Anda di halaman 1dari 12

PERJANJIAN KERJA SAMA ANTARA DOKTER PRKTEK PERORANGAN

DENGAN APOTEK KIMIA FARMA

SEBAGAI JEJARING DALAM PELAYANAN KEFARMASIAN

Nomor : .......................................

Pada hari ini, Senin tanggal Delapan Belas bulanJuni tahun Dua ribu Sembilan Belas (18-06-2019) di
Cikarang, telah diadakan kesepakatan antara dan oleh yang bertanda tangan dibawah ini :

I.DR. DUMA JUJUR NAINGGOLAN, dalam hal ini selaku Dokter Praktek Pribadi dengan NO. SIP
503/184/DPMPTSP/DU/2019, dengan alamat praktik Kios Haji Marji
Kp. Tegal Tangsi RT. 003/003 Desa Jati Wangi, Kec. Cikarang Barat,
Kab. Bekasi

II. APOTEK ...... dalam hal ini diwakili oleh ................., selaku .............pemegang SIP
Apoteker Nomor................, Rekanan BPJS Nomor...................,
bertindak untuk dan atas nama serta sah mewakili Apotek..............,
selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA .

PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA, selanjutnya disebut PARA PIHAK dalam kesepakatan kerjasama ini,
dengan memperhatikan ketentuan perundang-undangan yang berlaku:

1. Undang Undang Nomomr 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial nasional;

2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;

3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian;

5. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan;

6. Peraturan Presiden Nomor 111Tahun 2013 tentang perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 12
Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan;

7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan


Kefarmasian di Apotek.

8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 69 tahun 2013 tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan
Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dan Fasilitas kesehatan Tingkat Lanjutan dalam
Penyelenggaraan Program program Jaminan Kesehatan;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan
Kesehatan Nasional;

10. Keputusan Mentri Kesehatan RI Nomor 328/Menkes/sk/VIII/2013 tentang Formularium Nasional;

11. Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Nomor 1 Tahun 2014 tentang
Penyelenggara Jaminan Kesehatan.PARA PIHAK telah sepakat mengadakan kerjasama dalam
pelayanan kefarmasian untuk pasien peserta jaminan kesehatan, yang selanjutnya disebut
Perjanjian. Untuk itu PIHAK PERTAMA menunjuk PIHAK KEDUA sebagai Apotek Jejaring dalam
pelayanan obat-obat dan/atau sediaan farmasi bagi peserta jaminan kesehatan di sarana Pelayanan
Kesehatan PIHAK PERTAMA. Dalam melaksanakan Perjanjian tersebut, PARA PIHAK telah setuju dan
sepakat untuk tunduk dan patuh pada ketentuan dan syarat-syarat sebagaimana tersebut di bawah
ini:

PASAL 1

KETENTUAN UMUM

Dalam Perjanjian ini yang dimaksud dengan :

(1) Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh
manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan
yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh
pemerintah.

(2) Peserta adalah yang terdaftar Faskesnya di Dokter Praktek Mandiri dokter Duma Jujur Nainggolan

(3) Formularium Nasional adalah daftar obat yang disusun oleh komite nasional yang ditetapkan oleh
Menteri Kesehatan, didasarkan pada bukti ilmiah mutakhir berkhasiat, aman, dan dengan harga
yang terjangkau yang disediakan serta digunakan sebagai acuan penggunaan obat dalam jaminan
kesehatan nasional.

(4) Pelayanan Farmasi (Pharmaceutical Care) adalah bentuk pelayanan dan tanggungjawab langsung
profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.

(5) Kartu Peserta adalah identitas yang diberikan kepada setiap Peserta dan anggota keluarganya
sebagai bukti sah atas hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
PASAL 2

MAKSUD DAN TUJUAN

(1) Maksud kerjasama adalah agar terjalinnya kerjasama antara PARA PIHAK dalam penyediaan
layanan farmasi bagi Peserta Jaminan Kesehatan dengan syarat dan ketentuan yang diatur dalam
Perjanjian ini.

