Anda di halaman 1dari 8

JESS 1 (2) (2012)

Journal of Educational Social Studies


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jess

PERAN DAN POTENSI WANITA DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN


EKONOMI KELUARGA NELAYAN

Wahyu Nugraheni S.

Prodi Pendidikan IPS,Program Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Tujuan penelitian ini adalah (1) mengetahui profil wanita nelayan, (2) mengetahui fak-
Diterima Juni 2012 tor yang mempengaruhi wanita nelayan berperan serta dalam pemenuhan kebutuhan
Disetujui Juli 2012 ekonomi keluarga, (3) mengetahui peran wanita nelayan dalam pemenuhan kebutuhan
Dipublikasikan November ekonomi rumah tangga nelayan, (4) mengetahui kendala yang dihadapi wanita nelayan.
2012 Penelitian ini dilaksanakan dengan metode kualitatif. Sebanyak 85 ibu rumah tangga
nelayan diambil sebagai sampel penelitian. Pengambilan sampel dilakukan dengan
Keywords: purposive sampling technique. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi dan
Gender wawancana mendalam. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis
Roles gender model Harvard dan analisis kualitatif. Berdasarkan analisis data diperoleh bahwa
Women fishers
selain wanita nelayan berperan sebagai ibu rumah tangga (domestik), wanita nelayan di
Socioeconomic
Desa Bedono juga berperan dan ikut berpartisipasi mencari nafkah untuk pemenuhan
Household
ekonomi keluarganya. Bias jender dalam kehidupan ekonomi keluarga sudah tampak ka-
bur karena para istri juga di tuntut untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Partisipasi istri
dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga di desa Bedono diwujudkan dalam dalam
lingkungan rumah tangga, dalam bidang ekonomi, maupun dalam masyarakat. Kendala
yang dihadapi wanita nelayan di antaraya berkurangnya waktu untuk berkumpul dengan
keluarga serta mengurus rumah tangga yang terhadap keharmonisan keluarga serta pen-
didikan anak menjadi terabaikan.

Abstract
The aims of this study were (1) to know the profile of women fisherman household (2) to know
the factors that affect women to participate in household economic fishermen (3) to know the role
of women’s economic needs of fishermen households (4) knowing the obstacles encountered fisher
woman. There are 85 fishermen housewives were taken as respondent with a purposive sampling.
Techniques of data analysis in this study used a Harvard model and qualitative approaches. The re-
sult show that in addition to her role as mother of fishermen households, women in this study area
also play a role and participate to make a living for his family economic fulfillment. Gender bias
in the economic life of the family was a blur because the wives are also in demand to meet family
needs a wife’s participation in improving the welfare of the family in the village Bedono embodied
in the domestic environment, the economy, as well as in society. Constraints faced by women include
reduced fishing time to gather with family and household care to family harmony and education of
children to be neglected.

© 2012 Universitas Negeri Semarang



Alamat korespondensi: ISSN 2252 - 6390
Kampus Unnes Bendan Ngisor, Semarang 50223
E-mail: jurnalpps@unnes.ac.id
Wahyu Nugraheni S. / Journal of Educational Social Studies 1 (2) (2012)

