Anda di halaman 1dari 25

INSTRUKTUR

Dr. SRI WENING, M.Pd.

HAND OUT

MATA PELAJARAN
PEMBUATAN BUSANA INDUSTRI
(PBI)

MATERI
PEMBUATAN KEMEJA

PPG DALAM JABATAN


UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2019
Disusun Oleh:
Puji Eka Purwati, S.Pd
A. Kompetensi Dasar
3. 11. 1. Menganalisis pembuatan kemeja

B. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran:
3.11.1. Peserta didik mampu menjelaskan pengertian pembuatan kemeja
secara industri dengan benar
3.11.2. Peserta didik mampu menguraikan prosedur pembuatan kemeja
secara industri dengan runtut
3.11.3. Peserta didik mampu menentukan alat dan bahan pembuatan kemeja
secara industri dengan tepat
3.11.4. Peserta didik mampu menganalisis pembuatan kemeja secara industri
dengan rapi

C. Pengertian Busana Industri


Industri berasal dari bahasa latin, industria yang berarti  buruh atau tenaga
kerja. Industri menurut KBBI adalah kegiatan memproses atau mengolah barang
dengan menggunakan sarana dan peralatan. UU No. 5 Tahun 1984 tentang
Perindustrian, industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah,
bahan baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan
nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun
dan perekayasaan industri. Menurut I Made Sandi (1985:148) industri adalah usaha
untuk memproduksi barang jadi dengan bahan baku atau bahan mentah melalui
proses produksi penggarapan dalam jumlah besar sehingga barang tersebut dapat
diperoleh dengan harga serendah mungkin tetapi dengan mutu setinggi-tingginya.
Kemeja adalah pakaian berkerah dimana kaki kerahnya dijahit pada
garis leher busana,dan menggunakan kancing pada bagian depan. Pada
umumnya kemeja dipakai oleh kaum pria yang dikombinasikan dengan
pantalon ataupun stelan jas. Pemakaiannya kemeja dapat dipadukan dengan
busana lain sehingga merupakan bagian busana “two-Piece” maupun “tree-
piece”. Kemeja merupakan bagian dari pakaian yang berpengaruh pada
penampilan seseorang, sehingga perlu kejelian dalam pemilihan model, warna
dan jahitan kemeja agar memberikan kesan maskulin pada pemakainya.
Untuk mendapatkan hasil pakaian bermain yang baik ikutilah tata tertib kerja
seperti pada pembuatan busana umumnya.
Karakteristik busana industry:
1. Melibatkan banyak tenaga kerja,
2. Memproduksi pakaian dengan ukuran standar,
3. Memproduksi partai besar dengan mesin industry,
4. Berorientasi eksport,
5. Sistem produksi ban berjalan,
6. Produksi berdasarkan pengembangan produk atau sesuai pesanan buyer.

D. Alat yang digunakan dalam menjahit kemeja


a. Pita ukuran (cm)
Pita ukuran (cm), digunakan untuk mengambil ukuran badan seseorang
yang akan membuat busana atau ukuran model, disamping itu pita ukuran
juga dipakai untuk menggambar pola pakaian dan juga digunakan pada
waktu penyesuaian pola. Pita ukuran (cm) ada beberapa macam yakni
ada yang menggunakan ukuran centimeter dan ada yang ukuran inchi
bahkan ada yang menggunakan kedua ukuran tersebut. Pita ukuran (cm)
yang baik terbuat dari serbuk kaca atau terbuat dari bahan yang lemas
seperti plastik, tepinya tidak bertiras, tidak boleh meregang, garis-garis
dan angka kedua permukaan memiliki ukuran yang dicetak dengan jelas,
dan letak garis ukuran tepat pada tepi pita ukuran.

Gambar: pita ukur

b. Mesin jahit
Gambar: Mesin jahit highspeed
c. Kapur jahit
Kapur jahit digunakan untuk memberi tanda pada bagian-bagian yang
diperlukan.