(2) Tujuan kerjasama adalah untuk meningkatkan upaya Pemeliharaan Kesehatan bagi Peserta
Jaminan Kesehatan yang meliputi peningkatan, pencegahan, penyembuhan dan pemulihan
kesehatan.

PASAL 3

RUANG LINGKUP DAN PROSEDUR PELAYANAN

(1) PIHAK PERTAMA mengadakan hubungan kerjasama dengan PIHAK KEDUA sebagai jejaring dalam
pelayanan Kefarmasian untuk peserta jaminan kesehatan di sarana pelayanan kesehatan PIHAK
PERTAMA.

(2) Perjanjian antara PARA PIHAK sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terbatas pada pemanfaatan
fasilitas pelayanan Kefarmasian di apotek yang dikuasai sepenuhnya oleh PIHAK KEDUA untuk
memberikan pelayanan obat-obatan dan/atau sediaan farmasi dalam bentuk resep yang
dikeluarkan oleh dokter yang menjalankan praktek pada fasilitas pelayanan kesehatan PIHAK
PERTAMA sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(3) Bahwa segala beban pelayanan kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibiayai dan/atau
ditanggung sepenuhnya oleh PIHAK PERTAMA setelah pelayanan dan PIHAK KEDUA mengajukan
kalim.

(4) PIHAK KEDUA hanya akan melakukan pelayanan kefarmasian kepada peserta yang dijaminkan oleh
PIHAK PERTAMA berdasarkan perundang-undangan yang berlaku termasuk tidak hanya terbatas
pada ketentuan yang tercantum dalam peraturan mengenai jaminan kesehatan.

PASAL 4

KEBEBASAN HAK PARA PIHAK

(1) PIHAK PERTAMA menghormati kebebasan hak dari PIHAK KEDUA untuk menjalin kerjasama
dengan dokter lain dan/atau dengan fasilitas pelayanan kesehatan lain tanpa perlu
memberitahukan dan/atau mendapatkan persetujuan dari PIHAK PERTAMA.

(2) PIHAK KEDUA menghormati kebebasan hak dari PIHAK PERTAMA untuk menjalin kerjasama dengan
apotek lain tanpa perlu memberitahukan dan/atau mendapatkan persetujuan dari PIHAK KEDUA.
PASAL 5

HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK

(1). PIHAK PERTAMA berhak :

a. Melakukan penilaian atas penyelenggaraan pelayanan kefarmasian.

b. Memberikan teguran dan atau peringatan tertulis kepada PIHAK KEDUA dalam hal terjadinya
penyimpangan terhadap pelaksanaan kewajiban PIHAK KEDUA dalam Perjanjian ini;

c. Mengakhiri Perjanjian ini apabila teguran tertulis sebanyak 3 (tiga) kali tidak mendapatkan
tanggapan dari PIHAK KEDUA;

d. Mengakhiri perjanjian ini apabila PIHAK KEDUA tidak lulus tahap evaluasi dan penilaian atas
kesiapan dalam memberikan pelayanan kefarmasian bagi Peserta.

(2). PIHAK PERTAMA berkewajiban :

a. Membayar biaya pelayanan kefarmasian yang telah diberikan kepada Peserta sesuai
ketentuan dan prosedur yang telah disepakati PARA PIHAK;

b. Melaksanakan proses evaluasi dan penilaian secara berkala atas kesiapan PIHAK KEDUA untuk
menjadi Jejaring dalam rangka pemberian pelayanan kefarmasian kepada Peserta.

c. Memberikan informasi tentang Peserta yang berhak memperoleh pelayanan kefarmasian.a.


Menjamin penulisan resep obat bagi peserta yang mengacu kepada Formularium Nasional;

(3). PIHAK KEDUA berhak :

a. Memperoleh informasi tentang Peserta yang berhak memperoleh pelayanan kefarmasian.

b. Memperoleh pembayaran atas pelayanan kefarmasian yang telah diberikan kepada Peserta
sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang disepakati PARA PIHAK.

