871 1770 1 SM
871 1770 1 SM
1, Juni 2019
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh keterlibatan ayah terhadap
cyberbullying yang terjadi pada remaja pengguna Instagram. Media sosial
Instagram dipilih karena merupakan media sosial yang rentan terjadi
cyberbullying dan memiliki dampak buruk bagi remaja. Partisipan dalam
penelitian ini adalah 58 remaja yang menjadi pelaku cyberbullying dan 98
remaja yang menjadi korban cyberbullying. Keterlibatan ayah diukur dengan
menggunakan Nurturant Fathering Scale dan Father Involvement Scale
(Reported Father Involvement dan Desired Father Involvement). Sementara,
cyberbullying diukur dengan menggunakan Revised Cyberbullying Inventory-
II. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan desain non
eksperimental korelasional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterlibatan
ayah yang ditinjau dari domain afektif maupun dari domain perilaku tidak
memberikan pengaruh terhadap cyberbullying pada remaja pengguna
Instagram yang menjadi pelaku atau korban cyberbullying. Implikasi hasil
penelitian ini bahwa terjadinya cyberbullying pada remaja pengguna
Instagram bukan dipengaruhi oleh variabel keterlibatan ayah terhadap remaja,
tetapi dapat dipengaruhi oleh variabel lainnya, baik yang bersifat dari dalam
diri maupun dari luar diri remaja pengguna Instagram.
1
Jurnal Psikogenesis, Volume 7, No.1, Juni 2019
but influenced by other variables, both those that are from within themselves
and from outside the adolescents Instagram users.
2
Jurnal Psikogenesis, Volume 7, No.1, Juni 2019
Instagram juga menekankan hal tersebut konsentrasi, kinerja yang rendah, dan sering
karena agar terlihat ideal sehingga mereka bolos sekolah.
menunjukkan diri mereka seideal mungkin Karakterisitik untuk pelaku
kepada orang lain melalui konten visual dan cyberbullying adalah dengan menghina dan
hal itu menjadi sebuah perbandingan sosial mengejek pada saat korbannya menggunggah
(social comparison) mengenai harga diri foto atau menggunggah status. (Wiryada,
mereka terhadap orang lain (Stapleton, Luiz, & Martiarini, Budiningsih, 2017), memiliki
Chatwin, 2017). Hal itu sesuai dengan fase tingkat empati yang rendah (Doane, Pearson,
perkembangan pada usia transisi antara usia & Kelly, 2014), agresif secara verbal (Roberto,
remaja menuju dewasa muda yaitu di usia 18- Eden, Savage, Ramos-Salazar, & Deiss, 2014),
25 tahun yang disebut sebagai emerging dan cenderung memiliki tingkat psikotik yang
adulthood (Arnett, 2004). Arnett (2012) dalam tinggi (Ozden & Icellioglu, 2014). Mereka
deskripsinya mengenai lima ciri orang yang yang berada di kelompok pelaku sekaligus
berada pada fase transisi tersebut, salah satu korban (dan terutama kelompok pelaku
fase yang dialami adalah eksplorasi identitas. sekaligus korban cyberbullying) paling banyak
Pada fase ini, di dalam diri sebagian besar memiliki skor negatif pada segi kesehatan
individu terjadi perubahan penting yang psikologis, fisik, kesehatan, dan kinerja
menyangkut identitas diri. Pencarian identitas akademis. Efek tersebut juga menyebabkan
diri juga sesuai dengan tahap perkembangan korban cyberbullying memiliki karakteristik
remaja. yang juga mengalami kekerasan di sekolah,
Penggunaan Instagram membawa memiliki self-esteem yang rendah, memiliki
beberapa masalah bagi penggunanya. Bahkan gangguan kecemasan, mengalami isolasi
Instagram dikategorikan sebagai media sosial sosial, mengalami penurunan prestasi
yang berpengaruh buruk terhadap kesehatan akademik dan kehadiran di sekolah, depresi,
mental penggunanya (Royal Society For Public serta kecenderungan bunuh diri (Runk, 2006).
