil penelitian menunjukan koping mulai
Judul : Pengaruh Kombinasi terbentuk diminggu pertam sedangkan resiliensi baru
Progressive Muscle Relaxation terbentuk diminggu kedua setelah diberi intervensi.
Dengan Spiritual Guided Imagery Hasil uji statistik diketahui p value<0,05. Hal ini
And Music Terhadap Koping Dan menunjukan secara umum terdapat perbedaan pengaruh
Resiliensi Pasien Kanker Yang yang bermakna skor koping dan resiliensi antara
Menjalani Kemoterapi kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol setelah
Jenis penelitian : Quasy diberikan kombinasi PMR dengan SGIM.
Experiment, pre and post test with
control group design
Penulis : Muhammad Saleh Nuwa
Tahun : 2018
Jurnal : IR-Perpustakaan
Universitas Airlangga
4 Tema : Perkembangan Paliatif Hasil penelitian didapatkan data 6 artikel dari 1074
Judul : The Effectiveness Of Guided hasil penelusuran. Kesimpulannya mengingat berbagai
Imagery On Cancer Pain: A komplikasi dan biaya pada pasien kanker, GI
Randomized Controlled Trial merupakan metode yang ekonomis, efektif dan efesien
Literature Review jika dikompilasikan dengan metode lain seperti, nafas
Jenis penelitian : Literature review dalam, dan progresive muscle relaxation yang dapat
melalui database elektronik seperti digunakan sebagai pengobatan tambahan yang tepat

76
google scholar, ScienceDirect, untuk menurunkan nyeri.
ProQuest, and EBSCOhost
(CINHAL, PUBMED, MEDLINE)
Penulis : Asni Hasaini, Muhlisoh
Tahun : 2020
Jurnal : Caring Nursing Journal
5 Tema : Perkembangan Paliatif Hasilnya terdapat pengaruh yang signifikan
Judul : Pengaruh Guided Imagery terhadap skala nyeri Guided Imagery pada pasien
Terhadap Skala Nyeri Pada Pasien kanker payudara (P Value = 0,000; = 0,05). Ada
Kanker Payudara Di Ruangan Rawat hubungan yang signifikan antara umur dengan skala
Inap Bedah Wanita RSUP Dr. M. nyeri (P Value = 0,000; = 0,05), dan tidak ada
Djamil Padang hubungan antara suku dengan skala nyeri.
Jenis penelitian : Quasi experiment, Hasil penelitian ini memberikan gambaran bahwa
pretest-posttest with control group. Guided Imagery dan usia 90,3% dapat menjelaskan
Penulis : Wahyuna Sahmar, Elly L. skala nyeri. Selain itu hasil persamaan yang diperoleh
Sjattar, Moh. Syafar Sangkala pada penelitian ini menunjukkan bahwa Guided
Tahun : 2020 Imagery dapat menurunkan skala nyeri dengan
Jurnal : Jurnal Keperawatan ketentuan bahwa setiap terjadi penambahan jumlah
Muhammadiyah 5 (2) 2020 mendapatkan Guided Imagery sebanyak satu kali,
maka akan terjadi penurunan skala nyeri sebesar 2,067.
Penurunan skala nyeri sebanyak 2,067 memiliki makna
yang signifikan karena pada penelitian ini
menggunakan skala nyeri NRS dengan rentang respon
nyeri 0 hingga 10. Dan setiap terjadi penambahan usia
maka akan mempengaruhi penambahan skala nyeri
sebesar 0,624
6 Tema : Perkembangan Paliatif Terdapat dua sistematik review yang yang
Judul : Literature Review: melakukan evaluasi pengaruh terapi musik terhadap
Managemen Nyeri pada Pasien nyeri pasien kanker. Kedua sistematik review tersebut
Kanker menunjukkan bahwa terapi musik memiliki pengaruh
Jenis penelitian : Literature review dalam mengurangi nyeri skala sedang (moderate) pada
melalui database elektronik seperti pasien kanker. Pasien yang mendapatkan terapi musik
Google Scholar, Ebscho, Pubmed, berkurang ketergantungan terhadap analgesik seperti
NEJM dan Proquest meperidine, fentanil dan petidine sebesar 29,7% (p
Penulis : Baiq Emy Nurmalisa value sebesar 0,055) dan berkurag 15% ketergantungan
Tahun : 2020 terhadap sedasi seperti midazolam dan propofol.
Jurnal : Lentora Nursing Journal Selain itu, 126 pasien dengan kanker dimana 90%
diantaranya mengalami nyeri melaporkan
berkurangnya skor nyeri dari 2,7 ke 2,1 pada 5 point
Visual analoge scale (VAS) setelah dilakukan terapi
musik (p value 0,001). 11 Untuk penelitian selanjutnya
terkait musik diharapkan mempertimbangkan
frekuensi, durasi, tipe musik yang akan diberikan.
7 Tema : Perkembangan Paliatif Sembilan artikel dimasukkan dalam tinjauan
Judul : Nyeri Dan Pasien Kanker: literatur. Penelitian ini menemukan bahwa pemberian
Literature Review pijat refleksi, pijat aromaterapi, pijat refleksi dan
Jenis penelitian : Literature review, relaksasi otot progresif, relaksasi otot dan guide
artikel yang relevan menggunakan imagery mampu menurunkan tingkat nyeri pada pasien
database PubMed, Science Direct kanker yang menjalani kemoterapi.
dan Google Scholar Pemberian intervensi pijat refleksi, pijat
Penulis : Endrat Kartiko Utomo, aromaterapi, pijat refleksi dan relaksasi otot progresif,
Totok Wahyudi, Sitti Rahma relaksasi otot dan guide imagery dapat menurunkan
Soleman, Salma Putri Hazanah, tingkat nyeri pada pasien yang menjalani kemoterapi.
Adinda Laras Sri Karno Putri Semua intervensi ini memiliki salah satu efek yang
Tahun : 2021 sama, khususnya merangsang serabut saraf besar untuk
Jurnal : Prosiding Seminar memblokir transmisi impuls nyeri sebelum mencapai
Informasi Kesehatan Nasional otak.

77
(SIKesNas)

C. PEMBAHASAN
Guided Imagery an Music (GIM) merupakan salah satu terapi
komplementer yang dapat diaplikasikan dengan tujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup dan menurunkan nyeri karena kanker. Terapi
GIM membimbing pasien untuk memikirkan hal-hal yang indah dan dapat
membuat pasien merasa nyaman dan bahagia, sehingga hal tersebut akan
menstimulasi pelepasan endorfin ke seluruh tubuh. Efek dari pelepasan
endorfin akan meningkatkan perasaan damai, mengurangi stres, dan pada
akhirnya akan membuat perasaan menjadi senang. Belum ada komplikasi
atau efek yang buruk dilaporkan dari pemberian teknik GI ini [ CITATION
Sah18 \l 1033 ].
Guide imagery and music adalah metode psikoterapi dengan
mendengarkan music klasik dengan keadaan santai untuk meningkatkan
imajinasi dan aktualisasi diri. Guide imagery and music adalah kombinasi
dari intervensi kognitif imagery dan terapi music, guide imagery and
music memfokuskan imajinasi klien dengan fasilitas music. Efek music
digunakann untuk memperkuat relaksasi individu sehingga imajinasi
maupun sugesti bisa dengan mudah diinduksikan [ CITATION Ami19 \l
1033 ].
Guided imagery merupakan salah satu intervensi psikososial pada
pasien kanker yang mengalami nyeri. Pasien diajarkan teknik guided
imagery. Pasien dibuat fokus pada perasaan yang membuat senang atau
melakukan distraksi seperti dengan menampilkan gambar, suara, dan
mencium sesuatu yang menyenangkan. Terapi self guided imagery
memberikan efek relaksasi pada pasien dan efektif mengurangi nyeri pada
luka pada mulut akibat kemoterapi [ CITATION Nur20 \l 1033 ].
Berbagai perawatan diberikan untuk pasien dengan tujuan yang
berbeda untuk mengontrol tanda-tanda, menghilangkan rasa nyeri,
memperpanjang hidup dan meningkatkan kualitas hidup, tetapi mereka
tidak dapat memenuhi semua kebutuhan pasien, sehingga dianggap perlu
menggunakan metode komplementer untuk mengurangi masalah pasien