(4). PIHAK KEDUA berkewajiban :

b. Melayani Peserta dengan baik yang didasari oleh pertimbangan farmasetis, klinis serta
administratif dengan pertimbangan-pertimbangan profesional;

c. Menyediakan data dan informasi secara benar dan akurat tentang fasilitas dan pelayanan
kefarmasian yang diberikan kepada peserta, terkait evaluasi dan penilaian yang dilakukan oleh
PIHAK PERTAMA;

d. Mengajukan tagihan atas biaya pelayanan kefarmasian Peserta secara teratur (Mingguan/
Bulanan) dan tertib kepada PIHAK PERTAMA;
PASAL 6

TATA CARA PEMBAYARAN BIAYA PELAYANAN KEFARMASIAN

(1) Harga Obat-obatan yang ditagihkan sesuai kesepakatan Kedua Belah Pihak ,adapun besaran harga
per item tertuang pada Price List Lampiran I perjanjian ini.

(2) Besarnya kewajiban pembayaran oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA adalah sebesar
Tagihan PIHAK KEDUA per peserta per bulan dikalikan dengan jumlah yang sesuai dengan daftar
nama dan alamat peserta jaminan kesehatan sesuai tarif kuitansi per-pasien, per-resep yang
dilayani PIHAK KEDUA.

(3) Nilai pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk bulan pertama harus sudah dibayar
lunas oleh PIHAK PERTAMA selambat-lambatnya) 15 (lima belas) SD 30(tiga puluh) hari setelah
PIHAK PERTAMA menerima berkas klaim secara lengkap dari PIHAK KEDUA

(4) Pembayaran yang dilakukan oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA dapat dilakukan secara
kontan atau dengan cara ditransfer melalui bank ke rekening :

No Rekening :....................................
Atas Nama :
Bank :
Cabang :

(5) Dalam keadaan tertentu pembayaran hanya dapat dianggap selesai apabila PIHAK KEDUA dapat
mencairkan dari bank sehingga dana tersebut dapat dipergunakan oleh PIHAK KEDUA untuk
memenuhi kewajiban-kewajiban pelayanan kefarmasian sebagaimana mestinya.

(6) Pembayaran untuk bulan selanjutnya harus sudah dibayarkan oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK
KEDUA selambat-lambatnya setiap tanggal 17 (tujuhbelas) serta sekaligus sebagai syarat bagi PIHAK
KEDUA untuk dapat melangsungkan pelayanan kefarmasian sebagaimana mestinya.

(7) Dalam hal PIHAK PERTAMA terlambat melakukan pembayaran kepada PIHAK KEDUA sebagaimana
dimaksud pada ayat (6), maka PIHAK KEDUA secara sah akan membebankan biaya pelayanan
menurut standar umum yang ditetapkan oleh asosiasi apotek (ASAPIN) wilayah Jawa Barat kepada
peserta yang bersangkutan disertai bukti pembayaran yang sah.

(8) Dalam hal terjadi keadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (7), maka segala akibat terkait
penggantian pembayaran kepada peserta jaminan kesehatan sepenuhnya menjadi tanggungjawab
PIHAK PERTAMA.
PASAL 7

PELAYANAN KEFARMASIAN

(1) PIHAK PERTAMA tidak boleh melakukan intervensi dalam bentuk apapun kepada PIHAK KEDUA
terkait pelayanan kefarmasian yang harus dilakukan menurut dasar keilmuan, kompetensi dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Obat-obatan yang akan dilayankan oleh PIHAK KEDUA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa
obat-obatan dengan nama generik dan/atau obat dengan nama dagang tertentu serta hanya
mengacu pada formularium nasional sebagaimana diatur dan diterbitkan untuk terakhir kalinya
oleh pemerintah (cq.Kementerian Kesehatan RI).

