Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Psikogenesis, Volume 7, No.

1, Juni 2019

Pengaruh Keterlibatan Ayah terhadap Cyberbullying


Remaja Pengguna Instagram

The Influence of Father Involvement toward Cyberbullying


on Adolescent in Instagram
Fellianti Muzdalifah, Tiara Trisna Putri

Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Jakarta


Email: f_muzdalifah@unj.ac.id, tiaratrisna@gmail.com

KATA KUNCI keterlibatan Ayah, cyberbullying, remaja, instagram

KEYWORDS father involvement, cyberbullying, adolescent, instagram

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh keterlibatan ayah terhadap
cyberbullying yang terjadi pada remaja pengguna Instagram. Media sosial
Instagram dipilih karena merupakan media sosial yang rentan terjadi
cyberbullying dan memiliki dampak buruk bagi remaja. Partisipan dalam
penelitian ini adalah 58 remaja yang menjadi pelaku cyberbullying dan 98
remaja yang menjadi korban cyberbullying. Keterlibatan ayah diukur dengan
menggunakan Nurturant Fathering Scale dan Father Involvement Scale
(Reported Father Involvement dan Desired Father Involvement). Sementara,
cyberbullying diukur dengan menggunakan Revised Cyberbullying Inventory-
II. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan desain non
eksperimental korelasional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterlibatan
ayah yang ditinjau dari domain afektif maupun dari domain perilaku tidak
memberikan pengaruh terhadap cyberbullying pada remaja pengguna
Instagram yang menjadi pelaku atau korban cyberbullying. Implikasi hasil
penelitian ini bahwa terjadinya cyberbullying pada remaja pengguna
Instagram bukan dipengaruhi oleh variabel keterlibatan ayah terhadap remaja,
tetapi dapat dipengaruhi oleh variabel lainnya, baik yang bersifat dari dalam
diri maupun dari luar diri remaja pengguna Instagram.

ABSTRACT This study aims to examine the influence of father involvement on


cyberbullying that occurs in adolescents Instagram users. Instagram was
chosen because it is vulnerable to be a cyberbullying media and has a
negative impact on teenagers. Participants in this study were 58 teenagers
who were cyberbullying and 98 teenagers who were victims of cyberbullying.
Father involvement was measured using the Nurturant Fathering Scale and
Father Involvement Scale (Reported Father Involvement and Desired Father
Involvement). Meanwhile, cyberbullying is measured using Revised
Cyberbullying Inventory-II. This study uses quantitative methods and
correlational non experimental designs. The results of the study show that
father's involvement in terms of both the affective domain and the behavioral
domain does not have an effect on cyberbullying on adolescents Instagram
users who are perpetrators or victims of cyberbullying. The implication of the
results of this study is that the occurrence of cyberbullying in adolescents of
Instagram users is not influenced by father involvement towards adolescents,

1
Jurnal Psikogenesis, Volume 7, No.1, Juni 2019

but influenced by other variables, both those that are from within themselves
and from outside the adolescents Instagram users.

PENDAHULUAN Salva (https://dailysocial.id, diakses pada 6


Cyberbullying atau perundungan Januari 2018) mengatakan bahwa sebanyak
dalam dunia maya adalah kegiatan 89% pengguna Instagram di Indonesia adalah
membahayakan yang dilakukan dengan masyarakat berusia muda, terpelajar dan
sengaja dan berulang melalui komputer, mapan. Di Indonesia, sebanyak 59% pengguna
ponsel, dan perangkat elektronik lainnya Instagram berada di usia 18-24 tahun (Survei
(Sameer & Hinduja, 2010). Banyak ahli yang Taylor Nelson Sofres, 2017). Berdasarkan
mendefinisikan tentang cyberbullying. hasil survei Ditch The Label tahun 2017 yang
Menurut Donegan (2012), cyberbullying dilakukan pada 10.000 orang berusia 12-20
adalah perilaku kekerasan yang terjadi di dunia tahun di beberapa daerah di Inggris, sebanyak
maya. Aktivitas tersebut dilakukan 42% responden mengalami cyberbullying di
menggunakan media elektronik, seperti pesan Instagram, sedangkan pada Facebook
instan, surat elektronik, chat rooms, websites, sebanyak 37% yang mengalami cyberbullying
game online, situs jejaring sosial, atau pesan sehingga membuat Instagram merupakan
teks (Kowalski & Limber, 2013). media sosial nomor satu yang digunakan untuk
Dari data pengaduan yang diperoleh melakukan cyberbullying.
dari cyberbullying sering terjadi di kalangan Instagram adalah aplikasi media sosial
muda. Hal itu dibuktikan dari 613 responden, berbagi foto secara bebas (Al-Kandari,
19% dilaporkan menjadi korban cyberbullying Melkote, & Sharif, 2016). Instagram adalah
di perguruan tinggi dan 35% dari subsampel sebuah platform media sosial berbasis gambar
ini dilaporkan mengalami cyberbullying ketika dengan lebih dari 80 juta gambar diunggah ke
di Sekolah Menengah Atas (Zalaquett & aplikasi tersebut per harinya (dalam Fardouly,
Chatters, 2014). Penelitian lainnya menyatakan Willburger, & Vartanian, 2017).
bahwa 58,4% dari 430 mahasiswa berusia 18- Instagrammers dapat menentukan profil akun
35 tahun pernah menjadi pelaku cyberbullying mereka menjadi akun pribadi atau akun publik
(Kokkinos, Antoniadou, & Markos, 2014). yang dapat dilihat oleh pengikut (followers)
Penelitian terkait cyberbullying juga dilakukan akun mereka. Followers mereka dapat melihat
di Indonesia oleh Febrianti & Hartana (2014) feeds foto dan menggunakan tombol suka
yang menunjukkan 77% dari 133 mahasiswa (like), memberikan komentar serta
UI berusia 20-25 tahun pernah melakukan mengekspresikan perasaan dan opini mereka
cyberbullying. pada foto-fotonya.
Cyberbullying juga dapat terjadi pada Pengguna Instagram didominasi oleh
kalangan usia pengguna media sosial karena kalangan berusia muda. Berdasarkan survei
media sosial hampir digunakan dimana-mana Royal Society For Public Health tahun 2017,
dan sering diakses oleh remaja dan dewasa rata-rata pengguna media sosial termasuk
awal (Moreno & Whitehill, 2016). Selain itu, Instagram adalah individu yang berusia 14-24
Australian Communications and Media tahun (Royal Society For Public Health, 2017).
Authority & Pew Research (dalam Fardouly, Jika dilihat berdasarkan teori perkembangan,
Willburger, & Vartanian, 2017) menyatakan usia 14-24 tahun termasuk ke dalam kategori
bahwa media sosial telah menjadi bagian usia remaja hingga dewasa awal. Alasan kaum
integral kehidupan anak muda di seluruh muda menggunakan Instagram adalah untuk
dunia. Saat ini penggunaan media sosial melakukan interaksi sosial, menyimpan arsip
Instagram menjadi populer di kalangan foto, tempat mengekspresikan diri, tempat
masyarakat. Hal itu dibuktikan oleh hasil pelarian, dan mengintip akun orang lain (Lee
survei Taylor Nelson Sofres (TNS) & Lee, 2015).
(https://dailysocial.id, diakses 6 Januari 2018) Secara spesifik, individu yang
yang menyatakan bahwa hingga tahun 2015, menggunakan media sosial Instagram lebih
pengguna Instagram di seluruh dunia menekankan kepada pembentukan diri (self-
mencapai 400 juta orang dan setiap harinya image) mereka karena pada dasarnya aplikasi
ada 80 juta orang yang mengunggah foto pada Instagram menampilkan konten-konten visual
aplikasi Instagram. Direktur TNS, Hansal yang dapat dilihat pengguna lainnya. Pengguna