78
yang tampaknya diperlukan . GI merupakan salah satu metode pengobatan
komplementar dengan penggunaan visualisasi mental (citra mental) untuk
meningkatkan mood dan kesehatan fisik. Gambaran mental dapat
didefinisikan sebagai "pikiran dengan kualitas sensorik." yang bisa kita
lihat, dengar, rasakan, cium, sentuh, atau rasakan secara mental. GI secara
positif telah digunakan secara luas dalam perawatan kanker dan telah
terbukti efektif dalam berbagai situasi seperti untuk meningkatkan
relaksasi dan mengurangi stres, meningkatkan suasana hati, mengurangi
rasa nyeri, meningkatkan sistem kekebalan, dan meminimalkan mual dan
muntah [ CITATION Has20 \l 1033 ].
Hasil penelitian menunjukan adanya pengaruh guided imagery and
music terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien ca mammae
stadium IV, pada hari pertama perlakuan nyeri sebelum di terapkan terapi
relaksasi skala nyeri 4 (sedang) setelah dilakukan terapi selama 15-30
menit pasien di bimbing dengan music skala nyeri berkurang menjadi 3
(ringan), kemudian hari ke dua terapi dilaksanakan lagi 15-30 menit
dengan music berbeda dari hari pertama, didapatkan hasil skala nyeri dari
3 (ringan) menjadi 2 (ringan).
Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang
menunjukkan bahwa PMR−IGI dapat dianggap sebagai adjuvant yang
efektif dalam mengurangi penderitaan yang berhubungan dengan nyeri
pada pasien kanker terminal. Studi lebih lanjut harus dilakukan untuk
menilai efektivitas intervensi berulang. Dalam penelitian ini intervensi
PMR-IGI memiliki dampak yang menguntungkan pada gejala bersamaan,
termasuk tekanan psikologis, yaitu kecemasan dan depresi, menunjukkan
bahwa hal itu memberikan efek pada dimensi emosional nyeri [ CITATION
Pao19 \l 1033 ]. Gagasan yang telah digunakan untuk menjelaskan efek IGI
pada persepsi nyeri adalah teori psikoneurologis, di mana penciptaan
gambar dalam pikiran seseorang akan mengaktifkan korteks serebral,
sistem limbik dan, kemudian hipotalamus, yang kemudian akan
mengaktifkan sistem saraf pusat. sistem saraf otonom [CITATION Pao19 \l
1033 ].

79
Didalam penelitian yang dilaksanakan oleh [ CITATION Ame20 \l
1033 ] Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata skala nyeri responden
kelompok kontrol sebelum diberikan prosedur mempunyai rentang skor 7-
9. Setelah diberikan prosedur terapi analgetik maka rentang skor tingkat
nyeri menjadi 5-7. Terdapat perubahan skor rentang nyeri sebelum dan
setelah diberikan prosedur pada kelompok kontrol. Hasil penelitian sesuai
dengan teori gate control yang menyatakan bahwa “pada satu waktu hanya
satu impuls yang dapat berjalan sampai sum-sum tulang belakang ke otak
dan apabila ini terisi dengan pikiran yang lain maka sensasi rasa sakit tidak
bisa dikirim ke otak sehingga rasa sakit berkurang.
Menurut [CITATION Uto21 \l 1033 ] guide imagery memberikan efek
dalam persepsi nyeri (Psikoneurologis) yaitu dengan penciptaan citra
dalam pikiran seseorang yang akhirnya dapat mengaktifkan korteks
serebral, sistem limbik dan hipotalamus untuk mengaktifkan sistem saraf
otonom. Pemberian guide imagery tidak memvisualisasikan situasi yang
berkaitan dengan kehidupan pasien atau pengalaman masa lalu yang
kemudian pasien hidupkan kembali dalam bentuk dongeng atau ingatan,
tetapi memberikan imajinasi baru dalam membangun representasi dari
suatu objek atau pengalaman baru yang sebelumnya belum pernah
dialami/dilakukan, misalkan jalan-jalan sepanjang pantai yang sepi,
melalui ladang, melalui hutan atau berada diatas gunung.
Terjadinya relaksasi dalam tubuh dipengaruhi oleh kerja sistem
saraf. Terutama system saraf otonom yaitu system saraf simpatis. Ketika
terjadi stress akan mempengaruhi system limbik sebagai self-regulating
centerdi hipotalamus yang merangsang kelenjar pituitary anterior
meningkatkan produksi ACTH. Ketika terjadi peningkatan ACTH akan
merangsang korteks adrenal untuk meningkatkan produksi kortisol dan
medulla adrenal untuk meningkatkan produksi epineprin dan norepineprin.
Sehingga akan meningkatkan konsumsi oksigen, tekanan darah dan denyut
nadi. Dan sebaliknya, ketika terjadi respon relaksasi produksi ACTH akan
menurun sehingga merangsang korteks adrenal untuk menurunkan
produksi kortisol dan medulla adrenal untuk menurunkan produksi

80
epineprin dan norepineprin. Sehingga akan menurunkan konsumsi
oksigen, tekanan darah dan denyut nadi. Dengan demikian pasien merasa
rileks [ CITATION Sah18 \l 1033 ].
Berdasarkan hasil review beberapa jurnal didapatkan bahwa 7
jurnal membahas mengenai pengaruh guided imagery and music terhadap
penurunan intensitas nyeri pada pasien yang menjalani kemoterapi yang
mengeluh nyeri, efek terapi guided imagery and music terhadap
pengurangan nyeri pada pasien cancer. Ketujuh jurnal tersebut
membuktikan bahwa terapi relakasi ini dapat mengurangi nyeri.
Mekanisme terapi GIM ini, pasien diminta untuk fokus pada perasaan
yang membuat senang atau melakukan distraksi seperti dengan
menampilkan gambar, suara, dan mencium sesuatu yang menyenangkan.
Terapi self guided imagery memberikan efek relaksasi pada pasien dan
efektif mengurangi nyeri pada luka pada mulut akibat kemoterapi.

81
BAB V

KESIMPULAN

A. KESIMPULAN
Setelah dilakukan praktek klinik keperawatan ners dalam rangka
pembuatan Karya Ilmiah Akhir Ners yang dilaksanakan pada tanggal 20
November 2021 – 10 Oktober 2021 di ruang Kemoterapi RSUD Aji
Muhammad Parikesit Tenggarong penulis mengambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Kasus kelolaan pada Ny.M, setelah di lakukan pengkajian secara
menyeluruh masalah yang ditemukan di pengkajian di kelompokan
pada analisa data.
2. Diagnosa yang diangkat adalah Nyeri Kronik berhubungan dengan
Infiltrasi Tumor.
3. Rencana asuhan keperawatan yang diharapkan dalam 2x24 jam
masalah nyeri berkurang, dengan pemberian manajemen nyeri dan
penerapan terapi komplemnteri guided imagery and music.
4. Implementasi hari pertama setelah di berikan terapi relaksasi guided
imagry and music nyeri selama 15-30 menit, nyeri berkurang dari
skala nyeri 4 (sedang) menjadi 3 (ringan), hari kedua penerapan terapi
dilaksanakan 15-30 menit dengan music yang berbeda, didapatkan
nyeri dari 3 (ringan) turun menjadi 2 (ringan).
5. Evaluasi yang dilakukan setiap hari menunjukan hasil yang positif dari
terapi guided imagery and music ini terhadap penurunan intensitas
nyeri

82
B. IMPLIKASI KEPERAWATAN
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa implikasi yang
dapat digunakan untuk peningkatan dalam bidang keperawatan, yaitu :
1. Tenaga Kesehatan (Perawat)
Dapat menerapkan secara mendiri atau kolabrasi dengan pihak
rumah sakit, didalam ruangan kemoterapi perawat dapat memutar
music relaksasi yang dapat membuat pasien nyaman dan tindakan
kemotapi yang panjang tidak membuat pasien bosan karna menunggu
tanpa adanya kegiatan yang dapat mengalihkan pikirannya.

C. SARAN
1. Bagi Penelitian Keperawatan
Peneliti selanjutnya dapat menjadikan laporan hasil praktik ners ini
sebagai sumber informasi untuk melakukan penelitian terkait
selanjutnya,
2. Bagi pendidikan Keperawatan
Bidang manajemen keperawatan dapat menjadikan hasil penelitian
laporan hasil praktik ners ini sebagai landasan untuk pengembangan
ilmu keperawatan yang aplikatif untuk selanjutnya.
3. Bagi Institusi Pelayanan
Fokus rumah sakit terhadap perawatan yang berkelanjutan seperti
unit kemoterapi tidak hanya berfokus kepada pengerjaan di klinik saja
namun untuk meningkatkan kualitas hidup pasien perawat juga harus
melakukan perawatan paliatif terhadap pasien.

83
DAFTAR PUSTAKA

Afdila, J. N. (2016). Pengaruh Terapi Guided Imagery Terhadap Tingkat Stres


Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Dalam Menyelesaikan.

Amelia, W., Irawaty, D., & Maria, R. (2020). Pengaruh Guided Imagery Terhadap
Skala Nyeri Pada Pasien Kanker Payudara Di Ruangan Rawat Inap Bedah
Wanita Rsup Dr. M. Djamil. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah.

Amin, M. F. (2019). Guide Imagery And Music (Gim) Untuk Menurunkan


Kecemasan Kompetitif Pada Atlet Sebelum Bertanding.

Fais, M. K. (2020). Uji Akurasi Diagnostik Pemeriksaan Ultrasonografi Mammae


Terhadap Pemeriksaan Histopatologi Dalam Menilai Derajat Keganasan
Tumor Payudara Di Rsup Dr. Wahidin Sudirohusodo.