Health, 2017). Instagram membawa beberapa Perilaku agresif, baik bullying maupun
dampak negatif bagi penggunanya seperti cyberbullying, dapat terjadi karena berbagai
cemas berlebihan, depresi, rasa takut tertinggal faktor. Menurut teori General Aggression
tren/berita (FOMO : Fear of Missing Out). Model (GAM) yang dibuat oleh Anderson &
Instagram tak luput dimanfaatkan oleh orang- Bushman (dalam Kowalski, Giumetti,
orang yang tidak bertanggung jawab untuk Schroeder, & Lattanner, 2014), faktor-faktor
melakukan tindak kejahatan, seperti tersebut dapat berasal dari dalam diri
perundungan maya atau cyberbullying (Royal (personal) dan dari luar diri (situasional).
Society For Public Health, 2017). Faktor-faktor personal berasal dari gender,
Di dalam tindakan cyberbullying, ada umur, motif, kepribadian, psychological states,
beberapa peran yang tercipta. Dari hasil status sosioekonomi dan penggunaan
penelitian Kowalski dan Limber (2013), teknologi, nilai dan persepsi, serta perilaku
responden mereka dikategorikan ke dalam maladaptif lainnya. Sementara itu, faktor-
empat peran yaitu korban, pelaku, pelaku faktor situasional berasal dari provokasi dan
sekaligus korban, dan mereka yang tidak dukungan yang dirasakan, iklim sekolah,
terlibat dalam cyberbullying. Kategorisasi ini anonimitas yang dirasakan, keterlibatan orang
serupa dengan bullying tradisional. Individu tua. Faktor-faktor situasional tersebut juga
yang menjadi korban biasanya memiliki mempengaruhi perkembangan kehidupan
permasalahan seperti kecemasan (Rose & remaja. Lingkungan sekolah, teman sebaya,
Tynes, 2015), harga diri yang rendah (Chang, dan keluarga adalah komponen penting dari
Lee, Chiu, Hsi, Huang, & Pan, 2013), kehidupan remaja. Lingkungan tersebut
kecemasan sosial (Juvonen & Gross, 2008), memberikan mereka dapat bertemu orang
gejala-gejala depresif (Bonanno & Hymel, dewasa dan teman sebayanya dalam konteks
2013) dan pemikiran untuk bunuh diri (Van sosial. Selain itu, remaja juga dapat
Geel, Vedder, & Tanilon, 2014). Penelitian mengembangkan afiliasi dan kompetensi sosial
lain yang dilakukan Beran & Li (dalam serta membentuk persepsi dan sikap mereka
Alvarez, Nunez, Bareiro, & Garcia, 2017) terhadap perilaku yang sesuai dan dapat
menyatakan bahwa individu yang menjadi diterima (Erginoz dkk, 2015).
korban mengalami peningkatan masalah Faktor dalam keluarga yang
memengaruhi perkembangan remaja dan
3
Jurnal Psikogenesis, Volume 7, No.1, Juni 2019
agresivitas pada remaja adalah pola tantangan. Pada ibu, anak dapat belajar seperti
pengasuhan. Hal itu ditunjukkan pada kelembutan, kontrol emosi dan kasih sayang,
penelitian yang dilakukan Putra (2015) bahwa sedangkan pada ayah anak belajar ketegasan,
terdapat hubungan yang signifikan antara pola sifat maskulin, kebijaksanaan, keterampilan
asuh otoriter dengan agresivitas, semakin kinestetik dan kemampuan kognitif. Peran
tinggi pola asuh otoriter yang diterapkan maka ayah juga membantu anak bersifat tegar,
semakin tinggi pula agresivitas remaja. kompetitif, menyukai tantangan dan senang
Agresivitas dalam penelitian tersebut dalam bereksplorasi.