Pendahuluan layan dan petani ikan cenderung menghambat


proses alih teknologi dan keterampilan yang ber-
Indonesia memiliki 17.508 pulau den- dampak pada kemampuan manajemen dan skala
gan garis pantai sepanjang 81.000 km dan 70% usahanya. Akibatnya nelayan akan sulit keluar
dari luas Indonesia adalah lautan (Budiharsono, dari lingkaran permasalahan yang dihadapi (Bu-
2001: 2) sehingga sebagian besar wilayah Indone- diastuti dalam Jume’edi, 2005:3).
sia terdiri dari pesisir. Tercatat jumlah desa yang Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,
letaknya di wilayah pesisir sebanyak 9.261 desa wanita keluarga nelayan (baik istri maupaun
dari 67.439 desa di Indonesia (Kusnadi, 2002:11). anggota lain dalam keluarga) sebagai bagian
Wanita merupakan salah satu komponen yang dari keluarga nelayan, juga ikut mencari nafkah
sangat penting dalam pembangunan pesisir kare- sebagai tambahan penghasilan keluarga. Dalam
na posisinya yang strategis dalam kegiatan ber- rumah tangga nelayan untuk menambah penda-
basis perikanan dan kelautan sebagai pedagang patan keluarga biasanya para wanita tersebut me-
pengecer, pengumpul ikan, pedagang besar, bu- lakukan kegiatan lain yang dapat mendatangkan
ruh upahan, maupun tenaga pengolah hasil peri- penghasilan tambahan. Menurut Aryani (dalam
kanan. Namun demikian, dalam berbagai aspek Jume’edi 2005:3-4) jenis kegiatan yang dipilih
kajian ataupun program-program pembangunan para wanita dalam keluarga tersebut adalah jenis
pesisir mereka tidak banyak tersentuh. kegiatan domestik. Jenis kegiatn ini tidak terikat
Kondisi demikian telah dianggap sebagai pada jam kerja, hal ini disebabkan para wanita
hal yang lumrah karena dalam budaya Jawa, wa- keluarga nelayan tersebut tidak ingin meninggal-
nita telah lama dikonstruksi secara sosial mau- kan pekerjaan yang utama di rumah.
pun budaya untuk menjadi ”kanca wingking” Pada umumnya masyarakat Indonesia
yang hanya berkutat pada berbagai urusan rumah cenderung menerima perbedaan antara pria dan
tangga dan geraknyapun dibatasi dalam lingkup wanita sebagai hal yang alamiah, sehingga lebih
rumah tangga (Djohan dalam Dinarsi, 2007:10), dekat pada pemikiran teori natur. Keikutser-
sehingga artikulasi peran wanita nelayan dalam taan kaum wanita untuk bekerja menimbulkan
kehidupan sosial dan budaya di pesisir menjadi adanya peran ganda wanita, di mana wanita di-
kurang atau tidak tampak. Selain itu juga, perem- tuntut peran sertanya dalam pembangunan dan
puan pesisir kerap mengalami kesenjangan jen- membantu kebutuhan ekonomi keluarga, di lain
der baik dalam rumah tangga maupun dalam hal pihak wanita dituntut pula untuk menjalankan
perencanaan dan pengambilan keputusan pen- tugas utama dalam rumah tangga dengan sebaik-
gelolaan sumber daya kawasan pesisir. Keterba- baiknya. Oleh karena itu rumusan masalah da-
tasan akses dalam mengelola sumber daya pesisir lam penelitian ini adalah bagaimanakah peran
menyebabkan mereka tampak tidak berdaya. Se- dan potensi wanita nelayan dalam membantu
lain masalah tersebut, degradasi lingkungan turut kebutuhan Ekonomi Rumah Tangga di Pesisir
berperan dalam menempatkan kaum perempuan Kabupaten Demak?
pada posisi rentan (Yuniati, 2011:1). Gender adalah jenis kelamin sosial atau
Kabupaten Demak mempunyai potensi konotasi masyarakat untuk menentukan peran
Perikanan yang sangat melimpah baik perika- sosial berdasarkan jenis kelamin (Suryadi dan Id-
nan laut maupun perikanan darat, dengan garis ris, 2004:2). Edward Wlson dari harvard Univer-
pantai sepanjang 34,71 Km menyebar di 4 ke- sity (BKKBN 2009:16) menjelaskan bahwa teori
camatan (Sayung, Karangtengah, Bonang dan dan perpektif gender secara sosiologis dibagi atas
Wedung). Produksi yang dihasilkan dari perika- dua kelompok besar yaitu teori nature (alamiah/
nan laut tahun 2010 mencapai 1.476,75 ton den- kodrat alam) dan nurture (kontruksi budaya). Hal
gan nilai 6.123, 84 juta rupiah (Demak Dalam tersebut sejalan dengan pendapat Nasaruddin
Angka, 2011:194). Ummar (1999) bahwa perbe-daan biologis yang
Sebagaian besar matapencaharian utama membedakan jenis kelamin, dalam memandang
penduduk wilayah pesisir kabupaten Demak gender, telah melahirkan dua teori besar yaitu
adalah nelayan. Masyarakat nelayan merupa- teori nature dan teori nurture. Beberapa teori gen-
kan masyarakat tradisonal dengan kondisi sosial der dapat dijelaskan sebagai berikut:
ekonomi yang memprihatinkan dibandingkan Teori nature memandang per-bedaan
dengan masyarakat luar yang bergerak di bidang gender sebagai kodrat (alamiah) yang tida perlu
lain. Di pihak lain SDM di bidang perikanan diper-masalahkan. Menurut teori nature adanya
umumnya masih lemah, kondisi ini digambarkan pembedaan laki–laki dan perempuan adalah
oleh struktur tenaga kerja dan tingkat pendidikan kodrat, sehingga harus diterima. Perbedaan bio-
yang rendah. Rendahnya tingkat penididkan ne- logis itu memberikan indikasi dan implikasi bah-