2
Jurnal Psikogenesis, Volume 7, No.1, Juni 2019

Instagram juga menekankan hal tersebut konsentrasi, kinerja yang rendah, dan sering
karena agar terlihat ideal sehingga mereka bolos sekolah.
menunjukkan diri mereka seideal mungkin Karakterisitik untuk pelaku
kepada orang lain melalui konten visual dan cyberbullying adalah dengan menghina dan
hal itu menjadi sebuah perbandingan sosial mengejek pada saat korbannya menggunggah
(social comparison) mengenai harga diri foto atau menggunggah status. (Wiryada,
mereka terhadap orang lain (Stapleton, Luiz, & Martiarini, Budiningsih, 2017), memiliki
Chatwin, 2017). Hal itu sesuai dengan fase tingkat empati yang rendah (Doane, Pearson,
perkembangan pada usia transisi antara usia & Kelly, 2014), agresif secara verbal (Roberto,
remaja menuju dewasa muda yaitu di usia 18- Eden, Savage, Ramos-Salazar, & Deiss, 2014),
25 tahun yang disebut sebagai emerging dan cenderung memiliki tingkat psikotik yang
adulthood (Arnett, 2004). Arnett (2012) dalam tinggi (Ozden & Icellioglu, 2014). Mereka
deskripsinya mengenai lima ciri orang yang yang berada di kelompok pelaku sekaligus
berada pada fase transisi tersebut, salah satu korban (dan terutama kelompok pelaku
fase yang dialami adalah eksplorasi identitas. sekaligus korban cyberbullying) paling banyak
Pada fase ini, di dalam diri sebagian besar memiliki skor negatif pada segi kesehatan
individu terjadi perubahan penting yang psikologis, fisik, kesehatan, dan kinerja
menyangkut identitas diri. Pencarian identitas akademis. Efek tersebut juga menyebabkan
diri juga sesuai dengan tahap perkembangan korban cyberbullying memiliki karakteristik
remaja. yang juga mengalami kekerasan di sekolah,
Penggunaan Instagram membawa memiliki self-esteem yang rendah, memiliki
beberapa masalah bagi penggunanya. Bahkan gangguan kecemasan, mengalami isolasi
Instagram dikategorikan sebagai media sosial sosial, mengalami penurunan prestasi
yang berpengaruh buruk terhadap kesehatan akademik dan kehadiran di sekolah, depresi,
mental penggunanya (Royal Society For Public serta kecenderungan bunuh diri (Runk, 2006).
Health, 2017). Instagram membawa beberapa Perilaku agresif, baik bullying maupun
dampak negatif bagi penggunanya seperti cyberbullying, dapat terjadi karena berbagai
cemas berlebihan, depresi, rasa takut tertinggal faktor. Menurut teori General Aggression
tren/berita (FOMO : Fear of Missing Out). Model (GAM) yang dibuat oleh Anderson &
Instagram tak luput dimanfaatkan oleh orang- Bushman (dalam Kowalski, Giumetti,
orang yang tidak bertanggung jawab untuk Schroeder, & Lattanner, 2014), faktor-faktor
melakukan tindak kejahatan, seperti tersebut dapat berasal dari dalam diri
perundungan maya atau cyberbullying (Royal (personal) dan dari luar diri (situasional).
Society For Public Health, 2017). Faktor-faktor personal berasal dari gender,
Di dalam tindakan cyberbullying, ada umur, motif, kepribadian, psychological states,
beberapa peran yang tercipta. Dari hasil status sosioekonomi dan penggunaan
penelitian Kowalski dan Limber (2013), teknologi, nilai dan persepsi, serta perilaku
responden mereka dikategorikan ke dalam maladaptif lainnya. Sementara itu, faktor-
empat peran yaitu korban, pelaku, pelaku faktor situasional berasal dari provokasi dan
sekaligus korban, dan mereka yang tidak dukungan yang dirasakan, iklim sekolah,
terlibat dalam cyberbullying. Kategorisasi ini anonimitas yang dirasakan, keterlibatan orang
serupa dengan bullying tradisional. Individu tua. Faktor-faktor situasional tersebut juga
yang menjadi korban biasanya memiliki mempengaruhi perkembangan kehidupan
permasalahan seperti kecemasan (Rose & remaja. Lingkungan sekolah, teman sebaya,
Tynes, 2015), harga diri yang rendah (Chang, dan keluarga adalah komponen penting dari
Lee, Chiu, Hsi, Huang, & Pan, 2013), kehidupan remaja. Lingkungan tersebut
kecemasan sosial (Juvonen & Gross, 2008), memberikan mereka dapat bertemu orang
gejala-gejala depresif (Bonanno & Hymel, dewasa dan teman sebayanya dalam konteks
2013) dan pemikiran untuk bunuh diri (Van sosial. Selain itu, remaja juga dapat
Geel, Vedder, & Tanilon, 2014). Penelitian mengembangkan afiliasi dan kompetensi sosial
lain yang dilakukan Beran & Li (dalam serta membentuk persepsi dan sikap mereka
Alvarez, Nunez, Bareiro, & Garcia, 2017) terhadap perilaku yang sesuai dan dapat
menyatakan bahwa individu yang menjadi diterima (Erginoz dkk, 2015).
korban mengalami peningkatan masalah Faktor dalam keluarga yang
memengaruhi perkembangan remaja dan