Gambar: kapur jahit


Bahan yang diperlukan dalam menjahit kemeja
a. Bahan katun
b. Viselin
c. Kain starplek
d. Kancing kemeja
e. Benang jahit
f. Benang obras
g. Kertas bentuk untuk kemasan kemeja
h. Plastik kemas

E. PROSES PRODUKSI BUSANA INDUSTRI


1. Penggelaran Bahan /Speading
Penggelaran bahan merupakan kegiatan pengkondisian, pembukaan,
penggelaran kain pada meja cutting dengan panjang dan jumlah tumpukan
tertentu untuk perlakuan proses pemotongan bahan.
a. Hal – Hal yang harus diperhatikan dalam penggelaran bahan
1) Gelar kain sesuai dengan kebutuhannya
2) Perhatikan gelaran kain lembar demi lembar secara teliti dan cermat
3) Pastikan antara gelaran pertama sampai gelaran terakhir tepi kain
harus sama baik memanjang maupun melebar
4) Tegangan kain harus sama
5) Pastikan tidak ada kain yang melipat, kendor, menggelembung,
renggang satu sama lain, dan kain harus rata
6) Tinggi tumpukan kain atau jumlah lembar kain harus lebih rendah,
dibandingkan dengan tinggi efektif pisau potong
7) Kerapatan atau kepadatan kain dibagian atas, tengah, bawah, harus
sama
8) Pasang kertas marker yang sudah di cek, dan siap untuk di pasang
pada gelaran kain
9) Siapkan stiker budling dan numbering pada setiap komponen marker
10) Siapkan mesin potong sesuai dengan spesifikasi tumpukan kain dan
gunakan pisau potong yang tajam’
b. Metode Penggelaran Bahan
1) Metode manual, kain digelar secara manual tanpa alat oleh
spreader

2) Metode semi otometis, kain digelar dengan rol yang digerakkan oleh
spreader

3) Metode otomatis, kain digelar secara mekanik oleh mesin yang


dikendalikan computer

c. Mode/Arah Gelaran Bahan


Dalam menggelar kain ada beberapa mode/arah yang dapat dipilih:
a. Mode Face / one / Way, Nap / one / Way (F / O / W, N / O / W) Pada
mode ini setiap lapis kain digelar menghadap ke atas dan digelar satu
arah saja dari ujung meja ke ujung didepannya. Hal ini
memungkinkan spreader untuk melihat semua permukaan kain untuk
mengidentifikasi cacat dalam kain. Mode ini merupakan mode
penggelaran kain terbaik/tingkat kualitas tertinggi.

Gambar: Mode Face / one / Way, Nap / one / Way (F / O / W, N / O / W)


b. Mode Face / one / Way, Nap / Up / Dow (F / O / W, N / U / D)
Dalam mode ini, kain ini digelar dari awal meja hingga ke ujung meja.
Kain dipotong arah lebar kain, selanjutnya gulungan kain diputar 1800
kain digelar lagi dari awal kembali ke ujung meja di mana kain akan
dipotong dan diputar lagi. Proses ini diulang sampai semua lapisan
kain yang diperlukan tersebar Mode ini memiliki kualitas terbaik
kedua dan hanya digunakan pada kain yang simetris.

Gambar: Mode Face / one / Way, Nap / one / Way (F / O / W, N / O / W)


c. Mode Face to Face (F/F), Nap-one-way (N/O/W)
Pada mode ini lapis kain digelar bagian baik saling berhadapan,
bagian buruk juga saling berhadapan. Kain digelar dari ujung meja
potong ke ujung berikutnya, kemudian kain dipotong, diputar
sehingga bagian baik saling berhadapan dan selanjutnya kain ditarik
ke ujung awal menuju ujung berikutnya. Begitu seterusnya bergantian
bagian buruk kain berhadapan dan diulang sampai gulungan kain
tergelar semua.
Gambar: Mode Face to Face (F/F), Nap-one-way (N/O/W)
d. Mode Face to Face, Nap / Up / Down (F/F- N / U / D)
Mode ini merupakan mode penggelaran kain paling cepat,
penggelaran dimulai dari ujung meja, ke ujung meja lainnya dengan
llapisan kain bagian baik saling berhadapan dan bagian buruk juga
saling berhadapan (lipatan kain seperti kipas). Mode tidak
memerlukan biaya mahal, karena penggelaran tidak memerlukan
waktu lama. Namun tidak semua lapisan kain dapat teridentifikasi
cacatnya.
e. Mode Face to Face, Nap / Up / Down (F/F- N / U / D)
Mode ini merupakan mode penggelaran kain paling cepat,
penggelaran dimulai dari ujung meja, ke ujung meja lainnya dengan
llapisan kain bagian baik saling berhadapan dan bagian buruk juga
saling berhadapan (lipatan kain seperti kipas). Mode tidak
memerlukan biaya mahal, karena penggelaran tidak memerlukan
waktu lama. Namun tidak semua lapisan kain dapat teridentifikasi
cacatnya.
2. Pemotongan Bahan
Pemotongan bahan merupakan proses pencacahan lembaran kain menjadi
bagian-bagian potongan/bentuk tertentu yang merupakan bagian-bagian
sebuah produk/apparel sesuai dengan marker-nya
a. Hal – Hal yang harus diperhatikan dalam pemotongan bahan
1) Jenis mesin cutting yang akan dipakai
2) Bentukan-bentukan potongan sesuai marker
3) Jumlah tumpukan kain yang akan dipotong
4) Kemungkinan adanya pergeseran lembaran kain dalam tumpukan
5) Tanda-tanda potongan yang mungkin ada
b. Metode Pemotongan Bahan
1) Metode manual, yaitu cara pemotongan bahan yang dikendalikan
oleh
tangan/pemotongan bahan yang dilakukan secara manual mesin
potong digerakkan dengan tangan. Mesin potong yang digunakan:
round knife, straight knife, band knife.
a) Mesin potong kain pisau bundar (round knife cutting)
Mesin potong kain ini memiliki pisau berdiameter antara 10 –
20 cm, berat sekitar mesin 3 kg dan memiliki kemampuan
memotong dengan ketebalan tumpukan kain hingg 3 cm atau
sekitar 20 – 30 lapis kain.