Fatmawati, S. (2019). Faktor Yang Berhubungan Dengan Kanker Payudara Pada


Wanita Pasangan Usiasubur Di Rsu Vina Estetica.

Febrianti, N., Sjattar, E. L., & Dkk. (2018). Penerapan Progressive Muscle
Relaxation Dan Guided Imagery Dalam Mengatasi Keluhan Kecemasan
Pasien Kanker Yang Menjalani Kemoterapi. Jikkhc.

Hasani, A., & Muhlisoh. (2020). The Effectiveness Of Guided Imagery On


Cancer Pain: A Randomized Controlled Trial Literature Review. Caring
Nursing Journal (Cnj).

Heri, R. I. (2017). Karakteristik Pasien Kanker Payudara Di Rs Wahidin


Sudirohusodo.

Karnila. (2018). Perbandingan Kualitas Hidup Pasien Ca Mammae Dengan


Menggunakan Kuesioner Eortc-C30 Dan Qol Breast Cancer Version Yang
Menjalani Kemoterapi Di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin
Sudirohusodo.

Kemenkes Ri. (2014). Panduan Penatalaksanaan Kaker Payudara Komite


Penanggulangan Kanker Nasional.

Kemenkes Ri. (2019). Infodatin Pusat Data Dan Informasi Kementrian


Kesehatan Ri. Retrieved From Beban Kanker Di Indonesia.

Mayasari, T. (N.D.). Pemberian Terapi Guided Imagery Dan Iringan Musik Untuk
Meningkatkan Kualitas Tidur Pada Asuhan Keperawatan Nn. Y Dengan
Post Operasi Apendiksitis Di Ruang Kantil I Rsud Karanganyar.

84
Nurmalisa, B. (2020). Literature Review: Managemen Nyeri Pada Pasien Kanker.
Lentora Nursing Journal.

Nuwa, M. S. (2018). Pengaruh Kombinasi Progresif Muscle Relaxation Dengan


Guided Imagery And Music Terhadap Koping Dan Resiliensi Pasien
Kanker Yang Mengalami Kemoterapi.

Paolis, G. D., Naccarato, A., Cibelli, F., D'alete, A., Mastroianni, C., Surdo, L., Et
Al. (2019). The Effectiveness Of Progressive Muscle Relaxation And
Interactive Guided Imagery As A Pain-Reducing Intervention In
Advanced Cancer Patients: A Multicentre Randomised Controlled Non-
Pharmacological Trial. Complementary Therapies In Clinical Practice.

Sahmar, W., Sjattar, E., & Sangkala, M. (2018). Penerapan Progressive Muscle
Relaxation Dan Guided Imagery Dalam Mengatasi Keluhan Nyeri Pada
Pasien Kanker Yang Menjalani Kemoterapi. Jikkhc.

Sucipto, A. Y. (2012). Pengaruh Relaksasi Guided Imagery Terhadap Tingkat


Nyeri Pada Pasien Pasca Operasi Cecarea Di Rumah Sakit Didaerah Dr.
Soebandi Jember.

Sunita. (2021). Epidemiologi Kanker Payudara. Retrieved From Alomedika :


Https://Www.Alomedika.Com/Penyakit/Onkologi/Kanker-
Payudara/Epidemiologi

Syamsuddin, S. (2020). Hubungan Efek Samping Kemoterapi Dengan Kualitas


Hidup Pasien Kanker Payudara Di Rumah Sakit Ibnu Sina.

Ulinnuha, T. (2017). Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap


Penurunan Tingkat Nyeri Pada Lansia Dengan Rheumatoid Atritis.

Utomo, E. K., Wahyudi, T., Soleman, S. R., Hazanah, S. P., & Putri, A. L. (2021).
Nyeri Dan Pasien Kanker: Literature Review. Prosiding Seminar
Informasi Kesehatan Nasional.

Wijaya, Y. (2018). Analisa Faktor Risiko Kejadian Ca Mamae Di Poli Bedah


Onkologi Rumkital Dr. Ramelan.

Wisnu, Y. (2018). Epidemiologi Dan Deteksi Ca Mamma Berdasarkan Evidence


Based. Retrieved From Smc Rs> Telogorejo: Https://Www.Smc-
Hospital.Com/Epidemiologi-Dan-Deteksi-Ca-Mamma-Berdasarkan-
Evidence-Based/

World Health Organization. (2020). Indonesia Source: Globocan 2020. Retrieved


From International Agency For Research On Cancer:

85
Https://Gco.Iarc.Fr/Today/Data/Factsheets/Populations/360-Indonesia-
Fact-Sheets.Pdf

World Health Organization. (2020). World Source: Globocan 2020. Retrieved


From International Agency For Research On Cancer:
Https://Gco.Iarc.Fr/Today/Data/Factsheets/Populations/900-World-Fact-
Sheets.Pdf

Yanti, M. (2016). Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Wanita Di Poliklinik


Bedah Rsup Dr. M. Djamil.

86
LAMPIRAN-LAMPIRAN

87
DOKUMENTASI KEGIATAN

88
STANDAR OPRASIONAL PROSEDUR

JUDUL SOP :
GUIDED IMAGERY AND MUSIC RELAXATION
ITKES
WIYATA HUSADA
SAMARINDA

PROSEDUR TETAP

PENGERTIAN Guided imagery adalah teknik relaksasi yang bisa digunakan untuk
mengurangi nyeri, dan digunakan dalam manajemen nyeri dengan
membimbing klien pada imajinasinya masing-masing, dipandu oleh
instruktur [ CITATION Suc12 \l 1033 ].
TUJUAN 1. Untuk mengurangi nyeri;
2. Menurunkan stres;
3. Meningkatkan kenyamanan
INDIKASI 1. Nyeri;
2. Nyeri kepala/pusing;
3. Nyeri kronik leher dan tulang belakang;
4. Sindrom premenstruasi.
KONTRAINDIKASI 1. Pada pasien yang mengalami agitasi/kegelisahan, ketakutan
PERSIAPAN PASIEN Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien
PERSIAPAN ALAT 1. Rekaman relaksasi Guided Imagery
2. Tempat tidur/kursi yang nyaman.
TAHAP KERJA 2. Baca status dan data pasien untuk memastikan tindakan yang akan
dilakukan
3. Cek alat-alat yang akan digunakan
4. Beri salam dan panggil nama pasien sesuai dengan namanya
5. Perkenalkan nama perawat
6. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien
7. Jelaskan tujuan tindakan dilakukan
8. Kaji faktor-faktor yang menjadi kotraindikasi dilakukannya guided
imagery
9. Beri kesempatan pasien untuk bertanya
10. Tanyakan keluhan pasien saat ini
11. Periksa tanda vital pasien sebelum memulai guided imagery (terutama
nadi dan tekanan darah)
12. Atur tempat tidur pada posisi yang nyaman
13. Tutup pintu atau kordin
14. Anjurkan klien untuk memilih posisi duduk atau tidur
15. Bantu klien pada posisi yang nyaman
16. Minta klien untuk menutup mata
17. Minta klien untuk bernafas dalam pelan-pelan 3-5 kali sampai klien
merasa rileks
18. Nyalakan musik instrumen yang slow
19. Minta klien untuk membayangkan saat ini klien berada didaerah yang
disukai klien (misal di pantai, gunung, taman air terjun, dll) bersama
dengan orang yang dicintai
20. Minta klien untuk menikmati bayangan yang diciptakannya, minta klien
untuk berfokus pada satu bayangan
21. Jika klien tidak dapat menciptakan bayangannya, berikan sensasi yang

89
dapat menimbulkan suasana rileks. Misalnya dengarkan suara air
gemericik atau berikan aroma bunga yang disukai klien
22. Jika klien menunjukkan tanda agitasi, gelisah atau tidak nyaman,
hentikan latihan
23. Setelah kurang lebih 20-30 menit, minta pasien untuk nafas dalam
beberapa kali sambil mulailah kembali ke kondisi sekarang untuk
mengakhiri teknik guided imagery
24. Minta klien un tuk membuka matanya dan tersenyum
25. Bereskan dan rapikan alat
26. Buka gordin/pintu kamar pasien
27. Kaji kembali tekanan darah dan nadi
28. Catat hal-hal yang yerjadi selama latihan
29. Berikan reinforcemen pada pasien
30. Buat kontrak pertemuan selanjutnya
31. Akhiri kegiatan dengan baik
EVALUASI 1. Tanyakan kepada pasien bagaimana perasaannya sekarang
2. Tanyakan kelelahan yang dirasakan
3. Kaji skala nyeri pasien setelah dilakukan guided imagery
SUMBER Sucipto, A. Y. (2012). Pengaruh Relaksasi Guided imagery terhadap tingkat
nyeri pada pasien pasca operasi cecarea di rumah sakit didaerah dr.
Soebandi Jember.

