Anda di halaman 1dari 69

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN

PENERIMAAN RASKIN MENGGUNAKAN


METODE SIMPLE ADDITIVE
WEIGHTING (SAW)

PROPOSAL

Oleh:

ANDI RISKI RAMADANI

2016021003

DAPARTEMEN SISTEM INFORMASI

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN


KOMPUTER BINA ADINATA
BULUKUMBA

2020
HALAMAN PENGESAHAN

ii
MOTTO

“Berusaha adalah hal yang tidak akan pernah sia sia asalkan diiringi dengan doa”

“Keajaiban hanya akan terjadi jika kau tak pernah menyerah”

“jangan pernah lupa untuk berterima kasih, karena kita bukan siapa siapa tanpa
orang lain”

“jangan pernah mengatakan Saya tidak punya pilihan, karena setiap Kita selalu
punya pilihan, Kita hanya perlu lebih percaya pada diri Kita sendiri”

“Sukses adalah saat persiapan dan kesempatan bertemu”

“Jika kita ingin menjadi manusia yang lebih dari yang kemarin maka kita harus
berani untuk keluar dari zona nyaman yang kita miliki, karena untuk meraih hal
besar yang belum pernah kita gapai maka kita juga harus berani melakukan
sesuatu yang besar yang juga mungkin belum pernah kita lakukan sebelumnya”

iii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat, karunia dan

limpahan Rahmat-nya yang telah memberikan kekuatan kepada Penulis terutama

atas tersusunnya Proposal yang berjudul “Sistem Pendukung Keputusan

PenentuanPenerimaan Raskin MenggunakanMetode Simple Additive Weighting

(SAW)”.

Dalam penyusunan proposal ini, berbagai hambatan dan keterbatasan

dihadapi oleh Penulis, mulai dari tahap persiapan sampai dengan penyelesaian

tulisan, namun berkat bantuan bimbingan dan kerjasama berbagai pihak,

hambatan dan kesulitan tersebut dapat teratasi.

Oleh karena itu, perkenankanlah Penulis dengan segala kerendahan hati

menyampaikan ucapan terimakasih yang tulus dan penghargaan yang tak

terhingga kepada:

1. Kedua Orang Tua tercinta yang tak bosan-bosannya memberikan nasehat dan

dukungan yang tidak dapat kami nilai dalam bentuk apapun. Semoga Allah

SWT senantiasa melimpahkan kesehatan dan kesejahteraan bagi beliau,

Aamiin.

2. Bapak H. Abdullah Syahrial, MBA Selaku ketua STMIK Bina Adinata

Bulukumba

3. Bapak Nurwahid Syam, S.Pd.,M.Pd selaku Wakil Ketua II Bid. Akademik

STMIK Bina Adinata Bulukumba.

4. Ibu Faridah S.Kom.,M.Kom selaku Ketua Program Studi Sistem Informasi,

iv
dan juga selaku Pembimbing I yang secara bijaksana dan kooperatif telah

memberikan bimbingan, ilmu, pengetahuan, pengarahan, motivasi, dan

semangat.

5. Ibu Andi Nurul Faizah, S.Pd., M.Pd selaku Pembimbing II yang secara

bijaksana dan kooperatif telah memberikan bimbingan, ilmu, pengetahuan,

pengarahan, motivasi, dan semangat.

6. Seluruh Dosen Program Studi Sistem Informasi yang telah memberikan

ilmunya kepada Penulis.

7. Teman Baik Saya yang selalu berbaik hati mengantarkan dan memberi Saya

dukungan, motivasi, serta selalu menyemangati Saya dalam penyusunan

proposal ini.

8. Adik Saya yang terus memberikan dukungan dan semangat untuk Saya dalam

menyelesaikan Proposal ini.

9. Teman-teman Sistem Informasi Semester VII angkatan ke 3 STMIK BINA

ADINATA yang telah memberikan semangat dan setia mendampingi penulis

sehingga memungkinkan untuk menyelesaikan study dan penulisan proposal

ini tepat pada waktunya.

10. Seluruh pihak yang telah banyak berjasa dalam menyelesaikan laporan ini

yang tidak bisa disebutkan satu persatu namun tidak mengurangi sedikitpun

rasa terima kasih dari Penulis.

v
Harapan Penulis, semoga bantuan serta dorongan yang telah diberikan

kepada penulis mendapat imbalan dari Allah SWT.

Aamiin

Bulukumba 25, Juni 2020

Penulis

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ..... .................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ii
MOTTO .............................................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................... 11
B. Rumusan Masalah.................................................................................... 15
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 15
D. Batasan Masalah ...................................................................................... 15
E. Penegasan Konsep .................................................................................... 16
F. Manfaat Penelitian ................................................................................... 16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 19
1. Sistem...................................................................................................... 19
2. Sistem Pendukung Keputusan................................................................. 25
3. Konsep Dasar Simple Additive Weighting (SAW) .................................. 33
4. Langkah Langkah Metode Simple Additve Weighting (SAW) ............... 35
5. Proses Pengambilan Keputusan .............................................................. 35
6. Basis Data ............................................................................................... 38
7. Unsur Unsur Perancangan Sistem ........................................................... 40
8. Flowmap ................................................................................................. 44
9. Implementasi Metode Simple Additive Weighting (SAW) ..................... 47
10. Pengujian Perangkat Lunak .................................................................... 49
11. Raskin ..................................................................................................... 50
B. Roadmap Penelitian ................................................................................. 52

vii
C. Kerangka Konseptual .............................................................................. 54
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Penggambaran Sistem ............................................................................. 55
1. Sistem Yang sedang berjalan .................................................................. 55
2. Sistem Yang Sedang Di Usulkan ............................................................ 56
B. Jenis/ Metode Penelitian .......................................................................... 59
C. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................. 62
D. Analisis Kebutuhan .................................................................................. 62
E. Lokasi Dan Waktu Penelitian ................................................................. 64
F. Gambaran Umum Lokasi Penelitian...................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model Umum .................................................................................. 21


Gambar 3.1 Flowmap Sistem yang Sedang Berjalan.......................................... 58
Gambar 3.2 Flowmap Sistem yang Sedang Diusulkan....................................... 58
Gambar 3.3 Model Waterfall .............................................................................. 63

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Simbol - Simbol Flowmap ................................................................... 46


Tabel 2.2 Bobot Setiap Kriteria ........................................................................... 48
Tabel 2.3 Bobot Kriteria Penghasilan .................................................................. 48
Tabel 2.4 Bobot Kriteria Tanggungan.................................................................. 49
Tabel 2.5 Bobot Kriteria Daya Listrik ................................................................. 49

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Beras merupakan makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia.

Namun, tidak semua masyarakat kelas menengah ke bawah bisa

mengkonsumsi beras secara rutin. Beras miskin (Raskin) merupakan subsidi

pangan pokok dalam bentuk beras yang diperuntukkan bagi keluarga miskin

sebagai upaya dari pemerintah untuk meningkatkan ketahanan pangan dan

memberikan perlindungan pada keluarga miskin. Oleh karena itu, pada tahun

2002 pemerintah Indonesia meluncurkan program raskin yang merupakan

implementasi dari konsistensi pemerintah dalam rangka memenuhi hak pangan

masyarakat (Kemenko PMK RI, 2016).

Program semacam ini sebenarnya sudah ada sejak krisis pangan di

Indonesia pada tahun 1998 yang dinamakan dengan Operasi Pasar Khusus

(OPK). Namun, baru pada tahun 2002 program OPK ini diubah namanya

menjadi program beras untuk rumah tangga miskin dan pada tahun 2008

menjadi beras bersubsidi untuk masyarakat berpendapatan rendah .

Program ini bertujuan untuk mengurangi beban pengeluaran Rumah

Tangga Sasaran (RTS) melalui pemenuhan sebagian kebutuhan pokok dalam

bentuk beras. Selain itu, raskin bertujuan untuk meningkatkan akses pangan

keluarga melalui penjualan beras kepada keluarga penerima manfaat dengan

jumlah yang telah ditentukan.


12

Keluarga penerima manfaat raskin yaitu keluarga yang berpendapatan

rendah (miskin dan rentan miskin) atau disebut dengan Rumah Tangga Sasaran

Penerima Manfaat (RTS-PM). RTS-PM Raskin ditetapkan berdasarkan

Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS-2011) oleh Badan Pusat

Statistik (BPS).

Raskin merupakan salah satu dari berbagai program-program pro rakyat

yang diluncurkan oleh pemerintah Indonesia sebagai upaya percepatan

penanggulangan kemiskinan. Hal ini telah diatur dalam Peraturan Presiden

Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan

Kemiskinan dan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program

Pembangunan yang Berkeadilan.

Raskin adalah salah satu bentuk upaya pemerintah Indonesia untuk

meningkatkan kesejahteraan rakyat yang menjadi cita-cita Indonesia yang

tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat, yaitu

melindungi segenap tanah air dan tumpah darah Indonesia, memajukan

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan

ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Dalam batang tubuh UUD 1945 Pasal 33 ayat (3) juga menjelaskan

bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai

oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat

serta pasal 34 yang menyebutkan bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar

dipelihara oleh negara.

Berdasarkan Pedoman Umum Raskin, masing-masing keluarga miskin


13

akan menerima beras sebesar 15Kg/RTS/bulan atau setara dengan

180Kg/RTS/tahun dengan harga tebus Rp 1.600,00/Kg. (Ergiyanto, Sigit 2019

: 1-3)

Dalam penelitian sebelumnya telah membahas mengenai Sistem

Pendukung Keputusan (SPK) beras miskin, Oleh Novia Retnoningsih (2016)

tentang “Penerapan Simple Additive Weighting Seleksi Penerima Beras Miskin

(Raskin) Di Desa Gogorante Kecamatan Ngasem” dan juga dari Ilyas (2017)

mengenai “Implementasi Sistem Pendukung Keputusan Penerima Raskin

Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Proces (AHP)” yang diharapkan

dapat menyelesaikan masalah tentang kelayakan penerima raskin sesuai kriteria

keluarga miskin BPS tahun 2011. Sehingga penulis berupaya mengembangkan

dari penelitian sebelumnya yaitu mengenai kelayakan penerima beras miskin.

