Anda di halaman 1dari 28

STERILISASI DI

FASILITAS KESEHATAN
TINGKAT PERTAMA
Dr.dr. Arlina Dewi, M.Kes (MARS UMY)
Subtopik
01 Pendahuluan
Mengapa penting dibicarakan di FKTP ?.

02 Tantangan di FKTP
Proses pre-cleaning sd sterilisasi/desinfeksi

03 Akreditasi FKTP
PPI di dalam standar Akreditasi FKTP.

04 CEKLIST
Contoh ceklist assessment CSSD di FKTP.

05 Hasil-Hasil Penelitian
Di Pelayanan gigi dll
KONDISI-KONDISI MEMPRIHATINKAN DI FKTP
MENGAPA PPI DI
LAYANAN PRIMER
MENJADI PERHATIAN PENTING ?

TRANSMISSION INFECTION

SARANA TURN
GATEKEEPER
PRASARANA OVER SDM
JKN TR MINIMAL
TINGGI

COMPLEXITY RUANG TUNGGU


CAMPUR & PENUH PINDAH-KELUAR
CASE :
UKP-UKM-ADMEN BANGUNAN
JUMLAH SDM
SEDERHANA
MINIMAL
PENINGKATAN RUANG DAN
UTILISASI PERALATAN
STERILASASI TIDAK LEVEL PENDIDIKAN
DISIAPAKAN SEJAK DAN JENIS
AWAL. PENDIDIKAN
TERBATAS
5 HAL PENTING PEMUTUSAN RANTAI
INFEKSI DI FKTP :

1. HAND HYGIENE
2. PENGGUNAAN PERSONAL
PROTECTIVE EQUIPMENT (PPE)
3. RESPIRATORY HYGIENE
4. SAFE INJECTION PRACTICES
5. DESINFECTION LINGKUNGAN DAN
PERALATAN

LOKASI DENGAN PERHATIAN KHUSUS :


- Pelayanan gigi
- Ruang tunggu
- Ruang Tindakan
TANTANGAN DI FKTP

PRE CLEANING
Menurunkan risiko infeksi melelui kegiatan ddekontaminasi melalui
proses pembersihan awal (pre-cleaning)
Ruang Pencucian :
• Tidak di tempat khusus, tetapi masih
bercampur dengan misal pencucian alat-alat
makan
• Di masing-masing ruang pelayanan dan
petugas tidak menggunakan APD sesuai
standar
TANTANGAN DI FKTP
(lanjut)
STERILISASI - DESINFEKSI
Menurunkan risiko infeksi melelui kegiatan ddekontaminasi melalui
proses pembersihan awal (pre-cleaning)
KATAGORI SPAULDING
• Peralatan Non kritikal : Desinfeksi tingkat rendah
• Peralatan semikritikal (mis. Orppharyngeal airway (OPA)/Guedel,
penekan lidah, kaca gigi—DTT : Direbus atau kimiawi
• Peralatan Kritikal (instrument bedah, partus set) : STERILISASI

KONDISI DI FKTP : STERILISASI BELUM SESUAI


STERILISATOR KERING
VS AUTOCLAVE
Sterilisastor Kering :
Idealnya nya 170 C dalam 1 jam
Yang beredar di Puskesmas dan Klinik :

Suhu maksimal 125 C –15 menit

Autoclave (tekanan uap)


Cukup suhu 121 C, dengan tekanan 17 psi dicapai dalam
waktu -15 menit
TANTANGAN DI FKTP
(lanjut)
STERILISASI - DESINFEKSI
Biasanya FKTP tidak menyediakan ruang khusus

Ruang Pencucian :
• Tidak di tempat khusus, tetapi masih
bercampur dengan misal pencucian alat-alat
makan
• Di masing-masing ruang pelayanan dan
petugas tidak menggunakan APD sesuai
standar
Komite /TIM
Keselamatan
pasien

Laporan

Tim/PJ PPI

TUGAS : Pengawasan
dan supervisi PPI

Edit 29 Juni 2017


AKREDITASI FKTP
CONTOH CEKLIST
Sumber :
Pemrosesan Ulang Instrumen dan Perangkat yang Dapat Digunakan Kembali (reusable)
A. Kebijakan, prosedur, dan petunjuk pemrosesan ulang yang dikeliuarkan dari pabrik untuk setiap peralatan
medis reuse tersedia di area pemrosesan ulang
B. Peralatan medis reuse dibersihkan, diproses ulang (didesinfeksi atau disterilkan), dan dipelihara sesuai
dengan petunjuk dari pabrik
C. Peralatan medis sekali pakai dibuang setelah digunakan dan tidak digunakan untuk lebih dari 1 pasien

