Anda di halaman 1dari 17

Central Sterile Supply Department (CSSD

ISSB (INSTALASI STERILISASI SENTRAL DAN BINATU) RSUP FATMAWATI


Structural di bawah DIREKTORAT UMUM, SDM DAN PENDIDIKAN.
Menyadari pentingnya Instalasi Sterilisasi Sentral dan Binatu maka RSUP Fatmawati telah
melengkapinya dengan peralatan yang modern.
Penyetrikaan baju-baju dilakukan dengan setrika uap sehingga hasilnya lebih halus dan tidak
merusak baju.
Instalasi ini juga melayani binatu untuk umum yang menggunakan mesin cuci khusus dan
terpisah dari cucian kain rumah sakit.
Selain itu proses sterilisasi alat-alat medis dilakukan dengan peralatan modern yang menjamin
sterilitas alat-alat medis.
Binatu RSUP Fatmawati melayani pencucian linen dengan menggunakan mesin cuci medern
yang bekerja dengan program otomatis sesuai kebutuhan untuk membersihkan linen. Detergen
yang digunakan adalah detersoft dalam air panas 700C dengan pembilas ulang dan pemberian
pewangi. Desinfeksi dilakukan bila perlu dan menghilangkan karat linen dengan menggunakan
obat anti karat.
Linen yang dapat dicuci terdiri antara lain: sprei, sarung bantal, bed cover, handuk, selimut,
taplak meja, masker, boven lakem, baju bayi, gordyn, macam-macam laken, jas OK dan laiinlain.

PENGERTIAN & FALSAFAH


CSSD

adalah

suatu

department/bagian

yang

menyelenggarakan

proses

mencuci/dekontaminasi,pengemasan dan sterilisasi terhadap semua alat & bahan yang


membutuhkan dalam kondisi steril
Suatu unit di RS yg bertanggung jawab atas penyelenggaraan proses mulai dari :
pencucian / dekontaminasi, pengepakan dan sterilisasi peralatan bedah / peralatan lain yang
dibutuhkan RS dalam merawat / melakukan tindakan kepada pasien
Background

1. Era global,teknologi canggih,rentan terhadap infeksi global,rantai penularan penyakit


juga semakin canggih.
2. Perlindungan terhadap masyarakat dan tenaga kesehatan
3. Pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu bagi pasien dengan dalin oriented
( merupakan kebutuhan dan keharusan )
4. Penyakit infeksi/infeksi nosokomial merupakan penyebab kematian utama didunia
(3,3juta/25% dari 51,9 juta pertahun )
5. Angka infeksi nosokomial di Indonesia(Asean): 5%,Eropa : 2-3 %
6. Salah satu pendukung jaminan mutu pelayanan RS, maka peran & fungsi CSSD sangat
penting
7. Aspek mediko legal, merupakan salah satu upaya dalam manajemen resiko
ISTILAH
1. Central Sterile Supply Dept ( CSSD )
2. Central Sterile Supply Room (CSSR)
3. Central Sterile Processing Dept (CSPD)
4. Central Sterilization Unit (CSU)
5. Theatre Sterilization Unit (TSU)

MENGAPA PERLU CSSD


1. Efisiensi
a) pengadaan dan penggunaan alat proses
b) tenaga ahli
c) ruangan
d) inventarisasi instrumen / alat medic
e) waktu

2. Kwalitas produk steril,melalui prosedur ketat, dengan indikator mutu


3. Mengurangi beban kerja bagi kamar bedah dan farmasi
4. Pengendalian IN, menekan kejadian infeksi nosokomial dengan memutus rantai
penularan infeksi

KEBIJAKAN STRATEGIS
Menumbuhkan budaya bekerja menciptakan lingkungan bebas infeksi,yg penting rasional
setiap proses pencegahan infeksi
Mendorong dan memfasilitasi pengembangan mutu pelayanan CSSD
Melibatkan tim pengendalian infeksi nosokomial RS dan unit lainnya yg terkait dlm
menyusun pedoman dan kebijakan
Mendorong upaya pemeliharaan sarana, prasarana dan peralatan kesehatan
Mendorong dan memfasilitasi pembinaan teknis penyehatan lingkungan dan limbah RS.
Memfasilitasi pembinaan manajemen dan teknis penatalaksanaan pelayanan CSSD
Mendorong upaya pengkajian ilmu dan teknologi kesehatan
PERENCANAAN
1. Identifikasi unit/bagian yg memerlukan jasa CSSD
2. Identifikasi jenis & volume pelayanan yg dibutuhkan
3. Frekuensi/distribusi alat & bahan habis pakai steril
4. Pretreatment bahan yg akan diproses
5. Sistem pelayanan sentral/semi sentral, prosedur pelayanan dan alurnya
6. istem transpor alat dan bahan habis pakai
7. Menghitung unit cost untuk jenis Pelayanan
PENATALAKSANAAN
1. Pembuatan pedoman dan SOP
2. Tata ruang:
Pencucian & Dekontamoinasi
Processing
Sterilisation
Storage
3. Metode sterilisasi yang digunakan
4. Kendali mutu,monitoring dan evaluasi

TUJUAN
1. Mengurangi kejadian infeksi nosokomial melalui peralatan yang telah mengalami sortir,
pencucian,desinfeksi dan pensterilan
2. Memutuskan mata rantai penyebaran kuman dilingkungan RS
3. Menyediakan dan menjamin kualitas hasil sterilisasi terhadap produk yang dihasilkan
4. Menjamin kontinuitas ketersediaan alat dan bahan habis pakai steril untuk seluruh
kebutuhan Rumah Sakit
FUNGSI CSSD
1. Tempat menyiapkan peralatan dan bahan steril untuk tindakan medis, penunjang medis
dan asuhan keperawatan
2. Tempat melakukan proses pencucian, dekontaminasi, desinfeksi, sterilisasi alat & bahan
habis pakai
3. Mendistribusikan alat & bahan habis pakai yang steriL
4. Mempertahankan stock inventory
5. Mendokumentasikan semua kegiatan harian
6. Melakukan penelitian terhadap hasil sterilisasi
7. Mengevaluasi hasil sterilisasi

PRINSIP DASAR CSSD


1. Bacalah dgn teliti petunjuk penggunaan instrumen dari pabrikanya
2. Kirimlah instrumen segera ke CSSD utk pemrosesan setelah dipakai
3. Buang segera residu / kotoran dari instrument
4. Letakan instrumen dengan hati- hati dan jangan melemparkannya
5. Buka sambungan alat sebelum dicuci
6. Yakinkan penggunaan dosis yang tepat pada cairan pencuci dan cairan disinfektan
7. Jangan gunakan sikat besi / spon besi utk mencuci
8. Bilaslah dengan air dimineralisasi setelah dicuci
9. Keringkan instrumen sampai benar benar Kering

10. Simpan instrumen dalam keadaan dingin


11. Singkirkan instrumen yg rusak
12. Pilih pengemasan yang sesuai
13. Lakukanlah perawatan khusus untuk instrumen yang lembut.
Lokasi CSSD dan Luas bangunan
Idealnya berada dekat konsumen terbesar yaitu unit Kamar Bedah (Closed system)
1. 200 TT 130 m2
2. 400 TT 200 m2
3. 600 TT 350 m2
4. 800 TT 400 m2
5. 1000TT 450 m2
Ket : Menyesuaikan Kemampuan RS
KONDISI RUANG
1. Kelembaban udara : 35-37 %
2. Temperatur : 18-22C
3. Dinding, lantai dan plafon licin (vinyl)
4. Jumlah & jenis koloni kuman: max 10 kol
5. Jumlah partikel udara: <0,15 mg/m3
6. Kebisingan: max.60 Db.A
7. Pencahayaan : min 100 Lux
ALUR PROSES KERJA
1. Collect ( pengumpulan )
2. Clean ( pembersihan )
3. Dry ( pengeringan )
4. Sort ( pemilihan )
5. Pack ( pengemasan )
6. Sterilize ( sterilisasi )
7. Store ( pendistribusian )
Pemilihan Mesin/Alat & Bahan Habis Pakai

Mesin
Kapasitas
heater integrasi/sentral
Pintu
Kecanggihan
After sales service

Instrument
daya tahan
After sales service

Kassa, linen,harus dibuat dari serat katun/ kapas,tanpa zat pemutih

JENIS MESIN CSSD


1. Sterilizer : autocave,Gas ETO,Plasma H2O2,sterilisator
2. Washer desinfector,Ultra cleaner
3. Mesin conditioner sarung tangan
4. Mesin cuci & mesin pengering
5. Heat sealler
6. Water treatment
7. Boyler
8. Kompresor

JENIS INSTALASI CSSD


1. Listrik,Genset dgn tegangan tinggi
2. Air bersih
3. Air dimineralisata ( bebas mineral)
4. Steam,steam reducer,steam trap dll
5. Limbah biasa, khusus
6. Udara bertekanan, AC
7. Hydran, kebakaran

JENIS PEMBIAYAAN
Perlu dilakukan perhitungan biaya untuk seluruh pelayanan CSSD yg meliputi :
Harga bahan habis pakai
Biaya investasi peralatan
Biaya listrik, air
Biaya pengemas
Biaya SDM
Sehingga diperoleh unit cost dan tariff
STRUKTURAL CSSD
1. Berdiri sendiri, dibawah Perawatan langsung atau Bagian penunjang
2. Merupakan unit dari instalasi farmasi, kamar bedah
3. Komponennya : Kepala CSSD, asisten/supervisor,staff
4. Semua diatas tergantung kebijakan dan kebutuhan RS
SUMBER DAYA MANUSIA
1. Kepala CSSD : apoteker,perawat,SKM tergantung kebijakan RS (mampu memanage
secara keseluruhan)
2. Staff : memahami ilmu mikrobiologi,dekontaminasi,sterilisasi,nama instrument, mesin
CSSD
3. SDM : mengikuti pelatihan2 yg berkelanjutan
4. Diberikan makanan tambahan
5. Jumlah SDM menyesuaikan kebutuhan
STANDARD PELAYANAN CSSD
Untuk menjamin kualitas & kuantitas pelayanan diperlukan monitoring dan evaluasi :
1. Semua kegiatan tertulis ( pemakain autoclave, plasma, inventory )
2. Protap dimonitoring,evaluasi, mengalami perubahan protap.
Kerjasama dengan Unit Lain
1. Nursing Department
2. Logistic & Purchasing
3. Farmacy

4. Maintenance
5. User
Peran CSSD di RS
1. Menyediakan kebutuhan peralatan steril untuk kamar operasi dan bagian lain di RS
2. Menyelenggarakan proses dekontaminasi, pengemasan, pengepakan dan sterilisasi
peralatan RS sesuai standar
3. Memberikan kontribusi dalam pengembangan pelayanan mutu di RS yang terkait dengan
pengendalian infeksi
Jenis-jenis Sterilisasi
1. Uap air panas dengan tekanan Autoclave
2. Panas kering (Dry heat) dengan tekanan normal
3. Radiasi peng-ion (radiasi gama atau elektron beam)
4. Sterilan seperti : Ethylen oxyde, Glutaraldehyd
5. Sterilisasi dengan plasma
Bahan-bahan yg disterilkan

Logam : instrument/alat-2 bedah umumnya terbuat dari logam

Linen : Baju operasi, laken, doek operasi, masker, topi, kasa dll

Karet : handschoen/gloves, catheter dll

Klasifikasi alat-alat medis & cara sterilisasinya


1. Critical instrument : mencapai jaringan steril atau pembuluh darah. Mis. Implant,
scalpel, instrument operasi Sterilisasi
2. Semicritical instrument : menyentuh membran mukosa. Mis. Fleksibel endoskopi,
laryngoskop, ETT Disinfeksi tingkat tinggi
3. Noncritical instrument : menyentuh kulit luar Mis. Stetoskop, permukaan meja,
Disinfeksi tingkat rendah
Peruntukan ruangan CSSD

1. Ruang dekontaminasi : Tempat menerima barang kotor, melakukan dekontaminasi dan


pembersihan
2. Daerah pengemasan alat : Tempat mengemas dan menyimpan barang bersih. Sebaiknya
ada tempat tertutup untuk menyimpan barang
3. Daerah prosesing linen : Tempat memeriksa, melipat dan mengemas linen,
mempersiapkan kassa dan cotton swab untuk disterilkan. Sebaiknya ada tempat tertutup
untuk menyimpan barang
4. Daerah sterilisasi : Tempat melakukan sterilisasi
5. Daerah penyimpanan barang steril

INDIKATOR PELAYANAN RUMAH SAKIT


Indikator merupakan variabel ukuran atau tolok ukur yang dapat menunjukkan indikasi-indikasi
terjadinya perubahan tertentu. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
228/MENKES/SK/III/2002 tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Rumah
Sakit yang wajib dilaksanakan daerah untuk mengukur kinerja rumah sakit ada beberapa
indikator, yaitu:
1. input, yang dapat mengukur pada bahan, alat, sistem, prosedur, atau orang yang
memberikan pelayanan misalnya jumlah dokter, kelengkapan alat, prosedur tetap dan
lain-lain
2.

proses, yang dapat mengukur perubahan pada saat pelayanan misalnya kecepatan
pelayanan, pelayanan dengan ramah dan lain-lain

3. output, yang dapat menjadi tolok ukur pada hasil yang dicapai, misalnya jumlah yang
dilayani, jumlah pasien yang dioperasi, kebersihan ruangan
4. outcome, yang menjadi tolok ukur dan merupakan dampak dari hasil pelayanan misalnya
keluhan pasien yang merasa tidak puas terhadap pelayanan dan lain-lain
5. benefit, adalah tolok ukur dari keuntungan yang diperoleh pihak rumah sakit maupun
penerima pelayanan atau pasien misalnya biaya pelayanan yang lebih murah, peningkatan
pendapatan rumah sakit
6. impact, adalah tolok ukur dampak pada lingkungan atau masyarakat luas misalnya angka
kematian ibu yang menurun, meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, meningkatnya
kesejahteraan karyawan
Indikator penilaian efisiensi pelayanan menurut Irwandy (2007) diantaranya adalah sebagai
berikut:

BOR (Bed Occupancy Rate = Angka Penggunaan Tempat Tidur) BOR adalah persentase
pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indicator ini memberikan gambaran
tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Bila nilai ini mendekati
100 berarti ideal tetapi bila BOR Rumah Sakit 60-80% sudah bisa dikatakan ideal. BOR
antara rumah sakit yang berbeda tidak bisa dibandingkan oleh karena adanya perbedaan
fasilitas rumah sakit, tindakan medik, perbedaan teknologi intervensi.
BOR= Jumlah hari perawatan rumah sakit dalam waktu tertentu x 100%
Jumlah tempat tidur x Jumlah hari dalam satu satuan waktu

BTO (Bed Turn Over =Angka perputaran tempat tidur)


BTO adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur
dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur
rata-rata dipakai 40-50 kali.
BTO = Jumlah pasien keluar hidup dan meninggal x 100%
Jumlah tempat tidur

AVLOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat)


AVLOS adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indicator ini disamping memberikan
gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan. Secara
umum nilai AVLOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes RI, 2005).
AVLOS = Jumlah lama dirawat x 100%
Jumlah pasien keluar

TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)


TOI adalah waktu rata-rata suatu tempat tidur kosong atau waktu antara satu tempat tidur
ditinggalkan oleh pasien sampai ditempati lagi oleh pasien lain. Indikator ini memberikan
gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur tidak terisi
pada kisaran 1-3 hari.
TOI = (Jumlah tempat tidur x 365) hari perawatan x 100%
Jumlah semua pasien keluar hidup + mati

IDR (Infant Death Rate = angka kematian bayi)


Standar IDR adalah 20%.
IDR =

Jumlah kematian bayi yang lahir di rumah sakit

x 100%

Jumlah bayi yang lahir di rumah sakit dalam waktu tertentu

MMR (Maternal Mortality Rate = angka kematian ibu melahirkan)


Standard 0,25% atau antara 0,1-0,2%.
MMR =

Jumlah pasien obstetric yang meninggal


Jumlah pasien obstetric dalam jangka waktu tertentu

x 100%

FDR (Foetal Death Rate = angka bayi lahir mati)


FDR = Jumlah kematian bayi dengan umur kandungan 20 minggu x 100%
Jumlah semua kelahiran dalam jangka waktu tertentu

PODR (Post Operative Death Rate = angka kematian pasca bedah)


Standar PODR adalah 1%.
PODR = Jumlah kematian setelah operasi dalam satu periode x 100%
Jumlah pasien yang dioperasi dalam periode yang sama

Instalasi Gas Medis


Penggunaan gas medis pada sarana pelayanan kesehatan diatur berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Kesehatan No. 1439/Menkes/SK/XI/2002.
Definisi:
Gas medis adalah gas dengan spesifikasi khusus yang dipergunakan untuk pelayanan
medis pada sarana kesehatan.
Instalasi pipa gas medis adalah seperangkat prasarana perpipaan beserta peralatan yang
menyediakan gas medis tertentu yang dibutuhkan untuk menyalurkan gas medis ke titik
outlet di ruang tindakan dan perawatan
Sentral gas medis adalah seperangkat prasarana beserta peralatan dan atau tabung
gas/liquid yang menyimpan beberapa gas medis tertentu yang dapat disalurkan melalui
pipa instalasi gas medis
Instalasi gas medis (IGM) adalah seperangkat sentral gas medis, instalasi pipa gas medis
sampai outlet
Beberapa gas medis yang digunakan pada sarana pelayanan kesehatan antara lain adalah gas
Oksigen (tabung 1m3, 2m3, 6m3), oksigen cair (tangki), gas N2O (tabung 25 kg), gas CO2, dan
udara Tekan (UT).

UNGGULAN :
1. Orthopedic
Pelayanan paripurna yang dilaksanakan oleh dokter spesialis orthopaedi dan trauma
dengan superspesialis, meliputi : Tulang Belakang, Akibat Cedera, Tangan, Kaki, Lutut
dan Cedera Sport, Tulang pada anak, Panggul, Onkologi (Tumor).
2. Rehabilisasi medic
Mengelola berbagai fasilitas dan tenaga trampil untuk memberikan program rehabilitasi
secara holistik untuk mencapai kemampuan fungsional seoftimal mungkin.
Sistem pelayanan rehabilitasi medik :
Pelayanan rehabilitasi medis dilaksanakan secara komprehensif, dokter spesialis
rehabilitasi medis bersama terapis dan profesi terkait memberikan pelayanan yang sesuai
dengan keadaan sakit.
Jenis pelayanan rehabilitasi medik : Fisioterapi, Terapi Okupasi, Terapi Wicara, Psikolog,
Sosial Medis, Prostetik Ortotik, Workshop dan rehabilitasi terpadu ( Rehabilitasi Jantung,
Klub asma, Klub Stroke, Klub Diabetes, Klub Osteoforosis dan klub Geriatri )

Apakah yang dimaksud dengan infeksi nosokomial ?


Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien ketika pasien tersebut dirawat di RS
juga petugas kesehatan.
Bagaimanakah dari RS yang rentan sebagai tempat terjadinya penularan infeksi ?
Bagian RS yang rentan terjadinya penularan infeksi : inos sering terjadi pada infeksi luka
operasi, pneumonia, infeksi saluran kencing, bakteremi
Bagaimanakah cara mencegah infeksi nosokomial ?
Cara mencegah inos/ pengendalian inos didasarkan pada prinsip-prinsip:

pemutusan mata rantai penyebaran infeksi, misal dengan isolasi, cuci tangan,
ventilasi mekanik, teknik operasi aseptik.

pemberantasan sumber atau sumber infeksi yang potensial, misal pengobatan


pasien yang terinfeksi, dekontaminasi alat.

meningkatkan resistensi pasien terhadap infeksi, misal imunisasi, penggunaan


antibiotik profilaksis yang tepat bila diindikasikan.

peningkatan daya tahan host, dengan penggunaan vaksin maupun imunisasi


aktif, atau pemberian antibodi pada imunisasi pasif.

Bagaimanakah cara mencegah agar tenaga medis dan non medis di RS tidak terkena
infeksi nasokomial ?
Menjaga kebersihan kerja, sanitasi.
INSTALASI PENUNJANG
Penujang non medic :

1. Instalasi Gizi

2. Instalasi Forensik & Perawatan Jenazah

3. Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit

4. Instalasi Sterilisasi Sentral & Binatu

5. Instalasi Pengelolaan Data Elektronik

6. Instalasi Pemasaran & Humas

7. Instalasi Penagihan Piutang Asuransi & Perusaan

8. Instalasi Sanitasi & Pertamanan

9. Instalsi Pendidikan & Penelitian


Penunjang medic :

1. Instalasi Patologi
2. Instalasi Farmasi

3. Instalasi Radiologi

4. Instalsi Pemeriksaan Penunjang Khusus

5. Instalasi Rehabilitasi Medik

6. Instalasi Bedah Sentral

LOGO
Teratai.

Kesayangan para dewa. Sarat akan arti dan falsafah hidup yang dalam

Hanya dari lumpur. Walau hidup dan berakar dari rumput, namundgn sedikit hujan maka
kuncup akan berkembang dgn kelpoak elok penuh keanggunan.

Penuh pesona. Rs fatmawati walau sederhana mulanya tapi berkembang dgn segala
keelokan dan keindahan utk pelayanan bagi seluruh masyarakat.

Penuh manfaat. Dengan segala kekurangan n kelebihan yg ada, fatmawati membantu


masyarakat.

Maka lengkaplah sesuai motto rsup fatmawati : Percayakan Pada Kami


PRESTASI TERAKHIR
Juara II PERSI AWARD kategori Hospital Family Planning tahun 2010
AKREDITASI PENUH TINGKAT LENGKAP 16 BIDANG PELAYANAN, 31
Desember 2010

16 BIDANG PELAYANAN
1) Penyakit dalam
2) Kesehatan anak
3) Kebidanan dan penyakit kandungan
4) Bedah
5) Bedah saraf
6) Penyakit jantung
7) Penyakit paru
8) Penyakit mata
9) Penyakit saraf (stroke)
10) Penyakit THT
11) Kulit kelamin
12) Jiwa
13) Gigi mulut
14) Gizi medic

15) Forensic
Suatu pengakuan yang diberikan oleh pemerintah kepada RS karena memenuhi stndar yg
ditentukan.
Status akreditasi:
1) Tidak terakreditasi
2) Akreditasi bersyarat. Nilai total >65% s/d 75%. Dinilai 1 thn sekali
3) Akreditasi penuh. Nilai total 75%, 3 thn masa berlaku
4) Akreditasi istimewa. 5 thn masa berlaku. Didpt setelah 3x berturut-turut.

Anda mungkin juga menyukai