(3) PIHAK KEDUA dapat merubah/mengganti dan/atau melakukan penjadwalan pemberian dan/atau
menunda pemberian atau memutuskan untuk tidak memberikan obat yang didasari atas
ketidakcukupan syarat-syarat hukum kesehatan atau hukum kefarmasian serta dengan
memperhatikan pula apakah permintaan tersebut memenuhi syarat keterjaminan dalam sistem
asuransi dan sebagainya yang menurut PIHAK KEDUA perlu dilakukan untuk itu.

(4) PIHAK PERTAMA tidak dibenarkan dalam bentuk dan cara apapun melakukan intervensi terhadap
hal-hal yang akan dan/atau sedang dilakukan oleh PIHAK KEDUA terhadap obat-obatan yang
diberikan atau tidak diberikan atau ditunda atau dibatalkan pemberiannya.

(5) Segala tindakan yang dilakukan oleh PIHAK KEDUA dalam pemberian pelayanan kefarmasian
kepada peserta jaminan kesehatan adalah semata-mata didasari oleh pertimbangan farmasetis,
klinis serta administratif dan pertimbangan-pertimbangan profesional lain yang dianggap penting
oleh PIHAK KEDUA sehingga oleh karena itu tidak dapat diintervensi oleh PIHAK PERTAMA dengan
dalil telah melakukan kerjasama menurut perjanjian.

(6) PIHAK KEDUA dapat menolak dan/atau tidak melayani resep-resep bagi peserta yang mengandung
obat-obatan di luar ketentuan Formulariun Nasional.

(7) PIHAK KEDUA berhak untuk tidak memberikan pelayanan atas suatu kondisi pasien yang memenuhi
ketentuan perundang-undangan sebagaimana diatur dalam Pasal 25 Peraturan Presiden No. 12
Tahun 2013 meskipun permintaan resep tersebut memuat obat-obatan sesuai dengan Formularium
Nasional, antara lain :

a. Pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur sebagaimana diatur dalam
peraturan yang berlaku;

b. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan kerja terhadap
penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja atau hubungan kerja;

c. Pelayanan kesehatan untuk tujuan estetik;

d. Pelayanan untuk mengatasi infertilitas;

e. Pelayanan meratakan gigi (ortodonsi);


f. Gangguan kesehatan/penyakit akibat ketergantungan obat dan/atau alkohol;

g. Gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri, atau akibat melakukan hobi yang
membahayakan diri sendiri;

h. Pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional, termasuk akupuntur, shin she,


chiropractic, yang belum dinyatakan efektif berdasarkan penilaian teknologi kesehatan (health
technology assessment);

i. Pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikan sebagai percobaan (eksperimen);

j. Alat kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi, dan susu;

k. Perbekalan kesehatan rumah tangga;l. pelayanan kesehatan akibat bencana pada masa
tanggap darurat, kejadian luar biasa/wabah; danm. biaya pelayanan lainnya yang tidak ada
hubungan dengan Manfaat Jaminan Kesehatan yang diberikan.

(8) PIHAK KEDUA dapat menolak atau tidak memberikan pelayanan kefarmasian atas permintaan atau
resep dari PIHAK PERTAMA dalam suatu jumlah dan/atau dilakukan secara berulang-ulang yang
menurut PIHAK KEDUA dipandang tidak rasional dengan kondisi kesehatan yang tidak cukup syarat
untuk itu dan/atau karena pasien tidak mengikuti nasihat-nasihat apoteker sebagaimana mestinya
meskipun permintaan resep tersebut memenuhi ketentuan Formulariun Nasional.

(9) Dalam keadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (6), ayat (7) dan ayat (8) terpenuhi, pasien tetap
memaksakan kehendak untuk memperoleh pelayanan kefarmasian maka beban akan
ditanggungkan sebesar 2 (dua) kali tarif umum jasa pelayanan farmasi yang diterbitkan oleh asosiasi
kepada pasien yang bersangkutan.