D. CSSD (Area pengolahan ulang)


i. Memiliki ruang yang memadai
i. Memiliki pola alur kerja sedemikian rupa sehingga perangkat mengalir dengan jelas dari area dengan
kontaminasi tinggi menuju bersih / steril area ( ada pemisahan yang jelas antara ruang kerja yang kotor
dan bersih).
E. Kepatuhan terhadap semua langkah yang direkomendasikan oleh pabrik : waktu yang adekuat untuk
pemrosesan ulang, termasuk pengeringan
F. Petugas Kesehatan yang terlibat dalam pemrosesan ulang peralatan medis memakai APD yang sesuai
G. Peralatan medis disimpan dengan cara yang tepat untuk melindungi dari kerusakan dan kontaminasi
Sterilisasi Peralatan medis reusable
A. Peralatan medis dibersihkan secara menyeluruh sesuai dengan petunjuk pabrik dan diperiksa secara
visual untuk mencari sisa kotoran sebelum disterilisasi. Catatan: Sikat pembersih berukuran tepat harus
digunakan untuk membersihkan saluran bagian peralatan dan lubang.
B. Pembersihan dilakukan sesegera mungkin setelah digunakan untuk mencegah bahan kotor menjadi
kering pada peralatan
C. Pembersih enzimatik atau deterjen digunakan untuk pembersihan awal dan dibuang sesuai dengan
petunjuk pabrik (biasanya setelah setiap penggunaan)
D. Sikat pembersih dibuang atau dibersihkan dan didisinfeksi tingkat tinggi atau disterilkan (sesuai
petunjuk pabrik) setelah digunakan.
E. Setelah dibersihkan, instrumen dibungkus / dikemas dengan benar untuk sterilisasi
F. Indikator kimia (indikator proses) ditempatkan dengan benar di paket instrumen
G. Indikator biologis digunakan setidaknya setiap minggu untuk setiap alat sterilisasi dan pada setiap
muatan sterilisasi yang terdapat alat medis yang ditanam (implant)
I. Kemasan steril diberi label : tindakan sterilisasi yang digunakan, siklus ke-/nomor, dan tanggal sterilisasi
J. Catatan sterilisator: termasuk hasil dari setiap load/proses dan
pemeliharaan autoclave
K. Immediate-use sterilisasi uap, jika dilakukan, hanya dilakukan dalam
keadaan dimana prosedur sterilisasi rutin tidak dapat dilakukan

L. Instrumen yang di-sterilisasi uap segera digunakan dan tidak disimpan


M. Setelah sterilisasi, peralatan medis dan instrumen disimpan sehingga
sterilitas nya tidak terganggu
N. Paket steril diperiksa integritasnya, dan paket yang disusupi diproses ulang
sebelum digunakan
O. Fasilitas melakukan pembersihan awal peralatan medis sebelum dikirim ke
fasilitas CSSD di luar lokasi.
Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) pada Peralatan medis reusable
A. Endoskopi fleksibel diperiksa apakah ada kerusakan dan kebocoran diuji sebagai bagian dari setiap siklus
pemrosesan ulang
B. Peralatan medis dibersihkan secara menyeluruh sesuai dengan petunjuk pabrik dan diperiksa secara visual
untuk mencari sisa kotoran sebelum DTT
C. Pembersihan dilakukan segera setelah digunakan untuk mencegah bahan kotor mengering pada
instrumen
D. Pembersih enzimatik atau deterjen yang sudah digunakan, dibuang sesuai dengan petunjuk pabrik
(biasanya setelah setiap penggunaan).
E. Sikat pembersih dibuang atau dibersihkan dan didisinfeksi tingkat tinggi atau disterilkan (sesuai petunjuk
pabrik) setelah digunakan
F. Untuk bahan kimia yang digunakan dalam desinfeksi tingkat tinggi, petunjuk pabrik diikuti untuk:

i. Persiapan
i. Pengujian untuk konsentrasi yang sesuai
i. Penggantian (setelah kedaluwarsa atau hilangnya khasiat)
i. Pembuangan
G. Jika menggunakan peralatan pemrosesan ulang otomatis, konektor yang tepat digunakan untuk
memastikan bahwa saluran dan lumen didisinfeksi dengan benar.
H. Peralatan medis didisinfeksi untuk jangka waktu yang sesuai, seperti yang ditentukan oleh petunjuk
pabrik
I. Peralatan medis didesinfeksi pada suhu yang sesuai, seperti yang ditentukan oleh petunjuk pabrik
J. Setelah DTT, Peralatan medis dibilas dengan air steril, air yang disaring, atau air ledeng diikuti
dengan pembilasan dengan 70% –90% ethyl atau isopropyl alkohol
K. Peralatan medis dikeringkan secara menyeluruh sebelum digunakan kembali. Catatan: Instrumen
berlumen (mis., Endoskopi) membutuhkan pembilasan saluran dengan alkohol dan memaksa udara
melalui saluran
L. Setelah DTT, Peralatan medis disimpan dengan cara sesuai untuk melindungi dari kerusakan atau
kontaminasi
M. Fasilitas menyimpan catatan untuk setiap endoskopi (mis., Sistoskopi, USG vagina, anoskopi, dll.)
Prosedur yang mencakup nama pasien, nomor rekam medis, prosedur, tanggal, ahli endoskopi,
sistem untuk memproses ulang Peralatan medis (jika lebih dari 1 yang digunakan), dan nomor seri
dari ruang lingkup, probe, dll.
N. Fasilitas melakukan pembersihan awal peralatan medis sebelum dikirim ke fasilitas CSSD di luar
lokasi
(Reuland et Inadequate energy availability is associated with irregular water supply and poor
al., 2020) medical equipment sterilization; it adversely affects provider safety and contributes to
poor lighting and working conditions. Some challenges, such as poor availability and
maintenance of back-up energy sources, disproportionately affect smaller HCFs.
(Leite et al., CSSD nursing team members of a hospital in Paraíba understood continuing education
2011) as a means to gather new knowledge and, thus, improve the quality of service and
increase safety in actions and personal satisfaction at work. They also highlighted the
need for updating, lack of materials, adequate physical structure and contingent of
workers, which lead them to excessive workload.
(Florêncio et CSSD nursing team members of a hospital in São Paulo attributed the importance of
al., 2011) their work to assisting service users, mainly to their role in controlling infections and
the quality of materials and the fact that they made surgical procedures feasible.
However, the participants believed that workers from other sectors of the hospital did
not value them and did not know the work performed by the CSSD nursing technician.
Teamwork, investment in training and good management were highlighted as the main
facilitators of the work at CSSD. Insufficient materials, problems in decision-making
are the main obstacles
(Martins et the aspects that compromise the work within the SMPD are: inadequate infra-structure,
al., 2011) poor dynamics of human relationships, poor qualification of professionals, and stress
(Lopes et From interviews with nursing assistants and technicians from the CSSD of a hospital in
al., Londrina, four categories that configure the general structure of the phenomenon ‘Being a
2007). nursing team member at CSSD’ are: ‘Speaking of joining CSSD ‘, in which some pointed out
that they did not choose to work at the unit and that they entered without knowing it well and
because they contracted pathologies that prevented direct care to users; ‘Talking about the
work developed at CSSD, which addresses the turnover of workers in the different sectors of
the CSSD; ‘Experiencing difficulties’, which addresses the repetition of work in the CSSD,
physical tiredness and work overload; and ‘Overcoming obstacles’, which deals with the
feeling of usefulness and importance of their work as a tool to overcome difficulties.

(HISSI, Adoption of best practices sometimes meets resistance. Leadership together with staff must
2020) increase awareness, improve the desire to change to meet the standard, and even ask for
incentives.
All members of CSSD should learn. Learning together can improve the ability to create
desired results. The department’s staff should encourage participating in learning formulating
policies and procedures.
PENELITIAN TENTANG
CIPRATAN SALIVA & DARAH
SAAT TINDAKAN GIGI
Tim Prodi MARS UMY (Cynthia, Arlina,
Iwan, 2020) :
Aerosols and Splatter
Contamination in Dental Practice
During COVID-19
Metode : observasi pada 80
tindakan gigi di rawat jalan gigi
RSGM. Setiap selesai tindakan
dilakukan pengecekan penyebaran
kontaminasi saliva dan darah di
kursi gigi dan dokter gigi,
menggunakan ” Blacklight”
HASIL
LOCATION ∑
FACE SHIELD PERCENTAGE
CONTAMINATION
(N=62)
1 28 45.16
2 39 62.90
3 27 43.55
4 12 19.35
5 31 50.00
KONTAMINASI DI GOWN

Medical Total Percentage


Gown
A 19 24%
B 28 35%
C 10 13%
D 0 0%
KONTAMINASI DI DENTAL UNIT
∑-
Contaminatio Percenta
Location n ge
Dentist Chair 0 0%
Separator 28 35%
Handpiece 53 66%
Saliva Ejector 72 90%
Three Way
Syringe 48 60%
Bowl Rinse 80 100%
Dental Chair
(patient) 4 5%
Tray 41 51%
Dental Light 48 60%
Foot Control 15 19%
Cuspidor Unit 28 35%
Thank You

Anda mungkin juga menyukai