90
Pemeriksaan Prisma

JUDUL : THE EFFECTIVENESS OF PROGRESSIVE MUSCLE RELAXATION AND


INTERACTIVE GUIDED IMAGERY AS A PAIN-REDUCING INTERVENTION IN
ADVANCED CANCER PATIENTS: A MULTICENTRE RANDOMISED CONTROLLED
NON-PHARMACOLOGICAL TRIAL
Judul 1 Identifikasi laporan sebagai tinjauan sistematis, meta-analisis, √
atau keduanya.
ABSTRAK
Ringkasan terstruktur 2 Berikan ringkasan terstruktur termasuk, sebagaimana berlaku: √
latar belakang; tujuan; sumber data; kriteria kelayakan studi,
peserta, dan intervensi; metode penilaian dan sintesis studi;
hasil; keterbatasan; kesimpulan dan implikasi dari temuan
kunci; nomor registrasi tinjauan sistematis.
PENGANTAR
Alasan 3 Jelaskan alasan untuk tinjauan dalam konteks apa yang sudah √
diketahui.
Tujuan 4 Berikan pernyataan eksplisit dari pertanyaan yang ditujukan √
dengan mengacu pada peserta, intervensi, perbandingan,
hasil, dan desain studi (PICOS).
METODE
Protokol dan 5 Tunjukkan jika ada protokol tinjauan, jika dan di mana -
pendaftaran protokol tersebut dapat diakses (misalnya, Web alamat), dan,
jika tersedia, berikan informasi pendaftaran termasuk nomor
pendaftaran.
Kriteria kelayakan 6 Tentukan karakteristik studi (misalnya, PICOS, lama tindak √
lanjut) dan karakteristik laporan (misalnya, tahun
dipertimbangkan, bahasa, status publikasi) digunakan sebagai
kriteria kelayakan, memberikan alasan.
Sumber informasi 7 Jelaskan semua sumber informasi (misalnya, database dengan √
tanggal cakupan, kontak dengan penulis studi untuk
mengidentifikasi studi tambahan) dalam pencarian dan
tanggal pencarian terakhir.
Mencari 8 Menyajikan strategi pencarian elektronik lengkap untuk √
setidaknya satu database, termasuk batasan apa pun yang
digunakan, sehingga dapat diulang.
Pilihan studi 9 Nyatakan proses untuk memilih studi (yaitu, penyaringan, √
kelayakan, termasuk dalam tinjauan sistematis, dan, jika
berlaku, termasuk dalam meta-analisis).
Proses pengumpulan 10 Jelaskan metode ekstraksi data dari laporan (misalnya, √
data formulir uji coba, independen, dalam rangkap) dan setiap
proses untuk memperoleh dan mengkonfirmasi data dari
penyidik.
Item data 11 Daftar dan tentukan semua variabel yang datanya dicari -
(misalnya, PICOS, pendanaan sumber) dan asumsi dan
penyederhanaan yang dibuat.
Risiko bias dalam 12 Jelaskan metode yang digunakan untuk menilai risiko bias -
studi individu studi individu (termasuk spesifikasi apakah ini dilakukan
pada studi atau tingkat hasil), dan bagaimana informasi ini
digunakan dalam sintesis data apa pun.
Langkah-langkah 13 Nyatakan langkah-langkah ringkasan utama (misalnya, rasio √
ringkasan risiko, perbedaan sarana).
Sintesis hasil 14 Jelaskan metode penanganan data dan penggabungan hasil -
studi, jika dilakukan, termasuk ukuran konsistensi (misalnya,
I2 untuk setiap meta-analisis.
Risiko bias di seluruh 15 Tentukan penilaian risiko bias yang dapat mempengaruhi -
studi bukti kumulatif (Misalnya, bias publikasi, pelaporan selektif

91
dalam studi).
Analisis tambahan 16 Jelaskan metode analisis tambahan (misalnya, sensitivitas -
atau subkelompok) analisis, meta-regresi), jika dilakukan,
menunjukkan yang telah ditentukan sebelumnya.
HASIL
Pilihan studi 17 Berikan jumlah studi yang disaring, dinilai kelayakannya, dan √
dimasukkan dalam tinjauan, dengan alasan pengecualian pada
setiap tahap, idealnya dengan diagram alir.
Karakteristik studi 18 Untuk setiap studi, menyajikan karakteristik yang datanya √
diekstraksi (misalnya, ukuran studi, PICOS, periode tindak
lanjut) dan berikan kutipan.
Risiko bias dalam 19 Sajikan data tentang risiko bias dari setiap studi dan, jika -
studi tersedia, tingkat hasil apa pun penilaian (lihat butir 12).
Hasil individu studi 20 Untuk semua hasil yang dipertimbangkan (manfaat atau √
bahaya), hadir, untuk setiap studi: (a) ringkasan data
sederhana untuk setiap kelompok intervensi (b) perkiraan
efek dan interval kepercayaan, idealnya dengan plot hutan.
Sintesis hasil 21 Sajikan hasil dari setiap meta-analisis yang dilakukan, √
termasuk interval kepercayaan dan ukuran konsistensi.
Risiko bias di seluruh 22 Sajikan hasil penilaian risiko bias di seluruh studi (lihat Butir -
studi 15).
Analisis tambahan 23 Berikan hasil analisis tambahan, jika dilakukan (misalnya, -
analisis sensitivitas atau subkelompok, meta-regresi [lihat
Butir 16]).
DISKUSI
Ringkasan bukti 24 Meringkas temuan utama termasuk kekuatan bukti untuk √
masing-masing utama hasil; pertimbangkan relevansinya
dengan kelompok kunci (misalnya, penyedia layanan
kesehatan, pengguna, dan pembuat kebijakan).
Keterbatasan 25 Diskusikan keterbatasan pada studi dan tingkat hasil -
(misalnya, risiko bias), dan pada tingkat tinjauan (misalnya,
pengambilan tidak lengkap dari penelitian yang diidentifikasi,
bias pelaporan).
Kesimpulan 26 Memberikan interpretasi umum dari hasil dalam konteks √
bukti lain, dan implikasi untuk penelitian masa depan
PENANDAAN
Penandaan 27 Jelaskan sumber pendanaan untuk tinjauan sistematis dan -
dukungan lainnya (misalnya, penyediaan data); peran
penyandang dana untuk tinjauan sistematis.
Jumlah 16

92
JUDUL : PENERAPAN PROGRESSIVE MUSCLE RELAXATION DAN GUIDED IMAGERY
DALAM MENGATASI KELUHAN NYERI PADA PASIEN KANKER YANG MENJALANI
KEMOTERAPI
Judul 1 Identifikasi laporan sebagai tinjauan sistematis, meta-analisis, √
atau keduanya.
ABSTRAK
Ringkasan terstruktur 2 Berikan ringkasan terstruktur termasuk, sebagaimana berlaku: √
latar belakang; tujuan; sumber data; kriteria kelayakan studi,
peserta, dan intervensi; metode penilaian dan sintesis studi;
hasil; keterbatasan; kesimpulan dan implikasi dari temuan
kunci; nomor registrasi tinjauan sistematis.
PENGANTAR
Alasan 3 Jelaskan alasan untuk tinjauan dalam konteks apa yang sudah √
diketahui.
Tujuan 4 Berikan pernyataan eksplisit dari pertanyaan yang ditujukan √
dengan mengacu pada peserta, intervensi, perbandingan,
hasil, dan desain studi (PICOS).
METODE
Protokol dan 5 Tunjukkan jika ada protokol tinjauan, jika dan di mana √
pendaftaran protokol tersebut dapat diakses (misalnya, Web alamat), dan,
jika tersedia, berikan informasi pendaftaran termasuk nomor
pendaftaran.
Kriteria kelayakan 6 Tentukan karakteristik studi (misalnya, PICOS, lama tindak √
lanjut) dan karakteristik laporan (misalnya, tahun
dipertimbangkan, bahasa, status publikasi) digunakan sebagai
kriteria kelayakan, memberikan alasan.
Sumber informasi 7 Jelaskan semua sumber informasi (misalnya, database dengan √
tanggal cakupan, kontak dengan penulis studi untuk
mengidentifikasi studi tambahan) dalam pencarian dan
tanggal pencarian terakhir.
Mencari 8 Menyajikan strategi pencarian elektronik lengkap untuk √
setidaknya satu database, termasuk batasan apa pun yang
digunakan, sehingga dapat diulang.
Pilihan studi 9 Nyatakan proses untuk memilih studi (yaitu, penyaringan, √
kelayakan, termasuk dalam tinjauan sistematis, dan, jika
berlaku, termasuk dalam meta-analisis).
Proses pengumpulan 10 Jelaskan metode ekstraksi data dari laporan (misalnya, √
data formulir uji coba, independen, dalam rangkap) dan setiap
proses untuk memperoleh dan mengkonfirmasi data dari
penyidik.
Item data 11 Daftar dan tentukan semua variabel yang datanya dicari √
(misalnya, PICOS, pendanaan sumber) dan asumsi dan
penyederhanaan yang dibuat.
Risiko bias dalam 12 Jelaskan metode yang digunakan untuk menilai risiko bias √
studi individu studi individu (termasuk spesifikasi apakah ini dilakukan
pada studi atau tingkat hasil), dan bagaimana informasi ini
digunakan dalam sintesis data apa pun.
Langkah-langkah 13 Nyatakan langkah-langkah ringkasan utama (misalnya, rasio √
ringkasan risiko, perbedaan sarana).
Sintesis hasil 14 Jelaskan metode penanganan data dan penggabungan hasil -
studi, jika dilakukan, termasuk ukuran konsistensi (misalnya,
I2 untuk setiap meta-analisis.
Risiko bias di seluruh 15 Tentukan penilaian risiko bias yang dapat mempengaruhi -
studi bukti kumulatif (Misalnya, bias publikasi, pelaporan selektif
dalam studi).
Analisis tambahan 16 Jelaskan metode analisis tambahan (misalnya, sensitivitas -
atau subkelompok) analisis, meta-regresi), jika dilakukan,