b) Mesin potong kain pisau lurus (straight knife cutting)


Mesin potong kain ini tersedia dalam beberapa tipe sesuai ukuran
panjang pisaunya. Panjang pisau berkisar 5 inchi-13 inchi.
Mampu memotong kain dengan ketebalan 5-30 inchi atau sekitar
50-10 lapisan kain.

c) Mesin potong bahan Band Knife


Mesin potong ini memiliki ciri khusus yaitu pada saat proses
memotong yang digerakkan adalah kainnya mengikuti garis
potong pola. Biasanya digunakan untuk merapikan hasil potongan
dari round knife ataupun straight knife.
2) Metode Otomatis
Mesin potong bahan otomatis merupakan mesin potong yang
digerakkan oleh computer (Computer Aided Machine/CAM). Pada
industry garmen yang berorientasi ekspor umumnya telah
menggunakan mesin-mesin CAD/CAM (Computer Aided Design)
dari pembuatan desain, pola hingga marker dilakukan dengan
program computer. Selanjutnya hasil dari program CAD dimasukkan
dalam system CAM untuk dilakukan proses penggelaran kain dan
pemotongan bahan secara otomatis dikontrol dengan computer.
Mesin potong yang digunakan dengan metode otomatis adalah: knife
cutting, water jet, laser cutting, plasma torch cutting

c. Terminologi yang digunakan pada pemotongan bahan ( Cutting )


