Anda di halaman 1dari 3

Maccuke/Patok Lele

A. Penamaannya
Berasal dari bahasa bugis yaitu cukke yang artinya ungkit dan bahasa makassar
menyebutnya cangkek. Dari pengertian inilah penamaan alat permainan dan sekaligus
nama permainan itu sendiri. Dengan demikian Maccuke secara leterlyk berarti bermain
ungkit.
Adapun orang-orang bugis yang berdiam di daerah perbatasan enrekang dan tana
toraja menamai permainan ini dengan mattongang.

B. Peristiwa/suasana dan Waktu


Permainan cukke atau cangkek termasuk permainan musiman yang pada umumnya
dilakukan sesudah panen sampai pada waktu menjelang turun ke sawah.

C. Peserta/Pelaku
Jumlah pemain adalah 2 (dua) orang atau lebih dalam bentuk group-group, misalnya
pemain enam orang, maka dibagi dalam dua kelompok yaitu tiga tiga, tiap-tiap anggota
kelompok berpasangan dengan pihak lainnya/lawannya.
Tingkat usia anak-anak umur 6 12 tahun, dengan jenis kelamin laki laki. Latar
belakang sosial, dilakukan oleh siapa saja baik ia anak dari kalangan bangsawan maupun
rakyat biasa.

D. Peralatan/Perlengkapan Permainan
Cukkek/Cangkek terbuat dari dua potongan kayu atau rotan yang lebih dari ibu jari
atau bergaris menengah rata-rata 2 cm, dari kedua potongan itu satu panjang dan satunya
pendek. Potongan yang panjang di daerah bugis disebut indok cukke atau patette dan di
daerah makassar termasuk pulau selayar disebut anrong cengkek, berukuran sekitar 30
cm 60 cm. Potongan yang pendek disebut anak cukke/cengkek berukuran antara 10 cm
sampai 15 cm.
Di dalam permainan indok cukke berfungsi sebagai alat pemukul anak cukke. Lubang
yang digali ditanah sepanjang lebih kurang 20 cm lebar 2 cm dan dalam 2 cm.

E. Jalannya permainan
Persiapan bermain, setelah lubang untuk bermain dipersiapkan maka ditetapkan
jumlah point yang harus dibuat untuk kemenangan, mengenai siapa yang memulai
permainan, biasanya ditentukan secara damai saja.
Tahapan tahapan permainan :
- Cukke/cangkek
Anak cukke diletakkan melintang pada lubang tanah, kemudian di cukke atau
diungkit sekuat mungkin, setelah itu induk cukke diletakkan melintang diatas
lubang.
Lawan bermain berdiri pada posisi yang bertentangan dengan bermain,
berusaha menimang anak cukke dan kalau mendapatkan point 10 angka.
Selanjutnya lawan bermain atau penunggu melemparkan kembali anak cukke ke
arah induk cukke yang terpasang melintang dilubang, kalau kena pemain
berganti.
- Tette/Pelari
Anak cukke dipukul sekeras mengkin menggunakan induk cukke, walaupun
resikonya berbahaya lawan bermain berusaha menimang anak cukke. Jika
berhasil ditimang mendapatkan poin 20 angka.
Oleh lawan bermain, anak cukke dilemparkan kembali ke lubang dan pemain
berusahamemukul kembali dengan sekuat tenaga. Apabila ditimang oleh lawan
dan tidak dipukul kembali maka pemain berganti.
Tempat anak cukke jatuh, disitulah mengukur atau menghitung dengan memakai
induk cukke sampai ke lubang.

- Tette Congkang
Anak cukke diletakkan searah dengan lubang dengan salah satu ujungnya
mencuat ke atas. Kemudian ujung yang mencuat dipukul dengan induk cukke
setelah melambung dipukul kembali. Pukulan setelah melambung ini dalam
istilah Bugis Makassar disebut Tette yang artinya ketuk. Pukulan atau ketukan
bisa lebih dari satu kali sesuai dengan kemahiran orang pemain.
Semakin banyak tette dan semakin jauh pukulan terakhir sesudah tette
semakin banyak jumlah point yang diperoleh.
Menghitung point dimulai di tempat jauhnya anak cukke sampai ke lubang
standard perhitungan biasanya sebagai berikut.
Satu kali pukulan, dihitung memakai induk cukke untuk satu nilai.
Dua kali pukulan, memakai anak cukke untuk nilai satu.
Tiga kali pukulan, satu anak cukke dihitung dua nilai.
Empat kali pukulan, satu anak cukke dihitung empat nilai.
Lima kali pukulan, satu anak cukke dihitung 10 nilai.
Penentuan pemenang dan saksi kekalahan, pemain yang dinyatakan sebagai
pemenang adalah yang terlebih dahulu mencapai target point yang telah
disepakati.
Konsekwensinya bagi yang kalah harus mendukung dan membawa lari pemenang
atas dasar kesepakatan sebelumnya yaitu berapa kali tette palari. Jika ada saat
pemenang melakukan tette pelari dan yang kalah sanggup menimang anak
cangke, maka dapat dilemparinya kembali, hal ini dimaksudkan untuk
memperkecil jarak hukuman yang ditempuhnya.

Anda mungkin juga menyukai