bentuk perilaku bullying tradisional. Hal Peran ayah memiliki peran penting
tersebut didukung dengan pendapat Myers untuk mengatasi distress dan ketidakbahagiaan
(2012) yang menyatakan bahwa anak yang anak yang mengalami bullying. Hal itu
terbiasa menerima hukuman fisik dari orang ditunjukkan pada penelitian yang dilakukan
tuanya cenderung memperlihatkan perilaku Flouri & Buchanan (2002), figur ayah dapat
agresi fisik dalam kehidupan sehari-harinya. mengatasi ketidakbahagiaan di masa remaja.
Selain itu, cara orang tua mendisiplinkan Menurut Amato (dalam Flouri & Buchanan,
anaknya dengan agresi juga berpengaruh 2002), kedekatan dengan ayah telah terbukti
terhadap perilaku agresif pada anak. memberikan kontribusi yang unik untuk
Leung dan Lee (2012) secara khusus kebahagiaan dan kepuasan hidup anak. Amato
membahas peran gaya pengasuhan dalam (dalam Flouri & Buchanan, 2002)
memrediksi risiko internet. Mereka menunjukkan bahwa untuk kepuasan hidup,
menemukan bahwa tiga jenis mediasi terkait kebahagiaan, dan tekanan psikologis,
media orang tua mendominasi penelitian kedekatan dengan ayah menghasilkan
kontemporer tentang gaya pengasuhan: (a) hubungan yang signifikan independen daripada
active mediation (mediasi aktif), yaitu orang kedekatan dengan ibu. Selain itu, penelitian
tua sering berbicara dengan anak-anak mereka yang dilakukan Hwang dan Lamb (dalam
atas isu-isu seperti televisi, internet, dan lain- Flouri & Buchanan, 2002) menunjukkan
lain. untuk membantu mereka menjadi bahwa anak-anak dengan hubungan baik
pengamat atau pengguna yang kritis, (b) dengan ayah mereka cenderung lebih memiliki
restrictive mediation (mediasi terbatas), yaitu kondisi psikologis yang baik, menjadi individu
orang tua menetapkan aturan ketat tentang yang lebih baik di sekolah, menjadi individu
akses internet anak-anak mereka dan yang kurang terlibat dalam perilaku antisosial,
seterusnya jenis permainan online yang dapat dan memiliki hubungan intim yang lebih
atau tidak bisa dimainkan oleh anak-anak sukses. Hal itu juga didukung penelitian
mereka, dan (c) co-viewing (melihat bersama), lainnya yang menunjukkan bahwa keterlibatan
yaitu orang tua duduk di tempat yang sama ayah terhadap perkembangan anak berusia
ruangan sebagai anak-anak mereka sementara remaja 16-21 tahun (Partasari, Lentari, &
yang kedua menonton televisi atau berselancar Priadi, 2017).