3
Jurnal Psikogenesis, Volume 7, No.1, Juni 2019

agresivitas pada remaja adalah pola tantangan. Pada ibu, anak dapat belajar seperti
pengasuhan. Hal itu ditunjukkan pada kelembutan, kontrol emosi dan kasih sayang,
penelitian yang dilakukan Putra (2015) bahwa sedangkan pada ayah anak belajar ketegasan,
terdapat hubungan yang signifikan antara pola sifat maskulin, kebijaksanaan, keterampilan
asuh otoriter dengan agresivitas, semakin kinestetik dan kemampuan kognitif. Peran
tinggi pola asuh otoriter yang diterapkan maka ayah juga membantu anak bersifat tegar,
semakin tinggi pula agresivitas remaja. kompetitif, menyukai tantangan dan senang
Agresivitas dalam penelitian tersebut dalam bereksplorasi.
bentuk perilaku bullying tradisional. Hal Peran ayah memiliki peran penting
tersebut didukung dengan pendapat Myers untuk mengatasi distress dan ketidakbahagiaan
(2012) yang menyatakan bahwa anak yang anak yang mengalami bullying. Hal itu
terbiasa menerima hukuman fisik dari orang ditunjukkan pada penelitian yang dilakukan
tuanya cenderung memperlihatkan perilaku Flouri & Buchanan (2002), figur ayah dapat
agresi fisik dalam kehidupan sehari-harinya. mengatasi ketidakbahagiaan di masa remaja.
Selain itu, cara orang tua mendisiplinkan Menurut Amato (dalam Flouri & Buchanan,
anaknya dengan agresi juga berpengaruh 2002), kedekatan dengan ayah telah terbukti
terhadap perilaku agresif pada anak. memberikan kontribusi yang unik untuk
Leung dan Lee (2012) secara khusus kebahagiaan dan kepuasan hidup anak. Amato
membahas peran gaya pengasuhan dalam (dalam Flouri & Buchanan, 2002)
memrediksi risiko internet. Mereka menunjukkan bahwa untuk kepuasan hidup,
menemukan bahwa tiga jenis mediasi terkait kebahagiaan, dan tekanan psikologis,
media orang tua mendominasi penelitian kedekatan dengan ayah menghasilkan
kontemporer tentang gaya pengasuhan: (a) hubungan yang signifikan independen daripada
active mediation (mediasi aktif), yaitu orang kedekatan dengan ibu. Selain itu, penelitian
tua sering berbicara dengan anak-anak mereka yang dilakukan Hwang dan Lamb (dalam
atas isu-isu seperti televisi, internet, dan lain- Flouri & Buchanan, 2002) menunjukkan
lain. untuk membantu mereka menjadi bahwa anak-anak dengan hubungan baik
pengamat atau pengguna yang kritis, (b) dengan ayah mereka cenderung lebih memiliki
restrictive mediation (mediasi terbatas), yaitu kondisi psikologis yang baik, menjadi individu
orang tua menetapkan aturan ketat tentang yang lebih baik di sekolah, menjadi individu
akses internet anak-anak mereka dan yang kurang terlibat dalam perilaku antisosial,
seterusnya jenis permainan online yang dapat dan memiliki hubungan intim yang lebih
atau tidak bisa dimainkan oleh anak-anak sukses. Hal itu juga didukung penelitian
mereka, dan (c) co-viewing (melihat bersama), lainnya yang menunjukkan bahwa keterlibatan
yaitu orang tua duduk di tempat yang sama ayah terhadap perkembangan anak berusia
ruangan sebagai anak-anak mereka sementara remaja 16-21 tahun (Partasari, Lentari, &
yang kedua menonton televisi atau berselancar Priadi, 2017).
di Internet, berdiskusi dengan mereka isi dari Menurut Langos (2012), ada empat aspek
apa yang mereka tonton. Temuan Leung dan utama dalam perilaku cyberbullying yaitu :
Lee (2012) menunjukkan bahwa semakin ketat 1. Repetisi (repetition) yaitu sebuah jalan
aturan pada jenis dan frekuensi penggunaan perilaku yang bertentangan dengan satu
internet anak-anak, dan semakin besar insiden;
intervensi dan mediasi orang tua, semakin 2. Ketidakseimbangan Kekuatan (Power
sedikit jumlah anak-anak peluang untuk Imbalance) yaitu keadaan dimana pelaku
mengalami cyberbullying dan semakin rendah menunjukkan kekuasaan atas target;
juga mereka terkena paparan risiko internet 3. Niat untuk menyakiti (Intention to harm) yaitu
lainnya. perilaku harus dimaksudkan melakukan
Keterlibatan orang tua dan melakukan tindakan yang bukan sebuah kecelakaan;
pengasuhan adalah tugas yang dilakukan oleh 4. Agresi yaitu perilaku yang melibatkan
suami-istri yang telah menjadi ayah dan ibu. kejahatan pada pihak agresor
Ikatan ayah dan ibu dengan anak akan Keempat elemen bullying inti
memberikan warna tersendiri, umumnya ibu diringkas dalam beberapa definisi
memerankan sosok yang memberikan cyberbullying yang deskriptif. Unsur yang unik
perlindungan dan keteraturan, sedangkan ayah diberikan untuk definisi penindasan maya
membantu anak bereksplorasi dan menyukai (cyberbullying) yaitu terkait dengan