PASAL 8

JANGKA WAKTU PERJANJIAN

(1) Perjanjian ini berlaku untuk 1 (satu) tahun terhitung sejak tanggal 18 Juni 2019 sampai dengan
tanggal 19 Juni 2020 dan selama Surat Tanda Registrasi Anggota, SIPA Apoteker penandatangan
masih berlaku serta selama apoteker penandatangan tidak menghadapi masalah hukum
kefarmasian dalam masa perjanjian serta hanya melekat secara hukum pada subjek (apoteker)
penandantangan itu sendiri.

(2) Perjanjian ini dapat diperpanjang dengan ketentuan dalam waktu 3 (tiga) bulan sebelum
berakhirnya perjanjian ini ada pemberitahuan dari salah satu pihak yang menghendakinya dengan
mengajukan permohonan perpanjangan secara tertulis.

(3) Dalam hal adanya perpanjangan, maka dalam waktu 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal
permohonan perpanjangan, pihak yang menerima surat permohonan perpanjangan perjanjian
wajib untuk memberikan jawaban secara tertulis atas surat termaksud.
(4) Dalam hal terjadi perpanjangan perjanjian ini, ketentuan-ketentuan pada perjanjian ini dapat
berubah.

(5) Jangka waktu perjanjian termaksud pada ayat (1) tidak berlaku jika terjadi pembatalan atau
pemutusan perjanjian ini secara sepihak.

(6) Pada jangka waktu sebagaimana pada ayat (2) Pasal ini, PIHAK PERTAMA akan melakukan penilaian
kembali terhadap PIHAK KEDUA atas :

a. Fasilitas dan kemampuan pelayanan Kefarmasian;

b. Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian pada jangka waktu Perjanjian; dan

c. Kepatuhan dan komitmen terhadap Perjanjian.

PASAL 9

TAHAP EVALUASI DAN PENILAIAN

(1) PIHAK PERTAMA akan melakukan evaluasi dan penilaian penyelenggaraan pelayanan kefarmasian
yang dilakukan oleh PIHAK KEDUA secara berkala.

(2) Hasil evaluasi dan penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan disampaikan secara tertulis
kepada PIHAK KEDUA dengan disertai rekomendasi apabila diperlukan.

PASAL 10

TANGGUNGJAWAB HUKUM

(1) Segala kewajiban dan akibat peraturan perundang-undangan terkait pelayanan kefarmasian yang
melekat pada apotek dan apoteker menjadi tanggungjawab PIHAK KEDUA sepenuhnya dan tidak
dapat dilimpahkan kepada PIHAK PERTAMA dengan cara dan dalam bentuk apapun.

(2) PIHAK PERTAMA tidak bertanggung jawab atas pelayanan kefarmasian dari PIHAK KEDUA kepada
Peserta terhadap kerugian maupun tuntutan yang diajukan oleh Peserta kepada PIHAK KEDUA yang
disebabkan karena kelalaian atau kesalahan yang dilakukan oleh PIHAK KEDUA dalam menjalankan
tanggung jawab profesinya.

(3) Segala konsekuensi hukum terkait perjanjian ini melekat pada masing-masing pihak yang
menandatangan perjanjian ini dan tidak dapat dilimpahkan kepada apoteker lain dalam jabatan
yang sama atau pihak-pihak lain yang menggantikannya.
PASAL 11

BERAKHIRNYA PERJANJIAN

Perjanjian ini berakhir dalam hal :

a. Jangka waktu perjanjian telah habis;

b. Pembatalan atau pemutusan perjanjian atas kesepakatan kedua belah pihak;

c. Pembatalan atau Pemutusan Perjanjian Secara Sepihak;

d. Perjanjian gugur demi hukum.

PASAL 12

PEMUTUSAN PERJANJIAN

(1) Dengan mengesampingkan ketentuan Pasal 1266 jo Pasal 1257 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata sepanjang cara mengakhiri perjanjian, salah satu pihak dapat memutuskan perjanjian ini
secara sepihak tanpa menunggu keputusan hakim apabila salah salah satu pihak melanggar salah
satu ketentuan dalam Perjanjian ini.