di Internet, berdiskusi dengan mereka isi dari Menurut Langos (2012), ada empat aspek
apa yang mereka tonton. Temuan Leung dan utama dalam perilaku cyberbullying yaitu :
Lee (2012) menunjukkan bahwa semakin ketat 1. Repetisi (repetition) yaitu sebuah jalan
aturan pada jenis dan frekuensi penggunaan perilaku yang bertentangan dengan satu
internet anak-anak, dan semakin besar insiden;
intervensi dan mediasi orang tua, semakin 2. Ketidakseimbangan Kekuatan (Power
sedikit jumlah anak-anak peluang untuk Imbalance) yaitu keadaan dimana pelaku
mengalami cyberbullying dan semakin rendah menunjukkan kekuasaan atas target;
juga mereka terkena paparan risiko internet 3. Niat untuk menyakiti (Intention to harm) yaitu
lainnya. perilaku harus dimaksudkan melakukan
Keterlibatan orang tua dan melakukan tindakan yang bukan sebuah kecelakaan;
pengasuhan adalah tugas yang dilakukan oleh 4. Agresi yaitu perilaku yang melibatkan
suami-istri yang telah menjadi ayah dan ibu. kejahatan pada pihak agresor
Ikatan ayah dan ibu dengan anak akan Keempat elemen bullying inti
memberikan warna tersendiri, umumnya ibu diringkas dalam beberapa definisi
memerankan sosok yang memberikan cyberbullying yang deskriptif. Unsur yang unik
perlindungan dan keteraturan, sedangkan ayah diberikan untuk definisi penindasan maya
membantu anak bereksplorasi dan menyukai (cyberbullying) yaitu terkait dengan
4
Jurnal Psikogenesis, Volume 7, No.1, Juni 2019
5
Jurnal Psikogenesis, Volume 7, No.1, Juni 2019
variabel bebas dengan variabel terikat, reliabilitas model Rasch, reliabilitas dimensi
disamping mengukur kekuatan hubungannya. cyberbullying (berisi item untuk pelaku)
Lalu menurut Carmines dan Zeller (dalam tergolong cukup. Lalu cronbach alpha yang
Sangadji & Sopiah, 2010), berdasarkan sifat dan diperoleh oleh dimensi cybervictimization (berisi
jenis datanya, penelitian ini termasuk ke dalam item untuk korban) sebesar 0,69 dan apabila
penelitian kuantitatif karena data penelitian ini dikategorikan mengguakan kaidah reliabilitas
dinyatakan dalam angka dan dianalisis dengan model Rasch, reliabilitas dimensi
teknik statistika. cybervictimization (berisi item untuk korban)
Populasi yang akan digunakan dalam tergolong cukup. Untuk alat ukur keterlibatan
penelitian adalah remaja berusia 18-24 tahun ayah, alat ukur diadopsi dari alat ukur Nurturant
pengguna Instagram. Teknik pengambilan Fathering Scale dan Father Involvement Scale
sampel dalam penelitian ini adalah non- yang dibuat oleh Ajrina (2012) kemudian
probability sampling karena teknik pengambilan mengalami adaptasi. Proses adopsi dilakukan
sampel tidak memberi peluang yang sama bagi karena sampel yang akan diteliti memiliki
setiap anggota populasi untuk menjadi anggota kesamaan kriteria dengan penelitian yang telah
sampel. Sampel yang digunakan adalah remaja dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Berdasarkan
dengan rentang usia 18-24 tahun yang memiliki uji reliabilitas menggunakan pemodelan Rasch,
serta menggunakan Instagram dan masih cronbach alpha yang diperoleh oleh Nurturant
memiliki ayah. Selain itu, kriteria lainnya adalah Fathering Scale sebesar 0,95 dan apabila
remaja yang menggunakan akun Instagram dikategorikan mengguakan kaidah reliabilitas
minimal 6 bulan terakhir. Jumlah pengambilan model Rasch, reliabilitas Nurturant Fathering
sampel adalah antara 30 sampai dengan 500 Scale tergolong istimewa. Cronbach Alpha yang
responden karena rentang tersebut merupakan diperoleh oleh Reported Father Involvement
ukuran sampel yang layak dalam penelitian Scale sebesar 0,95 dan apabila dikategorikan
kuantitatif (Sugiyono, 2010). mengguakan kaidah reliabilitas model Rasch,
Teknik pengambilan data dalam reliabilitas Reported Father Involvement Scale
penelitian ini menggunakan kuesioner yang tergolong istimewa. Cronbach Alpha yang
berisi beberapa pertanyaan dan pernyataan dari diperoleh oleh Desired Father Involvement Scale
alat ukur keterlibatan ayah yang terdiri dari sebesar 0,96 dan apabila dikategorikan
Nurturant Fathering Scale dan Fathering menggunakan kaidah reliabilitas model Rasch,
Involvement Scale (Finley & Schwartz, 2004) reliabilitas Desired Father Involvement Scale
serta alat ukur Revised Cyber Bullying Inventory tergolong istimewa.
