Anda di halaman 1dari 44

PRESENTASI KASUS BESAR

DEMAM THYPOID

Pembimbing :
dr. Joyo Santoso, Sp.PD

Disusun oleh :
Muhammad Angga Kurniawan G4A016070

SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWKERTO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

2017
I. PENDAHULUAN
1. Demam Thypoid  Salmonella Typhi
2. Menurut WHO 2003  17 Juta kasus di Seluruh dunia 
insidensi kematian 600.000 kasus tiap tahun.
3. Di Indonesia  angka kejadian kasus 760-810 kasus/
100.000 pertahun
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Sdr. I
Usia : 19 Th
Jenis kelamin : Laki-laki
Status : Belum Menikah
Agama : Islam
Pekerjaan :-
Alamat : Babakan Rt 03/01, Karang Lewas
Tanggal masuk : 23 September 2017
Tanggal periksa : 26 September 2017
No. CM : 02022945
ANAMNESIS
Keluhan Utama  Demam
Keluhan Tambahan  Batuk, badan pegal-pegal, tangan dan kaki kesemutan,
nyeri kepala, mual dan muntah, nafsu makan turun, BAB hitam, BAK sedikit
keruh.

.
Cont’d

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke IGD Margono dengan keluhan demam. Demam sudah dirakasan sejak 1 minggu sebelum
masuk rumah sakit. Demam dirasakan setiap hari hilang timbul dan bertambah tinggi ketika malam hari.
Demam dirasakan semakin meberat sejak 4 hari terakhir sebelum masuk RS. Demam disertai rasa menggigil
dan keringat banyak. Selain demam pasien juga mengeluhkan badan pegal-pegal dan kesemutan di kaki dan
tangan. Keluhan kesemutan dirasakan semakin berat ketika demam di malam hari. Pasien penah mengalami
kejadian yang sama beberapa tahun yang lalu. Pasien mengaku 1 bulan ini tidak berpergian ke luar kota.
Pasien mengeluhkan nyeri kepala, muntah dan nafsu makan turun. Nyeri kepela cekot-cekot hilang timbul,
membaik jika dibuat istirahat. Muntah menurut pasien sudah 3 kali sebelum masuk RS dan 1 kali sesudah di
rawat di RS, muntah berupa keluar cairan dan sisa makanan yang dimakan sebelumnya. Setelah muntah pasien
merasa lemas dan hanya ingin tidur. Pasien mengaku perut tidak nyeri hanya sedikit kembung di perut sebelah
kanan, BAB (+) keras dan hitam sebelum masuk RS dan BAB (+) mulai terasa enak namun masih hitam saat hari
pertama di RS, BAK (+) sering dan berwarna sedikit keruh. Tidak nyeri saat kencing namun terasa panas saat
kencing, tidak terasa anyang-anyangen.
Pasien juga mengeluhkan batuk yang disertai dengan nyeri dada disebelah tengah tanpa adanya sesak nafas.
Batuk dirasakan sudah beberapa hari sebelum masuk RS tidak keluar dahak. Pasien mengaku tidak pernah
merokok, tidak ada riwayat alergi, tidak pernah minum alkohol.
Cont’d

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat keluhan serupa : diakui
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat penyakit ginjal : disangkal
Riwayat alergi ` : disangkal
Riwayat Operasi : disangkal
Cont’d

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat keluhan serupa : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat penyakit ginjal : disangkal
Riwayat alergi ` : disangkal
Riwayat Sosial Ekonomi Cont’d
Community
Pasien adalah seorang anak yang tidak bekerja (tamatan SMP) yang tinggal bersama orang tua. Hubungan pasien
dengan keluarga dan tetangga baik.
Home
Pasien tinggal di sebuah rumah dengan keluarganya. Rumah terdiri dari 4 kamar dan dihuni oleh 4 orang. Kamar
mandi dan jamban di dalam rumah. Atapnya memakai genteng dan lantai keramik.
Occupational
Pasien adalah seorang seorang anak tamatan SMP sedang tidak bekerja.
Drugs and diet
Pasien tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan. Menu makan pasien terdiri dari nasi dan sayur-mayur, dan lauk-
pauk. Pasien makan 3 kali sehari.
Personal habit
Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok dan minum minuman berakohol. Pasien jarang berolahraga.
PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Sedang


Kesadaran : Compos mentis, GCS E4M6V5
Vital sign
◦ Tekanan darah : 100/70 mmHg
◦ Nadi : 86x/menit
◦ Pernafasan : 20x/menit
◦ Suhu : 37,4oC
Cont’d

PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Kepala
Bentuk : mesochepal, simetris, venektasi temporal (-)
Rambut : warna hitam, tidak mudah dicabut, distribusi merata, tidak rontok.
Mata
Palpebra : edema (-/-) ptosis (-/-)
Konjungtiva : anemis (-/-)
Sklera : ikterik (-/-)
Pupil : reflek cahaya (+/+) normal, isokor Ø 3 mm
Cont’d

PEMERIKSAAN FISIK
Telinga
Otore (-/-), Deformitas (-/-), Nyeri tekan (-/-), Discharge (-/-)
Hidung
Napas cuping hidung (-), Deformitas (-/-), Discharge (-/-), Rinorhea (-/-)
Mulut
Bibir sianosis (-), Bibir kering (-), Lidah kotor (-), tepi hiperemis (-), tremor (-), sariawan (-)
Leher
Trakhea : deviasi trakhea (-/-)
Kelenjar lymphoid : tidak membesar, nyeri (-)
Kelenjar thyroid : tidak membesar
Cont’d

PEMERIKSAAN FISIK
Status Lokalis
Paru-paru
Inspeksi : Hemithorax dextra = sinistra, ketinggalan gerak (-)
Palpasi : Vocal fremitus apex dextra = sinistra
Vocal fremitus basal dextra = sinistra
Perkusi : Batas paru hepar SIC V LMCD
Auskultasi : SD vesikuler +/+, Ronkhi -/-, Wheezing -/-
Cont’d

PEMERIKSAAN FISIK
Status Lokalis
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tampak di SIC VI 2 jari medial LMCS
Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC VI 2 jari medial LMCS, kuat angkat (+)
Perkusi : Batas Jantung = Kanan atas : SIC II LPSD
Kiri atas : SIC II LPSS
Kanan bawah : SIC IV LPSD
Kiri bawah : SIC VII, 2 jari medial LMCS
Auskultasi : S1>S2 reguler, Murmur (-), Gallop (-).
Cont’d

PEMERIKSAAN FISIK
Abdomen

Inspeksi : Datar , pulsasi epigastrik (-), pulsasi parasternal (-)

Auskultasi : Bising usus (+) meningkat di Regio Lumbal Detra

Perkusi : Hipertimpani di regio lumbal dextra, pekak sisi (-), pekak alih (-)

Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), undulasi (-)


◦ Hepar : Tidak teraba pembesaran
◦ Lien : Tidak teraba pembesaran
Cont’d

PEMERIKSAAN FISIK
Ekstremitas

Ekstremitas superior Ekstremitas inferior


Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Edema - - - -
Sianosis - - - -
Akral hangat hangat hangat hangat
Reflek fisiologis + + + +
Reflek patologis - - - -
Bintik Merah - - - -
Darah lengkap Hasil Nilai Normal
Hemoglobin 15.6 11,2 – 17,3
Leukosit 8330 3800 – 10600
Hematokrit 44 40 – 52
Eritrosit 5.1 4,4 – 5,9
Trombosit 313.000 150000 – 440000
MCV 87.0 80 – 100
MCH 30.8 26 – 34
MCHC 35.4 32 – 36
RDW 12.3 11,5 – 14,5
MPV
Hitung Jenis
8.8 L 9,4 – 12,4
Laboratorium
Basofil
Eosinofil
0.5
0.2 L
0–1
2–4 24 September
Batang
Segmen
Limfosit
0.0 L
77.8 H
13.0 L
3–5
50 – 70
25 – 40
2017
Monosit 8.5 H 2–8
Widal
Thypi O Positip titer 1/80 Titer >160 atau kenaikan < 4x
Thypi H Positip titer 1/80 Titer >160 atau kenaikan < 4x
Thypi A-O Positip titer 1/80 Titer >160 atau kenaikan < 4x
Thypi A-H Positip titer 1/160 Titer >160 atau kenaikan < 4x
Thypi B-O Positip titer 1/80 Titer >160 atau kenaikan < 4x
Thypi B-H Positip titer 1/160 Titer >160 atau kenaikan < 4x
Thypi C-O Positip titer 1/80 Titer >160 atau kenaikan < 4x
Thypi C-H Positip titer 1/80 Titer >160 atau kenaikan < 4x
Urin Lengkap Hasil Nilai Normal
Fisis
Warna Kuning Kng muda-kng tua
Kejernihan Jernih Jernih
Bau Khas Khas
Kimia
Urobilinogen Normal Normal
Glukosa Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Berat jenis
Eritrosit
1.015
Negatif
0.010-1.030
Negatif
Urin Lengkap 24
September 2017
pH 7.0 4.6-7.8
Protein 30 Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Leukosit Negatif Negatif
Sedimen
Eritrosit 0-2 Negatif
Leukosit 0-2 Negatif
Epitel 3-5 Negatif
Silinder Hialin Negatif Negatif
Silinder lilin Negatif Negatif
Silinder Eritrosit Negatif Negatif
Silinder Leukosit Negatif Negatif
Granuler Halus Negatif Negatif
Granuler kasar Negatif Negatif
Kristal Negatif Negatif
Bakteri >30 Negatif
Trikomonas Negatif Negatif
Jamur Negatif Negatif
Diagnosis
Demam Thypoid
ISK