1. Serat
Alur serat kain mengarah ke arah yang sama seperti halnya
benang yang paralel menuju ke pinggiran bahan.
2. Interlock join
Jumlah lembaran yang diperlukan pada saat membuka gulungan
yang baru atau membuang bagian yang rusak untuk meyakinkan
kelengkapan lembaran telah dipotong.
3. Meletakkan bahan atau melebarkan
Hal yang dilakukan untuk mendapatkan lembaran.
4. Serat pendek di permukaan bahan
Serat-serat pendek pada bagian permukaan bahan tekstil seperti
beludru.
5. Lembar
Satu lembar bahan tekstil.
6. Perkiraan sebelum penentuan
Panjang maksimum bahan tekstil yang dibutuhkan untuk garmen
yang akan dibuat.
7. Pinggiran bahan
Pinggiran bahan kecil yang dirajut rapat pada kedua sisi bagian
lebar bahan tekstil.
8. Shades
Variasi warna bahan tekstil dari hasil celupan yang jumlahnya
berbeda namun dengan warna yang sama.
9. Meja potong
Meja panjang dengan bagian atas meja setinggi pinggang untuk
meletakkan dan memotong bahan menjadi bagian komponen yang
siap untuk digabungkan.
10. Penahan kain (End catcher or end guide rail)
Balok berat, dirancang untuk menahan bagian ujung bahan tekstil
dan menjaganya agar tidak bergerak pada saat lembaran
berikutnya diletakkan.
11. Lapisan     
Jumlah lembaran kain yang diletakkan berlapis-lapis sehingga
dapat dipotong satu kali jalan.
12. Penataan  
Pengaturan lembaran pola pada marker pemotong.
13. Marker
14. Marker dapat berupa kertas marker atau lembaran pola yang
digambar langsung pada bagian atas bahan tekstil.  Biasanya
dilakukan dengan menggunakan kapur jahit.  Lembaran pola
diatur agar penggunaan kain lebih hemat dan memudahkan
pemotongan secara efisien.
15. Torehan (Notch)
Potongan berbentuk lurus atau ‘V’ di pinggir bahan tekstil untuk
menandai lembaran-lembaran yang harus disambung atau pada
bagian keliman yang perlu disesuaikan selama membuat garmen.
16. Notching
Kegiatan memotong atau membuat cekris pada lembaran yang
dipotong pada posisi yang sesuai.
17. Bahan yang dipintal (Woven fabrics)
Merupakan bahan tekstil yang mempunyai benang lungsin dan
pakan dipintal menggunakan alat pemintal.  Dapat dibuat dari
serat alami, sintetis atau serat campuran dan benang campuran.
18. Bahan tekstil yang tidak dipintal (Non-woven fabrics)
Bahan tekstil yang tidak dipintal seperti bahan tekstil yang dibuat
dari bahan kimia, biasanya digunakan untuk lapisan atau
pengeras, misalnya viselin.
19. Kerusakan
Kerusakan yang ditemukan oleh tukang potong pada marker atau
tumpukan bahan termasuk: – Tidak semua lembaran yang perlu
dipotong diberi tanda pada marker, – Marker tidak sama lebar
dengan bahan/kain. – Panjang tumpukan bahan tidak sama
dengan panjang marker
20. Pemotongan bahan tunggal
Memotong bahan sebagai contoh untuk komponen atau seluruh
garmen, biasanya tidak lebih dari empat lembar bahan, dengan
menggunakan gunting sebagai alat pemotong.
21. Jepitan
Alat yang dirancang untuk menjepit lembaran kain sehingga dapat
dipindahkan dan dipotong dengan mudah.
22. Garis potongan
Garis yang digambar pada marker untuk memberi tanda bagian
bahan tekstil yang akan dipotong.
23. Gunting
Alat pemotong dengan tangan yang memiliki dua buah mata pisau
yang digabungkan dengan mur dan baut, dirancang untuk
memotong satu lembar atau beberapa lembar bahan tekstil
sekaligus.
24. Pemberat
Balok besi dengan atau tanpa pegangan, terdapat dalam beragam
ukuran berguna untuk menahan bahan tekstil saat dipotong.
Peralatan dan perlengkapan lain yang dibutuhkan:
 Kapur tulis atau pensil
 Peniti
 Pita meteran
 Pelubang untuk posisi kupnat
 Potongan pola atau marker
 Tiket identifikasi kerja
http://www.0ntbpwjt.wordpress.com (Posted on 20 November 2016
by ysetianingsih)
d. Cara Memotong Komponen Kemeja
1. Cara Memotong Interlining/Kain Keras
a. Interlining Collar/Kerah
Cutting untuk interlining collar/kerah menggunakan
kemiringan 450, tujuan dari kemiringan ini adalah untuk
menjadikan bentuk dari collar/kerah jatuh sesuai arah dari
serat kain.
b. Interlining Reinforcement/Lapisan
Cutting untuk interlining reinforcement memanjang sesuai
arah serat kain keras, hal ini bertujuan untuk menguatkan
collar/kerah supaya tegak.
c. Interlining Cuff/Manset
Cutting untuk interlining cuff/manset menggunakan
kemiringan 330, tujuannya sama seperti pada collar/kerah,
yaitu agar cuff/manset jatuh sesuai arah dari serat kain.
d. Interlining Front Placket/Lidah Baju
Cutting dari interlining front placket memanjang sesuai arah
kain, hal ini menyesuaikan dengan arah serat kain badan
depan.
e. Interlining Pocket Flaps/Tutup Kantong dan Epaluet
Cutting dari interlining ini keduanya memanjang sesuai dengan
arah kain.
2. Cara Memotong Bahan Utama Kemeja
a. Cek dan cocokkan komponen pola kemeja/celana dengan
komponen pola yang terdapat pada kertas marker apakah
komponen pola sudah lengkap atau belum.
b. Periksa lembar kain bagian atas sampai pada lembar kain
bagian bawah dengan posisi kertas marker diatas sendiri.
c. Siapkan mesin/pisau cutting yang tajam.
d. Pasang pisau cutting pada kain dan di-set sesuai dengan
ketebalan kain
e. Cutting kain dimulai dari bagian tepi dan pastikan memotong
sesuai
dengan kertas marker atau sample dan menggunakan mesin
potong yang telah teruji ketajamannya.
f. Beri tanda bagian tertentu untuk memudahkan proses
menjahit dan agar diperoleh hasil sesuai ukuran dengan
memberi cekris menggunakan ujung gunting
e. Pengendalian Mutu Pemotongan Bahan
Hal-hal yang harus di perhatikan pada proses cutting yaitu:
a. Keakuratan dalam pemotongan bahan
Pemotongan bahan harus akurat sesuai dengan pola yang telah
digambar pada marker agar pada waktu perakitannya dapat
menghasilkan pakaian dengan bentuk yang sesuai dengan model
pakaian.
b. Kebersihan hasil pemotongan bahan
Kebersihan untuk setiap hasil pemotongan bahan harus selalu
dijaga, sehingga tidak menggangu proses berikutnya
c. Ketajaman alat potong
Kondisi ketajaman alat potong yang baik, tentunya akan
memperlancar dalam proses pemotongan komponen bahan yang
akan di potong
3. Bundling dan Numbering
Bundling adalah proses pengikatan dan pemberian keterangan/informasi
atau data pada komponen-komponen pakaian sesuai dengan bagiannya
sesudah dilakukan pemotongan bahan. Tujuan bundling adalah untuk
mempermudah membedakan bagian-bagian potongan komponen pakaian
maupun size.
Contoh urutan proses bundling bahan kemeja:
a. Proses Bundling
1) Ambil hasil dari proses pemotongan bahan pada setiap
komponen pola kemeja/celana, lalu bundel secara langsung
untuk menyatukan komponen tersebut agar tidak tercampur
dengan komponen lainnya.