II (Topcu & Erdur-Baker, 2018). Teknik ini Analisis data dilakukan secara
memberikan tanggung jawab kepada responden pemodelan Rasch dengan bantuan perangkat
untuk membaca dan menjawab pertanyaan. lunak Winstep versi 3.73 dan pengujian hipotesis
Kuesioner didistribusikan secara personal menggunakan perangkat lunak Statistical
(personally administered questionnaires) Package for Social Science (SPSS) for Windows
(Sangadji & Sopiah, 2010). versi 16. Teknik pengolahan data dalam
Uji coba akan dilakukan kepada 73 penelitian ini menggunakan teknik analisis
sampel uji coba yang sesuai dengan kriteria regresi. Analisis regresi dilakukan untuk
sampel. Pada penelitian ini, alat ukur mencapai tujuan-tujuan penelitian yang belum
cyberbullying diadaptasi dari Revised Cyber dapat diperoleh jika hanya dengan uji korelasi
Bullying Inventory-II (RCBI-II) yang dikonstruk (Rangkuti & Wahyuni, 2017). Jenis analisis
oleh Topcu dan Erdur-Baker (2018) kemudian regresi yang digunakan adalah analisis regresi
dimodifikasi. Berdasarkan uji reliabilitas berganda, hal ini dikarenakan pada penelitian ini
menggunakan pemodelan Rasch, cronbach alpha menguji hipotesis pengaruh dua atau lebih
yang diperoleh oleh dimensi cyberbullying variabel independen terhadap satu variabel
(berisi item untuk pelaku) sebesar 0,66 dan dependen
apabila dikategorikan menggunakan kaidah
6
Jurnal Psikogenesis, Volume 7, No.1, Juni 2019
7
Jurnal Psikogenesis, Volume 7, No.1, Juni 2019
8
Jurnal Psikogenesis, Volume 7, No.1, Juni 2019
dan melakukan cyberbullying jika dilihat dari pada faktor personal dan faktor situasional.
intensitas penggunaan instagram. Faktor personal yaitu terdiri dari gender, usia,
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat motif, kepribadian, psychological states, status
disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh antara sosioekonomi dan penggunaan teknologi, nilai
keterlibatan ayah dengan cyberbullying remaja dan persepsi yang individu miliki, serta perilaku
pengguna Instagram, baik pada remaja yang maladaptif lainnya. Faktor situasional yaitu
menjadi pelaku atau korban. Hal ini disebabkan terdiri dari provokasi atau dorongan untuk
oleh beberapa faktor. Hasil temuan pada melakukan bullying maupun cyberbullying yang
penelitian ini didukung oleh Tamis Le-Monda & diperoleh dari teman sebaya dan lingkungan
Cabrera (2008) yang menyatakan bahwa usia terdekat individu, keterlibatan orangtua termasuk
ayah yang tua mendorong mereka untuk gaya pengasuhan dan pemahaman orangtua
meluangkan waktu mereka dengan anak- dalam mengawasi aktivitas yang dilakukan anak
ankanya. Namun, di sisi lain, anak yang telah secara online, iklim sekolah, dan anonimitas
beranjak remaja lebih kurang tertarik dan kurang yang dirasakan. Oleh sebab itu, untuk meneliti
termotivasi untuk meluangkan waktu dengan lebih lanjut mengenai pengaruh cyberbullying,
ayah mereka. Hal ini ditunjukkan bahwa diperlukan untuk meninjau juga faktor personal
sebanyak 48 orang responden memiliki ayah di dan faktor situasional partisipan.
rentang usia 47-50 tahun dan mayoritas Penulis mengalami hambatan dalam
responden berada di usia 22 tahun yaitu memperoleh data mengenai jumlah populasi
sebanyak 45 orang. Dari data tersebut dapat pengguna Instagram dengan karena tidak ada
disimpulkan bahwa sebagian besar responden data yang menyajikan dengan jelas berapa
kurang termotivasi untuk meluangkan waktu jumlah populasi pengguna Instagram di Jakarta
mereka bersama ayah. sehingga akhirnya penulis menggunakan data
Hasil penelitian ini juga didukung oleh survei dari TNS yang berbentuk presentase.