Didapat bahwa penelitian sebelumnya hanya sampai batas 2 kriteria saja,

Sehingga pada penelitian ini peneliti mengembangkan lebih dalam dengan

menambahkan Kriteria yang dirasa lebih penting dalam penelitian ini.

Sistem pendukung keputusan (SPK) merupakan sebuah sistem

informasi yang membantu para pembuat keputusan mengidentifikasi atau

memilih antara pilihan/keputusan dan menyediakan informasi untuk membantu

membuat keputusan

Sistem Pendukung Keputusan (SPK) dirancang untuk mendukung

seluruh tahap pengambilan keputusan mulai dari mengidentifikasi masalah,

memilih data yang relevan, dan menentukan pendekatan yang digunakan dalam

proses pengambilan keputusan, sampai mengevaluasi pemilihan alternatif.


14

Sistem pendukung keputusan ini membantu melakukan penilaian terhadap

setiap rumah tangga sasaran, melakukan perubahan kriteria, dan perubahan

nilai bobot. Hal ini berguna untuk memudahkan pengambil keputusan yang

terkait dengan masalah seleksi penerima beras untuk keluarga berpenghasilan

rendah, sehingga akan didapatkan keluarga yang paling layak menerima Raskin

tersebut. (Ergiyanto, Sigit 2019 : 4-5)

Namun dalam praktek lapangannya, Dalam penetapan penerima beras

miskin di berbagai Daerah masih sangat sering terjadi kesalahan penetapan

penerima Raskin sehingga program raskin tersebut menjadi salah sasaran,

seperti juga halnya di Desa Sipaenre ini, di Desa Sipaenre juga masih

seringkali terjadi masalah seperti diantaranya pembagian beras yang salah

sasaran dikarenakan dalam penentuannya masih dilakukan secara manual dan

seringkali tidak memperhatikan segala aspek yang seharusnya menjadi

prioritas utama dalam pemilihan penerimaan raskin tersebut.

Berdasarkan hasil observasi melalui wawancara yang telah dilakukan

oleh Peneliti dengan beberapa Masyarakat Di Desa Sipaenre pada tanggal 10

-18 Juni 2020 tentang penyaluran beras Raskin ini, Maka dari itu Penulis

membuat suatu Aplikasi sistem pendukung keputusan yang bisa digunakan

dalam penentuan penerimaan Raskin dengan melalui perhitungan sesuai

dengan kriteria yang telah ditentukan.

Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan sebuah sistem pendukung

keputusan untuk menentukan siapa yang layak mendapatkan Raskin yang

sesuai dengan kriteria-kriteria keluarga sasaran dengan menggunakan model


15

pengambilan keputusan Simple Additive Weighting (SAW) dimana metode ini

adalah suatu metode yang akan menentukan suatu keputusan berdasarkan

dengan perhitungan kriteria yang telah ditentukan berdasarkan pembobotan

yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, maka dibuatlah Proposal dengan judul:

“Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Penerimaan Raskin

Menggunakan Metode Simple Additive Weighting (SAW)”

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diambil rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah :

1. Bagaimana merancang Sistem pendukung keputusan Penentuan Penerimaan

Raskin Menggunakan Metode Simple Additive Weighting (SAW)?

2. Bagaimana menentukan prioritas penerima Raskin Menggunakan Metode

Simple Additive Weighting (SAW) Di Desa Sipaenre?

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat disimpulkan tujuan dari penelitian ini

adalah:

1. Untuk merancang Sistem pendukung keputusan Penentuan Penerimaan Raskin

Menggunakan Metode Simple Additive Weighting (SAW).

2. Untuk menentukan prioritas penerima Raskin Menggunakan Metode Simple

Additive Weighting (SAW) Di Desa Sipaenre.

D. BATASAN MASALAH

Untuk menghindari meluasnya materi yang dibahas pada penelitian ini,

maka diberikan batasan masalah sebagai berikut :


16

1. Penentuan penerima berdasarkan nilai tertinggi hingga kerendah sesuai

ketentuan banyaknya penerima

2. Survei dilakukan dengan menggunakan maksimal 50 sampel data

masyarakat

3. Kriterianya hanya ada 3 yakni penghasilan, jumlah tanggungan, dan daya

listrik

4. Tools yang digunakan pada sistem pendukung keputusan ini menggunakan

bahasa pemrograman PHP dan MySql sebagai basis datanya.

5. Sistem yang dibuat merupakan pendukung keputusan saja, sehingga

keputusan sesungguhnya yang diambil tetap berada di tangan Si pembuat

keputusan.

6. Metode pengujian dalam sistem ini menggunakan metode pendekatan

Black Box testing.

E. PENEGASAN KONSEP

Sistem pendukung keputusan metode Simple Additive Weighting

(SAW) adalah suatu sistem yang dapat membantu proses pengambilan

keputusan dengan menggunakan metode Simple Additive Weighting (SAW)

dimana metode ini adalah suatu metode yang akan menentukan suatu

keputusan berdasarkan dengan perhitungan kriteria yang telah ditentukan

berdasarkan pembobotan yang telah ditetapkan.

F. MANFAAT PENELITIAN

Melalui penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat untuk berbagai

pihak, antara lain sebagai berikut:


17

1. Manfaat Terhadap Kampus

a. Proposal ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi akademik untuk

dijadikan tolak ukur pemahaman dan penguasaan tentang teori yang

diberikan oleh akademik dalam mendidik dan membekali

mahasiswanya sebelum terjun ke masyarakat.

b. Menjadi referensi bagi penelitian sejenis dan dapat dijadikan sebagai

bahan perbandingan dari penelitian yang telah ada maupun yang akan

dilakukan.

2. Manfaat terhadap Mahasiswa

a. Menguji kemampuan Mahasiswa dalam menerapkan ilmu yang

diperoleh selama belajar di STMIK Bina Adinata Bulukumba secara

nyata dalam praktek lapangan dengan didukung juga oleh teori-teori

yang diterima.

b. Dengan mengadakan penelitian secara langsung diharapkan akan

menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan yang lebih luas

tentang obyek yang diteliti.

c. Untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan strata satu (S1), Program

Studi Sistem Informasi STMIK Bina Adinata Bulukumba.

3. Manfaat terhadap tempat penelitian/Instansi

a. Membantu dalam pengambilan keputusan penentuan penerima Raskin

b. Meminimalisir kesalahan dalam pengambilan keputusan pemberian

Raskin.

4. Manfaat bagi Masyarakat


18

a. Masyarakat kurang mampu dapat menerima Raskin dengan tepat

dengan adanya Sistem Pendukung Keputusan (SPK) ini.

b. Membantu pereokonomian Masyarakat kurang mampu dengan tepatnya

sasaran pembagian Raskin ini.


19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Sistem

Menurut Jogiyanto (2016:638), Sistem adalah suatu jaringan kerja dari

prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama

untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan sasaran yang

tertentu.

Menurut Baridwan (2015:4), Sistem merupakan suatu kesatuan yang

terdiri dari bagian-bagian yang disebut subsistem yang berkaitan dengan

tujuan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.

Menurut Mulyadi (2016:4), Sistem adalah suatu jaringan prosedur

yang dibuat menurut pola yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok

perusahaan.

Menurut Sutabri (2015:8), suatu sistem pada dasarnya sekelompok

unsur yang erat hubungannya satu dengan yang lain, yang berfungsi

bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa sistem

merupakan suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut pola terpadu yang

berkaitan dengan tujuan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.


20

Menurut Jogiyanto (2019:684) Suatu sistem mempunyai karakteristik

atau sifat-sifat yang tertentu, yaitu mempunyai komponen-komponen di

antaranya:

a) Komponen Sistem

Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi,

yang artinya saling bekerjasama membentuk suatu kesatuan. Komponen-

komponen sistem atau elemen-elemen sistem dapat berupa suatu subsistem

atau bagian-bagian dari sistem. Setiap sub sistem mempunyai sifat-sifat dari

sistem yang menjalankan suatu tertentu dan mempengaruhi proses sistem

secara keseluruhan.

b) Batas Sistem

Batas sistem merupakan daerah yang membatasi antara suatu sistem

dengan sistem dengan sistem lainnya atau dengan lingkungan lainnya. Batas

sistem ini memungkinkan suatu system dipandang sebagai satu kesatuan.

Batas suatu sistem menunjukan ruang lingkup (scope) dari sistem tersebut.

c) Lingkungan Luar Sistem

Lingkungan luar dari suatu sistem adalah apapun diluar batas dari

sistem yang mempengaruhi operasi sistem. Lingkungan luar sistem dapat

bersifat menguntungkan dan dapat juga bersifat merugikan. Lingkungan luar

yang menguntungkan merupakan energi dari sistem dengan demikian harus

dijaga dan dipelihara, sedangkan lingkungan luar yang merugiakan harus

ditahan dan dikendalikan kalau tidak maka akan mengganggu kelangsungan

hidup dari sistem.


21

d) Penghubung Sistem

Penghubung merupakan media penghubung antara sub system dengan

sub sistem lainnya. Melalui penghubung ini memungkinkan sumber-sumber

daya mengalir dari satu subsistem ke sub sistem lainnya.

Keluaran (output) dari sub sistem akan menjadi masukan (input) pada

sistem lainnya dengan penghubung satu subsistem dapat berintegrasi dengan

subsistem lainnya membentuk satu kesatuan.

e) Masukan Sistem

Masukan sistem adalah energi yang dimasukan ke dalam sistem.