4
Jurnal Psikogenesis, Volume 7, No.1, Juni 2019

penggunaan teknologi informasi dan  Dimensi keterlibatan instrumental


komunikasi. Cyberbullying adalah tindakan berhubungan dengan keterlibatan ayah pada
online yang berulang dan agresif yang hal-hal seperti mengembangkan tanggung
difasilitasi oleh penggunaan teknologi jawab dan kedisiplinan, yang meliputi aspek
informasi dan komunikasi. Cyberbullying perkembangan rasa tanggung jawab, disiplin,
dapat terjadi melalui berbagai media teknologi, perkembangan moral, pemenuhan kebutuhan
seperti komputer, telepon seluler (ponsel ekonomi, perlindungan, pengembangan karir,
pintar), atau TIK lainnya sehingga pengembangan karir, perkembangan
Cyberbullying dapat didefinisikan juga sebagai kemandirian, dan sekolah/tugas sekolah.
bullying yang dialihkan ke platform teknologi.  Dimensi mentoring/advising berhubungan
Dalam perilaku cyberbullying, ada 4 dengan keterlibatan ayah dalam pengembangan
peran yang tercipta, yaitu pelaku, korban, kompetensi anak yang meliputi aspek :
pelaku sekaligus korban, dan individu yang pengembangan kompetensi, pengajaran,
tidak terlibat dalam kedua peran tersbut atau memberikan nasihat, dan perkembangan
biasa disebut dengan not involved (Kowalski & intelektual.
Limber, 2013). Pembagian peran ini hampir Pendekatan yang dilakukan dalam
sama dengan peran yang tercipta dalam pengukuran Father Involvement terbagi ke
bullying tradisional, yang membedakannya dalam dua subskala yaitu reported father
adalah media yang digunakan untuk involvement dan desired father involvement.
melakukan bullying yaitu melaui media Subskala desired father involvement melihat
elektronik. bagaimana harapan anak terhadap keterlibatan
Pengukuran keterlibatan ayah ayahnya.
menggunakan teori yang diciptakan oleh Penelitian ini dilakukan berdasarkan
Finley dan Schwartz (2004) dengan pada penelitian sebelumnya yaitu keterlibatan
pendekatan melalui persepsi anak terhadap ayah terhadap perilaku agresif dan keterlibatan
keterlibatan ayahnya. Pendekatan tersebut ayah terhadap bullying tradisional yang terjadi
terbagi ke dalam dua domain yaitu Father pada remaja serta keterlibatan orangtua
Nurturance dan Father Involvement. terhadap perilaku cyberbullying. Berdasarkan
Father Nurturance menunjukkan uraian di atas, penulis bertujuan untuk
persepsi anak terhadap kualitas afeksi di dalam mengetahui pengaruh keterlibatan ayah
hubungan antara dirinya dengan ayahnya. terhadap cyberbullying remaja pengguna
Persepsi anak menunjukkan apakah tercipta Instagram. Fokus penelitian ini adalah untuk
hubungan yang hangat dan perasaan diterima menguji pengaruh keterlibatan ayah yang
oleh ayahnya. Pengukuran pada kualitas afeksi dikaitkan dengan cyberbullying karena melihat
didasarkan sembilan item yang dibuat oleh peran ayah dalam keluarga juga penting dalam
Finley dan Schwartz (2004). perkembangan kehidupan remaja.
Father Involvement menunjukkan Secara teoritis, penelitian ini
persepsi anak mengenai sejauh mana selama diharapkan dapat menjadi masukan dalam
ini ayahnya terlibat dalam berbagai 20 aspek pengembangan teori mengenai keterlibatan
kehidupannya. Aspek-aspek tersebut terbagi ke ayah dan cyberbullying pada remaja pengguna
dalam tiga dimensi, yaitu keterlibatan media sosial Instagram baik yang menjadi
ekspresif, instrumenal, dan pelaku atau yang menjadi korban
mentoring/advising. cyberbullying. Selain itu, penulis juga
 Dimensi keterlibatan ekspresif merupakan berharap dapat memberikan manfaat praktis
keterlibatan ayah dalam pengasuhan dan mengenai gambaran pengaruh keterlibatan
perkembangan diri anak, yang meliputi aspek ayah dengan cyberbullying remaja pengguna
rekreasi/bersenang-senang/bermain, media sosial Instagram dan diharapkan
pertemanan, berbagi hobi atau ketertarikan, masyarakat dan orangtua dapat membantu
perkembangan emosional, perkembangan mencegah dan mengurangi dampak dari
sosial, pengasuhan, perkembangan fisik, dan cyberbullying yang dialami remaja.
perkembangan spiritual.

METODE PENELITIAN penelitian ex-postfacto yang digunakan adalah


. Menurut Hair, Rolph, dan Ronald penelitian kausal komparatif karena peneliti ini
(dalam Sangadji & Sopiah, 2010), jenis berusaha menunjukkan arah hubungan antara

5
Jurnal Psikogenesis, Volume 7, No.1, Juni 2019

variabel bebas dengan variabel terikat, reliabilitas model Rasch, reliabilitas dimensi
disamping mengukur kekuatan hubungannya. cyberbullying (berisi item untuk pelaku)
Lalu menurut Carmines dan Zeller (dalam tergolong cukup. Lalu cronbach alpha yang
Sangadji & Sopiah, 2010), berdasarkan sifat dan diperoleh oleh dimensi cybervictimization (berisi
jenis datanya, penelitian ini termasuk ke dalam item untuk korban) sebesar 0,69 dan apabila
penelitian kuantitatif karena data penelitian ini dikategorikan mengguakan kaidah reliabilitas
dinyatakan dalam angka dan dianalisis dengan model Rasch, reliabilitas dimensi
teknik statistika. cybervictimization (berisi item untuk korban)
Populasi yang akan digunakan dalam tergolong cukup. Untuk alat ukur keterlibatan
penelitian adalah remaja berusia 18-24 tahun ayah, alat ukur diadopsi dari alat ukur Nurturant
pengguna Instagram. Teknik pengambilan Fathering Scale dan Father Involvement Scale
sampel dalam penelitian ini adalah non- yang dibuat oleh Ajrina (2012) kemudian
probability sampling karena teknik pengambilan mengalami adaptasi. Proses adopsi dilakukan
sampel tidak memberi peluang yang sama bagi karena sampel yang akan diteliti memiliki
setiap anggota populasi untuk menjadi anggota kesamaan kriteria dengan penelitian yang telah
sampel. Sampel yang digunakan adalah remaja dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Berdasarkan
dengan rentang usia 18-24 tahun yang memiliki uji reliabilitas menggunakan pemodelan Rasch,
serta menggunakan Instagram dan masih cronbach alpha yang diperoleh oleh Nurturant
memiliki ayah. Selain itu, kriteria lainnya adalah Fathering Scale sebesar 0,95 dan apabila
remaja yang menggunakan akun Instagram dikategorikan mengguakan kaidah reliabilitas
minimal 6 bulan terakhir. Jumlah pengambilan model Rasch, reliabilitas Nurturant Fathering
sampel adalah antara 30 sampai dengan 500 Scale tergolong istimewa. Cronbach Alpha yang
responden karena rentang tersebut merupakan diperoleh oleh Reported Father Involvement
ukuran sampel yang layak dalam penelitian Scale sebesar 0,95 dan apabila dikategorikan
kuantitatif (Sugiyono, 2010). mengguakan kaidah reliabilitas model Rasch,
Teknik pengambilan data dalam reliabilitas Reported Father Involvement Scale
penelitian ini menggunakan kuesioner yang tergolong istimewa. Cronbach Alpha yang
berisi beberapa pertanyaan dan pernyataan dari diperoleh oleh Desired Father Involvement Scale
alat ukur keterlibatan ayah yang terdiri dari sebesar 0,96 dan apabila dikategorikan
Nurturant Fathering Scale dan Fathering menggunakan kaidah reliabilitas model Rasch,
Involvement Scale (Finley & Schwartz, 2004) reliabilitas Desired Father Involvement Scale
serta alat ukur Revised Cyber Bullying Inventory tergolong istimewa.
II (Topcu & Erdur-Baker, 2018). Teknik ini Analisis data dilakukan secara
memberikan tanggung jawab kepada responden pemodelan Rasch dengan bantuan perangkat
untuk membaca dan menjawab pertanyaan. lunak Winstep versi 3.73 dan pengujian hipotesis
Kuesioner didistribusikan secara personal menggunakan perangkat lunak Statistical
(personally administered questionnaires) Package for Social Science (SPSS) for Windows
(Sangadji & Sopiah, 2010). versi 16. Teknik pengolahan data dalam
Uji coba akan dilakukan kepada 73 penelitian ini menggunakan teknik analisis
sampel uji coba yang sesuai dengan kriteria regresi. Analisis regresi dilakukan untuk
sampel. Pada penelitian ini, alat ukur mencapai tujuan-tujuan penelitian yang belum
cyberbullying diadaptasi dari Revised Cyber dapat diperoleh jika hanya dengan uji korelasi
Bullying Inventory-II (RCBI-II) yang dikonstruk (Rangkuti & Wahyuni, 2017). Jenis analisis
oleh Topcu dan Erdur-Baker (2018) kemudian regresi yang digunakan adalah analisis regresi
dimodifikasi. Berdasarkan uji reliabilitas berganda, hal ini dikarenakan pada penelitian ini
menggunakan pemodelan Rasch, cronbach alpha menguji hipotesis pengaruh dua atau lebih
yang diperoleh oleh dimensi cyberbullying variabel independen terhadap satu variabel
(berisi item untuk pelaku) sebesar 0,66 dan dependen
apabila dikategorikan menggunakan kaidah

