Anda di halaman 1dari 22

PORTOFOLIO KASUS MEDIK BEDAH

HEMOROID GRADE III

Diajukan kepada :
Dokter Penanggung Jawab
dr. Erwin, Sp.B

Pembimbing
dr. Tri harum mastinah

Disusun oleh :
dr. Gandes vetro salim

PROGRAM DOKTER INTERNSHIP


RUMAH SAKIT KARYA HUSADA
2021

Telah dipresentasikan dan disetujui laporan kasus dengan judul :

HEMOROID GRADE III


Oleh :

dr. Gandes Vetro Salim


Dokter Internship RS KARYA HUSADA

Program Internship Dokter Indonesia

Rumah Sakit KARYA HUSADA

Mengetahui,

Pembimbing I Dokter penanggung jawab

dr. Tri harum M dr. Erwin, Sp.B

Nama Peserta : Presenter : dr. Gandes vetro salim


dr. Gandes vetro salim
Nama Wahana : Penanggung Jawab : dr. Erwin, Sp.B
RS Karya husada Pendamping: dr. Tri harum
TOPIK : Hemoroid grade III
Tanggal (Kasus) : -
Nama Pasien : Tn. S No. RM : -
Tanggal Presentasi Pendamping : dr.tri harum
Tempat Presentasi : rs karya husada
OBJEKTIF PRESENTASI
 Keilmuan  Keterampilan  Penyegaran  Tinjauan Pustaka
 Diagnosti  Manajemen  Masalah  Istimewa
k

2
 Neonatus  Bayi  Anak  Remaja  Dewasa  Lansia  Bumil
 Deskripsi :
Seorang laki-laki berusia 54 tahun datang diantar keluarganya dengan
keluhan utama keluar benjolan dari dalam dubur yang tidak dapat dimasukkan
kembali. Benjolan terasa sakit dan tidak nyaman saat jalan maupun duduk. Pasien
juga mengeluh ketika BAB terasa nyeri dan panas disekitar dubur, kadang keluar
darah merah segar menetes di akhir BAB, dan tidak berlendir. Keluhan ini
dirasakan sejak kurang lebih 1 bulan.
Mula – mula keluar benjolan kecil dan semakin lama semakin bertambah
besar dari dalam dubur dan masih bisa keluar masuk dengan sendirinya. Sejak
kurang lebih 1 bulan ini, setiap buang air besar disertai dengan rasa nyeri dan
disertai dengan keluarnya benjolan dari duburnya yang tidak dapat masuk dengan
sendirinya.
Pasien belum pernah memeriksakan dirinya ke dokter. Pasien juga tidak
meminum obat apapun sebelumnya untuk mengatasi rasa nyeri akibat benjolan
yang keluar. Pasien seringkali dalam BAB nya keras dan bila BAB harus berlama-
lama jongkok di wc dan harus mengejan. Pasien tidak mengeluh adanya perubahan
ukuran feses.
Pasien juga tidak mengeluh perutnya kembung atau mules, tidak merasa
mual atau muntah, tidak mengeluh nafsu makan turun, berat badan turun ataupun
badan terasa lemes. Pasien jarang makan dengan sayur dan buah. BAK lancar.
 Tujuan :
Mengetahui segala aspek tentang penyakit pasien dan penanganannya
Bahan  Tinjauan Pustaka  Riset  Kasus  Audit
Bahasan

Cara  Diskusi  Presentasi  E-mail  Pos


Membahas dan Diskusi

DATA PASIEN Nama : Tn. S No. Registrasi : -


SUBJECTIVE
a. Keluhan Utama:
Keluar benjolan dari dalam dubur yang tidak dapat dimasukkan kembali secara spontan