Masukan dapat berupa masukan perawatan (maintenance input) dan

masukan (signal input). maintenance input adalah energi yang dimasukkan

supaya sistem tersebut dapat beroperasi. Signal input adalah energi yang

diproses untuk didapatkan keluarannya.

f) Keluaran Sistem

Keluaran adalah hasil dari energi yang diolah dan diklasifikasikan

menjadi keluaran yang berguna dan sisa keluaran dapat merupakan masukan

untuk sub sistem yang lain atau kepada supra sistem.

g) Pengolahan Sistem

Suatu sistem dapat mempunyai suatu bagian pengolahan atau sistem

itu sendiri sebagai pengolahnya. Pengolah yang akan merubah masukan

menjadi keluaran.
22

h) Sasaran Sistem

Suatu sistem pasti mempunyai tujuan (goal) atau sasaran (objektif).

Kalau suatu sistem tidak mempunyai sasaran maka operasi sistem tidak

akan ada gunanya. Sasaran dari sistem sangat menentukan sekali masukan

yang dibutuhkan sistem. Suatu sistem dikatakan berhasil bila mengenai

sasaran aturan tertentu.

Terdapat lima buah komponen utama dalam sistem yang membuat

sebuah sistem dapat bekerja dengan baik. Berikut ini merupakan model

umum dari sebuah sistem.

Gambar 2. 1 Model Umum


(Sumber: Jogiyanto 2016 : 9)
23

1) Komponen Input

Komponen input merupakan bagian dan sistem yang bertugas untuk

menerima data masukan. Data masukan ini digunakan sebagai komponen

penggerak atau pemberi tenaga dimana system itu dioperasikan. Komponen

penggerak ini terbagi menjadi dua kelompok:

a. Maintenance input

Maintenance input merupakan energi yang dimasukkan sistem dapat

beroperasi. Sebagai contoh dalam suatu sistem pengambilan keputusan,

maka maintenance inputnya adalah team manajemen yang merupakan

personil utama pengambil keputusan (decision maker).

b. Signal Input

Signal input adalah energi yang diproses untuk didapatkan keluaran.

Dalam sistem pengambilan keputusan tersebut. maka signal inputnya adalah

informasi yang menunjang kemudahan pengambilan keputusan tersebut

(decission support system).

2) Komponen Proses

Komponen proses merupakan komponen dalam sistem yang

melakukan pengolahan input untuk mendapatkan hasil atau tujuan yang

diinginkan. Di dalam suatu proses, terjadi berbagai kegiatan seperti

kiasifikasi, peringkasan, pencarian data, organisasi data dan lain

sebagainya. Begitu kompleksnya sebuah proses, maka tahap ini diperlukan

terjadinya suatu integrasi yang baik antar subsistem secara vertikal maupun

horisontal agar proses interaksi untuk mencapai tujuan dapat berjalan lancar.
24

Sebagai contoh, sistem pengambilan keputusan pembelian barang yang

dilakukan oleh seorang Kepala Bagian Pengadaan di suatu perusahaan

dagang, harus melibatkan semua subsistem yang terkait seperti Kepala

Gudang, Bagian Keuangan, Bagian Inventory dan lain-lain.

3) Komponen Output

Komponen output merupakan komponen hasil pengoperasian dan

suatu sistem. Sistem pengambilan keputusan seorang Kepala Bagian

Pengadaan, menghasilkan keputusan dibeli atau tidaknya suatu barang,

kemudian menentukan siapa yang akan membeli, jumlahpembelian, tempat

atau lokasi pembeli dan sebagainya.

4) Komponen Tujuan

Terdapatnya suatu tujuan yang jelas akan memberikan arah yang jelas

pula dalam proses sistem. Komponen tujuan merupakan sasaran yang ingin

dicapai oleh berjalannya sebuah sistem. Tujuan ini bisa berupa tujuan

usaha, kebutuhan sistem, pemecahan suatu masalah dan sebagainya.

5) Komponen Kendala

Komponen kendala merupakan komponen yang berisikan aturan atau

batas-batas yang berlaku atas tujuan tersebut. Pendefinisian kendala yang

jelas,akan membuat tujuan menjadi lebih bermanfaat. Dengan adanya

kendala atau batas-batas yang jelas, maka akan mampu mengidentifikasikan

apa yang harus diantisipasikan dalam mencapai tujuan sistem.


25

6) Komponen Kontrol

Komponen kontrol merupakan komponen pengawas dan pelaksanaan

proses pencapaian tujuan. Kontrol disini dapat berupa kontrol pemasukan

input, kontrol pengeluaran data, kontrol pengoperasian dan lain-lain.

7) Komponen Umpan Balik

Komponen umpan balik merupakan komponen yang memberikan

respon atas berjalannya suatu sistem.Komponen ini dapat berupakegiatan

seperti perbaikan atau pemeliharaan sistem. (Ridho Saputra 2017: 9-11)

2. Sistem Pendukung Keputusan

a) Sejarah Perkembangan Sistem Pendukung Keputusan

Diana (2018:17-18) Teori pengambilan kepuutusan organisasi

dikembangkan di Carnegie Institute Of Technology pada tahun 1950.

Pengambilan keputusan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan memilih

alternative terbaik diantara beberapa alternative yang ada. Terdapat

beberapa teori dalam mengambil keputusan antara lain :

1) Teori Rasional Komprehensip.

Pada teori ini alternatif alternatif pilihan dievaluasi dengan

sekasama, pengambil keputusan mengambil keputusan dengan

berdasarkan pada pedoman yang jelas berdasarkan pada tujuan atau

sasaran yang telah ditetapkan dan telah diurutkan tingkat prioritasnya,

masalah masalh yang akan dipecahkan diselesaikan berdasarkan

urrutan prioritas, pengambi keputusan akan memilih alternative

terbaik yang abersesuaian dengan tujuan atau sasaran.


26

2) Teori Incremental

Teori ini merupakan teori pengambilan keputusan yang

menghindari banyak masalah yang harus dipertimbangkan, ini juga

merupakan teori yang lebih banyak menggambarkan cara yang

ditempuh oleh pejabat pejabat pemrintah dalam mengambil keputusan

sehari hari.

3) Teori Pengamatan Terpadu

Teori ini merupakan penggabungan teori rasional komprhensip

dan incremental,sehingga teori ini memungkinkan pembuat keputusan

untuk menggunakan kedua teori ini dalam proses pengambilan

keputusan.

Selanjutnya, Massachuttest Institute of technology, pada tahun

1960an, mengimplementasikan sistem pendukung keputusan dalam

bentuk sistem komputer interaktif, pada masa ini masih menggunakan

komputer mainframe yang mahal guna menyediakan laporan terstruktur

dan berkala bagi manajer.

Sistem berbasis komputer yang mendukung pengambilan

keputusan dalam bidang produksi, promosi, penetapan harga, pemasaran

dan masa ini mulai dikembangkan executive information system (EIS),

Grup Decission Support System (GDSS) dan Organizational Decision

Support system (ODSS), untuk satu pengguna berbasis model. Pada masa

ini terjadi peningkatan jumlah penelitian dan minat para peneliti untuk

memebahas tentang sistem pendukung keputusan ini.


27

Perkembangan selanjutnya yang dapat dilihat pada tahun 1990an,

dimana pada masa ini mulai dikembangkan tentang pemanfaatan data

warehouse dan online analytical processing (OLAP). Selama tahun

1990an ini terjadi pergeseran paradigma dalam sistem pendukung

keputusan dan dikembangkan sistem yang lebih kompleks dengan

menggabungkan tekhnologi basis data yang canggih dan tekhnologi

komputer yang menerapkan client/server. Sistem ini banyak digunakan

pada berbagai area dalam proses bisnis. Meningkatnya tekhnologi

infrastruktur jaringan, tekhnologi berorientasi objek dan tekhnologi data

warehouse nenberi peluang kemampuan pada pengembangan Sistem

pendukung keputusan. (Diana 2018 : 17-21)

b) Pengertian Sistem Pendukung Keputusan

Menurut Whitten (2016:01) SPK atau Decision Support System

(DSS) merupakan sebuah sistem yang menyedakan informasi untuk

membantu para pengambil keputusan membuat keputusan.

Menurut Alter (2017:01) Sistem Pendukung Keputusan (SPK)

merupakan sistem informasi interaktif yang digunakan untuk membantu

mengambil keputusan dalam situasi tidak terstruktur, dimana tak seorang

pun tahu secara pasti bagaimana keputusan seharusnya dibuat.

Menurut Turban (2015:12) Sistem Pendukung Keputusan (SPK)

memadukan sumber daya intelektual dari individu dengan kapabilitas

komputer untuk meningkatkan kualitas keputusan. Sistem Pendukung

Keputusan (SPK) dibangun untuk mendukung solusi atas suatu masalah


28

ataun untuk mengevaluasi suatu peluang. Sistem Pendukung Keputusan

(SPK) lebih ditujukan untuk mendukung manajemen dalam melakukan

pekerjaan yang bersifat analisis dalam situasi yang kurang terstruktur

dengan kriteria yang kurang jelas

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat di tarik kesimpulan bahwa

Sistem Pendukung Keputusan (SPK) tidak dimaksudkan untuk

mengotomatisasikan pengambilan keputusan, tetapi memberikan

perangkat interaktif yang memungkinkan pengambilan keputusan untuk

melakukan berbagai analisis.

Pada awalnya, Sistem pendukung keputusan dibangun untuk

mendukung manajemen dalam pengambilan keputusan. berbagai

kebutuhan dalam pengembangan sistem pendukung keputusan adalah:

Data, Informasi,Basis data dan analisa model-model keputusan. Data dan

informasi yang akurat merupakan kebutuhan mendasar untuk mengambil

keputusan, untuk hal ini, tahapan pengumpulan data dan informasi,

pemrosesan data dan informasi lalu menggunakannya sebagai bahan

pertimbangan dalam mengambil keputusan merupakan tahapan yang

penting.