93
menunjukkan yang telah ditentukan sebelumnya.
HASIL
Pilihan studi 17 Berikan jumlah studi yang disaring, dinilai kelayakannya, dan -
dimasukkan dalam tinjauan, dengan alasan pengecualian pada
setiap tahap, idealnya dengan diagram alir.
Karakteristik studi 18 Untuk setiap studi, menyajikan karakteristik yang datanya √
diekstraksi (misalnya, ukuran studi, PICOS, periode tindak
lanjut) dan berikan kutipan.
Risiko bias dalam 19 Sajikan data tentang risiko bias dari setiap studi dan, jika √
studi tersedia, tingkat hasil apa pun penilaian (lihat butir 12).
Hasil individu studi 20 Untuk semua hasil yang dipertimbangkan (manfaat atau √
bahaya), hadir, untuk setiap studi: (a) ringkasan data
sederhana untuk setiap kelompok intervensi (b) perkiraan
efek dan interval kepercayaan, idealnya dengan plot hutan.
Sintesis hasil 21 Sajikan hasil dari setiap meta-analisis yang dilakukan, -
termasuk interval kepercayaan dan ukuran konsistensi.
Risiko bias di seluruh 22 Sajikan hasil penilaian risiko bias di seluruh studi (lihat Butir -
studi 15).
Analisis tambahan 23 Berikan hasil analisis tambahan, jika dilakukan (misalnya, -
analisis sensitivitas atau subkelompok, meta-regresi [lihat
Butir 16]).
DISKUSI
Ringkasan bukti 24 Meringkas temuan utama termasuk kekuatan bukti untuk √
masing-masing utama hasil; pertimbangkan relevansinya
dengan kelompok kunci (misalnya, penyedia layanan
kesehatan, pengguna, dan pembuat kebijakan).
Keterbatasan 25 Diskusikan keterbatasan pada studi dan tingkat hasil -
(misalnya, risiko bias), dan pada tingkat tinjauan (misalnya,
pengambilan tidak lengkap dari penelitian yang diidentifikasi,
bias pelaporan).
Kesimpulan 26 Memberikan interpretasi umum dari hasil dalam konteks √
bukti lain, dan implikasi untuk penelitian masa depan
PENANDAAN
Penandaan 27 Jelaskan sumber pendanaan untuk tinjauan sistematis dan -
dukungan lainnya (misalnya, penyediaan data); peran
penyandang dana untuk tinjauan sistematis.
Jumlah 18

94
JUDUL : PENGARUH KOMBINASI PROGRESIVE MUSCLE RELAXATION DENGAN
SPIRITUAL GUIDED IMAGERY AND MUSIC TERHADAP KOPING DAN RESILIENSI
PASIEN KANKER YANG MENJALANI KEMOTERAPI
Judul 1 Identifikasi laporan sebagai tinjauan sistematis, meta-analisis, √
atau keduanya.
ABSTRAK
Ringkasan terstruktur 2 Berikan ringkasan terstruktur termasuk, sebagaimana berlaku: √
latar belakang; tujuan; sumber data; kriteria kelayakan studi,
peserta, dan intervensi; metode penilaian dan sintesis studi;
hasil; keterbatasan; kesimpulan dan implikasi dari temuan
kunci; nomor registrasi tinjauan sistematis.
PENGANTAR
Alasan 3 Jelaskan alasan untuk tinjauan dalam konteks apa yang sudah √
diketahui.
Tujuan 4 Berikan pernyataan eksplisit dari pertanyaan yang ditujukan √
dengan mengacu pada peserta, intervensi, perbandingan,
hasil, dan desain studi (PICOS).
METODE
Protokol dan 5 Tunjukkan jika ada protokol tinjauan, jika dan di mana -
pendaftaran protokol tersebut dapat diakses (misalnya, Web alamat), dan,
jika tersedia, berikan informasi pendaftaran termasuk nomor
pendaftaran.
Kriteria kelayakan 6 Tentukan karakteristik studi (misalnya, PICOS, lama tindak √
lanjut) dan karakteristik laporan (misalnya, tahun
dipertimbangkan, bahasa, status publikasi) digunakan sebagai
kriteria kelayakan, memberikan alasan.
Sumber informasi 7 Jelaskan semua sumber informasi (misalnya, database dengan √
tanggal cakupan, kontak dengan penulis studi untuk
mengidentifikasi studi tambahan) dalam pencarian dan
tanggal pencarian terakhir.
Mencari 8 Menyajikan strategi pencarian elektronik lengkap untuk √
setidaknya satu database, termasuk batasan apa pun yang
digunakan, sehingga dapat diulang.
Pilihan studi 9 Nyatakan proses untuk memilih studi (yaitu, penyaringan, √
kelayakan, termasuk dalam tinjauan sistematis, dan, jika
berlaku, termasuk dalam meta-analisis).
Proses pengumpulan 10 Jelaskan metode ekstraksi data dari laporan (misalnya, √
data formulir uji coba, independen, dalam rangkap) dan setiap
proses untuk memperoleh dan mengkonfirmasi data dari
penyidik.
Item data 11 Daftar dan tentukan semua variabel yang datanya dicari √
(misalnya, PICOS, pendanaan sumber) dan asumsi dan
penyederhanaan yang dibuat.
Risiko bias dalam 12 Jelaskan metode yang digunakan untuk menilai risiko bias -
studi individu studi individu (termasuk spesifikasi apakah ini dilakukan
pada studi atau tingkat hasil), dan bagaimana informasi ini
digunakan dalam sintesis data apa pun.
Langkah-langkah 13 Nyatakan langkah-langkah ringkasan utama (misalnya, rasio √
ringkasan risiko, perbedaan sarana).
Sintesis hasil 14 Jelaskan metode penanganan data dan penggabungan hasil -
studi, jika dilakukan, termasuk ukuran konsistensi (misalnya,
I2 untuk setiap meta-analisis.
Risiko bias di seluruh 15 Tentukan penilaian risiko bias yang dapat mempengaruhi -
studi bukti kumulatif (Misalnya, bias publikasi, pelaporan selektif
dalam studi).
Analisis tambahan 16 Jelaskan metode analisis tambahan (misalnya, sensitivitas -
atau subkelompok) analisis, meta-regresi), jika dilakukan,

95
menunjukkan yang telah ditentukan sebelumnya.
HASIL
Pilihan studi 17 Berikan jumlah studi yang disaring, dinilai kelayakannya, dan -
dimasukkan dalam tinjauan, dengan alasan pengecualian pada
setiap tahap, idealnya dengan diagram alir.
Karakteristik studi 18 Untuk setiap studi, menyajikan karakteristik yang datanya -
diekstraksi (misalnya, ukuran studi, PICOS, periode tindak
lanjut) dan berikan kutipan.
Risiko bias dalam 19 Sajikan data tentang risiko bias dari setiap studi dan, jika -
studi tersedia, tingkat hasil apa pun penilaian (lihat butir 12).
Hasil individu studi 20 Untuk semua hasil yang dipertimbangkan (manfaat atau √
bahaya), hadir, untuk setiap studi: (a) ringkasan data
sederhana untuk setiap kelompok intervensi (b) perkiraan
efek dan interval kepercayaan, idealnya dengan plot hutan.
Sintesis hasil 21 Sajikan hasil dari setiap meta-analisis yang dilakukan, √
termasuk interval kepercayaan dan ukuran konsistensi.
Risiko bias di seluruh 22 Sajikan hasil penilaian risiko bias di seluruh studi (lihat Butir -
studi 15).
Analisis tambahan 23 Berikan hasil analisis tambahan, jika dilakukan (misalnya, -
analisis sensitivitas atau subkelompok, meta-regresi [lihat
Butir 16]).
DISKUSI
Ringkasan bukti 24 Meringkas temuan utama termasuk kekuatan bukti untuk √
masing-masing utama hasil; pertimbangkan relevansinya
dengan kelompok kunci (misalnya, penyedia layanan
kesehatan, pengguna, dan pembuat kebijakan).
Keterbatasan 25 Diskusikan keterbatasan pada studi dan tingkat hasil -
(misalnya, risiko bias), dan pada tingkat tinjauan (misalnya,
pengambilan tidak lengkap dari penelitian yang diidentifikasi,
bias pelaporan).
Kesimpulan 26 Memberikan interpretasi umum dari hasil dalam konteks √
bukti lain, dan implikasi untuk penelitian masa depan
PENANDAAN
Penandaan 27 Jelaskan sumber pendanaan untuk tinjauan sistematis dan √
dukungan lainnya (misalnya, penyediaan data); peran
penyandang dana untuk tinjauan sistematis.
Jumlah 17