3
b. Keluhan Penyerta:
Benjolan terasa sakit dan tidak nyaman saat jalan maupun duduk. Pasien juga
mengeluh ketika BAB terasa nyeri dan panas disekitar dubur, kadang keluar darah
merah segar menetes di akhir BAB, dan tidak berlendir. Keluhan ini dirasakan sejak
kurang lebih 1 bulan.
c. Riwayat Penyakit Sekarang:
Seorang laki-laki berusia 54 tahun datang diantar keluarganya dengan keluhan utama
keluar benjolan dari dalam dubur yang tidak dapat dimasukkan kembali secara spontan.
Benjolan terasa sakit dan tidak nyaman saat jalan maupun duduk. Pasien juga
mengeluh ketika BAB terasa nyeri dan panas disekitar dubur, kadang keluar darah
merah segar menetes di akhir BAB, dan tidak berlendir. Keluhan ini dirasakan sejak
kurang lebih 1 bulan.
Mula – mula keluar benjolan kecil dan semakin lama semakin bertambah besar dari
dalam dubur dan masih bisa keluar masuk dengan sendirinya. Sejak kurang lebih 1
bulan ini, setiap buang air besar disertai dengan rasa nyeri dan disertai dengan
keluarnya benjolan dari duburnya yang tidak dapat masuk dengan sendirinya.
Pasien juga tidak mengeluh perutnya kembung atau mules, tidak merasa mual atau
muntah, tidak mengeluh nafsu makan turun, berat badan turun ataupun badan terasa
lemes. Pasien jarang makan dengan sayur dan buah. BAK lancar.
d. Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat penyakit tekanan darah tinggi disangkal
Riwayat kencing manis disangkal
e. Riwayat Penyakit Keluarga:
Riwayat penyakit tekanan darah tinggi (+)
Riwayat kencing manis disangkal
f. Riwayat Pengobatan:
Pasien belum berobat ke tenaga medis mengenai keluhan yang sekarang.
g. Sosial Ekonomi:
Dalam kehidupan sosial di masyarakat, pasien dan keluarga dapat dikatakan mengalami
hubungan yang baik dengan masyarakat lainnya. Pasien mengalami keterhambatan
dalam menjalani aktivitas selama sakit.
Resume perawatan

4
Tgl S O A P
pukul Pasien KU/Kes: Hemoroid  IVFD RL 20 tpm
09.00 mengeluhkan sedang/CM grade III  Broadeed 1 gr
nyeri pada TD : 130/90 2x1
benjolan di anus N : 90  Tradosik drip
RR : 22x/menit 3x1
T: 36.3  Neurosanbe
Mata : anemis-/- 3x1po
P : ves+/+, rh -/-
 Nutriflam 3x1 po
Wh-/-
 Alganax 0,5 2x1
C : S1-2 normal,
po
murmur(-), gallop (-)
A : supel BU (+)
G : Terdapat benjolan
di anus yang tidak
bisa masuk dengan
spontan, nyeri (+)
E : edema (-/-)

pukul Nyeri pada KU/Kes:sedang/CM Hemoroid grade  IVFD RL 20 tpm


08.00 benjolan di anus, TD : 134/95 III  Rencana
sudah puasa N : 67 Hemoroidektomy
sehabis sarapan RR : 20x/mnit pukul 13.00
T: 36.1
Mata : anemis-/-
P : ves+/+, rh -/-,
wh-/-
C : S1-2 normal,
murmur(-), gallop (-)
A : Supel, BU (+)
G : Terdapat benjolan
di anus yang tidak
bisa masuk dengan
spontan, nyeri (+)
E : edema (-)

5
pukul Pasien post- KU/Kes:sedang/CM Post  IVFD RL 20 tpm
08.00 Hemoroidektomy TD : 106/73 Hemoroidektom  Broadeed 1 gr
hari ke-I dengan N : 73 y hari ke I
2x1
keluhan nyeri RR : 20x/mnit  Tradosik drip
pada luka jahitan T: 36.1 3x1
operasi, pusing  Neurosanbe
(-), mual (-), Mata : anemis-/- 3x1po
BAB (-) P : ves+/+, rh -/-,
 Nutriflam 3x1 po
wh-/-
 Alganax 0,5 2x1
C : S1-2 normal,
po
murmur(-), gallop (-)
A : supel BU (+)
G : terdapat bekas
luka operasi terbalut
perban di Anus,
rembes (+), darah (+),
nanah (-),G DC±500
cc
E : akral hangat,
CRT<2s

pukul Pasien post- KU/Kes:sedang/CM Post  IVFD RL 20 tpm


08.00 Hemoroidektomy TD : 112/85 Hemoroidektom  Broadeed 1 gr
hari ke-II dengan N : 91 y hari ke II
2x1
keluhan nyeri RR : 20x/mnit  Tradosik drip
pada luka jahitan T: 36.0 3x1
operasi, pusing  Neurosanbe
(-), mual Mata : anemis-/- 3x1po
(-),BAB P : ves+/+, rh -/-,
 Nutriflam 3x1 po
(-),pasien wh-/-
 Alganax 0,5 2x1
C : S1-2 normal,
dianjurkan untuk
po
murmur(-), gallop (-)
mobilisasi duduk
A : supel BU (+)
bertahap dan
G :terdapat bekas
pasien sudah