1) Antar Muka Sistem

Antar muka sistem haruslah mudah digunakan. Sistem

pendukung keputusan harus dibangun dengan sederhana, memiliki

daya tahan terhadap gangguan, mudah dikontrol, lengkap dan mudah

digunakan agar sistem dapat benar benar membantu manajer dalam


29

mengambil keputusan. Hal ini sangat penting sekali karena

kesalahan dalam pengambil keputusan akan sangat besar

pengaruhnya terhadap organisasi atau perusahaan.

2) Dibangun untuk Membantu Pengambil Keputusan

Penting untuk diingat bahwa sistem ini di bangun bukan untuk

menggantikan posisi manusia sebagai pengambil keputusan. Sistem

ini hanya membantu pengambil keputusan dengan menyediakan

informasi yang lengkap dan akurat.

3) Sistem Ini dapat Memberikan Alternatif Solusi

Sistem pendukung keputusan diharpkan dapat memberikan

berbagai alternative solusi. Penerapan suatu model diharapkan dapat

memberikan perangkingan alternative dari yang teerbaik sampai

yang terburuk.

4) Sistem Ini Menyediakan Akses Informasi dari Berbagai Sumber

Data dan Berbagai Format

Format informasi bisa dalam bentuk rekapitulasi, laporan

perpriode waktu tertentu, grafik, histogram,ogive, dan sebagainya.

Tidak sedikit perusahaan-perusahaa modern yang memutuskan untuk

melakukan restrukturisasi, perubahan manajemen untuk

meningkatkan kinerja perusahaan. Pemanfaatan sistem pendukung

keputusan untuk membantu peningkatan kinerja perusahaan

merupakan salah saatu cara yang dilakukan. Sistem pendukung

keputusan dijadikan sebagai aplikasi berbasis komputer yang


30

mendukung manajemen dalam menunjang proses pengambilan

keputusan. Hal ini dilakukan untuk meningkatakn kualitas keputusan

yang diambil yang muaranya adalah meningkatkan kinerja

perusahaan.

Sistem pendukung keputusan ini lebih ditekankan untuk menyelesaikan

masalah yang terstruktur, selanjutnya masalah yang tidak terstruktur

merupakan bagian dari keahlian pengambil keputusan. Data data diambil

dari kegiatan sehari hari yang dilakukan dapat diselesaikan dengan suatu

model tertentu sehingga dapat membantu manajemen untuk mengambil

keputusan. Misalkan data penjualan barang dapat dijadikan data awal

atau data acuan untuk membuat peramalan penjualan dimasa yang akan

datang dengan menggunakan model peramalan. Hasil peramalan ini

dapat dimanfaatkan oleh manajer pembelian untuk menentukan jumlah

pembelian barang. (Diana 2018 : 19-20)

c) Tujuan dan prinsip Sistem Pendukung Keputusan

Tujuan SPK menurut Simon (2015:20) adalah:

1) Membantu manajer membuat keputusan untuk memecahkan masalah

semiterstruktur.

2) Mendukung penilaian manajer bukan mencoba menggantikannya.

3) Meningkatkan efektifitas pengambilan keputusan manajer daripada

efisiensinya.

Tujuan–tujuan tersebut mengacu pada tiga prinsip dasar dari sistem

pendukung keputusan, yaitu:


31

1) Struktur masalah: Untuk masalah terstruktur, penyelesaian dapat

dilakukan dengan menggunakan rumus-rumus yang sesuai, sedangkan

untuk masalah tak terstruktur tidak dapat dikomputerisasi. Sementara

SPK dikembangkan khususnya untuk masalah yang semi terstruktur.

2) Dukungan keputusan: SPK tidak dimaksudkan untuk menggantikan

manajer, karena komputer berada dibagian terstruktur, sementara

manajer berada dibagian tidak terstruktur untuk memberi penilaian

dan melakukan analisis. Manajer dan komputer bekerja sama sebagai

sebuah tim pemecah dalam masalah semi terstruktur.

3) Efektifitas keputusan: Tujuan utama dari SPK bukan mempersingkat

waktu pengambilan keputusan, akan tetapi untuk menghasilkan

keputusan yang lebih baik.

d) Komponen komponen Sistem Pendukung Keputusan

Menurut Turban, Aronson, dan Liang (2015:47) Aplikasi SPK

dapat terdiri atas beberapa subsistem, yaitu:

1) Subsistem Manajemen Data

Subsistem Manajemen Data memasukkan satu database yang berisi

data yang relevan untuk suatu situasi dan kondisi. Di kelola oleh

perangkat lunak yang di sebut sistem manajemen database

(DBMS/Data Base Management System).

2) Subsistem Manajemen Model

Merupakan paket perangkat lunak yang memasukkan model keuangan,

forecasting, ilmu manajemen, dan model kuantitatif lainnya yang


32

memberikan kapabilitas analisis pada sebuah sistem pendukung

keputusan. perangkat lunak ini biasa disebut dengan Sistem

Manajemen Basis Data (MBMS).

3) Subsistem Antar Muka Pengguna

Pengguna berkomunikasi dengan dan memerintahkan Sistem

Pendukung Keputusan (SPK) melalui subsistem ini. Pengguna adalah

bagian yang dipertimbangkan dari sistem.

4) Subsistem manajemen berbasis pengetahuan (knowledge base)

Subsistem ini mendukung semua subsistem lain atau bertindak sebagai

suatu komponen independen yang memberikan intelegensi untuk

memperbesar pengetahuan si pengambil keputusan.

e) Tahapan pengembangan Sistem Pendukung Keputusan

Proses pengembangan sistem pendukung keputusan :

1) Tahap Pradesain

Tahap A : perencanaan,pada tahap ini menentukan kebutuhan sistem,

mendiagnosa masalah dan menentukan tujuan pengembangan sistem

pendukung keputusan.

Tahap B : penelitian. Melihat kebutuhan pengguna, melihat sumber

daya yang telah tersedia dilingkungan sistem pendukung keputusan

yang akan dibangun.

Tahap C : analisis, menentukan pendekatan pengembangan yang

terbaik, menentukan apa saja kebutuhan sumber daya yang akan

dibutuhkan pada pembangunan sistem pendukung keputusan


33

menentukan model normative yaitu model yang menyatakan bahwa

alternative yang terbaik dari semua alternative yang ada.

2) Tahap Desain

Desain antar muka, dialog, desain basis data, desain model dan desain

komponen pengetahuan.

3) Tahap Konstruksi

Mengimplementasi semua tahap desain kedalam program sistem

pendukung keputusan.

4) Tahap Implementasi

Melakukan pengujian dan evaluasi, demostrasi dan pelatihan.

5) Tahap Pemeliharaan Dan Dokumentasi

Melakukan pemeliharaan dan dokumentasi

6) Tahap Adaptasi

Melakukan proses secara berulang ulang untuk meningkatkan kualitas

sistem. (Diana 2018 : 28)

3. Konsep Dasar Simple Additive Weighting (SAW)

Metode Simple Additive Weighting (SAW) dikenal dengan istilah

metode penjumlahan terbobot. Konsep dasar pada metode Simple Additive

Weighting (SAW) adalah mencari penjumlahan terbobot dari rating kinerja

pada setiap alternatif di semua atribut. Metode Simple Additive Weighting

(SAW) membutuhkan proses normalisasi matriks keputusan (X) ke suatu

skala yang dapat diperbandingkan dengan semua rating alternatif yang

ada. Formula untuk melakukan normalisasi tersebut adalah:


34

Ket:

rij = nilai rating kinerja ternormalisasi

xij = nilai atribut yang dimiliki dari setiap kriteria

Max xij = nilai terbesar dari setiap kriteria ᵢ

Min xij = nilai terkecil dari setiap kriteria ᵢ

benefit = jika nilai terbesar adalah terbaik

cost = jika nilai terkecil adalah terbaik dimana rij adalah rating kinerja

ternormalisasi dari alternatif Ai pada atribut Cj; i=1,2,…,m dan j=1,2,…,n.

Nilai preferensi untuk setiap alternatif (Vi) diberikan sebagai:

Vi = ∑ wj * rij

Ket :

Vi = rangking untuk setiap alternatif

wj = nilai bobot dari setiap kriteria

rij = nilai rating kinerja ternormalisasi

Nilai Vi yang lebih besar mengindikasikan bahwa alternatif Ai lebih

terpilih.

Metode ini sendiri sebenarnya masih termasuk dalam

metode MADM atau Multiple Attribute Decision Making. Ini merupakan


35

salah satu metode Multiple Attribute Decision Making (MADM) klasik

untuk menentukan penjumlahan terbobot pada setiap atribut.

4. Langkah langkah metode Simple Additve Weighting (SAW)

Langkah-Langkah penyelesaian Metode Simple Additive Weighting (SAW)

adalah sebagai berikut :

a) Menentukan kriteria-kriteria yang diajukan sebagai acuan dalam

pengambilan keputusan

b) Menentukan rating kecocokan setiap Alternatif pada setiap kriteria.

c) Membuat matriks keputusan berdasarkan Kriteria (Ci), kemudian

melakukan normalisasi matriks berdasarkan persamaan yang disesuaikan

dengan jenis (atribut keuntungan ataupun atribut biaya) sehingga

diperoleh matriks ternormalisasi R.

d) Hasil akhir diperoleh dari proses perangkingan yaitu penjumlahan dari

perkalian matriks ternormalisasi R dengan vektor bobot sehingga

diperoleh nilai terbesar yang dipilih sebagai alternatif terbaik (Ai) sebagai

solusi. (Yohanes 2018 : 14-20)

5. Proses Pengambilan Keputusan

a) Multi Kriteria Decision Making (MCDM)

Adalah pengambilan keputusan banyak atribut (Multi Kriteria

Decision Making). Model pengambilan keputusan ini digunakan untuk

menentukan alternatif terbaik terhadap beberapa alternatif yang ada

berdasarkan pada kriteria tertentu. Kriteria biasanya berupa ukuran


36

ukuran, aturan-aturan, atau standar yang digunakan dalam pengambilan

keputusan.