studi yang dilakukan Pleck (dalam Lamb, 1997) Selain itu, penelitian ini dilakukan dalam tim
yaitu adanya penurunan aksesibilitas dan penelitian payungdengan menggabungkan dua
keikutsertaan ayah seiring dengan bertambahnya independent variabel yaitu keterampilan sosial
usia anak. Selain itu, mayoritas responden lebih dan keterlibatan sehingga ketika kedua
banyak meluangkan waktu luangnya untuk instrumen tersebut digabungkan ke dalam satu
melakukan aktivitas individu yaitu sebanyak 138 kuesioner, yang mana menjadikan kuesioner
responden dan mereka juga melakukan aktivitas terlihat tebal dan memiliki banyak pertanyaan
kelompok bersama teman-teman mereka, yaitu yang harus dijawab responden. Hal itu
sebanyak 18 responden sehingga menyebabkan menyebabkan ada beberapa responden yang
mereka kurang meluangkan waktu dengan ayah mengeluhkan banyaknya jumlahnya item yang
mereka. Hal ini didukung oleh teori diberikan sehingga penulis terkadang
perkembangan yang dikemukakan Curtis (2015) mendapatkan penolakan dari responden untuk
bahwa pada periode usia ini dianggap sebagai mengisi kuesioner.
tahun antara awal pubertas dan pembentukan Selain itu, keterbatasan penulis adalah
kemandirian sosial sehingga remaja lebih banyak mencari dan memilih alat ukur cyberbullying
menghabiskan waktu mereka bersama teman- yang perlu seharusnya perlu disesuaikan kembali
temannya. dengan budaya di Indonesia. Alat ukur yang
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh digunakan adalah alat ukur cyberbullying versi
Anderson & Bushman (dalam Kowalski, terbaru yang dibuat oleh Topcu & Erdur-Baker
Giumetti, Schroeder, & Lattanner, 2014) (2018) dan belum ada yang menggunakan alat
menyatakan bahwa cyberbullying disebabkan ukur versi terbaru tersebut sehingga peneliti
oleh beragam faktor melalui teori General perlu melakukan beberapa perubahan dalam
Aggression Model (GAM). Teori ini berfokus penyusunan alat ukur tersebut.
SIMPULAN
Dari 156 responden yaitu terdiri dari 58 Involvement (Reported Father Involvement dan
orang yang menjadi pelaku cyberbullying dan 98 Desired Father Involvement) secara bersama-
orang yang menjadi korban cyberbullying sama terhadap remaja pengguna Instagram yang
kesimpulannya adalah tidak terdapat pengaruh menjadi pelaku atau korban cyberbullying.
antara Nurturant Fathering dan Father Diharapkan melalui penelitian ini, masyarakat
9
Jurnal Psikogenesis, Volume 7, No.1, Juni 2019
DAFTAR PUSTAKA
Al-Kandari, A., Melkote, S. R., & Sharif, The winding road from the late teens
A. (2016). Needs and motives of through the twenties. New York:
instagram users that predict self- Oxford University Press, Inc.
disclosure use: a case study of Bonanno, R. A., & Hymel, S. (2013).
young adults in kuwait. Journal of Cyberbullying and internalizing
Creative Communications, 11(2), difficulties: Above and beyond the
85-101.doi:10.1177/097325861664488 impact of traditional forms of bullying.
Ajrina, A. (2012). Hubungan antara Journal of Youth and Adolescence, 42,
keterlibatan ayah dengan 685-697.
kenakalan remaja pada siswa sekolah doi:10.1007/s10964-013-9937-1
menengah kejuruan di Jakarta Timur Chang, F.C., Lee, C.M., Chiu, C.H., His,
(Skripsi). Fakultas Psikologi W.Y., Huang, T.F., & Pan, Y.C.