6
mencoba duduk luka operasi terbalut
2x. pasien perban di Anus,

dianjurkan untuk rembes (+), darah (+),


nanah (-),
mobilisasi jalan,
, DC±800 cc
BAB.
E : akral hangat,
CRT<2s

pukul Pasien post- KU/Kes:sedang/CM Post  Up infus dan DC


08.00 Hemoroidektomy TD : 120/81 Hemoroidektom  Pasien
hari ke-III N : 80 y hari ke III
diperbolehkan
dengan keluhan RR : 20x/mnit pulang, dengan
nyeri pada luka T: 36.0 obat pulang :
jahitan operasi  Ambacim 2x1
berkurang, Mata : anemis-/-  Alganax 1x0,5
pusing(-), P : ves+/+, rh -/-,

mual(-)BAB (+), wh-/-


C : S1-2 normal,
BAK spontan (+)
murmur(-), gallop (-)
A : Supel BU (+)
G :terdapat bekas
luka operasi terbalut
perban di Anus,
rembes (-), darah (+) ,
nanah (-).
E : akral hangat,
CRT<2s

OBJECTIVE
1. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis, GCS E4M6V5 = 15
Tanda Vital
Tekanan darah : 130/90 mmHg

7
Nadi : 90 x/menit, regular
Frekuensi napas : 20 x/menit
Suhu tubuh : 36,3 ° C
Status Generalis
Kepala : mesocephal
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : nasal discharge (-), nafas cuping hidung (-)
Mulut : bibir pucat (-), bibir sianosis (-), lidah kotor (-), bibir kering (-)
Telinga : discharge (-)
Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-)
Thoraks :
Inspeksi : simetris, retraksi (-)
Palpasi : vocal fremitus simetris
Perkusi :
Pulmo : sonor di seluruh lapang paru,
Cor : batas cor dan pulmo normal
Auskultasi
Pulmo : suara dasar vesikuler (+/+), ronkhi (-/-),
wheezing (-/-)
Cor : bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop(-)
Abdomen
Inspeksi : kulit tampak normal, soepel, tampak datar, distensi (-), asites (-),
massa (-), spider naevi (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani pada seluruh lapang abdomen
Palpasi : nyeri tekan (-) lien dan hepar tidak teraba

Px Genital : Status Lokalis regio Anorectal:


Inspeksi : Tampak benjolan diameter + 3 cm, warna kemerahan, hematom
perianal (-), abses (-).
Palpasi : Konsistensi teraba kenyal, batas tegas, nyeri tekan (+), benjolan
tidak dapat dimasukkan dg spontan.

8
Rectal Toucher : Tonus sphingter ani cukup, mukosa rectum licin, terdapat massa,
konsistensi kenyal, dengan diameter kurang lebih 3 cm, pada
sarung tangan darah (-), lendir (-), feses (-).
Ekstremitas
Superior Inferior
Edema - -
Akral Hangat Hangat
Sianosis - -
Capillary Refill Time 1 detik 1 detik

2. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium Darah
LABORATORIUM DARAH
14 April 2021
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI
NORMAL
HEMATOLOGI
Hemoglobin 14,5 gr/dl 12 – 15
Hematokrit 41,9 % 37 – 43
Eritrosit 4,82 jt/uL 4,0 - 5,0
MCH 30,1 Pg 26 – 34
MCV 86,9 fL 80 – 100
MCHC 34,6 g/dL 32 – 36
Leukosit 5.320 ribu / uL 4,2 – 9,3
Trombosit 303.000 ribu / uL 150 – 450
DIFF COUNT
Neutrofil 57,5 % 50 - 70
Limfosit 25,2 % 20 – 40
Monosit H 15,4 % 0 – 10
KIMIA KLINIK
GDS 111 mg/dL 70-110

3. Hasil Pemeriksaan Kimia Klinik


KIMIA KLINIK TANGGAL 14 April 2021
HbsAg Negatif No Unit <0,13: Negatif
>=0,13: Positif
HIV Negatif No Unit <1.00: Negatif

9
>=1.00: Positif
CT 4,30 Menit 3.00-7.00
BT 2.00 Menit 1.00-3.00

4. Kesan Rontgen Thorax AP tanggal 14 April 2021:


Corakan paru normal
Kedua sinus costo prenicus lancip
Cor CTR <0,5
Kesan Cor pulmo normal
5. Hasil EKG :
Sinus Rhytm

ASSESMENT
Hemoroid grade III

DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
Hemoroid grade IV
Polip Kolorektal