2) Dari bendel-bendel tersebut selanjutnya lakukan


pengelompokan
komponenkomponen pola per size dengan jumlah tertentu
misalnya setiap 150 an lembar menjadi 1 bendel. Kemudian setiap
bendel beri identitas dengan tiket bundling
Contoh keterangan stiker bundling
Style : diisi dengan kode model, kategori produk
Size : diisi ukuran komponen pola
Tahap : diisi sesuai urutan proses pemotongan
Bendel : diisi urutan bendel komponen pola
No seri : diisi urutan lapisan/tumpukan
Jumlah : diisi jumlah total dalam 1 bendel
Komponen : diisi nama komponen pola
Warna : diisi warna/motif kain

b. Proses Numbering
Numbering adalah proses pemberian nomor pada bagian
komponen– komponen pola sesuai dengan urutannya saat
penggelaran kain lembar demi lembar menjadi tumpukan banyak,
misal 150 lembar setiap tumpukan. Berarti pola kemeja body
belakang sebanyak 150 lembar, maka harus di beri nomor dari
lembar 1 s.d. 150. Ini dilakukan pada setiap komponen. Tujuan
dari proses numbering adalah :
1) Memudahkan memilih panel/komponen pada proses sewing,
2) Menghindari shading antara komponen yang satu dengan yang
lainnya,
3) Menghindari tertukarnya ukuran komponen, jadi setiap satu
ukuran garment akan dirakit dengan komponen tetap pada satu
layer,
4) Mengidentifikasi size label pada proses jahit.
5) Numbering bisa menggunakan sticker atau cap tinta

4. Sistim Penjahitan di Industri Pakaian Jadi (Garmen)


Bagian penjahitan bertugas melaksanakan penjahitan dari proses
awal sampai selesai sesuai perencanaan produksi dan mengikuti analisa
kerja yang telah disusun. Didalam analisa kerja mencakup kapan
penjahitan dimulai, kapan selesai, bagaimana sistim penjahitan yang
dipergunakan, urutan atau proses yang harus dilaksanakan mesin apa saja
yang akan digunakan. Proses penjahitan di industri pakaian / garmen
dikenal dengan beberapa sistim antara lain :
a. Sistem Lengkap ( Make Trough)
Sistim ini seorang operator jahit mengerjakan sebuah pakaian secara
lengkap dari awal sampai akhir , bila perlu pindah ke mesin jahit lain
untuk mengerjakan jahit-jahitan khusus. Sistim ini banyak dilakukan
oleh pengusaha industri kecil karena tidak memerlukan penggunaan
mesin dan tenaga kerja yang banyak karena dapat disesuaikan
dengan kemampuan yang dimiliki

b. Sistem Bundel (Bundle Method/)