ANALISIS DAN HASIL 98 orang yang dikategorikan sebagai korban


Dari hasil penelitian, diperoleh 156 cyberbullying. Berdasarkan aktivitas di waktu
orang yang terdiri dari 58 orang yang luang yag dilakukan responden, mayoritas
dikategorikan sebagai pelaku cyberbullying dan responden lebih banyak meluangkan waktu

6
Jurnal Psikogenesis, Volume 7, No.1, Juni 2019

untuk melakukan aktivitas individu sebanyak Total 57


138 orang (88,46%). Berdasarkan intensitas
penggunaan Instagram, mayoritas responden
yang menggunakan Instagram lebih dari 4 tahun Uji regresi menghasilkan F hitung
sebanyak 60 orang (38,5%) lalu responden yang regresi sebesar 1,791 dan nilai p sebesar 0,160.
menggunakan Instagram setiap hari dalam Nilai p tersebut lebih besar dari nilai α sebesar
seminggu sebanyak 111 orang (71,2%). 0,05. F hitung tersebut jika dibandingkan dengan
Kemudian mayoritas responden yang F tabel (dengan df 3; 54) adalah 2,77 maka F
menggunakan Instagram >4 jam dalam sehari hitung < F tabel sehingga hipotesis nol ditolak.
sebanyak 50 orang (32,1%). Berdasarkan usia Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
ayah, responden mayoritas memiliki ayah tidak terdapat pengaruh antara Nurturant
dengan rentang usia 47-50 tahun yaitu 48 orang Fathering dan Father Involvement (Reported
(30,76%). Gambaran mengenai 58 responden Father Involvement dan Desired Father
yang menjadi pelaku berdasarkan keterlibatan Involvement) secara bersama-sama terhadap
ayah yang diperoleh, sebanyak 49 orang pelaku cyberbullying remaja pengguna Instagram yang
memiliki tingkat Nurturant Fathering yang menjadi pelaku cyberbulllying.
cukup, artinya mereka memiliki tingkat
keterlibatan ayah yang cukup. Pada Reported Tabel 2
Father Involvement, sebanyak 42 orang pelaku
menggambarkan ayah mereka sudah cukup Model Summary Variabel Pelaku
terlibat dalam aspek kehidupan mereka. Pada Cyberbullying dengan Nurturant Fathering,
Desired Father Involvement, sebanyak 45 orang Reported Father Involvement, dan Desired
pelaku menggambarkan bahwa harapan mereka Father Involvement
akan keterlibatan ayah sudah tepat. Gambaran
mengenai 98 responden yang menjadi korban
R Adjusted R
berdasarkan keterlibatan ayah yang diperoleh, Model R
Square Square
sebanyak 78 orang yang menjadi korban
memiliki tingkat Nurturant Fathering yang
cukup, artinya mereka memiliki tingkat 1 0,301a 0,090 0,040
keterlibatan ayah yang cukup. Pada Reported
Father Involvement, sebanyak 73 orang korban
menggambarkan ayah mereka sudah cukup Uji model summary menggambarkan
terlibat dalam aspek kehidupan mereka. Pada bagaimana nurturant fathering, reported father
Desired Father Involvement, sebanyak 76 orang involvement dan desired father involvement
korban menggambarkan bahwa harapan mereka mempengaruhi cyberbullying. Berdasarkan tabel
akan keterlibatan ayah sudah tepat. tersebut, dapat diketahui bahwa keterlibatan ayah
Berikut adalah hasil uji analisis regresi (nurturant fathering, reported father
variabel cyberbullying dengan nurturant involvement, dan desired father involvement)
fathering, reported father involvement, dan memiliki indeks korelasi ganda (R) sebesar
desired father involvement : 0,301 dan R Square sebesar 0,090 sehingga
variabel prediktor yaitu keterlibatan ayah tidak
Tabel 1 dapat digunakan untuk memprediksi pelaku
cyberbullying.
Uji Analisis Regresi Variabel Pelaku Berikut adalah hasil uji analisis regresi
Cyberbullying dengan Nurturant Fathering, variabel korban cyberbullying dengan Nurturant
Reported Father Involvement, dan Desired Fathering, Reported Father Involvement, dan
Father Involvement Desired Father Involvement :

Model Df F Sig. Tabel 3


1 Regression 3 1,791 0,160a Uji Analisis Regresi Variabel Korban
Cyberbullying dengan Nurturant Fathering,
Residual 54
Reported Father Involvement, dan Desired
Father Involvement