PLAN
Infus RL 20 tpm
Broadeed 1g 2x1 iv
Tradosik drip 3x1
Neurosanbe 3x1 po
Nutriflam 3x1 po
Alganax 0,5 2x1 po
Konsul Sp.B

PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam

Ad sanam : dubia ad bonam

10
Ad fungsionam : dubia ad bonam

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium darah 14/4/2021
LABORATORIUM DARAH
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Hematologi
Hemoglobin 14.5 g/dl 11.7-15.5
Hematokrit 41,9 % 35-47
Eritrosit 4.82 jt/uL 4.40-5.00
Leukosit 5.320 uL 3.600-11.000
Trombosit 303.000 uL 150.000-440.000
MCH 30.1 Pg 26.0-34.0
MCV 86.9 fL 80.00-100.0
MCHC 34.6 g/dL 32.0-36.0
Hitung Jenis
Lymfosit 25.2 % 20-40
Eosinophil 1.1 % 1.0-3.0
Neutrofil 57.5 % 50-70
Basophil 0.8 % 0.0-1.0
Monosit 15.4 H % 2.0-8.0
Kimia klinik
Glukosa sewaktu 111 mg/dL 60-100
Koagulasi
CT 4.30 menit 3.00-7.00
BT 2.00 menit 1.00-3.00

11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi Hemoroid
Hemoroid adalah penebalan bantalan jaringan submukosa (anal cushion) yang terdiri
dari venula, arteriol dan jaringan otot polos yang terletak di kanalis anal.

2. Perdarahan Daerah Anorectal:


1. Vena Hemoroidales Superior mengembalikan darah ke vena mesenterika superior dan
berjalan dalam lapisan submukosa , mulai dari daerah anorectal dalam kolumna
Morgagni berjalan memanjang secra radier sambil beranastomosis.
2. Vena Hemoroidales Inferior memulai venuler dan pleksus kecil di daerah anus dan distal
dari garis anorectal
3. Etiologi
Penyebab timbulnya keluhan hemoroid dapat dipicu oleh pekerjaan, mengedan
berlebihan, dan kebiasaan BAB yang sulit.
4. Klasifikasi
1) Hemoroid Eksterna, diselubungi oleh anoderm dan terletak di sebelah linea dentate.
Hemoroid eksterna dapat membengkak dan menimbulkan rasa tidak nyaman bahkan
nyeri apabila terjadi thrombosis.
2) Hemoroid Interna, terletak disebelah proksimal linea dentate dan diselubungi mukosa
anorectal, biasanya tidak nyeri dan timbul perdarahan merah terang atau prolapse saat
defekasi . Rasa nyeri biasanya berkaitan dengan fisura, abses, atau thrombosis
hemoroid eksterna. Hemoroid interna diklasifikasi sebagai berikut:
- Derajat I: gejala perdarahan merah segar pada saat defekasi tanpa adanya
prolapse
- Derajat II: prolapse anal chushion keluar dari dubur saat defekasi tetapi masih
bias masuk kembali secara spontan.
- Derajat III: seperti derajat II tapi tidak dapat masuk spontan , harus didorong
kembali.
- Derajat IV: telah terjadi prolaps yang tidak dapat masuk kembali.

12
5. Manifestasi Klinis
1) Perdarahan
Perdarahan umumnya merupakan tanda pertama hemoroid interna akibat trauma oleh
feces yang keras. Darah yang keluar adalah darah segar yang tidak bercampur
dengan feces (hematochezia), dengan kuantitas yang bervariasi, kadang menetes tapi
kadang juga memancar deras. Bila perdarahan ini terjadi berulang-ulang dapat
menyebabkan anemia.                       
2) Nyeri hebat
Harus diingat bahwa “nyeri hebat” tidak ada hubungannya dengan hemoroid interna,
tetapi hanya terjadi pada hemoroid eksterna yang mengalami trombosis. Sedangkan
“nyeri” hanya timbul pada hemoroid interna apabila terdapat trombosis yang luas
dengan udem dan radang. 
3) Benjolan
Bila hemoroid semakin besar maka dapat menonjol keluar, mula-mula hanya waktu
defekasi dan setelah selesai defekasi benjolan tersebut dapat masuk sendiri secara
spontan (derajat II). Tahap berikutnya setelah keluar waktu defekasi tidak dapat
masuk sendiri dan harus dimasukan secara manual (derajat III). Kemudian hemoroid
dapat berlanjut menjadi bentuk yang mengalami prolaps menetap dan tidak dapat
didorong masuk lagi. (derajat IV)   
4) Keluarnya Mukus dan Feces pada pakaian dalam
Hal ini merupakan ciri hemoroid yang mengalami prolaps yang menetap (derajat IV).
5) Pruritus ani 
Rasa gatal pada anus yang disebabkan oleh iritasi kulit perianal karena kelembaban
yang terus menerus dan rangsangan mukus.
6. Diagnosis
1) Inspeksi
Pada inspeksi, hemoroid eksterna mudah terlihat apalagi sudah mengandung trombus.
Hemoroid interna yang prolaps dapat terlihat sebagai benjolan yang tertutup mukosa.
Untuk membuat prolaps dapat dengan menyuruh pasien untuk mengejan.
2) RT
Pada colok dubur, hemoroid interna biasanya tidak teraba dan juga tidak sakit. Dapat