Sistim penjahitan yang dilakukan secara kelompok (Singgle Line
system) yaitu seluruh bagian pakaian seperti kerah, saku, kantong,
manset dan lainnya di bundle menjadi satu, setiap bundel di
distribusikan kebeberapa kelompok sesuai dengan urutan proses
penjahitan perakitan menurut uraian pekerjaan (breakdown) yang
telah ditetapkan. Sistim ini biasanya dilakukan oleh industri besar
dan menengah karena perusahaan besar sudah memiliki peralatan
dan tenaga kerja yang cukup banyak
c. Sistim Ban Berjalan (Selector Conveyor Method)
Sistim penjahitan yang dilakukan secara bertahap (Progressive Line
System), mesin dan waktu diatur sedemikian rupa sesuai urutan
proses yang telah dibreakdown dalam waktu yang relatif seimbang
pada setiap tingkatan proses
d. Sistem Setengah Jadi, komponen pakaian diberikan dan disambung
diluar pabrik, kemudian disetor kembali setelah komponen pakaian
setengah jadi dan di diselesaikan didalam pabrik
e. Sistem Borongan, pabrik hanya nama, semua diolah di luar pabrik
mulai dari desain sampai jadi. Yang dikerjakan di pabrik hanya
pengemasan (packing)
f. Sistem Sewa, nama, gedung dan karyawan disewa oleh sebuah
perusahaan lain yang berasal dari daerah atau negara lain.

5. Proses Pembuatan Pakaian Secara Industri (Sewing Room)


Bagian penjahitan (Sewing Room) dalam industri pakaian jadi (garmen)
terdiri dari beberapa bagian antara lain:
a. Penjahitan Persiapan (pre assembly)
Proses penjahitan pada bagian bagian pakaian sebelum dilakukan
penjahitan perakitan misalnya, menjahit krag (Collars), menjahit
manset (Cuffs), menjahit saku (Pocket), menjahit lengan (Sleve),
menjahit bagian depan (Front Body), menjahit bagian belakang
(Back body).
b. Penjahitan Pra Perakitan (Preassamble)
Sub bagian unit yang dipersiapkan untuk membuat komponen
pakaian misalnya memasang kantong kemeja, memasang manset
pada bagian lengan kemeja, kemudian sub sub bagian tersebut
dirakit menjadi unit yang lengkap
c. Penjahitan Perakitan (Assembly) produk secara lengkap.
Bagian ini menjahit / menyambung komponen komponen sampai
menjadi satu pakaian yang utuh seperti kemeja, blus, rok, gaun dan
lainnya. Perakitan dilakukan setelah bagian persiapan menyelesaikan
seluruh komponen komponen pakaian yang akan dijahit.
d. Penyempurnaan (Finishing)
Lingkup pekerjaan penyempurnaan antara lain, membesihkan sisa
benang sesudah dijahit (trimming), merapikan pakaian / penyetrikaan
(pressing)
Proses Penyetrikaan (Pressing) terdiri dari:
1) Under Pressing, adalah menyetrika jahitan-jahitan yang terbuka dan
mempersiapkan bentuk (shape) dari desain tertentu, dan
dilaksanakan dalam waktu proses penjahitan sedang berlangsung.
2) Off Pressing, adalah penyeterikaan yang dilakukan setelah pakaian
selesai dijahit.
6. Prosedur Menjahit Kemeja Pria
Desain Kemeja Pria

Prosedur/langkah-langkah kerja menjahit:


1. Mengepres pengeras tutup saku, pengeras belahan tengah muka,
pengeras penegak kerah, pengeras kerah , pengeras tutup belahan
manset, dan pengeras manset.
2. Menjahit saku dan penutup saku pada lokasi yang sudah ditentukan.
3. Pada pembuatan bagian kerah.kemeja langkah pertama yang di buat
yaitu:
 Menjahit kerah kemeja bagian kerah dan board/kaki kerah
 Kerah terdiri dari 2 lembar kain, salah satu lembar tersebut
dilekatkan kain keras M 32, dengan jarak dari sekeliling tepi
selebar sepatu mesin high speed ( sekitar ¾ cm), kemudian
lipat ke bagian dalam kampuh bawah lalu dijahit.
 Menjahit bagian tepi kiri kanan dan atas kerah, pada waktu
menjahit bagian sudut atas diberi benang, agar memudahkan
pada waktu membalik kerah.
 Kerah yang sudah dibalik , pada bagian tepinya dijahit dengan
jarak satu sepatu mesin high speed (¾ cm ) , lalu di
pres/disetrika.
 Menggabungkan bagian kerah dan board yang telah di jahit
tadi, diberi gunting dalam lalu dibalik ke bagian luar (lihat
gambar 2.11.).
 Menjahit bagian atas board yang telah digabungkan tadi, lalu
dipres.
4. Menjahit manset lengan
5. Menyambung potongan kemeja bagian belakang dengan pas bahu
bagian belakang.
6. Memasang label pada pas bahu bagian tengah dalam.
7. Menyambung potongan kemeja bagian muka dengan pas bahu bagian
muka, memberi setikan/tindasan pada garis sambung pas bahu belakang
dan pas bahu muka.
8. Menjahit 2 lembar potongan kerah , digunting dan ditipiskan kemudian
dibalik dan ditindas. Dipasangkan pada sisi dalam penegak kerah yang
sudah diberi pengeras dan ditindas.
9. Memasang penegak kerah tersebut pada garis kerung leher. Dijahitkan
penegak kerah satu lembar pada bagian luar pada pengegak kerah yang
sudah terpasang. Tindas seluruh tepi penegak kerah.
10. Menjahit belahan manset bagian dalam, kemudian menjahit penutup
manset bagian luar. Memasang manset kanan dan kiri, diberi setikan
penindas pada tepi manset .
11. Memasang lengan kemeja kanan dan kiri.
12. Memberi tanda lokasi kancing dan membuat lubang kancing pada belahan
tengah muka.
11.Memasang kancing pada bagian muka dan manset.
12.Membersihkan sisa sisa benang yang tertinggal pada kemeja.
Keterangan : Semua kegiatan menjahit menggunakan mesin high speed,
kecuali model jahitan dengan kampuh sarung. Membuat
lubang kancing dan memasang kancing di bagian finishing.
 Pengepasan.
 Finishing
 Pembersihan benang (Triming)
 Inspection/QC
 Repairing
 Pressing and ironing
 Size sorting
 Inserting polibag
1. Assorting Sz/Carton
 Periksa jahitan keseluruhan.
 Pemeriksaan ukuran untuk kemeja:
Pemeriksaan mutu ( Quality Qontrol)