7
Jurnal Psikogenesis, Volume 7, No.1, Juni 2019

Model Df F Sig. Nurturant Fathering dan Father Involvement


(Reported Father Involvement dan Desired
1 Regression 3 0,514 0,674 Father Involvement) secara bersama-sama
terhadap cyberbullying remaja pengguna
Residual 94 Instagram yang menjadi pelaku. Selain itu, dapat
ditarik kesimpulan bahwa Ha ditolak, artinya
Total 97
tidak terdapat pengaruh antara Nurturant
Fathering dan Father Involvement (Reported
Uji regresi menghasilkan F hitung Father Involvement dan Desired Father
regresi sebesar 0,514 dan nilai p sebesar 0,674. Involvement) secara bersama-sama terhadap
Nilai p tersebut lebih besar dari nilai α sebesar remaja pengguna Instagram yang menjadi
0,05. F hitung tersebut jika dibandingkan dengan korban cyberbullying.
F tabel (dengan df 3; 94) adalah 2,70 maka F Gambaran mengenai 58 responden yang
hitung < F tabel. Dengan demikian dapat menjadi pelaku berdasarkan keterlibatan ayah
disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang diperoleh, sebanyak 49 orang pelaku
antara Nurturant Fathering dan Father memiliki tingkat Nurturant Fathering yang
Involvement (Reported Father Involvement dan cukup, artinya mereka memiliki tingkat
Desired Father Involvement) secara bersama- keterlibatan ayah yang cukup. Pada Reported
sama terhadap remaja pengguna Instagram yang Father Involvement, sebanyak 42 orang pelaku
menjadi korban cyberbullying. menggambarkan ayah mereka sudah cukup
Besar sumbangan keterlibatan ayah terlibat dalam aspek kehidupan mereka. Pada
terhadap korban cyberbullying diketahui dengan Desired Father Involvement, sebanyak 45 orang
melihat perolehan nilai koefisien determinasi (R pelaku menggambarkan bahwa harapan mereka
Square). akan keterlibatan ayah sudah tepat. Hal ini
mendukung bahwa keterlibatan ayah yang
Tabel 4 mereka peroleh dan yang mereka harapkan sudah
tepat.
Model Summary Variabel Korban Gambaran mengenai 98 responden yang
Cyberbullying dengan Nurturant Fathering, menjadi korban berdasarkan keterlibatan ayah
Reported Father Involvement, dan Desired yang diperoleh, sebanyak 78 orang yang menjadi
Father Involvement korban memiliki tingkat Nurturant Fathering
yang cukup, artinya mereka memiliki tingkat
R Adjusted keterlibatan ayah yang cukup. Pada Reported
Model R Father Involvement, sebanyak 73 orang korban
Square R Square
menggambarkan ayah mereka sudah cukup
1 0,127a 0,016 -0,015 terlibat dalam aspek kehidupan mereka. Pada
Desired Father Involvement, sebanyak 76 orang
korban menggambarkan bahwa harapan mereka
Uji model summary menggambarkan akan keterlibatan ayah sudah tepat. Hal ini
bagaimana Nurturant Fathering, Reported mendukung bahwa keterlibatan ayah yang
Father Involvement dan Desired Father mereka peroleh dan yang mereka harapkan sudah
Involvement mempengaruhi korban tepat.
cyberbullying. Berdasarkan tabel tersebut, dapat Untuk intensitas penggunaan Instagram,
diketahui bahwa indeks korelasi ganda (R) yang sebanyak 111 orang menggunakan Instagram
diperoleh sebesar 0,127 dan R Square sehingga setiap harinya dalam seminggu, lalu 60 orang
variabel prediktor yaitu keterlibatan ayah tidak telah menggunakan Instagram selama > 4 tahun,
dapat digunakan untuk memprediksi korban dan sebanyak 50 orang menggunakan Instagram
cyberbullying. > 4 jam dalam sehari. Menurut Topcu & Erdur-
Baker (2018), mereka menyatakan bahwa
DISKUSI cyberbullying dapat terjadi dan dialami oleh
Dari 156 responden yaitu terdiri dari 58 individu dalam kurun waktu minimal 6 bulan
orang yang menjadi pelaku cyberbullying dan 98 terakhir menggunakan internet serta dapat diukur
orang yang menjadi korban cyberbullying. Untuk menggunakan alat ukur Revised Cyber Bullying
pelaku, dapat ditarik kesimpulan bahwa Ha Inventory –II sehingga dapat dikatakan rata-rata
ditolak, artinya tidak terdapat pengaruh antara responden memiliki potensi untuk mengalami

8
Jurnal Psikogenesis, Volume 7, No.1, Juni 2019

dan melakukan cyberbullying jika dilihat dari pada faktor personal dan faktor situasional.
intensitas penggunaan instagram. Faktor personal yaitu terdiri dari gender, usia,
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat motif, kepribadian, psychological states, status
disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh antara sosioekonomi dan penggunaan teknologi, nilai
keterlibatan ayah dengan cyberbullying remaja dan persepsi yang individu miliki, serta perilaku
pengguna Instagram, baik pada remaja yang maladaptif lainnya. Faktor situasional yaitu
menjadi pelaku atau korban. Hal ini disebabkan terdiri dari provokasi atau dorongan untuk
oleh beberapa faktor. Hasil temuan pada melakukan bullying maupun cyberbullying yang
penelitian ini didukung oleh Tamis Le-Monda & diperoleh dari teman sebaya dan lingkungan
Cabrera (2008) yang menyatakan bahwa usia terdekat individu, keterlibatan orangtua termasuk
ayah yang tua mendorong mereka untuk gaya pengasuhan dan pemahaman orangtua
meluangkan waktu mereka dengan anak- dalam mengawasi aktivitas yang dilakukan anak
ankanya. Namun, di sisi lain, anak yang telah secara online, iklim sekolah, dan anonimitas
beranjak remaja lebih kurang tertarik dan kurang yang dirasakan. Oleh sebab itu, untuk meneliti
termotivasi untuk meluangkan waktu dengan lebih lanjut mengenai pengaruh cyberbullying,
ayah mereka. Hal ini ditunjukkan bahwa diperlukan untuk meninjau juga faktor personal
sebanyak 48 orang responden memiliki ayah di dan faktor situasional partisipan.
rentang usia 47-50 tahun dan mayoritas Penulis mengalami hambatan dalam
responden berada di usia 22 tahun yaitu memperoleh data mengenai jumlah populasi
sebanyak 45 orang. Dari data tersebut dapat pengguna Instagram dengan karena tidak ada
disimpulkan bahwa sebagian besar responden data yang menyajikan dengan jelas berapa
kurang termotivasi untuk meluangkan waktu jumlah populasi pengguna Instagram di Jakarta
mereka bersama ayah. sehingga akhirnya penulis menggunakan data
Hasil penelitian ini juga didukung oleh survei dari TNS yang berbentuk presentase.
studi yang dilakukan Pleck (dalam Lamb, 1997) Selain itu, penelitian ini dilakukan dalam tim
yaitu adanya penurunan aksesibilitas dan penelitian payungdengan menggabungkan dua
keikutsertaan ayah seiring dengan bertambahnya independent variabel yaitu keterampilan sosial
usia anak. Selain itu, mayoritas responden lebih dan keterlibatan sehingga ketika kedua
banyak meluangkan waktu luangnya untuk instrumen tersebut digabungkan ke dalam satu
melakukan aktivitas individu yaitu sebanyak 138 kuesioner, yang mana menjadikan kuesioner
responden dan mereka juga melakukan aktivitas terlihat tebal dan memiliki banyak pertanyaan
kelompok bersama teman-teman mereka, yaitu yang harus dijawab responden. Hal itu
sebanyak 18 responden sehingga menyebabkan menyebabkan ada beberapa responden yang
mereka kurang meluangkan waktu dengan ayah mengeluhkan banyaknya jumlahnya item yang
mereka. Hal ini didukung oleh teori diberikan sehingga penulis terkadang
perkembangan yang dikemukakan Curtis (2015) mendapatkan penolakan dari responden untuk
bahwa pada periode usia ini dianggap sebagai mengisi kuesioner.
tahun antara awal pubertas dan pembentukan Selain itu, keterbatasan penulis adalah
kemandirian sosial sehingga remaja lebih banyak mencari dan memilih alat ukur cyberbullying
menghabiskan waktu mereka bersama teman- yang perlu seharusnya perlu disesuaikan kembali
temannya. dengan budaya di Indonesia. Alat ukur yang
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh digunakan adalah alat ukur cyberbullying versi
Anderson & Bushman (dalam Kowalski, terbaru yang dibuat oleh Topcu & Erdur-Baker
Giumetti, Schroeder, & Lattanner, 2014) (2018) dan belum ada yang menggunakan alat
menyatakan bahwa cyberbullying disebabkan ukur versi terbaru tersebut sehingga peneliti
oleh beragam faktor melalui teori General perlu melakukan beberapa perubahan dalam
Aggression Model (GAM). Teori ini berfokus penyusunan alat ukur tersebut.