13
diraba bila sudah ada trombus atau sudah ada fibrosis. Trombus dan fibrosis pada
perabaan padat dengan dasar yang lebar.
3) Anoskopi
Dengan cara ini kita dapat melihat hemoroid interna. Penderita dalam posisi litotomi.
Anaskopi dengan penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin, penyumbat
diangkat dan penderita disuruh bernafas panjang. Benjolan hemoroid akan menonjol
pada ujung anaskop. Bila perlu penderita disuruh mengejan supaya benjolan dapat
kelihatan sebesar-besarnya.
Pada anaskopi dapat dilihat warna selaput lendir yang merah meradang atau perdarahan,
banyaknya benjolan, letaknya dan besarnya benjolan.
4) Proktosigmoidoskopi
Pemeriksaan ini perlu dilakukan untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan
oleh proses radang atau proses keganasan   di tingkat yang lebih tinggi (rektum/sigmoid),
karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai.
5) Pemeriksaan Feces
Diperlukan untuk mengetahui adanya darah samar (occult bleeding)
7. Diagnosa Banding:
Perdarahan juga dapat terjadi pada :
 Carcinoma kolorektal
 Polip Kolorektal
Bila dicurigai penyakit-penyakit tersebut, maka perlu sigmoidoskopi atau kolonoskopi.
Benjolan juga dapat terjadi pada :
 Ca. Anorektal
 Prolaps rektum
8. Komplikasi
a. Perdarahan akut dan banyak dapat menyebabkan syok hipovolemik, sedangkan
perdarahan kronis berulang dapat menyebabkan anemia. Hemoroid interna yang
mengalami prolaps dapat menjadi irreponibel, terjadi inkarserasi, dapat berlanjut
menjadi trombosis melingkar dan dapat menyebabkan nekrosis mukosa dan kulit yang
menutupinya.
b. Emboli septik dapat terjadi melalui sistem portal dan dapat menyebabkan abses hati.

14
c. Proktitis dapat berkembang menjadi abses, ini seringkali berlanjut menjadi fistel ani.
d. Fisura ani yaitu koreng di saluran anus, berbentuk lonjong mulai dari linea dentata
sampai ke pinggir anus. 
9. Penatalaksanaan
a. Hemoroid Eksterna
Hemoroid eksterna atau skin tags biasanya tetap asimptomatik sampai terjadi
trombosis (hematom perianal). Kadang pasien mengeluh pruritus, yang sebagian
besarnya dapat diterapi dengan perbaikan higiene anus dan krim kortikosteroid.
Hemoroid eksternal yang mengalami trombosis tampak sebagai benjolan yang nyeri
pada anal verge. Jika pasien membaik dan hanya mengeluh nyeri ringan, pemberian
analgesik, sitz baths, dan pelunak feses. Tetapi jika pasien mengeluh nyeri yang parah,
maka eksisi di bawah anestesi lokal dianjurkan. Pengobatan secara bedah menawarkan
penyembuhan yang cepat, efektif dan memerlukan waku hanya beberapa menit dan
segera menghilangkan gejala.
Penatalaksanaan secara bedah yaitu pasien berbaring dengan posisi menghadap ke
lateral dan lutut di lipat (posisi seems), dasar hematom diinfiltrasi dengan anestetik
lokal. Bagian atas bokong didorong untuk memaparkan trombosis hemoroid. Kulit
dipotong berbentuk elips menggunakan gunting iris dan forsep diseksi; hal ini dengan
segera memperlihatkan bekuan darah hitam yang khas di dalam hemoroid yang dapat
dikeluarkan dengan tekanan atau diangkat keluar dengan forsep. Pada umumnya hanya
ada sedikit perdarahan yang dapat dikontrol dengan pemakaian pembalut gamgee
(pembalut bedah dengan selapis tipis kapas penyerap diantara dua lapis kasa penyerap)
steril. Pasien dianjurkan untuk mencucinya dengan larutan garam 2 kali sehari sampai
sembuh sempurna. Selain itu pasien dianjurkan kontrol untuk meyakinkan bahwa
daerah tersebut mengalami granulasi tanpa “roofing-over”, yang dapat merupakan
sumber masalah kekambuhan. Jika terlihat adanya proses “roofing” ini maka dengan
menekankan jari dengan hati-hati pada daerah tersebut akan dapat meratakan jaringan
granulasi dan memungkinkan terjadinya penyembuhan normal.