Misalkan terdapat n alternatif dan m kriteria kedalam sebuah matriks,

dimana Xij adalah nilai data yang diperoleh dari hasil pengolahan data

atau diperoleh dari penilaian pengambilan keputusan pengukuran untuk

alternatif i terhadap kriteria j.

1.) misalkan terdapat himpunan alternatif, A={Ai | = 1,2,...,n} dan

2.) himpunan kriteria C = {Cj | j = 1,2,...,m}

3.) dimana X = {xij | i = 1,2,...,m} adalah himpunan data awal (bisa

berupa hasil pengolahan atau penilaian pengambil keputusan) dan

4.) W= (wj | j =1,2,...m} adalah himpunan terbobot.

Masalah multi criteria decision making (MCDM) merupakan proses

pemilihan alternative terbaik dari n buah alternative berdasarkan pada

m buah kriteria yang ditetapkan.

b) Fuzzy Multiple Attribute Decision Making (FMADM)

Fuzzy Multiple Attribute Decision Making (FMADM) adalah suatu

metode yang digunakan untuk mencari alternatif optimal dari sejumlah

alternatif dengan kriteria tertentu. Inti dari Fuzzy MADM adalah

menentukan nilai bobot untuk setiap atribut, kemudian dilanjutkan

dengan proses perankingan yang akan menyeleksi alternatif yang sudah

diberikan. Pada dasarnya, ada 3 pendekatan untuk mencari nilai bobot

atribut, yaitu pendekatan subyektif, pendekatan obyektif dan pendekatan

integrasi antara subyektif dan obyektif.


37

Masing-masing pendekatan memiliki kelebihan dan kelemahan.

Pada pendekatan subyektif, nilai bobot ditentukan berdasarkan

subyektifitas dari para pengambil keputusan, sehingga beberapa faktor

dalam proses perankingan alternatif bisa ditentukan secara bebas.

Sedangkan pada pendekatan obyektif, nilai bobot dihitung secara

matematis sehingga mengabaikan subyektifitas dari pengambil

keputusan. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk

menyelesaikan masalah FMADM, antara lain:

a. Simple Additive Weighting Method (SAW);

b. Weighted Product (WP);

c. Elimination Et Choix Traduisant la Realite (ELECTRE);

d. Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution

(TOPSIS);

e. Analytic Hierarchy Process (AHP)

c) MODM (Multi Kreteria Decision Making)

pengambilan keputusan banyak tujuan (Multi Objective Decision

Making). Pada model ini, kita tidak memilih alternatif yang terbaik,

namun menentukan jumlah produksi untuk masing masing alternatif yang

memaksimalkan sejumlah tujuan yang ada.

Pada awal perkembangan, masalah pengambilan keputusan masih

mengoptimumkan satu fungsi fungsi tujuan saja, misalkan

meminimumkan tenaga kerja atau memaksimumkan keuntungan. Ada

beberapa jenis program optimasi ini antara lain program linier, program
38

bilangan bulat, dll. Program bilangan bulat pada intinya berkaitan dengan

program linier dengan beberapa atau semua nilai variabel merupakan

bilangan bulat atau diskrit. Untuk program bilangan bulat campuran

beberapa variabel merupakan bilangan bulat, sedangkan untuk program

bilangan bulat murni semua variabel merupakan bilangan bulat.

Timbulnya program bilangan bulat disebabkan karena ada beberapa

masalah program linear yang tidak masuk akal jika penyelesaiannya

menghasilkan bilangan pecahan. (Diana 2018 : 11-12)

6. Basis Data

Menurut Simarmata (2016:01) Basis data adalah suatu aplikasi

terpisah yang menyimpan suatu koleksi data. Masing-masing basis data

memiliki satu API atau lebih berbeda untuk menciptakan, mengakses,

mengelola, mencari, dan mereplikasi data. Basis data biasanya memiliki dua

bagian utama. Pertama, file yang memegang basis data fisik. Kedua,

perangkat lunak sistem manajemen basis data menggunakan aplikasi untuk

mengakses data.

a) Database Management System (DBMS)

Database Management System (DBMS) adalah suatu sistem

perangkat lunak kompleks yang mengatur permintaan dan penyimpanan

data ke dan dari hardisk. Database Management System (DBMS)

menyediakan keamanan (security), privasi (privacy), integritas

(integrity), dan kontrol konkurensi (concurenncy controls). Database

Management System (DBMS) mengelola transkasi pada multiuser,


39

lingkungan akses bersamaan, dan menyediakan tingkat independesi data

yang mengisolasi pandangan pengguna atau aplikasi dari perubahan

yang berlangsung ditingkat internal dan konseptual.

Database Management System (DBMS) adalah perangkat lunak

yang disajikan oleh penjual basis data. Produk perangkat lunak seperti

Microsoft Access, Oracle, Microsoft SQL Server, Sybase, DB2,

INGRES, dan MySQL adalah semuanya Database Management System

(DBMS).

Kesimpulannya adalah Database Management System (DBMS)

merupakan suatu perangkat lunak yang digunakan sebagai

penyimpanan. (Fatansyah 2018 : 15)

Database Management System (DBMS) menyediakan semua

layanan dasar yang diperlukan untuk mengorganisir dan memelihara

basis data, termasuk penggunaan Database Management System

(DBMS) berikut:

1) Memudahkan pemindahan dari rutinitas manipulasi data eksternal

dari aliran program (yaitu urutan, penggabungan, dan lain-lain)

2) Menghapus kebutuhan untuk menghapus file secara penuh dalam

pemilihan retrieval atau kondisi update.

3) Memudahkan pengguna file sesuai golongan oleh sebagai program

(memperbaharui dan atau retrieval).

4) Menyediakan pemulihan data setelah kegagalan.

5) Menyediakan akses data secara logika daripada secara fisik.


40

Secara umum, suatu Sistem Manajemen Basis Data (DBMS) terdiri

dari:

1) Suatu koleksi modul, program dan tabel-tabel.

2) Suatu metode akses dan metodologi akses.

3) Sekumpulan masukan data, manipulasi data, pelaporan, dan tools-

Tools retrieval.

4) Ketentuan built-in untuk keamanan dan integritas data.

5) Sekumpulan file, record, serta uraian-uraian elemen.

6) Peraturan tentang logika untuk mengontruksi file dan menangani

data.

7) Spesifik untuk menyimpan data fisik.

b). Relational Database Management System (RDBMS)

Menurut Simarmata (2016:47), Sistem basis data manajemen

relasional atau relational database management system (RDBMS) adalah

suatu istilah yang digunakan untuk menguraikan keseluruhan deretan

program untuk mengelola sebuah basis data relasional dan komunikasi

mesin basis data relasional. (Sigit Ergiyanto 2019 : 12-13)

7. Unsur Unsur Perancangan Sistem

a. Web Browser

Menurut Arief (2017: 236) Web browser merupakan program yang

berfungsi untuk menampilkan dokumen-dokumen web dalam format

HTML. Bagaimana halaman web yang dibuat ditampilkan sangat

tergantung pada web engine yang digunakan oleh masing-masing browser.


41

Semua jenis web browser yang ada saat ini mengikuti standarisasi yang

dibuat oleh World Wide Web Consortium (W3C) yang merupakan badan

independen yang mengurus semua hal yang berkaitan dengan web di

dunia.

b. Hypertext Markup Language (HTML)

Menurut Arief (2017: 236) HTML atau HyperText Markup

Language merupakan salah satu format yang digunakan dalam

pembuatan dokumen dan aplikasi yang berjalan di halaman web.

Dokumen ini dikenal sebagai webpage. Dokumen HTML merupakan

dokumen yang disajikan pada web browser

c. Hypertext Processor (PHP)

Menurut Frangki Rawung (2017:23), Hypertext Prepocessor (PHP)

merupakan bahasa pemrograman yang banyak digunakan untuk membuat

web yang dinamis. PHP sendiri memiliki kepanjangan yaitu “Hypertext

Prepocessor”. Hypertext Prepocessor (PHP) adalah software yang

diperoleh secara Platform sistem operasi. Hypertext Prepocessor (PHP)

merupakan bahasa pemrograman yang dapat disisipkan dalam script

Hypertext Markup Language (HTML) untuk membuat web dinamis

dengan cepat. Untuk menjalankan bahasa pemrograman PHP, Kita

memerlukan web server untuk menjalankannya.

Menurut Arief (2017: 237), Hypertext Prepocessor (PHP) adalah

bahasa server-side scripting yang menyatu dengan HTML untuk

membuat halaman web yang dinamis. Karena PHP merupakan server-


42

side scripting maka sintaks dan perintah-perintah PHP akan dieksekusi di

server kemudian hasilnya dikirim ke browser dalam format HTML.

Demikian kode program yang ditulis dalam PHP tidak akan terlihat oleh

user sehingga halaman web lebih terjamin. PHP dirancang untuk

membentuk halaman web dinamis, yaitu halaman web yang berbentuk

suatu tampilan berdasarkan permintaan terkini, seperti menampilkan isi

basis data ke halaman web.

PHP termasuk dalam Open Source Product, sehingga source code PHP

dapat diunduh dan didistribusikan secara bebas. Salah satu keunggulan

yang dimiliki oleh PHP adalah kemampuannya untuk melakukan koneksi

ke berbagai macam software sistem manajemen basis data atau Database

Management System (DBMS), sehingga dapat menciptakan suatu

halaman web yang dinamis. PHP mempunyai koneksitas yang baik

dengan beberapa DBMS antara lain Oracle, Sybase, mSQL, MySQL,

Microsoft SQL Server, Solid, PostgreSQL, Adabas, FilePro, Velocis,

dBase, Unix dbm, dan tak terkecuali semua database ber-interface ODBC.

d. MySQL

Menurut Arief (2017: 239), MySQL adalah salah satu jenis

database server yang sangat terkenal dan banyak digunakan untuk

membangun aplikasi web yang menggunakan database sebagai sumber

dan pengelolaan datanya. Kepopuleran MySQL antara lain karena

menggunakan SQL sebagai bahasa dasar untuk mengakses database-nya

sehingga mudah digunakan, kinerja query cepat dan mencukupi


43

kebutuhan database perusahaan-perusahaan skala menengah-kecil.