96
JUDUL : EFEKTIVITAS GUIDED IMAGERY TERHADAP NYERI PASIEN KANKER: A
RANDOMIZED CONTROLLED TRIAL LITERATURE REVIEW
Judul 1 Identifikasi laporan sebagai tinjauan sistematis, meta-analisis, √
atau keduanya.
ABSTRAK
Ringkasan terstruktur 2 Berikan ringkasan terstruktur termasuk, sebagaimana berlaku: √
latar belakang; tujuan; sumber data; kriteria kelayakan studi,
peserta, dan intervensi; metode penilaian dan sintesis studi;
hasil; keterbatasan; kesimpulan dan implikasi dari temuan
kunci; nomor registrasi tinjauan sistematis.
PENGANTAR
Alasan 3 Jelaskan alasan untuk tinjauan dalam konteks apa yang sudah √
diketahui.
Tujuan 4 Berikan pernyataan eksplisit dari pertanyaan yang ditujukan √
dengan mengacu pada peserta, intervensi, perbandingan,
hasil, dan desain studi (PICOS).
METODE
Protokol dan 5 Tunjukkan jika ada protokol tinjauan, jika dan di mana √
pendaftaran protokol tersebut dapat diakses (misalnya, Web alamat), dan,
jika tersedia, berikan informasi pendaftaran termasuk nomor
pendaftaran.
Kriteria kelayakan 6 Tentukan karakteristik studi (misalnya, PICOS, lama tindak √
lanjut) dan karakteristik laporan (misalnya, tahun
dipertimbangkan, bahasa, status publikasi) digunakan sebagai
kriteria kelayakan, memberikan alasan.
Sumber informasi 7 Jelaskan semua sumber informasi (misalnya, database dengan √
tanggal cakupan, kontak dengan penulis studi untuk
mengidentifikasi studi tambahan) dalam pencarian dan
tanggal pencarian terakhir.
Mencari 8 Menyajikan strategi pencarian elektronik lengkap untuk √
setidaknya satu database, termasuk batasan apa pun yang
digunakan, sehingga dapat diulang.
Pilihan studi 9 Nyatakan proses untuk memilih studi (yaitu, penyaringan, √
kelayakan, termasuk dalam tinjauan sistematis, dan, jika
berlaku, termasuk dalam meta-analisis).
Proses pengumpulan 10 Jelaskan metode ekstraksi data dari laporan (misalnya, √
data formulir uji coba, independen, dalam rangkap) dan setiap
proses untuk memperoleh dan mengkonfirmasi data dari
penyidik.
Item data 11 Daftar dan tentukan semua variabel yang datanya dicari √
(misalnya, PICOS, pendanaan sumber) dan asumsi dan
penyederhanaan yang dibuat.
Risiko bias dalam 12 Jelaskan metode yang digunakan untuk menilai risiko bias -
studi individu studi individu (termasuk spesifikasi apakah ini dilakukan
pada studi atau tingkat hasil), dan bagaimana informasi ini
digunakan dalam sintesis data apa pun.
Langkah-langkah 13 Nyatakan langkah-langkah ringkasan utama (misalnya, rasio √
ringkasan risiko, perbedaan sarana).
Sintesis hasil 14 Jelaskan metode penanganan data dan penggabungan hasil -
studi, jika dilakukan, termasuk ukuran konsistensi (misalnya,
I2 untuk setiap meta-analisis.
Risiko bias di seluruh 15 Tentukan penilaian risiko bias yang dapat mempengaruhi -
studi bukti kumulatif (Misalnya, bias publikasi, pelaporan selektif
dalam studi).
Analisis tambahan 16 Jelaskan metode analisis tambahan (misalnya, sensitivitas -
atau subkelompok) analisis, meta-regresi), jika dilakukan,
menunjukkan yang telah ditentukan sebelumnya.

97
HASIL
Pilihan studi 17 Berikan jumlah studi yang disaring, dinilai kelayakannya, dan √
dimasukkan dalam tinjauan, dengan alasan pengecualian pada
setiap tahap, idealnya dengan diagram alir.
Karakteristik studi 18 Untuk setiap studi, menyajikan karakteristik yang datanya √
diekstraksi (misalnya, ukuran studi, PICOS, periode tindak
lanjut) dan berikan kutipan.
Risiko bias dalam 19 Sajikan data tentang risiko bias dari setiap studi dan, jika -
studi tersedia, tingkat hasil apa pun penilaian (lihat butir 12).
Hasil individu studi 20 Untuk semua hasil yang dipertimbangkan (manfaat atau √
bahaya), hadir, untuk setiap studi: (a) ringkasan data
sederhana untuk setiap kelompok intervensi (b) perkiraan
efek dan interval kepercayaan, idealnya dengan plot hutan.
Sintesis hasil 21 Sajikan hasil dari setiap meta-analisis yang dilakukan, √
termasuk interval kepercayaan dan ukuran konsistensi.
Risiko bias di seluruh 22 Sajikan hasil penilaian risiko bias di seluruh studi (lihat Butir -
studi 15).
Analisis tambahan 23 Berikan hasil analisis tambahan, jika dilakukan (misalnya, -
analisis sensitivitas atau subkelompok, meta-regresi [lihat
Butir 16]).
DISKUSI
Ringkasan bukti 24 Meringkas temuan utama termasuk kekuatan bukti untuk √
masing-masing utama hasil; pertimbangkan relevansinya
dengan kelompok kunci (misalnya, penyedia layanan
kesehatan, pengguna, dan pembuat kebijakan).
Keterbatasan 25 Diskusikan keterbatasan pada studi dan tingkat hasil -
(misalnya, risiko bias), dan pada tingkat tinjauan (misalnya,
pengambilan tidak lengkap dari penelitian yang diidentifikasi,
bias pelaporan).
Kesimpulan 26 Memberikan interpretasi umum dari hasil dalam konteks √
bukti lain, dan implikasi untuk penelitian masa depan
PENANDAAN
Penandaan 27 Jelaskan sumber pendanaan untuk tinjauan sistematis dan -
dukungan lainnya (misalnya, penyediaan data); peran
penyandang dana untuk tinjauan sistematis.
Jumlah 18

98
JUDUL : PENGARUH GUIDED IMAGERY TERHADAP SKALA NYERI PADA PASIEN
KANKER PAYUDARA DI RUANGAN RAWAT INAP BEDAH WANITA RSUP DR. M.
DJAMIL PADANG
Judul 1 Identifikasi laporan sebagai tinjauan sistematis, meta-analisis, √
atau keduanya.
ABSTRAK
Ringkasan terstruktur 2 Berikan ringkasan terstruktur termasuk, sebagaimana berlaku: √
latar belakang; tujuan; sumber data; kriteria kelayakan studi,
peserta, dan intervensi; metode penilaian dan sintesis studi;
hasil; keterbatasan; kesimpulan dan implikasi dari temuan
kunci; nomor registrasi tinjauan sistematis.
PENGANTAR
Alasan 3 Jelaskan alasan untuk tinjauan dalam konteks apa yang sudah √
diketahui.
Tujuan 4 Berikan pernyataan eksplisit dari pertanyaan yang ditujukan √
dengan mengacu pada peserta, intervensi, perbandingan,
hasil, dan desain studi (PICOS).
METODE
Protokol dan 5 Tunjukkan jika ada protokol tinjauan, jika dan di mana -
pendaftaran protokol tersebut dapat diakses (misalnya, Web alamat), dan,
jika tersedia, berikan informasi pendaftaran termasuk nomor
pendaftaran.
Kriteria kelayakan 6 Tentukan karakteristik studi (misalnya, PICOS, lama tindak √
lanjut) dan karakteristik laporan (misalnya, tahun
dipertimbangkan, bahasa, status publikasi) digunakan sebagai
kriteria kelayakan, memberikan alasan.
Sumber informasi 7 Jelaskan semua sumber informasi (misalnya, database dengan √
tanggal cakupan, kontak dengan penulis studi untuk
mengidentifikasi studi tambahan) dalam pencarian dan
tanggal pencarian terakhir.
Mencari 8 Menyajikan strategi pencarian elektronik lengkap untuk -
setidaknya satu database, termasuk batasan apa pun yang
digunakan, sehingga dapat diulang.
Pilihan studi 9 Nyatakan proses untuk memilih studi (yaitu, penyaringan, -
kelayakan, termasuk dalam tinjauan sistematis, dan, jika
berlaku, termasuk dalam meta-analisis).
Proses pengumpulan 10 Jelaskan metode ekstraksi data dari laporan (misalnya, √
data formulir uji coba, independen, dalam rangkap) dan setiap
proses untuk memperoleh dan mengkonfirmasi data dari
penyidik.
Item data 11 Daftar dan tentukan semua variabel yang datanya dicari √
(misalnya, PICOS, pendanaan sumber) dan asumsi dan
penyederhanaan yang dibuat.
Risiko bias dalam 12 Jelaskan metode yang digunakan untuk menilai risiko bias -
studi individu studi individu (termasuk spesifikasi apakah ini dilakukan
pada studi atau tingkat hasil), dan bagaimana informasi ini
digunakan dalam sintesis data apa pun.
Langkah-langkah 13 Nyatakan langkah-langkah ringkasan utama (misalnya, rasio -
ringkasan risiko, perbedaan sarana).
Sintesis hasil 14 Jelaskan metode penanganan data dan penggabungan hasil -
studi, jika dilakukan, termasuk ukuran konsistensi (misalnya,
I2 untuk setiap meta-analisis.
Risiko bias di seluruh 15 Tentukan penilaian risiko bias yang dapat mempengaruhi -
studi bukti kumulatif (Misalnya, bias publikasi, pelaporan selektif
dalam studi).
Analisis tambahan 16 Jelaskan metode analisis tambahan (misalnya, sensitivitas -
atau subkelompok) analisis, meta-regresi), jika dilakukan,

