Anda di halaman 1dari 14

BAB XIII

MENJAGA MUTU PELAYANAN CSSD

Latar Belakang

Menjaga Mutu atau quality assurance ( QA ) adalah suatu usaha yang dilakukan untuk dapat
menjamin atau memastikan mutu, meyakinkan orang lain, mengusahakan sebaik-baiknya,
mengamankan atau menjaga agar produk yang dihasilkan sesuai dengan keinginan atau
standar. Menjaga mutu di CSSD merupakan kewajiban bagi seluruh karyawan yang ada di
dalamnya , karena sekecil apapun dampak negatif dari pekerjaan individu di CSSD akan
merugikan konsumen contohnya pensterilan yang tidak optimal akan menyebabkan
terjadinya nosokomial infeksi atau pelipatan linen yang salah akan menyulitkan tim operasi
pada waktu mengenakan jas operasi. Oleh karena itu seluruh petugas yang bekerja di CSSD
harus memahami program menjaga mutu yang telah ditetapkan oleh Rumah Sakit dan
mempunyai komitmen yang kuat untuk melaksanakan program tersebut.

Pengertian

Ada beberapa pengertian tentang menjaga mutu ( QA ) yang perlu diketahui, antara lain
adalah :

1. Dr. Avedis Donabedian, seorang ahli QA pelaynan kesehatan, yang berpendapat, bahwa :
a. Menjaga mutu termasuk kegiatan-kegiatan yang secara periodik atau kontinyu
menggambarkan keadaan di mana pelayanan disediakan. Pelayanannya sendiri di
monitor dan hasil pelayanannya diikuti. Dengan demikian kekurangan-kekurangannya
dapat dicatat, sebab dari kekurangan tersebut diketahui, kemudian dibuatkan koreksi
yang diperlukan. Sehingga didapatkan perbaikan dan kesejahteraan. Jadi QA disini
merupakan sebuah siklus.
b. QA adalah semua penataan-penataan dan kegiatan-kegiatan yang dimaksudkan untuk
menjaga keselamatan , memelihara dan meningkatkan mutu pelayanan
2. Dr. K. Ishikawa : QA dimaksudkan untuk menjamin mutu di mana konsumen dapat
membeli dan menggunakan dengan kepercayaan dan kepuasan serta masih dapat
digunakan untuk jangka panjang
3. Joint Commision On Accreditation of Hospital ( JCAH ) : QA adalah suatu program
berlanjut yang disusun secara obyektif dan sistimatik, memantau dan menilai mutu serta
kewajaran pelayanan terhadap pasien, menggunakan kesempatan untuk meningkatkan
pelayanan pasien dan memecahkan masalah yang terungkap
4. ISO 8402 : Semua kegiatan sistematik yang direncanakan dan diperlukan untuk
menyediakan kepercayaan yang memadai sehingga produk dan pelayanannya memuaskan
sesuai dengan syarat-syarat mutu

Dari beberapa pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa Menjaga Mutu adalah
kegiatan – kegiatan yang sistematik, terencana, dilaksanakan secara periodik, terpantau

1
sehingga dapat menjamin kepercayaan yang memadai sehingga produk dan pelayanannya
memuaskan dan sesuai dengan syarat-syarat mutu

Apabila diterapkan di CSSD, maka menjaga mutu dapat diartikan sebagai kegiatan – kegiatan
sistematik yang dilakukan dengan terencana, periodic, dapat dipantau, sehingga dapat
menjamin kepercayaan konsumen untuk dapat menghasilkan pruduk dan pelayanan yang
memuaskan dan sesuai dengan standar yang telah ditentukan.

Quality Control dan Quality Assurance


Dua pengertian tersebut sering dianggap sama. Perbedaan dapat dilihat dari arti katanya ,
Menurut The American Heritage Dictionary. Control ( pengendalian ) adalah wewenang atau
kemampuan untuk mengatur, mengarahkan atau mendominasi. Sedangkan Assurance
diartikan sebagai suatu kegiatan menjaga kepastian atau menjamin keadaan dari apa yang
dijamin atau suatu pernyataan atau indikasi yang menimbulkan rasa kepercayaan.. Kata
control lebih mengarah pada peran aktif sedangkan menjamin lebih kearah perilaku yang
dipercaya Pada table 12.1 dapat dilihat secara jelas perbedan antara QC dan QA .

Tabel 12.1. Perbedaan antara QA dan QC

Penjelasan Quality Assurance Quality Control

Arti dan maksud Menjaga mutu, dalam proses, agar Mengendalikan mutu
mutu yang dihasilkan seperti yang dengan memeriksa /
dikendaki, sesuai dengan standar inspeksi hasil produksi,
atau manual apakah mutu telah seperti
yang dikendaki , sesuai
dengan standar

Audit internal dan surveilan,apakah Metode Statistik


Metode dalam proses pengerjaannya telah - Menilai mutu akhire
sesuai dengan mematuhi SOP - evaluasi output
- Evaluasi proses - Kontrol mutu
- Mengelola mutu - Monitoring pekerjaan
- Metode penyelesaian masalah sehari-hari

Sumber : Wijono .D, 1999

Quality Control ( QC ) menggunakan strategi-strategi seperti inspeksi dan pengendalian


melalui proses / teknik statistic untuk memelihara mutu produk yang telah ditetapkan
sebelumnya., menggunakan audit dan surveillance penjaja untuk menjamin bahwa produk
yang baru masuk sesuai dengan mutu yang diinginkan. Sedangkan Quality Assurance ( QA )

2
menggunakan tehnik audit internal dan surveillance untuk menjamin bahwa organisasi mutu
memenuhi dua hal yaitu : mengikuti prosedur- prosedur sebagaimana diuraikan dalam
manual ( buku pedoman ) mutu dan apabila mengikuti prosedur, maka hasilnya akan efektif /
sesuai dengan harapan

Secara singkat perbedaan antara QA dan QC adalah :

QA  proses pengerjaannya , sehingga sesuai standar dan prosedur manual mutu,


diharapkan hasilnya bermutu.

QC  hasil produk pekerjaan diinspeksi, dimonitor dan dinilai apakah bermutu atau tidak

Beberapa perusahaan menggunakan QA untuk mengelola mutu, sedangkan QC menangani


control mutu. Tetapi ada juga perusahaan yang tidak memisahkan antara QA dan QC, yang
penting adalah seluruh program dapat tercapai yang hasilnya akan memuaskan pelanggan /
konsumen.

Tanggung jawab QA :

Menurut Wijono,D, 1999 , dalam penataan tradisional , organisasi QA mempunyai tanggung


jawab spesifik yang meliputi seluruh tugas-tugas untuk menata tujuan umum, menyediakan
pedoman dan mengatur pengarahan-pengarahan , termasuk hal-hal sebagai berikut :

1. Review pelatihan dan kualifikasi personil

2. Review catatan-catatan yang berhubungan dengan mutu

3. Mengembangkan , dokumentasi, dan implementasi prosedur-prosedur mutu

4. Skedul, hubungan, dan follow up audit mutu internal atau eksternal

5. Terlibat dalam review desain

6. Surveilans pelaksanaan : proses atau program, penjaja ( dalam hal kontrak apakah
sesuai dengan yang disepakati ), pencatatan

Tanggung jawab QC :

Dalam penataan tradisional , organisasi QC mempunyai tanggung jawab spesifik yang


terpusatkan sekitar mutu mengikuti pengarahan atau petunjuk yang diberikan oleh bagian
QA. Kegiatan QC diarahkan pada evaluasi dari produk dan pengendalian proses yang
dipergunakan untuk menghasilkan produk, seperti :

1. Menetapkan kualifikasi dan latihan personil

2. Meninjau catatan-catatan dan laporan-laporan

3
3. Menganalisis data yang cacat

4. Melakukan test-test khusus yang diperlukan

5. Melakukan inspeksi : penerimaan, proses, inspeksi akhir, inspeksi penjaja.

6. Mengadakan surveilans waktu proses, peralatan dan kalibrasi alat ukur, catatan-
catatan tentang mutu

Manajer QA / QC :

Secara luas . Manajer QA / QC mempunyai fungsi :

1. Tanggung jawab bisnis .

Menyelenggarakan jaminan mutu untuk produk dan pelayanan, membantu pencapaian


pembiayaan dan berpartisipasi dalam perencanaan strategi formulasi pada kunci-kunci
yang berkaitan dengan mutu pengorganisasian

2. Tanggung jawab system

Melaksanakan tugas pimpinan untuk menegakkan dan memelihara mutu. Menjamin


dan menilai secara teratur analisis pembiayaan dan efektifitas secara ekonomis mutu
program untuk mencapai keseimbangan dalam upaya preventif, penghargaaan dan
pembiayaan yang gagal

3. Tanggung jawab tehnik

Pemeliharaan dari kegiatan-kegiatan aktivitas audit efektivitas mutu, audit rencana


program, audit prosedur-prosedur, audit system mutu dan audit program

Proses QA

Ada 10 langkah yang biasa dilakukan dalam penerapan proses QA :

1. Perencanaan QA

2. Membuat pedoman dan menyusun standar-standar

3. Mengkomunikasikan standar dan spesifikasinya

4. Monitoring mutu

5. Identifikasi masalah-masalah dan seleksi peluang-peluang untuk perbaikan

6. Mendefinisikan secara operasional permasalahan yang ada

7. Memilih tim

4
8. Menganalisis dan mempelajari masalah untuk mengidentifikasi akar permasalahan

9. Membuat solusi-solusi dan kegiatan-kegiatan untuk perbaikan

10. Melaksaanakan dan mengevaluasi upaaya peningkatan mutu yang telah dilakukan

Implementasi Proses QA di Rumah Sakit

1 Merencanakaan QA

Langkah pertama yang harus dilakukan oleh manajer adalah review scope pelayanan
untuk menetapkan pelayanan mana yang dituju. Kegiatan QA dilakukan dengan
memprioritaskan area yang kritis. Dengan melihat prioritas tinggi, volume tinggi atau
pelayanan yang mudah bermasalah , biasanya menjadi perhatiaan khusus untuk
memulai program QA. Sebagai contohnya dapat diuraikan sebagai berikut :

Ada beberapa permasalahan yang muncul di Rumah Sakit X , yang antara lain adalah
komplain pasien terhadap pelayanan perawat di Ruang Rawat Inap yang mengatakan
bahwa perawat judes dan cuek . Di Apotik yang tersedia tidak mempunyai persediaan
obat yang cukup sehingga pasien sering harus menunggu untuk mendapatkan obat
tersebut, Administrasi lambat dalam menangani status pasen dan yang terakhir banyak
komplain dari unit pemakai jasa CSSD di Rumah Sakit tersebut. Rumah Sakit
menentukan bahwa perhatian utama adalah perbaikan CSSD Setelah melakukan survey
awal. . oleh Tim Rumah Sakit didapatkan hasil sebagai berikut :

a. Infeksi Nosokomial pasca operasi meningkat

b. Sering terjadi keterlambatan operasi karena menunggu alat yang belum steril

c. Sering terjadi kesalah pahaman antara petugas di CSSD dengan petugas Kamar
Operasi terutama yang terkait dengan pengemasan instrument

d. Sering terjadi pertengkaran antara petugas laundry dengan petugas CSSD yang
biasanya dipicu oleh ketidak cocokan dalam pelipatan linen

e. Terjadinya komplain dari ICCU dan ICU karena keterlambatan produk CSSD yang
tidak sesuai dengan jadwal

f. Adanya komplain dari Unit Kebidanan karena isi dan label pengemasan
instrument partus set tidak komplit / sesuai

Manajer Rumah Sakit menetapkan bahwa pelayanaan di CSSD harus ditingkatkan


mutunya . Tim menyelidiki focus pada out come yang diinginkan atau yang merugikan.
Dengan demikian ditetapkan bahwa yang menjadi focus perhatian adalah produk CSSD
yang akan digunakan di Kamar Operasi dengan alasan dampak dari ketidak sterilan alat
adalah infeksi nosokomial yang akan terjadi pada pasien, dampak dari keterlambatan
alat steril adalah penundaan operasi yang akan merugikan pasien maupun Rumah Sakit.

5
Selain itu kesalah pahaman antara petugas CSSD dan petugas Kamar Operasi adalah
masalah tehnik pengemasan yang sebetulnya dapat dihindari .

2. Menyusun standar dan spesifikasinya

Agar pelayanaan yang bermutu di CSSD dapat dilakukan dengan konsisten, diperlukan
adanya tujuan program dan sasarannya kedalam standar prosedur operasional. Dalam
arti luas standar adalah suatu pernyataan tentang mutu yang diharapkan. Dengan
demikian perlu adanya petunjuk praktis atau protocol prosedur / SOP beserta
spesifikasinya

Petunjuk praktis merupakan parameter yang akan dipatuhi oleh seluruh karyawan .
Dengan demikian mutu dari produk di CSSD yang diinginkan oleh pelanggan dalam hal
ini adalah Kamar Operasi dapat diukur dengan mengacu pada spesifikasi yang dibuat .
Karakteristik seperti apa yang akan diterapkan secara bersama bahwa instrument telah
steril , waktu pengiriman barang yang tepat serta kemasan instrument yang seperti apa
yang diinginkan oleh pelanggan .Dalam pembuatan standar harus mengacu pada literature
yang ada serta disepakati bersama sehingga dapat dipertanggung jawabkan.

3. Mengkomunikasikan standar

Setelah standar tersusun perlu dilakukan sosialisasi dengan mengembangkan kemitraan


antar unit, artinya dapat dilakukan dialog tentang standar yang telah dibuat beserta
spesifikasinya, yang kemudian mengharapkan masukan untuk perbaikan standar tersebut.
Kegiatan mengkomunikasikan standar dapat dilakukan dengan menyelenggarakan
pertemuan formal antar unit di Rumah Sakit dan menyajikan prosedur baru.

4. Monitoring

Mengembangkan indicator dan mengumpulkan data untuk mengukur penampilan dan


identifikasi permasalahan yang ada setelah standar di tetapkan . Indikator adalah karakter
yang diukur dari penampilan system sesungguhnya yang memerlukan taraf pencapaian
outcome yang diinginkan atau derajat pelaksanaan pedoman dan standard operating
prosedur. Indikator digunakan untuk monitor mutu. Monitoring adalah pengumpulan dan
review data yang menilai apakah norma-norma program diikuti. Dalam contoh
diumpamakan tentang komplain kemasan instrument dari Kamar Operasi , setelah
prosedur baru dilakukaan apakah kemasan tersebut masih menjadi permasalahan.
Masalah lain yang dapat dipantau apakah setelah pengecekan prosedur penyeterilan alat
dilakukan serta adanya perbaikan – perbaikan pada sterilisator dan penggunaannya,
infeksi nosokomial pasca operasi masih ada

5. Mengidentifikasi masalah dan menyeleksi peluang untuk perbaikan

Identifikasi masalah merupakan langkah pertama untuk mengetahui permasalahan yang


ada. Permasalahan adalah gap yang terjadi antara apa yang diinginkan dengan apa yang
telah dicapai . Dalam identifikasi perlu memperhatikan informasi / data dari sumber berita
/ system informasi manajemen yang rutin memonitor indicator-indikator mutu pelayanan

6
yang telah ditetapkan. Beberapa hal yang perlu diketahui dalam mengidentifikasi masalah
adalah sebagai berikut :

a. Masalah itu adalah penting. Apabila masalah tersebut lama dan meluas , akan banyak
merugikan dan memecahkan masalah merupakan suatu kegiatan yang bermanfaat

b. Dukungan terhadap perubahan yang ada dalam area . Orang menyetujui kebutuhan
perubahan tersebut, manajemen ingin hal tersebut dilakukan

c. Proyek tersebut mempunyai ikatan pandangan emosional. Orang termotivasi untuk


mengerjakannya kalau berkaitan dengan emosi dan pandangaan hidupnya.

d. Ada resiko terhadap area., apabila sesuatu tidak dikerjakan akan menimbulkan
masalah lainnya

e. Proyek yang dilaksanakan akan berhubungan dengan tanggung jawab , wewenang


untuk adanya perubahan

6. Menetapkan masalah

Tujuan dari penetapan masalah operasional untuk menyatakan secara jelas masalah yang
dimaksudkan . Definisi operasional dari suatu masalah menunjukkan secara spesifik
dalam ungkapan yang dapat diamati, antara keadaan / peristiwa yang diinginkan dan
kenyataaan yang terjadi sesungguhnya . Penetapan masalah yang kurang tepat akan
membuat persepsi yang berbeda sehingga penanganannya menjadi kurang optimal dan
bahkan bisa menyimpang dari tujuan. Beberapa langkah yang dapat digunakan dalam
menetapkan masalaah adalaah sebagai berikut :

a.Menguraikan masalah dan penjelasannya mengapa hal tersebut dapat menjadi masalah

b.Menetapkan batasan-batasan yang akan dikerjakan dan yang tidak boleh dikerjakan

c.Memverifikasi bahwa dalam pernyataan masalah tidak ada ungkapan menyalahkan


atau penyebab masalah atau solusi

Masalah hendaknya dapat diukur, sehingga penyelesaiannya menjadi lebih mudah. Untuk
menguraikan masalah dapat digunakan beberapa pertanyaan , seperti 4 W + 1 H yang
dapat dilihat pada contoh sebagai berikut :

a. Apa masalahnya ? , masalah bukan penyebaab atau solusi . Apakah tidak berfungsi
seperti yang diinginkan.

b. Bagaimana mengetahui masalahnya ? Informasi apa saja yang mendukung atau


mengkonfirmasi ekstensi dari masalah atau kekurangannya ?

c. Apa akibat / efek dari masalah terhadap mutu dan kepada masyarakat yang dilayani ?

d. Berapa lama masalah tersebut terjadi ? Bagaimana frekuensinya ?

7
e. Bagaimana dapat mengetahui masalah yang dipecahkan ? . Keadaan seperti apa yang
diinginkan ? Data apa saja yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan tersebut ?

7. Memilih tim

Memilih tim untuk mengidentifikasi siapa yamg seharusnya bekerja. Langkah-langkah


yang ditempuh adalah mengidentifikasi mereka yang terlibat, menyusun tim dan
membuat prosedur kerja tim. Untuk dapat membuat prosedur kerja yang efektif dapat
menggunakan urutan kerja sebagai berikut :

a.Menetapkan peran dan tanggung jawab tim, seperti ketua, notulen, fasilitator dan
anggota tim

b.Menetapkan bagaimana keputusan dibuat apakah consensus, voting mayoritaas atau


ketua tim

c.Memantapkan aturan mendasar dalam pertemuan seperti kejujuran, keterbukaan,


bermartabat tidak interupsi dan sebagainya.

d.Menetapkan berapa lama dan berapa kali ada pertemuan

e.Membuat agenda pertemuan

f.Mencatat kemajuan proses peningkatan mutu

8. Analisis masalah dan identifikasi penyebab masalah

Menganalisa dan mempelajari masalah untuk identifikasi penyebab masalah,


mengumpulkan dan analisa data untuk memahami masalah asli, prinsip dan identifikasi
akar permasalahannya. Fokus dari analisis masalah dan penyebabnya adalah :

a. Statemen masalah dan klarifikasi masalah, Sebelum mengumpulkan data dan


melakukan analisis perlu untuk direnungkan kembali serta memahami apa
sesungguhnya masalah yang ada , siapa yang terlibat dengan masalah tersebut,
dimana masalah terjadi, kapan terjadinya dan apa akibatnya pada waktu masalah
tersebut masih ada

b. Memahami proses sekitar permasalahan, perlu memahami proses kerja khususnya


rantai antara pekerjaan dengan pekerjaan orang lain. Dalam hal ini perlu melihat
proses penyeterilan alat di CSSD dan apa akibatnya bila hasil proses tersebut tidak
sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Selain itu perlu juga dilihat bagaimana
rentetan kejadian setelah alat dinyatakan steril. Apakah penyimpanan di CSSD sudah
betul ? , bagaimana transportasi pengirimannya dari CSSD ke Kamar Operasi, apakah
tidak terjadi pencemaran dijalan ?, dan sebaganya sampai alat tersebut dibuka dan
digunakan di Kamar Operasi

c.Membuat hipotesa tentang penyebab masalah, meningkatkan mutu berarti juga


mengeliminasi penyebab-penyebab masalah. Setelah masalah dilokasi lebih spesifik,

8
maka dibuat hipotesa penyebabnya. Istilah hipotesa digunakan karena masih belum
jelas kebenarannya. Validitas penyebab masalah masih perlu diverifikasi kemudian,
dengan mengumpulkan data. Untuk itu perlu dibuat daftar sebanyaak mungkin
tentang penyebab-penyebab masalah tersebut, dapat dengan menggunakan diagram
pohon ( tree diagram ) atau force-field analysis atau metode 5-Why . Selain dengan
cara tersebut dapat juga dengan menggunakan pendapat para ahli ( expert opinion )
atau dengan voting. Tujuannya untuk dapat menghasilkan beberapa kemungkinan dari
banyak penyebab maasalah potensial yang diidentifikasi

d.Test hipotesa dan menentukan penyebab utama, penyebab-penyabab masalah yang


disampaikan terdahulu masih hipotesa karena belum didukung dengan data-data
penunjang. Kebenaran perlu diuji dan diukur serta disajikan dalam bentuk informasi

9. Membuat solusi dan kegiatan untuk meningkatkan mutu

Pendekatan yang paling sering dilakukan adalah membuka pikiran kreatif dengan
membuat daftar solusi yang potensial, kemudian review masing-masing alternative solusi
dan memilih salah satu yang dianggap paling efektif . Langkah yang sering digunakan
dalam membuat solusi adalah sebagai berikut :

a. Memilih dan mendesaain semua solusi

b. Daftar semua solusi potensial

c. Seleksi criteria untuk menetapkan solusi terbaik

d. Memilih solusi untuk pelaksanaan penyelesaian masalah / meningkatkan mutu

e. Ungkapkan solusi secara praaktis dan mudah dilaksanakan

10. Melaksanakan dan mengevaluasi upaya-upaya peningkatan mutu

Melaksanakan dan mengevaluasi upaya peningkatan mutu seperti merencanakan


pelaksanaan solusi ( siapa, apa, dimana, kapan dan bagaimana ) , kemudian memutuskan
dan menetapkan bagaimana mengembangkan pelaksanaannya, memodifikasi solusi agar
tetap efektif atau meninggalkan solusi untuk pilihan yang lain. Langkah final ini
bioasanya dikenal dengan PDCA yakni silkus Deming yang terdiri dari empat laangkah
sebagai brikut :

a. Merencanakan pelaksanaan solusi ( Plan )

b. Melaksanakan solusi ( Do )

c. Mengikuti pelaksanaan solusi dan hasilnya ( Check )

d. Membuat keputusan bilamana pelaksanaannya diperluas, dimodifikasi solusinya atau


memilih solusi lainnya untuk di test ( action )

9
Untuk mempermudah program menjaga mutu banyak Rumah Sakit yang membudayakan
konsep / menerapkan Gugus Kendali Mutu ( GKM ) bagi unit-unit pelayanan, dengan
demikian pemahaman tentang GKM harus dipahami oleh seluruh karyawan di Rumah
Sakit tersebut

Gugus Kendali Mutu ( GKM )

Gugus Kendali Mutu ( Quality Control Circle ) adalah sekelompok kecil petugas yang secara
suklarela melakukan kegiatan-kegiatan pengendalian mutu di dalam tempat kerjanya sendiri.
Kelompok ini berpartisipasi aktif secra terus menerus dalam program kendali mutu,
mengembangkan diri, belajar dan mengajar bersama, dengan tehnik-tehnik kendali mutu.
GKM merupakan mekanisme formal fungsional yang dilembagakan yang bertujuan untuk
mencari pemecahan masalah yang tepat terhadap persoalan-persoalan yang menonjol di unit
kerjanya, dengan memberikan penekanan pada kreatifitas dan partisipasi petugas. Beberapa
hal yang perlu diketahui oleh unit penyelenggara GKM adalah sebagai berikut :

1. Tujuan GKM :

a. Menyumbangkan perbaikan mutu produktivitas organisasi / RS

b. Meningkatkan kemampuan manajemen dan kepemimpinan

c. Menciptakan lingkungan kerja dan sadar mutu dan kepuasan kerja

d. Sebagai kekuatan inti pengendalian mutu dalam organisasi / RS

2. Ide dasar perlunya GKM :

a. Menyumbang terhadap perbaikan daan pengembangan organisasi / RS

b. Menghormati petugas sebagai manusia seutuhnya

c. Menciptakan suasana lingkungan kerja yang menyenangkan dan membahagiakan

d. Membangkitkan dan menumbuhkan kemampuan petugas

3. Sasaran GKM :

a. Membangun tempat kerja yang kokoh

b. Membangun kondisi yang terkendali

c. Meningkatkan semangat kerja

d. Terciptanya hubungan manusiaawi

e. Perbaikan terus menerus di tempat kerja

f. Kegiatan sukarela

g. Pola piker dan tindakaan yang bebar serta memperluas wawasan

10
h. Mampu bekerjasama daalam kelompok atau tim

i. Meningkatkan penghasilan

j. Menjaga mutu ( QA )

k. Uraiaan tugas yang tepat dan spesifik

4. Prinsip-prinsip GKM :

a. Merupakan kegiatan kelompok bukan individu

b. Masalah yang dibahas merupakan masalaah nyata yang berada di tempat kerja

c. Terkendali, tidak membahas ulang masalah yang sama

d. Perbaikan atau peningkatan cara dan hasil kerja ( kinerja )

e. Banyak melibatkan petugas pelaksana

f. Partisipasi aktif serta penyelenggaraaan diskusi bebas dan terbuka

g. Menggunakan tehnik pemecahan masalah dan pembuatan keputusan

h. Berpikir inovatif, kreatif dan tidaak terjebak dengan pola pikir rutinitas

i. Saling menghargai, menghormati dan saling membantu dalam peningkatan diri

j. Membina kerjasama antar gugus , persaingan sehat, bersahabat dan bermanfaat

5. Pokok-pokok GKM :

Ada sepuluh pokok kegiatan GKM ( The ten Fundamentals for QC Circle Activities ),
sebagai berikut :

a. Pengembangan diri ( self development )

b. Sukarela ( voluntairness )

c. Kegiatan kelompok ( group activities )

d. Partisipasi semuanya ( participation by all )

e. Penerapan tehnik kendali mutu ( utilization of quality control technique )

f. Kegiatan-kegiatan rapat yang berhubungan dengan tempat kerja (activities closely


related to the workshop )

g. Meningkatkan dan melestarikan kegiatan GKM ( enhancing and ever lasting of QC


circle activities )

h. Pengembangan bersama ( mutual development )

11
i. Kreativitas ( creativity )

j. Sadar mutu, sadar masalah dan sadar peningkatan mutu ( quality consciousness,
problem consciousness, improvement consciousness )

Aplikasi GKM di Rumah Sakit

Kebijakan GKM

Kebijakan pimpinan atas orgaanisaasi , diperlukan sebagai acuan atau petunjuk utama
arah kegiatan GKM. Perlu dibuat secara jelas oleh manajemen , dapaat mencakup :

1. Tujuan : meningkatkan mutu pelayanan yang sesuai dengan harapan konsumen

2. Sasaran :

a. Mengembangkan mutu

b. Mengurangi pemborosan

c. Kepuasan kerja karyawan, dan sebagainya

3. Kebijakan :

a. Keanggotaan sukarelaa, bisa keluar, masuk kembali, bebas memberikansaran yang


positif.

b. Gugus tidak mengurusi hal-hal sebagai berikut :

1) Keluhan petugas

2) Masalah penggajian / upah

3) Masalah kesejahteraan

4) Masalah kepegwaian

5) Masalah akomodasi dan sebagainya

4. Proses kegiatan GKM :

Departemen Kesehatan mengenaalkan 8 langkah pemecahaan masaalah dalam GKM :

a. Identifikasi dan menetapkan prioritas masalah

b. Analisis sebab-sebab yang mengakibatkan msalah

c. Menentukan sebab yang paling dominant ( sebab utama )

d. Memutuskan rencana perbaikan / solusi

e. Melaksanakan tindakan perbaikan

12
f. Memeriksa hasil perbaikan dan menilai

g. Mencegah terulangnya kembali masalah dengan standarisasi

h. Merencanakan penyelesaian masalah berikutnya, dan seterusnya proses


berulaang-ulang

Jadi secara umum dalam menjaga mutu adalah penerapan standar yang selalu dievaluasi dan
diperbaiki apabila terjadi penyimpangan dari yang seharusnyaa dilakukan. Komitmen seluruh
pegawai dan pimpinan merupakan modal utama dalam pelaksanaan kegiatan. Diperlukan
komunikasi yang baik antar unit, saling terbuka dan saling menerima masukan yang
kemudian digunakan untuk perbaikan. Khusus CSSD merupakan posisi kunci dalam menjaga
mutu keseterilan barang / instrument yang akan digunakan dalam pelayanan kesehatan seperti
pembersihan luka, penjahitan luka atau operasi yang seluruh kegiatan tersebut merupakan
kegiatan yang berkaitan dengan mudahnya kuman masuk kejaringan tubuh manusia apabila
tidak dicegah atau dilakukan dengan instrument yang betul-betul steril. Kejujuran dan
dedikasi petugas di CSSD dituntut agar hasil yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan.
Oleh karena itu pelatihan dan pembinan yang terkait dengan ketrampilan tehnis serta sikap
yang professional perlu ditingkatkan. Dengan demikian diharapkan mutu produk dari CSSD
tetap optimal, sehingga aakan memberikan kepuasan pada konsumen baik internal maupun
eksternal

Soal Latihan :

Jelaskan secara singkat tentang :

1. Pengertian menjaga mutu ( QA ) menurut Dr. Avedis Donabedian


2. Perbedaan arti dan maksud antara Quality Control dan Quality Assurance
3. Perbedaan metode yang digunakan dalam Quality Control dan Quality Assurance
4. Tanggung jawab QA menurut Wijono, D,1999 ( minimal 4 )
5. Tanggung jawab QC menurut Wijono, D,1999 ( minimal 4 )
6. Fungsi dari manajer QA / QC
7. Sepuluh langkah Proses QA
8. Pentingnya Gugus Kendali Mutu di CSSD
9. Tujuan Gugus Kendali Mutu di CSSD
10. Ide dasar perlunya Gugus Kendali Mutu
11. Sasaran Gugus Kendali Mutu di CSSD
12. Prinsip-prinsip Gugus Kendali Mutu di CSSD
13. Pokok-pokok Gugus Kendali Mutu di CSSD

13
14

Anda mungkin juga menyukai