105
Wahyu Nugraheni S. / Journal of Educational Social Studies 1 (2) (2012)

wa diantara kedua jenis kelamin tersebut memili- yang menghendaki kesetaraan, yang harus di res-
ki peran dan tugas yang berbeda. pon oleh umat manusia dalam rangka adaptasi
Ada peran dan tugas yang dapat dipertu- dengan alam.
karkan, tetapi ada yang tidak bisa, karena me- Konsep gender pertama kali harus dibeda-
mang bebeda secara kodrat alamiahnya. Pan- kan dari konsep seks atau jenis kelamin secara
dangan teori nature tentang gender yaitu adanya biologis. Pengertian seks atau jenis kelamin seca-
perbedaan perempuan dan laki-laki kodrat se- ra biologis merupakan pembagian dua jenis ke-
hingga tidak dapat berubah dan bersifat univer- lamin manusia yang ditentukan secara biologis
sal (BKKBN, 2009:18). sependapat dengan Ka- yang melekat pada jenis kelamin tertentu (Fakih
mal Bhasin (2002) bahwa selama berabad-abad dalam Astuti, 2011: 3). Melalui penentuan jenis
diyakini bahwa laki-laki dan perempuan dalam kelamin secara biologis ini maka dikatakan bah-
masyarakat, ditentukan oleh biologi (yaitu jenis wa seseorang akan disebut berjenis kelamin laki-
kelami). hal tersebut bersifat alamiah, sehingga laki jika ia memiliki penis, jakun, kumis, janggut,
tidak dapat diubah. Perbedaan biologis ini mem- dan memproduksi sperma. Sementara seseorang
berikan indikasi dan implikasi bahwa di antara disebut berjenis kelamin perempuan jika ia mempu-
kedua jenis tersebut memiilki peran dan tugas nyai vagina dan rahim sebagai alat reproduksi,
yang berbeda. memiliki alat untuk menyusui (payudara) dan
Menurut teori nurture adanya perbedaan mengalami kehamilan dan proses melahirkan.
perempuan dan laki– laki adalah hasil konstruksi Ciri-ciri secara biologis ini sama di semua tem-
sosial budaya sehingga menghasilkan peran dan pat, di semua budaya dari waktu ke waktu dan
tugas yang berbeda. Perbedaan itu membuat pe- tidak dapat dipertukarkan satu sama lain. Ber-
rempuan selalu tertinggal dan terabaikan peran dasarka uraian di atas maka dapat disimpulkan
dan kontribusinya dalam kehidupan berkeluarga, bahwa gender merupakan konsep sosial budaya,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. sedangkan kodrat adalah ketetapan dari Tuhan
Di samping kedua aliran tersebut yang tidak bisa diubah misalnya jenis kelamin
terdapat kompromistis yang dikenal den- (Astuti, 2011: 5).
Pada umumnya, relasi patron-klien terja-
gan keseimbangan (equilibrium) yang me-
di secara intensif pada suatu masyarakat yang
nekankan pada konsep kemitraan dan menghadapi persoalan sosial dan kelangkaan
keharmonisan dalam hubungan antara sumber daya ekonomi yang kompleks. Di da-
perempuan dengan laki–laki. Pandangan erah pedesaan dan pinggiran kota yang berba-
ini tidak mempertentangkan antara kaum sis pertanian, seorang patron (bapak buah) akan
perempuan dan laki-laki, karena keduanya membantu klien (anak buah) kemudahan akses
harus bekerjasama dalam kemitraan dan pada peluang kerja di sekor pertanian, mengatasi
kebutuhan mendadak klien, atau meringankan
keharmonisan dalam kehidupan keluarga,
beban utang klien pada pelepas uang. Klien me-
masyarakat, bangsa dan Negara. nerima kebaikan tersebut sebagai hutang budi,
Teori fungsional struktural menyoroti ba- menghargai, dan berkomitmen untuk membantu
gaimana terjadinya masalah gender itu muncul, patron dengan sumberdaya jasa tenaga yang me-
dan mengarah kepada bagaiman gender diper- reka miliki. Pola-pola relasi sosial yang demiki-
masalahkan. seperti diungkapkan Fakih (2008): an dapat dilihat pada hubungan antara pemilik
Teori ini memandang masyarakat sebagai suatu lahan pertanian luas (petani kaya) dengan para
sistem yang teridri dari bagian-bagian yang saling buruh taninya dan orangorang di sekitarnya yang
berkaitan (agama, pendidikan, struktur politik, kemampuan ekonominya terbatas (Eisenstadt
sampai rumah tangga). Adapun interelasi terja- dan Roniger dalam Kusnadi, 2010: 3).
di karena adanya konsesnsus. Dalam kaitannya
dengan kesetaraan gender dalam masyarakat te- Metode
lah terjadi suatu kesalahan fungsi atau penyim-
pangan struktur kehidupan masyarakat, sehingga Penelitian ini menggunakan pendekatan
terjadi gejolak. analisis gender model Harvard dan analisis Ku-
Menurut teori evolusi, semua yang terjadi alitatif. Kerangka kerja analisis Harvard merupa-
di jagat raya tidak berlangsung secara otomatis kan salah satu kerangka analisis dan perencanaan
tetapi mengalami proses evolusi atau perubahan- gender yang pertama. Ini dirancang untuk meme-
perubahan yang berjalan secara perlahan tapi takan perbedaan akses dan kontrol antara perem-
pasti, terus-menerus tanpa berhenti. Kesetaraan puan dan laki-laki terhadap sumber daya dalam
gender merupakan gejala alam atau tuntutan satu program pembangunan. Matriks pengumpu-