(2) Pemutusan Perjanjian secara sepihak, cukup dinyatakan melalui Surat Pemutusan Perjanjian yang
diterbitkan oleh pihak yang melakukan pemutusan;

(3) Pemberitahuan Pemutusan Secara Sepihak melalui jasa Pos atau jasa Kurir kepada alamat para
pihak dalam Perjanjian ini, dianggap sah.

(4) Segala kerugian yang ditimbulkan akibat dibatalkannya perjanjian ini menjadi tanggungan pihak
yang menimbulkan kerugian.

PASAL 13

TATACARA PEMUTUSAN SECARA SEPIHAK

(1) Dalam hal PARA PIHAK melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan perjanjian ini, salah satu pihak
dapat melakukan peneguran/peringatan secara tertulis kepada pihak lainnya.

(2) Dalam hal teguran tidak diindahkan, pihak yang menegur dapat melanjutkan tegurannya dengan
menerbitkan Surat Peringatan ke-1, ke-2 dan ke-3 / terakhir.

(3) Apabila pihak yang ditegur/diberikan surat peringatan tidak menghiraukan surat peringatan ke-1,
ke-2 dan ke-3, pihak yang menegur dapat menghentikan perjanjian secara sepihak.

(4) Jangka waktu antara Surat Peringatan (SP) ke-1, ke-2 dan ke-3 masing-masing minimal selama 14
(empat belas) hari.
PASAL 14

KEDAAN MEMAKSA (FORCE MAJEURE)

(1) Yang dimaksud dengan keadaan memaksa (selanjutnya disebut Force Majeure) adalah suatu
keadaan yang terjadinya di luar kemampuan, kesalahan atau kekuasaan PARA PIHAK dan yang
menyebabkan Pihak yang mengalaminya tidak dapat melaksanakan atau terpaksa menunda
pelaksanaan kewajibannya dalam Perjanjian ini. Force Majeure tersebut meliputi bencana alam,
banjir, wabah, perang (yang dinyatakan maupun yang tidak dinyatakan), pemberontakan, huru-
hara, pemogokkan umum, kebakaran, dan kebijaksanaan Pemerintah yang berpengaruh secara
langsung terhadap pelaksanaan Perjanjian ini.

(2) Dalam hal terjadinya peristiwa Force Majeure, maka Pihak yang terhalang untuk melaksanakan
kewajibannya tidak dapat dituntut oleh Pihak lainnya. Pihak yang terkena Force Majeure wajib
memberitahukan adanya peristiwa Force Majeure tersebut kepada Pihak yang lain secara tertulis
paling lambat 7 (tujuh) hari kalender sejak saat terjadinya peristiwa Force Majeure, yang dikuatkan
oleh surat keterangan dari pejabat yang berwenang yang menerangkan adanya peristiwa Force
Majeure tersebut. Pihak yang terkena Force Majeure wajib mengupayakan dengan sebaik-baiknya
untuk tetap melaksanakan kewajibannya sebagaimana diatur dalam Perjanjian ini segera setelah
peristiwa Force Majeure berakhir.

(3) Apabila peristiwa Force Majeure tersebut berlangsung terus hingga melebihi atau diduga oleh Pihak
yang mengalami Force Majeure akan melebihi jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kalender, maka
PARA PIHAK sepakat untuk meninjau kembali Jangka Waktu Perjanjian ini.

(4) Semua kerugian dan biaya yang diderita oleh salah satu Pihak sebagai akibat terjadinya peristiwa
Force Majeure bukan merupakan tanggung jawab Pihak yang lain.

PASAL 15

PENYELESAIAN PERSELISIHAN

(1) Jika terjadi perselisihan dalam melaksanakan perjanjian ini para pihak wajib sebelumnya
menyelesaikannya secara musyawarah kekeluargaan.