99
menunjukkan yang telah ditentukan sebelumnya.
HASIL
Pilihan studi 17 Berikan jumlah studi yang disaring, dinilai kelayakannya, dan -
dimasukkan dalam tinjauan, dengan alasan pengecualian pada
setiap tahap, idealnya dengan diagram alir.
Karakteristik studi 18 Untuk setiap studi, menyajikan karakteristik yang datanya √
diekstraksi (misalnya, ukuran studi, PICOS, periode tindak
lanjut) dan berikan kutipan.
Risiko bias dalam 19 Sajikan data tentang risiko bias dari setiap studi dan, jika -
studi tersedia, tingkat hasil apa pun penilaian (lihat butir 12).
Hasil individu studi 20 Untuk semua hasil yang dipertimbangkan (manfaat atau √
bahaya), hadir, untuk setiap studi: (a) ringkasan data
sederhana untuk setiap kelompok intervensi (b) perkiraan
efek dan interval kepercayaan, idealnya dengan plot hutan.
Sintesis hasil 21 Sajikan hasil dari setiap meta-analisis yang dilakukan, √
termasuk interval kepercayaan dan ukuran konsistensi.
Risiko bias di seluruh 22 Sajikan hasil penilaian risiko bias di seluruh studi (lihat Butir -
studi 15).
Analisis tambahan 23 Berikan hasil analisis tambahan, jika dilakukan (misalnya, -
analisis sensitivitas atau subkelompok, meta-regresi [lihat
Butir 16]).
DISKUSI
Ringkasan bukti 24 Meringkas temuan utama termasuk kekuatan bukti untuk √
masing-masing utama hasil; pertimbangkan relevansinya
dengan kelompok kunci (misalnya, penyedia layanan
kesehatan, pengguna, dan pembuat kebijakan).
Keterbatasan 25 Diskusikan keterbatasan pada studi dan tingkat hasil -
(misalnya, risiko bias), dan pada tingkat tinjauan (misalnya,
pengambilan tidak lengkap dari penelitian yang diidentifikasi,
bias pelaporan).
Kesimpulan 26 Memberikan interpretasi umum dari hasil dalam konteks √
bukti lain, dan implikasi untuk penelitian masa depan
PENANDAAN
Penandaan 27 Jelaskan sumber pendanaan untuk tinjauan sistematis dan -
dukungan lainnya (misalnya, penyediaan data); peran
penyandang dana untuk tinjauan sistematis.
Jumlah 13

100
JUDUL : LITERATURE REVIEW: MANAGEMEN NYERI PADA PASIEN KANKER
Judul 1 Identifikasi laporan sebagai tinjauan sistematis, meta-analisis, √
atau keduanya.
ABSTRAK
Ringkasan terstruktur 2 Berikan ringkasan terstruktur termasuk, sebagaimana berlaku: √
latar belakang; tujuan; sumber data; kriteria kelayakan studi,
peserta, dan intervensi; metode penilaian dan sintesis studi;
hasil; keterbatasan; kesimpulan dan implikasi dari temuan
kunci; nomor registrasi tinjauan sistematis.
PENGANTAR
Alasan 3 Jelaskan alasan untuk tinjauan dalam konteks apa yang sudah √
diketahui.
Tujuan 4 Berikan pernyataan eksplisit dari pertanyaan yang ditujukan √
dengan mengacu pada peserta, intervensi, perbandingan,
hasil, dan desain studi (PICOS).
METODE
Protokol dan 5 Tunjukkan jika ada protokol tinjauan, jika dan di mana -
pendaftaran protokol tersebut dapat diakses (misalnya, Web alamat), dan,
jika tersedia, berikan informasi pendaftaran termasuk nomor
pendaftaran.
Kriteria kelayakan 6 Tentukan karakteristik studi (misalnya, PICOS, lama tindak √
lanjut) dan karakteristik laporan (misalnya, tahun
dipertimbangkan, bahasa, status publikasi) digunakan sebagai
kriteria kelayakan, memberikan alasan.
Sumber informasi 7 Jelaskan semua sumber informasi (misalnya, database dengan √
tanggal cakupan, kontak dengan penulis studi untuk
mengidentifikasi studi tambahan) dalam pencarian dan
tanggal pencarian terakhir.
Mencari 8 Menyajikan strategi pencarian elektronik lengkap untuk -
setidaknya satu database, termasuk batasan apa pun yang
digunakan, sehingga dapat diulang.
Pilihan studi 9 Nyatakan proses untuk memilih studi (yaitu, penyaringan, -
kelayakan, termasuk dalam tinjauan sistematis, dan, jika
berlaku, termasuk dalam meta-analisis).
Proses pengumpulan 10 Jelaskan metode ekstraksi data dari laporan (misalnya, √
data formulir uji coba, independen, dalam rangkap) dan setiap
proses untuk memperoleh dan mengkonfirmasi data dari
penyidik.
Item data 11 Daftar dan tentukan semua variabel yang datanya dicari √
(misalnya, PICOS, pendanaan sumber) dan asumsi dan
penyederhanaan yang dibuat.
Risiko bias dalam 12 Jelaskan metode yang digunakan untuk menilai risiko bias -
studi individu studi individu (termasuk spesifikasi apakah ini dilakukan
pada studi atau tingkat hasil), dan bagaimana informasi ini
digunakan dalam sintesis data apa pun.
Langkah-langkah 13 Nyatakan langkah-langkah ringkasan utama (misalnya, rasio -
ringkasan risiko, perbedaan sarana).
Sintesis hasil 14 Jelaskan metode penanganan data dan penggabungan hasil -
studi, jika dilakukan, termasuk ukuran konsistensi (misalnya,
I2 untuk setiap meta-analisis.
Risiko bias di seluruh 15 Tentukan penilaian risiko bias yang dapat mempengaruhi -
studi bukti kumulatif (Misalnya, bias publikasi, pelaporan selektif
dalam studi).
Analisis tambahan 16 Jelaskan metode analisis tambahan (misalnya, sensitivitas -
atau subkelompok) analisis, meta-regresi), jika dilakukan,
menunjukkan yang telah ditentukan sebelumnya.
HASIL

101
Pilihan studi 17 Berikan jumlah studi yang disaring, dinilai kelayakannya, dan √
dimasukkan dalam tinjauan, dengan alasan pengecualian pada
setiap tahap, idealnya dengan diagram alir.
Karakteristik studi 18 Untuk setiap studi, menyajikan karakteristik yang datanya √
diekstraksi (misalnya, ukuran studi, PICOS, periode tindak
lanjut) dan berikan kutipan.
Risiko bias dalam 19 Sajikan data tentang risiko bias dari setiap studi dan, jika -
studi tersedia, tingkat hasil apa pun penilaian (lihat butir 12).
Hasil individu studi 20 Untuk semua hasil yang dipertimbangkan (manfaat atau √
bahaya), hadir, untuk setiap studi: (a) ringkasan data
sederhana untuk setiap kelompok intervensi (b) perkiraan
efek dan interval kepercayaan, idealnya dengan plot hutan.
Sintesis hasil 21 Sajikan hasil dari setiap meta-analisis yang dilakukan, √
termasuk interval kepercayaan dan ukuran konsistensi.
Risiko bias di seluruh 22 Sajikan hasil penilaian risiko bias di seluruh studi (lihat Butir -
studi 15).
Analisis tambahan 23 Berikan hasil analisis tambahan, jika dilakukan (misalnya, -
analisis sensitivitas atau subkelompok, meta-regresi [lihat
Butir 16]).
DISKUSI
Ringkasan bukti 24 Meringkas temuan utama termasuk kekuatan bukti untuk √
masing-masing utama hasil; pertimbangkan relevansinya
dengan kelompok kunci (misalnya, penyedia layanan
kesehatan, pengguna, dan pembuat kebijakan).
Keterbatasan 25 Diskusikan keterbatasan pada studi dan tingkat hasil -
(misalnya, risiko bias), dan pada tingkat tinjauan (misalnya,
pengambilan tidak lengkap dari penelitian yang diidentifikasi,
bias pelaporan).
Kesimpulan 26 Memberikan interpretasi umum dari hasil dalam konteks √
bukti lain, dan implikasi untuk penelitian masa depan
PENANDAAN
Penandaan 27 Jelaskan sumber pendanaan untuk tinjauan sistematis dan -
dukungan lainnya (misalnya, penyediaan data); peran
penyandang dana untuk tinjauan sistematis.
Jumlah 14

102
JUDUL : LITERATURE REVIEW: MANAGEMEN NYERI PADA PASIEN KANKER
Judul 1 Identifikasi laporan sebagai tinjauan sistematis, meta-analisis, √
atau keduanya.
ABSTRAK
Ringkasan terstruktur 2 Berikan ringkasan terstruktur termasuk, sebagaimana berlaku: √
latar belakang; tujuan; sumber data; kriteria kelayakan studi,
peserta, dan intervensi; metode penilaian dan sintesis studi;
hasil; keterbatasan; kesimpulan dan implikasi dari temuan
kunci; nomor registrasi tinjauan sistematis.
PENGANTAR
Alasan 3 Jelaskan alasan untuk tinjauan dalam konteks apa yang sudah √
diketahui.
Tujuan 4 Berikan pernyataan eksplisit dari pertanyaan yang ditujukan √
dengan mengacu pada peserta, intervensi, perbandingan,
hasil, dan desain studi (PICOS).
METODE
Protokol dan 5 Tunjukkan jika ada protokol tinjauan, jika dan di mana -
pendaftaran protokol tersebut dapat diakses (misalnya, Web alamat), dan,
jika tersedia, berikan informasi pendaftaran termasuk nomor
pendaftaran.
Kriteria kelayakan 6 Tentukan karakteristik studi (misalnya, PICOS, lama tindak √
lanjut) dan karakteristik laporan (misalnya, tahun
dipertimbangkan, bahasa, status publikasi) digunakan sebagai
kriteria kelayakan, memberikan alasan.
Sumber informasi 7 Jelaskan semua sumber informasi (misalnya, database dengan √
tanggal cakupan, kontak dengan penulis studi untuk
mengidentifikasi studi tambahan) dalam pencarian dan
tanggal pencarian terakhir.
Mencari 8 Menyajikan strategi pencarian elektronik lengkap untuk √
setidaknya satu database, termasuk batasan apa pun yang
digunakan, sehingga dapat diulang.
Pilihan studi 9 Nyatakan proses untuk memilih studi (yaitu, penyaringan, √
kelayakan, termasuk dalam tinjauan sistematis, dan, jika
berlaku, termasuk dalam meta-analisis).
Proses pengumpulan 10 Jelaskan metode ekstraksi data dari laporan (misalnya, √
data formulir uji coba, independen, dalam rangkap) dan setiap
proses untuk memperoleh dan mengkonfirmasi data dari
penyidik.
Item data 11 Daftar dan tentukan semua variabel yang datanya dicari √
(misalnya, PICOS, pendanaan sumber) dan asumsi dan
penyederhanaan yang dibuat.
Risiko bias dalam 12 Jelaskan metode yang digunakan untuk menilai risiko bias -
studi individu studi individu (termasuk spesifikasi apakah ini dilakukan
pada studi atau tingkat hasil), dan bagaimana informasi ini
digunakan dalam sintesis data apa pun.
Langkah-langkah 13 Nyatakan langkah-langkah ringkasan utama (misalnya, rasio -
ringkasan risiko, perbedaan sarana).
Sintesis hasil 14 Jelaskan metode penanganan data dan penggabungan hasil -
studi, jika dilakukan, termasuk ukuran konsistensi (misalnya,
I2 untuk setiap meta-analisis.
Risiko bias di seluruh 15 Tentukan penilaian risiko bias yang dapat mempengaruhi -
studi bukti kumulatif (Misalnya, bias publikasi, pelaporan selektif
dalam studi).
Analisis tambahan 16 Jelaskan metode analisis tambahan (misalnya, sensitivitas -
atau subkelompok) analisis, meta-regresi), jika dilakukan,
menunjukkan yang telah ditentukan sebelumnya.
HASIL

103
Pilihan studi 17 Berikan jumlah studi yang disaring, dinilai kelayakannya, dan √
dimasukkan dalam tinjauan, dengan alasan pengecualian pada
setiap tahap, idealnya dengan diagram alir.
Karakteristik studi 18 Untuk setiap studi, menyajikan karakteristik yang datanya √
diekstraksi (misalnya, ukuran studi, PICOS, periode tindak
lanjut) dan berikan kutipan.
Risiko bias dalam 19 Sajikan data tentang risiko bias dari setiap studi dan, jika -
studi tersedia, tingkat hasil apa pun penilaian (lihat butir 12).
Hasil individu studi 20 Untuk semua hasil yang dipertimbangkan (manfaat atau √
bahaya), hadir, untuk setiap studi: (a) ringkasan data
sederhana untuk setiap kelompok intervensi (b) perkiraan
efek dan interval kepercayaan, idealnya dengan plot hutan.
Sintesis hasil 21 Sajikan hasil dari setiap meta-analisis yang dilakukan, √
termasuk interval kepercayaan dan ukuran konsistensi.
Risiko bias di seluruh 22 Sajikan hasil penilaian risiko bias di seluruh studi (lihat Butir -
studi 15).
Analisis tambahan 23 Berikan hasil analisis tambahan, jika dilakukan (misalnya, √
analisis sensitivitas atau subkelompok, meta-regresi [lihat
Butir 16]).
DISKUSI
Ringkasan bukti 24 Meringkas temuan utama termasuk kekuatan bukti untuk √
masing-masing utama hasil; pertimbangkan relevansinya
dengan kelompok kunci (misalnya, penyedia layanan
kesehatan, pengguna, dan pembuat kebijakan).
Keterbatasan 25 Diskusikan keterbatasan pada studi dan tingkat hasil -
(misalnya, risiko bias), dan pada tingkat tinjauan (misalnya,
pengambilan tidak lengkap dari penelitian yang diidentifikasi,
bias pelaporan).
Kesimpulan 26 Memberikan interpretasi umum dari hasil dalam konteks √
bukti lain, dan implikasi untuk penelitian masa depan
PENANDAAN
Penandaan 27 Jelaskan sumber pendanaan untuk tinjauan sistematis dan -
dukungan lainnya (misalnya, penyediaan data); peran
penyandang dana untuk tinjauan sistematis.
Jumlah 17

104
DAFTAR PERIKSA PENILAIAN KRITIS JBI UNTUK PENELITIAN
KUALITATIF
Peninjau: Bonaventura Moring Tanggal: 12-10-2021
Penulis:Giulia De Paolis, dkk Tahun : 2019
Nomor Catatan : 1

Ya Tidak Tidak Tak dapat


jelas diterapkan

1. Apakah ada kesesuaian antara perspektif


filosofis yang dinyatakan dengan metodologi
penelitian?
√ □ □ □
2. Apakah ada kesesuaian antara metodologi
penelitian dan pertanyaan atau tujuan
penelitian?
√ □ □ □
3. Apakah ada kesesuaian antara metodologi
penelitian dan metode yang digunakan untuk
mengumpulkan data?
√ □ □ □
4. Apakah ada kesesuaian antara metodologi
penelitian dan representasi dan analisis data? √ □ □ □
5. Apakah ada kesesuaian antara metodologi
penelitian dan interpretasi hasil? √ □ □ □
6. Apakah ada pernyataan yang menempatkan
peneliti secara kultural atau teoretis? □ √ □ □
7. Apakah pengaruh peneliti pada penelitian,
dan sebaliknya, ditangani? √ □ □ □
8. Apakah peserta, dan suara mereka, cukup
terwakili? √ □ □ □
9. Apakah penelitian etis sesuai dengan kriteria
saat ini atau, untuk penelitian terbaru, dan
apakah ada bukti persetujuan etis oleh badan
yang sesuai?
□ √ □ □
10. Apakah kesimpulan yang ditarik dalam
laporan penelitian mengalir dari analisis, atau
interpretasi, data?
√ □ □ □

105
Penilaian keseluruhan: Termasuk √ Mengecualikan □ Cari info lebih lanjut □
Komentar (Termasuk alasan pengecualian)

106

Anda mungkin juga menyukai