MySQL juga bersifat open source dan free (anda tidak perku membayar

dalam menggunakannya) pada berbagai platform (kecuali pada windows,

yang bersifat shareware).

MySQL merupakan database yang pertama kali didukung oleh bahasa

pemrograman script untuk internet (PHP dan Perl). MySQL dan PHP

dianggap sebagai pasangan software pengembangan aplikasi web yang

ideal. MySQL lebih sering digunakan untuk membangun aplikasi

berbasis web, umumnya pengembangan aplikasinya menggunakan

bahasa pemrograman script PHP.

Menurut Frangki Rawung (2017:24) MySql Adalah sebuah

perangkat Lunak manajemen database yang Open Source untuk

digunakan sebagai menambahkkan, mengupdate, menghapus dan

menampilkan data. MySql tergolong bahasa Structure Query Languange

(SQL) yang mempunyai beberapa perintah yang pada umumnya

digunakan yaitu Select, Insert, Update, dan Delete.

e. XAMPP dan PhpMyAdmin

Menurut Heriyanto (2017:52), Xampp adalah sebuah aplikasi yang

dapat menjadikan komputer kita menjadi sebuah server. Kegunaan

Xampp ini untuk membuat jaringan local sendiri dalam artian kita dapat

membuat website secara offline untuk masa coba-coba di komputer

sendiri. Jadi fungsi dari Xampp server itu sendiri merupakan server

website kita untuk cara memakainya. Disebut server karena dalam hal ini
44

komputer yang akan kita pakai harus memberikan pelayanan untuk

mengakseskan web, untuk itu komputer kita harus menjadi server.

Menurut Frangki Rawung (2017:5), XAMPP merupakan paket

Hypertext Prepocessor (PHP) dan MySQL berbasis open source yang

dapat digunakan sebagai tool pembantu pengembangan aplikasi berbasis

Hypertext Prepocessor (PHP). XAMPP dapat diperoleh dengan men-

download di http://apachefriend.org. Untuk membuat sebuah aplikasi

berbasis web dengan menggunakan bahasa PHP, tentu saja diperlukan

sebuah web server dan interpreter PHP. Server tidak harus sebuah

komputer khusus dengan kinerja tunggu dan berukuran besar, tetapi bisa

dibuat dari PC yang mempunyai fungsi selayaknya sebuah web server,

yaitu dengan menginstal XAMPP.

Dari dua definisi diatas dapat disimpulkan

bahwa XAMPP adalah tool yang menyediakan perangkat lunak kedalam

satu paket untuk membentuk sebuah aplikasi yang dapat menjadikan

komputer kita menjadi sebuah server.

8. Flowmap

Menurut Yayat Rukayat (2017 :56), Flowmap merupakan diagram

yang menggambarkan aliran dokumen pada suatu prosedur kerja organisasi.

Penggambaran flowmap biasanya diawali dengan mengamati dokumen

apa yang akan menjadi media data atau informasi. Selanjutnya, ditelusuri

bagaimana dokumen tersebut terbentuk ke bagian entitas mana dokumen

tersebut mengalir, perubahan apa yang terjadi pada dokumen tersebut,


45

proses apa yang terjadi terhadap dokumen tersebut dan seterusnya. Untuk

membuat sebuah analisis sistem, baik yang sedang berjalan maupun

yang hendak dibangun, dengan menggunakan flowmap, seorang analisis

dan progremmer memerlukan beberapa tahapan di antaranya :

a) Flowmap digambarkan dari halaman atas ke bawah dan dari kiri ke

kanan.

b) Aktifitas yang digambarkan harus didefinisikan secara

hati-hati dan definisi ini harus dapat dimengerti oleh pembacanya.

c) Kapan aktifitas dimulai dan berakhir harus ditentukan secara jelas.

d) Setiap langkah dari aktifitas harus diuraikan dengan menggunakan

deskripsi kata kerja, misalkan menghitung biaya penjualan harian.

e) Setiap langkah dari aktifitas harus berada pada urutan yang benar.

f) Lingkup dan range dari aktifitas yang sedang digambarkan harus

ditelusuri dengan hati-hati. Percabangan-percabangan yang

memotong aktifitas yang sedang digambarkan tidak perlu digambarkan

pada flowmap yang sama. Simbol konektor harus digunkan dan

percabangannya diletakkan pada halaman yang terpisah atau

dihilangkan seluruhnya bila percabangannya tidak berkaitan dengan

sistem.

g) Gunakan simbol-simbol flowmap yang standar.


46

Tabel 2.1 Simbol-Simbol Flowmap

Simbol Keterangan

Dokumen

Menunjukkan dokumen berupa


dokumen input dan output pada
proses manual dan proses berbasis
komputer
Proses manual

Menunjukkan proses yang


dilakukan secara manual
Penyimpanan Magnetik

Menunjukkan media
penyimpanan Data/Informasi file
pada proses berbasis komputer.
File dapat disimpan pada
harddisk, disket, CD, dan lain
lain.
Arah Alir Dokumen

Menunjukkan arah aliran


dokumen antar bagian yang
terkait pada suatu sistem. Bisa
dari sistem keluar ataupun dari
luar ke sistem dan antar bagian
diluar sistem.
Penghubung

Menunjukkan alir dokumen yang


terputus atau terpisah pada
halaman alir dokumen yang sama
47

Proses Komputer

Menunjukkan proses yang

dilakukan secara komputerisasi

Pengarsipan

Menunjukkan simpanan data non-


komputer informasi file pada
proses manual. Dokumen dapat
disimpan pada lemari, arsip, map
file, dan lain lain.
Input Sistem

Menunjukkan input yang


dimasukkan melalui keyboard.
Penyimpanan Manual

Menunjukkan media
penyimpanan data informasi
manual.
(Sumber: Hanif 2017 : 21-23)

9. Implementasi Metode Simple Additive Weighting (SAW)

Analisa merupakan tahap pemahaman terhadap suatu persoalan

sebelum mengambil suatu tindakan atau keputusan. Pada tahapan ini akan

dianalisa tentang sistem yang akan dibuat untuk menganalisa kebutuhan

sistem serta pengguna. Dalam memilih penerima bantuan raskin panitia

melakukan seleksi dengan cara menilai layak atau tidaknya penerima

raskin. Kriteria yang akan digunakan untuk melakukan penilaian, yaitu

Penghasilan kepala keluarga (Cost), Jumlah tanggungan kepala keluarga


48

(Benefit), dan daya listrik (Benefit). (Joni Riadi, Reza Fauzan, dkk. 2017 :

2-3)

Dari kriteria tersebut, maka setiap kriteria mempunyai nilai masing-masing

dari kriteria tersebut. Adapun nilai dari setiap kriteria dapat dilihat pada

Tabel berikut :

Tabel 2.2 Bobot Setiap Kriteria

No Jenis Kriteria Bobot

1 Penghasilan 3

2 Tanggungan 5

3 Daya Listrik 2

Tabel 2.3 Tabel Bobot Kriteria Penghasilan

Kriteria Sub Kriteria Kriteria Nilai Ket

≤ 1000.000.00 Sangat Layak

Penghasilan = 1000.000.00 Layak Cost

≥ 1000.000.00 Tidak Layak

Tabel 2.4 Bobot Kriteria Tanggungan

Kriteria Sub Kriteria Kriteria Nilai Ket

≥ 5 orang Sangat Layak

Tanggungan = 5 orang Layak Benefit

≤ 5 orang Tidak Layak


49

Tabel 2.5 Bobot Kriteria Daya Listrik

Kriteria Sub Kriteria Kriteria Nilai Ket

1300 kwh Sangat Layak

Daya Listrik 900 kwh Layak Benefit

450 kwh Tidak Layak

10. Pengujian Perangkat Lunak

a. Black Box Testing

Menurut Roohullah jan, dkk (2016:83) Blackbox Testing adalah

pengujian yang berfokus pada persyaratan fungsional perangkat

lunak. Dengan demikian, Blackbox Testing memungkinkan perekayasa

perangkat lunak mendapatkan serangkaian kondisi input yang

sepenuhnya menggunakan semua persyaratan fungsional untuk suatu

program.

Menurut Mustaqbal dkk (2015:34) Blackbox Testing berusaha

menemukan kesalahan dalam kategori sebagai berikut:

1) Fungsi-fungsi yang tidak benar atau salah.

2) Kesalahan Interface.

3) Kesalahan dalam struktur data atau database eksternal.

4) Kesalahan kinerja.

5) Instalasi kesalahan terminasi.

b. White Box Testing

Menurut Rizky dikutip oleh Indriyani dalam jurnal Paradigma

(2015:30-31) White box testing secara umum merupakan jenis testing


50

yang lebih berkonsentrasi terhadap isi dari perangkat lunak itu sendiri.

Jenis ini lebih banyak berkonsentrasi pada source code dari perangkat

lunak yang dibuat sehingga membutuhkan proses testing yang jauh lebih

lama dan lebih mahal dikarenakan membutuhkan ketelitian dari para

tester serta kemampuan teknis pemrograman bagi para testernya.

Kelebihan White Box Testing:

1) Kesalahan logika Digunakan pada sintaks “if” dan pengulangan.

Dimana white box testing akan mendeteksi kondisi-kondisi yang tidak

sesuai dan mendeteksi kapan proses pengulangan akan berhenti.

2) Ketidaksesuaian asumsi Menampilkan asumsi yang tidak sesuai

dengan kenyataan, untuk dianalisa dan diperbaiki.

3) Kesalahan ketik Mendeteksi bahasa pemrograman yang bersifat case

sensitive. Kelemahan White Box Testing Untuk perangkat lunak yang

tergolong besar, White Box Testing dianggap sebagai strategi yang

tergolong boros karena akan melibatkan sumber daya yang besar

untuk melakukannya.