a. Pengertian dan tujuan pemeriksaan


mutu
Pemeriksaan / pengendalian mutu adalah semua usaha untuk menjamin
(assurance) agar hasil dari pelaksanaan sesuai dengan rencana yang
telah ditetapkan dan memuaskan konsumen (pelanggan).
Tujuannya pengendalian mutu untuk menjaga agar tidak terjadi
produk / barang yang tidak sesuai dengan standar mutu yang diinginkan
secara terus menerus dan bisa mengendalikan, menyeleksi, menilai
kualitas, sehingga konsumen merasa puas dan perusahaan tidak rugi.
Apakah standar kualitas itu?
Mengapa perlu mengikuti standar itu?
Bagaimana kita bisa menerapkan dalam standar kualitas tersebut?
Standar kualitas adalah suatu kondisi yang disepakati secara bersama-
sama antara produsen dan pelanggannya. Biasanya kita menyebutnya
sebagai persyaratan mutu. Persyaratan mutu bisa dikenal melalui
dimensi mutu. Melalui dimensi mutu inilah kita bisa mengetahui
dengan baik apa persyaratan mutu itu, ada 2 dimensi mutu yaitu
dimensi mutu produk dan dimensi mutu jasa. Dimensi mutu produk
misalnya, berapa kekuatannya, tepat tidak ukurannya, nyaman dipakai
atau tidak?
Didalam menerapkan standar kualitas atau pengawasan mutu dikenal
dengan istilah “5W + 1H” yaitu konsep yang sangat global dan banyak
diterapkan dalam berbagai disiplin ilmu, termasuk dalam pemeriksaan /
pengendalian mutu.
Konsep “5W + 1H” adalah : WHAT, WHY, WHEN, WHERE, WHO,
HOW
Dalam pengawasan / pengendalian mutu konsep “5W + 1H”, memiliki
arti sebagai berikut :Dalam industri pakaian jadi pemeriksaan mutu
produksi dilakukan secara bertahap antara lain :
 WHAT : Apakah tujuan kita melakukan pemeriksaan mutu?
 WHY : Mengapa tujuan tersebut anda pilih?
 WHEN : Kapan waktu yang diperlukan untuk melakukan
pemeriksaan / pengendalian mutu?
 WHERE: Dimana kita harus melakukan pemeriksaan mutu?
 WHO : Siapa yang melakukan pemeriksaan / pengendalian
mutu?
 HOW : Bagaimana caranya kita melakukan pemeriksaan /
pengendalian mutu?
b. Sistem pemeriksaan / pengendalian
mutu di industri busana (garmen)
Ada beberapa sistim atau cara pemeriksaan/ pengendalian mutu yang
dilakukan di industri busana (garmen) antara lain :
1) Pemeriksaan akhir, yaitu pemeriksaan yang dilakukan pada saat
busana telah selesai dijahit. Caranya dengan mengambil satu
potong (piece) dari jumlah produksi busana tertentu untuk diperiksa
2) Pemeriksaan / pengendalian mutu dalam proses, dilakukan pada
beberapa tahap proses yang dipilih, terutama pada tahap
pemotongan atau penjahitan yang kritis dan sulit, setidak-tidaknya
ada 4 faktor yang mempengaruhi jumlah tahap tahap proses yang
dipilih yakni :
a) Tingkat keterampilan operator, makin tinggi keterampilan
operator, makin sedikit tahap-tahap proses yang diperiksa
b) Tingkat produktifitas dari mesin-mesin yang dipergunakan,
bila mesin-mesin yang dipergunakan dapat bekerja secara
otomatis (mesin potong untuk kerah misalnya) makin jarang
tahap-tahap proses diperiksa.
c) Kain yang dipergunakan, makin mahal harga kain yang
dipergunakan, makin sering tahapan proses yang diperiksa
d) Jenis busana yang dibuat, pembuatan busana setelan jas lebih
banyak tahapan prosesnya yang diperiksa dibandingkan
dengan pembuatan kemeja biasa
c. Pemeriksaan / pengendalian mutu
bagian jahit (Sewing Inspection)
Pemeriksaan mutu jahitan meliputi cacat kain / cacat tenun, lubang atau
cacat kotor. Apabila ditemukan kesalahan jahit dan memungkinkan
untuk diperbaiki maka secepatnya dikirim kembali kebagian penjahitan
untuk diperbaiki. Apabila hal ini tidak memungkinkan maka jahitan
dianggap rusak (defect). Kesalahan jahit ini meliputi, sambungan yang
jahitan tidak rata, jahitan lepas, jatitan kendor, jahitan melilit, jahitan
berkerut dan lainnya. Pemeriksaan ukuran termasuk juga didalam
pemeriksaan jahitan. Setiap produk busana yang telah selesai dilakukan
pemeriksaan ukuran dengan cara mengukur bagian bagian tertentu pada
setiap busana, selanjutnya disesuaikan dengan nomer ukuran pada label
busana tersebut. Pemeriksaan ukuran kemeja meliputi, lingkar badan,
lebar bahu, panjang kemeja, panjang lengan dan lainnya.
Tata cara / prosedur pemeriksaan proses penjahitan (Sewing)
a) Melakukan pemeriksaan mutu hasil jahitan sesuai dengan pedoman
produksi atau lembar kerja (work sheet)
b) Melakukan pemeriksaan proses penjahitan busana dari awal sampai
selesai sesuai dengan rencana / layout
c) Melakukan pemeriksaan mutu hasil potongan per komponen sesuai
dengan sample dan toleransi
d) Melakukan pemeriksaan jumlah setikan dalam 1 inch (stitch/inch)
e) Melakukan pemeriksaan hasil jahitan dan ukuran pada tiap proses,
jahitan harus baik, rapi, tidak loncat
f) Melakukan pemeriksaan hasil jadi busana sesuai dengan lembar
kerja / work sheet
g) Melakukan pemeriksaan trimming
h) Melakukan pemeriksaan terhadap desain / style yang akan dipakai
i) Melakukan pemeriksaan material penunjang yang akan digunakan
misalnya, label, kancing (button), benang
j) Melakukan tes cuci pada busana jadi untuk mengetahui apakah ada
perubahan warna, dan ukuran setelah pencucian

Tugas:
Perhatikan gambar kemeja berikut ini!
1. Uraikan bagian-bagian kemeja sesuai desain!
2. Buatlah analisis prosedur pembuatan kemeja sesuai desain!

Daftar Pustaka

 Heni Mustofani dan Agustin Rinartati. 2014. Pembuatan Busana Industri.


Surabaya: Centino
 https://fitinline.com/article/read/alatjahit / (2019, 17 Agustus)
 http://www.0ntbpwjt.wordpress.com (Posted on 20 November 2016
by ysetianingsih)
 https://www.slideshare.net/PriyambadaKhushboo/apparelmanufacturingproce
ss:
 Sri Emi Yuli dan Mohammad Adam Jerusalem. 2019. Pembuatan Busana
Industri. Yogyakarta: UNY Ristekdikti
 Sri Wening. 2013. Busana Pria. Yogyakata : FPTK IKIP Yogyakarta
 Yanti Setianingsih. 2017. Pembuatan Busana Industri. Banyumas: SMK
Negeri Purwojati

Anda mungkin juga menyukai