15
b. Hemoroid Interna
1) Hemoroid derajat I dan II
Kebanyakan pasien hemoroid derajat I dan II dapat ditolong dengan tindakan
lokal yang sederhana disertai nasehat tentang makan. Makanan sebaiknya
terdiri atas makanan berserat tinggi, misalnya sayuran dan buah-buahan.
Bioflavonoid yang terdapat dalam varietas buah jeruk (citrus fruit), berry,
cherry, anggur, pepaya, melon kantalop (cantaloupe melon), prem (plums) dan
tomat, substansi tersebut diterapkan untuk penyembuhan kerapuhan pembuluh
darah kapiler (capilarity fragility), varises, dan hemoroid. Makanan berserat
tinggi ini membuat gumpalan isi usus menjadi besar namun lunak, sehingga
mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan mengedan secara
berlebihan.
Bila pengobatan di atas tidak memberi perbaikan, dicoba dengan sclerosing
therapy. Cara ini masih merupakan metode yang disukai oleh sebagian besar
ahli bedah Inggris, larutan yang dipakai dan teknik pemakaiannya telah sedikit
berubah selama 100 tahun terakhir dan masih tetap memberikan hasil yang
baik. Sclerosing therapy yaitu penyuntikan 5% penol dalam minyak nabati.
Penyuntikan diberikan ke submukosa di dalam jaringan areola yang longgar di
bawah hemoroid interna dengan tujuan menimbulkan peradangan steril yang
kemudian menjadi fibrotik dan meninggalkan parut. Fenol diinjeksikan secara
perlahan-lahan sampai warna keputihan terlihat, jumlah fenol yang diinjeksikan
bervariasi dari 1 sampai 5 ml, kadang-kadang bahkan lebih jika mukosa sangat
longgar. Penyuntikan dilakukan di sebelah atas dari garis mukokutan dengan
jarum yang panjang melalui anoskop. Apabila penyuntikan dilakukan pada
tempat yang tepat maka tidak ada nyeri. Injeksi yang diberikan di bawah cincin
anorektal akan sangat sakit sekali.
Bila krioprob tersedia, pengobatan krioterapi yang memuaskan dari hemoroid
derajat I dan II dapat diperoleh. Krioprob dikenakan ke hemoroid dan dibiarkan
2 menit untuk membekukan. Krioprob oksigen nitrat mempunyai kelebihan
tambahan yaitu alat ini melekat pada jaringan, sehingga tarikan lembut dapat
dipakai untuk mencegah pembekuan jaringan yang lebih dalam. Probe