11. Raskin

Nisa Ulfitri Marlaeni (2017:412) Raskin merupakan subsidi pangan

dalam bentuk beras yang diperuntukkan bagi rumah tangga berpenghasilan

rendah sebagai upaya dari pemerintah untuk meningkatkan ketahanan

pangan dan memberikan perlindungan sosial pada rumah tangga sasaran.

Keberhasilan Program Raskin diukur berdasarkan tingkat pencapaian


51

indikator 6T, yaitu: tepat sasaran,tepat jumlah, tepat harga, tepat waktu,

tepat kualitas,dan tepat administrasi.

Raskin adalah Program Pemerintah dalam upaya meningkatkan Ketahanan

Pangan dan memberikan perlindungan pada Keluarga Miskin melalui

pendistribusian beras maksimal 20 (dua puluh) kg/KK/bulan netto dengan

harga Rp. 1.000,-/kg (harga di titik distribusi).

Program Raskin adalah salah satu program penanggulangan

kemiskinan dan perlindungan sosial di bidang pangan yang

diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat berupa bantuan beras bersubsidi

kepada rumah tangga berpendapatan rendah (rumah tangga miskin dan

rentan miskin).

Program Raskin adalah program nasional lintas sektoral baik vertikal

(Pemerintah Pusat sampai dengan Pemerintah Daerah) maupun horizontal

(lintas Kementerian/Lembaga), sehingga semua pihak yang terkait

bertanggung jawab sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing

untuk kelancaran pelaksanaan dan pencapaian tujuan Program Raskin.

Tujuan program Raskin

Program Raskin bertujuan untuk mengurangi beban pengeluaran

rumah tangga sasaran dalam memenuhi kebutuhan pangan pokok dalam

bentuk beras.

Lebih jauh, program raskin bertujuan untuk membantu kelompok

miskindan rentan miskin mendapat cukup pangan dan nutrisi karbohidrat

tanpa kendala. Efektivitas Raskin sebagai perlindungan sosial dan


52

penanggulangan kemiskinan sangat bergantung pada kecupan nilai transfer

pendapatan dan ketepatan sasaran kepada kelompok miskin dan rentan.

(Joni Riadi, Reza Fauzan, dkk. 2017 : 1-2)

B. ROADMAP PENELITIAN

Berdasarkan pengamatan Penulis, pada penelitian sebelumnya

terdapat beberapa penelitian yang hampir serupa, diantaranya adalah:

1. Novia Retnoningsih (2016), dengan Judul penelitian “Penerapan Simple

Additive Weighting Seleksi Penerima Beras Miskin (Raskin) Di Desa

Gogorante Kecamatan Ngasem”. Penelitian ini membahas tentang

bagaimana menentukan penerima raskin yang sesuai dengan kriteria yang

seharusnya dengan menggunakan metode perhitungan Simple Additive

Weighting (SAW) dalam penentuan keputusannya.

2. Ilyas (2017), dengan Judul penelitian “Implementasi Sistem Pendukung

Keputusan Penerima Raskin Menggunakan Metode Analytical Hierarchy

Proces (AHP)”. Penelitian ini membahas tentang “menentukan penerima

Raskin yang sesuai dengan kriteria dengan membuat suatu sistem

pendukung keputusan yang menggunakan Metode Analytical Hierarchy

Proces (AHP) dalam penentuannya karena diakibatkan masih seringnya

terjadi kesalahan dalam pengambilan keputusan untuk menentukan kriteria

penerima beras Raskin yang seringkali tidak mengacu pada kriteria kriteria

keluarga miskin.

3. Joni Riadi, Reza Fauzan, dkk. (2017), dengan Judul penelitiani “Sistem

Pendukung Keputusan Penerima Raskin Berbasis Web”. Pelitian ini


53

membahas tentang penentuan penerima Raskin menggunakan metode

Simple Additive Weighting (SAW) berbasis Web untuk penentuan penerima

Raskin di kelurahan Alalak Utara agar penyaluran Raskin tersebut tidak

salah sasaran.

4. Amelia Deyantri (2019), dengan Judul penelitian “Sistem Pendukung

Keputusan Pemilihan Tempat Kuliner Di Kota Palembang Dengan Metode

Simple Additive Weighting (SAW)”. Penelitian ini membahas tentang Suatu

sistem pendukung keputusan yang bisa digunakan untuk membantu

masyarakat menemukan tempat kuliner yang sesuai dengan kriteria yang

diinginkan melalui perhitungan kriteria yang menggunakan metode Simple

Additive Weighting (SAW).

Dari penelitian-penelitian diatas yang membedakan dari penelitian ini

yaitu Objek Penelitian dan metode yang digunakan serta kriteria kriteria

yang dipakai dalam penentuannya. Penelitian ini membahas tentang

bagaimana menentukan penerima Raskin yang tepat sasaran Di Desa

Sipaenre dengan menggunakan Metode Simple Additive Weighting (SAW)

dengan melihat kriteria Jumlah Tanggungan, Penghasilan, dan Tegangan

Listrik nya.
54

C. KERANGKA KONSEPTUAL

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. PENGGAMBARAN SISTEM

1. Sistem yang Sedang Berjalan

Data yang ditemukan dari sistem yang sedang berjalan pada Kantor

Desa Sipaenre’ Kacamatan Kindang Kabupaten Bulukumba adalah :

a) Pendata melakukan proses pendataan dengan mendatangi langsung

beberapa warga yang dianggapnya kurang mampu.

b) Pendataan dilakukan pada setaip rumah yang dianggap warganya

kurang mampu, yang dimana proses pendataan dilakukan oleh pihak

desa yang memiliki wewenang, kemudian data yang terkumpul diolah

di kantor desa.

c) Setelah dipilih dan ditentukan masyarakat yang menerima beras

murah (Raskin) tersebut kemudian dibuat laporannya oleh pihak

yang bersangkutan.
56

Tabel 3.1 Flowmap Sistem Yang Sedang Berjalan

Staff Kepala Desa

Data warga Data warga

Proses
pemilihan
penerima
raskin

Data warga terpilih Data warga


Data warga terpilih

Arsip Arsip

2. Sistem yang Sedang Diusulkan

a) Sistem yang diusulkan nantinya akan menjadi alternatif utama dalam

proses penentuan Masyarakat yang berhak menerima Raskin tersebut.

b) Terdapat dua laporan, yaitu Laporan data warga dan laporan hasil

rangking.

c) Proses pendataan dilakukan oleh staff desa yang mempunyai

wewenang.

d) Laporan data warga diteruskan ke Admin Kantor desa, kemudian

diproses kembali data yang telah ada dengan melakukan perhitungan


57

menggunakan metode Simple Additive Weighting (SAW), dimana

Admin melakukan penilaian bobot berdasarkan kriteria yang telah

ditentukan sebelumnya.

e) Setelah dicapai hasil dari perhitungan, maka laporan dibuat untuk

diteruskan ke Kepala Desa, untuk ditandatangani dan dijadikan arsip

kemudian laporan tersebut juga di berikan kepada staf Desa yg

kemudian menginformasikan kepada Warga Masyarakat yang

bersangkutan.
58

Gambar 3.2 Flowmap Sistem yang Akan Diusulkan


59

B. JENIS/ METODE PENELITIAN

1. Software Development life Cycle (SDLC)

SDLC atau Software Development Life Cycle atau sering disebut juga

System Development Life Cycle adalah proses mengembangkan atau

mengubah suatu sistem perangkat lunak dengan menggunakan model-model

dan metodologi yang digunakan orang untuk mengembangkan sistem-sitem

perangkat lunak sebelumnya.

SDLC memiliki berberapa model dalam penerapan tahapan

prosesnya, antara lain: Model Waterfall, Model Prototype, Model Rapid

Application Development (RAD), Model Iteratif, dan Model Spiral. Pada

penelitian skripsi ini, penulis menggunakan Model Rapid Application

Development sebagai model proses pengembangan perangkat lunaknya

(Rosa & Shalahuddin, 2016).

2. Model pengembangan Waterfall

Model Waterfall merupakan salah satu model pengembangan

perangkat lunak yang ada di dalam model Sequencial Development Life

Cycle (SDLC).

Menurut Sukamto dan Shalahuddin (2018:26) mengemukakan bahwa

“ SDLC atau Software Development Life Cycle atau sering disebut juga

System Development Life Cycle adalah proses mengembangkan atau

mengubah suatu sistem perangkat lu-nak dengan menggunakan model-

model dan metodologi yang digunakan orang untuk mengembangkan

sistem-sistem perangkat lunak sebelumnya, berdasarkan best practice atau


60

cara-cara yang sudah teruji baik.” model waterfall sering juga disebut

model sekuensi linear atau alur hidup klasik. Pengembangan sistem

dikerjakan secara terurut mulai dari analisis, desain, pengkodean, pengujian

dan tahap pendukung.

Gambar 3.3 Model Waterfall

(Sumber: Yoki Firmansyah 2017 : 10)

Tahap-tahap tersebut diimplementasikan pada penelitian yang Penulis

lakukan dengan rincian sebagai berikut:


61

a. Requirement Gathering And Analysis

Mengumpulkan kebutuhan secara lengkap kemudian dianalisis dan

didefinisikan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh program yang akan

dibangun.

b. Desain

Dalam tahap ini pengembang akan menghasilkan sebuah sistem

secara keseluruhan dan menentukan alur perangkat lunak hingga

algoritma yang detail.

c. Implementasi

Adalah Tahapan dimana seluruh desain diubah menjadi kode kode

progam . Kode progam yang dihasilkan masih berupa modul-modul yang

akan diintregasikan menjadi sistem yang lengkap.

d. Integration & Testing

Di tahap ini dilakukan penggabungan modul-modul yang sudah

dibuat dan dilakukan pengujian ini dilakukan untuk mengetahui

apakah software yang dibuat telah sesuai dengan desainnya dan fungsi

pada software terdapat kesalahan atau tidak.

e. Verifikasi

Adalah klien atau pengguna menguji apakah sistem tersebut telah

sesuai dengan yang disetujui.

f. Operation & Maintenance

Yaitu instalasi dan proses perbaikan sistem sesuai yang disetujui.