106
Wahyu Nugraheni S. / Journal of Educational Social Studies 1 (2) (2012)

lan data dengan menggunakan analisis Harvard Tabel 2. Tingkat Pendidikan Responden
di tingkat mikro (masyarakat dan rumah tangga)
memiliki tiga komponen pokok yaitu profil akti- Pendidikan Frekuensi Persen
fitas, profil akses dan kontrol, analisis faktor pen-
garuh (Musridin et al. 2008). Tidak Sekolah/ 3 3.5
Tidak tamat
Objek dalam penelitian ini adalah wanita
nelayan yang ada di Desa Bedono pesisir Keca- SD 67 78.8
matan Sayung Kabupaten Kabupaten Demak SLTP/MTS 13 15.3
yang berjumlah sebanyak 573 orang nelayan. SLTA 2 2.4
teknik pengambilan sampel yang digunakan ada-
lah Purposive sampling yaitu teknik pengambi- Total 85 100.0
lan sumber data dengan pertimbangan tertentu
seperti ibu rumah tangga nelayan (Sugiyono, Sumber: Data primer diolah, 2012
2012:303).
Jumlah keluarga responden di daerah pen-
Hasil dan Pembahasan elitian rata-rata 5 orang sperti terlihat pada Tabel
3 berikut ini:
Rata-rata usia responden ibu rumah tang-
ga nelayan dalam penelitian ini adalah 44,2 ta- Tabel 3. Jumlah Keluarga
hun. Responden berdasarkan usia dapat dilihat
pada Tabel 1 sebagai berikut: Jumlah Keluarga Frekuensi Persen
< 5 Orang 5 5.9
Tabel 1. Responden Berdasarkan Usia
5 – 7 orang 50 58.8
8 – 10 orang 29 34.1
Usia Responden Frequency Percent
> 10 orang 1 1.2
< 30 Tahun 1 1.2
Total 85 100
31 - 40 Tahun 30 34.9
41 - 50 Tahun 47 54.7 Sumber: Data primer diolah, 2012
> 50 Tahun 8 9.3
Total 85 100.0 Berdasarkan Tabel 3 diatas terlihat bahwa
sebagian besar atau 58,8% responden memiliki
Sumber: Data primer diolah, 2012 jumlah anggota keluarga antara 5 orang sampai
dengan 7 orang. Hal ini menunjukkan beban
Berdasarkan data di atas terlihat bahwa ekonomi di keluarga nelayan cukup tinggi, bila
sebagian besar responden dalam penelitian ini hanya satu orang saja yang bekerja untuk me-
berusia antara 41 – 50 tahun. Hal ini menunun- menuhi kebutuhan ekonomi keluarga nelayan.
jukkan bahwa ibu rumah tangga nelayan di da- Oleh karena itu perlu adanya anggota keluarga
erah penelitian masih pada rentang usia produk- yang ikut bekerja untuk meringankan beban.
tif dalam bekerja sehingga ibu-ibu rumah tangga Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi
nelayan di daerah penelitian masih memiliki se- curahan kerja ibu rumah tangga. pengalokasian
mangat kerja yang tinggi guna memenuhi kebu- curahan waktu kerja rumah tangga banyak di-
tuhan ekonomi keluarga nelayan terutama yang tentukan oleh latar belekang dan kondisi rumah
memiliki anggota keluarga banyak. tangga secara keseluruhan. Jumlah anggota kelu-
Responden dalam penelitian ini, sebagian arga dan komposisinya mempengaruhi curahan
besar (78,8%) memiliki tingkat pendidikan Se- waktu kerja rumah tangga untuk mendapatkan
kolah Dasar (SD). Hal ini menununjukkan ibu penghasilan yang lebih tinggi guna memenuhi
rumah tangga nelayan di daerah penelitian me- kebutuhan keluarganya yang semakin meningkat
miliki tingkat pendidikan yang rendah. Seperti (Irawan dalam Jume’edi, 2005:17).
diungkapkan Sudaryati (1993:17) bahwa tingkat Salah aktivitas produktif wanita nelayan
pendidikan di pedesaan masih relatif rendah se- di daerah penelitian diantaranya adalah menja-
perti dapat dilihat pada data Tabel 2, meskipun di buruh pengupas udang. Aktivitas mengupas
curahan kerjanya tinggi. udang dinilai para wanita nelayan lebih mengun-
tungkan baik cara, waktu dan tenaga. Kegiatan