16
selanjutnya harus dipanaskan kembali sebelum alat ini dapat dipisahkan dari
hemoroid. Pengobatan ini ditoleransi dengan baik, beberapa pasien mengalami
rasa sakit yang bersifat tumpul selama dan segera setelah pembekuan.
Foto-koagulasi infra-merah adalah salah satu cara yang paling sederhana,
paling aman dan paling cepat. Alat ini relatif baru dan sederhana, terdiri dari
lampu halogen bervoltase rendah dengan reflektor logam emas dan batang
kwarsa keras yang menjalarkan radiasi infra-merah ke ujung yang berlapis
teflon. Denyut 1,5 detik radiasi infra-merah menghasilkan nekrosis yang jelas
sedalam        3 mm dan seluas 3 mm. Tiga daerah koagulasi terpisah diperlukan
pada dasar masing-masing hemoroid untuk mendapatkan hasil yang optimum.
Leicester dan Nicholls secara prospektif membandingkan koagulasi infra-
merah dengan skleroterapi dan ligasi pita karet. Mereka menyimpulkan bahwa
skleroterapi dan foto koagulasi adalah sama efektif untuk hemoroid non
prolapsus, tetapi koagulasi ditoleransi dengan lebih baik. Pada hemoroid yang
prolapsus, diperlukan terapi infra-merah multiple dan hasilnya tidak sebaik
yang didapatkan dengan ligasi pita karet.
Elektrokoagulasi jarang digunakan tetapi dapat diterapkan untuk hemoroid
derajat I, II bahkan III. Arus diaplikasikan langsung ke dasar tiap hemoroid,
menyebabkan destruksi jaringan. Semua hemoroid dapat diterapi dalam satu
sesion, tetapi harus berhati-hati untuk menghindari cedera melingkar. Tidak
diperlukan anestesia. Arus langsung dan bipolar keduanya adalah efektif pada
80% pasien yang diterapi. Tetapi, diatermi bipolar ditoleransi lebih baik karena
waktu untuk menyebabkan destruksi jaringan adalah kurang dari 1 menit,
dibandingkan dengan 8,5 menit untuk terapi arus searah.
Pengobatan dengan Sfingterotomi Internal Lateral. Penelitian manometrik telah
menunjukkan sfingter internal yang “overaktif” pada sampai 80% pasien
hemoroid. Hal ini terjadi pada laki-laki muda yang mengeluh perdarahan saat
defekasi daripada prolapsus.
Schouten dan Vroonhoven melaporkan angka keberhasilan 75% pada pasien
dengan hemoroid dan peningkatan tekanan sfingter. Hasil terbaik didapatkan
pada pasien dengan hemoroid derajat I dan II.

17
Pengobatan dengan ligasi gelang karet (Ligasi pita neopren). Hemoroid yang
besar atau yang prolaps dapat ditangani dengan ligasi gelang karet menurut
Barron. Dengan bantuan anoskop, mukosa di atas hemoroid yang menonjol
dijepit dan ditarik atau dihisap ke dalam tabung ligator khusus. Gelang karet
didorong dari ligator dan ditempatkan secara rapat di sekeliling mukosa
pleksus hemoroidalis tersebut. Nekrosis karena iskemia terjadi dalam beberapa
hari. Mukosa bersama karet akan lepas sendiri. Fibrosis dan parut akan terjadi
pada pangkal hemoroid, sedangkan ligasi berikutnya dilakukan dalam jarak
waktu 2 sampai 4 minggu. Penyulit utama dari ligasi ini adlaah timbulnya nyeri
karena terkenanya garis mukokutan dan karena infeksi. Perdarahan dapat
terjadi pada waktu hemoroid mengalami nekrosis, biasanya setelah 7-10 hari.
Perdarahan sekunder terjadi pada 1% pasien dan perdarahan dapat hebat.
Dilatasi anus yaitu pengobatan untuk hemoroid yang telah dikenal pada jaman
Yunani kuno, dilakukan pada abad pertengahan, dan baru-baru ini dihidupkan
kembali oleh Peter Lord. Biasanya dilakukan dibawah anestetik umum, namun
dapat dilakukan dibawah infiltrasi lokal atau anestesia kaudal. Pasien muda
dengan banyak spasme anus dan hemoroid yang berkaitan dengan fisura ani
tampaknya banyak mendapat bantuan dari cara ini, kontraindikasi pada orang
tua dan orang dengan kanalis analis yang lemah, terutama yang pencernaanya
buruk, dengan risiko inkontinensia feses permanen.
2) Hemoroid derajat III dan IV
Pengobatan dengan krioterapi pada derajat III dilakukan jika diputuskan tidak
perlu dilakukan hemoroidektomi.
Pengobatan dengan criyosurgery (bedah beku) dilakukan pada hemoroid yang
menonjol, dibekukan dengan CO2 atau NO2 sehingga mengalami nekrosis
dan akhirnya fibrosis. Tidak dipakai secara luas karena mukosa yang
dibekukan (nekrosis) sukar ditentukan luasnya.
Hemoroidektomi dilakukan pada pasien yang mengalami hemoroid yang
menahun dan mengalami prolapsus besar (derajat III dan IV).
Ada 3 prinsip dalam melakukan hemoroidektomi yaitu pengangkatan pleksus
dan mukosa, pengangkatan pleksus tanpa mukosa, dan pengangkatan mukosa