SIMPULAN
Dari 156 responden yaitu terdiri dari 58 Involvement (Reported Father Involvement dan
orang yang menjadi pelaku cyberbullying dan 98 Desired Father Involvement) secara bersama-
orang yang menjadi korban cyberbullying sama terhadap remaja pengguna Instagram yang
kesimpulannya adalah tidak terdapat pengaruh menjadi pelaku atau korban cyberbullying.
antara Nurturant Fathering dan Father Diharapkan melalui penelitian ini, masyarakat

9
Jurnal Psikogenesis, Volume 7, No.1, Juni 2019

mendapatkan pemahaman baru mengenai Untuk penelitian selanjutnya mengenai


cyberbullying di media sosial, khususnya di keterlibatan ayah dan cyberbullying, peneliti
Instagram sehingga nantinya mereka dapat selanjutnya perlu mencari referensi teori, jurnal,
memanfaatkan media sosial Instagram secara dan temuan-temuan baru yang berkaitan dengan
bijak. Selain itu, diharapkan mereka juga dapat tema yang relevan dan dapat memperluas ruang
memahami dampak dari cyberbullying yang lingkup seperti vaiabel personal dan situasional
dapat memicu gangguan fisik dan psikologis remaja yang dapat mempengaruhi cyberbullying.
korbannya serta diharapkan dapat menggunakan Selain itu, peneliti selanjutnya yang ingin
media sosial untuk melakukan interaksi sosial meneliti topik mengenai cyberbullying juga perlu
secara sehat dan lebih sensitif apabila melihat memilih teknik sampling yang tepat dan
tindakan cyberbullying yang terjadi di dunia melakukan screening di awal agar dapat
maya sehingga dapat membantu mengurangi mengetahui responden mana yang termasuk ke
potensi terjadinya cyberbullying di Instagram. dalam kategori pelaku, responden yang termasuk
Penelitian ini juga diharapkan dapat ke dalam kategori korban, dan tidak
memberikan pemahaman baru bagi orangtua terkategorisasi di kedua kategori tersebut
bahwa cyberbullying disebabkan oleh faktor sehingga nantinya data yang diolah sudah berisi
personal sekaligus faktor situasional, yaitu faktor responden-responden yang jelas perannya.
dari dalam diri remaja itu sendiri yang sedang di Lalu, peneliti selanjutnya juga perlu
masa pencarian identitas sehingga lebih banyak menekankan bahwa cyberbullying adalah
menghabiskan waktu dengan teman-teman tindakan agresi yang dilakukan melalui dunia
dibandingkan dengan lingkungan keluarga maya, baik yang di luar konteks bercanda
mereka, termasuk dengan ayah sehingga ataupun tidak. Selama tindakan yang dilakukan
orangtua perlu melakukan pengawasan dan responden memenuhi aspek-aspek di dalam
pengarahan kepada anak remaja mereka terhadap cyberbullying, maka responden yang diteliti
lingkungan pertemanan mereka karena dapat terindikasi terlibat dalam cyberbullying.
berdasarkan hasil penelitian yang ditemukan, Pengaruh intensitas penggunaan dan jenis
anak remaja yang menjadi partisipan dalam aktivitas yang dilakukan di media sosial juga
penelitian ini lebih banyak menghabiskan waktu perlu diteliti lebih dalam agar dapat mendeteksi
mereka bersama teman-teman dibandingkan potensi cyberbullying yang dapat terjadi di media
dengan keluarga. sosial salah satunya Instagram.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Kandari, A., Melkote, S. R., & Sharif, The winding road from the late teens
A. (2016). Needs and motives of through the twenties. New York:
instagram users that predict self- Oxford University Press, Inc.
disclosure use: a case study of Bonanno, R. A., & Hymel, S. (2013).
young adults in kuwait. Journal of Cyberbullying and internalizing
Creative Communications, 11(2), difficulties: Above and beyond the
85-101.doi:10.1177/097325861664488 impact of traditional forms of bullying.
Ajrina, A. (2012). Hubungan antara Journal of Youth and Adolescence, 42,
keterlibatan ayah dengan 685-697.
kenakalan remaja pada siswa sekolah doi:10.1007/s10964-013-9937-1
menengah kejuruan di Jakarta Timur Chang, F.C., Lee, C.M., Chiu, C.H., His,
(Skripsi). Fakultas Psikologi W.Y., Huang, T.F., & Pan, Y.C.
Universitas Negeri Jakarta, Jakarta. (2013). Relationships among
Alvarez-Garcia, D., Nunez, J.C., Barreiro, cyberbullying, school bullying, and
A., & Garcia T. (2017). Validation of mental health in taiwanese
the cybervictimization questionnaire adolescents. Journal of School Health,
(CYVIC) for adolescents. Computers 83(6), 454-462.
in Human Behavior, 70, 270-281. Curtis, A. C. (2015). Defining adolescence.
Arnett, J.J. (2004). Emerging adulthood : Journal of Adolescent and Family
Health, 7(2), 1-39.
Ditch The Label. (2017). The annual