107
Wahyu Nugraheni S. / Journal of Educational Social Studies 1 (2) (2012)

tersebut tidak membutuhkan keterampilan khu- dalam kegiatan rumah tangga pada umumnya
sus, waktu yang dibutuhkanpun tidak banyak dan lebih tinggi dari curahan tenaga kerja laki-laki.
tenaga yang digunakan juga kecil. Argumentasinya, karena perempuan merupakan
Rata-rata pendapatan keluarga nelayan di penang-gungjawab pekerjaan domestik (penga-
daerah penelitian sebesar Rp.880.000,- per bulan. turan rumah tangga) yang membu-tuhkan waktu
Pendapatan tersebut digunakan untuk memenuhi yang lebih banyak. Pekerjaan rumah tangga ter-
kebutuhan ekonomi keluarga yang sebagaian be- sebut dilakukan sebelum dan sesudah melakukan
sar jumlah keluarganya di atas 5 orang sehingga pekerjaan mencari nafkah. Peran ganda inilah
beban ekonomi keluarga di daerah penlitian ma- yang menyebabkan mobilitas tenaga kerja pe-
sih dirasakan berat. Secara rinci pendapatan ke- rempuan terbatas (Sajogyo, 1987). Secara kuan-
luarga responden seperti pada Tabel 4 berikut ini: tatif, peran ganda perempuan akan sangat besar
apabila kegiatan pencaharian nafkah di lakukan
Tabel 4. Pendapatan Keluarga di sektor perikanan yang semakin tidak menentu
saat ini.
Pendapatan Keluarga Frekuensi Persen Anggota keluarga yang semakin besar
maka peran wanita (istri nelayan) akan semakin
< 500.000 33 38.8
besar untuk menutupi kebutuhan ekonomi yang
500.000 - 1.000.000 32 37.7 semakin besar dengan bertambahnya jumlanh
> 1.000.000 20 23.5 anggota keluarga. Jumlah anggota keluarga akan
Total 85 100 mempengaruhi curahan kerja ibu rumah tangga.
pengalokasian curahan waktu kerja rumah tang-
Sumber: Data primer diolah, 2012 ga banyak ditentukan oleh latar belekang dan
kondisi rumah tangga secara keseluruhan. Jum-
Berdasarkan Tabel 4 diatas terlihat bahwa lah anggota keluarga dan komposisinya mempen-
sebagian besar atau 76,5% pendapatan keluarga garuhi curahan waktu kerja rumah tangga untuk
responden kurang dari satu juta rupiah. Hal ini mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi guna
menunjukkan pendapatan keluarga nelayan di memenuhi kebutuhan keluarganya yang semakin
daerah penelitian masih belum mencukupi kebu- meningkat (Irawan dalam Jume’edi, 2005:17).
tuhan ekonomi keluarga terutama yang memiliki Semakin tinggi tingkat pendidikan wani-
anggota keluarga di atas 5 orang. Untuk merin- ta (istri nelayan) maka peran wanita ibu rumah
gankan beban ekonomi keluarga tersebut bebera- tangga semakin besar dalam berperan serta mem-
pa anggota keluarga termasuk ibu rumah tangga bantu ekonomi keluarga. Pendidikan wanita me-
harus ikut bekerja. nentukan pula kesempatan dan jenis pekerjaan.
Pendapatan suami yang rendah menga- kesempatan kerja untuk mereka yang berpendi-
kibatkan kebutuhan ekonomi rumah tangganya dikan rendah tida banyak dimana mereka hanya
kurang sehingga mendorong istri berusaha me- dapat bekerja sebagai buruh, atau pekerjaan me-
menuhi kekurangan tersebut dengan cara men- merlukan sedikit energi untuk berpikir (Aryani,
cari pendapatan lain dengan bekerja. Semakin 1994:18).
kecil pendapatan rumah tangga yang dihasilkan Pendapatan keluarga antar kelompok ne-
oleh suami, menuntut semakin besarnya peranan layan berbeda dikarenakan pada umumnya nela-
(porsi) istri dalam menyum-bangkan pendapa- yan kecil bekerja sebagai buruh nelayan, sehingga
tan guna mencukupi kebutuhan rumah tangga keluarga nelayan buruh harus bekerja lebih keras
(Zein, 2000). Dalam kesulitan ekonomi, biasa- untuk memenuhi kebutuhan keluarganya daripa-
nya istri nelayan (fisher-women) tampil mengam- da wanita nelayan juragan. Sedangkan wanita da-
bil peranan dalam membantu ekonomi keluarga lam keluarga yang belum menikah curahan watu
(Norr, et al. 1991), yaitu dengan berbagai kegiatan kerjanya lebih banyak dibandingkan yang telah
sehingga dalam keadaan tertentu dapat menang- berkeluarga karena tidak mempunyai tanggung
gulangi kesulitan ekonomi rumah tangga (Jordan jawab terhadap suami serta tanggung jawab ter-
et al, 1982, Zein, 2000). Sesuai dengan kodratnya hadap anak (Effendi, 1993:19).
seorang wanita di pedesaan mempunyai peranan Kegiatan reproduktif didominasi oleh
ganda, yaitu sebagai ibu rumah tangga sebagai istri (perempuan) karena seorang istri selalu dii-
peran utamanya (mengurus suami, anak dan dentikkan dengan kegiatan domestik yang rutin
rumah tangga) serta peran kedua yaitu mencari harus dilakukannya. Kegiatan domestik seper-
nafkah untuk membantu ekonomi rumah tangga, ti mendampingi anak belajar, mengantar anak
(Aminah; Yater dalam Zein, 2006:11). sekolah dan mengaji yang tidak terlalu jauh
Jumlah dan curahan waktu perempuan perbedaannya antara suami dan istri. Hal ini