62

C. TEKHNIK PENGUMPULAN DATA

Tekhnik pengumpulan data dilaksanakan dengan tahap tahap sebagai

berikut:

a. Observasi

Pada Tahap Observasi peneliti mengunjungi Beberapa rumah warga untuk

melakukan wawancara langsung tentang bagaimana pendapat beliau

mengenai pembagian Raskin Di Desa Sipaenre, Setelah itu peneliti

mengunjungi Kantor Desa Sipaenre dengan melaksanakan pengamatan

langsung proses kegiatan yang berlangsung di kantor Desan Sipaenre pada

tanggal 11 juni sampai pada tanggal 30 Juni 2020. Berdasarkan dari

observasi yang peneliti lakukan maka dapat diketahui proses pengambilan

keputusan seperti saat raskin tiba sampai raskin tersebut dibagikan kepada

masyarakat dan dengan cara seperti apa penentuan penerima raskin tersebut

di lakukan.

Hasil observasi ini akan dijadikan berupa analisis sistem yang akan

dirancang. Selama observasi, peneliti berusaha menentukan kriteria kriteria

mengenai keluarga yang layak untuk menerima Raskin yang Di dapat dai

Badan Pusat Statistik (BPS).

b. Daftar Pertanyaan

Pertanyaan ini di Ajukan kepada beberapa Masyarakat desa Sipaenre

1) Bagaimana Menurut Anda tentang Proses Pembagian Raskin di Desa ini?

2) Masalah apa yang seringkali Anda rasakan dalam proses pembagian

Raskin ini?
63

3) Harapan apa yang Anda inginkan setelah adanya sistem yang sedang di

usulkan ini?

c. Wawancara

Wawancara ini dilakukan secara langsung dengan mengadakan tanya jawab

dengan beberapa Masyarakat Desa Sipaenre pada tanggal 10 juni 2020 yang

berlokasi di Dusun Balangdidi, Desa Sipaenre, Kelurahan Borongrappoa,

Kecamatan Kindang, Kabupaten Bulukumba. Wawancara dilakukan dengan

tujuan untuk memperoleh data data yang terkait dengan prosedur pembagian

Raskin

D. ANALISIS KEBUTUHAN

1. Hardware

Hardware adalah salah satu komponen dari sebuah komputer yang

sifat alatnya bisa dilihat dan diraba secara langsung atau yang berbentuk

nyata, yang berfungsi untuk mendukung proses komputerisasi.

Adapun perangkat keras yang digunakan adalah:

a. Netbook acer aspire v5 12 inc

b. Hardisk 500GB

c. Carger HIPRO

2. Software

adalah perangkat lunak yang tidak dapat disentuh maupun dilihat

wujud fisiknya.

Adapun perangkat lunak yang digunakan adalah:

a. Sistem operasi windows 7


64

b. Xampp

c. Mozilla firefox

d. Sublime text

e. Google chrome

E. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

1. Lokasi Penelitian

Lokasi pelaksanaan penelitian ini adalah di Desa Sipaenre,

Kec.Kindang, Kab.Bulukumba.

2. Waktu Penelitian

Waktu yang digunakan peneliti untuk penelitian ini dilaksanakan sejak

tanggal dikeluarkanya ijin penelitian dalam kurung waktu kurang lebih 2

(dua) bulan, 1(satu) bulan pengumpulan data dan 1 (satu) bulan pengolahan

data yang meliputi Pembuatan aplikasi,Penyajian dalam bentuk skripsi dan

proses bimbingan berlangsung.

F. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

1. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Bulukumba

Secara wilayah, Kabupaten Bulukumba berada pada kondisi

empat dimensi, yakni dataran tinggi pada kaki Gunung Bawakaraeng –

Lompobattang, dataran rendah, pantai dan laut lepas. Kabupaten Bulukumba

terletak di ujung bagian selatan ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan, terkenal

dengan industri perahu pinisi yang banyak memberikan nilai tambah

ekonomi bagi masyarakat dan Pemerintah Daerah. Luas wilayah Kabupaten


65

Bulukumba 1.154,58 km² dengan jarak tempuh dari Kota Makassar sekitar

153 Km.[1]

Secara geografis Kabupaten Bulukumba terletak pada koordinat antara

5°20” sampai 5°40” Lintang Selatan dan 119°50” sampai 120°28” Bujur

Timur. Batas-batas wilayahnya adalah:

a. Sebelah Utara: Kabupaten Sinjai

b. Sebelah Selatan: Kabupaten Kepulauan Selayar

c. Sebelah Timur: Teluk Bone

d. Sebelah Barat: Kabupaten Bantaeng.

2. Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Kindang

Kindang adalahsebuah kecamatan di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi

Selatan, Indonesia. Kindang terletak di dimensi pegunungan Kabupaten

Bulukumba, tepatnya di lereng Gunung Lompobattang.

Batas Wilayah Kecamatan Kindang yaitu :

a. Sebelah Utara: Kabupaten Gowa

b. Sebelah Selatan: Kecamatan Gantarang

c. Sebelah Barat: Kabupaten Bantaeng

d. Sebelah Timur: Kecamatan Bulukumpa

Wilayah Administratif Kecamatan Kindang yaitu :

Kecamatan Kindang terbagi atas 13 Kelurahan/Desa, dengan Kelurahan

Borongrappoa sebagai ibu kotanya. Berikut 13 Kelurahan/Desa yang

terdapat di Kecamatan Kindang:

a. Kelurahan Borongrappoa (Ibu kota Kecamatan)


66

b. Desa Anrihua

c. Desa Balibo

d. Desa Benteng Palioi

e. Desa Garuntungan

f. Desa Kahayya

g. Desa Kindang

h. Desa Mattirowalie

i. Desa Oro Gading

j. Desa Sipaenre

k. Desa Somba Palioi

l. Desa Sopa

m. Desa Tamaona

3. Gambaran Umum Wilayah Desa Sipaenre

Desa Sipaenre merupakan bagian dari Kecamatan Kindang, yang

terletak di Kelurahan Borong Rappoa, Kecamatan Kindang, Kabupaten

Bulukumba yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Peraturan daerah

Kabupaten Bulukumba Nomor 09 tahun 2010 setelah bupati Bulukumba

menimbang undang undang pasal 2 Permendagri Nomor 28 Tahun 2006

tentang pembentukan Desa yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan

publik guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan Masyarakat.

a. Kependudukan dan Batas Desa

1) Jumlah penduduk Desa Sipaenre 1.581 jiwa

2) Luas Desa Sipaenre adalah 1.039 Ha


67

3) Batas Desa Sipaenre adalah sebagai berikut:

a) sebelah utara berbatasan dengan Desa Anrihua

b) sebelah selatan berbatasan dengan Desa Benteng Malewang

c) sebelah timur berbatasan dengan Desa Borong Loe

d) sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Borongrappoa

b. Pola Pemukiman

Desa Sipaenre terdiri atas 4 (empat) Dusun meliputi:

1) Dusun Balandidi;

2) Dusun Enre;

3) Dusun Bonto Rita;

4) Dusun Bandes.
DAFTAR PUSTAKA

AlFatta, H. (2017). Analisis & Perancangan Sistem Informasi Andi : Yogyakarta

Amelia, D. 2019, Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Tempat Kuliner Di


Kota Palembang Dengan Metode Simple Additive Weighting. Vol 2, No 3:
8-10

Bunafit, N. (2016). Pemrograman Web Membuat Sistem Informasi Akademik


Sekolah dengan Php-Mysql & Dreamweaver Gava Media : Yogyakarta

Diana. (2018). Metode & Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan Deepublish :


Yogyakarta

Ergiyanto, S. (2019). Rancang Bangun Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Penerima


Beras Untuk Keluarga Miskin Dengan Metode Analytical Hierarchy process
(AHP). Skripsi pada Universitas Islam negeri Syarif Hidayatullah Jakarta : Tidak
di terbitkan

Fatansyah. (2015). Basis Data Revisi Ketiga Sumber Informatika : Bandung

Ilyas, 2017, Implementasi Sistem Pendukung Keputusan Penerima Beras Untuk


Keluarga Miskin (Raskin) Menggunakan Metode AHP. Vol 6, No 2: 18-25

Kusrini. (2017). Konsep dan Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan Andi :


Yogyakarta

Meity, A. (2016). Sistem Pendukung Keputusan Berbasis Web Untuk Pemilihan


Handphone Menggunakan Metiode Simple Additive Weighting. Skripsi
Pada Universitas Sanata Dharma Yogyakarta :Tidak di Terbitkan

Novia, R. (2016). Penerapan Simple Additive Weighting Seleksi Penerima Beras


Miskin Di Desa Gogorante Kecamatan Ngasem. Skripsi pada Universitas
Nusantara PGRI Kediri: Tidak di terbitkan

Rawung, F. (2017). Buku pintar Aplikasi SMS dengan Php Dan Mysql. Gava
Media : yogyakarta

Riadi, J. 2017, Sistem Pendukung Keputusan Penerima Raskin Menggunakan


Metode Simple Additive Weighting Berbasis Web. Vol 9, No 3: 23-28
69

Yohanes, P. D. P. (2018). Situs Pemilihan Rumah Berbasis Web Menggunakan Metode


Simple Additive Weighting Memanfaatkan Google Maps API. Skripsi pada
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta : Tidak diterbitkan

Yulianingsih, 2018, Pengujian Black Box Testing Pada Aplikasi Action & Strategy
Berbasis Android Dengan Tekhnologi Phonegap. Vol 3, No 2: 206-209.

Anda mungkin juga menyukai