(2) Jika cara penyelesaian perselisihan tersebut pada ayat (1) tidak tercapai, para pihak menyatakan
memilih domisili hukum pada Kantor Kepaniteraan Pengadilan Negeri Bekasi

PASAL 16

PEMBERITAHUAN

(1) Semua surat-menyurat atau pemberitahuan-pemberitahuan atau pernyataan-pernyataan atau


persetujuan-persetujuan yang wajib dan perlu dilakukan oleh salah satu Pihak kepada Pihak lainnya
dalam pelaksanaan Perjanjian ini, harus dilakukan secara tertulis dan disampaikan secara langsung,
pos, ekspedisi, atau faksimili dialamatkan kepada:PIHAK PERTAMA,DPP Dr. Duma Jujur Nainggolan :
Kios Haji Marji Kp. Tegal Tangsi RT. 003/003 Desa Jati Wangi,Kec. Cikarang Barat, Kab. Bekasiatau
kepada alamat lain yang dari waktu ke waktu diberitahukan oleh PARA PIHAK, satu kepada yang
lain, secara tertulis.
(2) Pemberitahuan yang diserahkan secara langsung dianggap telah diterima pada hari penyerahan
dengan bukti tanda tangan penerimaan pada buku ekspedisi atau buku tanda terima pengiriman,
apabila pengiriman dilakukan melalui pos atau ekspedisi maka dianggap diterima sejak
ditandatanganinya tanda terima atau maksimal 5 hari kerja sejak dikirimkannya surat tersebut.

(3) Perubahan/penggantian dari alamat-alamat tersebut di atas, wajib diberitahukan secara tertulis
oleh pihak yang satu kepada pihak yang lain.

PASAL 17

LAIN-LAIN

(1) Pengalihan :Hak dan kewajiban Perjanjian ini tidak boleh dialihkan, baik sebagian maupun
seluruhnya kepada pihak lain, kecuali dilakukan berdasarkan persetujuan tertulis.

(2) Keterpisahan :Jika ada salah satu atau lebih ketentuan dalam Perjanjian ini ternyata tidak sah, tidak
berlaku atau tidak dapat dilaksanakan berdasarkan hukum atau keputusan yang berlaku, maka
PARA PIHAK dengan ini setuju dan menyatakan bahwa keabsahan, dapat berlakunya, dan dapat
dilaksanakannya ketentuan lainnya dalam Perjanjian ini tidak akan terpengaruh olehnya.

(3) Perubahan :Perjanjian ini tidak dapat diubah atau ditambah, kecuali dibuat dengan suatu Perjanjian
perubahan atau tambahan ( Addendum/ Amandemen) yang ditandatangani oleh PARA PIHAK dan
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Perjanjian ini.

(4). Hukum Yang Berlaku :Interpretasi dan pelaksanaan dari syarat dan ketentuan dalam Perjanjian ini
adalah menurut hukum Republik Indonesia.

PASAL 18

PENUTUP

(1) PARA PIHAK sepakat untuk menjaga kerahasiaan semua data informasi sehubungan dengan
pelaksanaan Perjanjian ini dan tidak diberikan kepada pihak lain tanpa persetujuan tertulis dari
PARA PIHAK yang menandatangani Perjanjian ini.

(2) PARA PIHAK dilarang untuk menambah tulisan-tulisan dan/atau coretan-coretan yang bertujuan
untuk merubah dan/atau menambah syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan dalam Perjanjian ini.
Apabila salah satu pihak melanggar hal tersebut, maka tulisan-tulisan dan coretan-coretan yang
dibuat oleh salah satu pihak tersebut menjadi tidak sah/tidak mengikat pihak lainnya.

(3) Perjanjian ini dibuat dengan rangkap 2 (dua) beserta lampiranya dengan bermaterai cukup dengan
kekuatan hukum yang sama, masing-masing 1 (satu) untuk PIHAK PERTAMA dan 1 (satu) untuk
PIHAK KEDUA.

Demikian Surat Perjanjian ini dibuat dan ditandatangani oleh PARA PIHAK pada waktu dan tempat
seperti tersebut pada awal Perjanjian ini.
PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA
Dokter Praktek Apotek Kimia Farma

Dr. Duma Jujur Nainggolan ___________________

Anda mungkin juga menyukai