Universitas Negeri Jakarta, Jakarta. (2013). Relationships among
Alvarez-Garcia, D., Nunez, J.C., Barreiro, cyberbullying, school bullying, and
A., & Garcia T. (2017). Validation of mental health in taiwanese
the cybervictimization questionnaire adolescents. Journal of School Health,
(CYVIC) for adolescents. Computers 83(6), 454-462.
in Human Behavior, 70, 270-281. Curtis, A. C. (2015). Defining adolescence.
Arnett, J.J. (2004). Emerging adulthood : Journal of Adolescent and Family
Health, 7(2), 1-39.
Ditch The Label. (2017). The annual
10
Jurnal Psikogenesis, Volume 7, No.1, Juni 2019
11
Jurnal Psikogenesis, Volume 7, No.1, Juni 2019
Ganjar, M. A. P. (2017). Gambaran Van Geel, M., Vedder, P., & Tanilon, J.
Keterlibatan Ayah dalam (2014). Relationship between peer
pengasuhan Anak Usia Remaja victimization, cyberbullying, and
(Usia 16-21 Tahun). Jurnal suicide in children and adolescents. A
Psikogenesis, 5(2), 159–167. meta-analysis. JAMA Pediatrics,
Rangkuti, A.M., & Wahyuni, L.S. (2017). 168(5), 435-442.
Modul analisis data penelitian doi:10.1001/jamapediatrics.2013.4143.
kuantitatif berbasis classical test Wiryada, O.A.B, Martiarini, N., &
theory dan item response theory (rasch Budiningsih, T.E. (2017). Gambaran
model). Jakarta: FIP Press. cyberbullying pada remaja pengguna
Roberto, A. J., Eden, J., Savage, M. W., jejaring sosial di SMA negeri 1 dan
Ramos-Salazar, L., & Deiss, D. M. SMA negeri 2 Ungaran. Jurnal
(2014). Prevalence and predictors of Psikologi Ilmiah INTUISI, 9(1), 86–
cyberbullying perpetration by high 92.
school seniors. Communication Zalaquett, C. P., & Chatters, S. J. (2014).
Quarterly, 62 (1), 37– Cyberbullying in college. SAGE Open,
41.doi:10.1080/01463373.2013.86090 4(1), 1-8.
6
Rose, Ch. A., & Tynes, B. M. (2015).
Longitudinal associations between
cybervictimization and mental health
among U.S. adolescents. Journal of
Adolescent Health, 57(3), 305-312.
doi:10.1016/j.jadohealth.2015.05.002
Royal Society For Public Health. (2017).
Social media and young people’s
mental health and well-being.
Retrieved from https://www.scie-
socialcareonline.org.uk/statusofmind-
social-media-and-young-peoples-
mental-health-and-
wellbeing/r/a110f00000NeITGAA3.
Runk, S. (2006). Fact sheet.
Sangadji, E.M., & Sopiah. (2010).
Metodologi penelitian pendekatan
praktis dalam penelitian. Yogyakarta :
Penerbit Andi
Stapleton, P., Luiz, G., & Chatwin, H.
(2017). Generation Validation : The
role of social comparison in use of
instagram among emerging adults.
Cyberpsychology, Behavior, and
Social Networking. 20(3), 142–149.
doi:10.1089/cyber.2016.0444
Sugiyono. (2010). Metode penelitian
pendidikan (pendekatan kuanitatif,
kualitatif, dan r&d). Bandung:
Alfabeta.
Topcu, Ç., & Erdur-Baker, Ö. (2018).
Development RCBI-II : the second
revision of the revised cyber bullying
inventory. Measurement and
Evaluation in Counseling and
Development, 51(1), 32-41.
doi:10.1080/07481756.2017.1395705
12