Terapi
Non Farmakologis
Farmakologis
a. Istirahat
a. IVFD RL 20 tpm
b. Edukasi menegnai penyakit,
b. Inj. Ceftriaxon 1 gr/12 jam
prognosis, pengobatan dan efek
c. Inj. Ranitidin 50 mg/ 12 jam
samping obat.
d. Po. PCT 3x500 mg
c. Edukasi mengenai pola makan
e. Po. Vit B complex 3x1
dan cara hidup sehat.
Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Demam tifoid disebut juga dengan Typus abdominalis atau typoid fever.
Demam tipoid ialah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran
pencernaan (usus halus) dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai
gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran
EPIDEMIOLOGI
• Banyak di daerah tropis dan subtropis, terutama daerah dengan sumber air yang tidak
memadai dengan standar higienis dan sanitasi yang rendah
• WHO (2003)
◦ 17 juta kasus tifoid/tahun
◦ 600.000 kematian (CFR 3,5%)

• RISKESDAS (2007)
◦ Rasio 110,7/100.000 penduduk
◦ Di Indonesia  angka kejadian kasus 760-810 kasus/ 100.000 pertahun
◦ Prov. Lampung tertinggi dengan 344,7/100.000 penduduk
ETIOLOGI
Salmonell typhosa
• Gram negative
• Menghasilkan spora
• Bergerak dengan rambut getar (silia)
• Waktu inkubasi 3 hari – 1 bulan
• Sumber penularan: Tinja
• Hidup pada suhu manusia
• Mati pada suhu 70o C atau oleh zat antiseptic
Antigen
• Antigen O (somatic)
• Antigen H (flagella)
• Antigen Vi (Envelope)
• Outer Membrane Protein (OMP)
PATOMEKANISME
Manifestasi Klinis
Masa inkubasi dari S.typhi rata-rata 10-14 hari tergantung dari banyak pajanan, status imunitas
serta kesehatan dari pejamu.
Gejala klinis yang sering muncul
Demam
Gangguan saluran pencernaan
Gangguan kesadaran
Hepatosplenomegali
Bradikardi relative
PENEGAKAN DIAGNOSIS
 ANAMNESIS
 PEMERIKSAAN FISIK
 PEMERIKSAAN LABORATORIUM
MINGGU PERTAMA
 Demam tinggi naik turun
 Sakit kepala
 Pusing
 Pegal pegal
 Anoreksia
 Mual muntah
 Batuk
 Perut kembung, tidak enak
 Diare dan sembelit
 Roseola typhosa dan typhoid tongue hari ke-7
 Limfadenopati
MINGGU KEDUA
 Demam tinggi terus menerus meningkat
 Bradikardi relative
 Lidah kering, merah mengkilat
 Diare lebih sering, dapat berwarna hitam
 Pembesaran hati dan limpa
 Gangguan kesadaran
MINGGU KETIGA
 Demam mulai turun, normal
 Delirium atau stupor
 Otot bergerak terus
 Inkontinensia alvi dan inkontinensia urin
 Nyeri perut
MINGGU KEEMPAT
 Stadium penyembuhan
PEMERIKSAAN FISIK
• Demam remiten 3 minggu
• Gangguan saluran pencernaan
• Bradikardia relative
• Roseola typhosa
• Gangguan kesadaran
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Kultur darah (GOLD STANDARD)  minggu 1
• Kultur tinja  minggu 2 dan 3
• Kultur urin  minggu 2 dan 3
• PCR darah, tinja, urin  untuk carrier
• Uji widal
◦ Hasil positif jika :
◦ aglutinin O titer ≥ 1:160
◦ aglutinin H titer ≥ 1:160
◦ aglutinin PA titer ≥ 1:160
◦ aglutinin PB titer ≥ 1:160

• ELISA dan imunokromatografi (IgM IgG salmonella)