10
Jurnal Psikogenesis, Volume 7, No.1, Juni 2019

Bullying survei. Retrieved from paling-sering-digunakan-masyarakat-


https://www.ditchthelabel.org/wp- indonesia
content/uploads/2017/07/The-Annual- Juvonen, J., & Gross, E.F. (2008).
Bullying-Survey-2017-1.pdf. Extending the school grounds? –
Doane, A.N., Pearson, M.R., & Kelley, Bullying experiences in cyberspace.
M.L. (2014). Computers in human Journal of School Health, 78(9), 496-
behavior predictors of cyberbullying 505. doi:10.1111/j.1746-
perpetration among college students : 1561.2008.00335.x
an application of the theory of Kokkinos, C. M., Antoniadou, N., &
reasoned action. Computers in Human Markos, A. (2014). Cyber-bullying:
Behavior, 36, 154-162. doi: An investigation of the psychological
10.1016/j.chb.2014.03.051 profile of university student
Donegan, R. (2012). Bullying and participants. Journal of Applied
cyberbullying: history, statistics, law, Developmental Psychology, 35(3),
prevention and analysis. The Elon 204–214. doi:
Journal of Undergraduate Research in 10.1016/j.appdev.2014.04.001
Communications, 3(1), 33-42. Kowalski, R. M., Giumetti, G. W.,
Erginoz, E., Alikasifoglu, M., Ercan, O., Schroeder, A. N., & Lattanner, M. R.
Uysal, O., Alp, Z., Ocak, S., & (2014). Bullying in the digital age: A
Albayrak Kaymak, D. (2015). The role critical review and meta-analysis of
of parental, school, and peer factors in cyberbullying research among youth.
adolescent bullying involvement: Psychological Bulletin, 140(4), 1073–
Results from the Turkish HBSC 1137. doi:10.1037/a0035618
2005/2006 study. Asia-Pacific Journal Kowalski, R. M., & Limber, S. P. (2013).
of Public Health, 27(2), 1591-1603. Psychological, physical, and academic
doi:10.1177/1010539512473144 correlates of cyberbullying and
Fardouly, J., Willburger, B. K., & traditional bullying. Journal of
Vartanian, L. R. (2017). Instagram use Adolescent Health, 53(1), 13-20.
and young women’s body image doi:10.1016/j.jadohealth.2012.09.18
concerns and self-objectification: Lamb, M.E. (Ed.). (1997). The role father
Testing mediational pathways. New in child development (3rd ed.).
Media & Society, 20(4), 1380-1395. New York: Wiley.
doi:10.1177/1461444817694499. Leung, L., & Lee, P. S. N. (2012). The
Febrianti, R., & Hartana, G. T. (2014). influences of information literacy,
Cyberbullying pada mahasiswa internet addiction and parenting
Universitas Indonesia (Skripsi). styles on internet risks. New Media
Universitas Indonesia, Depok. and Society, 14(1), 117–136.
Finley, G. E., Schwartz, S. J., & Finley, doi:10.1177/1461444811410406
G.E. (2004). The father involvement Moreno, M. A., & Whitehill, J. M. (2016).
and nurturant fathering scales : #Wasted: The intersection of substance
retrospective measures for adolescent use behaviors and social media in
and adult children. Educational and adolescents and young adults. Current
Psychological Measurement, 64 (1), Opinion in Psychology, 9, 72–76.
143-164. doi:10.1016/j.copsyc.2015.10.022
doi:10.1177/0013164403258453 Myers, D.G. (Eds). (2012). Social
Flouri, E., & Buchanan, A. (2002). Life psychology 10th edition book 2.
satisfaction in teenage boys: The McGrawHill.
moderating role of father involvement Ozden, M.S., & Icellioglu S. (2014). The
and bullying. Aggressive Behavior, perception of cyberbullying and
28(2), 126–133. doi:10.1002/ab.90014 cybervictimization by university
Ini Media Sosial Paling Populer di students in terms of their personality
Indonesia. (2018, 1 February). factors. Procedia : Social and
Retrieved from : Behavioral Sciences, 116, 4379-4383.
http://databoks.katadata.co.id/datapubl doi:10.1016/j.sbspro.2014.01.951
ish/2018/02/01/media-sosial-apa-yang- Partasari, W. D., Lentari, F. R. M., &

11
Jurnal Psikogenesis, Volume 7, No.1, Juni 2019

Ganjar, M. A. P. (2017). Gambaran Van Geel, M., Vedder, P., & Tanilon, J.
Keterlibatan Ayah dalam (2014). Relationship between peer
pengasuhan Anak Usia Remaja victimization, cyberbullying, and
(Usia 16-21 Tahun). Jurnal suicide in children and adolescents. A
Psikogenesis, 5(2), 159–167. meta-analysis. JAMA Pediatrics,
Rangkuti, A.M., & Wahyuni, L.S. (2017). 168(5), 435-442.
Modul analisis data penelitian doi:10.1001/jamapediatrics.2013.4143.
kuantitatif berbasis classical test Wiryada, O.A.B, Martiarini, N., &
theory dan item response theory (rasch Budiningsih, T.E. (2017). Gambaran
model). Jakarta: FIP Press. cyberbullying pada remaja pengguna
Roberto, A. J., Eden, J., Savage, M. W., jejaring sosial di SMA negeri 1 dan
Ramos-Salazar, L., & Deiss, D. M. SMA negeri 2 Ungaran. Jurnal
(2014). Prevalence and predictors of Psikologi Ilmiah INTUISI, 9(1), 86–
cyberbullying perpetration by high 92.
school seniors. Communication Zalaquett, C. P., & Chatters, S. J. (2014).
Quarterly, 62 (1), 37– Cyberbullying in college. SAGE Open,
41.doi:10.1080/01463373.2013.86090 4(1), 1-8.
6
Rose, Ch. A., & Tynes, B. M. (2015).
Longitudinal associations between
cybervictimization and mental health
among U.S. adolescents. Journal of
Adolescent Health, 57(3), 305-312.
doi:10.1016/j.jadohealth.2015.05.002
Royal Society For Public Health. (2017).
Social media and young people’s
mental health and well-being.
Retrieved from https://www.scie-
socialcareonline.org.uk/statusofmind-
social-media-and-young-peoples-
mental-health-and-
wellbeing/r/a110f00000NeITGAA3.
Runk, S. (2006). Fact sheet.
Sangadji, E.M., & Sopiah. (2010).
Metodologi penelitian pendekatan
praktis dalam penelitian. Yogyakarta :
Penerbit Andi
Stapleton, P., Luiz, G., & Chatwin, H.
(2017). Generation Validation : The
role of social comparison in use of
instagram among emerging adults.
Cyberpsychology, Behavior, and
Social Networking. 20(3), 142–149.
doi:10.1089/cyber.2016.0444
Sugiyono. (2010). Metode penelitian
pendidikan (pendekatan kuanitatif,
kualitatif, dan r&d). Bandung:
Alfabeta.
Topcu, Ç., & Erdur-Baker, Ö. (2018).
Development RCBI-II : the second
revision of the revised cyber bullying
inventory. Measurement and
Evaluation in Counseling and
Development, 51(1), 32-41.
doi:10.1080/07481756.2017.1395705

12

Anda mungkin juga menyukai