108
Wahyu Nugraheni S. / Journal of Educational Social Studies 1 (2) (2012)

sesuai dengan teori keseimbangan yang menye- Membersihkan peralatan dapur dan pe-
butkan bahwa “Teori equilibrium dikenal dengan ralatan makan yang kotor setelah dipergunakan
adanya keseimbangan yang menekankan pada juga merupakan tugas utama para wanita teru-
konsep kemitraan dan keharmonisan dalam be- tama para ibu rumah tangga nelayan. Pencucian
kerjasama/ hubungan antara perempuan dan biasanya cukup dilakukan secara sederhana pula,
laki-laki” (Sasongko, 2009:22). Curahan waktu yaitu dengan menggunakan ember plastik. Ibu
perhari yang diperlukan untuk melakukan kegia- Sofiatun yang merupakan istri dari buruh nela-
tan reproduktif oleh wanita keluarga nelayan di yan mengatakan bahwa:
Desa Bedono rata-rata 14,60 jam per hari yang “...Pekerjaan rumah tangga yang cukup
meliputi memasak, mengasuh anak, mencuci dan berat dilakukan oleh kebanyakan para istri ne-
lain sebagainya seperti terlihat pada Tabel 5. layan di sini mencuci pakaian anggota rumah
tangga termasuk pakaian sendiri. Kalau kita mau
Tabel 5. Curahan Waktu Kegiatan Reproduktif bandingkan antara pekerjaan yang lain dengan
selama Satu Hari pekerjaan mencuci pakaian, pekerjaan inilah
yang termasuk paling berat karena banyak men-
No Kegiatan Istri (Jam) guras tenaga yang cukup besar juga..”
(Wawancara 1 Mei 2012)
1 Memasak 1.56
Dari hasil wawancara tersebut dengan ibu
2 Mencuci pakaian 1.14 Sofiatun, memang sangat nyata bahwa pekerjaan
3 Mengasuh Anak 5.15 rumah tangga yang memerlukan tenaga yang le-
4 Bersih rumah 1.51 bih itu adalah mencuci pakaian, tahap-tahap da-
lam pencucian baju seperti menyikat, membilas,
5 Belanja 2.36 memeras dan menjemur pakaian membutuhkan
6 Mendampingi anak energi yang cukup banyak terlebih lagi dikare-
belajar 1.01 nakan oleh pakaian dari para suami sehabis pergi
7 Mengantar Anak Sekolah 0.81 melaut sangatlah kotor sehingga diperlukan tam-
8 Mengantar anak Mengaji 0.19 bahan tenaga untuk mencucinya hingga bersih.
Oleh sebab itu, biasanya para suami memiliki
9 Mencuci Piring 0.75 pakaian khusus yang hanya digunakan untuk
Total Rata-rata 14.60 melaut agar memudahkan para istri dalam pro-
ses pencucian baju. Saat pencucian pakaian tidak
Sumber: Data Primer Diola, 2012 ada pola yang tetap. Tergantung pada waktu lu-
ang yang dipunyai para ibu rumah tangga. Akan
Aliran fungsionalisme yang berkaitan den- tetapi biasanya pencucian pakaian dilakukan se-
gan penelitian ini sesungguhnya sangat seder- telah segenap pekerjaan yang berkaitan dengan
hana, yakni bagaimana memandang masyara- kenelayanan selesai.
kat sebagai sistem yang terdiri atas bagian yang Pekerjaan mengasuh anak-anak pada das-
berkaitan dengan agama, pendidikan, struktur arnya tidaklah mempunyai batas akhir. Tetapi
publik, sampai kepada pengurusan rumah tang- pekerjaan ini mulai berkurang setelah anak-anak
ga, seperti yang dialami oleh ibu Kumairoh yang mulai berkeluarga. Akan tetapi, pada banyak ke-
merupakan istri dari nelayan tangkap. Berikut ha- luarga di masyarakat Desa Bedono tidaklah de-
sil wawancara: mikian, karena banyak diantara anak-anak yang
“...ibu-ibu di sini biasanya memulai ke- telah berkeluarga ternyata belum mampu mem-
giatan rumah tangga setelah waktu subuh atau bangun rumah tangganya sendiri. Masih bany-
sekitar jam pukul 05.00 WIB. Mulai dari me- ak diantara keluarga baru yang masih menjadi
nyiapkan makanan untuk semua anggota keluar- satu rumah dengan orang tuanya. Pada kondisi
ga, termasuk bekal suami di laut, perlengkapan seperti ini, selain harus mengurus anak-anaknya
sekolah anak, dan bersih-bersih rumah, ini semua sendiri, para ibu rumah tangga terkadang juga
merupakan tugas yang pertama kali dikerjakan. harus mengurus cucunya bila kebetulan anaknya
Memasak atau mengolah bahan mentah menja- sedang bekerja. Menjaga kebersihan dan kete-
di bahan yang siap dihidangkan untuk dimakan raturan rumah juga merupakan pekerjaan yang
anggota keluarga merupakan tugas kedua yang sebagian besar harus dilakukan oleh ibu rumah
harus dikerjakan. Tugas ini dikerjakan setelah tangga. Salah satu cara menjaga kebersihan ru-
suami pergi kelaut dan anak-anak pergi ke seko- mah adalah dengan menyapu lantai. Menurut
lah...” Ibu Sutimah yang merupakan istri seorang nela-
(Wawancara 1 Mei 2012) yan, ia mengatakan bahwa:

109
Wahyu Nugraheni S. / Journal of Educational Social Studies 1 (2) (2012)

“...Bila memiliki waktu senggang lantai Jawa. Pada keluarga masyarakat pesisir Desa Be-
rumah biasanya disapu dua kali sehari, yaitu dono membawa dampak terhadap peranan wani-
pada pagi hari dan sore hari. Pekerjaan tugas- ta dalam kehidupan keluarga. Di satu pihak, wa-
tugas rumah tangga biasanya ibu dibantu oleh nita bekerja dapat berperan membantu ekonomi
anak-anak terutama anak-anak perempuan, bila keluarga dan sebagai pencari nafkah utama da-
sedang tidak melaut kadang-kadang bapak juga lam keluarga, disisi lain peranannya dalam uru-
mengerjakan pekerjaan ini...” san rumah tangga (domestik) menjadi berkurang
(Wawancara 1 Mei 2012) karena lamanya waktu yang digunakan untuk ak-
Ini terjadi karena walaupun jenis pekerjaan tivitas di luar rumah tangga (publik).
ini sering dilakukan oleh para ibu rumah tangga Menurut Jane (1991: 65) dalam masya-
tapi pada dasarnya semua anggota keluarga da- rakat dimana keluarga sebagai satuan terkecil
pat dan pantas mengerjakanya. Aktifitas ketika mengalami kekurangan ekonomi, menjadi alasan
sore menjelang magrib hingga malam hari adalah kuat para wanita melakukan peningkatan eko-
bersantai dengan mengobrol dengan tetangga se- nomi dengan melakukan kegiatan ekonomi dan
kitar rumah dan bersantai dengan keluarga yang menambah penghasilan. Apa yang dikatakan
biasanya diisi dengan kegiatan nonton TV bersa- Jane tersebut diatas merupakan salah satu pen-
ma. Bagi istri waktu ini digunakan untuk istira- dorong bagi kaum ibu untuk melakukan tinda-
hat setelah seharian bekerja. Menurut Nasarudin kan yang berguna dalam memenuhi kebutuhan
Umar (1999) menjelaskan bahwa „sebagai pem- keluarganya. Hal tersebut di desak pula oleh ti-
buru, laki-laki lebih banyak berada di luar rumah dak cukupnya penghasilan suami dalam meme-
dan bertanggungjawab untuk menghasilkan ma- nuhi kebutuhan sehari-hari. Selain itu Munandar
kanan kepada keluarga. peran perempuan lebih (1985) menyatakan bahwa salah satu penyebab
terbatas di sekitar rumah urusan reproduksi......“. wanita bekerja di luar rumah tangga dan bertu-
Hal tersebut memberikan gambaran jelas bahwa juan menghaslkan uang adalah untuk menambah
teori kodrat alam ini lebih berorientasi kepada penghasilan keluarga. Walaupun masih banyak
kondisi masyarakat pra-industri, di mana laki-lai faktor penyebab lainnya, namun yang paling do-
berperan sebagai hunter (pemburu) dan perempu- minan adalah masalah kesulitan dalam memenu-
an sebagai gathere (peramu). hi kebutuhan hidup menyebabkan wanita hidup
Akses dan kontrol merupakan dua konsep dengan berperan ganda. Latar belakang inilah
yang berbeda, namun pada kenyataannya kedua yang menjadi pendorong bagi para istri nelayan
konsep ini tidak dapat dipisahkan dan saling ter- di desa Bedono untuk melaksanakan perannya
kait. Akses adalah peluang atau kesempatan yang sebagai pencari nafkah tambahan bagi keluar-
bisa diraih antara laki-laki dan perempuan untuk ga. Para istri nelayan desa Bedono menjalankan
melakukan, memiliki atau menikmati beragam peran ini dengan cara menjadi buruh pengupas
sumberdaya baik yang menyangkut informasi/ udang, membuat jala, menjual ikan, dan buruh
pendidikan, modal, teknologi dan kesempatan pada tambak ikan bandeng.
berusaha atau bekerja, dan lain sebagainya. Se-
dangkan kontrol menyangkut sejauh mana laki- Simpulan
laki dan perempuan mempunyai kekuasaan atau
kemampuan dalam proses pengambilan keputus- Berdasarkan hasil temuan dan pembaha-
an dalam merencanakan, melakukan, memiliki san dapat disimpulkan beberapa hal diantaranya
atau menikmati sesuatu. sebagai berikut: (1) faktor-faktor yang mempen-
Pola pengambilan keputusan suami dan garuhi peran serta wantia dalam pemenuhan
istri dalam rumahtangga nelayan di Desa Bedono kebutuhan ekonomi keluarga nelayan di Desa
dilakukan dengan bermusyawarah, yaitu merupa- Bedono Kecamatan Sayung Kabupten Demak
kan hasil diskusi antara suami dan istri. Sehingga yaitu pendapatan suami, curahan waktu, tingkat
keputusan yang diambil merupakan keputusan pendidikan, dan status; (2) selain istri berperan
bersama tetapi masih dengan perbedaan penga- sebagai ibu rumah tangga (domestik), wanita
ruh dari masing- masing responden. Kebanyakan nelayan di Desa Bedono juga berperan dan ikut
jawaban dari responden merupakan keputusan berpartisipasi mencari nafkah untuk pemenuhan
yang dihasilkan bersama antara suami dan istri. ekonomi keluarganya; (3) partisipasi istri dalam
Masyarakat di Desa Bedono Kecamatan meningkatkan kesejahteraan keluarga di desa
Sayung Kabupaten Demak merupakan bukti ny- Bedono diwujudkan dalam dalam lingkungan
ata yang ada di dalam masyarakat mengenai pe- rumah tangga, dalam bidang ekonomi, maupun
ran ganda kaum wanita pada masyarakat pesisir dalam masyarakat. Peran ibu rumah tangga san-
sebagai salah satu desa yang berada di pesisir laut gatlah dominan di Desa Bedono karena mereka