PENATALAKSANAAN
TRILOGI:
1. Istirahat dan perawatan
2. Diet dan Terapi Penunjang
3. Antbibiotik
Istirahat dan perawatan
• Tirah baring, makan, minum, BAK, BAB, mandi dll. di tempat, untuk
mencegah komplikasi
• Perlu diawasi kemungkinan komplikasi ulkus decubitus dan
pneumonia ortostatik
Diet dan Terapi Penunjang
• Diet bubur saring, kemudian ditingkatkan menjadi bubur kasar, dan akhirnya diberikan nasi,
disesuaikan dengan kebutuhan pasien
• Makanan padat dini yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa (menghindari sementara
sayuran yang berserat) dapat diberikan dengan aman pada penderita demam tifoid
Antibiotik
• Kloramfenikol 4 x 500 mg 7 hari  paling sensitive
• Tiamfenikol 4 x 500 mg 5-6 hari
• Kotrimoksazol 2 x 2 tablet 2 minggu
• Ampisilin 50-150 mg/KgBB 2 minggu  lebih lemah
• Seftriakson 3-4 gram/hari 3-5 hari
• Siprofloksasin 2 x 500 mg/hari 6 hari
• Ofloksasin 2 x 400 mg/hari 7 hari
KOMPLIKASI INTESTINAL
• Perdarahan intestinal
• Perforasi usus
KOMPLIKASI EKSTRAINTESTINAL
• Gangguan hematologis (trombositopenia, peningkatan PT APTT, hipofibrinogemia, DIC, dll.)
• Gangguan kardiovaskuler: kegagalan sirkulasi perifer, miokarditis, tromboflebitis
• Gangguan paru: pneumonia, emfiema, pleuritis
• Gangguan hepatobilier: hepatitis, kolestasis
• Gangguan ginjal: glomerulonephritis, pyelonephritis, perinefritis
• Gangguan tulang: osteomyelitis, peritonitis, spondylitis, artritis
• Gangguan neuropsikiatrik: tifoid toksik
Pencegahan
1. Air Bersih
2. Keamanan Makanan
3. Sanitasi
4. Pendidikan Kesehatan
5. Vaksinasi
Kesimpulan
 Demam tifoid disebut juga dengan Typus abdominalis atau typoid fever. Demam tipoid
adalah suatu penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan
(usus halus) dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada
saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran.
 Penyakit ini disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella typhosa/ Eberthella typhosa/
Salmonella typhi yang merupakan kuman gram negatif, bergerak dengan rambut getar
dan tidak menghasilkan spora.
 Penularan penyakit ini dapat melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5 F yaitu :
Food (makanan), Fingers (Jari tangan/kuku), Fomitus/Vomitus (muntah), Fly (lalat),
Feses (tinja).
 Penegakan Diagnosis dapat dilakukan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang
 Perlu dilakukan tindakan pencegahan terhadap demam thypoid.
Daftar Pustaka
Braundwald, L. 2008. Widal agglutination test. still plagued by controversy. Geneva: Department of Vaccines and Biologicals, diakses pada 28 September 2017 avaible at

http://mmc.gov.bd/downloadable%20file/Rapid%20Diagnosis%20of%20Typhoid%20Fever%20by%20Dr.%20Johra%20Begum.pdf

Depkes RI. 2006. Pedoman Pengendalian Demam Tifoid dalam : Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 364/MENKES/SK/V/2006. Jakarta.

Harahap, N. 2011. Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam. Padang: RSUD Deli Serdang.

Herry, R.. 2010. Metode Diagnostik Demam Tipoid Pada Anak. Malang: FK UNAIR. Diakses pada 27 September 2017, avaible at
http://jagb.journal.ipb.ac.id/index.php/hemera/article/download/14664/10844

Lestari, K. 2011. Demam Tifoid. Semarang: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya. Diakses pada 27 September 2017 avaible at
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/view/17681/11513

Pramitasari, O.P. 2013. Faktor Risiko Kejadian Penyakit Demam Tifoid Pada Penderita Yang Dirawat Di Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran. Yogyarta: UGM.

Putra, A. 2012. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Demam Tifoid terhadap Kebiasaan Jajan Anak Sekolah Dasar. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro.

Rampengan. 2005. Demam tifoid. Dalam: Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak Ed 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Soewando, E.S. 2002. Seri Penyakit Tropik Infeksi; Perkembangan Terkini Dalam Pengelolaan Beberapa Penyakit Tropik Infeksi. Surabaya: Penerbit Airlangga University Press.

WHO. 2003. The diagnosis, treatment and prevention of typhoid fever. Geneva: Department of Vaccines and Biologicals.

Widodo, D. 2009. Demam Tifoid. Dalam: Sudoyo, A. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing.

Widoyono, H. 2008. Uji diagnostik tes Serologi Widal dibandingkan dengan Kultur darah. Semarang: FK UNDIP
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai