Anda di halaman 1dari 3

 

Keberadaan mainan tradisional kian hari kian terpinggirkan, banyak anak-anak zaman
sekarang yang lebih memilih bermain dengan gadget ataupun game online. Keberadaan
mainan tradisional hampir bisa digantikan oleh berbagai permainan modern lainnya.
Banyak anak-anak yang sudah tidak tertarik untuk bermain atau pun belajar membuat
mainannya sendiri. Jangankan untuk belajar, melirik saja banyak yang tidak mau. Hal inilah
yang menjadi kecemasan bagi para pengrajin mainan tradisional di Kampung Dolanan.

Dolanan ini sendiri berasal dari bahasa Jawa yang berarti (mainan). Tradisi  Dolanan
tradisional   ini sudah ada sejak pemerintahan HB VIII atau sekitar abad ke-18. Kampung
tradisional
Dolanan merupakan sebuah tempat yang berada di Dusun Pandes, Panggungharjo,
Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul. Berada di sekitar 9,2 KM dari selatan Kota
Yogyakarta.

Permainan Tradisional Benthik Dan Sejarahnya


Pada masa lalu permainan yang dikenal dengan istilah patil lele, gatrik atau benthik ini
banyak sekali dimainkan anak-anak saat istirahat sekolah atau setelah pulang sekolah.
Sangat populer di desa-desa di yogyakarta dan jawa tengah pada umumnya karena
memang permainan ini selain seru dengan dimainkan oleh beberapa orang yang terbagi
menjadi dua kelompok juga sangat murah.
 

Lalu kenapa disebut benthik? Tidak diketahui siapa yang menciptakan nama itu. Konon
kata ‘benthik’ mengandung arti benturan. Bunyi ‘thik’ dihasilkan dari benturan peralatan
permainan berupa batang induk dan anakan yang terbuat dari kayu atau bambu. Hingga
kemudian permainan bersarana batang kayu atau bambu itu populer dengan sebutan
benthik.

Cara Membuat Benthik


 Agar tongkat tidak mudah patah saat digunakan, hanya kayu berstruktur ulet dan kuat yang
boleh dipakai, seperti kayu pohon Jambu Biji, kayu pohon Mangga, kayu pohon Klengkeng,
kayu pohon Kemuning, atau sejenisnya.

Ranting pohon kemudian dipotong menjadi dua bagian dengan panjang masing-masing 30
cm dan 10 cm. Kulit kayu dikelupas dengan hati-hati menggunakan pisau untuk membuat
kedua permukaan tongkat lebih halus.

Cara Bermain Benthik


Pertama, bikin ‘luwokan’ yakni semacam lubang sepanjang batang anakan 10 cm, lebar 3
cm, dalamnya 5 cm. Permainan Benthik diawali dengan hongpimpa. Tentunya siapa yang
menang, maka ia akan memperoleh giliran main yang pertama. Sementara itu, pihak yang
kalah mau tidak mau harus jaga.

sang pemain memasang tongkat yang pendek di atas lubang luncur (luwokan) secara
melintang. Lalu, tongkat ini harus didorong sekuat tenaga dengan bantuan tongkat panjang
supaya dapat melambung sejauh mungkin. Dalam bahasa Jawa, ini disebut dengan istilah
nyuthat.

Bila lawan berhasil menangkap tongkat pendek yang melambung tersebut, maka ia akan
mendapatkan poin. Pihak lawan biasanya akan berusaha mati-matian untuk dapat
menangkap tongkat pendek supaya bisa mencuri poin sebelum mendapat giliran untuk
bermain. Besarnya poin ditentukan dari cara pihak lawan menangkap tongkat pendek; 10
poin untuk menangkap dengan dua tangan, 25 poin untuk menangkap dengan tangan
kanan, dan 50 poin apabila berhasil menangkap dengan tangan kiri.

Kemudian, sang pemain diminta meletakkan tongkat panjang di atas lubang luncur dengan
posisi melintang. Sedangkan, pihak lawan bertugas melempar tongkat pendek yang telah
dilontarkan tadi ke arah tongkat panjang tersebut. Bila tongkat pendek mengenai atau
menyentuh tongkat panjang, maka giliran bermain akan berganti ke pihak lawan.
 

Tahap kedua dari permainan Benthik adalah namplek. Pada tahap ini, konsentrasi penuh
diperlukan. Sang pemain harus melempar tongkat pendek ke udara terlebih dahulu, lalu
dipukul sekuat tenaga dengan tongkat panjang sejauh mungkin. Pihak lawan yang jaga
harus melempar tongkat pendek ke arah sang pemain. Di sini, ketangkasan sang pemain
benar-benar diuji apakah mampu memukul balik tongkat pendek atau tidak. Penghitungan
poin bagi sang pemain dilakukan dari tempat jatuhnya tongkat pendek ke lubang
menggunakan tongkat panjang.

Anda mungkin juga menyukai