18
tanpa pleksus.
Teknik pengangkatan dapat dilakukan menurut 2 metode :
 Metode Langen-beck : yaitu dengan cara menjepit radier hemoroid interna,
mengadakan jahitan jelujur klem dengan catgut crhomic No. 00, mengadakan
eksisi di atas klem. Sesudah itu klem dilepas dan jahitan jelujur di bawah
klem diikat, diikuti usaha kontinuitas mukosa. Cara ini banyak dilakukan
karena mudah dan tidak mengandung risiko pembentukan jaringan parut
sirkuler yang biasa menimbulkan stenosis.
 Metode whitehead : yaitu mengupas seluruh v. hemoroidalis dengan
membebaskan mukosa dari sub mukosa dan mengadakan reseksi sirkuler
terhadap mukosa daerah itu, sambil mengusahakan kontinuitas mukosa
kembali.
 Metode stapled : yaitu dengan cara mengupas mukosa rektum. Metode ini
lebih unggul dan lebih banyak dipakai karena perdarahannya dan nyeri post
operasinya berkurang dibandingkan dengan metode yang lain.
Dalam operasi diperlukan narkose dalam karena sfingter ani harus lumpuh.

19
BAB III
PEMBAHASAN KASUS

Setelah dilakukan anamnesis (subjektif) dan pemeriksaan fisik (objektif) pada pasien,
ditegakkan diagnosis berupa hemoroid grade III. Penegakkan diagnosis dipikirkan
berdasarkan penjelasan berikut ini:
Seorang laki-laki berusia 54 tahun datang diantar keluarganya dengan keluhan utama
keluar benjolan dari dalam dubur yang tidak dapat dimasukkan kembali. Benjolan terasa sakit
dan tidak nyaman saat jalan maupun duduk. Pasien juga mengeluh ketika BAB terasa nyeri
dan panas disekitar dubur, kadang keluar darah merah segar menetes di akhir BAB, dan tidak
berlendir. Keluhan ini dirasakan sejak kurang lebih 1 bulan. Riwayat sering mengedan lama
ada sehingga mengarahkan penegakkan diagnosis hemoroid.
Adanya riwayat benjolan yang tidak dapat masuk walaupun didorong masuk semakin
memperkuat penegakkan diagnosis hemoroid. Sering mengedan, jarang makan sayur dan
buah merupakan faktor risiko.
Dari pemeriksaan rectal toucher di dapatkan tonus sphingter ani cukup, mukosa
rectum licin, terdapat massa, konsistensi kenyal, dengan diameter kurang lebih 3 cm, tidak
ada nyeri tekan dan pada sarung tangan tidak terdapat darah.
Penatalaksanaan pada kasus ini dilakukan pembedahan Hemoroidektomi. Teknik ini
dipakai untuk hemoroid derajat III atau IV dengan keluhan menahun, juga untuk penderita
dengan perdarahan berulang. Prinsipnya adalah eksisi hanya dilakukan pada jaringan yang
benar-benar berlebihan, dan pada anoderm serta kulit yang normal dengan tidak mengganggu
sfingter anus. Selama pembedahan sfingter anus biasanya dilatasi dan hemoroid diangkat
dengan klem atau diligasi dan kemudian dieksisi.

BAB IV

20
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, pasien ini
di diagnosis sebagai Hemoroid grade III. Penatalaksaan pada pasien ini dilakukan pembedahan
hemoroidektomi. Prognosis pada pasien ini adalah dubia ad bonam.

DAFTAR PUSTAKA

21
1. Silvia A.P, Lorraine M.W, Hemoroid, 2005. Dalam: Konsep – konsep Klinis Proses
Penyakit, Edisi VI, Patofisiologi Vol.1. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal: 467
2. Susan Galandiuk, MD, Louisville, KY, A Systematic Review of Stapled
Hemorrhoidectomy – Invited Critique, Jama and Archives, Vol. 137 No. 12, December,
2002, http://archsurg.ama.org/egi/content/extract. last update Desember 2009.
3. Anonim, 2004, Hemorhoid, http://www.hemorjoid.net/hemoroid galery.html. Last update
Desember 2009.
4. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. Hemoroid, 2004 Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed.2,
Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal: 672 – 675
5. Werner Kahle ( Helmut Leonhardt,werner platzer ), dr Marjadi Hardjasudarma ( alih
bahasa ), 1998, Berwarna dan teks anatomi Manusia Alat – Alat Dalam,Hal: 232
6. Mansjur A dkk ( editor ), 1999, Kapita selekta Kedokteran, Jilid II, Edisi III, FK UI,
Jakarta,pemeriksaan penunjang: 321 – 324.
7. Linchan W.M,1994,Sabiston Buku Ajar Bedah Jilid II,EGC, Jakarta,hal 56 – 59
8. Brown, John Stuart, Buku Ajar dan Atlas Bedah Minor, alih Bahasa, Devi H, Ronardy,
Melfiawati, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2001.

22

Anda mungkin juga menyukai