110
Wahyu Nugraheni S. / Journal of Educational Social Studies 1 (2) (2012)

harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga sen- Realitas Sosial. Unnes Press. Semarang
diri dan perbekalan bagi suami untuk melaut. Fakih, Mansour. 2004. Analisis Gender dan Transformasi
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka Social. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Handuni (1994) Potensi dan Partisipasi Wanita dalam
peneliti mencoba merekomendasikan beberapa
Kegiatan Ekonmi di Pedesaan. LP3ES. Jakarta
pertimbangan sebagai berikut: (1) pemerintah Hasanudin, Tubagus Maulana (2009) “Relasi Gender
mengeluarkan kebijakan tetang tentang adanya Dalam Perspektif Akses Dan Kontrol Terha-
kesamaan tanggung jawab antara laki-laki dan dap Sumberdaya: Kasus Pada Sentra Industri
perempuan di dalam kehidupan berumahtangga, Gerabah Di Desa Anjun, Kecamatan Plered,
sehingga tercipta pembagian kerja yang seimbang Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat”
antara laki-laki dan perempuan; (2) masyarakat Departemen Sains Komunikasi Dan Pengem-
Desa Bedono bersikap toleran (menerima kondi- bangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia
si) dalam hal tanggung jawab antara laki-laki dan Institut Pertanian Bogor
Jume’edi (2005) “Peran Wanita dalam Meningkatkan
perempuan. Adanya pengakuan dari masyarakat
Pendapatan Keluarga Nelayan di Kelurahan
tentang peranan istri dalam meningkatkan kese- Ujungbatu Kecamatan Jepara Kabupaten Je-
jahteraan rumah tangga. Serta adanya langkah para”. Tesis. Program Pasca Sarjana Undip
nyata dari berbagai pihak untuk meminimalkan Semarang
diskriminasi antara laki-laki dan perempuan; (3) Kusnadi. (2010). Kebudayaan Masyarakat Nelayan dalam
suami dari para istri nelayan lebih bersikap tole- Jelajah Budaya Tahun 2010. Yogyakarta: Ke-
ran terhadap para istri sehingga terjadi pening- menterian Kebudayaan Pariwisata
katan kerjasama antara suami dan istri di dalam ----------, 2002. Konflik Sosial Nelayan Kemiskinan dan
kehidupan berumah tangga terutama dalam hal Perebutan Sumber Daya Alam, LKIS.Yogyakarta.
Miles, M B. Huberman A.M. (1984) An Expenden
pembagian tugas rumah tangga. Waktu luang
Source Book, Qualitative Data Analysis. London:
yang dimiliki oleh suami sebaiknya digunakan
Sage Publication
untuk membantu para istri dalam mengerjakan Moleong, Lexy J (2009) Metode Penelitian Kualitatif.
pekerjaan rumah tangga. Bandung. Rosda Karya
Nasaruddin Umar, 1999, Argumen Kesetaraan Jender,
Daftar Pustaka Paramadina, Jakarta,
Sugiyono (2008) Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif
Aminah, 1982. Peranan Wanita Nelayan dalam Me- dan R & D, Penerbit. Alfabeta, Bandung
ningkatkan Pendapatan Keluarga Nelayan Suryadi, A. & Idris, E., (2004) Kesetaraan Gender
Muncar, Banyuwangi – Jawa Timur. Dalam dalam Bidang Pendidikan, Bandung: PT. Gen-
Prosiding workshop Sosial Ekonomi Perikanan In- esindo
donesia. Cisarua, 2-4 November 1982. Pusat Pene- Umar, Husein. (2004). Riset Sumber Daya Manusia
litian dan Pengembangan Perikanan. Departe- dalam Organisasi, Gramedia Pustaka, Jakarta
men Pertanian. Jakarta. Indonesia (p:151-157) Yuniati, Woro (2011) “Pelibatan perempuan pesisir
Aryani. F. 1994. Analisis Sosial Ekonomi Wanita di dalam proyek RCL” Mangrove Journal-MAP
dua Area Pengembangan wilayah Sulawesi: Indonesia, Maret 2011. Diakses tanggal 5 janu-
Sanrego dan Gir Mawangle. Kerjasama Lem- ari 2012 http://www.rcl.or.id/strategi-pelibatan-
baga Pengabdian pada Masyarakat IPB dengan perempuan-pesisir-dalam-proyek-rcl.html
Universitiy of Gualph Canada Zein, A. 2000. The Influence of tecnological Change
Astuti, Yanti Puji; Sri Hartati, dan Nur Isnaeni Wid- on Income and Social Structure in Artisanal
iati. 2008. “Peran dan Potensi Wanita Pesi- Fisheries in Padang, Indonesia. Universitas
sir Dalam Pemenuhan Kebutuhan Ekonomi Bung Hatta Press. Padang. Indonesia
Rumah Tangga di Kabupaten Tegal”. SOS- ----------- (2006) “Peningkatan Ekonomi Rumah Tangga
EKHUM Vol 4. No. 5 November 2008 Nelayan Melalui Pemberdayaan Wanita Ne-
Astuti, Tri Marhaeni P. 2011. Konstruksi Gender dalam layan”. Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 1/2006

111

Anda mungkin juga menyukai